Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN MAHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGANNYA

Ismawati Alidha Nurhasanah1, Atep Sujana2, Ali Sudin3

1,2,3Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang
1Email: ismawati.alidha@student.upi.edu
2Email: atepsujana261272@gmail.com
3Email: Alisudin03@gmail.com

Abstrak
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Sindang II,
ditemukannya permasalahan yang berhubungan dengan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini
diakibatkan oleh penggunaan metode ceramah saja pada saat pembelajaran. Selain itu
pembelajaran tidak melibatkan siswa untuk menjadi aktif, hal tersebut menyebabkan siswa
menjadi kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Dari permasalahan tersebut,
maka diterapkanlah metode role playing pada pembelajaran IPA dalam materi hubungan
mahluk hidup dengan lingkungannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan
metode role playing mengantarkan siswa kedalam pembelajaran yang menyenangkan,
melibatkan siswa menjadi aktif serta berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah PTK. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus
dengan target yang ditentukan yaitu 85%. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar siswa, pada siklus I persentasenya sebesar 26,92%, siklus II 57,69% dan siklus III
92,31%. Maka, penerapan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Kata Kunci: metode role playing, hasil belajar, hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.

PENDAHULUAN pendidikan matematika, pendidikan IPA, dan


Pendidikan merupakan suatu usaha yang sebagainya. Salah satu pendidikan yang
dilakukan secara sadar, melalui perencanaan diajarkan disekolah yaitu Pendidikan IPA.
yang telah tersusun dengan memperhatikan Menurut Darmojo (dalam Samatowa, 2006,)
berbagai aspek, guna mengembangkan IPA merupakan pengetahuan yang rasional
berbagai macam potensi yang ada. atau nyata sehingga dapat dibuktikan
Pendidikan dapat berlangsung di sekolah, kebenarannya dan obyektif tentang alam
rumah, dan lingkungan masyarakat. Sekolah semesta dengan segala isinya.
sebagai lembaga pendidikan formal telah
menciptakan lingkungan yang kondusif dan Tujuan dari pembelajaran IPA menurut
terencana demi terjadinya proses pendidikan Sujana (2013) yang semula lebih
bagi siswa. Di sekolah, siswa diajarkan menekankan pada hasil belajar bergeser
berbagai macam mata pelajaran, dimulai pada pada keterampilan proses.
pendidikan agama, pendidikan bahasa, Keterampilan proses merupakan suatu

