Anda di halaman 1dari 21

1

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


A. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu
tubamuskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus dan organ-organ
aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas
(Sloane, 2004 : 281). Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 984) saluran
gastrointestinal adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki) yang berjalan
dari mulut melalui esofagus. Lambung dan usus sampai anus. Organ saluran
cerna (gastrointestinal) adalah membentuk suatu lumen kontinyu yang berawal
di mulut dan berakhir di anus, fungsi utama saluran cerna adalah mencerna
makanan dan menyerap cairan dan zat gizi yang diperlukan untuk energi dan
sebagai bahan dasar (building bloks) untuk pertumbuhan (Alpers, 2006 : 1099).
1. Rongga oral
Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ
aksesoris yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.
a. Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat organ
ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara
b. Pipi, Mengandung otot buksinator mastikasi lapisan epitelial pipi
merupakan subject abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian
diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat.
c. Lidah, Diletakkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua, lidah berfungsi
untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk
pengecapan, dan dalam produksi wicara.
d. Kelenjar saliva atau ludah, Mensekresi saliva ke dalam rongga oral, saliva
terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang
mengandung mukus, fungsi saliva adalah melarutkan makanan secara kimia,
melembabkan dan melumasi makanan, sebagai zat anti bakteri dan antibody
yang membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
e. Gigi, Tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan
maksila. Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer (desiduous, gigi susu)

2

yang totalnya 20 gigi, dan gigi sekunder (permanen) yang total keseluruhan
32 gigi, yang digunakan untuk pengunyahan (mastikasi) (Sloane, 2004 : 284).



2. Faring
Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan esofagus, aksi
penelanan meliputi tiga fase (volunter, faring, esofagus) (Sloane, 2004 : 2850.

3. Esofagus
Esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui
gerak peristaltik, mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus
untuk melumasi dan melindungi esofagus, esofagus tidak memproduksi
enzim pencernaan.

4. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri
rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian kecuali bagian kecil
terletak pada bagian sisi garis tengah. Regia-regia lambung terdiri dari
bagian-bagian jantung, fundus, badan organ dan bagian pilorus.
a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan
lambung (pertemuan gastroesofagus).
b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
c. Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus yang
membentuk dua pertiga bagian lambung.
d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan
membuka ke duodenum.
Fungsi lambung terdiri dari penyimpanan makanan, produksi kismus,
digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik (glikoprotein,
vitamin B12 dan absorpsi (Sloane, 2004 : 288).
Vaskularisasi

3

Arteri
1. Arteri gastrica sinistra
2. Arteri gastrica dextra
3. Arteri gastrica breve
4. Arteri gastroepiploica sinistra
5. Arteri gastroepiploica dextra
Vena
1. Vena gastrica dextra et sinistra
2. Vena gastrica breve dan gastroepiploica sinistra bermuara ke vena
lienalis
3. Gastroepiploica dextra bermuara ke vena mesenterica superior
Persarafan
1. Pleksus symphaticus coeliacus dan n. Vagus sinistra et dextra

5. Usus halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari
sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus
besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5
meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan
muskularis eksterna berelaksasi. Divisi usus halus ada 3 yaitu : duodenum
yaitu bagian yang terpendek (25 cm sampai 30 cm), yeyenum adalah bagian
yang selanjutnya, panjangnya kurang lebih 1 meter sampai 1,5 meter, ileum (2
m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar. Dan gerakan
usus ada 2 jenis yaitu segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama,
segmentasi mencampur kismus dengan cairan pencernaan dan
memaparkannya ke permukaan absorptif. Gerakan peristaltis adalah
kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular. Kontraksi ini adalah
daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjang
saluran (Sloane, 2004 : 289).
Intestinum tenue dibagi tiga bagian : duodenum, jejenum, ileum.
1. Duodenum

