Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu tubamuskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus dan organ-organ aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas (Sloane, 2004 : 281). Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 984) saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki) yang berjalan dari mulut melalui esofagus. Lambung dan usus sampai anus. Organ saluran cerna (gastrointestinal) adalah membentuk suatu lumen kontinyu yang berawal di mulut dan berakhir di anus, fungsi utama saluran cerna adalah mencerna makanan dan menyerap cairan dan zat gizi yang diperlukan untuk energi dan sebagai bahan dasar (building bloks) untuk pertumbuhan (Alpers, 2006 : 1099). 1. Rongga oral Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesoris yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. a. Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara b. Pipi, Mengandung otot buksinator mastikasi lapisan epitelial pipi merupakan subject abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat. c. Lidah, Diletakkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua, lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi wicara. d. Kelenjar saliva atau ludah, Mensekresi saliva ke dalam rongga oral, saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus, fungsi saliva adalah melarutkan makanan secara kimia, melembabkan dan melumasi makanan, sebagai zat anti bakteri dan antibody yang membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi. e. Gigi, Tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila. Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer (desiduous, gigi susu)
2
yang totalnya 20 gigi, dan gigi sekunder (permanen) yang total keseluruhan 32 gigi, yang digunakan untuk pengunyahan (mastikasi) (Sloane, 2004 : 284).
2. Faring Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan esofagus, aksi penelanan meliputi tiga fase (volunter, faring, esofagus) (Sloane, 2004 : 2850.
3. Esofagus Esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristaltik, mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus, esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.
4. Lambung Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian kecuali bagian kecil terletak pada bagian sisi garis tengah. Regia-regia lambung terdiri dari bagian-bagian jantung, fundus, badan organ dan bagian pilorus. a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus). b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus. c. Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus yang membentuk dua pertiga bagian lambung. d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum. Fungsi lambung terdiri dari penyimpanan makanan, produksi kismus, digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik (glikoprotein, vitamin B12 dan absorpsi (Sloane, 2004 : 288). Vaskularisasi
3
Arteri 1. Arteri gastrica sinistra 2. Arteri gastrica dextra 3. Arteri gastrica breve 4. Arteri gastroepiploica sinistra 5. Arteri gastroepiploica dextra Vena 1. Vena gastrica dextra et sinistra 2. Vena gastrica breve dan gastroepiploica sinistra bermuara ke vena lienalis 3. Gastroepiploica dextra bermuara ke vena mesenterica superior Persarafan 1. Pleksus symphaticus coeliacus dan n. Vagus sinistra et dextra
5. Usus halus Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi. Divisi usus halus ada 3 yaitu : duodenum yaitu bagian yang terpendek (25 cm sampai 30 cm), yeyenum adalah bagian yang selanjutnya, panjangnya kurang lebih 1 meter sampai 1,5 meter, ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar. Dan gerakan usus ada 2 jenis yaitu segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama, segmentasi mencampur kismus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke permukaan absorptif. Gerakan peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular. Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjang saluran (Sloane, 2004 : 289). Intestinum tenue dibagi tiga bagian : duodenum, jejenum, ileum. 1. Duodenum
4
Anatomi Terletak diregio epigastrica dan umbilicalis, berbentuk seperti tabung seperti huruf C sepanjang 25 cm menghubungkan gaster dengan jejenum. Usus ini menerima duktus choledochus dan duktus pankreaticus. Ia dibagi menjadi empat bagian : 1. Pars superior duodeni 2. Pars descendens duodeni 3. Pars inferior duodeni 4. Pars ascendens duodeni Vaskularisasi 1. Arteri dan vena Pancreaticoduodenalis superior 2. Arteri dan vena Pancreaticoduodenalis inferior Persarafan 1. N. Symphaticus dan parasymphaticus 2. Jejenum dan Ileum Anatomi Jejenum terletak diregio midabdominalis sinistra sedangkan ileum di regio abdominalis dexter sebelah bawah. Mereka sangat mobil dan digantung oleh mesostenium. Vaskularisasi 1. Arteri mesenterica superior 2. Arteri ileocolica 3. Aliran darah vena bermuara ke vena mesenterica superior Persarafan 1. Simpatik dan parasimpatik
6. Usus besar Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian besar nutrien telah dicerna dan diambil dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya. Bagian-bagian usus besar antara lain sekum, apendik, dan kolon terdiri dari asenden,
5
tranversum, desenden dan sigmoid. Usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air, natrium, dan mineral lain, sebagai tempat tinggal bakteri colli dan tempat feses (Sloane, 2004 : 295).