611
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin

pendekatan dalam pembelajaran, yang peranan penting bagi pendorong lajunya


dirancang agar siswa mampu secara langsung perkembangan kognitif anak yaitu
untuk menemukan fakta-fakta, teori serta pengalaman langsung. Teori belajar Gestalt
memahami konsep. Maka, pengembangan pula menyebutkan hal serupa, teori belajar
akan keterampilan proses IPA dilakukan ini menyatakan bahwa proses untuk
melalui pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan pemahaman pada suatu
serta penggunaan metode ataupun model situasi permasalahan, salahsatunya
yang sesuai dengan karakteristik merupakan prinsip penerapan belajar
pembelajaran IPA. Sudah menjadi tugas guru berdasarkan pengalaman (Sanjaya, 2006).
untuk menciptakan suasana pembelajaran Selain itu Teori Belajar Edgar Dale dikenal
yang menyenangkan dengan menggunakan dengan teori kerucut pengalaman lebih
metode yang sesuai agar siswa mengalami menekankan bahwa 90% pembelajaran akan
suatu pembelajaran yang berbobot guna berhasil, hal ini terjadi apabila anak berbuat
menambah pengalaman belajarnya. secara langsung atau nyata yang terdiri dari
Pembelajaran IPA disekolah bertujuan agar bermain peran, melakukan simulasi dan
siswa dapat menemukan suatu fakta, teori mengerjakan hal yang nyata. Terlihat jelas
bahkan konsep melalui pengaplikasian suatu bahwa pemberian pengalaman langsung
metode yang digunakan dalam pembelajaran pada siswa khususnya dalam pembelajaran
menimbulkan suatu pengalaman yang IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif
berkesan dan sulit dilupakan oleh siswa. anak dan secara langsung dapat
Pengalaman langsung yang siswa alami meningkatkan hasil belajar. Keterlibatan
dalam proses belajar IPA khususnya, siswa secara langsung dapat menimbulkan
menjadikan pembelajaran tersebut menjadi suatu kemampuan reflektif. Menurut Hanifah
suatu hal yang menyenangkan, dan (2014) reklektif adalah suatu kemampuan
pengalaman belajar yang diterima berkesan. individu di dalam menyeleksi pengetahuan
Akan tetapi, pembelajaran IPA yang terjadi yang pernah diperolehnya, yang relevan
disekolah hanya membuat pengalaman dengan tujuan pemecahan masalah, serta
belajar siswa kurang berkembang. Selain itu, memanfaatkannya secara efektif di dalam
penggunaan metode konvensional lebih memecahkan masalahnya”. Maka dari itu
banyak diterapkan daripada penggunaan dengan penggunaan metode yang tepat
metode yang membimbing siswa pada dapat menuntun pada hasil belajar yang baik.
pengalaman belajar yang menyenangkan.
Maka akibatnya berdampak pada hasil Penggunaan berbagai macam metode
belajar siswa yang belum mencapai kriteria pembelajaran dalam IPA menyebabkan
tuntas. Hal ini diakibatkan karena guru lebih terjadinya interaksi antara guru dan siswa di
memperhatikan hasil belajar ketimbang dalam lingkungan belajar, di dalamnya
proses yang dijalani siswa untuk membahas tentang peristiwa-peristiwa yang
mendapatkan hasil belajar. Karena hasil terjadi di alam atau segala sesuatu yang
belajar yang baik belum tentu dapat tercapai berhubungan dengan alam sebagai objek
apabila proses untuk mendapatkannya utamanya. Cara berpikir pembelajaran setiap
diabaikan oleh guru. mata pelajaran berbeda, dalam IPA
pembelajaran yang dilakukan tentu cara
Pembelajaran IPA haruslah memberikan berpikir IPA yang logis, realistis atau dapat
pengalaman belajar untuk siswa. Hal ini ditunjukkan kebenarannya. Dalam
diperkuat dengan pendapat Piaget yang pelaksanaan pembelajaran IPA, harus
dikutip oleh Hadisubroto (dalam Samatowa, memperhatikan prinsip-prinsip yang ada.
2006) menyatakan bahwa yang memegang Menurut Sujana (2013, hlm. 101) dalam

612
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

bahan ajar PLPG 2010 disebutkan bahwa Berdasarkan permasalahan yang telah
paling tidak terdapat enam prinsip dijelaskan, proses pembelajaran yang kurang
pembelajaran IPA di SD, yaitu prinsip berhasil disebabkan oleh kinerja guru yang
motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, tidak memperhatikan penggunaan metode,
prinsip belajar sambil melakukan, prinsip model, pendekatan dan media pembelajaran
belajar sambil bermain, serta prinsip sosial. serta pengelolaan kelas yang kurang baik.
Apabila enam prinsip tersebut bisa dapat Dampak dari kondisi ini adalah hasil belajar
diterapkan, maka tujuan pembelajaran IPA siswa yang rendah. Dari tes awal yang telah
dapat tercapai. Selain itu, pembelajaran IPA dilakukan, didapatkan data awal mengenai
harus menekankan pada penggunaan media, hasil belajar siswa yaitu hanya 5 dari 27
pengelolaan kelas, pemilihan model, siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
pendekatan atau metode pembelajaran IPA. Apabila dihitung dalam bentuk persentase,
Hal ini dilakukan agar siswa tidak pasif dalam siswa yang tuntas hanya 18,52% sedangkan
kegiatan pembelajaran, tidak bosan, yang tidak tuntas mencapai 81,48% dari KKM
termotivasi untuk belajar, kondisi kelas yang telah ditetapkan yaitu 70. Oleh karena
menjadi kondusif, dan pemahaman materi itu, diperlukan suatu tindakan untuk
yang cepat serta hasil belajar yang didapat memperbaiki masalah-masalah tersebut,
memuaskan. Namun, kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
yang seharusnya, khususnya untuk siswa serta memotivasi siswa untuk berfikir
pembelajaran IPA belum didapatkan hasil kreatif dan bersikap aktif dalam belajar. Dari
yang baik pada sekolah yang diteliti. beberapa solusi yang ada untuk pemecahan
Pengambilan data awal dilakukan dengan masalah tersebut, maka diambil suatu
mengobservasi proses pembelajaran di SDN tindakan yaitu dengan menerapkan metode
Sindang II pada tanggal 5 November 2015. role playing.
Pada saat pengambilan data awal, sekolah
tersebut menggunakan kurikulum KTSP Arti role secara harfiah adalah peranan, dan
dengan tema yang sedang diajarkan adalah play adalah bermain. Bermain peran (role
Hubungan Mahluk Hidup dengan playing) merupakan salah satu dari
Lingkungannya yang pokok bahasannya yaitu pengajaran berdasarkan pengalaman
simbiosis, serta rantai makanan. Hasil dari (Hamalik, 2001). Karena melaui bermain
observasi tersebut ditemukan masalah- peran anak mampu mengekspresikan
masalah pada kinerja guru dan aktivitas siswa perasaannya tanpa adanya keterbatasan kata
yang tidak mendukung berhasilnya proses atau gerak. Role playing merupakan suatu
pembelajaran. Penggunaan metode yang metode pembelajaran yang mengajak siswa
konvensional mengakibatkan siswa menjadi untuk terlibat langsung dalam pembelajaran,
pasif, bosan dan malas untuk memperhatikan penguasaan bahan pelajaran berdasarkan
guru yang sedang melakukan pembelajaran. pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam
Pengelolaan kelas yang tidak baik meluapkan imajinasinya terkait dengan
mengakibatkan situasi kelas tidak kondusif. bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya
Media pembelajaran hanya terpaku pada keterbatasan kata dan gerak, namun tidak
satu buku sumber saja sehingga siswa keluar dari bahan ajar. Penerapan metode
kesulitan dalam memahami materi karena role palying memfasilitasi siswa untuk belajar
pemahaman akan objek dalam materi tidak secara aktif melalui bermain peran. Dengan
semuanya jelas. Selain itu, prinsip-prinsip kelebihan yang dimiliki oleh metode role
dalam pembelajaran tidak begitu playing, menimbulkan suasana yang baru
diperhatikan. serta memberikan pengalaman belajar yang
berbeda, sehingga membentuk siswa untuk

