Anda di halaman 1dari 40

PATOFISOLOGI SYSTEM PERSYARAFAN, PERKEMIHAN,

KARDIOVASKULER, PANCA INDERA, MUSCULOSKLETEL,


PENCERNAANDAN ANGGOTA GERAK

DISUSUN OLEH :
GITA FITRIA
NIM : 19.01.0015

Dosen Pembimbing : Ummi Maktum, S. Kep.,M. Bmd

AKADEMI KEPERAWATAN PANGKALPINANG


PANGKALPINANG
2020
A. PATOLOGI SISTEM PENCERNAAN / GASTROINTESTINAL
1. Pengertian Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
Saluran pencernaan atau disebut juga dengan saluran gastrointestinal (GI),
adalah saluran panjang yang masuk melalui tubuh dari mulut ke anus. Saluran ini
mencerna, memecah dan menyerap makanan melalui lapisannya ke dalam darah
(Upahita, 2018).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Gastrointestinal


1) Rongga Mulut
Secara umum berfungsi untuk menganalisis makanan sebelum menelan,
proses penghancuran makanan secara mekanis oleh gigi, lidah dan permukaan
palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva serta digesti pada beberapa material
karbohidrat dan lemak (Simon, 2003).Mulu
a) Mulut
Mulut dibatasi oleh mukosa mulut, pada bagian atap terdapat palatum dan
bagian posterior mulut terdapat uvula yang tergantung pada palatum.
b) Lidah
Lidah terdiri dari jaringan epitel dan jaringan epitelium lidah dibasahi oleh
sekresi dari kelenjar ludah yang menghasilkan sekresi berupa air, mukus dan
enzim lipase. Enzim ini berfungsi untuk menguraikan lemah terutama
trigleserida sebelum makanan di telan. Fungsi utama lidah meliputi, proses
mekanik dengan cara menekan, melakukan fungsi dalam proses menelan,
analisis terhadap karakteristik material, suhu dan rasa serta mensekresikan
mukus dan enzim.
c) Kelenjar saliva
Kira-kira 1500 mL saliva disekresikan per hari, pH saliva pada saat istirahat
sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif, pH mencapai 8,0.
Saliva mengandung 2 enzim yaitu lipase lingual disekresikan oleh kelenjar
pada lidah dan α-amilase yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Kelenjar
saliva tebagi atas 3, yaitu kelenjar parotis yang menghasilkan serosa yang
mengandung ptialin. Kelenjar sublingualis yang menghailkan mukus yang
mengandung musin, yaitu glikoprotein yang membasahi makanan dan
melndungi mukosa mulut dan kelenjar submandibularis yang menghasilkan
gabungan dari kelenjar parotis dan sublingualis. Saliva juga mengandung IgA
yang akan menjadi pertahanan pertama terhadapkuman dan virus.
Fungsi penting saliva antara lain, memudahkan poses
menelan,mempertahankan mulut tetap lembab,bekerja sebagai pelarut olekul-
molekul yang merangsang indra pengecap, membantu proses bicara dengan
memudahkan gerakan bibir dan lidah dan mempertahankan mulut dan gigi
tetap bersih (Ganong, 2002).
d) Gigi
Fungsi gigi adalah sebagai penghancur makanan secara mekanik. Jenis gigi di
sesuaikan dengan jenis makanan yang harus dihancurkannya dan prosses
penghancurannya. Pada gigi seri, terdapat di bagian depan rongga mulut
berfungsi untuk memotong makanan yang sedikit lunak dan potongan yang
dihasilkan oleh gigi seri masih dalam bentuk potongan yang kasar, nantinya
potongan tersebut akan dihancurkan sehingga menjadi lebih lunak oleh gigi
geraham dengan dibantu oleh saliva sehingga nantinya dapat memudahkan
makanan untuk menuju saluran pencernaan seterusnya. Gigi taring lebih tajam
sehingga difungsikan sebagai pemotong daging atau makanan lain yang tidak
mampu dipotong oleh gigi seri.
2) Faring
Faring merupakan jalan untuk masuknya material makanan, cairan dan
udara menuju esofagus. Faring berbentuk seperti corong dengan bagian atasnya
melebar dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sabagai esofagus setinggi
vertebrata cervicalis keenam. Bagian dalam faring terdapat 3 bagian yaitu
nasofaring,orofaring dan laringfaring. Nasofaring adalah bagian faring yang
berhubungan ke hidung. Orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang
dari palatum sampai ke pinggir atas epiglotis. Sedangkan laringfaring terletak
dibelakang pada bagian posterior laring dan terbentang dari pinggir atas epiglotis
sampai pinggir bawah cartilago cricoidea (Snell, 2006).
3) Laring
Laring adalah organ yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk
jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Sfingter pada laring
mengatur pergerakan udara dan makanan sehingga tidak akan bercampur dan
memasuki tempat yang salah atau yang bukan merupakan tempatnya. Sfingter
tersebut meupakan epiglotis. Epiglotis akan menutup jalan masuk udara saat
makanan ingin masuk ke esofagus (Snell, 2006).
4) Esofagus
Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter
sekitar 2 cm yang berfungsi membawa bolus makanan dan cairan menuju
lambung (Gavaghan, 2009). Otot esofagus tebal dan berlemak sehingga moblitas
esofagus cukup tinggi. Peristaltik pada esofagus mendorong makanan dari
esofagus memasuki lambung. Pada bagian bawah esofagus terdapat otot-otot
gastroesofagus (lower esophageal sphincter, LES) secara tonik aktif, tetapi akan
melemas sewaktu menelan. Aktifasi tonik LES antara waktu makan mencegah
refluks isi lambung ke dalam esofagus. Otot polos pada esofagus lebih menonjol
diperbatasan dengan lambung (sfingter intrinsik). Pada tempat lain, otot rangka
melingkari esofagus (sfrinter ekstrinsik) dan bekerja sebagai keran jepit untuk
esofagus. Sfringte ekstrinsik dan intrinsik akan bekerjasama untuk memungknkan
aliran makanan yang teratur kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung
kembali ke esofagus.
5) Lambung
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat di bawah diafragma.
Dalam keadaan kosong, lambung berbentuk tabung J dan bila penuh akan tampak
seperti buah alpukat. Lambung terbagi atas fundus, korpus dan pilorus. Kapasitas
normal lambung adalah 1-2 L (Lewis, 2000). Pada saat lambung kosong atau
berileksasi, mukosa masuk ke lipatan yang dinamakan rugae. Rugae yang
merupakan dinding lambung yang berlipat-lipat dan lipatan tersebut akan
menghilang ketika lambung berkontraksi (Simon, 2003). Sfingter pada kedua
ujung lambung mengatur pengeluarn dan pemasukan lambung. Sfingter kardia,
mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah refluks isi lambung
memasuki esofagus kembali. Sedangkan sfingter pilorus akan berelaksasi saat
makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi, sfingter ini akan
mencegah aliran balik isi usus halus ke lambung (Corwin, 2007).
Tidak seperti pada daerah gastrointestinal lain, bagian otot-otot lambung
tersusun dari tiga lapis otot polos yaitu, lapisan longitudinal di bagian luar,
lapisan sirkular di bagian dalam dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan serat
otot yang unik pada lambung memungkinkan berbagai macam kombinasi
kontraksi yang diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel-partikel
yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung,
lalu mendorongnya ke arah duodenum (Simon, 2003)
Fisiologi lambung terdiri dari dua fungsi yaitu, fungsi motorik sebagai
proses pergerakan dan fungsi pencernaan yang dilakukan untuk mensintesis zat
makanan, dimana kedua fungsi ini akan bekerja bersamaam, berikut adalah
fisiologi lambung :
a) Fungsi Motorik :
1) Reservoir, yaitu menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedkit demi
sedikit dicernkan dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan
peningkatan volume tanpa menambah tekanan dan relaksasi reseptif otot
polos.
2) Mencapur, yaitu memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melauli kontraksi otot yang
mengeliligi lambung.
3) Pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan sfingter pilorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan
fisik, emosi, aktivitas dan obat-obatan.
b) Fungsi pencernaan :
1) Pencernaan protein, yang dilakukan oleh pepsin dan sekresi HCl dimulai
pada saat tersebut. Pencernaan kabohidrat dan lemak oleh amilase dan
lipase dalam lambung sangat kecil.
2) Sistesis dan pelepasan gastrin, hal ini dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.
3) Sekresi faktor intrinsik, yang memungkinkan terjadinya absorpsi vitamin
B2 dari usus halus bagian distal.
4) Sekresi mukus, sekresi ini membentuk selubung yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumas sehigga makanan lebih mudah diangkut.
Sekesi caian lambung memiliki 3 fase yang bekerja selama berjam-jam.
Berikut adalah fase-fase tersebut :
a) Fase sefalik
Berfungsi untuk mempersiapkan lambung dari kedatangan makanan dengan
memberikan reaksi terhadap stimulus lapar, rasa makanan atau stimulus bau
dari indra penghidu. Reaksi lambung pada fase ini dengan meningkatkan
volume lambungdari stimulasi mukus, enzim dan prooduksi asam, serta
pelepasan gastrin oleh sel-sel G dalam durasi yang relatif singkat.
b) Fase gaster
Berfungsi untuk memulai pengeluaran sekresi dari kimus dan terjadinya
permulaan digesti protein oleh pepsin. Reaksi tersebut terjadi dalam durasi
yang agak lama mencapai 3-4 jam. Saat reaksi ini selain terjadi peningkatan
produksi asam dan pepsinogen juga terjadi penigkatan motiltas dan proses
penghancuran material.
c) Fase intestinal
Berfungsi untuk mengontrol pengeluaran kimus ke duodenum dengan durasi
yang lama dan menghasilkan reaksi berupa umpan balik dalam menghambat
produksi asam lambung dan pepsinogen serta pengurangan motilitas lambung.
6) Usus Halus
Bagian awal dar usus halus adalah duodenum atau lebih sering disebut
duodenal cup atau bulb. Pada bagian ligamentum Treitz, duodenum berubah
menjadi jejunum. Menurut Black (1995), duodenum mempunyai panjang sekitar
25 cm dan berhubungan dengan lambung, jejunum mempunyai panjang sekitar
2,5 m, dimana proses digesti kimia dan absorpsi nutrisi terjadi dalam jejunum
sedangkan ileum mempunyai panjang sekitar 3,5 m. Disepanjang usus halus
terdapat kelenjar usus tubular. Diduodenum terdapat kelenjar duodenum
asinotubular kecil yang membentuk kumparan. Disepanjang membran mukosa
usus halus yang diliputi oleh vili. Terdapat 20 sampai 40 vili per milimeter
persegi glukosa. Ujung bebes sel-sel evitel virus dibagi menjadi mikrovili yang
halus dan diseilmuti glikokaliks yang membentuk brush border. Mukus usus
terdiri dari berbagai macam enzim,seperti disakaridase, peptidase dan enzim lain
yang terlibat dalam penguraian asam nukleat.
Ada 3 jenis kontraksi otot polos pada usus halus antara lain :
a) Peristaltik, yaitu gerakan yang akan mendorong isi usus (kimus) ke arah usus
besar.
b) Kontraksi segmentalis, merupakan kontrasi mirip-cincin yang muncul dalam
interval yang relatif teratur di sepanjang usus lalu menghilang dan digantikan
oleh serangkaian kontrakisi cincin lain di segmen-segmen diantara kontraksi
sebelumnya. Kontrasi ini mendorong kimus maju mundur dan meningkatkan
pemajanannya dengan pemukaan mukosa.
c) Kontrasi tonik, merupakan kontraksi yang relatif lama untuk mengisolasi satu
segmen usus dngan segmen lain.
7) Usus Besar (Kolon)
Kolon memiliki diameter yang lebih besar dari usus halus. Kolon terdiri
atas sekum-sekum yang membentuk kantung-kantung sebagai dinding kolon
(haustra). Pada pertengahannya terdapat serat-serat lapisan otot eksterrnalnya
tekumpul menjadi 3 pita longitudinal yang disebut taenia koli. Bagian ileum yang
mengandung katup ileosekum sedikit menonjol ke arah sekum, sehingga
peningkatan tekanan kolon akan menutupnya sedangkan peningkatan tekanan
ileum akan menyebabkan katup tersebut terbuka. Katup ini akan secara efektif
mencegah refluks isi kolon ke dalam ileum. Dalam keadaan normal katup in akan
tertutup. Namun, setiap gelombang peristaltik, katup akan terbuka sehingga
memungkinkan kimus dari ileum memasuki sekum. Pada kolon terjadi
penyerapan air, natrium dan mineral lainnya. Kontraksi kerja massa pada kolon
akan mendorong isi kolon dari satu bagian kolon ke bagian lain. Kontraksi ini
juga akan mendorong isi kolon menuju ke rektum. Dari rektum gerakan zat sisa
akan terdorong keluar menuju anus dengan perenggangan rektum dan kemudian
mencetus refleks defekasi.
8) Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air
besar– BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

