Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM EKSKRESI

Oleh:
Nama

: Siti Lailatul M

NIM

: 130210103021

Kelas

:B

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

I. Judul
Sistem Eksresi
II. Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui struktur anatomi dan posisi organ-organ sistem
ekskresi
III. Dasar Teori
Pada dasarnya tubuh mempunyai kemampuan dalam menghilangkan
racun-racun yang ada di dalam tubuh, baik itu berasal dari luar maupun dari
dalam tubuh sendiri. Menurut Waluyo (2016), ekskresi adalah proses
pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair dan zat gas. Zat-zat sisa
itu berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan CO2 (paru-paru).
Zat-zat ini harus dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan
mengganggu bahkan meracuni tubuh.
Sebagai alat ekskresi, kulit mengeluarkan keringat. Keringat terdiri atas air
dan garam-garam mineral terutama NaCl (Natrium Clorida) serta sedikit sampah
buangan, seperti urea, asam urat, dan amonia. Keringat dikeluarkan tubuh dalam
jumlah besar ketika melakukan kegiatan berat dan berada di lingkungan yang
panas. Pengeluaran keringat juga dipengaruhi oleh makanan, keadaan kesehatan,
dan emosi. Berkeringat melalui latihan fisik dapat membantu mengeluarkan zatzat sisa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Ramayulis, 2014).
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh. Hati memiliki berat
1500 gr (kira-kira 2,5 % orang dewasa) terletak di bagian teratas dalam rongga
abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati terdiri dari dua lobus, yaitu
lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Pada lobus kanan
bagian belakang, terdapat kantong empedu dengan sel yang bersifat fagositosis
terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Selain itu, hati berfungsi
dalam menghasilkan cairan empedu, membuat sel darah merah, dan menyimpan
glikogen (Ardhiyanti dkk, 2012).
Empedu diproduksi hati secara terus-menerus untuk membantu pencernaan
lemak. Hati menghasilkan 500-1000 cc empedu/hari dan disalurkan ke dalam
kandung empedu untuk disimpan. Di dalam kantung empedu, cairan empedu

dipekatkan sehingga dari warna semula cokelat muda menjadi cokelat kehijauan.
Pada saat makanan berlemak memasuki usus 12 jari, hormon kolesistokinin
merangsang kandung empedu mengeluarkan cairan empedu untuk membantu
proses pencernaan lemak (Wijayakusuma, 2008).
Proses pembuangan sisa metabolisme yang sudah tidak bermanfaat bagi
tubuh dapat dikeluarkan bersama kemih (urin). Proses pembentukan urin
berlangsung di dalam ginjal. Manusia memiliki sepasang ginjal yang berada di
rongga perut bagian atas, di dekat tulang belakang (Nelistya, 2008).
Posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri, bentuknya lonjong
memanjang, di bagian tengah sedikit membengkok (cekung) menyerupai biji
kacang, dan berwarna merah keunguan. Di bagian ujung atas kedua ginjal
melekat sebuah organ kecil, yaitu anak ginjal (adrenal) kuning kecoklatan
(Soenanto, 2005). Menurut Waluyo (2016), letak ginjal kiri lebih tinggi dari
ginjal sebelah kanan karena di atas ginjal sebelah kanan terdapat hati yang
berukuran besar.
Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak
sengaja masuk ke dalam tubuh akibatnya ginjal menjadi salah satu organ sasaran
utama dari efek toksik. Urin sebagai jalur utama ekskresi, dapat mengakibatkan
ginjal memiliki volume darah yang tinggi, mengkonsentrasikan toksikan pada
filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus dan mengaktifkan toksikan
tertentu ( Mayori dkk, 2013).
Fungsi utama dari ginjal adalah sebagai organ eliminasi penting bagi
tubuh. Meskipun terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kerentanan ginjal
terhadap efek toksik, tingginya aliran curah jantung dan peningkatan konsentrasi
produk ekskresi karena adanya reabsorpsi air dari cairan tubuler merupakan
faktor terpenting. Akibatnya, beberapa obat atau zat kimia yang beredar dalam
sirkulasi sistemik akan dibawa ke ginjal dalam kadar yang cukup tinggi. Sebagai
akibatnya akan terjadi proses perubahan struktur dari ginjal itu sendiri, terutama
di tubulus ginjal karena disinilah terjadi proses reabsorpsi dan eksresi dari zatzat toksik tersebut. Zat kimia yang terlalu banyak berada di dalam ginjal akan

