Anda di halaman 1dari 39

EKSKRESI

2.1 Pengertian Sistem Ekskresi


Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi
dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok
dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan merespon
terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai
kebutuhan (Campbell, 2006).
Sistem ekresi merupakan sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat-zat yang
sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan bagi tubuh dalam bentuk
larutan. Ekresi terutama berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen.
Selama proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorpsi oleh
darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Mamalia
memiliki sepasang ginjal yang terletak dibagian pinggang (lumbar) dibawah peritonium. Urine
yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran ureter menuju kantung kemih yang
terletak midventral dibawah rektum. Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara volunter
mendorong urine keluar melalui uretra. (Kurniati, 2009).
Makhluk hidup menghasilkan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan. Zat ini dapat menjadi
racun jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Proses pengeluaran zat sisa dari tubuh antara lain sekresi,
ekresi, dan defekasi. Sekresi merupakan suatu proses pengeluaran zat yang berbentuk cairan oleh
sel-sel atau jaringan. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat siasa metabolisme dari tubuh
yang sudah tidak dapat digunakan lagi seperti pengeluaran urine, keringat, dan CO2 dari tubuh.
Defekasi merupakan prses pengeluaran feses dari tubuh. Alat ekskresi manusia adalah paru-paru,
ginjal, kulit, dan hati (Karmana, 2007).
Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh.
Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh
kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa
hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem
ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat
ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon. Hasil sistem ekskresi dapat
dibedakan menjadi : Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu, Zat padat yaitu
berupa feces, Gas berupa CO2 dan Uap air berupa H2O (Poedjadi, 2005).

2.2 Anatomi dan fungsi organ ekskresi pada manusia


Pada system ekskresi manusia, sisa-sisa metabolisme diserap dari darah, kemudian
diproses dan akhirnya dikeluarkan lewat alat-alat ekskresi. Berikut akan di jelaskan alat-alat
ekskresi manusia, antara lain;
1. Kulit

Seluruh permukaan tubuh terbungkus oleh lapisan tipis yang sering kita sebut kulit. Kulit
merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena berada di lapisan anggota tubuh
yang paling luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar.

Susunan Kulit
Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar/kulit ari), dermis (lapisan
dalam/kulit jangat). Dan hipodermis (jaringan ikat bawah kulit).

Lapisan Kulit
a) Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum. stratum
granulosum, dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari sel-sel mati dan
selalu mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan berfungsi
mengganti stratum korneum. Stratum granulosum tersusun atas sel-sel yang berinti dan
mengandung pigmen melanin. Stratum germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu
membentuk sel-sel baru ke arah luar.
 Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas.
 Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
 Stratum granulosum, mengandung pigmen
 Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar

b) Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis. Lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh
darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan ini adalah kelenjar keringat
(glandula sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula sebasea). Kelenjar keringat
menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut berbagai macam garam. terutama garam
dapur. Keringat dialirkan melalui saluran kelenjar keringat dan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui poripori. Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan batang rambut. Kelenjar
minyak berfungsi menghasilkan minyak yang berfungsi meminyaki rambut agar tidak kering.
Rambut dapat tumbuh terus karena mendapat sari-sari makanan pembuluh kapiler di bawah
kantong rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot penegak rambut.
 Akar rambut
 Pembuluh darah
 Syaraf
 Kelenjar minyak (glandula sebasea)
 Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
 Lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh
suhu luar

c) Hipodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak
berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas
tubuh.

Fungsi Kulit
Sebagai alat ekskresi. kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi kulit yang
lain, antara lain melindungi tubuh terhadap gesekan, kuman, penyinaran, panas. dan zat
kimia; mengatur suhu tubuh; menerima rangsang dari luar: serta mengurangi kehilangan
air. Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan darah di
pembuluh kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di permukaan kulit akan
menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap. Pada keadaan normal. keringat
akan keluar dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL setiap jam. Beberapa faktor yang dapat
memacu pengeluaran keringat. antara lain peningkatan aktivitas tubuh. peningkatan suhu
lingkungan, dan goncangan emosi. Emosi akan merangsang saraf simpatis untuk
memperkecil pengeluaran keringat dengan cara mempersempit pembuluh darah.
Pengeluaran keringat yang berlebihan, misalnya karena terik matahari atau kegiatan tubuh
yang berlebihan, dapat menyebabkan terjadi lapar garam. Kekurangan kadar garam darah
dapat mengakibatkan kekejangan dan pingsan.
Dapat disimpulkan, fungsi kulit antara lain sebagai berikut:
a. mengeluarkan keringat
b. pelindung tubuh
c. menyimpan kelebihan lemak
d. mengatur suhu tubuh, dan
e. tempat pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari
yang mengandung ultraviolet.
2. Paru -paru
Paru-paru manusia berjumlah dua atau
sepasang. Pada dasarnya fungsi utama paru-paru
adalah sebagai alat pernapasan, namun peranan
tersebut juga erat hubungannya dengan sistem
ekskresi. Hal ini dikarenakan CO2 dan air yang
merupakan hasil proses metabolisme di jaringan
yang diangkut melalui darah akhirnya akan dibawa
ke paru-paru untuk dibuang dengan cara difusi di
alveolus. Proses ini dapat berjalan dengan baik
karena dibuang dengan difusi di alveolus. Proses ini
dapat berjalan dengan baik karena pada alveolus banyak bermuara kapiler yang memiliki
selapis sel.