3. Gangguan Sistem Gastrointestinal


a. Pengertian gangguan Gastrointestinal
Suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Penyakit
Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan
(eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati
(liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas (Sujono Hadi, 2002).
Pencernaan makanan ialah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah
makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah dapat diserap oleh selaput-
selaput lendir usus, bilamana zat-zat tersebut diperlukan oleh badan(Sujono Hadi,
2002)
b. Klasifikasi
Menurut Linda Chandranata (2000) Klasifikasi gastrointestinal dibagi
menjadi dua yaitu Gastrointestinal atas seperti gangguan nafsu makan, mual
muntah dan Gastronitestinal bawah yaitu konstipasi, diare. Penyakit gangguan
gastrointestinal yang termasuk yaitu Gangguan esofagus, gangguan lambung dan
usus, neoplasma intestinal dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan
hepatik dan billiaris.
c. Patofisiologi
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan
dipecah kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-
enzim pencernaan. Makan, atau bahkan melihat, mencium, atau mencicip
makanan dapat menyebabkan refleks salivasi. Saliva adalah sekresi pertama yang
kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva
pada kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang
membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan.
Dua pusat dalam inti retikularis medula oblongata adalah zona pencetus
kemoreseptif yaitu uremia, emesis yang diinduksi oleh obat, emesis karena radiasi
dan pusat yang terintegrasi. Jaras eferen muncul dari hampir semua tempat tubuh.
Jaras vagal adalah sangat penting, tetapi vagotomi tidak menghilangkan muntah .
jaras eferen empatik yang memperantarai muntah berkaitan dengan distensi
abdomen.
Muntah terjadi bila kedua jaras eferen somatik dan viseral menyebabkan
penutupan glotis, kontraksi diagfragma mempunyai pilorus dan relaksi lambung
diikuti oleh kontraksi peristaltik yang berjalan dari lambung tengah keujung
insisura dengan kontraksi abdmen, diagfragma, dan interkosta, muntah berkaitan
dengan tanda dan gejala cetusan otonom. Seamua ada kaitan dengan gangguan
traktus gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinngi akut
menyebabkan muntah dini. Kekacauan otonom, obat-obatan gangguan
psikogenik, dan penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan menyebab
lain yang sering.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke
medula (renjatan, oklusi vaskular, peningkatan tekanan intrakranial). Dapat
menginduksi emesis. Obat-obat emetik menghasilkan efeknya melalui stimulasi
sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak,
sering kali proyektil tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab
sentral. Konsekuensi muntah metabolik, dengan muntah hebat terjadi
hipovolemia, hipokalemia, dan alkalosis metabolik serta deplesi natrium total.(
Linda Chandranata, 2000)
d. Manifestasi Klinik
Menurut Linda Chandranata (2000), manifestasi klinis gastrointestinal yaitu:
a) Keluhan pada mulut, bau mulut yang tidak sedap, atau rasa tidak enak atau
rasa pahit pada mulut, rasa tidak enak pada mulut yang menetap biasanya
disebabkan karena keluhan psikhis.
b) Anoreksia, keluhan nafsu makan menurun dapat ditemukan pada semua
penyakit, termasuk juga penyakit saluran makan.
c) Disfagia, merupakan keluhan yang disebabkan kelainan pada esofagus, yaitu
timbulnya kesulitan pada waktu menelan makanan atau cairan. Kesulitan
menelan terjadi baik pada bentuk makanan padat maupun cairan, terutama bila
terjadi refluks nasa, berarti adanya kelainan saraf (neuromuscular disorder).
Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya
disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di
oropharynx, larynx, spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan
didaerah retrosternal setelah menelan makanan, biasanya disebabkan kelainan
dalam esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks asam, rasa nyeri
didada yang intermiten, misalnya pada akhalasia, karsinoma esofagus, spasme
yang difus pada esofagus.
d) Nausea, beberapa rangsangan yang dapat menimbulkan rasa mual, rasa mual
diantaranya adalah: rasa nyeri dalam perut, rangsangan labirin, daya ingat
yang tak menyenangkan.
e) Vomitus, timbulnya muntah-muntah sebagai akibat karena kontraksi yang kuat
dari antrum dan pilorus dan timbulnya anti peristaltik yang kuat pada antrum
dengan disertai relaksasi dari otot-otot spinghter kardia, disusul melebarnya
esofagus dan menutupnya glotis.
f) Nyeri tekan, kekakuan, demam, massa yang dapat diraba, bising usus berubah,
perdarahan gastrointestinal, defisit nutrisional, ikterus dan tanda disfungsi
hepar.
e. Komplikasi
Menurut Linda Chandranata (2000)komplikasi dari gastrointestinal adalah:
a) Kanker esofagus, meliputi disfagia,tidak bisa makan dan perasaan penuh di
perut adalah tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan beberapa kondisi lain.
Gejala-gejala ini dapat dengan mudah dihubungkan dengan konsumsi tipe
makanan tertentu (pedas, gorengan, dll)
b) Kanker lambung, rasa tidak nyaman epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan
gembung setelah makan.. ini adalah gejala semu yang dengan mud ah
dikaitkan dengan kegagalan lambung.
c) Kanker pankreas, penurunan barat badan, ikterik dan nyeri daerah punggung
atau epigastrik adalah triad gejala yang umum.
d) Kanker hepar, nyeri abdomen yang sangat sakit , tumpul, dan pada kuadran
atas kanan, nyeri bersifat terus menerus, mengganggu tidur dan bertambah
sakit saat posisi tidur miring kekanan dan mungkin menyebar keskapula
kanan.
e) Kanker kolorektal, perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan fesestenesmus, anemia, dan perdarahan rektal
merupakan keluhan utama yang mungkin mengindikasikan adanya kanker
kolorektal.
f. Penatalaksanaan
Menurut Linda Chandranata (2000), penatalaksanaan penyakit gastrointestinal
yaitu:
a) Pemeriksaan saluran Gastrointestinal atas, seri gastrointestinal atas
memungkinkan pemeriksa untuk mendeteksi atau melihat adanya
ketidakdaruratan anatomi atau fungsi organ gastrointestinal atas atau sfingter,
ini juga membantu dalam mendiagnosis ulkus, varises, tumor, enteritis
regional, dan sindrom malabsorbsi.
b) Pemeriksaan saluran gastrointestinal bawah, untuk mendeteksi adanya polip,
tumor, dan lesi lain dari usus besar serta untuk mendemontrasikan adanya
anatomi abnormal atau malfungsi dari usus.
c) Pembedahan.