mengakibatkan kerusakan sel, seperti infiltrasi sel radang, degenerasi melemak,


piknosis dan kongesti (Adinata, 2012).
Paru-paru sebagai pompa satu-satunya untuk sistem pernapasan adalah
organ yang sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Sebagai bagian dari
organ penting, paru-paru termasuk organ yang berukuran yang cukup besar dan
hampir memenuhi rongga dada kita (Saputra, 2011).
Pada proses pernapasan dihasilkan zat sisa berupa karbondioksida (CO 2)
dan uap air (H2O) yang akan keluar melalui lubang hidung, zat sisa itu harus
dikeluarkan karena dapat mengganggu fungsi tubuh. Manusia memiliki sepasang
paru-parubyang terletak di rongga dada. Paru-paru berfungsi sebagai organ
pernapasan, yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan CO 2 dan uap air. Uap
air dan CO2 berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan melalui lubang
hidung (Praworo, 2011).
IV. Metodologi Praktikum
IV.1 Alat & Bahan:

Model Manusia (Torso)


IV.2Cara Kerja
Menyiapkan model manusia

Mengamati dan menentukan organ mana saja pada manusia


yang merupakan organ sistem ekskresi

Menggambar struktur masing-masing organ tersebut dan


keterangannya

Menggambar posisi organ tersebut terhadap tubuh lengkap


manusia

V. Hasil Pengamatan

VI. Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul Sistem Ekskresi. Tujuan pada praktikum kali
ini yaitu mahasiswa mengetahui anatomi dan posisi organ-organ sistem ekskresi.
Alat yang dibutuhkan yaitu berupa torso manusia dan bagian yang diamati yaitu
organ ekskresi yang meliputi kulit, ginjal, paru-paru dan hati. Cara kerjanya
yaitu pertama-tama menyiapkan model manusia, kemudian menggambar
struktur masing-masing organ ekskresi yang meliputi kulit, ginjal, paru-paru dan
hati serta memberikan keterangan.
Pada dasarnya tubuh mempunyai kemampuan dalam menghilangkan
racun-racun yang ada di dalam tubuh, baik itu berasal dari luar maupun dari
dalam tubuh sendiri. Menghilangkan racun-racun yang ada di dalam tubuh dapat
melalui proses ekskresi. Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa
metabolisme baik berupa zat cair dan zat gas. Zat-zat sisa itu berupa urine
(ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan CO 2 (paru-paru). Zat-zat ini harus
dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan mengganggu bahkan
meracuni tubuh. Proses yang terjadi pada masing-masing organ akan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Kulit
Seluruh permukaan tubuh kita terbungkus oleh lapisan tipis yang sering
kita sebut kulit. Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama
karena berada di lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan
langsung dengan lingkungan sekitar. Adapun fungsi dari kulit antara lain
sebagai berikut:
a. Pelindung tubuh terhadap kerusakan-kerusakan fisik
b. Mengurangi kehilangan air
c. Mengatur suhu badan
d. Mengekskresikan zat-zat sisa berupa keringat
e. Menerima rangsang dari luar
Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar/kulit ari),
dermis (lapisan dalam/kulit jangat), dan hipodermis (jaringan ikat bawah
kulit).

1) Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum. stratum
granulosum, dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari
selsel mati dan selalu mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel
yang tidak berinti dan berfungsi mengganti stratum korneum. Stratum
granulosum tersusun atas sel-sel yang berinti dan mengandung pigmen
melanin. Stratum germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu
membentuk sel-sel baru ke arah luar.
Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu
mengelupas.
Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk.
Stratum granulosum, mengandung pigmen.
Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar.
2) Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis. Lapisan ini mengandung akar rambut,
pembuluh darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan
ini adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak
(glandula sebasea). Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang di
dalamnya terlarut berbagai macam garam. Keringat dialirkan melalui
saluran kelenjar keringat dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui poripori. Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan batang rambut.
Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak yang berfungsi
meminyaki rambut agar tidak kering. Rambut dapat tumbuh terus karena
mendapat sari-sari makanan pembuluh kapiler di bawah kantong rambut.
Di dekat akar rambut terdapat otot penegak rambut, akar rambut,
pembuluh darah, syaraf, kelenjar minyak (glandula sebasea), dan kelenjar
keringat (glandula sudorifera). Lapisan lemak, terdapat di bawah dermis
yang berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh suhu luar.
3) Hipodermis

Hipodermis merupakan jaringan ikat yang terletak di bawah lapisan


dermis, namun batas pemisah antara bagian hipodermis dengan bagian
dermis ini tidak jelas. Lapisan ini merupakan tempat penyimpanan lemak
dalam tubuh, sehingga sering juga dikenal dengan lapisan lemak bawah
tubuh. Lemak tersebut berfungsi untuk melindungi dari benturan benda
keras, sebagai penjaga suhu tubuh karena lemak dapat menyimpan panas,
dan sebagai sumber energi cadangan.
Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu udara di lingkungan kita
tinggi, pembuluh-pembuluh darah di kulit akan melebar. Hal ini
mengakibatkan banyak darah yang mengalir ke daerah tersebut. Pangkal
kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh darah maka terjadilah
penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh kelenjar keringat. Kemudian air
bersama larutannya keluar melalui pori-pori yang merupakan ujung dari
kelenjar keringat. Keringat yang keluar membawa panas tubuh, sehingga
sangat penting untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal. Ketika suhu di
keliling kita panas maka kulit akan menagtur suhu tubuh dengan banyak
mengeluarkan keringat dan urin yang dihasilkan lebih sedikit. Sebaliknya
ketika suhu dingin maka tubuh hanya sedikit memproduksi keringat dan
pengeluaran air lebih banyak melalui ginjal (urin).
Faktor yang mempengaruhi pengeluaran keringat yaitu cuaca, aktivitas,
lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh.
Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena
menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam
tubuh. Semakin banyak aktivitas maka pengeluaran keringat juga akan
semakin banyak. Selain itu produksi keringat juga bisa disebabkan rangsangan
dari dalam seperti emosi, rasa takut dan gugup. Jadi produksi keringat ini bisa
dipengaruhi faktor dari dalam atau faktor dari luar berupa perubahan
lingkungan. Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek
peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat
menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan
suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup

banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari


metabolisme basal 10 kali lebih besar.
2. Ginjal
Ginjal merupakan organ ekskresi yang berfungsi mengeluarkan zat sisa
berupa urea (sisa pembongkaran protein) dan zat-zat sisa yang berupa racun,
misalnya sisa obat-obatan. Ginjal mengeluarkan sisa metabolisme dalam
bentuk urine yang di dalamnya mengandung air, amoniak (NH 3), urea, asam
urat dan garam mineral tertentu. Ginjal manusia terdapat sepasang dan
letaknya di rongga perut sebelah kanan dan kiri ruas tulang belakang. Ginjal
kiri lebih tinggi daripada ginjal sebelah kanan. Karena ginjal kanan terdesak
oleh hati yang terdapat di atas ginjal sebelah kanan sehingga ginjal kanan
posisinya lebih ke bawah. Ginjal berbentuk seperti biji kacang dengan warna
merah keunguan karena mengandung banyak pembuluh darah. Ginjal
diselubungi oleh suatu kapsul yang terbentuk dari jaringan serabut. Bagian
luar ginjal disebut korteks, sedangkan bagian dalamnya disebut medula. Pada
bagian dalam terdapat ruang kosong (pelvis). Pada ginjal terdapat nefron yang
merupakan unit fungsional dan struktural terkecil. Pada manusia terdapat
sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari badan malpighi
(mengandung glomerulus yang diselubungi oleh kapsula bowman) dan saluran
nefron.
Nefron mengandung dua macam unsur, yaitu unsur pembuluh (elemen
vaskuler) dan unsur epitel. Bagian nefron yang mengandung unsur pembuluh,
yaitu arterial, glomerulus (kumpulan kapiler), arterial eferen, dan kapiler
tubuler. Bagian nefron yang mengandung unsur epitel, yaitu kapsula bowman,
tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle yang terdiri dari saluran
menurun dan saluran naik, tubulus kontortus distal, dan saluran pengumpul
(tubulus kolektifus).
Pada medula terdapat piramida ginjal dan piala ginjal yang banyak
mengandung pembuluh-pembuluh untuk mengumpulkan hasil eksresi.
Pembuluh-pembuluh tersebut berhubungan dengan ureter yang bermuara pada
kantung kemih (vesica urinaria). Kantung kemih berfungsi sebagai tempat

penampungan urine sementara. Urine keluar dari tubuh melalui lubang urine
yang sebelumnya melewati uretra terlebih dahulu. Fungsi Ginjal adalah
sebagai berikut:
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan
oleh bagian tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan
sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui
serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
1) Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi
di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit),
tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah
proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi
penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar
protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah,
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea
dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil
penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer,
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam
lainnya.
2) Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus
distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada
tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air

terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih
diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat
amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain
pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka
tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan
tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3) Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal.Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan
menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran
ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih
akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar
melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air,
garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Perlu diketahui bahwa produksi urine yang dihasilkan oleh tubuh
manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Adapun faktor-faktor yang secara umum memberikan pengaruh dalam hal
produksi urine pada manusia antara lain:
1) Faktor Internal
Pengaruh Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon ADH telah menjadi faktor internal utama yang berperan
dalam menentukan jumlah pengeluaran urine yang dikeluarkan
tubuh. Jika darah yang akan disaring banyak mengandung air, maka
hormon ADH yang disekresikan ke dalam ginjal semakin sedikit,
penyerapan air akan sedikit pula. Akibatnya produksi urine yang
terbentuk menjadi banyak dan cepat memenuhi kantong kemih.
Pengaruh Hormon Insulin
Pada penderita penyakit Diabetes (kencing manis), telah diketahui
bahwa penyebabnya adalah karena mereka

kekurangan hormon

insulin dalam darah. Kadar hormon insulin yang rendah inilah yang
menyebabkan produksi urine meningkat sehingga penderita penyakit
Diabetes akan lebih sering mengeluarkan urine.
Pengaruh Kondisi Psikologis
Pada saat seseorang sedang dalam gejolak emosi yang tinggi dan
berlebihan maka otomatis tekanan darahnya akan meningkat.
Peningkatan tekanan darah ini akan menyebabkan darah lebih
banyak untuk segera disaring. Demikian pula ketika seseorang
sedang mengalami gangguan stress, maka hal ini akan berpengaruh
terhadap kontraksi dan tekanan pada katup kantung kemih. Kedua
gangguan tersebut otomatis akan mendorong seseorang untuk buang
air kecil lebih sering.
2) Faktor Eksternal
Pengaruh Suhu Lingkungan
Saat cuaca dingin orang akan lebih sering untuk mengeluarkan urine.
Hal ini disebabkan oleh karena air yang terdapat dalam darah lebih
banyak menuju ginjal sehingga produksi urine pun menjadi lebih
banyak.
Pengaruh Konsumsi Garam
Orang yang banyak mengkonsumsi garam akan lebih banyak
mengeluarkan urine dari tubuh. Kadar garam yang tinggi dalam
darah akan menyebabkan ginjal memproduksi garam mineral yang
lebih banyak sehingga produksi urine semakin meningkat.
Pengaruh Jumlah Air yang Diminum
Orang yang banyak minum akan menyebabkan urine yang
dikeluarkan lebih banyak dari dalam tubuh. Ini disebabkan oleh
sedikitnya air yang meresap ke dalam darah sehingga lebih banyak
diekskresikan melalui kantong kemih.
Pengaruh Konsumsi Alkohol dan Kafein

