Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER I

ACARA 4 Digesti
NAMA : FARADILA AZZAHRA NIM :
DESTRIYANTI 22/493420/KH/11217
ASISTEN : SITI NOOR SYAH RHEINA KEL : B

1. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui fungsi organ sistem digesti


2. Mengetahui mekanisme digesti pada berbagai hewan mamalia yaitu monogastrik
dan ruminansia
3. Mengetahui proses ruminansia dan peran mikroorganisme dalam sistem
pencernaan hewan ruminansia

2. Landasan Teori

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
A. Sistem Pencernaan
a) Pengertian
Sistem pencernaan adalah suatu sistem dalam tubuh yang berperan
menerima makanan dari luar yang kemudian diproses di dalam organ-organ
pencernaan, menyerap nutrisi yang diperlukan tubuh, serta mengeluarkan
sisa-sisa pencernaan (Sari dan Bintang, 2023).
b) Organ pencernaan dari ascenden-descenden hewan monogastrik dan
Poligastrik
1. Rongga mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva).
Ada tiga macam gigi, yaitu gigi seri (insisor) yang berguna untuk
memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak makanan,
dan gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Terdapat pula tiga
buah kelenjar saliva pada mulut yang mengeluarkan air liur mengandung
enzim untuk pencernaan kimiawi. Lidah menempatkan makanan di
antara gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur.
Makanan ini kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut
bolus dan dengan bantuan lidah, bolus didorong menuju faring
(Purnamasari dan Santi, 2017).

Gambar 1. Rongga mulut anjing (Konig dan Liebich, 2020).

2. Faring dan Esofagus


Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian belakang rongga
mulut sampai ke permukaan kerongkongan (esophagus). Pada pangkal
faring terdapat katup pernapasan yang disebut epiglottis untuk menutup

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak masuk ke saluran
pernapasan. Setelah melalui faring, bolus menuju ke esophagus yang
melakukan gerak peristaltik dengan berkontraksi sehingga menimbulkan
gerakan meremas yang mendorong bolus ke dalam lambung

Gambar 2. Faring saat proses pernafasan dan deglutisi (Reece, 2009).


3. Lambung
Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus
makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Selain
pencernaan mekanik, pada lambung juga terjadi pencernaan kimiawi
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Hewan
monogastrik (berlambung tunggal) memiliki kompartemen lambung
yang berbeda dengan hewan poligastrik (berlambung jamak).
a. Monogastrik
Lambung hewan monogastrik berbentuk seperti kantung yang
memiliki bagian cardiac, fundus, dan pylorus. Fungsi dari lambung
ialah menerima bolus dari esofagus dan menyimpannya sebelum
dilakukan pencernaan lebih lanjut. Lambung berperan dalam proses
pencernaan mekanik dan kimiawi oleh bantuan senyawa yang
dihasilkan di lambung seperti asam HCl, lipase, renin, dan mucus
(Reece, 2009; Purnamasari dan Santi, 2017).

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
Gambar 3. Lambung anjing (monogastrik) (Reece, 2009)
b. Poligastrik
Lambung poligastrik dimiliki oleh hewan ruminansia seperti sapi,
kambing, domba, dan rusa yang terdiri dari empat bagian yaitu
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.

Gambar 4. Lambung ruminansia (poligastrik) (Chuzaemi dkk,


2020).
1. Rumen
Rumen atau perut besar mempunyai fungsi yang penting yaitu
menyimpan bahan makanan untuk difermentasi, tempat digesti
fermentasi, tempat absorpsi hasil digesti fermentasi, dan tempat
pengadukan (mixing) dari ingesta.
2. Retikulum
Retikulum berfungsi memudahkan pakan dicerna kembali di
rumen (regurgitasi) maupun ke omasum, membantu proses
ruminasi, mengatur arus ingesta dari retikulo-rumen ke omasum,
merupakan tempat fermentasi, dan tempat absorpsi asil akhir
digesti fermentasi yaitu VFA (Volatyke Fatty Acids).
3. Omasum
Omasum berfungsi memperkecil ukuran partikel ingesta
(grinder), menyaring ingesta yang masih kasar, dan mengatur
arus ingesta ke abomasum.

