Anda di halaman 1dari 22

CARDION 2020

Materi 11 : Sistem Ekskresi Manusia

Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem tersebut
membuang limbah metabolisme dalam merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh
dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Ekskresi adalah proses
menyaring kemudian membuang keluar tubuh sisa metabolisme, racun, dan kelebihan air atau
kelebihan makanan. Organ ekskresi pada manusia terdiri dari ginjal, sejumlah organ kencing, usus
besar, kulit, dan paru-paru.Ginjal dan organ kencing membuang air kencing.Usus besar membuang
sisa makanan dalam bentuk feses.Kulit membuang air dan garam dalam bentuk keringat.Paru-paru
membuang uap air dan karbon dioksida.
Sistem eskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem tersebut
membuang limbah metabolisme dalam merespon terhadap ketidak seimbangan cairan tubuh
dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem ekskresi sangat beraneka
ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional. Secara umum sistem ekskresi
menghasilkan urin melalui 2 proses utama: filtrasi cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang
dihasilkan dari filtrasi itu. Pertama, selama filtrasi, darah dan cairan tubuh lain, bergantung pada
jenis sistem eskresi, terpapar suatu perkakas penyaringan yang terbuat dari memberan epitelium
transpor yang selektif permeable. Membrane itu menahan protein dan molekul besar lainnya dalam
cairan tubuh; tekanan hidristatik (tekanan darah pada banyak hewan) memaksa air dan zat terlarut
kecil, seperti garam, gula, asam amino, dan limbah bernitrogen, melewati perkakas itu dan masuk
ke dalam sistem eskresi.larutan cair dalam sistem eskresi itu di sebut sebagai filtrate.
Sistem eskresi menghasilkan urin dari filtarat melalui dua mekanisme, dan dan keduanya
melibatkan transport aktif. Transport elektif air dan zat-zat terlarut penting, seperti glukosa, garam,
dan asam amino, dari filtrat dan kembali ke dalam cairan tubuh di sebut sebagai reabsorpsi. Karena
filtasi bersifat nonselektif, sangatlah penting bahwamolekul kecil yang esesnsial bagi tubuh akan
di kembalikan ke cairan tubuh. Dalam sekresi, zat-zat terlarut misalnya (kelebihan garam dan
toksin) di keluarkan dari cairan tubuh hewan dan di tambahkan ke dalam filtrate. Keseluruhan
pengaruh filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi analog dengan pembersihan lemari (cairan tubuh dengan
pertama-tama dengan mengeluarkan barang-barang kecil seperti sepatu, dan penggantung
pakaian yang sudah rusak (filtrasi), dan mengembalikan barang-barang yang bermanfaat (mungkin
sepatu) ke dalam lemari (reansorpsi), penyortiran barang-barang besar seperti pakaian dan
menempatkan pakaian yang sudah tidak disukai lagi ke keranjang sampah (sekresi), dan kemudian
membuang semua barang-barang yang tidak kehendaki itu.

B. Alat Ekskresi
Alat-alat ekskresi pada manusia meliputi organ-organ atau bagian tubuh tertentu, yaitu
paru-paru, hati, ginjal dan kulit.

a. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru sebagai organ untuk bernapas mengeluarkan zat sisa pernapasan berupa
karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Zat-zat ini berasal dari jaringan tubuh yang dibawa oleh
darah dan dikeluarkan oleh paru-paru.

b. Hati (Hepar)
Hati merupakan organ tubuh yang berbentuk dua bongkahan berwarna merah, terletak di
rongga perut sebelah kanan.Hati merombak protein dan zat sisa seperti ureum.Dalam hati terjadi
perombakan sel darah merah (Eritrosit), zat besi (Fe), dan globin (Sejenis protein). Zat besi dan
globin dipergunakan lagi dalam pembentukan sel darah merah baru, sedangkan hemin akan diubah
menjadi zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin) dan kemudian dibuang bersama urin. Empedu
yang dihasilkan hati tersusun atas air, garam mineral, urea, bilirubin disalurkan ke dalam kantung
empedu dan kemudian akan masuk ke dalam usus halus. Cairan empedu yang dimanfaatkan di
usus adalah garam-garam empedu (berwana kuning kehijauan), akan dikeluarkan bersama-sama
feses dan urin.