Fungsi Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa
paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk
mengeluarkan KARBONDIOKSIDA (CO2) dan UAP AIR (H2O).
Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-
paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung.
Penguraian karbohidrat (glukosa) dan lemak kecuali menghasilkan energi akan
menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan lewat paru-paru.
Seseorang yang berada dalam daerah dingin waktu ekspirasi akan tampak
menghembuskan uap. Uap tersebut sebenarnya merupakan karbondioksisa dan uap air
yang dikeluarkan saat terjadi pernafasan.

3. Hati
Hati merupakan “kelenjar” terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia. Letaknya di
dalam rongga perut sebelah kanan atas. Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram
pada orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri. Hati mendapat suplai darah
dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati
dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang
dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah
merah yan gtelah tua disebut histiosit.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan,
di dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga
bacteri serta obat-obatan. Zat warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau
rusak akan ditangkap histiosit selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas. Zat racun yang
masuk ke dalam tubuh akan disaring terlebih dahulu di hati sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hati menyerap zat racun seperti obat-obatan dan alkohol dari sistem peredaran darah. Hati
mengeluarkan zat racun tersebut bersama dengan getah empedu.

Fungsi Hati
Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:
a) Membantu dalam metabolisme karbohidrat
Fungsi hati menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula
dalam darah. Misalnya, pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat
mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam
hati (Glikogenesis), lalu pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan
glikogen  di hati atau asam amino dapat diubah menjadi glukosa dan dilepakan ke
dalam darah (glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar gula darah
dipertahankan untuk tetap normal. Hati juga dapat membantu pemecahan fruktosa
dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa menjadi lemak.
b) Membantu metabolisme lemak
Membantu proses Beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam
lemak dari Asetil Koenzim A. Mengubah kelebihan Asetil Koenzim A menjadi
badan keton (Ketogenesis). Mensintesa lipoprotein-lipoprotein saat transport asam-
asam lemak dan kolesterol dari dan ke dalam sel, mensintesa kolesterol dan
fosfolipid juga menghancurkan kolesterol menjadi garam empedu, serta menyimpan
lemak.
c) Membantu metabolisme Protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi (mengubah
gugus amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau
diubah menjadi karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan
substansi beracun menjadi urea dan dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan
saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri dalam usus), sintesis dari hampir seluruh
protein plasma, seperti a dan b globulin, albumin, fibrinogen, dan protombin
(bersama-sama dengan sel tiang, hati juga membentuk heparin) dan transaminasi
transfer kelompok amino dari asam amino ke substansi (a-keto acid) dan senyawa
lain.
d) Menetralisir obat-obatan dan hormon
Hati dapat berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obatan
seperti penisilin, ampisilin, erythromisin, dan sulfonamide juga dapat mengubah
sifat-sifat kimia atau mengeluarkan hormon steroid, seperti aldosteron dan estrogen
serta tiroksin.
e) Mensekresikan cairan empedu
Bilirubin, yang berasal dari heme pada saat perombakan sel darah merah,
diserap oleh hati dari darah dan dikeluarkan ke empedu. Sebagian besar dari
bilirubin di cairan empedu di metabolisme di usus oleh bakteri-bakteri dan
dikeluarkan di feses.
Dalam proses konjugasi yang berlangsung di dalam retikulum endoplasma
sel hati tersebut, mekanisme yang terjadi adalah melekatnya asam glukuronat
(secara enzimatik) kepada salah satu atau kedua gugus asam propionat dari
bilirubin. Hasil konjugasi (yang kita sebut sebagai bilirubin terkonjugasi) ini,
sebagian besar berada dalam bentuk diglukuronida (80%), dan sebagian kecil dalam
bentuk monoglukuronida.
Penempelan gugus glukuronida pada gugus propionat terjadi melalui suatu
ikatan ester, sehingga proses yang terjadi disebut proses esterifikasi. Proses
esterifikasi tersebut dikatalisasi oleh suatu enzim yang disebut bilirubin uridin-
difosfat glukuronil transferase (lazimnya disebut enzim glukuronil transferase saja),
yang berlokasi di retikulum endoplasmik sel hati.
Akibat konjugasi tersebut, terjadi perubahan sifat bilirubin. Perbedaan yang
paling mencolok antara bilirubin terkonjugasi dan tidak terkonjugasi adalah sifat
kelarutannya dalam air dan lemak. Bilirubin tidak terkonjugasi bersifat tidak larut
dalam air, tapi mempunyai afinitas tinggi terhadap lemak. Karena sifat inilah,
bilirubin tak terkonjugasi tidak akan diekskresikan ke urin. Sifat yang sebaliknya
terdapat pada bilirubin terkonjugasi.
Karena kelarutannya yang tinggi pada lemak, bilirubin tidak terkonjugasi
dapat larut di dalam lapisan lemak dari membran sel. Peningkatan dari bilirubin
tidak terkonjugasi dapat menimbulkan efek yang sangat tidak kita inginkan, berupa
kerusakan jaringan otak. Hal ini terjadi karena otak merupakan jaringan yang
banyak mengandung lemak.
f) Mensintesis garam-garam empedu
Garam-garam empedu digunakan oleh usus kecil untuk mengemulsi dan
menyerap lemak, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.
g) Sebagai tempat penyimpanan
Selain glikogen, hati juga digunakan sebagai tempat menyimpan vitamin (A,
B12, D, E, K) serta mineral (Fe dan Co). Sel-sel hati terdiri dari sebuah protein yang
disebut apoferritin yang bergabung dengan Fe membentuk Ferritin sehingga Fe
dapat disimpan di hati. Fe juga dapat dilepaskan jika kadarnya didarah turun.
h) Sebagai fagosit
Sel-sel Kupffer’s dari hati mampu memakan sel darah merah dan putih yang
rusak serta bakteri.
i) Mengaktifkan vitamin D
Hati dan ginjal dapat berpartisipasi dalam mengaktifkan vitamin D.
j) Menghasilkan kolesterol tubuh
Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari
makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat
empedu. Kolesterol merupakan bagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan
untuk membuat hormon-hormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosteron
dan hormonadrenal).

