Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM PENCERNAAN

DISUSUN OLEH:

SHIO LING (2022141003)


JIHAN NABILA RIANDITA (2022141015)
M. AZIZUL GHOFUR FAJAR (2022141027)
PRIMADANI RIANG HEPAT (2022141021)
KORNELIA BARIAP APOT (2022141009)

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI, DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2022
A. Judul Praktikum
Sistem Pencernaan

B. Tujuan Praktikum
Berikut ini adalah tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan :
1. Mahasiswa dapat melakukan uji peran enzim ptialin dan empedu dalam
proses pencernaan makanan.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi peranan enzim ptialin dan empedu
dalam proses pencernaan makanan.
3. Mahasiswa dapat memahami proses pencernaan secara enzimatis
terutama oleh enzim ptialin dan empedu.

C. Dasar Teori
Sistem pencernaan manusia adalah suatu sistem dalam tubuh yang
berperan sebagai penerima makanan dari luar, yang kemudian diproses di
dalam organ-organ pencernaan manusia yaitu rongga mulut, faring,
kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Dimulai dari luar, mencerna,
menyerap bahan yang diserap, serta mengeluarkan sisa-sisa pencernaan.

Makanan yang dimakan tidak langsung diserap oleh tubuh melainkan


melalui dua macam proses pencernaan yaitu pencernaan secara mekanisme
dan pencernaan secara kimiawi. Dalam pencernaan secara kimiawi terjadi
perubahan bentuk makanan yang awalnya besar, menjadi bentuk partikel
yang lebih kecil. Proses pencernaan menggunakan bahan kimiawi yang ada
dalam tubuh.

Dalam hal ini, bentuk kimiawi tubuh adalah enzim. Reaksi yang
digunakan adalah enzim yang mampu mengkatalisis reaksi dengan cara
memisahkan ikatan kimiawi dalam proses hidrolosis. Didalam tubuh terdapat
banyak enzim pencernaan yang berguna untuk tubuh, salah satunya enzim
ptialin dan empedu.
Proses mencerna makanan dengan memgumyah dan ditekan sampai
mejadi bubur ini disebut dengan proses secara mekanik, sedangkan secara
kimiawi adalah proses mencerna makanan dengan menggunakan enzim yang
akan menghancurkan ikatan-ikatan senyawa kompleks yang ada dalam
makanan tersebut. Enzim-enzim tersebut sangat dibutuhkan karena Ketika
masih dalam bentuk makan utuh, senyawa didalamnya masih dalam bentuk
molekulkompleks, atau makromolekul yang terdiri dari lemak,karbohidrat,
protein dan asam nukleat.

Proses pencernaan makanan yang terjadi pada tubuh manusia dibantu oleh
enzim yang dapat mempercepat proses pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh
organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang akan
dicerna oleh tubuh. Organ yang terdapat dalam sistem pencernaan
diantaranya adalah :

a) Mulut (Oris)
b) Tekak (Faring)
c) Kerongkongan (Esophagus)
d) Lambung (Vetrikulus)
e) Usus halus (Intestinum minor)
f) Usus dua belas jari Duodenum)
g) Usus Kosong (Jejenum)
h) Usus Penyerapan (Ileum)
i) Kelenjar Pankreasg)
j) Hati (Hepar)
k) Usus besar (Intestinum mayor)
l) Rectum
m) Anus

Enzim adalah katalisator biologis dalam reaksi kimia yang


sangatdibutuhkan dalam kehidupan. Enzim sendiri merupakan protein
yangdisintesis dalam sel dan dikeluarkan dari sel. Enzim yang
dikeluarkandari sel digunakan untuk pencernaan diluar sel atau di dalam
rongga pencernaan. Sedangkan enzim yang dipertahankan di dalam
seldigunakan untuk pencernaan dalam sel itu sendiri. Enzim pencernaanyang
disekresikan dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel mukosalambung,
pancreas, dan mukosa usus (Fitriliyani, 2011 : 16). Enzim amylase
menghidrolisis pati dan glikogen menjadi polisakarida yanglebih kecil dan
disakarida maltose (Aulia, 2020 : 4).

Sistem pencernaan juga disebut perut, saluran alimentary atau


jalurgastrointestinal yang bertugas untuk mengkonversi makanan apapunyang
masuk ke dalam tubuh menjadi nutrisi untuk kemudiandidistribusikan ke
semua bagian dari tubuh manusia sebagai tenaga.Proses konversi tersebut
membuat manusia dapat melakukan fungsisistematis dengan tenaga sebagai
sumber kekuatannya (Situmorang,2016 : 55-60).