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
4. Abomasum
Abomasum merupakan tempat terjadinya proses pencernaan
enzimatik oleh enzim pepsin (untuk memecah protein) dan lipase
(memecah lemak). Saat makanan masuk ke abomasum, maka
proses digesti dan absorpsi terjadi seperti pada hewan
monogastrik. Abomasum juga mengatur arus ingesta menuju ke
duodenum yang dibantu oleh tonjolan-tonjolan pada permukaan
dalam abomasum (fold).
(Chuzaemi dkk, 2020)
4. Intestinum tenue
Intestinum tenue atau usus halus secara garis besar berfungsi menyerap
nutrisi yang diperlukan bagi tubuh serta melakukan gerakan kontraksi
dan relaksasi utuk menggerakkan makanan ke saluran pencernaan
selanjutnya. Usus halus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu duodenum,
jejenum, dan ileum. Duodenum membantu penyerapan nutrisi dengan
bantuan cairan pencernaan yang dikeluarkan oleh hati, pankreas, dan
kelenjar duodenal. Jejenum memiliki banyak lipatan pada permukaannya
yang memperluas permukaan usus halus sehingga meningkatkan
kemampuan penyerapan nutrisi seperti protein, lemak, dan karbohidrat
dari makanan yang sudah dicerna di bagian atas saluran pencernaan.
Ileum menyerap nutrisi yang masih tersisa setelah makanan dipecah dan
diserap oleh jejenum seperti vitamin B12, asam empedu, dan garam
empedu yang dihasilkan oleh hati (Reece, 2009; Yustina dan Darmadi,
2017)
5. Intestinum crassum
Intestinum crassum atau usus besar terdiri atas sekum, kolon, dan
rectum. Sekum berperan dalam penyerapan air dan elektrolit serta
pencernaan serat kasar. Pada ruminansia, lambung poligastrik yang
berkontribusi dalam pencernaan fermentatif, sedangkan hewan
herbivora non-ruminansia (monogastrik) seperti kelinci, marmot, dan
kuda, sekum-lah yang merupakan tempat terjadinya fermentasi selulosa

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
sehingga ukurannya besar. Kolon memiliki fungsi untuk menyerap air
selama proses pencernaan, mengasilkan vitamin K dan H sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri yang banyak di usus besar usus, serta
membentuk massa feses sekaligus mendorongnya keluar dari tubuh.
Kolon hewan ruminansia (poligastrik) memiliki ansa spiralis yang
berbentuk seperti kawat nyamuk yang berperan dalam memperlambat
aliran makanan sehingga memaksimalkan penyerapan nutrisi dari bahan
pakan yang dicerna oleh hewan. Sementara itu, pada monogastrik, kolon
hanya terdiri dari kolon ascenden, kolon descenden, dan kolon
transversum. Rectum merupakan bagian dari usus besar yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan feses sebelum dikeluarkan dari tubuh
melalui proses buang air besar (Reece, 2009; Yustina dan Darmadi,
2017)

Gambar 5. Intetinum tenue dan intestinum crassum anjing


(monogastrik karnivora), kuda (monogastrik herbivora), dan sapi
(poligastrik) (Konig dan Liebich, 2020).
6. Anus
Anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum
dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian
rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
mengatur pembukaan dan penutupan anus (Purnamasari dan Santi,
2017).