613
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin

berfikir lebih kreatif dan aktif. Karena carita yang dimainkan, tahap selanjutnya
penggunaan metode ini merupakan salah yaitu pelaksanaan (main), diskusi dan
satu penerapan pengajaran berdasarkan penilaian yang dilakukan observer, kelompok
pengalaman. Manfaat dari pengaplikasian bermain peran memainkan peran ulang,
metode role playing yaitu siswa mampu kelompok observer melakukan diskusi ulang,
untuk mengidentifikasi situasi-situasi dunia terakhir berbagi pengalaman dan
nyata dan dengan ide-ide orang lain. kesimpulan.
Identifikasi tersebut memungkinkan cara
untuk mengubah perilaku dan sikap siswa Penggunaan metode role playing di sekolah
sebagaimana siswa menerima setiap karakter menjadikan siswa pribadi yang imajinatif,
yang diperankannya, Hamalik (2001, hlm. mempunyai minat luas, mandiri dalam
214). berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya
diri serta siswa mampu meningkatkan
Metode role playing memiliki kelebihan kerjasamanya. Selain itu, siswa dapat
dalam penggunaananya. Menurut Mansyur melatih, memahami dan mengingat bahan
(Sagala, 2006) kelebihan dari metode role materi yang akan disampaikan atau
playing yaitu, dengan penerapan metode role didramakan sesuai denga gaya bahasa dan
playing siswa dilatih untuk dapat memahami, gaya belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa
mengingat bahan yang akan didramakan belajar melalui pengalaman langsung,
seputar materi ajar. Selanjutnya murid akan khususnya pada materi hubungan mahluk
terbiasa untuk berkreasi, berinsiatif serta hidup dengan lingkungannya. Siswa dapat
kreatif. Role playing dapat menuntun siswa menanamkan nilai-nilai yang terkandung
untuk bekerja sama dalam kelompok. dalam materi pembelajaran sehingga kelak
Memupuk rasa tanggung jawab akan tugas dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
yang diterima. Konsep penerapan metode hari.
role playing yang dilakukan pada pemilihan
materi atau topik tentunya yang dekat Dari beberapa permasalahan dalam latar
dengan kehidupan siswa. Kemudian siswa belakang di atas maka rumusan masalah ini
bebas untuk mengekspresikan imajinasinya ialah sebagai berikut. Bagaimana
kedalam gerakan-gerakan serta pengucapan perencanaan pembelajaran dengan
kata-kata yang sesuai dengan peran yang menerapkan metode pembelajaran role
dimainkannya. Dalam memainkan playing pada materi hubungan mahluk hidup
perannyapun sesuai dengan gaya bahasa dan dengan lingkungannya. Bagaimana
gaya belajar siswa asalkan tidak keluar dari pelaksanaan penerapan metode
konteks yang telah ditetapkan oleh guru. pembelajaran role playing pada materi
Tahapan yang harus dilakukan pada hubungan mahluk hidup dengan
penerapan metode role playing menurut lingkungannya. Bagaimana peningkatan hasil
Shaftels (Sumaatmadja, 2007) yaitu belajar siswa setelah diterapkan metode
penjelasan umum yaitu guru menjelaskan pembelajaran role playing pada materi
secara umum penggunaan metode role hubungan mahluk hidup dengan
playing serta materi yang akan diperankan, lingkungannya.
tahapan selanjutnya yaitu memilih para
pelaku untuk bermain peran, kemudian METODE PENELITIAN
menentukan pengamat (observer) yang Metode yang digunakan pada penelitian ini
bertugas untuk mengamati penampilan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
permainan peran serta memberikan Adapun yang dimaksud dengan penelitian
penilaian, selanjutnya menentukan jalan tindakan menurut Sanjaya (2009, hlm. 26)