7. Rectum Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Fungsi rektum adalah sebagai jalannya feses dari kolon menuju anus.
8. Anus Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar. Fungsi anus adalah mengeluarkan feses. Dinding anus di perkuat oleh 3 sfingter antara lain sfingter ani internus, levator ani, dan sfingter ani eksternus. Dalam membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi dibutuhkan organ-organ aksesoris yang meliputi hati, kantong empedu dan pankreas. 1. Hati Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, permukaan atas berbentuk cembung, dan terletak di bawah diafragma, terdapat lobus kanan dan kiri yang berfungsi memecah steroid, membuat empedu, membantu katabolisme karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, memecah obat-obatan tertentu (Inayah, 2004 : 14). 2. Kantong empedu Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh hati bersifat alkali untuk mencerna lemak 80 % getah empedu adalah pigmen zat warna antara lain strekobillin yang merupakan warna feses, berfungsi sebagai diabsorbsi kembali oleh darah dan memberi warna pada urin (urobilin) (Inayah, 2004 : 14). 3. Pankreas Pankreas mempunyai dua kelenjar utama yaitu endokrin yang mengeluarkan insulin dan eksokrin yang meneruskan salurannya ke saluran pankreatik interna
6
lalu ke saluran pankreatik eksterna yaitu duktus wirsung dan santorini (Inayah, 2004 : 11)
B. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut : menerima makanan (Mulut) memecah makanan menjadi zat-zat gizi (Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan & Lambung) menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah (Usus) membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
-Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian- bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
-Lambung
7
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir asam klorida (HCl) prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
-Usus Halus Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
8
-Pankreas Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar : Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan Pulau pankreas, menghasilkan hormon Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
-Hati Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
-KandungEmpedu&SaluranEmpedu Empedu memiliki 2 fungsi penting : membantu pencernaan dan penyerapan lemak
9
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol -UsusBesar Usus besar terdiri dari : Kolon asendens (kanan) Kolon transversum Kolon desendens (kiri) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Rektum & Anus Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup
10
2. DIARE AKUT PADA ANAK A. Definisi Diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dengan konsistensi feses cair dengan atau tanpa darah, biasanya disebabkan oleh proses infeksi. Gejala-gejala penyerta meliputi demam, menggigil, anoreksia, muntah, dan malaise. Berdasarkan penyebabnya, diare dapat dibagi menjadi: Diare viral akut Bentuk diare yang paling umum, biasanya terjadi selama 1-3 hari, dan dapat sembuh sendiri (self-limited). Menyebabkan sejumlah perubahan pada morfologi sel usus halus seperti pemendekan villi dan peningkatan jumlah sel kripta.
Diare bakterial Bentuk diare yang dapat dicurigai apabila terdapat riwayat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri. Diare berkembang dalam 12 jam setelah makan yang diakibatkan oleh ingesti toksin bakteri. Diare et causa protozoa Pada diare yang disebabkan oleh infeksi protozoa, misalnya oleh Giardia lamblia, menyebabkan diare dengan feses cair dan berkepanjangan, biasanya didapat setelah berkunjung ke area endemik dimana suplai air pada area tersebut telah terkontaminasi. Traveler's diarrhea Secara tipikal muncul 3-7 hari setelah kedatangan individu ke lokasi asing tertentu dan umumnya akut. B. Epidemiologi Baik di negara berkembang maupun negara maju, rotavirus sebagai penyebab 1/3 kasus rawat inap diare pada bayi dan anak-anak dibawah usia 5 tahun. Di daerah
11
iklim sedang, diare yang disebabkan oleh rotavirus mencapai puncak selama musim dingin, sedangkan di daerah tropis kasus ditemukan sepanjang tahun. Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari rotavirus. Persentase yang lebih tinggi ditemui di tingkat Asia. Rata-rata dengan angka di atas 50 persen. Di Korea bahkan kasus diare akibat rotavirus 73 persen. Untuk tingkat dunia, 440 ribu kematian anak setiap tahun meninggal akibat rotavirus. Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Rotavirus menyebabkan diare berat. Jadi jika pasien tidak dirawat di sarana kesehatan yang memadai, kemungkinan besar ia meninggal. Hasil penelitian yang dilakukan Eko Raharjo dkk di RS Karantina Jakarta pada tahun 1989 melaporkan bahwa balita dan anak-anak dibawah umur lima tahun cenderung terinfeksi rotavirus, selain itu juga dilaporkan bahwa infeksi roita virus lebih sering terjadi pada musim kemarau. C. Etiologi Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi dan grup B jarang menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada manusia. Pembagian serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein virus 7 (VP7). Virus ini terdiri dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti. Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen mengandung RNA rantai ganda, yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4, VP6, VP7 ) dan lima protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua struktur protein yaitu VP7 yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4 yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan protein, merupakan protein yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling banyak adalah VP6, dan sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen,
12
sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat dalam mempengaruhi virulensi dari rotavirus.