Fungsi utama dari bakteri usus adalah untuk menyediakan jalur biokimia
penting untuk proses pencernaan, seperti yang ada terlibatdalam metabolism
karbohidrat, menghasilkan pemuihan energy dansubstrat yang diserap oleh
inang dan juga mewakili sumber energy dannutrisi (Gherardi, 2017 : 06).

Kerongkongan, setelah mengunyah makanan di dalam mulutkemudian


masuk hingga ke lambung dengan melalui salurankerongkongan. Fungsi dari
kerongkongan itu sendiri untuk menyalurkanmakanan dari mulut ke lambung.
Di dalam leher manusia terdapat dua buah saluran yaitu kerongkongan yang
letaknya di belakang dan tenggorakan yang letaknya di depan. Kerongkongan
merupakan organyang akan emnyambungkan mulut dengan lambung manusia
(Sunggu,2019 : 156).

Lambung adalah alat pencernaan yang mirip dengan bentuk kantung.Pada


dinding sebuah lambung terdapat susunan dari otot-otot yang berbentuk
memanjang, melingkar dan menyorong. Hal tersebutmemungkinkan makanan
yang akan masuk ke dalam lambungdibolakbalik sehingga nanti nya kaan
menjadi halus (Sunggu, 2019 :156)
Usus halus, setelah makanan dicerna di dalam lambung, akan terusmasuk
ke usus halus,. Adapun usus halus ini terdiri atas tiga bagian yaituusus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum) dan usus penyerap (ileum).
Usus dua belas jari dan usus kosong ini berperanuntuk pencernaan sebuah
makanan yang secara kimiawi. Kemudia diusus dua belas jari ini kantong
empedu dan pancreas akan mengeluarkan pencernaannya (Sunggu, 2019 :
156).

Vili atau jonjot usus dapat dijumpai pada usus kosong atau jejunumdan
usus penyerapan atau ileum karena hubungannya dengan luas permukaan.
Vili berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan zat-zatmakanan,
sehingga organ yang memilikinya pasti berhubungan denganfungsi tersebut
(Kurniasih, 2017 : 09).

Usus besar, zat yang tidak terserap oleh usus halus akan masuk kedalam
usus besar atau biasa disebut dengan kolon. Selanjutnya makaakan terjadi
penyerapan air dan pembusukan dari sisa-sisa makanan oleh bakteri yang
telah membusuk. Pembususkan dilakukan oleh bakteriyang hidup dalam usus.
Pada akhirnya nanti makanan akan dikeluarkandengan bentuk kotoran atau
feses melalui anus atau dengan prosesdefekasi (Sunggu, 2019 : 156).

Organ pencernaan tambahan berfungsi untuk membantu saluran


pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalamrongga
mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akandihubungkan dengan
sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahanakan memproduksi secret yang
berkontribusi dalam pemecahan bahanmakanan. Gigi, lidah, kantung empedu
beberapa kelenjar pencernaanseperti kelenjar ludah, hati dan pancreas
(Fathoni AR, 2016 : 10).

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama manusia, susunan pembentuk


karbohidrat yaitu karbon, hydrogen, dan oksigen. Proteindisusun oleh asam
amino esensial dan non esensial yang memiliki guguskarboksil dan gugus
amino yang merupakan senyawa yang panjang.Protein juga merupakan
senyawa penyusun utama enzim dan antibody serta cairan tubuh seperti darah
dan susu. Zat makanan yang dimakan dibutuhkan tubuh sebagai sumber
energy (Harahap, 2019 : 153)

D. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:

- Tabung reaksi - Larutan benedict


- Rak tabung - Sukrosa
- Pipet - Susu
- Penjepit kayu - Air ludah
- Bekker glass - Empedu ayam
- Bunsen - Minyak kelapa
- Termometer - Larutan lugol
- Larutan kanji/amilum
- Larutan gula
- Air sabun/detergen
- NaCl
- Asam sitrat
- Gula pasir

E. Cara kerja skematis


1) Percobaan 1
Menyiapkan saliva kedalam gelas beker dan tambahkan 2 ml air hangat
(37°C). Menjaga suhu tetap dalam kondisi 36-37°C.

