DISUSUN OLEH :
GITA FITRIA
NIM : 19.01.0015
5. Diare
a. Pengertian
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besardengan bentuk tinja yang
encer atau cair. Menurut WHO (1980), Diare adalah buang air besar encer atau
cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak
dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. Diare adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah
padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya
(normal : 100-200 ml/jam tinja) (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga,
Penerbit FKUI, Jakarta, 1998).
b. Penyebab
1) Infeksi: Virus (Ratovirus, Adenovirus, Norwalk), Bakteri (Shigelia,
Salmonella, E. Coli, Vibrio), Parasit (Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia,
Balantidium Coli, Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongilucdes).
2) Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein.
3) Makanan : makanan basi, beracun, alergi atau protein.
4) Imunodefisiensi
5) Psikologis : rasa takut dan cemas
c. Patofisiologi
Meningkatnya mortilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat gangguan dari absorbsi dan ekskresi cairan dan elektolit yang
berlebihan. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat berbindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolic
Diare yang terjadi merupakan proses dari transportasi aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan
makanan. Ini terjadi pada sindrom melabsorbsi. Meningkatnya motilitas intestinal
dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal
d. Penatalaksanaan
Cara mengatasi penyakit diare pada bayi
1) Tetap beri ASI agar tidak dehidrasi . pastikan cairan yang ketubuh bayi
adekuat. ASI diberikan perlahan tapi terus menerus tanpa henti selama sekitar
10-30 menit
2) Pemberian oralit untuk bayi harus atas petunjuk dari dokter
3) Bila bayi sudah makan , beri dia makanan yang mudah dicerna seperti pisang
dan kentang
6. Konstipasi
a. Pengertian
Konstipasi adalah buang air besar yang keras/susah buang besar lebih
Selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium
dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam
36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya
obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi
ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama
5-7 hari dan tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan
mengeluarkan tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan
normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan
defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.
b. Penyebab
Penyebab sembelit sering tidak terdeteksi. Hal ini mungkin berhubungan
dengan makanan atau penyakit atau karena kelainan bawaan pada usus besar
(sangat jarang terjadi). Bayi yang diberi ASI jarang mengalami
konstipasi/sembelit.
Bayi sangat berbeda dalam kebiasaan buang air mereka. Sembelit
berhubungan dengan keteraturan buang air besar saja, bukan seringnya. Setelah
satu atau dua bulan , bayi yang diberi ASI mungkin akan jarang mengalami
gangguan :
1) Hypothyroidisme: Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu
kretinisme dan myodem. Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid
semua proses metabolisme berkurang.
2) Keadaan mental: Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap
terjadinya obstipasi terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan
keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2 tahun. Jika
pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka
cenderung tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa
minggu ssampai beberapa bulan karena takut mengalami kesukaran lagi.
Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/bulan akan
mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, sehingga
anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan
mental sulit dilatih untuk buang air besar.
3) Penyakit organis: Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada
kasus carcinoma colon dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air
besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang
mengalami trombosis.
4) Kelainan kongenital: Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon
aganglionik congenital (penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus
mekonium atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus
yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama.
c. Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali
bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang
terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus
aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan
kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus
yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
1) Asupan cairan yang adekuat.
2) Kegiatan fisik dan mental.
3) Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki
kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan
tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk
yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding
rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan
secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat
dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga
penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan
sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan
anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan
kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang
beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan
sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang
berlebihan.
d. Penatalaksanaan
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan:
1) Penilaian asupan makanan dan cairan
2) Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan
3) Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi
pola defekasi bayi
Penatalaksanaan
1) Mencari penyebab
2) Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan
gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
3) Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan
untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa
dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa. yang harus
diperhatikan apakah anak kurang minum cairan dibanding biasanya atau
makan lebih banyak makanan padat yang bisa mengakibatkan sembelit
4. Proses Berkemih
a. Suatu proses refleks yang diatur oleh pusat-pusat refleks di otak.
