Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II


PERCOBAAN 7
SISTEM PENCERNAAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1B
M. Rizki Hidayatullah 170106029
Radita Razak A 170106035
Riska Permatasari 170106039
Sindi Widia 170106043
Zachra Noval Dagmar 170106051

Program Studi Farmasi


Universitas Muhammadiyah Bandung
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
1.1.1 Menentukan proses pencernaan kimiawi di mulut
1.1.2 Menentukan komponen – komponen yang terdapat pada saliva
1.1.3 Menentukan proses pencernaan suatu pati didalam mulut
1.1.4 Menentukan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas
amylase didalam saliva

1.2 PRINSIP
1.2.1
BAB II
TEORI DASAR

Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses penguraian bahan


makanan kedalam zat-zat makanan agar dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-
jaringan tubuh. Sistem pencernaan makanan terdiri dari alat-alat pencernaan yang
berhubungan langsung membentu saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah
saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan
akan mencerna makanan, memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap
bagian tersebut menuju pembuluh darah. Saluran pencernaan meliputi mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus (Waluyo, 2016).
Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar
menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-
organ pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya
tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Zat makanan yang dicerna
akan diserap oleh tubuh dalam bentuk yang lebih sederhana (Setiadi,2007)
Proses pencernaan makanan pada tubuh manusia dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu (Handaya,2011):
a. Proses pencernaan secara mekanik Yaitu proses perubahan makanan dari
bentuk besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan halus. Pada manusia dan
mamalia umumnya, proses pencernaan mekanik dilakukan dengan
menggunakan gigi.
b. Proses pencernaan secara kimiawi (enzimatis) Yaitu proses perubahan
makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana
dengan menggunakan enzim. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh
tubuh yang berfungsi mempercepat reaksi- reaksi kimia dalam tubuh.
Fungsi sistem pencernaan adalah pertama untuk memasukkan makanan ke
dalam saluran pencernaan. Kemudian kedua adalah menyimpannya untuk sementara.
Ketiga mencerna secara fisik dan kimiawi. Lalu keempat mengabsorbsi hasil
pencernaan dan kelima sebagai tempat penyimpanan sementara sisa makanan yang telah
tercerna untuk kemudian mengeluarkannya (Suntoro, 1990).
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan
makanan. Alat-alat pencernaan manusia adalah organ-organ tubuh yang berfungsi
mencerna makanan yang kita makan. Alat pencernaan dapat dibedakan atas saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan menghasilkan enzim-enzim
yang membantu proses pencernaan kimiawi. Kelenjar-kelenjar pencernaan manusia
terdiri dari kelenjar air liur, kelenjar getah lambung, hati (hepar), dan pankreas
(Rochman,2010).
Kelenjar ludah dan ludahnya adalah kelenjar majemuk bertanda, yang berarti
terdiri atas gabungan kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-
lubang kecil.Saluran-saluran dari setiap alveolus bersatu untuk membentuk saluran yang
lebih besar dan yang mengantar sekretnya ke saluran utama dan melalui ini sekret di
tuangkan kedalam mulut. Kelenjar ludah yang utama ialah kelenjar parotis,
submandibularis, dan sublinguali. Fungsi kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva,
yang merupakan cairan pertama yang mencerna makanan. Deras aliran saliva
dirangsang oleh adanya makanan dalam mulut, melihat, membaui dan memikirkan
makanan (Pearce,2011).
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan
ekosistem di dalam rongga mulut. Komposisi saliva terdiri atas 94,0%-99,5% air, bahan
organik dan bahan anorganik. Komponen organik saliva yang terutama adalah protein.
Di samping itu, masih ada komponen-komponen lain seperti lipid, urea, asam
amino, glukosa, amoniak dan vitamin. fungsi saliva yaitu membentuk lapisan mukus
pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai barier terhadap
iritan dan akan mencegah kekeringan, membantu membersihkan mulut dari makanan,
debris dan bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak. Selain itu,
dapat mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat dan protein
(Widyaningsih, 2011).
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Anatomi Sistem Pencernaan

Melengkapi bagian – bagian anatomi organ system pencernaan pada


gambar yang telah disediakan.