Proses Pembentukkan Empedu


Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi
dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan
kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat atau
turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-
molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1mm dan absorpsi
dari lemak, tergantung dari sistem pencernaannya. Terutama setelah garam-garam
empedu bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles (agergat dari asam lemak,
kolesterol dan monogliserida), kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih
mudah terserap dalam sistem pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat
kecil sehingga mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari
pankreas yang penting dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol
larut dalam empedu karena adanya garam-garam empedu dan lesitin.
Gambar bagian-bagian kandung empedu
Zat-zat yang dibentuk dalam empedu antara lain adalah:
Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen empedu, merupakan hasil dari
metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian nonprotein dari hemoglobin, akan
mengalami perubahan lagi menjadi biliverdin, lalu bilirubin. Keseluruhan proses
perubahan ini berlangsung di hati. Sekitar 70-80% bilirubin diperoleh dari pemecahan
hem yang berasal dari hemoglobin ini, dan 20-25% berasal dari protein hem lain seperti
mioglobin, sitokrom (yang mengandung hem) dan katalase. Sebagian kecil diperoleh dari
penghancuran sel eritroid muda (akibat eritropoesis yang tidak efektif).
Dalam metabolismenya, struktur bilirubin yang dihasilkan dari perubahan-
perubahan hemoglobin itu bersifat tidak larut dalam air, tetapi sangat larut dalam lemak.
Karena sifat tidak larut dalam air ini, maka di dalam plasma darah, bilirubin harus
diangkut dengan bantuan suatu pembawa (karier), dan karier fisiologis tersebut adalah
albumin serum. Bilirubin dalam bentuk ikatan bilirubin-albumin akan beredar di dalam
sirkulasi darah, untuk kemudian masuk ke dalam sel hati. Pada permukaan sinusoid hati,
bilirubin tidak terkonjugasi akan melepaskan diri dari ikatannya dengan albumin, dan
masuk melalui membran sel hati dengan cara difusi (facilitated diffusion). Di dalam sel
hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler utama dalam sitoplasma,
protein sitosolik Y (misalnya, ligandin atau glutathione S-transferase B) dan protein
sitosolik z (dikenal juga sebagai fatty acid–binding protein [FABP]).
Agar bilirubin dapat diekskresikan ke dalam empedu (untuk kemudian dikeluarkan
ke usus), terlebih dulu ia harus dibuat dapat larut dalam air. Untuk mencapai maksud
tersebut, maka di dalam sel parenkim hati, sebagian besar bilirubin akan dikonjugasikan
dengan asam glukuronat. Dua asam empedu utama (primer) yang dibentuk dalam hati
adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Dalam usus besar, bakteri mengubah asam
kenodoeksikolat dan asam deoksikolat menjadi asam litokolat. Karena asam deoksikolat
dan asam litokolat di bentuk oleh kerja bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat
dinamakan asam empedu sekunder. Konjugasi asam-asam terjadi dalam empedu dan
konjugatnya, misalnya asam glikokolat dan asam taurokolat membentuk garam natrium
dan garam kalium dalam empedu hati yang bersifat alkali.