Menyediakan 4 tabung reaksi yang nantinya akan diisi dengan:


a) Tabung I : larutan sukrosa (1ml)
b) Tabung II : larutan gula pasir 1% (1ml) + saliva (1ml)
c) Tabung III : larutan amilum 1 % (1ml) + saliva (1ml)
d) Tabung IV : larutan susu 1% (1ml) + saliva (1ml)
Menginkubasi ke-4 tabung tersebut dalam air hangat di dalam gelas
beker selama 15 menit (menjaga suhu gelas beker tetap 40-42°C).

Mengambil tabung reaksi I dan tambahkan 10-15 tetes larutan


benedict. Kocok sebentar. Mengulangi langkah serupa untuk tabung
II, III, IV.

Memanaskan tabung tersebut kedalam air panas (suhu >80°C)


selama 3-5 menit, dan mencatat hasil pengamatan 1 perubahan warna
yang ada.

Menyimpulkan apa yang saudara dapat ambil dari percobaan ini.


2) Percobaan 2
Menyiapkan saliva sekitar 5 ml dan tamping di dalam bekker glass.

Ambil 5 tabung reaksi masing-masing ditandai dengan hurug A, B, C,


D, dan E.

Isilah kelima tabung dengan ketentuan sebagai berikut:


Tabung Isi
A 2,5cc larutan amilum + 2 tetes lugol
B 2,5cc larutan gula + 2 tetes lugol
C 2,5cc larutan amilum + 2,5cc benedict
D 2,5cc larutan gula + 2,5cc benedict
E 2,5cc larutan amilum + 2,5cc air ludah (aduk dahulu 5
menit) + 2,5cc benedict

Panaskan tabung C, D dan E di atas lampu spritus.


Amati perubahan dan bandingkan hasil kelima tabung reaksi tersebut.

Masukkan hasilnya ke dalam table pengamatan.

Buat kesimpulan dari percobaan tersebut.

3) Percobaan 3
Ambil 3 tabung reaksi, masing-masing tandai dengan huruf A, B, dan C.

Isilah tabung dengan ketentuan sebagai berikut:


Tabung Isi
A 2,5cc minyak + 5cc air sabun
B 2,5cc minyak + 2,5cc air sabun (diaduk 2 menit) + 5cc air
C 2,5cc minyak + 2,5cc empedu (diaduk 2 menit ) 5cc air

Aduk ketika tabung reaksi selama 2 menit.

Amati perubahan yang terjadi dan bandingkan antara ketiga tabung.

Masukkan hasilnya kedalam table pengamatan dan buatlah kesimpulan


hasil percobaan.

F. Hasil Percobaan
Nama kelompok (5): Shio Ling (2022141003)
M. Azizul Ghofur Fajar (2022141027)
Primadani Riang Hepat (2022141021)
Jihan Nabila Riandita (2022141015)
Kornelia Bariap Apot (2022141009)

Tanggal praktikum: Senin, 5 Desember 2022

1) Percobaan 1
Tabung Larutan Hasil Pengamatan
I larutan sukrosa (1ml) Biru Tua
II larutan gula pasir 1% (1ml) + saliva Tidak ada perubahan
(1ml) warna (biru)
III larutan amilum 1 % (1ml) + saliva
Hijau
(1ml)
IV larutan susu 1% (1ml) + saliva (1ml) Biru

2) Percobaan 2
Tabung Larutan Hasil Pengamatan
A 2,5cc larutan amilum + 2 tetes lugol Biru kehitaman
B 2,5cc larutan gula + 2 tetes lugol Endapan hitam
C 2,5cc larutan amilum + 2,5cc
Biru
benedict
D 2,5cc larutan gula + 2,5cc benedict Hijau tua
E 2,5cc larutan amilum + 2,5cc air
ludah (aduk dahulu 5 menit) + 2,5cc Hijau muda
benedict

3) Percobaan 3
Tabung Isi Hasil Pengamatan
A 2,5cc minyak + 5cc air sabun Menyatu
B 2,5cc minyak + 2,5cc air sabun
Menyatu
(diaduk 2 menit) + 5cc air
C 2,5cc minyak + 2,5cc empedu (diaduk
Menyatu
2 menit ) 5cc air

G. Perhitungan
Pada praktikum kali ini tidak ada menggunakan perhitungan

H. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum kali ini kami melakukan uji peran enzim
pitalin dan empedu dalam proses pencernaan makanan, mengidentifikasi
peranan enzim pitalin dan empedu dalam proses pencernaan makan dan
memahami proses pencernaan secara enzimatis.