c. Ginjal (Ren)
Ginjal berbentuk seperti dua kacang.Ginjal kanan berda tepat di bawah hati. Adanya hati
tersebut membuat ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri. Di atas masing-masing ginjal
ada kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenal.Ginjal menyaring dan membersihkan darah.Kotoran
dari darah di buang oleh ginjal. Kotoran itu berupa urea atau air kencing.
Ginjal jumlahnya sepasang, terletak di dalam rongga perut bagian belakang.Kedudukan
ginjal sebelah kiri lebih tinggi sedikit daripada ginjal kanan.Dari ginjal keluar sepasang saluran
yang disebut ureter. Ureter akan menuju ke kandung kemih. Dari kandung kemih, urin disalurkan
keluar melalui saluran yang disebut uretra.Ginjal manusia berbentuk seperti kacang merah.Jika
dibelah secara membujur, ginjal terdiri atas tiga lapisan, yakni korteks (kulit ginjal), medula
(sumsum ginjal), dan pelvis (rongga ginjal).
Ginjal terdiri atas ribuan saringan kecil yang disebut nefron.Suatu nefron terdiri atas kapsula
Bowman, tubulus proksimal, tubulus distal, dan lengkung Henle.Di dalam kapsula Bowman
terdapat glomerulus. Pembentukan urine atau air seni akan melewati bagian-bagian tersebut.
Pembentukan urine terjadi melalui tiga tahap, yakni filtrasi (penyaringan), reabsorpsi
(penyerapan kembali), dan augmentasi (pembuangan).Setiap saat, ginjal senantiasa menyaring
darah sehingga selalu terbentuk urine. Pada glomerulus, darah akan disaring dan dihasilkan air
serta bahan terlarut lainnya (filtrasi). Hasil penyaringan tersebut dialirkan melalui tubulus
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus distal. Pada tempat tersebut, terjadi penyerapan kembali
bahan-bahan yang masih diperlukan tubuh (reabsorpsi).Selain itu, terjadi juga pembuangan bahan-
bahan yang tidak diperlukan tubuh (augmentasi) sehingga terbentuklah urine. Selanjutnya, urine
akan mengalir menuju pelvis, ureter, kandung kemih, uretra, dan dikeluarkan dari tubuh.
Urine dari rongga ginjal, menuju ke kandung kemih melalui ureter.Saat kandung kemih
penuh maka dindingnya menjadi tegang. Hal ini akan merangsang kita untuk membuang urine.
Saat dinding kandung kemih tegang, dinding saluran urin (uretra) berelaksasi.Pengeluaran urin
sesuai kehendak kita, yaitu dengan memerintahkan otot spinkter di ujung uretra untuk berkontraksi
atau berelaksasi. Bila diperintahkan untuk kontraksi maka urin akan tertahan. Sebaliknya, bila
relaksasi urin akan dikeluarkan.
Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar di antaranya
membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal:
1. Mempertahankan keseimbangan air (H20) di tubuh.
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi
keseimbangan H20. Fungsi ini penting untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau
keluar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang
merugikan
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium (Na+), ldorida
(C1), kallum (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), fosfat, sulfat
dan magnesium (Mg2+). Fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES
bahkan dapat berpengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan konsentrasi K+ CES dapat
menyebabkan disfungsi jantung yang dapat mematikan .
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka-panjang
tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal dalam
keseimbangan garam (NaC1) dan H20
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urine.
6. Mengeluarkan (mengekskresikan) produk-produk akhir (sisa) metabolisme tubuh, misalnya
urea (dari protein), asam urat (dari asam nuldeat), kreatinin (dari kreatin otot), bilirubin (dari
hemoglobin), dan hormon metabolit. Jika dibiarkan menumpuk, banyak bahan-bahan sisa
ini bersifat toksik, terutama bagi otak.
7. Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan, pestisida, dan bahan
eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilkan eritropoietin, suatu hormon yang merangsang produksi sel darah merah.
9. Menghasilkan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu suatu reaksi berantai yang
penting dalam konservasi garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

d. Kulit (Integumen)
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh.Kulit mengeluarkan keringat yang mengandung
unsur air dan garam mineral (NaCl). Kulit adalah organ yang melindungan otot dan organ lain.
Kulit melindungi kita dari bibit penyakit yang berasal dari luar tubuh.Kulit menjaga suhu tubuh.
Kulit memungkinkan sintesis (pembentukan) vitamin B dan D. Kulit merupakan indra peraba.
Bersama dengan paru-paru dan ginjal kulit merupakan organ ekskresi (pengeluaran).Sel yang talah
rusak dan keringat di buang ke luar tubuh melalaui pori-pori kulit.Keringat terdiri dari unsur air,
ammonia, urea, garam, garam, dan gula.keringat itu sendiri tidak berbau.Yang membuat keringat
berbau adalah bakteri di kulit dan hormon pubertas yang ada di pangkal lengan.
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh.Kulit
mengeluarkan keringat yang mengandung unsur air dan garam mineral (NaCl). Kulit tersusun dari
bagian-bagian sebagai berikut:
a) Kulit Ari (epidermis)
1. Lapisan tanduk, terdiri atas sel-sel mati yang tidak mengandung pembuluh darah
dan saraf. Bagian ini sering terjadi pengelupasan.
2. Lapisan malphigi, tersusun dari sel-sel yang hidup, mengandung pigmen kulit dan
pro vitamin D.
b) Kulit Jangat (dermis)
1. Pembuluh kapiler, berfungsi memberi makan akar rambut sehingga sel kulit tetap
hidup.
2. Kelenjar keringat (Glandula sudorifera), berfungsi menghasilkan keringat yang
bermuara pada pori-pori.
3. Kelenjar minyak (Glandula subaceae), berfungsi menghasilkan minyak agar kulit
tidak kering dan mengerut.
4. Kantong rambut, berfungsi menegakkan akar rambut waktu dingin dan waktu takut.
5. Kumpulan saraf, meliputi saraf peraba ( hasar dan halus), saraf perasa (panas,
dingin, nyeri).
c) Fungsi kulit secara menyeluruh adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pelindung dari benturan, zat kimia, bakteri, dan sinar matahari.
2. Sebagai indra peraba dan perasa.
3. Penyimpan kelebihan lemak.
4. Tempat mengubah pro vitamin D menjadi vitamin D.
5. Pengatur suhu tubuh.
6. Sebagai alat ekskresi dan sekresi.