Proses Sekresi Empedu


Empedu mengandung beberapa komponen diantaranya yaitu garam empedu,
figmen empedu, elektroloit, kolesterol dan lemak. Namun yang akan di bahas terkait
dengan eksekresi getah empedu yaitu garam empedu dan pigmen hati terutama bilirubin.

Garam Empedu
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan
hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu
serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.
Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan
makanan. Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan. Garam empedu merangsang
pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan
dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai Sirkulasi
enterohepatik. Jumlah rata-rata sekresi empedu tergantung oleh berbagai faktor.
Rangsangan dari vagal dapat meningkatkan produksi empedu hingga dua kali lipat lebih
banyak. Hormon sekretin yang merangsang sintesis dari cairan pankreas yang kaya akan
Na-bikarbonat, juga merangsang sekresi empedu. Ketika aliran darah yang melalui hati
meningkat, maka sekresi dari empedu juga akan meningkat. Keberadaan jumlah garam
empedu yang tinggi di darah juga akan meningkatkan sekresi empedu.
Bila makanan masuk ke mulut, resistensi katup Oddi menurun. Asam lemak dalam
duodenum mengeluarkan hormon kolesistokinin (CCK), yang menyebabkan kandung
empedu berkontraksi. Asam hasil pencernaan protein dan Ca2+ juga merangsang sekresi
CCK. Zat-zat yang menyebabkan kontraksi kandung empedu dinamakan kolagogue.
Pembentukan empedu ditambah dengan rangsangan nervus vagus oleh hormon sekretin
meningkatkan kadar air dan HCO3– empedu. Zat-zat yang meningkatkan sekresi
dinamakan koleretik. Garam empedu sendiri merupakan koleretik fisiologis yang penting.
Sebenarnya garam-garam empedu yang direabsorpsi dari usus menghambat sintesis asam-
asam empedu yang baru, tetapi garam-garam empedu sendiri disekresi dengan cepat dan
jelas meningkatkan aliran empedu.
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya
bergabung membentuk duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama bergabung
dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) membentuk saluran
empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada katup oddi, yang
terletak beberapa sentimeter dibawah lambung. Sekitar separuh empedu dikeluarkan
diantara jam-jam makan dan dialirkan melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu.
sisanya langsung mengalir ke dalam saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Jika
kita makan, kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam
usus untuk membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu.
Laju aliran dari empedu terjadi paling lambat pada saat puasa, dan sebagian besar
empedu dialihkan ke kantung empedu (gallbladder) untuk dikonsentratkan. Ketika chyme
dari makanan yang telah dicerna memasuki usus halus, asam lemak dan protein
menstimulir sekresi dari sekretin dan kolesistokinin. Hormon-hormon ini mempunyai
pengaruh yang amat penting pada sekresi eksokrin dari pankreas. Hormon-hormon
tersebut juga penting untuk sekresi dan aliran empedu.
 Kolesistokinin : Nama dari hormon ini menggambarkan efeknya terhadap sistem
empedu. Kolesisto = gallbladder (kandung empedu) dan kinin = pergerakan.
Rangsangan yang paling berpotensi untuk dapat dilepaskannya hormon ini adalah
kehadiran lemak di duodenum. Sekali dilepaskan , kolesistokinin akan
menstimulir kontraksi dari kandung kemih dan saluran empedu yang akan
mengakibatkan empedu dapat disampaikan ke dalam usus.
 Sekretin : Hormon ini disekresikan untuk bertanggung jawab  terhadap asam di
duodenum. Pengaruhnya pada sistem empedu sangat mirip dengan apa yang
terjadi di pankreas. Sekretin menstimulir sel-sel saluran empedu untuk
mensekresikan bikarbonat dan air, yang akan memperbesar volume dari empedu
dan meningkatkan daya alirnya menuju usus halus

Proses Reabsorpsi Cairan Empedu


Proses penyerapan garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling
oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-
12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus
besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur
pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
Sekitar separuh empedu ini dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan
melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu. Sisanya langsung mengalir ke dalam
saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Jika kita makan, kandung empedu akan
berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk membantu pencernaan
lemak dan vitamin-vitamin tertentu.

4. Ginjal
Ginjal atau ren disebut juga buah pinggang karena buahnya seperti biji buah kacang
merah. Ginjal terletak dikanan dan kiri tulang pinggang, yaitu dalam rongga perut pada
dinding tubuh dorsal. Ginjal berjumlah 2 buah, berwarna merah keunguan, dan yang kiri
terletak agak tinggi dari kanan (Guyton, 1996).
Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan lapisan dalam
disebut sumsum ginjal atau medulla. Lapisan paling dalam berupa rongga ginjal disebut
pelvis renalis (Guyton, 1996).
Saluran structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron. Tiap nefron
terdiri atas badan malpighi yang tersusun dari kapsul bowman, glomerulus yang terdapat
dibagian korteks, serta tubulus-tubulus yaitu tubulus kontertus proksimal, tubulus kontertus
distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle yang terdapat dibagian medulla. Lengkung
henle ialah bagian saluran ginjal yang melengkung pada daerah medulla dan berhubungan
dengan tubulus proksimal maupun tubulus didaerah korteks. Pada orang dewasa panjang
seluruh tubulus kurang lebih 7,5 sampai 15 km (Cuningham, 2002).
Ginjal dilindungi oleh lemak, dan selain itu terdapat arteri ginjal yang menyerupai
darah. Ginjal mengendalikan potensial air pada darah yang melewatinya. Substansi yang
menyebabkan ketidak seimbangan potensial air pada darah akan dipisahkan dari darah dan
diekskresikan dalam bentuk urine. Contoh : sisa nitrogen hasil pemecahan asam amino dan
asam nukleat (Cuningham, 2002).

Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.


a. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga
mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses
penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada
glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-
sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil
terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer)
yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada
filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium,
dan garamgaram lainnya.

b. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)


Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu,
99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus
proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus
distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan
ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g
garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat
yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03, dalam
urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino
meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis.
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.

c. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi
di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu
yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali
ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea
dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun
yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos.

Fungsi Ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus
ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah
merah (SDM) di sumsum tulang

5. Rektum dan Anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang
lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani)
menjaga agar anus tetap tertutup.
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis anorektal.
Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian
sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli
dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi
muskulus levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto-
sigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas.
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Letaknya dalam
rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigius. Struktur rektum serupa dengan yang ada pada
kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membran mukosanya memuat lipatan lipatan
membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus
Struktur rektum Bagian sepertiga atas dari rectum, sisi samping dan depannya diselubungi
peritoneum. Di bagian tengah, Hanya sisi depannya yang diselubungi peritoneum. Di bagian
bawah, tidak diselubungi peritoneum sama sekali. Terbagi menjadi dua bagian: sfingter dan
ampula. Memiliki panjang 10-15 cm Ampula pada rectum memiliki bentuk seperti balon atau
buah pir Dikelilingi oleh visceral pelvic fascia. Memiliki empat lapisan: Mukosa, Submukosa,
Muskular, dan Serosa Kolumnalrektal Membantu dalam kontraksi dan dilatasi pada saluran anal
dan otot sfingter rectum. Terdiri atas sel-sel otot bermukosa yang cukup padat, dan mengandung
lebih banyak pembuluh limfa, pembuluh darah, dan jaringan saraf dari pada sel-sel penyusun
dinding rectum di sekitarnya.
Anus adalah bukan pada bagian akhir dari usus besar. Saluran anal merupakan pipa
kosong yang menghubungkan rectum (bagian bawah akhir dari usus besar) dengan anus dan luar
tubuh. Letaknya di abdomen bawah bagaian tengah di dasar pelvis setelah rektum-Anus manusia
terletak di bagian tengah pantat, bagian posterior dari periotoneum. Struktur anus saluran anal
memiliki panjang sekitar 2-4,5 cm. Saluran anal dikelilingi oleh otot yang berbentuk seperti
cincin yang disebut internal anal sphincters dan external anal sphincters Saluran anal dilapisi oleh
membrane mukosa, Bagian atas saluran anal memiliki sel yang menghasilkan mucus yang
membantu memudahkan ekskret keluar tubuh. Bagian bawah saluran anal terdiri dari sel epitel
berbentuk kubus Saluran anal memiliki bagian berbentuk lipatan yang disebut anal colums
(kolumnal anal) Bagian atas kolumnal anal membentuk garis anorectal yang merupakan
perbatasan antara rectum dengan anus, Bagian bawah kolumnal anal memiliki garis dentate yang
menjadi penanda dari daerah dimana terdapat sel-sel saluran anal yang bisa berubah dari sel
penghasil mucus menjadi selepitelkubus, Sel-selepitel anus lebih tebal dari yang di saluran anal
dan memiliki rambut Ada area perianal yang merupakankulit di sekeliling anus sejauh 5 cm.
Dinding otot anus diperkuat oleh 3 sfingter yaitu :
1. Sfingter ani internus (tidak mengikuti keinginan)
2. Sfingter levator ani (tidak mengikuti keinginan)
3. Sfingter ani eksternus (mengikuti keinginan)
Fungsi Rektum dan Anus
Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Fungsi utama anus merupakan feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar BAB). Setelah dicerna di usus halus, makanan kemudian dibawa ke usus
besar yang terdiri dari sekum, kolon, rectum, dan anus. Di usus besar,terjadi penyerapan air
dan sisa-sisa hasil pencernaan yang melewatiusus besar disebut feses. Feses disimpan di
rectum, dan ketika rectum penuh, otot sfingter eksternal dan internal di saluran anal dan anus
akan relaksasi sehingga feses bisa keluar dari tubuh melalui anus.