614
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

adalah proses pengkajian masalah evaluasi dilakukan untuk mengukur hasil


pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi belajar serta melihat apakah ada peningkatan
diri dalam upaya untuk memecahkan hasil dalam proses belajaranya. Tujuan
masalah tersebut dengan cara melakukan adanya tes ini yaitu untuk mengukur hasil
berbagai tindakan yang terencana dalam belajar siswa serta melihat peningkatan hasil
situasi nyata serta menganalisis setiap belajarnya selama proses pembelajaran
pengaruh dari perlakuan tersebut.
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Lokasi Penelitian Teknik pengolahan data
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu
kelas IV SDN Sindang II yang terletak di Desa observasi, wawancara, catatan lapangan dan
Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara tes hasil belajar. Data yang diolah dalam
Kabupaten Sumedang. penelitian ini merupakan data pelaksanaan
tindakan dan data hasil belajar siswa. Data
Subjek Penelitian yang pelaksanaan tindakan yang dimaksud
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV pada penelitian ini mengenai proses
SDN Sindang II yang berjumlah 27 siswa. penerapan metode role playing. Data
pelaksanaan yang diperoleh dari lembar
Teknik Pengumpulan Data observasi dan pedoman wawancara.
Observasi Sedangkan hasil belajar siswa dalam
Pada penelitian ini, yang diobservasi adalah penelitian ini diperoleh dari penilaian
kenerja guru dan aktivitas siswa pada proses aktivitas kegiatan belajar siswa dan tes
pembelajaran. Obervasi kenerja guru terbagi tertulis. Adapun instrumen yang
kepada dua, yaitu perencanaan (RPP) dan digunakannya adalah soal.
kinerja guru pada pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas (praktik). Analisis Data
Tahap pertama reduksi data, dimulai dengan
Wawancara melihat dan menganalisis data hasil
Wawancara dilakukan dengan mengajukan observasi, wawancara dan hasil pretes.
pertanyaan seputar kegiatan belajar- Kemudian melakukan reduksi data dengan
mengajar, kesulitan yang dialami guru dalam cara merangkum hal penting yang dijadikan
mengajar serta kesulitan siswa dalam sebagai fokus dalam penelitian yang
menerima pembelajaran, dan ketertarikan dilakukan dari hasil observasi, wawancara,
siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan dan tes yang kemudian data reduksi disusun
oleh guru di kelas. dan digolongkan berdasarkan kinerja guru
dan aktivitas siswa. Tahap kedua penyajian
Catatan Lapangan data, dilakukan dengan menyajikan data
Catatan lapangan digunakan untuk dalam bentuk lebih sederhana, yakni bentuk
menganalisis setiap kegiatan terhadap paparan naratif, grafik dan tabel. Tahap
metode yang diterapkan pada saat proses ketiga kesimpulan dengan cara pengambilan
pembelajaran, hal ini bertujuan agar terlihat inti penyajian secara singkat dan padat,
ketercapaian target peneltian yang telah sehingga dapat menjawab setiap rumusan
ditentukan. masalah yang telah dibuat.