3.2 Pemeriksaan Komponen Saliva

a. Uji Mikroskopik
Saliva diteteskan sebanyak satu tetes diatas object glass kemudian
diwarnai dengan satu tetes metilen biru lalu tutup preparat dan diamati
dibawah mikroskop amati adanya sel epitel, butir – butir lemak, leukosit dan
bakteri dalamsaliva tersebut.
b. Pengamatan pH normal saliva
Tentukan pH pada saliva dengan menggunakan kertas pH
indicator(indicator universal).
c. Membuktikan adanya mucin
Diambil sedikit saliva kemudian masukan kedalam gelas kimia ukuran
kecil dan ditetesi dengan asam asetat 6%. Dan amati adanya endapan pada
saliva tersebut.
d. Membuktikan adanya protein
Diambil 5 ml saliva kemudian masukan kedalam tabung reaksi dan
lakukan uji biuret dengan cara saliva dibasakan dengan penambahan 5 ml
NaOH encer lalu tambahkan Cu-Sulfat 1 % dimasukan tetes demi tetes
sampai timbul warna merah ungu pada cairan saliva dan diamati perubahan
warna yang terjadi pada saliva.
3.3 Pencernaan Pati di Mulut
a. Pencernaan pati oleh saliva
Dimasukan 10 ml pasta amilum kedalam gelas kimia dan ditambahkan 5
tetes saliva aduk sampai merata, kemudian diamkan selama 1 menit. Setelah
satu menit lakukan dua hal ini secara bersamaan. Pertama ambil satu tetes
larutan amilum dan saliva kemudian teteskan pada plat tetes dan tambahkan
satu sampai duatetes larutan iodium. Kedua ambil tiga tetes lautan amilum
dan saliva masukan kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan benecit,
dan amati apakah telah terjadi hilangnya kekeruhan larutan. Kekeruhan
larutan ini menunjukan bahwa pati telah melarut.
Pada setiap menit berikutnya lakukan lagi hal yang sama seperti langkah
diatas, lakukan terus sampai tercapai titik akromatik melalui tahap – tahap
berikut. Campuran larutan pertama yaitu pasta amilum dan saliva dengan
ditambah iodium akan menimbulkan warna biru jernih. Lalu campuran
larutan pasta amilum, saliva dan ditambah dengan larutan benedict akan
menimbulkan kekeruhan pada larutan. Campuran larutan kedua yaitu pasta
amilum, saliva dengan ditambahakan iodium akan menimbulkan wana
merah maka hal ini menjukan amilum telah menjadi eritrodekstrin dan jika
larutan pasta amilum, saliva dan iodium menimbulkan larutan yang tidak
berwarna maka hal ini menunjukan bahwa pemecahan amilum telah
menghasilkan akromodekstria. Atau disebut titik akromatik.
Jika titik akromatik itu tercapai, panaskan semua tabung reaksi
dipenangas air yang mendidih selama 5 menit. Dan sebagai pembanding
gunakan tabug berisi larutan benedict yang dicampur dengan 2 ml glukosa 2
%. Biarkan menjadi dingin dan amati perubahan warna yang terjadi.
Perubahan warna yang terjadi dapat dijadikan indicator apakah amilum yang
dicerna oleh enzim – enzim dalam saliva dan proses pencernaan tersebut
telah sampai ke tahap mana.
b. Pengaruh suhu dan pH terhadapa aktivitas amylase saliva
Saliva dikumpulkan secukupnya dan disiapkan larutan control.
Kemudian siapkan satu seri tabung control yaitu tabung 1 yang berisi satu
tetes pati dan dua tetes iodin, tabung 2 yang berisi satu tetes aquades dan dua
tetes larutan iodin. Hasil yang diharapkan pada tabung 1 yaitu terjadinya
warna biru hitam yang berari hasil uji positif terhadap pati, dan pada tabung
2 hasil yang diharapkan terjadinya warna ke kuning – kuningan yang berarti
hasil negative terhadapa pati.
c. Pengamatan pengaruh pendidihan
Disiapkan 3 tabung dan beri label tabung 1,2 dan 3. Lima tetes larutan
saliva ditambahakan ke tabung 1 dan 2 lalu ditambahkan lima tetes aquades
ke tabung 3. Tempatkan air dalam gelas kimia dan panaskan sampai
mendidih lalu tabung 1 ditempatkan dalam gelas kimia yang berisi air
mendidih selama 3 menit. Kemudian tambahkan satu tetes pasta amilum ke
masing – masing tabung dan campur dengan cara agitasi dan tempatkan
kembali tabung – tabung tersebut ke dalam penangas air selama 5 menit.
Lalu pindahkan tabung dari penangas air dan tambahkan dua tetes larutan
iodium ke masing – masing tabung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