Air liur (saliva) adalah cairan eksokrin, hasil sekresi tiga kelenjar saliva
yang mengandung air, musin, glikoprotein, enzim, immunoglobulin,
bikarbonat dan beberapa mineral (Benn and Thomson, 2014; Kasuma, 2015).
Saliva ± 99% air, lendir, mucin, protein, elektrolit. Lendir disintesis oleh
kelenjar submandibula, sublingual dan kelenjar mukosa minor yang ada di
mukosa palatal, bukal, dan labial. Mucin umumnya dibentuk pada kelenjar
submandibular dan sublingual serta sebagian besar kelenjar minor tetapi tidak
diekspresikan oleh kelenjar parotid dan von Ebner (yang merupakan kelenjar
serosa). Sebagian besar protein dalam air liur dibuat oleh kelenjar air liur,
tetapi ada perbedaan besar antara protein yang disintesis kelenjar. Beberapa
protein bersifat universal untuk semua kelenjar, seperti komponen sekretori
yang merupakan pengangkut IgA. Variasi protein tidak hanya antara individu
tetapi juga dalam individu yang sama dalam tenggang waktu yang berbeda
dalam sehari. Perbedaan tersebut mungkin terjadi karena ada beberapa
kelenjar penghasil komponen saliva (Carpenter, 2013; dawes et al, 2015; de
Almelda et al, 2008)

Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar
1 – 1,2 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri dari 99,24%
air dan 0,58% terdiri atas ion Ca2+, Na+, K+, PO4-, Cl¯, HCO3¯, SO4 2- dan zat –
zat organic, seperti enzim amilase dan ptyalin (Milller,1993).

Amilase adalah protein tunggal paling banyak dalam saliva, diduga terlibat
dalam pencernaan awal makanan mengandung pati. Aktivitas amylase saliva
sangat berkurang segera setelah mencapai lingkungan asam lambung dan
amilase pankreas jauh lebih mungkin terlibat dalam pencernaan pati. Amilase
paling dikenal sebagai enzim spesifik untuk konversi pati menjadi maltosa,
amilase sangat efisien dalam mengubah banyak polisakarida kompleks yang
tidak larut menjadi unit larut yang lebih kecil (Carpenter 2013).

Enzim amilase terdapat dalam saliva atau air liur manusia. Amilase yang
terdapat dalam saliva adalam α-Amilase yang mampu menghidrolisis
polisakarida dan glikogen menjadi maltosa dan oligosakarida dengan
menyerang ikatan α-1,4 glikosida. Amilase akan segera terinaktivase pada pH
4,0 atau kurang sehingga pencernaan makanan dalam mulut akan terhenti bila
lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan (Winarno, 1983).

Suhu optimum enzim amilase yang terdapat dalam saliva (enzim α-amilase)
adalah 37 0C, sama dengan suhu normal tubuh. Secara umum enzim amilase
bekerja optimal pada pH 6,6 (Winarno, 1983).

Amilum merupakan campuran dua macam stuktur polisakarida yang


berbeda yaitu amilosa (17-20%) dan amilopektin (83- 80%) (Gunawan dan
Mulyani, 2004). Amilum juga didefinisikan sebagai karbohidrat yang berasal
dari tanaman, sebagai hasilfotosintesis, yang disimpan dalam bagian tertentu
tanaman sebagai cadangan makanan (Soebagio et al., 2009). Sifatnya yang
inert dan dapat tercampurkan dengan sebagian besar bahan obat merupakan
kelebihan dari amilum sebagai eksipien.
Amilum yang sering digunakan dalam industri farmasi dapat dibagi
menjadi 2 yaitu amilum alami dan amilum modifikasi. Amilum alami (native
starch) adalah amilum yang dihasilkan dari sumber umbi-umbian dan belum
mengalami perubahan sifat fisika dan kimia atau diolah secara fisika-kimia.
Jika amilum alami digunakan sebagai eksipien dalam tablet maka terdapat
dua kekurangan yang berpengaruh terhadap sifat fisik granul yaitu
mempunyai daya alir dan kompaktibilitas yang kurang baik (Soebagio et al.,
2009). Hal ini terjadi karena amilum alami banyak mengandung amilosa
sehingga bersifat kering, kurang lekat dan cenderung menyerap air lebih
banyak (Hasibuan, 2009). Granul amilum alami mempunyai kompaktibilitas
yang kurang baik karena bentuk granulnya oval polihedral sehingga
strukturnya cenderung agak rapat (Soebagio et al., 2009). Amilum
termodifikasi merupakan suatu amilum yang sudah diproses secara kimiawi
maupun mekanis, sehingga diharapkan akan diperoleh amilum yang
mempunyai sifat alir dan kompaktibilitas yang lebih baik dari amilum asalnya
sehingga dapat digunakan sebagai eksipien (Voight, 1995). Salah satu
tanaman penghasil amilum adalah jagung. Jagung mempunyai beragam jenis
amilum, mulai dari amilosa dan amilopektin rendah sampai tinggi.
Berdasarkan kandungan amilosa dan amilopektin yang dimiliki, jagung dapat
digolongkan menjadi empat jenis yaitu jenis normal mengandung 74-76%
amilopektin dan 24-26% amilosa, jenis waxy mengandung 99% amilopektin,
jenis amilomaize mengandung 20% amilopektin dan 40-70% amilosa, dan
jagung manis mengandung 22,8% amilosa saja (Singh et al., 2005). Dari
empat jenis jagung tersebut, pada penelitian ini digunakan jagung normal
karena mengandung amilosa dan amilopektin yang relatif besar.