Tes Hasil Belajar HASIL DAN PEMBAHASAN


Tes tertulis berbentuk essay atau uraian soal Pada aktivitas siswa yang terjadi pada siklus I,
yang akan diberikan pada siswa pada saat jumlah siswa yang mencapai kategori

615
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin

minimal baik baru ada 9 orang dengan siklus II, didapatkan hasil bahwa terdapat 15
persentase 34,61%. Pada kategori minimal orang yang tuntas dan 12 orang yang belum
baik siswa dihitung dari jumlah skor yang tuntas. Persentase siswa yang tuntas
termasuk ke dalam kategori baik dan baik berdasarkan tabel di atas adalah 57,69%,
sekali. Total keseluruhaan dari skor yang sedangkan yang belum tuntas, yaitu 42,31%.
dicapai siswa yaitu 126. Aktivitas siswa juga Siklus II ini mengalami peningkatan dari siklus
sama seperti kinerja guru yang memiliki I, yakni 30,77%. Sebagaimana yang telah
target pencapaian. Adapun target yang telah ditentukan sebelumnya, target hasil belajar
ditentukan pada penelitian ini adalah 85% siswa yang ingin dicapai pada penelitian ini
dari siswa yang mendapatkan kategori adalah 85%. Oleh karena itu pada siklus II
minimal baik. Jumlah persentase dari juga masih belum mencapai target, sehingga
aktivitas siswa pada siklus I yaitu 50,59%. harus dilakukan siklus berikutnya agar target
Oleh karena itu persentase hasil observasi yang telah ditentukan tercapai.
aktivitas siswa pada siklus I masih belum
mencapai target. Penelitian dilanjutkan ke Pada siklus III, didapatkan hasil pada aktivitas
tindakan selanjutnya, karena hasil aktivitas siswa yaitu terdapat 8 siswa yang sudah
siswa belum mecapai target yang telah mencapai skor maksimum dari 3 aspek yang
ditentukan yaitu 85%. siswa yang tuntas ada ditentukan. Selain itu terdapat beberapa
7 siswa dan yang tidak tuntas ada 20 siswa. siswa yang sudah mencapai skor maksimal
Jika dipersentasekan hanya 26,92% siswa dalam berbagai macam aspek, seperti aspek
yang tuntas dan 73,07% siswa yang belum partisipasi jumlah siswa yang mencapai skor
tuntas. Walaupun ada peningkatan setelah maksimal yaitu terdapat 19 siswa, aspek
dilakukannya siklus I ini dibanding data awal, motivasi terdapat 20 siswa, dan aspek
namun tetap saja belum mencapai target kerjasama terdapat 18 siswa. Sementara itu
yang telah ditentukan, yaitu 85% siswa yang jumlah keseluruhan aktivitas siswa 213.
harus tuntas. Jumlah siswa yang mendapatkan kategori
baik terdapat 3 siswa, sedangkan yang
Dalam aktivitas siswa pada siklus II terdapat 3 mendapatkan kategori baik sekali yaitu 23
siswa yang sudah mencapai skor maksimum siswa. Persentase keseluruhan dari aktifitas
dari 3 aspek yang ditentukan. Selain itu siswa pada siklus III mencapai 91,11 %.
terdapat beberapa siswa yang sudah Persentase tersebut sudah mencapai target
mencapai skor maksimal dalam berbagai yang telah ditetapkan yaitu 85%. Sedangkan
macam aspek, seperti aspek partisipasi hasil belajar siswa pada siklus III didapatkan
jumlah siswa yang mencapai skor maksimal hasil tes yakni, 24 siswa yang tuntas dan 3
yaitu terdapat 13 siswa, aspek motivasi siswa 31%, sedangkan yang belum tuntas,
terdapat 9 siswa, dan aspek kerjasama yaitu 7,69%. Siklus III ini mengalami
terdapat 6 siswa. Sementara itu jumlah peningkatan dari siklus sebelumnya, yakni
keseluruhan aktivitas siswa 179. Jumlah siswa sebesar 34,62%. Sebagaimana yang telah
yang mendapatkan kategori baik terdapat 11 ditentukan sebelumnya, target hasil belajar
siswa, sedangkan yang mendapatkan siswa yang ingin dicapai pada penelitian ini
kategori baik sekali yaitu 10 siswa. adalah 85%. Oleh karena itu pada siklus III ini
Persentase keseluruhan dari aktifitas siswa hasil belajar siswa telah mencapai target
pada siklus II mencapai 76,73 %. Persentase yang telah ditentukan. Di bawah ini adalah
tersebut belum mencapai target yang telah gambar untuk melihat lebih jelas
ditetapkan yaitu 85%.. Maka dari itu, peningkatan hasil belajar siswa dimulai dari
penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya. pengambilan data awal hingga siklus III.
Masuk pada tes hasil belajar siswa pada

