Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap hari tubuh organisme menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh.
Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam
tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi.

Alat eksresi pada masing-masing mahluk hidup berbeda-beda. Tubuh hewan 60 sampai 95
persen tubuhnya terdiri dari air yang tersebar dalam cairan intrasel dan ekstrasel dan sewaktu-
waktu konsentrasi cairannya tersebut bisa berubah, maka keseimbangan harus dipertahankan
oleh hewan melalui mekanisme yang disebut dengan OSMOREGULASI (proses untuk menjaga
keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan).

Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan
mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat
yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

Sebagai makhluk hidup kita masih hidup sampai saat ini karena setiap saat kita selalu
bernafas menghirup udara. Makhluk hidup, di dunia ini, baik itu hewan maupun manusia akan
mati (wafat) jika sudah tidak dapat bernafas lagi. Sebenarnya bagaimana sistem pernafasan yang
terdapat dalam tubuh kita ? maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih banyak tentang sistem
pernapasan pada mammalia khususnya manusia.
Sistem pernapasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan susunan saluran yang
menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, tekak, pangkal tenggorok,
tenggorok, cabang tenggorok.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sistem ekskresi dan osmoregulasi ?
2. Apa itu sistem respirasi
3. Apa itu sitem peredaran darah ?
4. Apa itu termoregulasi?
1.3 Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui Apa itu sistem ekskresi dan osmoregulasi
1. Agar kita dapat mengetahui Apa itu system respirasi
2. Agar kita dapat mengetahui Apa itu sitem peredaran darah
3. Agar kita dapat mengetahui Apa itu termoregulasi
BAB II

PEMBAHASAN

1. SISTEM EKSRESI DAN OSMOREGULASI

A. Sistem ekresi
1. Pengertian Sistem Ekresi
Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak
digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil
metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat
ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan mahluk
hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.

2. Istilah dalam Sistem ekskresi


a. Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang
dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan
meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
b. Ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
c. Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan.
Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
d. Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil
(saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
3. Fungsi Sistem Ekskresi
a. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh
b. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
c. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi)
d. Homeostasis
4. Hasil sistem ekskresi
1. Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu.
2. Zat padat yaitu berupa feces.
3. Gas berupa CO2.
4. Uap air berupa H2O.

B. Sistem ekresi pada Manusia


1. Ginjal
Di dalam tubuh ada sepasang ginjal, terletak disebelah kiri dan kanan ruas tulang
pinggang di dalam rongga perut. Letak ginjal kiri lebih tinggi daripada ginjal kanan, karena di
atas ginjal kanan terdapat hati yang banyak mengambil ruang. Ginjal berfungsi menyaring darah.
Ginjal terdiri atas tiga bagian yaitu:
a. Kulit Ginjal (korteks)
b. Sumsum ginjal (medula)
c. Rongga ginjal (pelris)
Pada bagian kulit ginjal terdapat alat penyaring darah yang disebut nefron. Setiap nefron
tersusun dari badan Malpighi dan saluran panjang (tubula) yang bergelung. Badan Malpighi
tersusun dari glomerolus dan simpai Bowman. Glomerulus berupa anyaman pembuluh kapiler
darah, sedangkan simpai Bowman berupa cawan berdinding tebal yang mengelilingi glomerulus.
Sumsum ginjal merupakan tempat berkumpulnya pembuluh-pembuluh halus dari simpai
Bowman. Pembuluh-pembuluh halus tersebut mengalirkan urine ke saluran yang lebih besar dan
bermuara di rongga ginjal. Selanjutnya urine dialirkan melalui saluran ginjal (ureter) dan
ditampung di dalam kantong kemih. Jika kantong kemih banyak mengandung urine, dinding
kantong tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kantong meregang. Akibatnya timbul
rasa buang air kecil. Selanjutnya urine dikeluarkan melalui saluran kemih (uretra).
Ginjal bekerja dengan cara darah yang banyak mengandung sisa metabolisme masuk ke
ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Cairan yang keluar dari pembuluh darah masuk ke nefron.
Air, gula, asam amino dan urea terpisah dari darah kemudian menuju simpai Bowman. Proses ini
disebut filtrasi. Dari sekitar 180 liter air yang disaring oleh simpai Bowman setipa hari, hanyau
liter yang diekskresikan sebagai urine. Sebagian besar air diserap kembali di dalam pembuluh
halus. Cairan dari simpai Bowman menuju ke saluran pengumpul. Dalam perjalanan tersebut
terjadi penyerapan kembali glukosa dan bahan-bahan lain oleh aliran darah. Peristiwa ini disebut
reabsorpsi. Bahan-bahan seperti urea dan garam tidak direabsorpsi bergabung dengan air menjadi
urine.
Dalam keadaan normal, urine mengandung: air, urea dan ammonia yang merupakan sisia
perombakan protein. Garam mineral, terutama garam dapur. Zat warna empedu yang memberi
warna kuning pada urine. Zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin, obat-obatan pada
hormone. Jika dalam urine terdapat protein, hal itu menunjukkan adanya kerusakan di dalam
ginjal.
2. Kulit