Gambar 6. Rectum dan anus (Purnamasari dan Santi, 2017).

c) Proses pencernaan yang terjadi di mulut dan peran saliva


Proses pencernaan di mulut adalah langkah penting dalam proses
pencernaan yang mempersiapkan makanan untuk dicerna dan diserap oleh
tubuh. Proses ini dimulai dari prehensi atau gerekan pengambilan pakan dari
luar masuk ke dalam mulut untuk dimastikasi. Alat-alat penting yang
digunakan berbagai hewan untuk prehensi yaitu bibir, lidah, dan gigi.
Selanjutnya yaitu mastikasi atau proses pengunyahan pakan secara mekanis
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Pada proses mastikasi, yang
berperan adalah gigi. Saat dimastikasi, makanan juga mengalami ensalivasi
yaitu pencampuran pakan dengan saliva yang membantu proses penelanan
dalam bentuk bolus nantinya. Saliva disekresikan oleh kelenjar saliva pada
mulut yaitu kelenjar parotis, sublingualis, dan submandibularis. Kelenjar
saliva membantu proses pencernaan kimiawi atau enzimatis di mulut dengan
mensekresikan enzim amilase yang memecah karbohidrat menjadi gula
sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Yang terakhir yaitu
deglutisi atau proses menelan bolus-bolus yang telah terbentuk untuk
disalurkan ke lambung oleh esofagus (Chuzaemi dkk, 2020).

Gambar 7. Glandula saliva pada anjing (Reece, 2009)

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
Saliva memiliki berbagai macam komponen yang dapat menjadi pertahanan
terdepan dalam melawan berbagai macam paparan dari luar tubuh serta
mengendalikan atau memodulasi kerusakan pada rongga mulut. Aliran dan
komposisi saliva yang kuat penting untuk melubrikasi dan melindungi
jaringan di dalam rongga mulut. Selain itu, saliva juga berperan penting pada
terjadinya sensasi rasa dan membantu proses pencernaan makanan dengan
keberadaan beberapa enzim pencernaan di dalamnya. Saliva juga membantu
menjaga keseimbangan pH di dalam mulut sehingga mencegah pertumbuhan
bakteri yang berbahaya (Sutanti dkk, 2021).

B. Pencernaan Hewan Ruminansia


a) Proses ruminasi
Ruminasi adalah proses pencernaan pada hewan pemamah biak
(ruminansia) seperti sapi, domba, kambing, dan rusa dimana makanan
dicerna lagi dengan cara muntah dan mengunyahnya kembali. Proses ini
dimulai dari regurgitasi atau pengeluaran kembali pakan yang sudah
sedikit dicerna dari rumen ke rongga mulut, remastikasi atau
pengunyahan kembali ingesta, reensalivasi atau pencampuran kembali
pakan dengan saliva yang lebih banyak daripada ensalivasi di awal, dan
redeglutisi atau penelanan kembali pakan dan masuk ke rumen
(Chuzaemi dkk, 2020).
1. Rumen
Bolus yang masuk ke dalam rumen akan difermentasi oleh mikroba
didalamnya sehingga menghasilkan ingesta yang akan dikembalikan ke
mulut hewan melalui proses regurgitasi atau mengeluarkan ulang. Setelah
proses remastikasi dan redeglutisi, makanan tersebut akan dikirim
kembali ke dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba dalam
rumen.
2. Retikulum
Setelah makanan difermentasi di dalam rumen yang menghasilkan
ingesta, ingesta tersebut akan diproses oleh reticulum untuk mendapatkan
partikel pakan yang perlu dipecah untuk memudahkan proses

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
pencernaan. Regurgitasi dimulai dari kontraksi retikulum yang diikuti
rumen bagian bawah, akibatnya ingesta akan dibawa ke atas dan disusul
oleh pengembangan rongga dada. Setelah makanan diregurgitasi dan
melewati rumen, makanan akan masuk kembali ke reticulum untuk
memudahkan pakan dicerna ke omasum yaitu ingesta yang telah cair.
Selain itu, retikulum juga merupakan tempat absorpsi hasil akhir digesti
fermentasi yaitu VFA (Volatyke Fatty Acids).
3. Omasum
Sebelum proses regurgitasi, makanan belum masuk ke omasum. Setelah
regurgitasi dan melewati rumen serta retikulum, omasum berperan dalam
memperkecil ukuran partikel ingesta dan menyaring ingesta yang masih
kasar, mengatur arus ingesta ke abomasum, dan tempat fermentasi serta
absorpsi.
4. Abomasum
Saat makanan masuk ke abomasum setelah proses regurgitasi, maka
proses digesti dan absorpsi terjadi seperti pada hewan monogastrik.
Abomasum merupkan tempat permulaan terjadinya proses enzimatik
oleh enzim pepsin (untuk memecah protein) dan lipase (memecah lemak).
Abomasum juga mengatur arus ingesta menuju ke duodenum yang
dibantu oleh tonjolan-tonjolan pada permukaan dalam abomasum (fold)
(Chuzaemi dkk, 2020)