616
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

100,00% 92,31%
81,48%
80,00% 73,07%

60,00% 57,69%
42,31% Tuntas
40,00% Belum Tuntas
26,92%
18,52%
20,00%
7,69%
0,00%
Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 1. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Adapun rekapitulasi aktivitas siswa untuk setiap tindakannya dimulai dari siklus I sampai siklus
III adalah sebagai berikut ini.

Tabel 1. Persentase Penilaian Aktivitas Siswa


Tindakan Persentase (%)
Siklus I 50,59%
Siklus II 76,73%
Siklus III 91,11%

Hasil selanjutnya yaitu kinerja guru yang kegiatan akhir pembelajaran. Dengan
dilakukan selama pembelajaran. Persentase demikian proses pembelajaran berjalan
kinerja guru mengalami peningkatan dari dengan baik dan sesuai dengan yang
setiap siklusnya. Hal ini membuktikan bahwa diharapkan. Berikut adalah tabel rekapitulasi
guru sangat antusias dalam melaksanakan penilaian kinerja guru dimulai dari
pembelajaran menggunakan metode role perencanaan sampai dengan pelaksanaan
playing, mulai dari kegiatan awal sampai dari siklus I-III.

Tabel 2. Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru


NO Kegiatan Siklus I Siklus II Siklus
III
1 Perencanaan Pembelajaran 78% 89% 96%

2 Pelaksanaan Pembelajaran 61% 87% 91%

Akumulasi Persentase Perencanaan 69,5% 88% 93,5%


dan Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian menggunakan tindakan yaitu siklus III. Diawali dengan


metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), pengambilan data awal. Dari data yang
maka pemaparan pada bahasan ini dimulai diperoleh dengan melakukan observasi
dari pengumpulan data awal hingga akhir proses pembelajaran dan wawancara kepada

617
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin

guru dan siswa, didapat gambaran sementara pengajaran berdasarkan pengalaman


bahwa siswa kelas IV SDN Sindang II tahun (Hamalik, 2001).
ajaran 2015/2016 masih belum memahami Penggunaan metode yang tepat,
materi hubungan mahluk hidup dengan mengantarkan siswa pada hasil pembelajaran
lingkungannya. Data awal ini dijadikan bahan yang baik. Hal ini diakibatkan karena
untuk melaksanakan penelitian tindakan penggunaan suatu metode, khususnya role
kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus. playing pada pembelajaran IPA khususnya
materi hubungan mahluk hidup dengan
Ditemukan temuan-temuan yang diperoleh lingkungannya mengantarkan siswa pada
selama melakukan penelitian di antaranya pemahaman yang lebih baik terhadap suatu
bahwa dalam pembelajaran IPA, tidak semua materi.
materi dapat disampaikan dengan metode
ceramah saja, tetapi ada beberapa materi Menurut Arifin (2012) hasil belajar
yang memerlukan metode pembelajaran merupakan berbagai upaya yang dilakukan
yang bervariasi sehingga membuat siswa bagi perbaikan proses belajar, sehingga
untuk lebih aktif dan termotivasi untuk pembelajaran efektif dilakukan secara
belajar. Solusi yang bisa digunakan yaitu guru optimal yang dapat dilihat dari perolehan
hendaknya banyak memberikan rangsangan ketuntasan belajarnya. Hasil belajar yang
kepada siswa agar mau berinteraksi dengan diperoleh mampu mengubah perilaku atau
lingkungan secara aktif, mencari dan bahkan pola berfikir siswa terkait
menemukan berbagai hal dari lingkungan pembelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan
yang dapat ia pahami dengan mudah. pendapat Bundu (2006) yang menyatakan
Penyelesaian masalah pada siswa yang bahwa hasil belajar Sains SD adalah segala
mendapat nilai belum memenuhi KKM, serta sesuatu yang menciptakan terjadinya
mengatasi siswa yang pasif selama proses perubahan tingkah laku ataupun berbagai hal
pembelajaran berlangsung yaitu salah lainnya pada diri siswa dalam bidang sains
satunya menggunakan metode. Salah satu sebagai bagian dari hasil mengikuti proses
metode yang hendak disusun oleh guru dan pembelajaran sains. Hasil belajar yang baik
cocok untuk anak pada pembelajaran IPA dapat dicapai siswa dengan memperhatikan
khususnya pada materi hubungan mahluk beberapa aspek yang harus dipenuhi. Dimulai
hidup dengan lingkungannya, ialah belajar dari perencanaan pembelajaran sampai
melalui pengalaman langsung (learning by dengan pelaksanaan pembelajaran. Pada
doing). Beberapa teori belajar seperti Teori tahap perencanaan, peneliti menyusun RPP
Belajar Kontruktivisme, Teori Belajar Gestalt, dengan memperhatikan standar kompetensi
dan Teori Belajar Edgar Dale yang dan kompetensi untuk merumuskan tujuan
didalamnya menekankanpada pengalaman pembelajaran, pemilihan materi ajar dan
belajar. Salah satunya yaitu teori belajar media pembelajaran yang akan digunakan
gestalt yang menyatakan bahwa proses pada pembelajaran. Selanjutnya menyusun
mengembangkan pemahaman terhadap langkah kegiatan pembelajaran pada inti
suatu situasi permasalahan, yang diantaranya pembelajaran dengan menyesuaikan
ialah prinsip penerapan belajar berdasarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut
pengalaman (Sanjaya, 2006, hlm.118). dengan tahapan yang ada dalam
Metode pembelajaran yang menekankan menggunakan metode role playing dalam
pada pengalaman belajar salah satunya yaitu pembelajaran. Kemudian menyusun LKS
metode role playing karena dilihat dari untuk proses pembelajaran dan menyusun
pengertiannya pula, bermain peran (role soal serta kunci jawaban untuk mengevaluasi
playing) merupakan salah satu dari siswa sehingga dapat mengukur dan