D. Patogenesis Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus ini menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis ini dapat minimal, dan hasil penelitian baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus mensintesis dan mensekresi sitokin dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari penderita dalam bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi pada infeksi rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan enterotoksin yang menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi kalsium intra sel Patogenesis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat diuraikan sebagai berikut: a. Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman b. Virus sampai kedalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi serta jonjot-jonjot (villi) usus halus. c. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang. Sehingga fungsinya masih belum baik. d. Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik.
13
e. Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus. f. Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadi diare. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare: 1. Gangguan osmotik Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus naik sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbullah diare. 2. Gangguan sekresi Akibat-rangsangan-tertentu-(toksin)..pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare karena kenaikan isi lumen usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare- Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. E. Gejala Klinis Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata. Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala.
14
Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai diare berat yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi dan anak-anak. Pada anak berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak muncul (asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba- tiba dan memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan hilang setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu. F. Faktor Risiko 1. Umur > 60 tahun / <5 tahun 2. Developed diarrhea: setelah minum pruduk dari susu, selama atau setelah perjalanan (terutama daerah ysng kurang berkembang), setelah berenang pada air yang terkontaminasi, atau setelah berlayar 3. Terpapar hewan peternakan 4. Kelompok situasi tertentu: asrama, rumah sakit, kampi militer, pusat perawatan anak, panti jompo 5. Riwayat bedah gallbladder, abdominal, bariatric untuk obesitas, terapi radiasi 6. Gaya hidup Penggunaan alkohol Penyalahgunaan obat Sex oral atau anal Bekerja di lingkungan kesehatan seperti rumah sakit 7. Pengobatan Antibiotik (ampicillin, amoxicillin, erytromycin, cephalosporins), digoxin. Lithium, pengobatan untuk transplantasi organ, kemoterapi, terapi radiasi, theophylline. 8. Penyakit Kanker, CAD, HF, cystic fibrosis, diabetes, masalah traktus GI (lactose intolerance, irritable bowel syndrome), eating disorders (anorexia dan bulimia), kelainan endokrin (Addison disease, penyakit tiroid), HIV, inflammatory bowel disease, penyakit ginjal,sindrom malabsorpsi.
15
G. Penatalaksanaan Prinsip pengobatan diare: Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat). Diet: - ASI tetap diberikan, pisang, nasi, atau makanan lunak, konsumsi makanan tinggi potasium. - Selama periode diare aktif, hindari produk susu, buah-buahan, daging merah (daging sapi), dan makanan yang berbumbu - Apabila frekuensi BAB menurun, perlahan dapat mulai mengkonsumsi nasi, kentang rebus, ataupun sup ayam - Apabila konsistensi feses sudah padat, dapat mulai mengkonsumsi ikan, ayam, apel, ataupun pisang Medikamentosa 1. Kausatif: antibiotik jika bukan disebabkan oleh virus atau jika ada infeksi sekunder Aeromonas species Use cefixime and most third- and fourth-generation cephalosporins. Campylobacter species Erythromycin shortens illness duration and shedding. C difficile Discontinue potential causative antibiotics. If antibiotics cannot be stopped or this does not result in resolution, use oral metronidazole or vancomycin. Vancomycin is reserved for the child who is seriously ill. C perfringens Do not treat with antibiotics.