4

Anatomi
Terletak diregio epigastrica dan umbilicalis, berbentuk seperti tabung seperti huruf
C sepanjang 25 cm menghubungkan gaster dengan jejenum. Usus ini menerima
duktus choledochus dan duktus pankreaticus. Ia dibagi menjadi empat bagian :
1. Pars superior duodeni
2. Pars descendens duodeni
3. Pars inferior duodeni
4. Pars ascendens duodeni
Vaskularisasi
1. Arteri dan vena Pancreaticoduodenalis superior
2. Arteri dan vena Pancreaticoduodenalis inferior
Persarafan
1. N. Symphaticus dan parasymphaticus
2. Jejenum dan Ileum
Anatomi
Jejenum terletak diregio midabdominalis sinistra sedangkan ileum di regio
abdominalis dexter sebelah bawah. Mereka sangat mobil dan digantung oleh
mesostenium.
Vaskularisasi
1. Arteri mesenterica superior
2. Arteri ileocolica
3. Aliran darah vena bermuara ke vena mesenterica superior
Persarafan
1. Simpatik dan parasimpatik

6. Usus besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian
besar nutrien telah dicerna dan diambil dan hanya menyisakan zat-zat yang
tidak tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk
menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya. Bagian-bagian
usus besar antara lain sekum, apendik, dan kolon terdiri dari asenden,

5

tranversum, desenden dan sigmoid. Usus besar berfungsi sebagai tempat
absorbsi air, natrium, dan mineral lain, sebagai tempat tinggal bakteri colli dan
tempat feses (Sloane, 2004 : 295).

7. Rectum
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum
dan os koksigis. Fungsi rektum adalah sebagai jalannya feses dari kolon menuju
anus.

8. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar. Fungsi anus adalah mengeluarkan feses. Dinding
anus di perkuat oleh 3 sfingter antara lain sfingter ani internus, levator ani, dan
sfingter ani eksternus.
Dalam membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi
dibutuhkan organ-organ aksesoris yang meliputi hati, kantong empedu dan
pankreas.
1. Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, permukaan atas berbentuk cembung,
dan terletak di bawah diafragma, terdapat lobus kanan dan kiri yang berfungsi
memecah steroid, membuat empedu, membantu katabolisme karbohidrat, protein,
lemak dan vitamin, memecah obat-obatan tertentu (Inayah, 2004 : 14).
2. Kantong empedu
Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh hati bersifat alkali untuk
mencerna lemak 80 % getah empedu adalah pigmen zat warna antara lain
strekobillin yang merupakan warna feses, berfungsi sebagai diabsorbsi kembali oleh
darah dan memberi warna pada urin (urobilin) (Inayah, 2004 : 14).
3. Pankreas
Pankreas mempunyai dua kelenjar utama yaitu endokrin yang mengeluarkan
insulin dan eksokrin yang meneruskan salurannya ke saluran pankreatik interna

6

lalu ke saluran pankreatik eksterna yaitu duktus wirsung dan santorini (Inayah,
2004 : 11)

B. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
menerima makanan (Mulut)
memecah makanan menjadi zat-zat gizi (Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan
& Lambung)
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah (Usus)
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.

-Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih
rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

-Lambung

7

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan
masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter),
yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
lendir
asam klorida (HCl)
prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

-Usus Halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.

8


-Pankreas
Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas
juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

-Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan
diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan
vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah
yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi,
setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum.

-KandungEmpedu&SaluranEmpedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting :
membantu pencernaan dan penyerapan lemak

9

berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol
-UsusBesar
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di
ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu cincin
berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup


10

2. DIARE AKUT PADA ANAK
A. Definisi
Diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dengan konsistensi feses
cair dengan atau tanpa darah, biasanya disebabkan oleh proses infeksi. Gejala-gejala
penyerta meliputi demam, menggigil, anoreksia, muntah, dan malaise.
Berdasarkan penyebabnya, diare dapat dibagi menjadi:
Diare viral akut
Bentuk diare yang paling umum, biasanya terjadi selama 1-3 hari, dan dapat sembuh
sendiri (self-limited). Menyebabkan sejumlah perubahan pada morfologi sel usus
halus seperti pemendekan villi dan peningkatan jumlah sel kripta.