b. Rangsang (impuls) yang terjadi akibat teregangnya dinding VU dihantarkan oleh
neuron-neuron sensoris viseral aferen melalui n. splanchnicus memasuki medulla
spinalis segmen sacral 2,3,dan 4.
c. Rangsang saraf menyebabkan otot-otot polos VU berkontraksi, m. sphincter
vesicae melemas. Neuron-neuron eferen para simpatis mengambil jalan melalui n.
pudendus (S2,3, dan 4) menuju ke sphincter urethra.
d. Pengontrolan berkemih anak-anak mulai umur 3-4 tahun.
c. Macam Hormon
1) Contoh Hormon steroid: kortisol, aldosteron, kolekalsiferol (Vit. D)
2) Contoh Hormon tironin: tiroksin (T4) dan trijodotironin (T3)
3) Contoh Hormon polipeptide: Hormon hipotalamus, hormon hipofisis,
parathormon, kalsitonin, insulin dan glukagon
4) Contoh hormon katekolamin: epineprin dan norepineprin
d. Cara Kerja Hormon
1) Hormon steroid dan tironin (larut lemak) → berdifusi melalui membran sel →
bergabung dengan reseptor dalam sitoplasma → mengirim mRNA untuk sintesa
protein
2) Hormon polipeptide dan katekolamin (larut air) → bergabung dengan reseptor
dalam membran sel → mengaktifkan adenil siklase untuk mengubah ATP →
siklik AMP → respon fisiologi
f. Karakteristik Hormon
1) Disekresi dalam jumlah kecil
2) Pelepasan pulsatif dalam irama sirkadian (pagi tinggi → siang rendah → sore
tinggi → malam rendah)
3) Bekerja sesuai respon fisiologi
4) Sebagian besar dinonaktifkan dalam hati dan diekskresi dalam urine
g. Penyakit Endokrin
1) Defisiensi Hormon: infeksi, infark, kematian jaringan, tumor, pengangkatan,
autoimune, defisiensi makanan, herediter → terapi dengan penggantian
2) Kelebihan Hormon: kegagalan umpan balik negatif, produksi berlebih, iatrogenik
→ terapi dengan supresi hormon dengan obat atau pembedahan
3) Resistensi reseptor sel target: defek reseptor (DM tipe2), cedera atau destruksi
autoantibodi, herediter, tidak ada sel target → terapi dengan meningkatkan
interaksi hormon reseptor (contoh sulfoniluria untuk DM tipe2)
h. Glandula Pituitaria
1) Terletak di sella Tursika
2) Terdiri adenohipofisis (anterior) dan neurohipofisis (posterior)
3) Kelainanya biasanya akibat tumor adenohipofisis → adenoma
4) Gejala dan tanda tumor hipofisis tergantung hormon yang diproduksi (hiperfungsi
atau hipofungsi)
i. Klasifikasi Adenohipofisis
1) Aktivitas Endokrin Hormon Sindrom Klinik
Somatotropik GH Akromegali
Gigantisme
Kortikotropik ACTH Morbus Cushing
Prolaktin
(Prolaktinoma) PRL Amenorhoe
Galaktore
Impotensi
Tirotropik TSH Hipertiroidi
Gonadotropik FSH Jarang
2) Kelainan Hipofisis
Hiperprolaktinemia → disebabkan adenoma mikro di hipofisis →
mengakibatkan amenore, galaktore
Adenoma Hormonal aktif → menyebabkan sindrome Hiperpituitarisme →
morbus Cushing (hiperadrenokortisme), akromegali dan amonore
Hipopituitarisme → defisiensi hormon hipofisis
GH, LH, FSH mudah tertekan → sindrom kekurangan hormon
TSH dan ACTH → bertahan lebih kuat
Hemianopia → buta separo lapangan pandang → akibat tumor di sella tursika
menekan kiasma optikum
3) Hiperpitutaria
Kelebihan produksi hormon di lobus anterior glandula pituitaria → manifestasi
pada tulang berbeda, tergantung kematangan pertumbuhan rangka dan jenis sel
abnormal pada glandula pituitaria
Adenoma sel eosinofil pada masa pertumbuhan → Gigantisme (pada anak),
jika pertumbuhan tulang telah berhenti → Akromegali (pada dewasa)