4.1.1 Anatomi Sistem Pencernaan
A. Organ Sistem Pencernaan

(Gambar 1. Sistem Pencernaan)

1. Rongga mulut 9. Lidah 17. Usus besar


melintang
2. Kerongkongan 10. Kelenjar parotis 18.Descending colon
3. Hati 11. Kelenjar Sublingual 19. Usus besar naik
4. Kantung Empedu 12. Submandibular 20. Sekum
gland
5. Usus 12 jari 13. Tekak 21. Usus Sigmoid
6. Jejenum 14. Perut 22. Rectum
7. Ileum 15. Pancreas 23. Vermiform appendix
8. Anus 16. Limpa 24. Usus Anal

B. Sistem Pencernaan di lambung


(Gambar 2. Anatomi Lambung)

1. Cardia 6. Greater curvature 11. Pylorus


2. Fudus 7.Pyloric antrum 12. Lesser curvate
3. Serosa 8. Pyloric canal 13.Oblique layer
4. Body 9. Pyloric spinchter 14.circular layer
5. Rugae of mucosa 10. Duodenum 15. Esophagus
C. Sistem Pencernaan di usus

(Gambar 3. Anatomi Usus)


1. Left colic (spienic) flexure 11. Vermiform appendix
2. Transverse mesocolon 12.Cecum
3. Epiploic appedages 13. Ileo cecal valve
4. Descending colon 14.Ileum
5.Cut edge of mesentry 15. Ascending colon
6. Tenia coli 16. Haustrum
7. Sigmoid colon 17. Superior mesenteric artery
8. External anal spinchter 18. Trnsverse colon
9. Anal canal 19. Right colic (hepatic) felxure
10. Rectum

4.1.2 Pemeriksaan Komponen Saliva

No. Pengamatan Hasil Gambar


1. Uji Mikroskopik Terdapat butir-
butir protein, dan
leukosit.

2. Pengamatan pH normal Ph saliva yaitu 7


saliva

3. Membuktikan adanya Terdapat Endapan


mucin
4. Membuktikan adanya Terjadi perubahan
protein warna menjadi
ungu

4.1.3 Pencernaan Pati di mulut


A. Pencernaan pati oleh saliva

No Waktu setelah Warna yang Warna yang Gambar


. pencampuran terjadi pada terjadi pada
pasta amilum uji iodium uji benedict
+ saliva
1. 1 menit Timbul Wana larutan
warna biru biru tosca,
keunguan jernih, dan
yang pekat tidak
terdapat
kekeruhan
2. 2 menit Timbul Wana larutan
warna biru biru tosca,
keunguan jernih, dan
yang sedikit tidak
memudar terdapat
kekeruhan
3 3 menit Timbul Wana larutan
warna biru biru tosca,
keunguan jernih, dan
yang sedikit tidak
memudar terdapat
kekeruhan
4. 4 menit Timbul Wana larutan
warna biru biru tosca,
jernih jernih, dan
tidak
terdapat
kekeruhan
5. 5 menit Warna biru Wana larutan
hilang. biru tosca,
Larutan jernih, dan
menjadi tidak
tidak terdapat
berwarna kekeruhan

B. Pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas Amilase saliva

No Sampel Hasil Gambar


.
1. Tabung 1 : 1 tetes pati + Terjadi warna biru
2 tetes iodine keunguan

2. Tabung 2 : 1 tetes Terjadi warna


aquadest + 2 tetes kekuning-
larutan iodine kuningan

C. Pengamatan Pengaruh Pendidihan

No Perlakuan Hasil Gambar


.
1. Tabung 1 : 5 tetes Terjadi perubahan
larutan saliva + 1 tetes warna larutan
pasta amylum + 2 tetes menjadi kuning
larutan iodine keruh
dididihkan selama 8
menit
2. Tabung 2 : 5 tetes Terjadi perubahan
larutan saliva + 1 tetes warna larutan
pasta amylum + 2 tetes menjadi kuning
larutan iodine keruh
dididihkan selama 5
menit
3. Tabung 3 : 5 tetes Warna larutan
aquadest + 1 tetes pasta menjadi biru muda
amylum + 2 tetes yang jernih
larutan iodine
dididihkan selama 5
menit