Proses ruminasi ini memungkinkan hewan pemamah biak untuk


mengoptimalkan pencernaan makanannya dan memperoleh nutrisi yang
lebih banyak dari makanan yang dikonsumsi. Namun, proses ruminasi
juga membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga hewan pemamah
biak cenderung menghabiskan waktu yang lebih lama dalam mengunyah
makanannya (Soetanto, 2019).

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
b) Mikroorganisme pada rumen beserta perannya
Mikroba rumen terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur/fungi yang
mayoritas hidup dalam suasana anaerob dan sebagian dalam suasana
fakultatif anaerob.
1. Bacillus sp.
Bacillus sp. termasuk bakteri selulolitik yang hidup dalam rumen
sapi sebagai penghasil enzim selulase untuk menghidrolisis selulosa
kompleks dari pakan hijauan menjadi glukosa (Yogyaswari
dkk, 2016).

Gambar 8. Bacillus sp. (Yogyaswari dkk, 2016)


2. Lactobacillus sp.
Lactobacillus sp. memiliki kemampuan mendegradasi mimosin
(asam amino tirosin) yang menimbulkan keracunan atau gangguan
kesehatan apabila dikonsumsi ruminansia dalam jumlah banyak
(Suharti dkk, 2020).

Gambar 9. Bakteri Lactobacillus sp. (Putri dkk, 2018)


3. Epidinium caudatum
Merupakan salah satu protozoa pada rumen yang berperan penting
dalam pembentukan protein karena memakan bakteri yang ada
didalam rumen sehingga membentuk protein protozoa yang lebih
mudah dicerna dan memiliki nilai biologis yang lebih tinggi (Yasin
dkk, 2021)

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
Gambar 10. Epidinium caudatum (Coleman dkk, 1972)
4. Fungi merupakan salah satu mikroba yang berperan penting pada
proses fermentatif selain bakteri dan juga protozoa. Contoh fungi
yang ada di dalam rumen ialah Piromonas sp. Mikroba tersebut
memiliki peran yang penting bagi ternak yaitu sebagai pencernaan
serat tahap awal, karena rizoid fungi tersebut dapat menembus
dinding sel tanaman (Yasin dkk, 2021)

Gambar 11. Piromonas communis (Orpin, 1977)


5. Sphaeromonas sp.
merupakan salah satu fungi yang mampu memfermentasikan nutrisi
pakan secara efisien sebagai sumber energi, mampu mencerna
serat dengan efisien baik pakan yang berkualitas rendah sekalipun
sehingga dapat tercerna oleh ternak (Yasin dkk, 2021)

Gambar 12. Sphaeromonas communis (Orpin, 1976)

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
3. Materi dan Metode

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
A. Alat dan Bahan

1. Alat

- Sendok: untuk mengambil dan memasukkan makanan ke dalam mulut


- Beaker glass: untuk menampung ingesta rumen
- Tabung reaksi: untuk meletakkan supernatan ingesta rumen
- Pipet tetes: untuk memindahkan ingesta rumen ke object glass
- Object glass: untuk menempatkan ingesta yang akan diamati
menggunakan mikroskop
- Deck glass: untuk menutup object glass saat pengamatan ingesta di
mikroskop