Adenoma sel basofil → Sindrom Cushing, pada semua umur
4) Gigantisme
Dalam masa pertumbuhan anak
Kelebihan hormon yang dihasilkan oleh sel eosinofil → merangsang
pertumbuhan tulang → tumbuh luar biasa → tinggi berlebihan
Keadaan ini seringkali disertai pertumbuhan kelamin yang terbelakang
5) Akromegali
Terjadi pada masa dewasa
Kelebihan hormon → tidak dapat merangsang pertumbuhan panjang tulang
lagi (epifisis tulang telah habis), tetapi merangsang pertumbuhan tulang
melebar → akibat rangsangan proses penulangan intramembran oleh
periosteum
Gambaran Klinik:
- Rahang membesar
- Hidung dan dahi menonjol
- Tulang tangan dan kaki membesar
- Jika terjadi pada vertebra dapat terjadi kifosis
j. Hipopituitarisme
1) Kelainan akibat kekurangan hormon pertumbuhan
2) Penyakitnya disebut: Dwarfisme (cebol)
3) Ciri: perkembangan badan seperti anak-anak, tidak pernah mengalami pubertas
k. Sindroma Chusing
1) Akibat kelebihan hormon yang dihasilkan oleh sel basofil adenohipofise
2) Gejala klinik:
3) Osteoporosis
4) Obesitas dengan “Moon Face”
5) Pertumbuhan rambut berlebihan
6) Hipertensi
7) Komplikasi: patologik fraktur akibat osteoporosis
l. Diabetes Insipidus
1) Kerusakan nukleus supraoptikus ke kelenjar hipofisis posterior → sekresi ADH
menurun → urine encer, volume meningkat (5 – 15 L/hari) → sering kencing
(poliuria)
2) Volume tubuh normal → asal reflek haus normal
m. Glandula Thyroidea
1) Letak Gl.Tiroid di Larynk menempel pada cartilago thyroidea
2) Terdiri 2 lobus dextra & sinistra dan isthmus
3) Hormon gl.Thiroid
4) H. Tiroksin (T4)
5) H. Tri-iodotironin (T3)
6) H. Calsitonin
q. Penyebab Hipertiroidisme
1) Stroma toksik difus (penyakit Graves)
2) Stroma nodus toksik
3) Pengobatan berlebihan dengan tiroksin
4) Tiroiditis
5) Metastasis karsinoma tiroid
r. Gejala Hipertiroid
1) Metabolik:
2) Tidak tahan terhadap suhu tinggi
3) Nafsu makan meningkat
4) Berat badan menurun
5) Diare
6) Menoragia
Kardivaskuler:
Palpitasi
Tekanan denyut besar/ pulses seler
Takikardi juga sewaktu tidur atau istirahat
Fibrilasi atrium
Neuropsikiatrik;
Hiperkinesia
Insomnia
Kurang stabil emosi
Tremor
Kelemahan otot
Mata
Eksoftalmus karena proptosis
Retraksi kelopak mata
Oftalmoplegi (kelumpuhan otot mata)
Juling/ strabismus (otot mata terjepit)
Kulit
Miksedema
Udema pretibia
s. Penanganan Graves
1) Pengendalian tirotoksikosis → pemberian antitiroid: PTU (Profil Tio Urasil) atau
Karbimasol
2) Ablasio dengan yodium radioaktif
3) Tiroidektomi subtotal bilateral
t. Hipotiroidisme
1) Berkurangnya produksi hormon tiroksin
2) Manifestasi Klinis tergantung: derajat kekurangan; mula terjadi; dan lama
kelainan berlangsung
3) Bentuk berat → Kretinisme: bentuk tubuh sangat pendek disertai retardasi mental
4) Pada tulang panjang akan terjadi: disgenesia epifisis → fragmentasi pusat
pertumbuhan tulang dan tulang rawan yang persisten
5) Kepala menjadi lebih besar dibanding ukuran tubuh
6) Tulang belakang → kifosis
7) Hipotiroid yang diobati dini → hasil akan baik
Penyebab:
Penyakit Hipotalamus
Kerusakan kelenjar Hipofisis
Defisiensi Jodium
Obat antitiroid
Tiroiditis
Struma Hasimoto → gangguan autoimune
Hipotiroidisme ianogenik → hipotiroid setelah tiroidektomi atau terapi yodium
radioaktif (ablasio radioaktif)
a. Tulang
1) Struktur jaringan tulang
2) Tulang terdiri dari sel-sel, matrik organic, dan mineral.