4. Emesis Gravidarum dan Hiperemesis Gravidarum


a. Pengertian
Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang di sampaikan pada
kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada
wanita karena terjadi peningkatan hormone estrogen, progesterone, dan
dikeluarkannya human chorionic gonadothropine ( HCG ) plasenta. Hormone-
hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum. Terjadi sekitar 65-
70% . disertai muntah ringat, tetapi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari, disertai
mual dan muntahsampai kehamilan berusia 4 bulan.
Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan ( biasanya pada hamil muda)
dimana penderita mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa
sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis untuk
keperluan energy, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan
protein. Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit
natrium, kalium dan kalsium. Muntah yang berlebihan mengakibatkan cairan
tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi)yang
dapat memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke
jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan O2 kejaringan akan emnimbulkan
kerusakan jaringan yang dapat menambahkan beratnya keadaan janin dan wanita
hamil.
Muntah yang berlebihan akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah
kapiler pada lambung dan esophagus, seingga muntah bercampur darah. Hal
tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran wanita hamil, dan mengagetkan
keluarganya. Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis gravidarum
tidak banyak dijumpai, penanganannya memerlukan perhatian yang serius.
b. Penyebab
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Namun,
beberapa factor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Faktor adaptasi dan hormonal
Pada ibu hamil yang kekekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum yang termasuk dalam ruang lingkup factor adaptasi adalah ibu
hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada
kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa. Sebagian kecil primi gravid
belum mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonodotropin
korionik, sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah
hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum.
b) Faktor psikologis
Hubungan factor psikologis, dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum
jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan
pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi factor
kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk
rumah sakit, penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
c) Faktor alergi
Pada kehamilan, diduga terjadi invasi jaringan vili korialis yang masuk
kedalam peredaran darah ibu sehingga factor alergi di anggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum. Sekalipun batas antara
Muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah yang
menimbulkan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk bahwa ibu
hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif.
c. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan
muntah dapat berlangsung berbulan – bulan.
Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus – menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Mekanisme mual
dan muntah merupakan mata rantai panjang yang dikendalikan oleh
keseimbangan antara dopamin, serotonin, histamine dan estil kolid. Dalam
penelitian lebih lanjut mekanisme yang lebih sederhana tentang bagaimana
pengendalian mual dan muntah. Ternyata, menurunnya serotonin dalam darah
akan meningkatkan terjadinya mual dan muntah. Oleh karena itu, upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan menambahkan vitamin B6 atau protein
khususnya triptofan. Makanan dan susu tambahan ibu hamil akan membentuk
konsentrasi serotonin yang cukup dan niasin dalam darah. Fungsi serotonin dan
niasin adalah mencegah berlangsungnya mual dan muntah secara berlebihan yang
dapat mengganggu keseimbangan elektrolit, dehidrasi, dengan manisfestasi klinis
nya sebagai emesis gravidarum dan dapat berlanjut menjadi hiperemesis
gravidarum.
Pada pemerikasaan urine akan dijumpai makin meningkatnya pengeluaran
kynurenic dan xanthurenic. Jika diperhatikan dengan seksama, upaya untuk
menurunkan terjadinya mual dan muntah memerlukan kombinasi yang cukup
tinggi antara pemberian vitamin B6 dan protein khususnya asam amino triptofan.
d. Tanda Gejala
a) Mual dan sampai muntah yang terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan,
biasanya menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi kadang muncul kembali
menjelang akhir kehamilan .
b) Mual dan muntah yang terjadi kira-kira mulai 2 minggu sesudah haid tidak
datang dan berlangsung kira-kira selama 6 sampai 8 minggu. Sesudah 12
minggu biasanya menghilang .
c) Mual dan muntah yang terjadi pada tribulan pertama kehamilan dan akan
berakhir pada awal tribulan kedua kehamilan (Rustam, 2002).
d) Perasaan mual kadang disertai muntah di pagi hari. Ada yang merasakan siksa
ini hanya dipagi hari, namun tidak jarang yang harus mengalaminya seharian
penuh dan nyaris tidak dapat melakukan aktivitas apapun (Maramis, 2006)
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi
dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
a) Tingkatan I :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada
epigastrium.Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol
menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
b) Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikterus.Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi
rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam
hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.
c) Tingkatan III:
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin
B kompleks.Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.
e. Penatalaksanaan
a) Emesis Gravidarum
1) KIE tentang ibu hamil muda yang daat disertai emesis gravidarm akan
berangsur-angsur berkurang sampai 4 bulan
2) Dinasehtkan bangun tidur secara bertahap sehingga tercapai adaptaptasi
aliran darah menuju saraf pusat
3) Nasehatkan diet, dianjurkan makan sedikit tapi sering
4) Obat-obatan tanpa masuk rumahsakit (vitamin B kompleks, mediamer B6
sebagai vitamin anti muntah)
b) Hiperemesis Gravidarum
1) Isolasi
2) Terapi Psikologik
3) Cairan
4) Obat
5) Penghentian Kehamilan

5. Diare
a. Pengertian
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besardengan bentuk tinja yang
encer atau cair. Menurut WHO (1980), Diare adalah buang air besar encer atau
cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak
dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. Diare adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah
padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya
(normal : 100-200 ml/jam tinja) (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga,
Penerbit FKUI, Jakarta, 1998).
b. Penyebab
1) Infeksi: Virus (Ratovirus, Adenovirus, Norwalk), Bakteri (Shigelia,
Salmonella, E. Coli, Vibrio), Parasit (Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia,
Balantidium Coli, Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongilucdes).
2) Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein.
3) Makanan : makanan basi, beracun, alergi atau protein.
4) Imunodefisiensi
5) Psikologis : rasa takut dan cemas
c. Patofisiologi
Meningkatnya mortilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat gangguan dari absorbsi dan ekskresi cairan dan elektolit yang
berlebihan. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat berbindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolic
Diare yang terjadi merupakan proses dari transportasi aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan
makanan. Ini terjadi pada sindrom melabsorbsi. Meningkatnya motilitas intestinal
dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal
d. Penatalaksanaan
Cara mengatasi penyakit diare pada bayi
1) Tetap beri ASI agar tidak dehidrasi . pastikan cairan yang ketubuh bayi
adekuat. ASI diberikan perlahan tapi terus menerus tanpa henti selama sekitar
10-30 menit
2) Pemberian oralit untuk bayi harus atas petunjuk dari dokter
3) Bila bayi sudah makan , beri dia makanan yang mudah dicerna seperti pisang
dan kentang

6. Konstipasi
a. Pengertian
Konstipasi adalah buang air besar yang keras/susah buang besar lebih
Selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium
dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam
36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya
obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi
ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama
5-7 hari dan tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan
mengeluarkan tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan
normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan
defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.

b. Penyebab
Penyebab sembelit sering tidak terdeteksi. Hal ini mungkin berhubungan
dengan makanan atau penyakit atau karena kelainan bawaan pada usus besar
(sangat jarang terjadi). Bayi yang diberi ASI jarang mengalami
konstipasi/sembelit.
Bayi sangat berbeda dalam kebiasaan buang air mereka. Sembelit
berhubungan dengan keteraturan buang air besar saja, bukan seringnya. Setelah
satu atau dua bulan , bayi yang diberi ASI mungkin akan jarang mengalami
gangguan :
1) Hypothyroidisme: Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu
kretinisme dan myodem. Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid
semua proses metabolisme berkurang.
2) Keadaan mental: Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap
terjadinya obstipasi terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan
keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2 tahun. Jika
pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka
cenderung tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa
minggu ssampai beberapa bulan karena takut mengalami kesukaran lagi.
Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/bulan akan
mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, sehingga
anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan
mental sulit dilatih untuk buang air besar.
3) Penyakit organis: Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada
kasus carcinoma colon dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air
besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang
mengalami trombosis.
4) Kelainan kongenital: Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon
aganglionik congenital (penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus
mekonium atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus
yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama.
c. Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali
bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang
terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus
aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan
kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus
yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
1) Asupan cairan yang adekuat.
2) Kegiatan fisik dan mental.
3) Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki
kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan
tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk
yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding
rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan
secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat
dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga
penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan
sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan
anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan
kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang
beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan
sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang
berlebihan.
d. Penatalaksanaan
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan:
1) Penilaian asupan makanan dan cairan
2) Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan
3) Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi
pola defekasi bayi
Penatalaksanaan
1) Mencari penyebab
2) Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan
gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
3) Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan
untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa
dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa. yang harus
diperhatikan apakah anak kurang minum cairan dibanding biasanya atau
makan lebih banyak makanan padat yang bisa mengakibatkan sembelit

B. PATOFISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN


1. Pengertian Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).

2. Fungsi System Perkemihan.


a) Membuang sisa metabolisme :
 Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
 Racun-racun/Toxins
 Obat-obat/Drugs
b) Pengaturan homeostasis :
 Keseimbangan air
 Elektrolit
 Keseimbangan asam-basa darah
 Tekanan darah
 Produksi darah merah
 Mengaktifkan vitamin D
3. Organ Sistem Perkemihan
a) Ginjal/Kidneys
Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal
3,5-5 cm, terletak di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah
atas. Ginjal kanan terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri.
Ginjal (Gb-2) dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi
medial terdapat cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar
masuk pembuluh darah dan keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan
mengisi hilus ginjal, dikenal sebagai piala ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis
akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar dan kecil yang disebut kaliks mayor (2
buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor meliputi tonjolan
jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal. Pada potongan
vertikal ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang
meluas dari hilus menuju ke kapsula. Pada papila ini bermuara 10-25 buah duktus
koligens. Satu piramid dengan bagian korteks yang melingkupinya dianggap
sebagai satu lobus ginjal.
Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak
dan simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula
yang satu sama lain tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian
medula yang masuk ke korteks dan ada bagian korteks yang masuk ke medula.
Bangunan-bangunan (Gb-3) yang terdapat pada korteks dan medula ginjal
adalah:
1) Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu
 Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk
cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan kapiler).
Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan
glomerulus. Kapsul Bowman sebenarnya merupakan pelebaran ujung
proksimal saluran keluar ginjal (nefron) yang dibatasi epitel. Bagian ini
diinvaginasi oleh jumbai kapiler (glomerulus) sampai mendapatkan bentuk
seperti cangkir yang berdinding ganda. Dinding sebelah luar disebut lapis
parietal (pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis viseral (pars
viseralis) yang melekat erat pada jumbai glomerulus (Gb-4 dan 5). Ruang
diantara ke dua lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi cairan
ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra filtrasi akan masuk ke dalam tubulus
kontortus proksimal.
Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan
warna yang lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih
padat. Glomerulus merupakan gulungan pembuluh kapiler. Glomerulus ini
akan diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul Bowman. Di sebelah luar
terdapat ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi dan
meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal. Ruang ini dibungkus oleh
epitel pars parietal kapsul Bowman.
 Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus
kontortus distal.
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai
saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle).
Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar
dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan satu
sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan sel
yang menghadap ke lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus
ini terletak di korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus
80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium.
Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi.
Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh
selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan
tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar
inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna basofil (kebiruan) dan
permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai paras sikat.
Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam
pemekatan urin.
b) Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim
tubulus yaitu pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa
Henle, duktus ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.
1) Fungsi ginjal yaitu:
 Membuang bahan sisa terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan
kreatinin yang dihasilkan dari metabolisme makanan oleh tubuh, bahan
asing dan produk sisa.
 Mengatur keseimbangan air dan elektrolit
 Mengatur keseimbangan asam dan basa.
 Menghasilkan renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
 Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai peran dalam proses
pembentukan eritrosit di sumsum tulang.
 Produksi dan ekskresi urin
2) Ureter / Ureters
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia.
Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina
propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan
bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila kandung kemih kosong
atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam keadaan
penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung)
pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel
payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan
banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk
bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan ini
terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastin dan
muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah
dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di
saluran cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat
fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam
kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa
dan merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang
amat sangat dan menyebabkan penderita batu ureter akan berguling-gulung,
keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.
c) Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter
(terdiri atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina
propria dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot
polos yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan
tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika
adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.
Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia
luar melalui uretra.