STUKTUR SISTEM URINARIA


Struktur sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra. Sistem urinaria
mempunyai 3 fungsi utama yaitu:
a. Ekskresi: mengeluarkan hasil sisa metabolisme organik dari cairan tubuh,
b. Membuang sisa sisa metabolisme tersebut ke luar tubuh dan
c. Pengaturan homeostasis volume dan konsentrasi solut plasma darah.
Selain memindahkan sisa metabolisme yang dihasilkan oleh sel, sistem urinaria mempunyai fungsi
homeostasis lainnya sebagai berikut:
 Mengatur volume dan tekanan darah dengan melalui pengaturan volume air
yang hilang melalui urine, pelepasan eritropoitin dan pelepasan renin.
 Mengatur konsentrasi natrium, kalium, klorida dan ion lainnya dalam plasma melalui
pengaturan jumlah yang hilang melalui urine dan mengatur konsentrasi ion
kalsium melalui sintesis kalsitriol.
 Menstabilkan pH dengan mengontrol hilangnya ion hidrogen dan bikarbonat dalam urine
 Konsenrvasi nutrien yang masih dibutuhkan oleh tubuh dengan mencegah
keluarnya bersama urine ketika diekskresikan bersama sisa metabolisme.
 Membantu hati dalam proses detoksifikasi racun dan selama kelaparan deaminasi asam
amino sehingga dapat dimetabolisme oleh jaringan yang lain.
1.1. Ginjal