Sedangkan sel-sel tulang terdiri dari :
Osteobast
merupakan sel tulang muda yang menghasilkan jaringan osteosit dan
mengkresikan fosfatase dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks
tulang.
Osteosit
yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran
kimiawi melaui tulang yang padat.
Osteoclast
yaitu sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matriks tulang
Dalam proses pertumbuhan dan pembentukan tulang terdapat dua macam proses.
1) Osifikasi mendokondral.
2) Osifikasi membrane.
a) Klasifikasi Tulang
Secara garis besar bentuk tulang dibedakan 3 macam:
Tulang pipa, berbentuk bulat panjang seperti pipa.
Misalnya pada tulang hasta, paha dan betis.
Tulang pipih, berbentuk pipih atau gepeng.
Misalnya tulang tengkorak, belikat, tulang duduk dan tulang usus.
Tulang pendek,berbentuk pendek seperti dadu.
Misalnya tulang belakang, ruas-ruas pergelangan tangan dan kaki
b. Tulang Tengkorak.
Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka kepala. Tulang
tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan empat belas tulang
yang menyusun bagian wajah. tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai
pelindung dari otak.
Jenis-jenis tulang tengkorak adalah:
1) Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:
bagian parietal --> tulang dahi
bagian temporal --> tulang samping kiri kanan kepala dekat telinga
bagian occipitas --> daerah belakang daritengkorak
bagian spenoid --> berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti tulang baji
bagian ethmoid --> tulang yang menyususn rongga hidung
Sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati
yang disebut sutura.
2) Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:
Menempel pada tulang tengkorak bagian temporal. hal tersebut merupakan
satu-satunya hubungan antar tulang dengan gerakan yang lebih bebas
Rahang bawah --> menyusun sebagian dari hidung, dan langit-langit
palatinum (tulang langit0langit) --> menyusun sebagian dari rongga hidung
dan bagian atas dari atap rongga mulut
zigomatik --> tulang pipi
tulang hidung
Tulang lakrimal --> sekat tulang hidung
c. Rangka Dada
Tulang kerangka dada meliputi:
1) Columna vertebralis (ruas tulang belakang).
Terdiri dari:
- Vertebra servikalis 7 ruas.
- Vertebra torakalis 12 ruas.
- Vertebra lumbalis 5 ruas.
- Vertebra sakralis 5 ruas.
- Vertebra koksigis 4 ruas.
2) Os costalis (tulang iga).
Terdiri dari:
- Costa vera (iga sejati) 7 pasang.
- Costa spuria 2 pasang.
- Costa fluitantes (iga melayang) 2 pasang.
3) Os sternum (tulang dada)
Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu:
- hulu (os manubrium sterni)
- badan (os corpus sterni)
- taju pedang (os xiphoid prosesus)
d. Panggul
Tulang panggul ada 2 bagian kiri dan kanan yang melekat satu sama laindigaris
medianus persambungan tulang rawan yang disebaut OS SIMPISIS PUBIS, sehngga
membuat gelang panggul yang disebut SINGULUM dan ekstremitas
inferior.Dibelakang tulang kedua tulang panggul terdapat persendian yang tidak
begerak yang disebut AMFIARTOSIS SAKRO ILIAKA.
Os sacrum dibentuk oleh:
- Os Ilium (tulang usus)
- Os Pubis (tulang kemaluan)
- Os Iskii (tulang duduk).
e. Ekstremitas Atas
Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:
- Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung
atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah
memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna
- Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar
dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius
memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
- karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan
oleh ligamen
- metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas
berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges)
- Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas
tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.
f. Ektremitas Bawah.