2. Bahan

- Nasi putih: sebagai karbohidrat yang dimakan untuk percobaan


- Bubuk susu: sebagai objek untuk dilakukan percobaan menelan
- Ingesta rumen: sebagai objek untuk diamati mikroba didalamnya

B. Cara Kerja

1. Percobaan menelan pada manusia

Nasi dikunyah selama Rasa, tekstur,dan Nasi dikunyah selama


10 detik dengan posisi jumlah saliva 2 menit dengan posisi
duduk normal dan diperhatikan lalu duduk normal dan
merebahkan kepala dicatat merebahkan kepala

Rasa, tekstur,dan
Bubuk susu langsung Rongga mulut
jumlah saliva
ditelan tanpa dikeringkan dengan
diperhatikan lalu
dihisap dihisap manual
dicatat

Bubuk susu catat kesulitan


Rongga mulut
didiamkan dimulut menelan bubuk susu
dikeringkan kembali
sebentar lalu ditelan

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
2. Percobaan melihat mikroba rumen

supernatan
salah satu tabung supernatan dari kedua
ingesta rumen
reaksi disimpan tabung diteteskan ke object
dipindahkan ke
dalam kulkas glass dengan pipet tetes
dua tabung reaksi

mikroba (bakteri, protozoa, ingesta


object glass ditutup
fungi) yang ada diamati diletakkan di
dengan deck glass
pergerakannya mikroskop

4. Hasil Praktikum

A. Terbentuknya gula sederhana dalam cavum oris


Perlakuan Hasil
Pengunyahan selama 10 detik - Saliva yang dihasilkan sedikit
- Tekstur masih kasar dan berbentuk
nasi
- Rasa tawar
Pengunyahan selama 2 menit - Saliva yang dihasilkan banyak
- Tekstur lembut dan sudah tidak
berbentuk nasi
- Rasa manis
Penelanan dengan posisi duduk Mudah ditelan
Penelanan dengan posisi Sulit ditelan, butuh tiga kali
merebahkan kepala menelan

B. Pengaruh bolus kering dalam proses penelanan


Perlakuan Dapat ditelan Tidak dapat
ditelan
Bolus kering ✓
Bolus basah ✓

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
C. Hasil Pengamatan Mikroba Rumen

No. Perlakuan pada Hasil pengamatan Keterangan


ingesta
1. Dimasukkan Mikroba yang teramati
dalam kulkas adalah protozoa, lebih
sedikit dan motilitasnya
lebih rendah atau lambat

2. Tidak Mikroba yang teramati


dimasukkan adalah protozoa, lebih
dalam kulkas banyak dan motilitasnya
lebih tinggi atau cepat

5. Pembahasan
Pada praktikum, percobaan dilakukan dengan mengunyah nasi selama 10 detik yang
tidak menghasilkan rasa apapun atau masih hambar dan selama 2 menit yang
menghasilkan rasa manis pada bolus. Proses terbentuknya gula sederhana pada mulut
dimulai ketika makanan yang mengandung karbohidrat, seperti roti atau nasi, dimakan
dan dikunyah oleh gigi. Saat makanan dikunyah, kelenjar saliva di dalam mulut akan
terangsang untuk mengeluarkan cairan saliva yang mengandung enzim amilase. Enzim
amilase ini akan menguraikan molekul karbohidrat yang kompleks menjadi gula
sederhana yang lebih kecil dan mudah dicerna oleh tubuh, seperti glukosa, maltose, dan
fruktosa. Enzim amilase bekerja dengan cara memecah ikatan-ikatan kimiawi yang
terdapat pada amilum yang merupakan karbohidrat kompleks yang terdapat pada
makanan seperti roti, pasta, kentang, dan beras (Sutanti dkk, 2021). Oleh karena itu, saat
percobaan mengunyah makanan selama 2 menit, nasi terasa lebih manis karena saliva
yang dihasilkan lebih banyak sehingga karbohidrat pada nasi telah dipecah menjadi gula
sederhana.