Melalui kulit dikeluarkan zat sisa berupa keringat. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan kulit ari (epidermis)
Kulit ari tersusun dari dua lapisan yaitu lapisan tanduk dan lapisan malpighi. Lapisan
tanduk adalah bagian kulit yang paling luar terdiri atas sel-sel mati dan dapat
mengelupas. Lapisan Malpighi terletak di bawah lapisan tanduk dan terdiri atas sel-sel hidup.
Pada lapisan Malpighi terdapat pigmen yang memberi warna pada kulit dan melindungi kulit dari
sinar matahari. Bila lapisan Malpighi tidak mengandung pigmen, orang tersebut
dinamakan albino.
b. Lapisan kulit jangat
Kulit jangat berisi pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar minyak, kantong rambut, ujung
saraf perasa panas, dingin, nyeri, dan sentuhan. Akar rambut dan batang rambut berada dalam
kantong rambut. Dekat akar rambut terdapat otot polos yang berfungsi menegakkan rambut pada
saat merasa dingin atau merasa takut.
c. Jaringan ikat bawah kulit
Jaringan ikat bawah kulit banyak mengandung lemak yang berguna sebagai cadangan
makanan, menahan panas tubuh, dan melindungi tubuh bagian dalam terhadap benturan dari luar.
3. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga perut sebelah kanan atas,
berwarna kecoklatan. Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan
pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica).
Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula
glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah yan gtelah tua disebut histiosit.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di
dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bacteri
serta obat-obatan. Zatr warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak
akan ditangkap histiosit selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas.

4. Paru-paru

Pada proses pernafasan dihasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan uap air yang akan
keluar melalui lubang hidung, zat sisa itu harus dikeluarkan karena dapat mengganggu fungsi
tubuh. Penguraian karbohidrat (glukosa) dan lemak kecuali menghasilkan energi akan
menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan lewat paru-paru
Manusia memiliki sepasang paru-paru yang terletak di rongga dada. Paru-paru berfungsi
sebagai organ pernafasan yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 + uap air. Uap air
dan CO2 berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan melalui lubang hidung.
C. SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN

1. SISTEM EKSKRESI PADA PISCES

Ikan merupakan vertebrata yang hidup di air sehingga zat sisa metabolismenya berupa
cairan. Alat pengeluaran pada ikan adalah sepasang ginjal yang berbentuk memanjang dan
berwarna coklat. Pada ikan bertulang sejati (misal: ikan mas), saluran ginjal dan saluran kelamin
bermuara di satu tempat yang disebut lubang urogenital yang terletak di belakang anus. Sebagian
ikan bertulang rawan memiliki kelenjar pada permukaan kulitnya. Kelenjar tersebut berfungsi
untuk menghasilkan lendir untuk melicinkan tubuh ikan sehingga memudahkan gerakan ikan di
dalam air
Alat pengeluaran ikan terdiri dari Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O, Kulit ;
kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan gerak di
dalam air.,Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine. dua tipe ginjal pada ikan,
yaitu;
1. Pronefros, Ginjal pronefros adalah yang paling primitif, meski terdapat pada perkembangan
embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan
digantikan oleh mesonephros. Perkecualian pada ikan‘hagfish’(Myxine) dan lamprey.
2. Mesonefros, Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio
emniota.
Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah,
tingkat kompleksitas, dan pada efisiensinya. Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan
diameternya lebih besar dibandingkan dengan ikan laut.Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya
dengan cara khusus. Terdapat perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam
proses eksresi. Keduanya memiliki cara yang berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan
kadar garam di dalam tubuhnya. Mekanisme eksresi ikan air tawar berbeda dengan ikan air laut.
Ikan air tawar mengeksreksi ammonia dan aktif menyerap ion anorganik melalui insang serta
mengeluarkan urine dalam jumlah besar. Sebalknya pada air laut mengeksresksikan sampah
nitrogen berupa trimetilamin oksida (TMO), mengekresikan ion-ion lewat insang dan
mengeluarkan urine sedikit.
2. SISTEM EKSRESI PADA MAMALIA
Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi sedikit berbeda karena
mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya. Paru-paru mamalia
mempunyai permukaan ber spon (spongy texture) dan dipenuhi liang epitelium dengan itu
mempunyai luas permukaan per isipadu yang lebih luas berbanding luas permukaan paru-paru..
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur bertulang
tulang selangka dan diselaputi karung dwi dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan karung
dalam melekat pada permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar melekat pada dinding
rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali sebagai rongga
pleural yang berisi cecair pleural ini membenarkan lapisan luar dan dalam berselisih sesama
sendiri, dan menghalang ia daripada terpisah dengan mudah.
3. SISTEM EKSKRESI PADA AMFIBI
Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan kulit. Saluran ekskresi pada katak
jantan & betina memiliki perbedaan, pada katak jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu
dengan ginjal, sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun begitu alat
lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka.

4. SISTEM EKSKRESI PADA REPTIL


Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka. Kloaka merupakan
satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat
sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah
padat berwarna putih.
5. SISTEM EKSKRESI PADA CACING TANAH

Cacing tanah memiliki alat pengeluaran berupa anus, kulit, dan nefridia. Anus berfungsi
mengeluarkan sisa-sisa makanan hasil proses pencernaan. Kulit berfungsi untuk melepaskan
karbon dioksida sebagai hasil dari proses oksidasi dan nefridia berfungsi dalam pembuangan zat
sisa metabolisme yang berbentuk cair. Nefridia memiliki pangkal berupa corong bersilia yang
disebut nefrostom. Nefrostom berupa pembuluh panjang yang tergulung di dalam segmen tubuh.
Ujung pembuluh ini membesar membentuk gelembung yang membuka ke area luar melalui
lubang - lubang kecil yang disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk
nefridia oleh gerakan otot dan gerakan silia. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang
nefrida, bahan - bahan yang berguna seperti molekul makanan, air, dan ion akan diambil oleh sel
- sel tertentu dari nefridia. Bahan-bahan tersebut selanjutnya akan menembus pembuluh kapiler
dan disirkulasikan kembali. Zat sisa metabolisme berupa nitrogen dan sedikit air yang tersisa di
dalam nefridia kadang diekskresikan keluar.