Tulang anggota gerak bawah :
- Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:
- tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang
panggul sampai ke lutut.
- Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan
dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang
kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan
beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot
- Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga.
patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon
yang membentuk lutut
- Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8
tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit.
- Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun
mendatar.
- Palanges / tulang jari-jari tangan. Tersusunetiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali
tulang ibu jari atas 14 tulang.
g. Sendi
Klasifikasi sendi berdasarkan struktur
1) Sendi fibrus(sendi mati)
Ada dua tipe utama sinartrosis yaitu:
- Sutura adalah hubungan antar tulang dengan jaringan ikat serabut padat,contoh
pada tengkorak.
- Sinkondrosis adalah hubungan antar tulang yang di hubungkan ole katilagi
hialin.
2) Sendi kartilago(amfiartrosis)
Amfairtrosis adalah sendi yang di hubungkan oleh kartilago sehinggs
memungkinkan untuk sedikit bergerak.
Amfiartrosis di bagi menjadi 2,yaitu;
- Simfisis,terdapat pada sendi intervertebral dan simfisis pubis.
- Sindesmosis,terdapat pada sendi antara tulang testis dan tulang kering.
3) Sendi synovial(diartrosi) adalah persendian yang bergerak bebas.
Klasifikasi berdasarkan gerak
- Sendi Pelana.
Permukaan sendi hampir datar sehingga memungkinkan tulang bergeser satu
sama lain.sendi pelana dapat melakukan gerak fleksi, ekstensi, abduksi, dan
rotasi, misalnya pada ibu jari tangan dan kaki.
- Sendi Engsel.
Sendi ini mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan
ekstensi, misalnya pada sendi siku dan sendi lutut.
- Sendi Putar.
Pada sendi ini terdapat pasak yang dikelilingi cincin ligamentum bertulang.
Hanya satu gerakan yang bisa dilakukan yaitu rotasi, misalnya atlas, berbentuk
cincin berputar diatas prosesus odontoid dan gerakan radius disekitar ulna
pronasi dan supinasi.
- Sendi Peluru.
Merupakan persendian dimana seluruh kepala ujung sendi masuk kebentukan
seperti mangkuk sehingga dapat melakukan gerakan keseluruh arah,misalnya
pada sendi bahu dan sendi panggul.
- Sendi Elipsodal.
Permukaan sendi berbentuk elips, misalnya gerakan yang dapat dilihat pada
persendian antara tulang radius dengan tulang carpal, tulang metekarpal
dengan tulang jari-jari, tulang metatarsal dengan phalank.
h. Otot
Setiap otot ddikelilingi jaringan ikat pembungkus otot yang disebut PERIMISIUM
EKSTERNUS atau FASIA PROPIA. Otot-otot ini melekat pada tulang engan
perantaraan jaringan ikat khusus yang dinamakan TENDO.
Klasifikasi berdasarkan Stuktur:
1) Otot berserabut sejajar.
2) Otot berbentuk kipas.
3) Otot berbentuk lingkaran.
4) Otot bersirip:
- Bersirip tunggal.
- Bersirip kembar.
- Bersirip banyak.
i. Fasia
Merupakan suatu alat bantu untuk melindungi oto terhadap pengaruh dari luar,
misalnya tusukan, pukulan, dan kuman; membantu otot supaya tetap pada
tempatnya; merupakan tempat asal otot dan membantu peredaran darah.
Keratomealasi
Keratomealasi adalah kelainan pada mata yaitu kornea menjadi putih dan
rusak.
2) Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara dan
juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk
energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah
gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan
interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara
disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).
Kelainan pada telinga
Tuli
Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan bunyi atau suara.
Tuli dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga,
tersumbatnya ruang telinga, atau rusaknya saraf pendengaran.
Congek
Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
bagian telinga yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini disebabkan oleh
bakteri.
Otitis eksterna
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa
menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada
daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut
sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul
dengan sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan
ikat di sekitarnya (perikondrium).
Eksim
Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan
saluran telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan
kulit, kulit yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga. Keadaan ini
bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar dan saluran telinga.