618
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

mengetahui hasil belajar siswa. Selanjutnya materi atau topik tentunya yang dekat
pelaksanaan penerapan metode role playing dengan kehidupan siswa. Kemudian siswa
pada kegaiatan pembelajaran, yaitu dengan bebas untuk mengekspresikan imajinasinya
mengaplikasikan rencana yang telah dibuat kedalam gerakan-gerakan serta pengucapan
sebelumnya dan instrument yang kata-kata yang sesuai dengan peran yang
menunjang, kemudian dituangkan dalam dimainkannya.
proses pembelajaran. Pada setiap kegiatan
pembelajaran dilakukan untuk memperbaiki Pada proses pembelajaran dalam penelitian
dari siklus sebelumnya guna mencapai tujuan ini, tidak hanya melihat dan meneliti
serta target yang telah ditetapkan. Guru sejauhmana penerapan metode role playing
melakukan perbaikan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada materi hubungan mahluk hidup dengan
siklus sebelummya. Pelaksanaan lingkungannya, tetapi secara umum dapat
pembelajaran dengan menerapkan metode dikatakan bahwa pembelajaran hubungan
pembelajaran role playing dilakukan selama mahluk hidup dengan lingkungannya di SDN
III siklus. Hal ini disebabkan karena Sindang II dengan menggunakan metode role
pelaksanaan pembelajaran dengan metode playing berhasil, baik dalam perencanaan
pembelajaran role playing meningkat dan pembelajaran, proses pembelajaran, maupun
sudah mencapai target yang telah ditetapkan dari perolehan nilai siswa pada akhir
yaitu 85%. pembelajaran. Peningkatan perolehan nilai
yang telah mencapai target ini merupakan
Melalui bermain peran yang dilakukan siswa bukti bahwa pembelajaran dengan metode
dapat meningkatkan kemampuan role playing ini dapat diterapkan dalam
berkomunikasi yang baik dengan teman pembelajaran khususnya IPA. Berdasarkan
lainnya, dan keterampilan berfikir siswa lebih temuan-temuan penelitian bahwa dengan
berkembang dengan menganalisis berbagai menerapkan metode role playing dapat
macam peristiwa yang dilakukan oleh meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada
observer. Selain itu terciptanya kerja sama, materi hubungan mahluk hidup dengan
partisipasi dan tanggung jawab siswa dalam lingkungannya serta termotivasi untuk lebih
kelompok berdampak pada kinerja tim yang aktif dan antusias dalam mengikuti
baik membentuk sikap gotong royong serta pembelajaran dan juga dapat menjawab soal
motivasi untuk menampilkan yang terbaik. evaluasi dengan tepat sehingga disetiap
Hal tersebut sejalan dengan kelebihan dari sikklusnya hasil belajar siswa mengalami
metode role playing menurut Metode role peningkatan.
playing memiliki kelebihan dalam
penggunaananya. Menurut Mansyur (Sagala, KESIMPULAN
2006) kelebihan dari metode role playing Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
yaitu, dengan penerapan metode role playing penelitian ini adalah sebagai berikut.
siswa dilatih untuk dapat memahami,
mengingat bahan yang akan didramakan Perencanaan metode pembelajaran role
seputar materi ajar. Selanjutnya murid akan playing untuk mengatasi permasalahan
terbiasa untuk berkreasi, berinsiatif serta pembelajaran yang ditemukan pada
kreatif. Role playing dapat menuntun siswa observasi awal sangat menentukan tingkat
untuk bekerja sama dalam kelompok. keberhasilan target yang diharapkan.
Memupuk rasa tanggung jawab akan tugas Gambaran perencanaan pembelajaran untuk
yang diterima. Konsep penerapan metode meningkatkan hasil belajar siswa dilakukan
role playing yang dilakukan pada pemilihan dengan memperhatikan tahapan role playing.