2.3 Gangguan system ekskresi “liver”


Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002). Sedangakna
menurut Brunner dan Suddarth (2002) hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang
hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis
dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta
seluler yang khas.
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa
awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berarti organ hati, bukan penyakit hati. Namun
banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati,
sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua
penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, tetapi juga karena adanya peradangan pada kantung
empedu. (M. Sholikul Huda).
Sujono Hadi (1999) menuliskan dalam bukunya bahwa hepatitits adalah suatu proses
peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia.. Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik
oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit
peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel-sel hati
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Gangguan pada hati yang umumnya dijumpai di masyarakat saat ini adalah HEPATITIS
atau PENYAKIT KUNING. Disebut demikian karena tubuh penderita menjadi kekuningan,
disebabkan zat warna empedu beredar ke seluruh tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh serangan
virus yang dapat menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan transfusi darah.
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati. Penyebab penyakit hepatitis yang utama
adalah virus. Virus hepatitis yang sudah
ditemukan sudah cukup banyak dan
digolongkan menjadi virus hepatitis A, B, C,
D, E, G, dan TT.
Beberapa jenis hepatitis yang
saat ini harus diwaspadai adalah:
a. Hepatitis A yang
disebabkan oleh Virus
Hepatitis A (VHA)

Gambar 8. Hepatitis A
b. Hepatitis B yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB)
c. Hepatitis C yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC)

Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin hepatitis, menjaga kebersihan


lingkungan, mengihindari kontak langsug dengan penderita, dan tidak menggunakan
jarum suntik untuk pemakaian lebih dari satu kali. Beberapa penderita hepatitis
mengalami perubahan warna kulit dan putih mata menjadi berwarna kuning, urin
penderita juga berwarna kuning bahkan hingga kecokatan seperti teh.

GEJALA
Banyak orang tidak memiliki tanda atau gejala pada tahap awal kanker hati primer. Tetapi
ketika memiliki tanda dan gejala, maka yang mungkin terjadi antara lain:
 Penurunan berat badan
 Hilang nafsu makan
 Sakit pada area perut bagian atas
 Mual dan muntah
 Kelelahan dan lemah
 Pembesaran hati
 Bengkak pada area perut
 Kulit dan bagian putih mata menguning

Penyebab & Faktor Risiko


Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker hati. Tapi pada beberapa kasus, penyebabnya
diketahui. Sebagai contoh, infeksi kronis dengan virus hepatitis tertentu dapat menyebabkan
kanker hati.
Kanker hati terjadi ketika sel DNA hati mengalami mutasi. Mutasi ini membuat sel tetap
tumbuh dan berkembang, sementara sel normal lain memiliki siklus hidup dan mati. Akumulasi
sel kanker mulut ini dapat membentuk tumor yang ganas.
Cara mengatasi kelainan-kelainan pada hati diantaranya adalah dengan:
1. Pemberian vaksinasi
2. Makan makanan yang sehat
3. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang
4. Berolahraga dengan teratur
5. Sterilisasi penggunaan jarum suntik
6. Menghindari pergaulan bebas (berganti-ganti pasangan)

SARAF
2.1 Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai
unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan,
bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi
respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang
puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-sel
saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.

2.2 Fungsi Sistem Saraf


Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3
fungsi utama yaitu :
1. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh alat indera,
yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita
akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasi sesuai
dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan
kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh
terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja
seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh
kita.

2.3 Bagian – Bagian Sel Saraf


Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
2.3.1 Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
b) Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk
menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini
menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke
badan sel neuron yang menjadi asal akson.

Gambar 2.1 Stuktur Neuron

2.3.2 Klasifikasi Neuron


Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron diklasifikasi menjadi :
 Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ
indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).
 Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ke efektor.
 Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat) Neuron ini
menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.

Berdasarkan bentuknya, neuron dapat diklasifikasikan menjadi :


 Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral
yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu
dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-
sel ganglion cerebrospinalis).
 Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis ini banyak
dijumpai pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan dalam telinga dalam.
 Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini
merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel saraf motoris pada
cornu anterior dan lateralis medulla spinalis, sel-sel ganglion otonom).
Gambar 2.2 Klasifikasi Neuron
berdasarkan bentuknya

Gambar 2.3
Klasifikasi
Neuron
berdasarkan
fungsinya

2.3.3 Sel Neuroglia


Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang secara keseluruhan
menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla spinalis, sedangkan
sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar sistem saraf pusat.
Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh
banding satu.
2.3.4 Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan
saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi membran neuronal dengan
hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celah-
selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan saraf pada sumsum saraf
pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang mempunyai selubung
myelin dinamakan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat dinamakan massa putih
(substansia Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin terdapat pada massa kelabu (subtansia
Grisea).
Myelin ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang
serabut yang tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus
lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.
2.4 Neurotransmitter
Merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung
sinaptik pada ujung akson, Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga
direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron melepaskan
satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls. Diketahui terdapat 30 macam
neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin, Dopamin, Serotonin, Asam
Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.