4. Proses Berkemih
a. Suatu proses refleks yang diatur oleh pusat-pusat refleks di otak.
b. Rangsang (impuls) yang terjadi akibat teregangnya dinding VU dihantarkan oleh
neuron-neuron sensoris viseral aferen melalui n. splanchnicus memasuki medulla
spinalis segmen sacral 2,3,dan 4.
c. Rangsang saraf menyebabkan otot-otot polos VU berkontraksi, m. sphincter
vesicae melemas. Neuron-neuron eferen para simpatis mengambil jalan melalui n.
pudendus (S2,3, dan 4) menuju ke sphincter urethra.
d. Pengontrolan berkemih anak-anak mulai umur 3-4 tahun.

5. Tahap pembentukan urin


a. Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
b. Proses Reabsorbsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi
kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis.
c. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

C. PATOFISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER


1. Pengertian Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari
jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan
mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan
dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak
mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh,
salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan
dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan
pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
2. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu kehamilan. Dalam
sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah terbesar yang di sebut Angioblast.
Angioblast ini timbul dari :
a. Mesoderm : splanknikus & chorionic
b. Merengkim : yolk sac dan tali pusat
c. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah
Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung jantung
mulai berkembang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial dan IEC dan atap
katup uning telur sekunder(kardiogenik area). Tabung jantung pasangkan membujur
endotel berlapis saluran. Tabung-tabung membentuk untuk menjadi jantung
primordial. Jantung tubular bergabung dalam pembuluh darah di dalam embrio yang
menghubungkan tangkai, karian dan yolk sac membentuk sistem kardivaskuler
purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui plasenta.

3. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler


a. Anatomi Jantung
Jantung merupakan bagian penting dari sistem kardiovaskuler yang
berfungsi sebagai pompa, mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan
sebagai salah satu indikator kehidupan.
Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada (thoraks) 12-14 cm
dari tulang rusuk ke dua. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya terletak di bagian
kanan dari garis tengah tubuh. Ukurannya kurang lebih kepalan tangan orang
dewasa. Berat jantung orang dewasa berkisar 250-300 gr.
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan
apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS –
V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh
balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem
kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang
terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan
jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat
pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat
sekitarnya yaitu:
1) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi
kosta III-I.
2) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
3) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis,
brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
4) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena
azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
5) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat.
Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping,
diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:
1) Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak
turun kebawah
2) Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC) menahun
batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
3) Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong
bagian bawah jantung ke atas
4) Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi
tubuh.
a) Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
 Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
 Muara atrium kanan terdiri dari:
- Vena cava superior
- Vena cava inferior
- Sinus koronarius
- Osteum atrioventrikuler dekstra
 Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
 Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum
atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum
pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan
terdiri dari:
- Valvula triskuspidal
- Valvula pulmonalis
 Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
 Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari:
 Valvula mitralis
 Valvula semilunaris aorta
b) Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium
dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis membawa darah
dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra
dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula semilunaris arteri pulmonalis.
Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium sinitra.
Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari ventrikel sinistra dan
aorta terdapat sebuah katup valvulasemilunaris aorta.
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:
 Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan kedepan
antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-cabangke
atrium dekstra dan ventrikel kanan.
 Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
 Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke
atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang
sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.
b. Anatomi Sistem Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh tubuh. Aliran
darah dalam tubuh terdiri dari:
1) Aliran darah koroner
2) Aliran darah portal
3) Aliran darah pulmonal
4) Aliran darah sistemik
a) Sistem Pembuluhan Limfe
Sistem pembuluh limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat
mengalir dari ruang interstitial ke dalam darah.pembuluh limfa dapat
mengangkut protein dan zat partikel besar, keluar ruang jaringan yang tidak
dikeluarkan dengan absorbs secara langsung kedalam kapiler darah. Sistem
pembuluh limfe terdiri dari:
 Duktus limfatikus dekstra: Duktus limfatikus jugularis dekstra, subclavia,
dan bronkomediastinalis masing-masing mengalisrkan cairan limfa sisi
kepala dan leher.
 Duktus limfatikus sinistra: Mulai terlihat dalam abdomen sebagai kantong
limfe yang memanjang.
 Nodus limfatisi: Berbentuk lonjong seperti buah kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe.
 Kapiler limfa: sedikit cairan yang kembali ke sirkulasi melalui pembuluh
limfe.
c. Fisiologi Vaskuler
Sistem vaskuler memiliki peranan penting pada fisiologi kardiovaskuler karena
berhubungan dengan mekanisme pemeliharaan lingkungan internal. Bagian-
bagian yang berperan dalam sirkulasi:
1) Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.
2) Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali ketika
darah yang dikeluarkan ke dalam kapiler.
3) Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit, hormone dan
bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.
4) Venula yaitu mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap
5) Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan kembali ke
jantung.
Kecepatan aliran darah ditentukan oleh perbedaan tekanan antara kedua ujung
pembuluh darah. Pembuluh darah dan aliran arteri adalah:
1) Aliran darah dalam pembuluh darah
2) Tekanan darah arteri : Sistolik, diastolic, nadi, dan darah rata-rata.
3) Gelombang nadi.
4) Analisis gelombang nadi: dapat di nilai dari: frekuensi gelombang nadi, irama
denyut nadi, amplitude dan ketajaman gelombang.
5) Factor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.
Sedangkan Pembuluh dan Aliran Vena Yaitu:
1) Tekanan Vena: biasanya sangat rendah
2) Gelombang denyut vena: perubahan tekanan dan volume
3) Kurva denyut nadi: vena jugularis eksterna dengan cara non invasive\
4) Kecepatan aliran darah vena
5) Factor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah vena
6) Pengaruh gravitasi pada tekanan darah vena

4. PATOFISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN


a. Gangguan Sistem Endokrin
1) Sistem Komunikasi
Sistem saraf dan endokrin merupakan sistem komunikasi yang mengatur aktivitas
metabolism, Sistem saraf menyampaikan pesan melalui impuls listrik. Sistem
endokrin menyampaikan pesan melalui impuls zat kimia yang disebut hormon
b. Apa Itu Hormon
Hormon adalah derivat protein (glikoprotein, polipeptide atau asam amino)
atau derivat kolesterol (steroid).
Hormon adalah suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan
diedarkan ke seluruh tubuh melalui darah.
Macam hormon:
1) Steroid dan tironin (larut lemak)
2) Polipeptide dan katekolamin (larut air)

c. Macam Hormon
1) Contoh Hormon steroid: kortisol, aldosteron, kolekalsiferol (Vit. D)
2) Contoh Hormon tironin: tiroksin (T4) dan trijodotironin (T3)
3) Contoh Hormon polipeptide: Hormon hipotalamus, hormon hipofisis,
parathormon, kalsitonin, insulin dan glukagon
4) Contoh hormon katekolamin: epineprin dan norepineprin
d. Cara Kerja Hormon
1) Hormon steroid dan tironin (larut lemak) → berdifusi melalui membran sel →
bergabung dengan reseptor dalam sitoplasma → mengirim mRNA untuk sintesa
protein
2) Hormon polipeptide dan katekolamin (larut air) → bergabung dengan reseptor
dalam membran sel → mengaktifkan adenil siklase untuk mengubah ATP →
siklik AMP → respon fisiologi

e. Fungsi Sistem Hormon


1) Respon thd stres dan cedera
2) Pertumbuhan dan perkembangan
3) Reproduksi
4) Metabolisme energi
5) Metabolisme cairan dan elektrolit
6) Respon kekebalan tubuh

f. Karakteristik Hormon
1) Disekresi dalam jumlah kecil
2) Pelepasan pulsatif dalam irama sirkadian (pagi tinggi → siang rendah → sore
tinggi → malam rendah)
3) Bekerja sesuai respon fisiologi
4) Sebagian besar dinonaktifkan dalam hati dan diekskresi dalam urine

g. Penyakit Endokrin
1) Defisiensi Hormon: infeksi, infark, kematian jaringan, tumor, pengangkatan,
autoimune, defisiensi makanan, herediter → terapi dengan penggantian
2) Kelebihan Hormon: kegagalan umpan balik negatif, produksi berlebih, iatrogenik
→ terapi dengan supresi hormon dengan obat atau pembedahan
3) Resistensi reseptor sel target: defek reseptor (DM tipe2), cedera atau destruksi
autoantibodi, herediter, tidak ada sel target → terapi dengan meningkatkan
interaksi hormon reseptor (contoh sulfoniluria untuk DM tipe2)

h. Glandula Pituitaria
1) Terletak di sella Tursika
2) Terdiri adenohipofisis (anterior) dan neurohipofisis (posterior)
3) Kelainanya biasanya akibat tumor adenohipofisis → adenoma
4) Gejala dan tanda tumor hipofisis tergantung hormon yang diproduksi (hiperfungsi
atau hipofungsi)