Sifat Fisik : Merupakan polisakarida yang terbentuk dari cara sintesa


banyak terdapat pada tanaman.

Sifat Kimia : Campuran 10 -20% amilosa dan 80-90% amilopeptin. Jika


bereaksi dengan iodine membentuk warna hijau (Basri,
1996).
Uji benedict ditemukan oleh seorang ahli kimia Amerika bernama Stanley
Rossiter Benedict. Uji benedict adalah sebuah metode yang digunakan untuk
mengetahui kandungan karbohidrat pada suatu larutan. Metode ini
memanfaatkan reaksi kimia antara gula pereduksi dengan ion tembaga yang
menghasilkan endapan berwarna merah bata. Warna tersebut berasal dari
senyawa tembaga (I) oksida yang terbentuk dari hasil reaksi. Uji benedict ini
hanya bisa digunakan untuk mengetahui karbohidrat yang mengandung gula
pereduksi seperti semua jenis monosakarida dan disakarida pereduksi
(maltosa dan laktosa). Disakarida non-pereduksi seperti sukrosa dan
polisakarida tidak bereaksi positif dengan uji ini. Monosakarida dan gula
pereduksi dapat bereaksi dengan reagen benedict karena keduanya
mengandung aldehida sedangkan sukrosa dan polisakarida tidak memiliki
gugus aldehid.

Iodium Lugol, juga dikenal sebagai larutan Lugol, pertama kali dibuat
pada tahun 1829, adalah suatu larutan dari unsur iodium dan kalium iodida
dalam air, dinamakan sesuai dengan dokter Perancis J.G.A. Lugol. Larutan
iodium Lugol sering digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, untuk
desinfeksi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk melacak pati dalam
uji rutin laboratorium dan medis. Penggunaan tersebut mungkin karena
larutan ini merupakan sumber dari unsur iodium bebas yang efektif, yang
mudah dihasilkan dari ekuilibrasi antara molekul-molekul unsur iodium dan
ion triodida dalam larutan tersebut.

Lugol telah digunakan lebih jarang untuk mencukupi defisiensi iodium.


Namun, kalium iodida murni, mengandung ion iodida yang relatif tidak
berbahaya tanpa unsur iodium yang lebih toksik, sangat disukai untuk tujuan
ini. Sebaliknya, dalam kecelakaan Chernobyl banyak larutan Lugol
digunakan sebagai sumber iodium darurat untuk memblokir pengambilan
iodium radioaktif, sederhana karena ia tersedia secara luas sebagai
dekontaminan air minum, dan kalium iodida murni tanpa iodium (zat yang
lebih disukai) tidak tersedia.
Larutan Lugol tersedia dalam potensi berbeda 1%, 2%, atau 5% iodium.
Larutan 5% terdiri dari 5% (m/v) iodium (I2) dan 10% (m/v) kalium iodida
(KI) dicampur dalam air suling dan memiliki kandungan iodium total 126,5
mg/mL. Kalium iodida menyumbang unsur iodium yang larut dalam air
melalui pembentukan io triiodida I−3). Ini jangan dibingungkan dengan
larutan tinktur iodium, yang terdiri dari unsur iodium, dan garam iodida
dilarutkan dalam air dan alkohol. Larutan Lugol tidak mengandung alkohol.