Salah satu kebiasaan yang salah dan dapat memperbanyak urine


yang dikeluarkan tubuh adalah mengkonsumsi alkohol dan kafein.
Bahan ini dapat menghambat pembentukan hormon ADH dalam
tubuh.
3. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar pada tubuh manusia. Hati beratnya
sekitar 1300-1550 gram atau 2,5% dari total berat tubuh manusia dewasa. Hati
berwarna merah kecokelatan, mempunyai banyak pembuluh darah serta lunak.
Hati terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen tepat di bawah diafragma.
Di ronga perut, hati sebagian besar dilapisi oleh peritoneum. Hati berfungsi
untuk menyimpan gula dalam bentuk glikogen, sebagai tempat pembongkaran
dan pembentukan protein, penawar racun, tempat pembentukan dan
pembongkaran eritrosit, hati juga mengeluarkan bilirubin dan biliverdin.
Darah yang ada di dalam hati mampu merombak sel-sel darah merah.
Hati disebut juga sebagai organ ekskresi disamping berfungsi sebagai
kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi
karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin
menjadi bilirubin dan biliverdin, setelah mengalami oksidasi akan berubah
menjadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan.
Demikian juga kreatinin hasil dari pemecahan protein, pembuangannya diatur
oleh hati kemudian diangkut oleh darah menuju ke ginjal. Jika saluran empedu
tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk
dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning.
Hati terbagi menjadi 2 lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Lobus
kiri dan lobus kanan, dengan lobus kanan lebih besar dibandingkan dengan
lobus kiri. Hati disusun oleh lobulus-lobulus kecil dan tersusun dalam kolom.
Vena sentralis terdapat pada bagian tengah tiap lobulus. Vena bergabung
menjadi vena yang lebih besar dan membentuk vena hepatika yang kemudian
menuju ke dalam vena kava inferior. Sedangkan lakuna, yaitu ruangan yang
memisahkan antara satu lobulus dengan lobulus lainnya.

Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan
pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati
(capsula hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang disatukan
oleh selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak
sel darah merah yang telah tua disebut histiosit. Sebagai alat eksresi hati
menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di dalamnya
mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan
juga bacteri serta obat-obatan. Zat warna empedu terbentuk dari rombakan
eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap (histiosit) selanjutnya
dirombak dan haeglobinnya dilepas
Hati mampu menghasilkan cairan empedu yang mampu memberi warna
feses, selain itu cairan dari empedu mampu mengemulsi lemak yaitu dengan
mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Emulsi lemak ini
bermuara di duodenum selain emulsi lemak dari pancreas.
Faktor yang mempengaruhi pengeluaran empedu yaitu pengeluaran
empedu dapat ditingkatkan melalui mekanisme kimiawi, hormonal dan saraf.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh.
4. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma
yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang
terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut
pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada
yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura

yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Paru-paru tersusun oleh


bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru
berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang
sangat lebar untuk pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan
diameter 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus
bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir
pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil
yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang
tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara
kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.
Dalam sistem ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan
Karbondioksida (CO2) dan Uap air (H2O). Didalam paru-paru terjadi proses
pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan
oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil
metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru
karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung. Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung
pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan,
ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk kedalam darah melalui
kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar
oksigen diikat oleh haemoglobin untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun
oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin
yang berupa protein.
Pengangkutan CO2 sebagai hasil zat sisa metabolisme, diangkut oleh
darah dapat melalui 3 cara yakni sebagai berikut:

1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat


dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino
hemoglobin (23% dari seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO 3) melalui
proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2).
Faktor yang mempengaruhi sistem ekskresi paru-paru yaitu umur, bayi
memiliki ritme bernafas yang relative lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, sehingga CO2 yang dikeluarkan juga lebih banyak. Lingkungan juga
bepengaruh, kelainan atau penyakit seperti asma TBC, radang paru-paru juga
dapat mempengaruhi pertukaran oksigen dan karbondioksida.

VII. Penutup
VII.1 Kesimpulan
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang
tidak digunakan lagi dalam tubuh. Organ yang berperan dalam sistem
ekskresi manusia adalah kulit, ginjal, hati, dan paru-paru. Kulit terletak di
lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan
lingkungan sekitar. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan
luar/kulit ari), dermis (lapisan dalam/kulit jangat), dan hipodermis (jaringan
ikat bawah kulit). Hasil ekskresi kulit berupa keringat. Ginjal manusia
terdapat sepasang yang letaknya di rongga perut di bagian kanan dan kiri
ruas tulang belakang. Ginjal mengeluarkan urine yang di dalamnya
mengandung air, amoniak (NH3), urea, asam urat dan garam mineral
tertentu. Hati terletak di rongga perut bagian kanan di bawah diafragma.
Hati mengeluarkan zat warna empedu. Paru-paru terletak di sebelah dalam
tulang rusuk dan berfungsi mengeluarkan CO2 dan uap air.
VII.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum sistem ekskresi tidak hanya dengan torso.
Karena apabila dengan torso maka praktikum akan berpusat pada penjelasan
asisten bukan pada aktivitas individu. Untuk praktikum selanjutnya
mungkin bisa dilakukan uji urin atau uji lainnya yang mendukung
pemahaman praktikan mengenai sistem ekskresi.

DAFTAR PUSTAKA
Adinata, Made O., I Wayan Sudira dan I Ketut Berata. 2012. Efek Ekstrak Daun
Ashitaba (Angelica keiskei) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal
Mencit (Mus musculus) Jantan. Jurnal Buletin Veteriner Udayana, Vol. 4
No.2: 55-62 Agustus 2012. ISSN : 2085-2495.
Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., dan Damayanti, I. P. 2014. Panduan Lengkap
Keterampilan Dasar Kebidanan I. Yogyakarta: Deepublish.
Mayori, R., Netty Marusin dan Djong Hon Tjong. 2013. Pengaruh Pemberian
Rhodamin B Terhadap Struktur Histologis Ginjal Mencit Putih (Mus
musculus L.). Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1)
Maret 2013 : 43-49 (ISSN : 2303-2162).
Nelistya, Anne. 2008. Mengenal Tubuh Kita. Bandung:Angkasa.
Praworo, K. 2011.Terapi Medipic, Medical Picture. Jakarta: Penebar Plus.
Ramayulis, R. 2014. Detox is Easy. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.
Saputra, Andri. 2011. Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Paru-Paru Pada Manusia
Menggunakan Pemrograman Visual Basic. Jurnal Teknologi Dan
Informatika (Teknomatika). VOL. 1, NO. 3.
Soenanto, H dan Sri Kuncoro. 2005. Hancurkan Batu Ginjal dengan Ramuan
Herbal.Jakarta:Puspa Swara.
Waluyo, Joko dan Bevo, W. 2016. Petunjuk Praktikum Anatomi Fisiologi
Manusia. Jember: Jember University Press.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis Dengan Ramuan Herbal.
Jakarta: Pustaka Bunda.

Anda mungkin juga menyukai