i. Klasifikasi Adenohipofisis
1) Aktivitas Endokrin Hormon Sindrom Klinik
 Somatotropik GH Akromegali
 Gigantisme
 Kortikotropik ACTH Morbus Cushing
 Prolaktin
 (Prolaktinoma) PRL Amenorhoe
 Galaktore
 Impotensi
 Tirotropik TSH Hipertiroidi
 Gonadotropik FSH Jarang
2) Kelainan Hipofisis
 Hiperprolaktinemia → disebabkan adenoma mikro di hipofisis →
mengakibatkan amenore, galaktore
 Adenoma Hormonal aktif → menyebabkan sindrome Hiperpituitarisme →
morbus Cushing (hiperadrenokortisme), akromegali dan amonore
 Hipopituitarisme → defisiensi hormon hipofisis
 GH, LH, FSH mudah tertekan → sindrom kekurangan hormon
 TSH dan ACTH → bertahan lebih kuat
 Hemianopia → buta separo lapangan pandang → akibat tumor di sella tursika
menekan kiasma optikum
3) Hiperpitutaria
 Kelebihan produksi hormon di lobus anterior glandula pituitaria → manifestasi
pada tulang berbeda, tergantung kematangan pertumbuhan rangka dan jenis sel
abnormal pada glandula pituitaria
 Adenoma sel eosinofil pada masa pertumbuhan → Gigantisme (pada anak),
jika pertumbuhan tulang telah berhenti → Akromegali (pada dewasa)
 Adenoma sel basofil → Sindrom Cushing, pada semua umur
4) Gigantisme
 Dalam masa pertumbuhan anak
 Kelebihan hormon yang dihasilkan oleh sel eosinofil → merangsang
pertumbuhan tulang → tumbuh luar biasa → tinggi berlebihan
 Keadaan ini seringkali disertai pertumbuhan kelamin yang terbelakang
5) Akromegali
 Terjadi pada masa dewasa
 Kelebihan hormon → tidak dapat merangsang pertumbuhan panjang tulang
lagi (epifisis tulang telah habis), tetapi merangsang pertumbuhan tulang
melebar → akibat rangsangan proses penulangan intramembran oleh
periosteum
 Gambaran Klinik:
- Rahang membesar
- Hidung dan dahi menonjol
- Tulang tangan dan kaki membesar
- Jika terjadi pada vertebra dapat terjadi kifosis
j. Hipopituitarisme
1) Kelainan akibat kekurangan hormon pertumbuhan
2) Penyakitnya disebut: Dwarfisme (cebol)
3) Ciri: perkembangan badan seperti anak-anak, tidak pernah mengalami pubertas

k. Sindroma Chusing
1) Akibat kelebihan hormon yang dihasilkan oleh sel basofil adenohipofise
2) Gejala klinik:
3) Osteoporosis
4) Obesitas dengan “Moon Face”
5) Pertumbuhan rambut berlebihan
6) Hipertensi
7) Komplikasi: patologik fraktur akibat osteoporosis

l. Diabetes Insipidus
1) Kerusakan nukleus supraoptikus ke kelenjar hipofisis posterior → sekresi ADH
menurun → urine encer, volume meningkat (5 – 15 L/hari) → sering kencing
(poliuria)
2) Volume tubuh normal → asal reflek haus normal

m. Glandula Thyroidea
1) Letak Gl.Tiroid di Larynk menempel pada cartilago thyroidea
2) Terdiri 2 lobus dextra & sinistra dan isthmus
3) Hormon gl.Thiroid
4) H. Tiroksin (T4)
5) H. Tri-iodotironin (T3)
6) H. Calsitonin

n. Kelainan Glandula Tiroidea


1) Gangguan fungsi → tirotoksikosis
2) Perubahan susunan kelenjar dan morfologi → penyakit tiroid noduler
3) Pembesaran tiroid → struma

o. Pemeriksaan Glandula Thyroidea


1) Morfologi:
2) Besar, bentuk, batasnya
3) Konsistensi, hubungan dengan struktur sekitarnya
4) USG → nodul tunggal atau multiple, foto Roentgen
5) Fungsi:
6) Uji metabolisme
7) Uji fungsi tiroid, kadar hormon
8) Antibodi tiroid
Lokasi dan fungsi:
 Sidik radioaktif/ tes yodium radioaktif → menggunakan Teknetium (Tc-99m)
atau Yodium (I-131) → untuk menentukan apakah nodul bersifat hiperfungsi,
hipofungsi atau normal, yang umumnya disebut: nodul panas, nodul dingin dan
nodul normal
 Diagnostik patologik:
 Pungsi jarum halus untuk pemeriksaan sitologi
 Biopsi insisi/eksisi untuk pemeriksaan histologi
p. Penyakit Graves
1) Disebut juga → Penyakit Basedow → penyakit Hipertiroidea
2) Hipertiroid → merangsang metabolisme → BB turun (kalori tidak mencukupi)
3) Metabolisme pd sistem cardivaskuler → peningkatan sirkulasi → curah jantung
meningkat 2-3x → takikardi, palpitasi dan fibrilasi atrium
4) Metabolisme saluran cerna → diare
5) Hipermetabolisme saraf → tremor, bangun malam, mimpi buruk, ketidakstabilan
emosi, kegelisahan, kekacauan pikiran, ketakutan yang tidak beralasan
6) Hipermetabolisme nafas → dispnea, takipnea
7) Kelainan mata akibat reaksi autoimun pd jaringan ikat didalam rongga mata →
jaringan ikat hiperplastik → mendorong mata keluar → eksoftalmus
8) Eksoftalmus → rusaknya bola mata akibat keratitis
9) Gangguan faal otot bola mata → strabismus

q. Penyebab Hipertiroidisme
1) Stroma toksik difus (penyakit Graves)
2) Stroma nodus toksik
3) Pengobatan berlebihan dengan tiroksin
4) Tiroiditis
5) Metastasis karsinoma tiroid

r. Gejala Hipertiroid
1) Metabolik:
2) Tidak tahan terhadap suhu tinggi
3) Nafsu makan meningkat
4) Berat badan menurun
5) Diare
6) Menoragia
Kardivaskuler:
 Palpitasi
 Tekanan denyut besar/ pulses seler
 Takikardi juga sewaktu tidur atau istirahat
 Fibrilasi atrium
Neuropsikiatrik;
 Hiperkinesia
 Insomnia
 Kurang stabil emosi
 Tremor
 Kelemahan otot
Mata
 Eksoftalmus karena proptosis
 Retraksi kelopak mata
 Oftalmoplegi (kelumpuhan otot mata)
 Juling/ strabismus (otot mata terjepit)
Kulit
 Miksedema
 Udema pretibia
s. Penanganan Graves
1) Pengendalian tirotoksikosis → pemberian antitiroid: PTU (Profil Tio Urasil) atau
Karbimasol
2) Ablasio dengan yodium radioaktif
3) Tiroidektomi subtotal bilateral

t. Hipotiroidisme
1) Berkurangnya produksi hormon tiroksin
2) Manifestasi Klinis tergantung: derajat kekurangan; mula terjadi; dan lama
kelainan berlangsung
3) Bentuk berat → Kretinisme: bentuk tubuh sangat pendek disertai retardasi mental
4) Pada tulang panjang akan terjadi: disgenesia epifisis → fragmentasi pusat
pertumbuhan tulang dan tulang rawan yang persisten
5) Kepala menjadi lebih besar dibanding ukuran tubuh
6) Tulang belakang → kifosis
7) Hipotiroid yang diobati dini → hasil akan baik
Penyebab:
 Penyakit Hipotalamus
 Kerusakan kelenjar Hipofisis
 Defisiensi Jodium
 Obat antitiroid
 Tiroiditis
 Struma Hasimoto → gangguan autoimune
 Hipotiroidisme ianogenik → hipotiroid setelah tiroidektomi atau terapi yodium
radioaktif (ablasio radioaktif)

5. PATOFISIOLOGI SISTEM MUSCULOSKELETAL


Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal
yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh. Ilmu yang
mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah Myologi. Skeletal
atau osteo adalah tulang kerangka tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau
jaringan otot-otot tubuh adalah Osteologi.
Sistem skeletal berfungsi:
 Memberi bentuk tubuh.
 Menahan tubuh agar tidak roboh.
 Melindungi alat yang lunak dan penting seperti otak, jantung, dan paru-paru.
 Tempat melekat otot untuk pergerakan tubuh.
 Tempat pembuatan sel darah merah.

a. Tulang
1) Struktur jaringan tulang
2) Tulang terdiri dari sel-sel, matrik organic, dan mineral.
Sedangkan sel-sel tulang terdiri dari :
 Osteobast
merupakan sel tulang muda yang menghasilkan jaringan osteosit dan
mengkresikan fosfatase dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks
tulang.
 Osteosit
yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran
kimiawi melaui tulang yang padat.
 Osteoclast
yaitu sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matriks tulang
Dalam proses pertumbuhan dan pembentukan tulang terdapat dua macam proses.
1) Osifikasi mendokondral.
2) Osifikasi membrane.
a) Klasifikasi Tulang
Secara garis besar bentuk tulang dibedakan 3 macam:
 Tulang pipa, berbentuk bulat panjang seperti pipa.
Misalnya pada tulang hasta, paha dan betis.
 Tulang pipih, berbentuk pipih atau gepeng.
Misalnya tulang tengkorak, belikat, tulang duduk dan tulang usus.
 Tulang pendek,berbentuk pendek seperti dadu.
Misalnya tulang belakang, ruas-ruas pergelangan tangan dan kaki

b. Tulang Tengkorak.
Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka kepala. Tulang
tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan empat belas tulang
yang menyusun bagian wajah. tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai
pelindung dari otak.
Jenis-jenis tulang tengkorak adalah:
1) Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:
 bagian parietal --> tulang dahi
 bagian temporal --> tulang samping kiri kanan kepala dekat telinga
 bagian occipitas --> daerah belakang daritengkorak
 bagian spenoid --> berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti tulang baji
 bagian ethmoid --> tulang yang menyususn rongga hidung
 Sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati
yang disebut sutura.
2) Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:
 Menempel pada tulang tengkorak bagian temporal. hal tersebut merupakan
satu-satunya hubungan antar tulang dengan gerakan yang lebih bebas
 Rahang bawah --> menyusun sebagian dari hidung, dan langit-langit
 palatinum (tulang langit0langit) --> menyusun sebagian dari rongga hidung
dan bagian atas dari atap rongga mulut
 zigomatik --> tulang pipi
 tulang hidung
 Tulang lakrimal --> sekat tulang hidung

c. Rangka Dada
Tulang kerangka dada meliputi:
1) Columna vertebralis (ruas tulang belakang).
Terdiri dari:
- Vertebra servikalis 7 ruas.
- Vertebra torakalis 12 ruas.
- Vertebra lumbalis 5 ruas.
- Vertebra sakralis 5 ruas.
- Vertebra koksigis 4 ruas.
2) Os costalis (tulang iga).
Terdiri dari:
- Costa vera (iga sejati) 7 pasang.
- Costa spuria 2 pasang.
- Costa fluitantes (iga melayang) 2 pasang.
3) Os sternum (tulang dada)
Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu:
- hulu (os manubrium sterni)
- badan (os corpus sterni)
- taju pedang (os xiphoid prosesus)

d. Panggul
Tulang panggul ada 2 bagian kiri dan kanan yang melekat satu sama laindigaris
medianus persambungan tulang rawan yang disebaut OS SIMPISIS PUBIS, sehngga
membuat gelang panggul yang disebut SINGULUM dan ekstremitas
inferior.Dibelakang tulang kedua tulang panggul terdapat persendian yang tidak
begerak yang disebut AMFIARTOSIS SAKRO ILIAKA.
Os sacrum dibentuk oleh:
- Os Ilium (tulang usus)
- Os Pubis (tulang kemaluan)
- Os Iskii (tulang duduk).