2.5 Synaps
Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau
dengan organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat
lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan neuron
berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic cleft). Neuron yang menghantarkan impuls
saraf menuju sinaps disebut neuron prasinaptik dan neuron yang membawa impuls dari sinaps
disebut neuron postsinaptik.

Gambar 2.5 Sinaps dari Neuron

2.6 Impuls Saraf


Impuls yang diterima oleh reseptor dan
disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor.
Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya
adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati
otak..
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
 Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
 Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.
 Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
 Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
 Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

2.6.1 Potensial Istirahat


Sel saraf yang sedang beristirahat, sepeti sel lain dalam tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membrane sel diantara bagian dalam sel dan cairan
ektraseluler di sekeliling sel. Voltase sel relatif berkisar antara -50 mV sampai -80 mV terhadap
voltase luar. Bergantung pada kondisi neurn dan ektraseluler yang mengelilingi sel.
a. Membran sel dalam keadaan istirahat dianggapan bermuatan listrik atau terpolarisasi.
Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda menit di dalam sel dan di luar
membran.
b. Polarisasi (potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion Natrium dan Kalium yang
tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan permebilitas membrane terhadap ion
ini dan ion lain.
 Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Cl- serta relative impermiabel
terhadap ion Na.
 Membran ini impermiabel terhadap molekul protein intraseluler besar yang bermuatan
negatif.
 Konsentrasi ion K+ didalam membrane sel lebih tinggi daripada diluar membran sel,
konsentrasi ion Na diluar membrane sel lebih tinggi daripada didalam sel.
 Karena tingkat permeabilitas membrane terhadap ion K sekitar 75 kali lebih besar
daripada ion Na, maka difusi ion K keluar dari sel lebih cepat daripada ion Na kedalam
sel.
 Saat ion K bermuatan positif kelur dari sel, ion tersebut meninggalkan molekul protein
bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifuso melalui membran. Hal ini
mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.
c. Difusi dan transport aktif bertanggung jawab untuk pergerakan ion melewati membran
plasma

2.6.2 Potensial Aksi

Gambar 2.6
Siklus
umpan balik
positif
bertanggung
jawab
terhadap
pembukaan
gerbang Na+
tambahan
setelah
depolarisasi
pada tingkat
ambang
Gambar 2.7 Potensial Aksi

a. Jika serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.
b. Ion Natrium bermuatan positif bergerak kedalam sel, mengubah potensial istirahat (polarisasi)
menjadi potensial aksi (depolarisasi) ditunjukkan dengan pergeseran diferensial dari -65mV
ke puncak listrik (potensial puncak) yang hampir mencapai +40 mV. Depolarisasi juga
menyebabkan terbukanya lebih banyak gerbang natrium, yang kemudian akan mempercepat
respons dalam siklus umpan balik positif.
c. Potensial aksi sangat singkat, yang hanya bertahan kurang dari seperseribu detik.
d. Gerbang Natrium kemudian menutup, mengehentikan aliran deras ion Na+, Gerbang Kalium
akan membuka, menyebabkan ion K+ mengalir keluar sel dengan deras.
e. Repolarisasi (polarisasi balik) adalah pemulihan daya potensial untuk kembali pada keadaan
istirahat.
 Pompa natrium-kalium membantu pengembalian gradient konsentrasi ion asal yang
melewati membran sel.
 Pompa yang dijalankan dengan energy ini akan menghancurkan kelebihan ion Na yang
memasuki sel dan mengembalikan ion K yang telah berdifusi keluar sel.
f. Respon all or none.
 Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat ada perubahan sekitar 15 mV
dari keadaan potensial istirahat.
 Begitu ambang depolarisasi tercapai, potensial aksi akan terbentuk. Inilah yang disebut
respons all-or-none. Neuron akan merespons secara keseluruhan atau tidak merespons
sama sekali.
g. Periode refraktori.
 Periode refraktori absolut : waktu selama gerbang ion Na tertutup dan gerbang K masih
terbuka dan serabut saraf sama sekali tidak responsif terhadap kekuatan stimulus lain.
 Periode refraktori relative : masa setelah masa refraktori absolute. Masa ini berlangsung
kurang dari 2 milidetik dan merupakan waktu dimana stimulus dengan kekuatan yang
lebih tinggi memicu potensial aksi yang kedua.

2.6.3 Perambatan Impuls Saraf


1. Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan kecepatan dan
amplitude yang tetap.
2. Arus listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini menyebabkan
gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang depolarisasi menjalar di
sepanjang saraf.
3. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke delam sistem saraf
sisi yang lain.
2.7 Pembagian Sistem Saraf

Gambar 2.8
Pembagian Sistem Saraf

Sistem saraf dibagi dua yakni :


o Saraf Pusat berupa Otak dan Medulla Spinalis.
o Saraf Tepi

2.8 Saraf Pusat Manusia


Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak sistem saraf pusat
adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak.
Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan
sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu membran yang melindungi keduanya.
Membran pelindung tersebut dinamakan meninges. Meninges dari dalam keluar terdiri atas tiga
bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan durameter. Cairan ini berfungsi melindungi otak atau
sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan.
Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat. Lapisan ini
banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara piamater
dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Dengan adanya lapisan ini,
otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan benturan dengan kranium. Kadangkala seseorang
mengalami infeksi pada lapisan meninges, baik pada cairannya ataupun lapisannya yang disebut
meningitis.