Ginjal manusia terdiri dari sepasang, terdapat di dalam rongga abdomen tepatnya pada kedua
sisi kolumna vertebra antara T12 dan L3. Ginjal kiri letaknya agak lebih superior dibandingkan
dengan ginjal kanan. Pada individu dewasa, ginjal berwarna cokelat kemerah-merahan dengan
panjang kira-kira 10 cm, lebar 5.5 cm dan tebal 3 cm. Setiap ginjal bobotnya kira-kira 150 gram.
Lapisan luar ginjal ditutupi oleh kapsula fibrosa yang merupakan lapisan serabut
kolagen. Ginjal terdiri dari korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam. Korteks renalis
merupakan bagian superficial dari ginjal yang berkontak dengan kapsula fibrosa. Korteks
berwarna cokelat kemerah-merahan dan granular sedangkan medula renalis terdiri dari 6 sampai
18 struktur yang berbentuk trianggular yang disebut piramid renalis. Piramid renalis mengadakan
penonlolan- penonjolan ke dalam sinus renalis
Setiap piramid mempunyai serangkaian lekuk runcing yang berkumpul di papila. Papila
dibatasi oleh pita yang disebut kolumna renalis.yang meluas ke medulla. Produksi urine terjadi
di lobus renalis. Duktus pada setiap papila renalis mengalirkan urine ke kaliks minor
yang berbentuk mangkuk. Empat sampai 5 kaliks minor bergabung membentuk kaliks mayor
dan 2 atau 3 kaliks mayor bergabung membentuk pelvis renalis.yang berhubungan dengan ureter
Nefron: Unit fungsional dari ginjal adalah nefron. Pada manusia jumlahnya ada kira-kira 1 juta
setiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari korpus renalis dan tubulus renalis. Setiap korpus renalis
mempunyai diameter 150-250 μm yang terdiri dari kapsul Bouman dan jaringan kapiler
glomerulus yang dilapisi oleh sel-sel epitel skuamosa epithelium kapsular
yang selanjutnya menjadi epiteliun viseral yang menutupi kapiler glomerular. Pada epitelium
viseral tedapat sel-sel besar dengan tonjolan-tonjolan atau kaki yang dikenal dengan podosit.
Tubulus renalis terdiri dari tubulus proksimalis yang merupakan segmen pertama tubulus
renalis, lengkung (Ansa) Henle merupakan saluran yang turun ke arah medulla renalis
membentuk lengkung nefron yang terdiri dari cabang descenden dan ascenden. Cairan di
descenden mengalir ke arah pelvis renalis sedangkan ascenden kearah korteks renalis. Masing-
masing segmen mempunyai segmen tebal dan segmen tipis. Tubulus distalis merupakan segmen
ke tiga dari tubulus renalis dengan diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan
tubulus proksimalis dengan sel-sel epitel yang mempunyai sedikit mikrovili. Tubulus
koleduktus merupakan segmen terakhir dari nefron yang terbuka ke sistem pengumpul. Setiap
nefron mengalirkan isinya ke duktus koleduktus dan beberapa duktus koleduktus bergabung
menjadi duktus papilaris yang kemudian mengosongkan isinya ke kaliks minor.
1.2. Ureter
Ureter merupakan saluran muskular, dimulai dari ginjal sampai ke vesika urinaria yang jaraknya
kira-kira 30 cm. Letak ureter retroperitoneal dan agak berdempetan dengan dinding posterior
abdomen.
1.3. Vesika urenaria
Merupakan organ muskular yang berbentuk cekung yang berfungsi sebagai penampung dan
menyimpan urine untuk sementara waktu. Dinding vesika urinaria terdiri dari lapisan mukosa,
sub mukosa dan muskularis. Lapisan mukosa yang melapisi vesika urinaria biasanya mengadakan
lipatan-lipatan atau rugae yang akan menghilang apabila vesika terisi dengan urine. Daerah
triangular yang mengelilingi bukaan ureter dan menuju ke uretra disebut dengan trigon vesika
urinaria. Uretra keluar dari bagian apeks trigon di bagian bawah vesika urinaria.
Daerah sekeliling vesika urinaria dimana masuk ke uretra dikenal sebagai leher vesika urinaria
yang merupakan otot spinkter uretral internal atau spinkter vesika. Otot-polos pada spinkter
menyediakan kontrol involuntari untuk pengosongan vesika urinaria. Vesika urinaria di persarafi
pleksus hipogastrik dan serabut parasimpatis dari ganglion intramural yang dikontrol oleh
percabangan saraf pelvis.
1.4. Uretra
Merupakan saluran yang berasal dari leher vesika urinaria yang membawa urine ke luar dari
tubuh. Panjang dan fungsi uretra pada pria dan wanita berbeda. Pada pria uretra dimulai dari
leher vesika urinaria sampai ujung penis yang jaraknya kira-kira 18-20 cm. Pada wanita sangat
pendek hanya kira-kira 3-5 cm dimana lubang uretra eksternal berada dekat dinding anterior
vagina. Pada pria dan wanita, dimana uretra melintasi diapragma urogenetal terdapat pita sirkular
dari otot skelet membentuk spinkter uretral eksterior yang bekerja sebagai katub. Spinker
ini bekerja di bawah control voluntari melalui persarafan cabang perineal dari saraf pudental.
2. Suplai Darah dan Persarafan pada Ginjal
Ginjal menerima darah 20-25% dari keseluruhan keluaran jantung (cardiac
output). Dalam keadaan normal, pada individu yang sehat, kira-kira 1200 ml darah yang
mengalir ke ginjal setiap menit. Sebuah jumlah yang sangat besar bila dikaitkan dengan
bobot organ yang hanya berkisar 300 gram. Setiap ginjal menerima suplai darah melalui arteri
renalis. Ketika memasuki sinus renalis, arteri renalis menyediakan darah untuk arteri segmental
yang selanjutnya bercabang membentuk serangkaian arteri interlobaris. Arteri
interlobularis memberikan suplai darah ke arteri arkuata yang melengkung sepanjang perbatasan
antara korteks dan medula ginjal. Setiap arteri arkuata bercabang menjadi arteri radiata kortikal
yang juga dikenal dengan arteri interlobularis yang kemudian bercabang cabang membentuk
sejumlah arteriol afferent yang membawa darah ke kapiler darah yang memberikan suplai darah
pada setiap nefron. Dari kapiler kapiler nefron, darah memasuki jaringan venula dan vena-vena
kecil yang bergabung menjadi vena rariata kortikal yang dikenal juga dengan vena interlobular
yang mengalirkan darah secara langsung ke vena renalis.
Ginjal dan ureter dipersarafi oleh saraf renalis. Kebanyakan serabut-serabut saraf yang terlibat
adalah saraf simpatis yang berasal pleksus siliaka dan saraf splanknik inferior. Persarafan simpatis
yang mengatur laju pembentukkan urine dengan merubah aliran dan tekanan darah pada nefron
dan merangsang pelepasan renin yang pada akhirnya membatasi kehilangan air dan garam-
garam pada urine melalui perangsangan reabsorbsi di nefron.
Dari uraian mengenai struktur dan fungsi sistem urinaria pada manusia maka dapatlah
disimpulkan sebagai berikut:
Struktur sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra. Sistem urinaria
mempunyai 3 fungsi utama yaitu: ekskresi, membuang sisa-sisa metabolisme dan pengaturan
homeostasis. Ginjal manusia terdiri dari sepasang, berwarna cokelat kemerah-merahan.
Ginjal terdiri dari korteks di bagian luar dan medulla di bagian. medula renalis terdiri dari 6
sampai 18 struktur yang berbentuk trianggular yang disebut piramid renalis. Setiap piramid
mempunyai serangkaian lekuk runcing yang berkumpul di papila. Papila dibatasi oleh pita yang
disebut kolumna renalis.yang meluas ke medulla. Produksi urine terjadi di lobus renalis.
Unit fungsional dari ginjal adalah nefron yang pada manusia jumlahnya ada kira-kira 1 juta
setiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari korpus renalis yang terdiri dari glomerulus dan kapsula
Bouman dan tubulus renalis yang terdiri dari tubulus kontortus proksimalis, lengkung Henle dan
tubulus kontortus distalis .
Empat sampai 5 kaliks minor bergabung membentuk kaliks mayor dan 2 atau 3 kaliks
mayor bergabung membentuk pelvis renalis yang berhubungan dengan ureter, visika urinaria dan
uretra. Pada pria ureter lebih panjang dibandingkan dengan wanita. Ginjal mendapatkan suplai
darah dari arteri renalis dan dipersarafi oleh saraf saraf simpatis yang berasal pleksus siliaca dan
saraf splanknik inferior.
1. Mekanisme Pembentukkan Urine
Dalam melakulan fungsinya, ginjal melakukan 3 proses yang berbeda yaitu:

Filtrasi : Proses filtrasi terjadi di


korpus renalis. Tekanan darah
yang kuat memaksa air dan solut
melintasi dinding kapiler
glomerulus dan masuk ke ruang
kapsular. Molekul solut yang
cukup kecil melintasi
membran filtrasi. sehingga akan
terbentuk filtrat glomerulus. Laju
filtrasi glomerular (Glomerular
filtation rata = GFR) merupakan
jumlah filtrat yang dihasilkan oleh
ginjal setiap menit. Setiap ginjal
memiliki kira-kira 6 m2
permukaan filtrasi dan rata-
rata GFR adalah 125 mL/menit.
Jadi ada kira-kira 10% cairan yang
dibawa ke ginjal oleh arteri renalis
meninggalkan aliran darah dan
masuk ke ruang
kapsular. Tekanan darah
kapiler glomerulus adalah gaya utama yang menginduksi filtrasi glomerulus. Untuk
melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yangmendorong sebagian plasma di
glomerulus menembus lubanglubang di membran glomerulus. Tidak terdapat pengeluaran energi
lokal yang berperan dalam memindahkan cairan dari plasma menembus membran glomerulus
menuju kapsula Bowman. Filtrasi glomerulus dilakukan oleh gaya-gaya fisik pasif yang serupa
dengan yang bekerja di kapiler di tempat lain. Karena glomerulus adalah suatu kuntum kapiler,
prinsip-prinsip dinamika cairan yang sama yang menyebabkan ultrafiltrasi di kapiler lain berlaku
di sini, kecuali untuk dua perbedaan penting: (1) Kapiler glomerulus jauh lebih permeabel daripada
kapiler di tempat lain, sehingga lebih banyak cairan difiltrasi untuk tekanan filtrasi yang sama, dan
(2) keseimbangan gaya-gaya menembus membran glomerulus adalah sedemikian sehingga filtrasi
terjadi di keseluruhan panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan gaya-gaya di kapiler lain
bergeser sehingga filtrasi terjadi di bagian awal pembuluh tetapi di ujung pembuluh terjadi
reabsorpsi. Tiga gaya fisik terlibat dalam filtrasi glomerulus: tekanan darah kapiler glomerulus,
tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman.

1. Tekanan darah kapiler


glomerulus adalah tekanan cairan
(hidrostatik) yang ditimbulkan
oleh darah di dalam kapiler
glomerulus. Tekanan ini pada
akhirnya bergantung pada
kontraksi jantung (sumber energi
yang menghasilkan filtrasi
glomerulus) dan resistensi
terhadap aliran darah yang ditim-
bulkan oleh arteriol aferen dan
eferen. Tekanan darah kapiler
glomerulus, dengan nilai rerata
diperkirakan 55 mm Hg, lebih
tinggi daripada tekanan darah
kapiler di tempat lain. Penyebab
lebih tingginya tekanan di kapiler
glomerulus adalah diameter
arteriol aferen yang lebih besar
dibandingkan dengan arteriol
eferen. Karena darah dapat lebih cepat masuk ke glomerulus melalui arteriol aferen yang
lebar daripada keluar melalui arteriol eferen yang lebih sempit, tekanan darah kapiler
glomerulus tetap tinggi akibat terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu, karena
tingginya resistensi yang dihasilkan oleh arteriol eferen, tekanan darah tidak memiliki
kecenderungan yang sama untuk turun di sepanjang kapiler glomerulus seperti di kapiler
lain. Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan tidak menurun ini cenderung mendorong
cairan keluar glomerulus menuju kapsula Bowman di seluruh panjang kapiler glomerulus,
dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus. Sementara tekanan darah
kapiler glomerulus mendorong filtrasi, dua gaya lain yang bekerja menembus membran
glomerulus (tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman)
melawan filtrasi.
2. Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-protein
plasma di kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein plasma
terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula Bowman. Karena itu, konsentrasi H20
lebih tinggi di kapsula Bowman daripada di kapiler glomerulus. H20 yang difiltrasi keluar
darah glomerulus jauh lebih banyak sehingga konsentrasi protein plasma lebih tinggi
daripada di tempat lain.Kecenderungan H20 untuk berpindah melalui osmosis menuruni
gradien konsentrasinya sendiri dari kapsula Bowman ke dalam glomerulus melawan filtrasi
glomerulus. Gaya osmotik yang melawan ini memiliki rerata 30 mm Hg, yang sedikit lebih
tinggi daripada di kapiler lain. Tekanan ini lebih tinggi karena
3. Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal
tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mm Hg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong cairan
keluar kapsula Bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula Bowman.
 Reabsorbsi: Merupakan proses dimana terjadi pemindahan air dan solut dari filtrat
glomerulus. Pergerakannya melintasi epithelium tubulus masuk ke dalam cairan
peritubular. Reabsorbsi terjadi setelah filtrat glomerulus meninggalkan korpus renalis dan
pada umumnya yang diabsorbsi adalah material-material yang masih digunakan oleh
tubuh. Reabsorbsi air dan solut terjadi terutama di sepanjang tubulus proksimalis tetapi
juga di sepanjang tubulus renalis dan dalam sistm tubulus pengumpul.
 Sekresi: Merupakan proses transport solut dari cairan peritubular melintasi epithelium
tubular ke cairan tubular. Sekresi sangat penting karena tidak semua material dalam
plasma dikeluarkan melalui filtrasi. Sekresi sering merupakan cara utama untuk
menekskresikan beberapa komponen termasuk obat-obatan. Sekresi terjadi terutama di
tubulus proksimalis dan distalis.