16
Cryptosporidium parvum Paromomycin; however, effectiveness is not proven. Nitazoxanide, a newer anthelmintic, is effective against C parvum. Entamoeba histolytica Metronidazole followed by iodoquinol or paromomycin Asymptomatic carriers in nonendemic areas: Iodoquinol or paromomycin
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada: Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis Suspek kolera dengan dehidrasi berat Diare persisten Obat-obat antidiare meliputi antimotilitas (misal Ioperamis, sifenoksilat, kodein, opium), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak satu pun obat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5 tahun. Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik. Penilaian derajat dehidrasi : Penilaian A B C Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, tidak sadar
17
Mata Normal Cekung Sangat cekung, kering Air mata Ada Tidak ada Tidak ada Mulut & lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum biasa, tidak haus Haus, ingin minum banyak Malas minum atau tidak bisa minum Hasil pemeriksaan Tidak dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat
RENCANA TERAPI A (Untuk mengobati diare tanpa dehidrasi) Tiga cara terapi diare dirumah: 1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. o Gunakan cairan yang dianjurkan , seperti larutan oralit,makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada air matang. Berikan larutan ini sebanyak anak mau , berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah. o Pemberian larutan ini teruskan hingga diare berhenti. 2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi o ASI diteruskan. o Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, o Untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu. o bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat - Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan. Tmbahkan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi. - Berikan sari buah segar, atau pisang halus untuk menanbahkan kalium - Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik. - Bujuk anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
18
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu. 3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik Dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut: o buang air besar cair lebih sering o muntah berulang-ulang o rasa haus yang nyatak o makan atau minum sedikit o demam o tinja berdarah
RENCANA TERAPI B (Untuk terapi dehidrasi ringan/sedang) Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama ialah 75 ml/kgBB. Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini: Umur < 1 tahun 1 4 tahun > 5 tahun Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 m
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah ASI diteruskan. Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat asi berikan juga 100 200 ml air masak selama masa ini. Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 3 menit. Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air masak atau asi beri Oralit sesuai rencana tetapi a bila pembengkakan telah hilang Setelah 3- 4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi.
19
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi a, bila dehidras telah hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang rencana terap b, tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi a. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi c.
RENCANA TERAPI C (Untuk dehidrasi berat) Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu cairan I.V dimulai. Beri 100 ml/kg.catatan Ringer laklat (atau cairan normal selain bila ringer laktat tidak tersedia) dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian 1 Kemudian Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam
Anak =1 tahun jam 1 jam
2 jam 3 jam Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum Tercapai pencepat tatasan Intravena. Juga berikan oralit (5ml/kg/jam), bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2(anak). Setelah 6jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel Pernilaian. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi. Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung - natrium klorida 3,5 g/ l - ntrium bikarbonat 2,5 g / l
20
- kalium klorida 1,5 g / l - glukosa 20 g/ l Elektrolit yang dikandung: - natrium 90 mMol/l - Klorida 80 mMol/ l - Kalium 20 mMol/l - Bikarbonat 30 mMol/l - Glukosa 111mMol/l
Promotif: penjelasan kepada orang tua mengenai gejala diare dan dehidrasi dan yang terpenting penjelasan mengenai penanganan yang cepat dan tepat bila si anak telah menunjukkan gejala dehidrasi. Prognosis Dubia et bonam bila dehidrasi ditangani dengan baik. Diare akut dengan dehidrasi berat dapat menyebabkan kematian Pencegahan a. Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu. Tetravalent-Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) telah diizinkan digunakan untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada usia 6 minggu 1 tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah pasien diare yang dirawat akibat rotavirus secara bermakna. Imunisasi ini di Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan, sementara itu di Indonesia vaksinasi rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK sedang menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal Rp300ribu-500 ribu satu kali penggunaan vaksin. b. Perilaku hidup bersih dan sehat mencegah penularan penyakit melalui fekal-oral tidak efektif dalam mencegah penularan virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka lama pada permukaan yang keras, pada air terkontaminasi dan
21
di tangan. Rotavirus relatif tahan terhadap disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat diinaktivasi dengan klorin. c. Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju yang dapat menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk menutup popok bayi, diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi. d. Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak kecil dengan orang yang menderita diare akut di dalam lingkungan keluarga dan intitusi. e. Apabila berpergian, hindari menyikat gigi ataupun minum air yang dicurigai kurang bersih atau terkontaminasi, mengkonsumsi es batu. f. Hindari mengkonsumsi makanan laut ataupun daging setengah matang atau mentah, serta makanan yang dijajakan di pinggir jalan
Kompetensi Dokter Umum Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan (misalnya laboratorium sederhana dan x-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani diare hingga tuntas. Pertimbangan untuk merujuk pasien: a. Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak bermanfaat. b. Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit kurang berhasil. c. Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin, tidak sadar).