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
Susu bubuk merupakan bolus kering yang digunakan untuk percobaan menelan.
Sebelum susu bubuk dimasukkan ke mulut, air liur yang telah ada ditelan terlebih dahulu
sehingga rongga mulut kering. Susu bubuk yang langsung ditelan saat rongga mulut
kering menyebabkan susahnya proses penelanan (seret), sedangkan susu bubuk yang
didiamkan terlebih dahulu di atas lidah (diemut) akan perlahan menjadi cair dan mudah
ditelan. Hal ini disebabkan oleh saliva (air liur) yang berperan penting dalam melubrikasi
bolus. Menurut Delfita (2014), pada mamalia, saliva sangat penting dalam melengketkan
partikel-partikel makanan sebelum ditelan sehingga ketika ditelan, keberadaan cairan
saliva akan mempermudah dalam proses penelanan tersebut. Begitupun menurut
Pamungkas dkk (2019) yang menyatakan bahwa saliva dan tulang alveolar mempunyai
peran penting dalam proses mastikasi dan deglutisi. Sekresi saliva yang menurun
menyebabkan kondisi rongga mulut menjadi kering sehingga pergerakan makanan
terhambat dan penelanan sulit untuk dilakukan.

Mikroba yang terdapat pada ingesta rumen sapi yang diamati pada praktikum merupakan
salah satu protozoa pada rumen sapi. Protozoa menyumbang sekitar 50% biomassa
rumen dan berperan pada proses fermentasi anaerob di dalam rumen serta membantu
memecah serat pada pakan yang berasal dari hijauan pada pencernaan
ruminansia. Walaupun memiliki jumlah yang lebih banyak dan ukuran yang lebih besar,
protozoa di rumen juga memiliki dampak negatif karena menggunakan bakteri sebagai
asupan makanannya, sehingga daur ulang mikroba N pada rumen meningkat dan asupan
asam amino pada usus menurun sebesar 20 – 28%. Akan tetapi, kemampuannya
memakan bakteri pada rumen juga menyebabkan protein protozoa lebih mudah dicerna
dan memiliki nilai biologis yang lebih tinggi. Salah satu protozoa bersilia yang memiliki
peran penting dalam rumen adalah Diploplastron affine yang dapat mencerna selulosa
dan karbohidrat dari biji-bijian. Selain itu, protozoa Holotrich juga memiliki enzim yang
bertanggung jawab untuk degradasi selulosa dan hemiselulosa walaupun jumlahnya
sedikit. Protozoa dalam rumen juga ikut berperan dalam proses metanogenesis sebagai
penyedia hidrogen bagi bakteri metanogen dalam rumen. Selain itu, terdapat juga
protozoa Epidinium ecaudatum, Eremoplastron bovis, Endiplodinium maggii,
Opryoscolex caudatus, Ostracodinium obtusum bilolum yang mempunyai enzym yang

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
mampu menghidrolisa selulosa kristal. Selain protozoa, mikroba yang terdapat pada
rumen adalah bakteri dan fungi (Yasin dkk, 2021; Yanuartono dkk, 2019; Mastika, 2015)

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
6. Kesimpulan
1. Fungsi organ sistem digesti secara keseluruhan adalah mencerna makanan,
menyerap nutrisi, dan mengeluarkan sisa-sisa makanan
2. Mekanisme digesti pada mamalia monogastrik dimulai dari prehensi, mastikasi,
deglutisi, melewati esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan sisa
pencernaan keluar di anus
3. Mekanisme digesti pada ruminansia dimulai dari prehensi, mastikasi, deglutisi
melewati esofagus, fermentasi di rumen, regurgitasi, remastikasi, redeglutisi,
kembali ke rumen, lalu masuk ke retikulum, omasum, abomasum, usus halus,
usus besar, dan berakhir di anus
4. Proses ruminasi dimulai dari kontraksi retikulum dan rumen bagian bawah,
akibatnya ingesta akan dibawa ke mulut dan dilakukan remastikasi, reensalivasi,
redeglutisi, lalu kembali lagi ke rumen dan proses pencernaan selanjutnya.
5. Peran mikroorganisme dalam sistem pencernaan ruminansia adalah membantu
digesti serat kasar dengan enzim fibrolitik yang mendegradasi selulosa dan
hemiselulosa, membantu sintesis asam amino, dan melakukan fermentasi dengan
produk VFA

7. Daftar Pustaka

Chuzaemi, S., Soebarinoto, Mashudi, Ndaru, P., H. (2020). Ilmu Gizi Ruminansia.
Malang: Media Nusa Creative (MNC Publishing).