Proses reabsorbsi dan sekresi di ginjal meliputi kombinasi antara difusi, osmosis, difusi yang
diperantarai saluran (channel-mediated fiffusion) dan transport yang diperantarai pembawa
(carrier-mediated transport)
Tujuan produksi urine adalah mempertahankan homeostasis dengan mengatur volume dan
komposisi darah. Proses ini meliputi ekskresi solut khususnya sisa-sisa metabolisme . Ada 3 sisa
metabolik yang penting yaitu :
 Urea : merupakan hasil buangan yang paling banyak. Ada kira-kira 21 gr/hari yang
merupakan pemecahan dari asam amino
 Kreatinin: merupakan hasil buangan pemecahan kreatin fosfat dalam otot skelet yang
merupakan komponen energi tinggi penting dalam kontraksi otot. Tubuh kita
menghasilkan kreatinin 1,8 gr/hari dan semuanya diekskresikan melalalui urine.
 Asam urat: Merupakan hasil buangan metabolisme basa nitrogen dari molekul
RNA. Tubuh kita menghasilkan hampir 480 mg asam urat setiap hari.
Lebih dari 99% dari 180 L filtrat yang dihasilkan setiap hari oleh glomeruli direabsorbsi dan tidak
pernah mencapai pelvis renalis. Adapun komposisi normal urine seperti yang terlihat pada Table
1.

Tabel 1. Karakteristik umum urine normal


Karakteristik Kisaran Normal
pH 4.5-8 (rata-rata: 6.0)
gravitas spesifik 1.003-1.030
konsentrasi osmotic 855-1335 mOsm/L
kandungan air 93-97%
volume 700-2000 mL/hari
warna Kuning jernih
bau Bervariasi sesuai komposisi
kandungan bakteri 0 (steril)

2. Laju Filtrasi Glomerular (Glomerular Filtration Rate=GFR)


Laju filtrasi glomerular (LFG) merupakan jumlah filtrat yang dihasilkan oleh ginjal setiap
menit. Setiap ginjal memiliki kira-kira 6 m2 permukaan filtrasi dan rata-rata LFG 125 mL per
menit. Hal ini menunjukkan bahwa kira-kira 10% cairan yang dibawa ke ginjal oleh arteri renalis
meninggalkan aliran darah dan memasuki ruang kapsular. LFG tergantung pada tekanan filtrat
yang melintasi kapiler glumerulus. Ginjal sangat sensitif terhadap perubahan tekanan
darah. Apabila tekan darah dalam glomerulus turun sampai 20% (dari 50 menjadi 40 mmHg)
filtrasi ginjal akan terhenti, oleh karena tekanan filtrasi menjadi 0 mm Hg. Pendarahan, syok dan
dehidrasi menyebabkan bahaya penurunan LFG sehingga mengakibatkan kegagalan ginjal.
Filtrasi glomerular merupakan langkah awal yang sangat esensial bagi semua fungsi
ginjal. Apabila filtrasi tidak terjadi maka produk buangan tidak dapat diekskresikan, pengaturan
pH terancam bahaya dan mekanisme penting untuk mengatur volume darah hilang. Filtrasi sangat
tergantung pada kecukupan aliran darah ke glomerulus dan mempertahankan tekanan filtrasi
dalam keadaan normal. Terdapat 3 mekanisme yang berinteraksi dalam pengaturan untuk
menstabilkan LFG yaitu : 1) otoregulasi, pada tingkat lokal, 2) pengaturan hormonal dan
3) pengaturan otonom