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan tentang sistem pencernaan yang
bertujuan untuk mengetahui organ-organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan dan fungsi dari enzim-enzim yang disekresikan dalam
membantu proses pencernaan. Sistem pencernaan pada tubuh manusia
memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan nutrisi bagi tubuh
yaitu mengolah bahan makanan yang bermolekul kompleks hingga menjadi
molekul yang lebih sederhana sehingga dapat di serap oleh tubuh melalui
pembuluh darah kemudian di edarkan ke seluruh tubuh.

Saluran cerna merupakan sistem yang sangat kompleks yang melakukan


berbagai fungsi yaitu menerima, menghaluskan, dan mentransportasi bahan-
bahan yang dimakan, sekresi enzim cerna, asam, mukus, empedu, dan
bahan lain. Pencernaan bahan-bahan yang makan, absorbsi dan tranportasi
produk hasil cerna, serta transport penyimpanan dan ekskresi produk-
produk sisa. Pencernaan dilakukan melalui perubahan mekanik dan
kimiawi, secara mekanik makanan dihancurkan melalui proses
pengunyahan dan proses peristaltik. Proses pengunyahan memperluas
permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik.
Secara kimiawi makanan dihancurkan oleh enzim-enzim pencernaan.

Berdasarkan hasil pengamatan, organ sistem pencernaan dalam tubuh


manusia meliputi mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rectum,
anus. Yang masing-masing organ tersebut menjalankan tugas sesuai dengan
fungsinya. Mulut, merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air. Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke
dalam mulut. Di dalam mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam
proses pencernaan, yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air liur). Esophagus
atau kerongkongan merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan, berfungsi sebagai jalan bagi makanan yang telah dikunyah
dari mulut menuju lambung. Melalui kerongkongan makanan didorong
masuk ke dalam lambung dengan gerak peristaltik. Lambung merupakan
organ otot berongga yang besar dan merupakan tempat terjadinya sejumlah
proses pencernaan. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas
(kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan bagian bawah
(pilorus). Getah lambung mengandung air lendir (musin), asam lambung,
enzim renin, dan enzim pepsinogen. Didalam lambung terdapat enzim
pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi pepton dan proteosa.
Enzim renin berfungsi menggumpalkan protein susu (kasein) yang terdapat
dalam susu. Adanya enzim renin dan enzim pepsin menunjukkan bahwa di
dalam lambung terjadi proses pencernaan kimiawi.

Selanjutnya, usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang


paling panjang (± 8,5 meter), terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi
atau secara enzimatis, dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Organ pankreas akan menghasilkan enzim tripsin, amilase dan
lipase yang nantinya akan di salurkan langsung ke duodenum. Enzim tripsin
sendiri berfungsi mengubah pepton menjadi asam amino. Kemudian enzim
amilase berfungsi mengubah amilum menjadi glukosa sederhana. Dan
enzim lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan juga
gliserol. Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Usus besar atau kolon dalam anatomi
adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini
adalah menyerap air dari feses. Di dalam usus besar terdapat bakteri
Escherichia coli. Bakteri ini membantu dalam proses pembusukan sisa
makanan menjadi feses. Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari
ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Yang terakhir yaitu
anus, merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana feses keluar
dari tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi yang merupakan fungsi utama
anus.

Percobaan pertama yaitu pemeriksaan komponen saliva, Saliva adalah


cairan kental tidak berwarna yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Saliva
mengandung 99,5% air dan zat-zat lainnya. Pengamatan pertama yaitu
pemeriksaan saliva secara mikroskopik, dengan ditambahkan 1 tetes
metilen blue lalu diamati dibawah mikroskop, didapatkan hasil terlihat
butir-butir protein dengan ditandai adanya gumpalan-gumpalan dan terdapat
leukosit tetapi tidak terlihat sel-sel epitel dan bakteri, hal ini menunjukkan
bahwa didalam saliva mengandung protein dan leukosit yang berfungsi
sebagai sistem imun awal yang terdapat didalam mulut. Pengamatan kedua
yaitu pengamatan pH normal saliva, dengan menggunakan kertas ph
indikator didapatkan hasil ph saliva yaitu 7, hal ini menunjukkan bahwa pH
saliva adalah normal atau netral. Dimana pH normal adalah rentang antara
pH 6,8-7.