e. Ekstremitas Atas
Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:
- Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung
atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah
memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna
- Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar
dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius
memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
- karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan
oleh ligamen
- metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas
berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges)
- Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas
tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.

f. Ektremitas Bawah.
Tulang anggota gerak bawah :
- Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:
- tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang
panggul sampai ke lutut.
- Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan
dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang
kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan
beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot
- Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga.
patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon
yang membentuk lutut
- Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8
tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit.
- Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun
mendatar.
- Palanges / tulang jari-jari tangan. Tersusunetiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali
tulang ibu jari atas 14 tulang.

g. Sendi
Klasifikasi sendi berdasarkan struktur
1) Sendi fibrus(sendi mati)
Ada dua tipe utama sinartrosis yaitu:
- Sutura adalah hubungan antar tulang dengan jaringan ikat serabut padat,contoh
pada tengkorak.
- Sinkondrosis adalah hubungan antar tulang yang di hubungkan ole katilagi
hialin.
2) Sendi kartilago(amfiartrosis)
Amfairtrosis adalah sendi yang di hubungkan oleh kartilago sehinggs
memungkinkan untuk sedikit bergerak.
Amfiartrosis di bagi menjadi 2,yaitu;
- Simfisis,terdapat pada sendi intervertebral dan simfisis pubis.
- Sindesmosis,terdapat pada sendi antara tulang testis dan tulang kering.
3) Sendi synovial(diartrosi) adalah persendian yang bergerak bebas.
Klasifikasi berdasarkan gerak
- Sendi Pelana.
Permukaan sendi hampir datar sehingga memungkinkan tulang bergeser satu
sama lain.sendi pelana dapat melakukan gerak fleksi, ekstensi, abduksi, dan
rotasi, misalnya pada ibu jari tangan dan kaki.
- Sendi Engsel.
Sendi ini mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan
ekstensi, misalnya pada sendi siku dan sendi lutut.
- Sendi Putar.
Pada sendi ini terdapat pasak yang dikelilingi cincin ligamentum bertulang.
Hanya satu gerakan yang bisa dilakukan yaitu rotasi, misalnya atlas, berbentuk
cincin berputar diatas prosesus odontoid dan gerakan radius disekitar ulna
pronasi dan supinasi.
- Sendi Peluru.
Merupakan persendian dimana seluruh kepala ujung sendi masuk kebentukan
seperti mangkuk sehingga dapat melakukan gerakan keseluruh arah,misalnya
pada sendi bahu dan sendi panggul.
- Sendi Elipsodal.
Permukaan sendi berbentuk elips, misalnya gerakan yang dapat dilihat pada
persendian antara tulang radius dengan tulang carpal, tulang metekarpal
dengan tulang jari-jari, tulang metatarsal dengan phalank.

Mekanisme gerakan tubuh


Semua pergerakan tubuh kita melibatkan otot. Otot merupakan alat gerak aktif.
Otot berfungsi membentuk tubuh, sebagai alat pergerakan, menjaga kestabilan
persendian,dan memproduksi panas tubuh. Dalam kehidupan sehari-hari,kita
mengenal otot sebagai daging. Otot merupakan jaringan yang terdiri dari sel-sel
otot.

h. Otot
Setiap otot ddikelilingi jaringan ikat pembungkus otot yang disebut PERIMISIUM
EKSTERNUS atau FASIA PROPIA. Otot-otot ini melekat pada tulang engan
perantaraan jaringan ikat khusus yang dinamakan TENDO.
Klasifikasi berdasarkan Stuktur:
1) Otot berserabut sejajar.
2) Otot berbentuk kipas.
3) Otot berbentuk lingkaran.
4) Otot bersirip:
- Bersirip tunggal.
- Bersirip kembar.
- Bersirip banyak.

Klasifikasi berdasarkan lokasi


1) Otot-otot fleksor, otot dengan pergerakan fleksi (memperkecil sudut antara dua
buah rangka dalam bidang sagitalis) melipat sendi.
2) Otot-otot ekstensor, otot yang mempunyai faal untuk memperbesar sudut antar
dua buah rangka dalam bidang sagitalis.

Perbedaan Fungsi 3 otot


Macam & Fungsi Otot - Otot-otot merupakan alat gerak aktif. Otot mempunyai tiga
kemampuan spesifik berikut.
1) Kemampuan untuk memendek (berkontraksi) disebut kontratibilitas.
2) Kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan
saat kontraksi otot disebutekstensibilitas.
3) Kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah kontraksi atau ekstensi
disebut elastisitas. Saat otot kembali ke ukuran semula, otot disebut dalam
keadaan relaksasi. Berdasarkan jenisnya, otot terbagi menjadi tiga macam, yaitu
otot jantung, otot lurik, dan otot polos. Lakukanlah eksperimen berikut untuk
mengetahui perbedaan struktur masing-masing otot
 Otot Lurik
Otot lurik atau disebut juga dengan otot rangka karena melekat pada rangka
dan berfungsi menggerakkan rangka. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut
otot atau miofibril yang berinti banyak. Miofibril dalam plasma berwarna
gelap dan terang, tersusun teratur, dan tampak bergaris sehinggadisebut otot
seran lintang atau otot lurik.
Miofibril membentuk kumpulan serabut yang disebut otot atau daging. Tiap
kumpulan serabut dilindungi oleh selaput yang disebut fasia propria,
sedangkan otot atau daging dilindungi oleh selaput fasia superfisialis.
Biasanya gabungan otot berbentuk kumparan dengan bagian tengahnya
menggelembung disebut empal atau ventrikel. Sementara itu, bagian tepi
gabungan otot tersebut mengecil disebut urat otot atau tendon. Bagian empal
dapat berkontraksi mengerut dan mengendur. Setiap otot memiliki dua buah
tendon atau lebih. Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut
insersio, sedangkan tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak
disebut origo.
Otot lurik disebut otot sadar karena bekerjanya dikendalikan oleh kehendak
kita. Kontraksinya cepat, tidak teratur, dan mudah lelah. Otot lurik dapat
bergerak karena rangsang berupa panas, dingin, arus listrik, dan rangsang
kimia.
Perbedaan Fungsi 3 Macam Otot
- Jantung
- Polos
- Lurik
- memacu bilik utk memompa darah (involunter)
- menggiring bolus melalui lambung, usus halus, usus besar rektum anus
(involunter)
- utk melakukan gerakan tubuh,, (volunter)

i. Fasia
Merupakan suatu alat bantu untuk melindungi oto terhadap pengaruh dari luar,
misalnya tusukan, pukulan, dan kuman; membantu otot supaya tetap pada
tempatnya; merupakan tempat asal otot dan membantu peredaran darah.

6. PATOFISIOLOGI SISTEM PANCA INDERA


a. Pengertian Panca Indera
Panca indra adalah organ – organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara
yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak ketempat perasaan ini
ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan,
penglihatan, penciuman, dan suara. Ada kesan yang timbul dari dalam antara lain,
lapar, haus, dan rasa sakit.

b. Fungsi Panca Indera dan Penyakitnya


1) Indera Penglihat (Mata)
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-
otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan
bulu mata.
Penyakit pada Mata
 Presbiopi
Presbiopi adalah penyakit mata karena proses penuaan, disebut juga mata tua.
Pada anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm untuk anak
umur 11 tahun.
 Hipermetropi
Hipermetropi atau mata jauh dapat terjadi pada anak-anak. Hipermetropi
disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh di
belakang retina. Penderita hipermetropi ini tidak dapat melihat benda yang
dekat atau biasa disebut rabun dekat.
 Miopi
Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata
terlalu panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan
jatuh di depan retina.
 Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan
lensa mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya
tidak sama, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama.
Untuk menolong orang yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang
mempunyai beberapa fokus.
 Katarak
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa
mata. Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang
terkena katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
 Imeralopi
Imeralopi atau rabun senja adalah kelainan yang menyebabkan penderita
menjadi rabun pada senja hari.
 Xeroftalxni
Xeroftalxni adalah kelainan pada mata, yaiut kornea menjadi kering dan
bersisik.

 Keratomealasi
Keratomealasi adalah kelainan pada mata yaitu kornea menjadi putih dan
rusak.
2) Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara dan
juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk
energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah
gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan
interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara
disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).
Kelainan pada telinga
 Tuli
Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan bunyi atau suara.
Tuli dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga,
tersumbatnya ruang telinga, atau rusaknya saraf pendengaran.
 Congek
Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
bagian telinga yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini disebabkan oleh
bakteri.
 Otitis eksterna
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa
menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada
daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut
sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
 Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul
dengan sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan
ikat di sekitarnya (perikondrium).
 Eksim
Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan
saluran telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan
kulit, kulit yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga. Keadaan ini
bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar dan saluran telinga.
 Cidera
Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar
diantara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah
tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa
berwarna ungu kemerahan.
 Tumor
Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor yang jinak
bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan penimbunan
kotoran telinga serta ketulian.
 Kanker
Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh pada telinga luar
setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang. Pada stadium
dini, bisa diatasi dengan pengangkatan kanker atau terapi penyinaran.
3) Indera Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan,
panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok
masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis
yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung
reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung
bagian dalam, misalnya otot dan tulang.
Kelainan pada kulit
 Jerawat. Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan dada.
Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor.
Anak-anak yang memasuki masa remaja serta orang-orang yang memiiki jenis
kulit berminyak sangat rentan terhadap jerawat.
 Panu. Panu disebabkan oleh jamur yang menempel di kulit. Panu tampak
sebagai bercak atau bulatan putih di kulit dan disertai rasa gatal. Panu timbul
karena penderita tidak menjaga kebersihan kulit.
 Kadas. Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih bersisik. Pada setiap
bulatan terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena. Kadas
juga menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.
 Skabies. Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit tersebut disebabkan
oleh parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular
pada orang lain.
 Eksim. Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis. Penyakit
tersebut menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal,
dan bersisik.
 Biang keringat. Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh
sel-sel kulit mati yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang
terperangkap tersebut menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang
disertai gatal. Daki, debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan biang
keringat.
4) Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap.
Menggunakan lidah, kita dapat membedakan bermacam-macam rasa. Lidah juga
turut membantu dalam tindakan bicara
Kelaianan pada lidah
 Oral candidosis. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans..
gejalanya yaitu lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
 Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian
lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya
adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak ditemukan pada penderita anemia.
 Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian
pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita
putih tebal.
 Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.
 Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa
sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam
pemeriksaan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena psikosomatis
dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.