Diare bakterial
Bentuk diare yang dapat dicurigai apabila terdapat riwayat mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi bakteri. Diare berkembang dalam 12 jam setelah
makan yang diakibatkan oleh ingesti toksin bakteri.
Diare et causa protozoa
Pada diare yang disebabkan oleh infeksi protozoa, misalnya oleh Giardia lamblia,
menyebabkan diare dengan feses cair dan berkepanjangan, biasanya didapat setelah
berkunjung ke area endemik dimana suplai air pada area tersebut telah
terkontaminasi.
Traveler's diarrhea
Secara tipikal muncul 3-7 hari setelah kedatangan individu ke lokasi asing tertentu
dan umumnya akut.
B. Epidemiologi
Baik di negara berkembang maupun negara maju, rotavirus sebagai penyebab 1/3
kasus rawat inap diare pada bayi dan anak-anak dibawah usia 5 tahun. Di daerah

11

iklim sedang, diare yang disebabkan oleh rotavirus mencapai puncak selama musim
dingin, sedangkan di daerah tropis kasus ditemukan sepanjang tahun.
Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari
rotavirus. Persentase yang lebih tinggi ditemui di tingkat Asia. Rata-rata dengan
angka di atas 50 persen. Di Korea bahkan kasus diare akibat rotavirus 73 persen.
Untuk tingkat dunia, 440 ribu kematian anak setiap tahun meninggal akibat
rotavirus. Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian
anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya akibat
rotavirus. Rotavirus menyebabkan diare berat. Jadi jika pasien tidak dirawat di
sarana kesehatan yang memadai, kemungkinan besar ia meninggal.
Hasil penelitian yang dilakukan Eko Raharjo dkk di RS Karantina Jakarta pada
tahun 1989 melaporkan bahwa balita dan anak-anak dibawah umur lima tahun
cenderung terinfeksi rotavirus, selain itu juga dilaporkan bahwa infeksi roita virus
lebih sering terjadi pada musim kemarau.
C. Etiologi
Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang
termasuk dalam family Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup
A sering menyerang bayi dan grup B jarang menyerang bayi. Terdapat empat
serotipe major dan paling sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada
manusia. Pembagian serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein
virus 7 (VP7). Virus ini terdiri dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan
inti. Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen mengandung RNA rantai
ganda, yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4,
VP6, VP7 ) dan lima protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua
struktur protein yaitu VP7 yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4
yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan protein, merupakan protein
yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting
untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling
banyak adalah VP6, dan sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen,

12

sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan
sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat dalam
mempengaruhi virulensi dari rotavirus.

D. Patogenesis
Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung vili usus
kecil. Virus ini menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil,
berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear pada
lamina propria. Kelainan morfologis ini dapat minimal, dan hasil penelitian baru
menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus.
Rotavirus menempel dan masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang dapat
menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus mensintesis dan mensekresi
sitokin dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari
penderita dalam bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru
juga mengatakan diare terjadi pada infeksi rotavirus karena adanya protein
nonstruktural dari virus yang mirip dengan enterotoksin yang menyebabkan sekresi
aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi kalsium intra sel
Patogenesis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman
b. Virus sampai kedalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi serta
jonjot-jonjot (villi) usus halus.
c. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang
berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang. Sehingga fungsinya
masih belum baik.
d. Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan
makanan dengan baik.

13

e. Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus.
f. Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak
terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadi diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus naik sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbullah diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat-rangsangan-tertentu-(toksin)..pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare karena
kenaikan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare- Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul
diare pula.
E. Gejala Klinis
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan
demam ringan sampai sedang dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair
yang sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari kedua sakit, tapi diare
sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang
nyata. Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi.
Walaupun kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala.