Nama lain untuk larutan Lugol ialah I2KI (iodium-kalium iodida);


Markodine, larutan kuat (Systemic); dan BCP Larutan Iodium Encer. Lugol
diperoleh melalui konter dari toko obat atau toko makanan sehat. Indikator ini,
juga disebut pewarna, digunakan dalam banyak bidang yang berbeda.

Sebagai Mordant ketika kinerja Pewarnaan Gram. Lugol digunakan selama


1 menit setelah mewarnai dengan kristal violet, tetapi sebelum etanol untuk
memastikan bahwa peptidoglikan organisme gram positif tetap diwarnai,
mudah meng-identifikasinya sebagai gram positif dalam mikroskop.

Sebagai Mordant Sebagai mordant ketika kinerja Pewarnaan Gram. Lugol


Sebagai Indikator Larutan ini dapat digunakan sebagai uji indikator atas
adanya pati dalam senyawa organik, dengan mana larutan ini bereaksi dengan
mengubah warna biru-gelap/hitam. Larutan unsur iodium seperti Lugol akan
mewarnai pati/kanji karena interaksi iodium dengan struktur lingkar
polisakarida. Pati termasuk pati tanaman amilosa dan amilopektin, serta
glikogen pada sel hewan. Larutan Lugol tidak akan mendeteksi gula-gula
sederhana seperti glukosa atau fruktosa. Pada kondisi patologis, deposit
amiloid (yaitu, deposit yang berwarna seperti pati, tetapi tidak) dapat begitu
berlimpah bahwa organ yang terkena dampak juga akan ternoda terlalu positif
untuk reaksi Lugol untuk pati.ol digunakan selama 1 menit setelah mewarnai
dengan kristal violet, tetapi sebelum etanol untuk memastikan bahwa
peptidoglikan organisme gram positif tetap diwarnai, mudah meng-
identifikasinya sebagai gram positif dalam mikroskop.
Selama kolposkopi, iodium Lugol digunakan pada vagina dan leher rahim.
Yang normal noda jaringan vagina coklat karena kandungan glikogen yang
tinggi, sedangkan jaringan yang mencurigakan untuk kanker tidak ternodai,
dan dengan demikian tampak pucat dibandingkan dengan jaringan sekitarnya.
Biopsi jaringan yang mencurigakan kemudian dapat dilakukan. Ini disebut
Uji Schiller.

Lugol digunakan untuk menguji bahan makanan yang mengandung


karbohidrat (amilum). Bahan makanan yang mengandung amilum
(karbohidrat) bila ditetesi lugol akan berubah warna menjadi biru hitam.
Semakin gelap warnyanya berarti makanan tersebut banyak kandungan
karbohidratnya.

Benedict adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan glokusa


pada bahan makanan. Bahan makanan yang mengandung glukosa akan
berubah menjadi warna merah bata setelah ditetesi benedict dan kemudian
dipanaskan.

Dari percobaan pertama yang telah kami lakukan tentang uji peranan
enzim pitalin dan empedu dalam proses pencernaan makanan, diperoleh data
sebagai berikut :

1. Tabung I diisi dengan larutan glukosa sebanyak 1 ml setelah itu


dikubasikan dengan air hangat di dalam gelas beker selama 15 menit
dengan suhu 40-42°C. lalu tambahkan 15 tetes larutan benedict, kocok
sebentar dan masukkan ke gelas beker yang airnya bersuhu 80°C
ditunggu selama 3 menit maka warna larutan tadi berwarna putih
tersebut akan berubah menjadi warna biru tua.
2. Tabung II diisi dengan larutan gula pasir 1% sebanyak 1 ml dan di
campur dengan air saliva 1 ml, dikubasikan dengan air hangat di dalam
gelas beker selama 15 menit dengan suhu 40-42°C. setelah itu
tambahkan 15 tetes larutan benedict, kocok sebentar dan masukkan
kedalam gelas beker yang sudah terisi air bersuhu 80°C ditunggu 3
menit maka warna larutan yang tadinya berwarna putih bening setelah
di tetes larutan benedict menjadi biru dan tidak ada perubahan warna.
3. Tabung III diisi dengan larutan amilum 1% dan di caampurkan dengan
air saliva 1 ml lalu dikubasikan di gelas beker dengan air hangat
bersuhu 40-42°C didiamkan selama 15 menit. Setelah itu tambahkan 15
tetes larutan benedict, kocok sebentar masukkan kedalam gelas beker
yang sudah terisi air bersuhu 80°C ditunggu 3 menit maka warna
larutan yang tadi berwarna putih berubah menjadi warna hijau.
4. Tabung IV diisi dengan larutan susu 1% 1 ml dan campurkan saliva 1
ml dikubasikan dengan air hangat di dalam gelas beker selama 15
menit dengan suhu 40-42°C. setelah itu tambahkan larutan benedict
sebanyak 15 tetes di kocok sebentar masukkan kedalam gelas beker
yang berisi air dengan suhu 80°C di tunggu 3 menit maka warna
larutan akan berubah menjadi biru.