2.1. Otoregulasi Laju Filtrasi Glomerular


Otoregulasi mempertahankan kecukupan LFG meskipun terdapat perubahan tekanan darah
lokal dan aliran darah. Mempertahankan LFG melalui perubahan diameter arteriol afferent dan
kapiler glomerular
2.2. Pengaturan hormonal pada LFG
Laju filtrasi glomerular dikontrol oleh hormon-hormon sistem renin angiotensin (Gambar 5)
dan peptida natriumuretik. Pelepasan renin dipicu oleh : 1) penurunan tekanan darah pada
glomerulus akibat penurunan volume darah, 2) perangsangan juxtaglomerular oleh persarafan
simpatis, atau 3) penurunan konsentrasi osmotik cairan tubular pada makula densa. Pada saat
dilepaskan ke aliran darah kompleks juxtaglomerular, renin merubah protein inaktif
angiotensinogen menjadi angiotensin I yang juga inaktif. Angiotensin kemudian dirubah menjadi
angiotensin II oleh enzim-perubah angiotensin terutama di kapiler paru-paru. Angitensin II
merupakan hormon aktif yang berfungsi sebagai berikut :
 Di nephron, angiotensin II menyebabkan konstriksi arteriol afferent, selanjutnya
meningkatkan tekanan glomerular dan laju filtrasi. Angiotensin II juga secara langsung
merangsang reabsorbsi ion Na dan air di tubulus kontortus proksimalis.
 Di korteks adrenal, angiotensin II merangsang sekresi aldosteron. Aldosteron berfungsi
meningkatkan reabsorbsi Na+ di tubulus kontortus distalis dan bagian korteks sistem
pengumpul
 Di SSP, aniotensin II menyebabkan : 1) sensasi haus, 2) memicu pelepasan ADH yang
merangsang reabsorbsi air di bagian tubulus kontortus distalis dan sistem pengumpul dan
3) meningkatkan tonus, mobilisasi cadangan venous, meningkatkan keluaran jantung dan
merangsang vasokonstriksi peripheral.
 Pada jaringan kapiler peripheral, angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi singkat
namun kuat pada spinkter prekapiler, meningkatkan tekanan arterial seluruh bagian tubuh.
Penggabungan pengaruh tersebut meningkatkan volume darah sistemik dan tekanan darah
sehingga mengembalikan laju filtrasi glomerular dalam keadaan normal.