14

Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus berkembang dari diare ringan
sampai diare berat yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan
kematian pada bayi dan anak-anak. Pada anak berumur diatas tiga bulan akan
menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak muncul
(asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba-
tiba dan memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea).
Gejala gastrointestinal akan hilang setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi
rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu.
F. Faktor Risiko
1. Umur > 60 tahun / <5 tahun
2. Developed diarrhea: setelah minum pruduk dari susu, selama atau setelah
perjalanan (terutama daerah ysng kurang berkembang), setelah berenang pada air
yang terkontaminasi, atau setelah berlayar
3. Terpapar hewan peternakan
4. Kelompok situasi tertentu: asrama, rumah sakit, kampi militer, pusat
perawatan anak, panti jompo
5. Riwayat bedah gallbladder, abdominal, bariatric untuk obesitas, terapi radiasi
6. Gaya hidup
Penggunaan alkohol
Penyalahgunaan obat
Sex oral atau anal
Bekerja di lingkungan kesehatan seperti rumah sakit
7. Pengobatan Antibiotik (ampicillin, amoxicillin, erytromycin, cephalosporins),
digoxin. Lithium, pengobatan untuk transplantasi organ, kemoterapi, terapi radiasi,
theophylline.
8. Penyakit
Kanker, CAD, HF, cystic fibrosis, diabetes, masalah traktus GI (lactose intolerance,
irritable bowel syndrome), eating disorders (anorexia dan bulimia), kelainan
endokrin (Addison disease, penyakit tiroid), HIV, inflammatory bowel disease,
penyakit ginjal,sindrom malabsorpsi.


15

G. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan diare:
Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum)
maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Diet:
- ASI tetap diberikan, pisang, nasi, atau makanan lunak, konsumsi makanan
tinggi potasium.
- Selama periode diare aktif, hindari produk susu, buah-buahan, daging merah
(daging sapi), dan makanan yang berbumbu
- Apabila frekuensi BAB menurun, perlahan dapat mulai mengkonsumsi nasi,
kentang rebus, ataupun sup ayam
- Apabila konsistensi feses sudah padat, dapat mulai mengkonsumsi ikan,
ayam, apel, ataupun pisang
Medikamentosa
1. Kausatif: antibiotik jika bukan disebabkan oleh virus atau jika ada infeksi
sekunder
Aeromonas species Use cefixime and most third- and
fourth-generation cephalosporins.
Campylobacter species Erythromycin shortens illness
duration and shedding.
C difficile Discontinue potential causative
antibiotics. If antibiotics cannot be
stopped or this does not result in
resolution, use oral metronidazole or
vancomycin. Vancomycin is reserved
for the child who is seriously ill.
C perfringens Do not treat with antibiotics.

16

Cryptosporidium
parvum
Paromomycin; however, effectiveness
is not proven. Nitazoxanide, a newer
anthelmintic, is effective against C
parvum.
Entamoeba histolytica Metronidazole followed by
iodoquinol or paromomycin
Asymptomatic carriers in
nonendemic areas: Iodoquinol or
paromomycin

Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas,
kecuali pada:
Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
Suspek kolera dengan dehidrasi berat
Diare persisten
Obat-obat antidiare meliputi antimotilitas (misal Ioperamis, sifenoksilat,
kodein, opium), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk
prometazin dan klorpromazin. Tidak satu pun obat-obat ini terbukti mempunyai
efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang
membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5 tahun.
Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan
sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik
dapat menyebabkan diare kronik.
Penilaian derajat dehidrasi :
Penilaian A B C
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
tidak sadar

17

Mata Normal Cekung Sangat cekung,
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut & lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa,
tidak haus
Haus, ingin
minum banyak
Malas minum
atau tidak bisa
minum
Hasil
pemeriksaan
Tidak dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang
Dehidrasi berat

RENCANA TERAPI A
(Untuk mengobati diare tanpa dehidrasi)
Tiga cara terapi diare dirumah:
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
o Gunakan cairan yang dianjurkan , seperti larutan oralit,makanan yang cair
(seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada air matang. Berikan larutan ini sebanyak
anak mau , berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah.
o Pemberian larutan ini teruskan hingga diare berhenti.
2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
o ASI diteruskan.
o Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan,
o Untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat
diberikan susu.
o bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat
- Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging
atau ikan. Tmbahkan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi.
- Berikan sari buah segar, atau pisang halus untuk menanbahkan kalium
- Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan
baik.
- Bujuk anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari

18

- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi makanan
tambahan setiap hari selama 2 minggu.
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik
Dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut:
o buang air besar cair lebih sering
o muntah berulang-ulang
o rasa haus yang nyatak
o makan atau minum sedikit
o demam
o tinja berdarah

RENCANA TERAPI B
(Untuk terapi dehidrasi ringan/sedang)
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama ialah 75 ml/kgBB. Bila berat
badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit
sesuai tabel dibawah ini:
Umur < 1 tahun 1 4 tahun > 5 tahun
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 m

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah
ASI diteruskan.
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat asi berikan juga 100 200 ml
air masak selama masa ini.
Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit
tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 3 menit.
Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air masak
atau asi beri Oralit sesuai rencana tetapi a bila pembengkakan telah hilang Setelah 3-
4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana
terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi.

19

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi a, bila dehidras telah hilang
anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang rencana terap b,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi a.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi c.

RENCANA TERAPI C
(Untuk dehidrasi berat)
Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu
cairan I.V dimulai.
Beri 100 ml/kg.catatan Ringer laklat (atau cairan normal selain bila ringer laktat
tidak tersedia) dibagi sebagai berikut:

Umur Pemberian 1 Kemudian
Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam

Anak =1 tahun jam 1 jam

2 jam 3 jam
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum
Tercapai pencepat tatasan Intravena.
Juga berikan oralit (5ml/kg/jam), bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2(anak).
Setelah 6jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel
Pernilaian.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk
melanjutkan terapi.
Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung
- natrium klorida 3,5 g/ l
- ntrium bikarbonat 2,5 g / l

20

- kalium klorida 1,5 g / l
- glukosa 20 g/ l
Elektrolit yang dikandung:
- natrium 90 mMol/l
- Klorida 80 mMol/ l
- Kalium 20 mMol/l
- Bikarbonat 30 mMol/l
- Glukosa 111mMol/l

Promotif: penjelasan kepada orang tua mengenai gejala diare dan dehidrasi
dan yang terpenting penjelasan mengenai penanganan yang cepat dan tepat bila si
anak telah menunjukkan gejala dehidrasi.
Prognosis
Dubia et bonam bila dehidrasi ditangani dengan baik. Diare akut dengan
dehidrasi berat dapat menyebabkan kematian
Pencegahan
a. Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus
peroral yaitu. Tetravalent-Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) telah diizinkan
digunakan untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada usia
6 minggu 1 tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia 2, 4
dan 6 bulan. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan
jumlah pasien diare yang dirawat akibat rotavirus secara bermakna. Imunisasi ini di
Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan, sementara itu di Indonesia vaksinasi
rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK sedang
menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8
minggu. Harganya memang masih mahal Rp300ribu-500 ribu satu kali penggunaan
vaksin.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat mencegah penularan penyakit melalui
fekal-oral tidak efektif dalam mencegah penularan virus ini, oleh karena virus dapat
hidup untuk jangka lama pada permukaan yang keras, pada air terkontaminasi dan

21

di tangan. Rotavirus relatif tahan terhadap disinfektan yang umum digunakan tetapi
dapat diinaktivasi dengan klorin.
c. Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju yang dapat
menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk menutup popok bayi, diketahui dapat
menurunkan angka penularan infeksi.
d. Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak kecil dengan orang
yang menderita diare akut di dalam lingkungan keluarga dan intitusi.
e. Apabila berpergian, hindari menyikat gigi ataupun minum air yang
dicurigai kurang bersih atau terkontaminasi, mengkonsumsi es batu.
f. Hindari mengkonsumsi makanan laut ataupun daging setengah matang
atau mentah, serta makanan yang dijajakan di pinggir jalan

Kompetensi Dokter Umum
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan (misalnya laboratorium sederhana dan x-ray). Dokter dapat memutuskan
dan mampu menangani diare hingga tuntas.
Pertimbangan untuk merujuk pasien:
a. Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak
bermanfaat.
b. Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian
oralit kurang berhasil.
c. Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan
kaki dingin, tidak sadar).

Anda mungkin juga menyukai