Berdasarkan hasil dari percobaan pertama harusnya larutan glukosa jika di


tetesi dengan larutan benedict harusnya berwana merah bata. Hasil praktikum
dan literatur berbeda, kemungkinan ada kesalahan saat dikubasi airnya belum
terlalu panas atau mencapai suhu yang seharusnya dan waktu dikubasi tidak
sampai 15 menit.

Untuk percobaan kedua yang sudah kami lakukan tentang enzim pitalin
dalam proses pencernaan, diperoleh data sebagai berikut :

1. Tabung A diisi dengan larutan amilum sebanyak 2,5cc yang berwarna


putih keruh dicampur dengan 2 tetes larutan lugol yang berwarna
kuning. Maka warna larutan tersebut berubah menjadi biru kehitaman
2. Tabung B diisi dengan larutan gula yang berwana putih bening
sebanyak 2,5cc dicampur dengan larutan lugol yang berwarna kuning
sebanyak 2 tetes. Maka warna pada lurutan tersebut berubah menjadi
endapan hitam
3. Tabung C diisi dengan larutan amilum sebanyak 2.5cc dicampur
dengan 2.5cc larutan benedict. Pada saat tabung tidak dipanaskan
larutan berubah warna biru, jika dipanaskan larutan juga tetap
berwarna bitu.
4. Tabung D diisi dengan larutan gula sebanyak 2.5cc yang berwarna
bening dicampur dengan larutan benedict yang berwarna biru sebanyak
2,5cc. pada saat larutan tersebut dipanaskan larutan tersebut berwarna
biru tapi jika larutan tersebut dipanaskan maka larutan tersebut akan
berubah menjadi hijau tua.
5. Tabung E diisi dengan larutan amilum yang berwana putih keruh
sebanyak 2,5cc dicampur dengan air saliva sebanyak 2,5cc, keduanya
itu diaduk selama 5 menit dan dicampur dengan larutan benedict
sebanyak 2,5cc yang berwarna biru. Jika larutan tidak dipanaskan
warnanya berubah menjadi biru keputih-putihan, jika larutan
dipanaskan maka warnanya akan berubah menjadi hijau muda.

Larutan Lugol untuk menguji bahan makanan yang mengandung


karbohidrat (amilum). Bahan makanan yang mengandung amilum
(karbohidrat) bila ditetesi lugol akan berubah warna menjadi biru hitam.
Semakin gelap warnyanya berarti makanan tersebut banyak kandungan
karbohidratnya.

Untuk percobaan ketiga yang sudah kami lakukan yaitu pengujian peran
empedu dalam proses pencernaan makanan, telah diperolah data sebagai
berikut :

1. Tabung A diisi dengan larutan minyak berwarna kuning sebanyak


2,5cc ditambah dengan air sabun yang berwana putih keruh sebanyak
5cc maka kedua larutan tersebut dapat menyatu setelah di kocok.
2. Tabung B diisi larutan minyak yang berwarna kuning sebanyak 2,5 cc
ditambah dengan air sabun yang berwarna putih keruh sebanyak 2,5 cc.
kemudian larutan tersebut di kocok selama 2 menit, maka lauran
tersebut menyatu bahkan larutan tersebut tetap menyatu setelah
dicampurkan dengan air sebanyak 5 cc.
3. Tabung C diisi larutan minyak yang berwarna kuning sebanyak 2,5 cc
ditambah dengan ekstrak empedu ayam yang berwarna hijautua
sebanyak 2,5 cc dan diaduk selama 2 menit. Maka larutan larutan
minyak lama kelamaan akan menghilang dan menyatu dengan ekstak
empedu bahkan setelah ditambah dengan air sebnayak 5 cc larutan
tersebut akan teteap meyatu.