5) Indera Pembau (Hidung)


Saat manusia baru lahir indera penciumannya lebih kuat dari manusia dewasa,
karena dengan indera ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman
manusia dapat mendeteksi 2000 - 4000 bau yang berbeda. Indera pembau
manusia berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu
pada lapisan lendir bagian atas.
Kelainan pada hidung
 Angiofibroma Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang atau
tenggorokan bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah.
Tumor ini paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang sedang
mengalami masa puber.
 Papiloma Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). Papiloma
disebabkan oleh virus. Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun.
Papiloma bisa menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga anak
tidak dapat berbicara dan bisa menyumbat saluran udara.
 Rhinitis Allergica, adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan oleh
adanya reaksi alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi
asing ke dalam saluran tenggorokan.
 Sinusitis, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang
yang berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi
dalam waktu menahun (kronis).
 Salesma dan influenza, merupakan infeksi pada alat pernapasan yang
disebabkan oleh virus, dan umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit
leher dan kadang-kadang panas atau sakit pada persendian.
 Anosmia, adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk
membau. Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau
infeksi di dasar kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor
otak bagian depan. Untuk mengatasi gangguan ini harus diketahui dulu
penyebabnya.
7. PATOFISIOLOGI SISTEM SARAF
a. Bidang Dasar Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sekumpulan serabut sel-sel saraf, atau neuron-neuron. Sel-sel ini
merupakan sel-sel dengan prosesus percabangan yang panjang (serabut saraf) yang
dapat mengirimkan impuls saraf. Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian:
1) Sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri atas:
- Dua hemisfer serebrum
- Serebelum
- Batang otak
- Medulla spinalis

2) Sistem saraf perifer yang terdiri atas seberkas serabut saraf yang ke luar dari SSP
yang menjalar ke seluruh tubuh sebagai saraf perifer. Saraf-saraf tersebut adalah:
a) Saraf-saraf kranial
12 pasang saraf timbul dari batang otak untuk mempersarafi sebagian besar
kepala dan leher.
b) Saraf-saraf spinal 31 pasang saraf yang timbul dari medulla spinalis untuk
mempersarafi batang tubuh dan anggota gerak.
Secara fungsional, sistem saraf dibagi menjadi:
1) Sistem saraf somatic
Yang berhubungan dengan impuls ke anggota gerak dan dinding tubuh
2) Sistem saraf autonomy
Yang berhubungan dengan impuls visera dan ke pembuluh darah. Banyak
neuron-neuron secara individual menembus batasan pembagian ini dan sistem
saraf berfungsi dalam koordinasi dan cara yang menyatukan.
b. Neuron
Neuron merupakan unit fungsional dari sistem saraf. Neuron terdiri atas badan
sel, yang mempunyai nukleus yang dikelilingi oleh protoplasma, dan dilapisi oleh
membran sel, dan serabut saraf, yang biasanya merupakan akson tunggal panjang
yang menghantarkan impuls menjauhi badan sel, dan beberapa dendrit kecil yang
menerima masukan impuls.
Serabut saraf yang lebih besar biasanya bermielin dan diselingi nodus pada
setiap millimeter atau lebih. Saraf perifer dikelilingi oleh sel-sel Schwann yang
khusus. Sel-sel ini menghasilkan selaput mielin sehingga memungkinkan terjadinya
perbaikan serabut saraf. Tidak terdapat sel-sel Schwann pada SSP, dengan demikian
tidak memungkinkan adanya perbaikan jika terdapat kerusakan di SSP. Di dalam
SSP neuron disokong dan diberi makan oleh sel-sel glia yang khusus antara lain sel
satelit, sel oligodendrosit, sel astrosit, sel mikroglia, dan sel ependim.
Macam-macam neuron:
1) Neuron sensorik (afferent), berfungsi menerima rangsang dan meneruskan ke
saraf pusat
2) Neuron konektor (interneuron), berfungsi menghubungkan antara neuron sensorik
dan motorik
3) Neuron motorik (efferent), berfungsi mengirimkan respon dari saraf pusat ke
efektor.

c. Transmisi impuls saraf


Impuls akan dirambatkan di sepanjang neuron sampai ke saraf pusat untuk
diolah. Namun antara neuron yang satu dengan yang lain itu tidak bersambung/
menempel, melainkan ada celah. Jika ada celah, maka impuls tidak akan bisa sampai
ke saraf pusat. Jadi diperlukan suatu struktur khusus agar impuls bisa tetap sampai
ke saraf pusat. Struktur itu adalah Sinapsis.
Penghantaran impuls pada sinaps:
1) Impuls sampai di ujung akson pra sinaps
2) Terjadi eksositosis vesikel neurotransmiter
3) Neurotransmiter keluar di celah sinaps
4) Neurotransmiter berenang menuju dan menempel di reseptornya, di neuron pasca
sinaps
5) Menempelnya neurotransmiter pada reseptornya mengakibatkan terjadinya
depolarisasi neuron pasca sinaps, shg terbentuk impuls baru
6) Impuls yg terbentuk akan dirambatkan sampai ke SSP

d. Sistem Saraf Pusat


1) Otak
Otak terdiri dari dua belahan. Mempunyai permukaan yang berlipat-lipat untuk
memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf. Bagian
dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu
berisi banyak badan sel saraf.
2) Medulla spinalis
Potongan melintang medulla spinalis memperlihatkan bahwa saraf-saraf spinal
dibentuk dari dua radiks saraf, yaitu radiks posterior (dorsal/sensoris), dan radiks
anterior (ventral/motorik).

e. Sistem Saraf Perifer


Saraf pusat bertugas mengolah informasi, sedangkan yang bertugas
menangkap/menerima rangsang dan meneruskan tanggapan adalah saraf tepi/ saraf
perifer. Saraf perifer disusun oleh saraf otak (kranial) dan saraf medulla spinalis
(spinal).
1) Saraf sensoris (saraf aferen) disebut juga sel saraf indera, karena berfungsi
membawa rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang)
2) Saraf motoris (saraf eferen) berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari pusat
saraf ke otot atau kelenjar berupa respon.
- Saraf volunter/somatik/sadar yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan
yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak
- Saraf involunter/otonom/tidak sadar berperan dalam mengendalikan tubuh
yang tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran
pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Dibagi menjadi dua berdasarkan posisi ganglion : simpatis (ganglion
menempel pada sumsum tulang belakang) dan parasimpatis (menempel pada organ
yang dibantu).

f. Kelainan dan penyakit pada sistem saraf manusia


1) Neuritis : peradangan pada saraf, melibatkan satu atau sekumpulan saraf yang
disebabkan kelebihan asam tubuh kronis, dimana asam pada darah dan cairan
tubuh lain berlebih. Semua cairan tubuh seharusnya basa pada setiap reaksi.
Bisa juga karena kekurangan gizi, atau gangguan metabolisme seperti kesalahan
metabolisme kalsium, kekurangan beberapa vitamin B seperti B12, B6, B1,
asam pantotenik dan B2. Gejala : rasa kesemutan/terbakar/tertusuk pada saraf
yang terpengaruh, pada beberapa kasus menyebabkan mati rasa, lumpuh, dan
kesulitan berjalan.
2) Parkinson : penyakit kemunduran otak akibat kerusakan bagian otak yang
mengendalikan otot. Gejala: tubuh selalu gemetar, sakit dalam berjalan dan
bergerak, dan berkoordinasi.
3) Stroke : kerusakan pada otak akibat pecah/tersumbatnya pembuluh darah pada
bagian kepala. Gejala: Biasanya terjadi secara tiba-tiba, beberapa detik sampai
menit, dan pada kebanyakan kasus tidak berlanjut lebih jauh. Gejala yang
terlihat sesuai dengan daerah otak yang terpengaruh. Semakin lebar luas daerah
yang terpengaruh, semakin banyak juga fungsi yang hilang.
4) Meningitis : peradangan pada selaput pembungkus otak yaitu meninges yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitis atau virus lainnya.
5) Epilepsi : kelainan pada neuron-neuron di otak akibat kelainan metebolisme,
infeksi, toksin, atau kecelakaan sehingga penderita tidak dapat merespon
rangsang saat kambuh.
6) Alzheimer : gangguan saraf berupa penurunan kemampuan mengingat.
7) Afasia : kehilangan daya ingat karena kerusakan pada otak besar bagian tengah
8) Ataksia : penyakit degeneratif akibat mengecilnya otak kecil. Gejala: kesulitan
mengontrol gerak tubuh.
9) Transeksi : gangguan pada sistem saraf terutama medulla spinalis karena jatuh
atau tertembak sehingga penderita akan kehilangan segala rasa.
10) Multiple schlerosis : penyakit saraf kronis yang mempengaruhi SSP sehingga
dapat menyebabkan gangguan organ seperti rasa sakit, masalah penglihatan,
sampai kelumpuhan.
11) Hidrocephalus : pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang terkumpul
di otak akibat peradangan serebrospinal.