619
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, Ali Sudin

Setelah dilaksanakan tindakan hingga tiga DAFTAR PUSTAKA


siklus, kinerja guru terhadap perencanaan
pembelajaran mencapai target yang telah Arifin, Z. (2012). Evaluasi pembelajaran
ditentukan dengan persentase 96%. prinsip, teknik, prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Gambaran pelaksanaan pembelajaran
dengan role playing untuk meningkatkan Bundu, P. (2006). Penilaian keterampilan
hasil belajar siswa tentang hubungan mahluk proses dan sikap ilmiah dalam
hidup dengan lingkungannya di kelas IV SDN pembelajaran sain–SD. Jakarta:
Sindang II, pada setiap siklusnya dilakukan Deparetemen Pendidikan Nasional
sembilan tahap dalam role playing. Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
bagian pelaksanaan dibagi menjadi dua, yaitu Direktorat Ketenagaan.
kinerja guru dan aktivitas siswa. Kinerja guru
pada pelaksanaan ini setelah melaksanakan Hamalik, O. (2001). Proses belajar mengajar.
tigas siklus mencapai target yang telah Jakarta : PT. Bumi Aksara
ditentukan dengan persentase yang dicapai
yaitu 91%. Adapun aktivitas siswa selama Hanifah, N. (2014). Memahami penelitian
pelaksanaan yang diamati dan dinilai adalah tindakan kelas. Bandung: UPI PRESS
mengemukakan pendapat, antusian dalam
mengikuti pembelajaran, aktif dalam Samatowa, U. (2006). Bagaimana
berdiskusi dan bekerjasama dengan orang membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
lain. Setelah menjalani tindakan hingga tiga Jakarta: Depdiknas.
siklus aktivitas siswa juga telah mencapai
target yang telah ditentukan yakni dengan Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran.
persentase yang dicapai 91,11%. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Hasil belajar siswa pada materi hubungan Sujana, A. (2013). Pendidikan IPA. Bandung:
mahluk hidup dengan lingkungannya setelah Rizqi Press.
diterapkannya role playing pada
pembelajaran tersebut, untuk menilai hasil Sumaatmadja, N. dkk. (2007). Konsep Dasar
belajarnya, yakni sesuai dengan tujuan IPS. Jakarta: Depdiknas UT.
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Adapun tujuan pembelajaran tersebut adalah
menjelaskan mengidentifikasi hubungan khas
(simbiosis) mahluk hidup dengan benar,
mengkalsifikasikan mahluk hidup yang
termasuk kedalam macam-macam simbiosis
dengan benar, dan mengklasifikasikan
mahluk hidup sesuai tingkatannya pada
peristiwa rantai makanan dengan benar.
Berdasarkan hasil tes akhir pembelajaran
didapat data bahwa pada siklus I siswa yang
tuntas mencapai 26,92%, sedangkan siklus II
mencapai 57,69%, dan siklus III mencapai
92,31%.

620

Anda mungkin juga menyukai