Coleman, G., S., Davies, J., I., Cash, M. (1972). The cultivation of the rumen ciliates
Epidinium ecaudatum caudatum and Polyplastron multivesiculatum in
vitro. Journal of general microbiology, 73 3, 509-21.

Delfita, R. (2014). Fisiologi Hewan Jilid I. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press.

König, H. E., Liebich, H., G. (2020). Veterinary Anatomy of Domestic Animals Textbook
and Colour Atlas: Seventh Edition. Germany: Schattuer

Mastika, I., M. (2015). Teknik Mengurangi dan Menekan Populasi Protozoa Rumen
pada Ternak Ruminansia. Denpasar: Udayana University Press.

Orpin, C., G. (1976). Studies on the rumen flagellate Sphaeromonas communis. Journal
of general microbiology, 94 2, 270-80 .
Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada
2023
Orpin, C., G. (1977). The rumen flagellate Piromonas communis: its life-history and
invasion of plant material in the rumen. Journal of general microbiology, 99 1,
107-17 .

Pamungkas, P., B., Chairani, S., Purba, R. (2019). Performance of mastication in


menopausal women in Palembang. Jurnal Kesehatan Gigi, 6(2), 113-117.

Purnamasari, R., Santi, D., R. (2017). Fisiologi Hewan. Surabaya: UIN Sunan Ampel

Putri, A., A., Erina, E., Fakhrurrazi, F. (2018). Isolasi Bakteri Asam Laktat Genus
Lactobacillus dari Feses Rusa Sambar (Cervus unicolor). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Veteriner, 2(2), 170-176.

Reece, W., O. (2009). Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals Fourth
Edition. Iowa: Wiley-Blackwell

Sari, L. N., Bintang, P. (2023). Konsep Sistem Pencernaan pada Manusia berdasarkan
Al-quran dan Hadits. Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran:
JPPP, 3(3), 248-255.

Soetanto, H. (2019). Pengantar Ilmu Nutrisi Ruminansia. Malang: UB Press

Suharti, S., Alwi, W., Wiryawan, K. G. (2020). Isolasi Bakteri Pendegradasi Mimosin
Asal Rumen Sapi dan Domba yang Diberi Daun Lamtoro dan Pengaruhnya pada
Karakteristik Fermentasi In Vitro. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu
Peternakan, 18(1), 23-30.

Sutanti, V., Prasetyaningrum, N., Fuadiyah, D. (2021). Saliva dan Kesehatan Rongga
Mulut. Universitas Brawijaya Press.

Yanuartono, Y., Nururrozi, A., Indarjulianto, S., Purnamaningsih, H. (2019). Peran


protozoa pada pencernaan ruminansia dan dampak terhadap
lingkungan. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production, 20(1),
16-28.

Yasin, M. Y., Khomarudin, M., Hadiarto, A. F., & Lestariningsih, L. (2021). Peran
Penting Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. International Journal of
Animal Science, 4(01), 33-42.

Yogyaswari, S. A., Rukmi, M. I., & Raharjo, B. (2016). Ekplorasi bakteri selulolitik dari
cairan rumen sapi Peranakan Fries Holland (PFH) dan Limousine Peranakan
Ongole (Limpo). Jurnal Akademika Biologi, 5(4), 70-80.

Yustina, Darmadi. (2017). Buku Ajar Fisiologi Hewan. Pekanbaru: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023
8. Lembar Kerja

Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada
2023

Anda mungkin juga menyukai