Pada pengamatan membuktikan adanya mucin, mucin merupakan suatu


glikoprotein pada saliva yang bersifat melicinkan, melubrikasi dan
mencegah jaringan mulut menempel satu sama lain sehingga dapat bekerja
dengan maksimal, selain itu mucin juga menyebabkan saliva kental
sehingga viskositasnya lebih tinggi. Dengan menambahkan asam asetat 6%
pada saliva didapatkan hasil terbentuknya endapan hal ini menunjukkan
bahwa sampel saliva positif menunjukkan adanya mucin yang dibuktikan
dengan terbentuknya endapan putih. Asam asetat yang digunakan dalam
pengujian berfungsi untuk mengendapkan mucin yang ada pada saliva,
karena mucin merupakan glikoprotein didalamnya terdapat ikatan peptida
sehingga terjadi denaturasi pada protein dan menyebabkan strukturnya
menjadi tidak larut dan menghasilkan endapan putih. Pada pengamatan
membuktikan adanya protein, dengan dilakukan uji biuret dan penambahan
NaOH didapatkan hasil terjadi perubahan larutan menjadi warna biru
keunguan hal ini menunjukkan bahwa hasil positif terdapat protein. Adanya
protein dalam saliva ditunjukkan dengan terbentuknya larutan warna biru.
Dimana CuSO4 yang terdapat dalam pereaksi biuret akan membentuk suatu
kompleks warna biru dengan protein. Metode biuret merupakan salah satu
metode analisis kualitatif protein yang digunakan untuk mengidentifikasi
ada atau tidaknya ikatan peptida dalam suatu sampel. Adanya ikatan peptida
mengidentifikasikan bahwa sampel tersebut mengandung protein. Prinsip
dari uji biuret ini yaitu ion Cu2+ akan bereaksi dengan ikatan peptida
dalam suasana basa. Ion Cu2+ yang bereaksi dengan ikatan peptida akan
membentuk senyawa kompleks warna ungu yang merupakan indikator hasil
uji positif pada uji biuret.

Prosedur selanjutnya yaitu pencernaan pati di mulut uji ini dilakukan


dengan mengambil komponen saliva dan ditambahkan pasta amilum
kemudian diteteskan larutan iodium yang kemudian diuji melalui uji
benedict. Pada saat campuran larutan tersebut yang diuji dengan benedict
dan diteteskan pada plat tetes menit pertama warna larutan berwarna biru
pekat keungu - unguan yang selanjutnya pada menit ke dua, ketiga, keempat
dan kelima warna itu semakin memudar dan hilang proses melarutnya pati
tersebut tidak langsung dan plat kelima dimana warna menghilang yang
artinya pati melarut membutuhkan banyak waktu. Uji pati dengan benedict
ini bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Hasil positif didapat
larutan warna merah, kuning, hijau berdasarkan kadar glukosa yang ada.

Dan saat diujikan pada tabung reaksi dengan ditambah iodium warna
larutan pada tiap menitnya tidak berubah yaitu larutan berwana biru tosca,
jernih, dan tidak terdapat kekeruhan. Dan setelah dipanaskan pun kelima
tabung yang telah diujikan tersebut tetap berwana biru, dari hasil percobaan
didapat bahwa larutan memberikan hasil warna tetap biru hal ini
membuktikan bahwa enzim amilase belum sempurna memecah pati menjadi
glukosa. Yang seharusnya hasil yang didapat harus mencapai titik akromik
yaitu titik ketika pereaksi tidak memberikan reaksi atau titik dimana
pereaksi tidak dapat bereaksi lagi dengan sampel. Pada pengujian pati titik
akromik ditunjukkan dengan menjadi beningnya larutan sampel yang
semula berwarna biru, warna bening ini menunjukkan bahwa pati sudah
dirubah menjadi gulasederhana oleh enzim amilase. Tetapi hasil praktikum
tidak sesuai dengan teori hal ini mungkin dikarenakan waktu pengamatan
yang kurang lama.