Cidera
Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar
diantara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah
tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa
berwarna ungu kemerahan.
Tumor
Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor yang jinak
bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan penimbunan
kotoran telinga serta ketulian.
Kanker
Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh pada telinga luar
setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang. Pada stadium
dini, bisa diatasi dengan pengangkatan kanker atau terapi penyinaran.
3) Indera Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan,
panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok
masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis
yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung
reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung
bagian dalam, misalnya otot dan tulang.
Kelainan pada kulit
Jerawat. Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan dada.
Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor.
Anak-anak yang memasuki masa remaja serta orang-orang yang memiiki jenis
kulit berminyak sangat rentan terhadap jerawat.
Panu. Panu disebabkan oleh jamur yang menempel di kulit. Panu tampak
sebagai bercak atau bulatan putih di kulit dan disertai rasa gatal. Panu timbul
karena penderita tidak menjaga kebersihan kulit.
Kadas. Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih bersisik. Pada setiap
bulatan terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena. Kadas
juga menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.
Skabies. Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit tersebut disebabkan
oleh parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular
pada orang lain.
Eksim. Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis. Penyakit
tersebut menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal,
dan bersisik.
Biang keringat. Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh
sel-sel kulit mati yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang
terperangkap tersebut menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang
disertai gatal. Daki, debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan biang
keringat.
4) Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap.
Menggunakan lidah, kita dapat membedakan bermacam-macam rasa. Lidah juga
turut membantu dalam tindakan bicara
Kelaianan pada lidah
Oral candidosis. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans..
gejalanya yaitu lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian
lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya
adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak ditemukan pada penderita anemia.
Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian
pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita
putih tebal.
Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.
Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa
sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam
pemeriksaan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena psikosomatis
dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
2) Sistem saraf perifer yang terdiri atas seberkas serabut saraf yang ke luar dari SSP
yang menjalar ke seluruh tubuh sebagai saraf perifer. Saraf-saraf tersebut adalah:
a) Saraf-saraf kranial
12 pasang saraf timbul dari batang otak untuk mempersarafi sebagian besar
kepala dan leher.
b) Saraf-saraf spinal 31 pasang saraf yang timbul dari medulla spinalis untuk
mempersarafi batang tubuh dan anggota gerak.
Secara fungsional, sistem saraf dibagi menjadi:
1) Sistem saraf somatic
Yang berhubungan dengan impuls ke anggota gerak dan dinding tubuh
2) Sistem saraf autonomy
Yang berhubungan dengan impuls visera dan ke pembuluh darah. Banyak
neuron-neuron secara individual menembus batasan pembagian ini dan sistem
saraf berfungsi dalam koordinasi dan cara yang menyatukan.
b. Neuron
Neuron merupakan unit fungsional dari sistem saraf. Neuron terdiri atas badan
sel, yang mempunyai nukleus yang dikelilingi oleh protoplasma, dan dilapisi oleh
membran sel, dan serabut saraf, yang biasanya merupakan akson tunggal panjang
yang menghantarkan impuls menjauhi badan sel, dan beberapa dendrit kecil yang
menerima masukan impuls.
Serabut saraf yang lebih besar biasanya bermielin dan diselingi nodus pada
setiap millimeter atau lebih. Saraf perifer dikelilingi oleh sel-sel Schwann yang
khusus. Sel-sel ini menghasilkan selaput mielin sehingga memungkinkan terjadinya
perbaikan serabut saraf. Tidak terdapat sel-sel Schwann pada SSP, dengan demikian
tidak memungkinkan adanya perbaikan jika terdapat kerusakan di SSP. Di dalam
SSP neuron disokong dan diberi makan oleh sel-sel glia yang khusus antara lain sel
satelit, sel oligodendrosit, sel astrosit, sel mikroglia, dan sel ependim.