Sifat empedu dan air sabun sama sama mempunyai sifat emulgator. Ada
suatu zat yang disebut Emulgator. Emulgator adalah bahan aktif permukaan
yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air dan
membentuk film yang mengelilingi tetesan terdispersi sehingga mencegah
koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi merupakan komponen penting lain
dalam pembuatan emulsi Selain fase air dan fase minyak. Ada dua jenis
emulgator yaitu : Sufaktan dan hidrokoloid, dimana surfaktan adalah suatu
zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan lipofil sekaligus dalam molekulnya
sehingga dapat berada di permukaan cairan atau antar muka dua cairan
dengan cara teradsorbsi. Gugus hidrofil akan berada pada bagian air
sedangkan gugus lipofil akan berada pada bagian minyak. Surfaktan ini
memiliki 4 kategori berdasarkan atas muatan yang dihasilkan bila terhidrolisis
dalam air yaitu surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan amfoterik, dan
surfaktan non-ionik. Selanjutnya Emulgator Hidrokoloid adalah emulgator
yang bekerja dengan membentuk lapisan yang kaku dan bersifat viskoelastik
pada permukaan minyak-air. Zat ini bersifat larut dalam air dan akan
membentuk emulsi tipe o/w. Beberapa contoh emulgator ini adalah Gom :
gom arab, tragacant; Ganggang laut : agar-agar, alginat, caragen; biji-bijian :
guar gum.

I. Kesimpulan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan makanan, air, dan
elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi.
Pencernaan pada tubuh manusia terjadi dalam dua sistem yaitu mekanik dan
kimiawi. Pencernaan mekanik adalah pencernaan yang dilakukan gigi di
dalam mulut kita. Sedangkan pencernaan kimiawi adalah pencernaan yang
melibatkan enzim dalam tubuh kita. Tubuh kita membutuhkan nutrisi-nutrisi
yang bermanfaat untuk tubuh kita. Makanan yang kita makan tidak secara
langsung masuk ke dalam tubuh tetapi di proses terlebih dahulu. Oleh sebab
itu mengkonsumsi makananan yangsehat dan bergizi sanggat dianjurkan.

Larutan amilum akan berubah warna menjadi kehitam-hitaman karena


larutan lugol berguna untuk medeteksi adanya zat pati ditandai dengan
perubahan warna menjadi biru kehitam-hitaman.

Larutan gula akan bereaksi dengan larutan benedict karena larutan


benedict digunakan untuk mendeteksi adanya glukosa pada sampel, positif
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi orange kehijauan setelah
dipanaskan.

Peran dari enzim ptialin adalah mengubah amilum/pati menjadi maltose


ini dibuktikan ketika larutan amilum dicampur dengan air ludah kemudian
diaduk-aduk dan ditambah dengan larutan benedict warnanya berubah
menjadi hijau muda, sedangkan empedu berguna untuk mengemulsikan
lemak. Atau mengubah lemak menjadiasam lemak. Dan juga empedu bersifat
basa yang berfungsi untuk menetralkan ph dari hasil pencernaan lambung
yang bersifat asam.

J. Daftar Pustaka
Maryati, Sri. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Erlangga: Jakarta.
Faridha, Y., et al. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Krim Susu Kuda
Sumbawa dengan Emulgator Nonionik dan Ionik. Universitas Islam Negeri
Alauddin; Makassar
Ansarikimia, 2014, Apa itu larutan lugol?,wawasan ilmu kimia
Sakinah Rahayu Anniesah, Kurniawansyah Sunan Insan, 2018, ISOLASI,
KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA, DAN APLIKASI PATI JAGUNG
DALAM BIDANG FARMASETIK, Universitas Padjadjaran , Bandung,.
Widyaningrum Fetra Elfrida, Widyaningsih Erni Yosephin, Hartadi Fajar,
Kristyantari Agnes, Nugroho Adi Krisnanto, 2012, Praktikum Peranan Enzim
Ptialin dan Empedu dalam Proses Pencernaan Makanan, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Arfia Nurul H, dkk. (2019). Pengantar Biopsikologi Sistem Pencernaan.
Universitas Gunadarma, Depok.
Putra Perdanan Aditya, 2020, Biologi-Sistem Pencernaan Manusia,
Pahamify,blog
Vianto Riska, 2018, Proses Pencernaan Manusia, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, Ponorogo
P. Amanullah Bani, 2012, enzim : Pengaruh Pemanasan dan Inhibitor,
Universitas Diponegoro, Semarang.

K. Lampiran
Percobaan 1

Percobaan 2
Percobaan 3

Anda mungkin juga menyukai