Selanjutnya pengujian aktivitas amylase saliva pada pengaruh suhu dan


pH. Sebelumnya salah satu enzim yang terdapat dalam saliva adalah enzim
amilase, saliva yang disekresikan oleh kelenjer liur selain mengandung
amilase juga juga mengandung 99,5% air, glikoprotein dan mucin yang
bekerja sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan.
Amilase adalah suatu enzim dari golongan hidrolase yang mengkatalisis
peristiwa hidrolisis ikatan α-1,4 -glucosidic dalam polisakarida, secara
sederhana amilase memecah ikatan pati menjadi bentuk yang lebih
sederhana disakarida maupun monosakarida. Pada pengujian ini dilakukan
dengan 2 tabung reaksi. Tabung pertama dilakukan dengan cara
menambahkan saliva kemudian 1 tetes pati dan 2 tetes iodine. Hasil yang
didapatkan adalah positif yaitu terdapat pati yang ditandai dengan larutan
berwarna biru keunguan . Tabung kedua dilakukan dengan cara
menambahkan saliva kemudian 1 tetes aquadest dan 2 tetes larutan iodine.
Hasil yang didapatkan adalah negatif terdapat pati yang ditandai dengan
larutan berwarna kekuning-kuningan.
Terakhir yaitu pengamatan pengaruh pendidihan atau pemanasan,
pemanasan amylase dimaksudkan untuk menikan suhu enzim dan digunakan
sebagai sampel perbandingan dengan sampel amylase yang tidak
dipanaskan. Hal yang diamati adalah aktivitas amylase dalam pemecahan
pati permenitnya. Reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka
menggunakan kalatis seperti enzim. Disamping itu karena amylase adalah
suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian
aktif amylase dapat terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan amylase
berkurang. Larutan pati yang berperan sebagai substrat yang akan
direaksikan oleh amylase yang terdapat pada saliva. Dalam reaksi yang
terjadi, enzim amylase berperan aktif sebagai katalis yang akan mempercepat
laju reaksi penguraian amilum menjadi amilosa dan amilopektin. Larutan
iodium berperan sebagai indicator warna untuk menandai aktivitas enzim
amylase pada amilum. Pada percobaan ini dilakukan dengan cara 3 tabung
reaksi untuk melihat aktivitas amilase yang telah dipanaskan hingga
mendidih. Tabung 1 dan 2 dilakukan dengan cara yang sama yaitu 5 tetes
saliva dipanaskan selama 3 menit, ditambahkan 1 tetes pasta amilum
(agitasi) dipanaskan selama 5 menit dan diteteskan larutan iodium. Pada
tabung 3 dilakukan dengan cara 5 tetes saliva kemudian ditambahkan 5 tetes
aquadest dan 1 tetes pasta amilum (agitasi) dipanaskan selama 5 menit dan
diteteskan larutan iodium. Hasil yang didapatkan pada tabung 1 larutan
berwarna kuning keruh, tabung 2 larutan berwarna kuning keruh dan tabung
3 larutan berwarna biru muda bening.

BAB V
KESIMPULAN

5.1.Dapat mengetahui proses pencernaan dimulut mulai dari mengunyah dan


menelan dan juga mengetahui enzim – enzim yang terlibat dalam proses
pencernaan.

5.2 Dapat mengetahui komponen – komponen saliva yaitu adanya mucin, protein,
glikoprotein dan enzim amylase.
5.3 Dapat mengetahui proses pencernaan pati didalam mulut melalui uji warna pada
test iodium dan uji benedict.

5.4 Dapat mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas amylase
didalam saliva mulai dari faktor pH, penfaruh suhu, dan pengamatan pengaruh
pendidihan terhadap pati yang diujikan.

DAFTAR PUSTAKA

Handaya Wilfridus Bambang Triadi. 2011. Alat Bantu Ajar Sistem Pencernaan dan
Sistem Pernafasan pada Manusia Berbasis Web. Jurnal Informatika. Vol 7 (2).
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum.
M. Rochman, Dedi. 2010. Intisari Biologi. Bandung: CV. Pustaka Setia
Setiadi.2007. Anatomi Dan Fisiologi Manusia.EGC. Jakarta.
Suntoro, Susilo, Handari. 1990. Struktur Hewan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.
Waluyo, Joko. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Jember :
Universitas Jember
Widyaningsih, Endang Nur. 2011. Peran Probiotik Untuk Kesehatan. Jurnal Kesehatan.
Vol 4 (1) : 14-20.

Anda mungkin juga menyukai