Macam-macam neuron:
1) Neuron sensorik (afferent), berfungsi menerima rangsang dan meneruskan ke
saraf pusat
2) Neuron konektor (interneuron), berfungsi menghubungkan antara neuron sensorik
dan motorik
3) Neuron motorik (efferent), berfungsi mengirimkan respon dari saraf pusat ke
efektor.
c. Bentuk Tulang
Menurut bentuknya tulang terbagi 3 macam, yaitu :
1) Tulang pipa : Bentuknya bulat, panjang dan tengahnya berongga sebagai tempat
pembentukan sel darah merah
Contohnya: Tulang paha, lengan atas, kering, betis, pengumpil, dan hasta
2) Tulang pipih, Bentuknya pipih ( gepeng ), Berfungsi sebagai tempat pembentukan
sel darah merah dan sel darah putih
Contohnya : tulang belikat, dada, rusuk
3) Tulang pendek : Bentuknya pendek dan bulat, berfungsi sebagai tempat
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
Contohnya : tulang pergelangan tangan, tulang pergelangan kaki
4) Tulang tak beraturan
Contoh: tulang belakang
d. Persendian
Pada kerangka tubuh manusia terdapat kurang lebih 200 tulang yang saling
berhubungan. Hubungan antar tulang disebut sendi atau artikulasi.
Menurut sifat gerakannya persendian (sendi) dapat dibedakan menjadi tiga (3
macam) yaitu :
1) Sendi Mati (Sinartrosis)
yaitu persendian yang tidak memiliki celah sendi sehingga tidak memungkinkan
terjadinya pergerak kan, misalnya persendian antar tulang tengkorak.
2) Sendi Kaku (Amfiartrosis)
yaitu persendian yang terdiri dari ujung-ujung tulang rawan, sehingga masih
memungkinkan terjadinya gerak yang sifatnya kaku, misalnya persendian antara
ruas- ruas tulang sendi kaku
3) Sendi Gerak (Diartrosis)
yaitu persendian yang terjadi pada tulang satu dengan tulang yang lain tidak
dihubungkan dengan jaringan sehingga terjadi gerakan yang bebas.
Sedangkan sendi gerak dapat dibedakan menjadi 6 macam, tetapi pada saat ini
hanya akan dibahas 4 macam sendi, diantaranya :
Sendi Engsel yaitu persendian yang dapat digerakan kesatu arah.
Contohnya : persendian antara tulang paha dengan tulang betis, persendian
antara tulang lengan dengan tulang hasta
Sendi Putar yaitu persendian yang dapat digerakan secara berputar
Contohnya : persendian antara tulang leher dengan tulang atlas, persendian
antara hasta dengan tulang pengumpil
Sendi Peluru yaitu persendian yang dapat digerakan kesegala arah
Contohnya : persendian antara gelang bahu dengan tulang lengan atas,
persendian antara gelang panggul dengan tulang paha
Sendi Pelana yaitu persendian yang dapat digerakan kedua arah
Contohnya : persendian pada ibu jari tangan, persendian antara tulang
pergelangan tangan dengan Tulang tapak tangan
Sendi Geser yaitu sendi yang memungkinkan gerakan pada satu bidang saja
atau gerakan bergeser.
Contoh: antar tulang pergelangan tangan, dan pergelangan kaki
Sendi Luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan badan
melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang serta gerakan memutar
(menggeliat)
Contoh: hubungan antar ruas tulang belakang
e. Otot
Menurut jenisnya, ada 3 macam otot, yaitu : Otot polos, Otot lurik, Otot jantung
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
1) Kontraksibilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
2) Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi
panjang otot saat rileks.
3) Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
DAFTAR PUSTAKA
Baugman, Diane C dan Hackley, Joan C. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
Untuk Brunner dan Suddarth. Alih bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC. Carpenito
Moyet, Lynda Juall. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Wonodirekso S dan Tambajong J (editor), (1990),Sistem urinaria dalam Buku Ajar Histologi
Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450
Young, B., Heath, J.W., (2000), Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A text
and colour atlas, 4th edition, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, pp. 286- 309.
diFiore, M.S.H., (1981), Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia, USA, pp. 186-194.
http://nissanew.blogspot.com/p/blog-page.html
http://kaiean.blogspot.com/2013/05/makalah-sistem-kardiovaskuler-jantung.html
www.scribd.com/kelainan-pada-sistem-saraf/