2.3. Pengaturan otonom


Kebanyakan persarafan otonom di ginjal terdiri dari serabut-serabut postganglion
simpatis. Aktivasi simpatis merupakan efek langsung terhadap LFG yaitu menghasilkan
vasokonstriksi yang sangat kuat pada arteriol afferent, menurunkan LFG dan memperlambat
produksi filtrat. Jadi, aktivasi simpatis dipicu penurunan yang akut tekanan darah atau serangan
jantung sehingga mengesampingkan mekanisme regulasi lokal yang bekerja untuk menstabilkan
LFG. Seiring dengan berlalunya krisis, tonus simpatis menurun, laju filtrasi perlahan-lahan
kembali ke keadaan normal.
3. Mekanisme Refleks Mikturasi dan Urinesasi
Urine mencapai vesika urinaria akibat kontraksi peristaltik ureter. Proses urinisasi diatur oleh
refleks mikturasi. Reseptor perenggangan pada dinding vesika urinaria terangsang seiring
dengan pengisian vesika urinaria. Serabut-serabut saraf dari saraf pelvis membawa impuls ke
batang spinalis di bagian sakral dimana dengan adanya peningkatan aktivitas dalam serabut saraf
maka: 1) menfasilitasi motor neuron parasimpatis di batang spinal sakral dan 2) merangsang
interneuron yang menyampaikan sensasi ke thalamus dan melalui tonjolan-serabut ke korteks
serebrum. Akibatnya, kita menjadi sadar akan tekanan cairan dalam vesika urinaria. Dorongan
untuk kencing pada umumnya muncul ketika vesika urinaria terisi kira-kira 200 ml urine.
4. Pengaturan volume urine dan konsentrasi osmotik
Kandungan air tubuh, biasanya diatur dengan sangat tepat. Oleh karena itu maka kehilangan
air terus menerus harus diseimbangkan oleh masukan dan produksi air yang sesuai. Rata-rata
masukan air adalah 2.5 L/hari yang terdiri dari minum kira-kira 1.3 L/hari, makanan kira-ira 0.9
L/hari dan air oksidasi yang berasal dari makanan. Sementara kehilangan air terdiri dari : melalui
urine kira-kira 1.5 L/hari, melalui udara ekspirasi dan kulit dan yang terkandung dalam
feses. Rata-rata penggantian air pada orang dewasa kira-kira 1/30 dari berat badan, sedangkan
pada bayi jauh lebih tinggi yaitu 1/10. Hal inilah yang menyebabkan bayi lebih sensitif terhadap
gangguan keseimbangan air. Kekurangan air mengakibatkan sensasi haus yang dikendalikan oleh
pusat haus di hipotalamus akibat peningkatan osmolalitas cairan tubuh dan oleh peningkatan
konsentrasi angiotensin II dalam cairan ekstraseluler.
Volume urine dan konsentrasi osmotik diatur melalui pengaturan reabsorbsi air (Gambar
6). Air direabsorbsi melalui osmosis di tubulus kontortus proksimalis dan lengkung nefron
desendens. Permiabilitas air di daerah ini tidak dapat diatur dan reabsorbsi apabila konsentrasi
osmotik cairan peritubular melebihi cairan tubular. Bagian asendens lengkung nefron tidak
permiabel terhadap air namun, 1-2% volume air dalam filtrat diperoleh selama reabsorbsi ion Na
pada tubulus kontortus distalis dan sistem pengumpul. Volume air yang hilang dalam urine
tegantung pada seberapa banyak air yang tertinggal di cairan tubular. (15% dari volume filtrat atau
kira-kira 27 L/hari direabsorbsi sepanjang tubulus kontortus distalis dan sinstem
pengumpul. Jumlah ini dapat dikontrol dengan tepat oleh proses yang disebut dengan facultative
water reabsorption. Kontrol yang tepat ini memungkinkan oleh karena segmen ini relatif
impermiabel terhadap air kecuali kehadiran ADH. Hormon ini mempenaruhi tubulus agar
permiabel terhadap air.
Kelebihan air menyebabkan penurunan osmolalitas cairan ekstraseluler. Sinyal ini
menghambat pelepasan ADH sehingga ekskresi urine menjadi hipoosmotik dan dalam waktu
sekitar 1 jam kelebihan air telah dikeluarkan. Bila masukan air terlalu cepat kemungkinan akan
terjadi intoksikasi air (mual, muntah, syok). Hal ini terjadi akibat osmolalitas plasma menurun
secara drastis sebelum penghambatan pelepasan ADH menjadi efektif.
Bila pada kandungan air normal, bila terlalu banyak NaCl hilang atau terlalu sedikit masukan
melalui makanan maka terjadi penurunan osmolalitas darah sehingga menyebabkan penurunan
sementara pelepasan ADH. Penurunan ADH menyebabkan peningkatan ekskresi air. Akibatnya,
cairan ekstraseluler dan volume plasma turun dan juga tekanan darah turun. Hal ini menyebabkan
pelepasan angiotensin II sehingga menyebabkan haus dan juga merangsang pelepasan
aldosteron. Aldosteron meningkatkan reabsorbsi Na+ dengan menghambat ekskresi Na+ (retensi
Na+ ) dengan efek sekunder juga retensi air.
Kelebihan garam, meningkatkan osmolalitas plasma dan akibatnya juga meningkatkan sekresi
ADH. Volume cairan ekstraseluler meningkat demikian juga dengan volume plasma. Mekanisme
ini merupakan kebalikan dari kekurangan garam.
5. Diuresis
Diuresis adalah peningkatan ekskresi urine (> 1ml/menit). Beberapa jenis diursis adalah sebagai
berikut :
 Diuresis air : Terlalu banyak meminum air menyebabkan pengenceran plasma dan
menurunkan sekresi ADH. Akibatnya, urine hipoosmolal diekskresikan atau terdapat
ekskresi air bebas. Kejadian yang sama bila terjadi kegagalan sekresi ADH seperti pada
diabetes insisipidus. Air bebas adalah jumlah air yang dikeluarkan melalui urine untuk
mempertahankan osmolalitas plasma.
 Diurisis Osmotik : Bila zat terlarut yang tidak dapat diserap, diekskresikan harus disertai
dengan jumlah air yang sesuai.
 Diuresis tekanan : Bila tekanan darah meningkat, otoregulasi mencegah peningkatan
aliran plasma ginjal dalam korteks sementara pada bagian medulla otoregulasi kurang
efektif. Aliran darah medulla meningkat dn menurunkan konsentrasi di medulla. Hal ini
menyebabkan penurunan gradian osmolaritas urine maksimum dan menyebabkan diuresis
Dari uraian mengenai mekanisme pembentukkan urine maka dapatlah disimpulkan sebagai
berikut:
Dalam melakulan fungsinya, ginjal mempunyai melakukan 3 proses yaitu proses filtrasi yang
berlangsung di glomerulus sehingga menghasilkan filtrat glomerulus, kemudian proses reabsorbsi
dimana material yang masih dibutuhkan oleh tubuh diserap kembali, dan sekresi material yang
berasal dari jaringan peritubulus ke dalam tubulus sehingga akhirnya menghasilkan urine untuk
diekskresikan. Adapun tujuan produksi urine adalah mempertahankan homeostasis dengan
mengatur volume dan komposisi darah. Urine mencapai vesika urinaria akibat kontraksi
peristaltik ureter. Proses urineasi diatur oleh refleks mikturasi dengan adanya reseptor
perenggangan pada dinding vesika urinaria terangsang seiring dengan pengisian vesika
urinaria.
Laju filtrasi glomerular (LFG) merupakan jumlah filtrat yang dihasilkan oleh ginjal setiap
menit. LFG dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) otoregulasi, pada tingkat lokal, 2) pengaturan
hormonal dan 3) pengaturan otonom.
Kandungan air tubuh diatur dengan sangat tepat. Oleh karena itu maka kehilangan air harus
diimbangi oleh masukan dan produksi air yang sesuai. Kelebihan air menyebabkan penurunan
osmolalitas cairan ekstraseluler. Terlalu banyak NaCl hilang atau terlalu sedikit masukan melalui
makanan maka terjadi penurunan osmolalitas darah sehingga menyebabkan penurunan sementara
pelepasan ADH. Penurunan ADH menyebabkan peningkatan ekskresi air. Akibatnya, cairan
ekstraseluler dan volume plasma turun dan juga tekanan darah turun. Hal ini menyebabkan
pelepasan angiotensin II sehingga menyebabkan haus dan pelepasan aldosteron. Diuresis adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan ekskresi urine (> 1ml/menit). Salah satu penyebabnya
adalah kurangnya sekresi ADH.

Anda mungkin juga menyukai