Gambar 2.9 Lapisan Otak

CAIRAN CEREBROSPINALIS (CCS)


1. Fungsi
CCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari
air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar
metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa
perlindungan terhadap perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume cairan
cerebrospinal).

2. Komposisi Cairan Cerebrospinalis


3. Sirkulasi CCS
CCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke dalam
ventriculus tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus quartus. Di sana
cairan ini memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan
medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan system ventricular melalui apertura garis
tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki rongga subarachnoid. Dari sini cairan
mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil
direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding
ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari sinus atau vena-
vena) di berbagai daerah – kebanyakan di atas konveksitas superior. Tekanan cairan
cerebrospinal minimum harus ada untuk mempertahankan reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu
sirkulasi cairan cerebrospinal yang terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan
reabsorpsi dalam keadaan yang seimbang.

2.8.1 Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak dewasa
adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar 12
miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus sesuai dengan
area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai
pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin
banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan yang
berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial.
Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi
tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli mempercayai
bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang mempunyai
fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak tengah berfungsi dalam
penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman (Campbell, et al, 2006: 578)
Gambar 2.10 Otak
a) Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
 Otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh bagian otak.
Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan informasi yang Anda
terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua
belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan. Setiap belahan tersebut akan
mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak
kiri dan hemisfer otak kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh
bagian kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni
atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja
aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi. Di antara
bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang
disebut dengan corpus callosum.
Gambar 2.11 Belahan pada Otak Besar
 Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar. Talamus
memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari tangan.
Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu
talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk diterjemahkan dan
ditanggapi.
 Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon. Hipotalamus
juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual.
Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh
obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan kokain. Pada bagian lain
hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis
ini menjaga ritme tubuh harian, seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan
otak besar terdapat bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian
diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti
hipotalamus dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar
yang mudah kita amati dari model torso
Gambar 2.12 Pembagian Fungsi pada Otak Besar

Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi yang masuk.
Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan dengan pengenalan
posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan kegiatan
manusia.

b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata.
Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus
opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak
diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada
bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak
tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.

c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons varoli.
Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan
mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam
menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem
keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga
keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di
bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli.
Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang
belakang yang dinamakan medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur
pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan
batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu,
medula oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.

Gambar 2.13 Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata

Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi,
kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan. Bahkan,
jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak jantung dan
pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang
masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang
berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit
fungsional yang disebut batang otak (brainstem).

2.8.2 Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)


Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf
pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang
keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang
belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang belakang
ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya,
bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah
(kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut medulla
spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang
belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7 pasang
dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari segmen lumbalis, 5
pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen koxigeus

Gambar 2.14 Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)

 Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
 Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk bagian
belakang torax atau dada.
 Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
 Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
 Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)
2.9 Saraf Tepi Manusia
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf
sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf
otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya.
Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf
menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara
kerjanya, yaitu sebagai berikut.
1) Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda makan,
menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini mene-ruskan impuls dari
reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot
kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan
31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal.
Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas
pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut merupakan
saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan saraf
gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis saraf kranial.

2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)


Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak
saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak alat
pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak
dipengaruhi oleh hipotalamus di otak.
 Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk memacu
kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ tubuh. Fungsi
memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar
bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan,
menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
 Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf simpatik.
Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak jantung, memperkecil pupil
mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan
mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan,
makamengakibatkan keadaan yang normal.

Gambar 2.15 Saraf Parasimpatik dan Simpatik

2.10 Kelainan pada Sistem Saraf


a. Stroke
Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunya aliran darah di
otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darah tinggi yangmenyebabkan
pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu, atheroskeosis juga dapat menyebabkan
penyumabatan pembuluh darah di otak. Gejala penyakit ini bervariasi bergantung pada
hebatnya stoke dan daerah otak yang terkena, misalnya pusing-pusing, sulit bicara, tidak
melihat, pingsan, lumpuh sebelah, bahkan kematian
b. Tumor Otak
Penyakit ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan liar dari sel-sel saraf, maupun jaringan
penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebut mengakibatkan berbagai gangguan, mulai
dari pusing-pusing, kesulitan berjalan, kehilangan memori/ingatan, sampai kematian.
c. Ayan (Epilepsi)
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali. Penderita
epilepsy tidak diperkenankan berada di dekat lokasi yang berbahaya, seperti tepian
sungai, sumur, dan telaga.

Anda mungkin juga menyukai