8. PATOFISIOLOGI SISTEM GERAK


a. Rangka (Tulang)
Rangka atau tulang pada tubuh manusia termasuk salah satu alat gerak pasif karena
tulang baru akan bergerak bila digerakkan oleh otot. Sedangkan unsur pembentuk
tulang pada manusia adalah unsur kalsium dalam bentuk garam yang direkatkan oleh
kalogen.
1. Macam-Macam Organ Penyusun Sistem Gerak
Fungsi Rangka Pada Manusia yaitu :
- sebagai penegak tubuh
- sebagai pembentuk tubuh
- sebagai tempat melekatnya otot (otot rangka)
- sebagai pelindung bagian tubuh yang penting
- sebagai tempat pembentukkan sel darah merah
- sebagai alat gerak pasif
Kerangka manusia dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :
- Kerangka manusia terdiri atas aksial dan apendikular.
- aksial terdiri atas tengkorak, tulang belakang, tulang dada dan rusuk
- apendikular terdiri atas anggota gerak atas (gelang bahu, tangan) dan anggota
gerak bawah (gelang panggul, kaki)
a) Bagian Tengkorak (Kepala)
tersusun dari tulang pipih yang berfungsi sebagai tempat pembuatan sel-sel
darah merah dan sel-sel darah putih. terdiri dari :
- 1 tulang dahi (frontal)
- 2 tulang tapis (ethmoid)
- 2 tulang hidung (nasal)
- 2 tulang ubun-ubun (parietal)
- 2 tulang pipi (zigomatik)
- 2 tulang langit-langit (palatum)
- 2 tulang baji (sfenoid)
- 2 tulang pelipis (temporal)
- 2 tulang air mata (lakrimal)
- 2 tulang rahang atas (maksila)
- 1 tulang lidah
- 1 tulang tengkorak belakang (oksipital)
- 2 tulang rahang bawah (mandibula)
b) Bagian Badan
Bagian badan terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
 Ruas-ruas tulang belakang ( 33 ruas )
7 ruas tulang leher (vertebra cervicalis), 12 ruas tulang dada (vertebra
dorsalis), 5 ruas tulang pinggang (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang
kelangkang (vertebra sakralis), 4 ruas (menyatu) tulang ekor (koksigea)
 Tulang rusuk ( 12 pasang )
7 pasang tulang rusuk sejati (costa vera), 3 pasang tulang rusuk palsu (costa
spuria), 2 pasang tulang rusuk melayang (costa fuktuantes)
 Tulang dada, terdiri dari :
tulang hulu (manubrium sterni), tulang badan (corpus sterni), tulang taju
pedang (procesus xyfoid)

c) Bagian Anggota Gerak


Anggota gerak dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
 anggota gerak atas terdiri dari:
2 tulang pengumpil (radius), 2 tulang lengan atas (humerus), 2 tulang hasta
(ulna), 16 tulang pergelangan tangan (karpal), 10 tulang telapak tangan
(metakarpal), 28 ruas tulang jari tangan (falanges)
 Gelang bahu terdiri dari :
2 tulang selangka (skapula), 2 tulang belikat (klavikula)
 anggota gerak bawah terdiri dari :
2 tulang paha (femur), 2 tulang tempurung lutut (patela), 2 tulang kering
(tibia), 2 tulang betis (fibula), 14 tulang pergelangan kaki (tarsal), 10 tulang
telapak kaki (meta tarsal), 28 ruas tulang jari kaki (falanges)
 Gelang panggul terdiri dari :
2 tulang duduk (ischium), 2 tulang usus (ilium), 2 tulang kemaluan (pubis)

b. Jenis dan Fungsi Tulang


Menurut jenisnya tulang pada manusia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Tulang Rawan
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan, ruang antar sel tulang rawan
banyak mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur, bersifat lentur. Tulang
rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan yang disebut kondrosit, yang
menghasilkan matriks berupa kondrin. Ada 3 tipe tulang rawan yaitu:
a) Tulang rawan hialin
Tulang rawan hialin merupakan tipe tulang rawan yang paling banyak
terdapat di tubuh manusia. Matriksnya transparan jika dilihat dengan
mikroskop. Tulang rawan hialin merupakan penyusun rangka embrio, yang
kemudian akan berkembang menjadi tulang keras. Pada individu dewasa,
tulang rawan hialin terdapat pada sendi gerak sebagai pelicin permukaan
tulang dan sendi, tulang ujung rusuk, hidung, laring, trakea, dan bronkus.
b) Tulang rawan serat (FIBROSA)
Tulang rawan serat mempunyai matriks berisi berkas serabut kalogen.
Karena kandungan matriksnya, tulang rawan serat bersifat kuat dan kaku,
serta dapat menahan guncangan. Tulang rawan serat terdapat antar ruas
tulang belakang, pubis dan cakram sendi lutut.
c) Tulang rawan elastik
Tulang rawan elastik mengandung serabut elastik. Tulang rawan ini terdapat
pada daun telinga dan epiglotis. Pada masa pertumbuhan, terutama pada saat
bayi, tulang-tulang manusia masih berupa tulang rawan. Namun, pada bagian
tertentu, tulang itu tetap sebagai tulang rawan. Misalnya pada daun telinga,
cuping hidung, sendi, dan antar ruas tulang belakang. Oleh karena tulang
rawan tidak memiliki pembuluh darah dan kondrosit kehilangan kemampuan
untuk membelah, tulang rawan sulit pulih jika terluka. Proses perubahan
tulang rawan menjadi tulang keras, disebut osifikasi.
d) Tulang Keras
Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas)ruang antar sel
tulang keras banyak mengandung zat kapur, sedikit zat perekat, bersifat
keras. Zat kapur tersebut dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3)dan
kalsium fosfat ( Ca(PO4)2) yang diperoleh atau dibawa oleh darah. Dalam
tulang keras terdapat saluran havers yang didalamnya terdapat pembuluh
darah yang berfungsi mengatur kehidupan sel tulang.

c. Bentuk Tulang
Menurut bentuknya tulang terbagi 3 macam, yaitu :
1) Tulang pipa : Bentuknya bulat, panjang dan tengahnya berongga sebagai tempat
pembentukan sel darah merah
Contohnya: Tulang paha, lengan atas, kering, betis, pengumpil, dan hasta
2) Tulang pipih, Bentuknya pipih ( gepeng ), Berfungsi sebagai tempat pembentukan
sel darah merah dan sel darah putih
Contohnya : tulang belikat, dada, rusuk
3) Tulang pendek : Bentuknya pendek dan bulat, berfungsi sebagai tempat
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
Contohnya : tulang pergelangan tangan, tulang pergelangan kaki
4) Tulang tak beraturan
Contoh: tulang belakang

d. Persendian
Pada kerangka tubuh manusia terdapat kurang lebih 200 tulang yang saling
berhubungan. Hubungan antar tulang disebut sendi atau artikulasi.
Menurut sifat gerakannya persendian (sendi) dapat dibedakan menjadi tiga (3
macam) yaitu :
1) Sendi Mati (Sinartrosis)
yaitu persendian yang tidak memiliki celah sendi sehingga tidak memungkinkan
terjadinya pergerak kan, misalnya persendian antar tulang tengkorak.
2) Sendi Kaku (Amfiartrosis)
yaitu persendian yang terdiri dari ujung-ujung tulang rawan, sehingga masih
memungkinkan terjadinya gerak yang sifatnya kaku, misalnya persendian antara
ruas- ruas tulang sendi kaku
3) Sendi Gerak (Diartrosis)
yaitu persendian yang terjadi pada tulang satu dengan tulang yang lain tidak
dihubungkan dengan jaringan sehingga terjadi gerakan yang bebas.
Sedangkan sendi gerak dapat dibedakan menjadi 6 macam, tetapi pada saat ini
hanya akan dibahas 4 macam sendi, diantaranya :
 Sendi Engsel yaitu persendian yang dapat digerakan kesatu arah.
Contohnya : persendian antara tulang paha dengan tulang betis, persendian
antara tulang lengan dengan tulang hasta
 Sendi Putar yaitu persendian yang dapat digerakan secara berputar
Contohnya : persendian antara tulang leher dengan tulang atlas, persendian
antara hasta dengan tulang pengumpil
 Sendi Peluru yaitu persendian yang dapat digerakan kesegala arah
Contohnya : persendian antara gelang bahu dengan tulang lengan atas,
persendian antara gelang panggul dengan tulang paha
 Sendi Pelana yaitu persendian yang dapat digerakan kedua arah
Contohnya : persendian pada ibu jari tangan, persendian antara tulang
pergelangan tangan dengan Tulang tapak tangan
 Sendi Geser yaitu sendi yang memungkinkan gerakan pada satu bidang saja
atau gerakan bergeser.
Contoh: antar tulang pergelangan tangan, dan pergelangan kaki
 Sendi Luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan badan
melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang serta gerakan memutar
(menggeliat)
Contoh: hubungan antar ruas tulang belakang

e. Otot
Menurut jenisnya, ada 3 macam otot, yaitu : Otot polos, Otot lurik, Otot jantung
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
1) Kontraksibilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
2) Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi
panjang otot saat rileks.
3) Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
DAFTAR PUSTAKA

Baugman, Diane C dan Hackley, Joan C. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
Untuk Brunner dan Suddarth. Alih bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC. Carpenito

Moyet, Lynda Juall. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.
Jakarta: EGC.

Corwin, E, J, 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, M, E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: Made Kariasa. Edisi 3. Jakarta:
EGC.

Ester, Monica. 2009. Keperawatan Medikal Bedah: Pendekatan Sistem Gastrointestinal.


Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika

Wonodirekso S dan Tambajong J (editor), (1990),Sistem urinaria dalam Buku Ajar Histologi
Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450

Young, B., Heath, J.W., (2000), Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A text
and colour atlas, 4th edition, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, pp. 286- 309.

diFiore, M.S.H., (1981), Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia, USA, pp. 186-194.

Penuntun Praktikum Histologi, Fakultas Kedokteran UI, hal 136-141.

Muttaqin,Arif.2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardiovaskuler. .


Jakarta. Penerbit: Salemba Medika

Sloane , E., 1994, Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

http://nissanew.blogspot.com/p/blog-page.html

http://kaiean.blogspot.com/2013/05/makalah-sistem-kardiovaskuler-jantung.html

Abhique, 2010. Sistem Kardiovaskuler. http://abhique.blogspot.com.Diakses pada tanggal 16


Februari 2010 pukul 20.43 WITA.

Angga, 2010. Fisiologi Kardiovaskular. www.blogsot.com. Diakses pada tanggal 16 Februari


2010 pukul 20.43 WITA.
Frandson, 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Sloane , E., 1994, Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Anatomi fisiologi, Kelenjar endokrin dan sistem persyarafan, Edisi 2, Cambridge


Communication Limited, EGC, Jakarta, 1998.

www.scribd.com/kelainan-pada-sistem-saraf/

Anda mungkin juga menyukai