6. SISTEM EKSKRESI PADA CACING PIPIH

Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut


sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar
mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap
sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa
zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan
air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi
pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air
dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam
saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat
mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.
7. SISTEM EKSKRESI PADA MOLLUSKA

molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium, setiap segmen dalam
tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa
corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada
segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga
tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem
pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang
berliku-liku pada segmen berikutnya.
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung.
Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan
lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom
masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang
nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh
sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan
lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan diekskresikan keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan
substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.
.8. ALAT EKSKRESI PADA BELALANG (INSEKTA)

Alat pengeluaran pada serangga dinamakan buluh malpighi yang merupakan pembuluh -
pembuluh halus berwarna putih kekuning kuningan yang terletak diantara usus tengah dan usus
belakang. Buluh malpighi bermuara ke dalam usus. Buluh malpighi merupakan alat pengeluaran
yang berfungsi seperti ginjal. Serangga juga mempunyai sistem trakea untuk mengeluarkan zat
sisa hasil proses oksidasi berupa karbon dioksida. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru - paru.
Nitrogen merupakan zat sisa metabolisme yang sebagian digunakan kembali dalam pembuatan
zat kitin. Nitrogen yang sebagian lagi dibuang dalam bentuk asam urat kering Belalang tidak
dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya.
Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat.
Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.

Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah
mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal
pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam
urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis
dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan
diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan
feses.
9. SISTEM EKSKRESI PADA PROTOZOA (Hewan bersel satu)

Protozoa tidak memiliki organ pengeluaran khusus sehingga zat sisa metabolismenya
dikeluarkan melalui rongga berdenyut (vakuola kontraktil) atau melalui kulit secara difusi dan
osmosis

11. SISTEM EKSKRESI PADA BURUNG

Alat pengeluaran pada burung berupa pari-pari, hati, ginjal, dan kulit.aluran ginjal, saluran
kelamin, dan saluran pencernaan bermuara pada sebuha lubang yang disebut kloaka. Burung
menghasilkan kelenjar minyak yang terdapat pada ujung ekornya. kelenjar ini menghasilkan
minyak untuk membasahi bulu-bulunya

2. OSMOREGULASI
1. PENGERTIAN OSMOREGULASI
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan
mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat
yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena :
1. Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.
2. Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat.
3.Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis, dimana perpindahan
cairan yang encer ke cairan yang pekat shingga akan tercipta suatu kondisi konsentrasi yang
sama dan disebut dengan isotonis. Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai tekanan
osmotik sama (isoosmotik) Pada kondisi Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan osmotik dua
macam cairan misal: tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut (lingkungan hidup hewan).
Dalam keadaan normal (osmosis), cairan akan mengalir dari cairan yang encer menuju cairan
yang pekat. Agar tidak mengalir dari cairan yang encer ke cairan yang pekat, maka diberikan
tekanan dengan besaran tertentu, dan tekanan ini disebut dengan tekanan osmotic larutan
(besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran cairan encer ke bagian pekat).
Tekanan osmotic sama dengan konsentrasi osmotic, sehingga apabila tekanan osmotic tinggi,
maka larutankonsentrasi osmotic juga akan tinggi. Sehingga akan diperoleh larutan yang
Hiperosmotik (larutan yang mempunyai konsentrasi osmotik lebih tinggi daripada larutan yang
lain) dan larutan yang Hipoosmotik (larutan yang memiliki konsentrasi osmotik lebih rendah
daripada larutan lainnya.)
Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk
menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui
sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh
dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk mmelakukan
osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang osmoregulasi sangat penting dalam mengelola kualitas air media
pemeliharaan, terutama salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi
melalui konsentrasi ion dan air di dalam tubuh dengan kondisi dalam lingkungan hidupnya.
Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada
perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi
media1,2. Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan
ekstraselular dalam tubuh ikan2. Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke
lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara
meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat
dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat
hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui
ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara
difusi1,2. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat
menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karana
kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan
potadrom dan oseanodrom tetap terjadi

Ada 3 pola regulasi ion dan air yakni :


1. Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang
lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada petadrom (Ikan air tawar),
Mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum dan memperbayak
urin.
2. Regulasi Hipotenik atau Hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh
yang lebih rendah dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada oseandrom (Ikan air laut),
meperbanyak minum dan mengurangi volume urin.
3. Regulasi isotonik atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan
konsentrasi lingkungan, misalnya ikan yang hidup pada daerah estuari. Diadrom, melakukan
aktivitas osmoregulasi seperti potadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila
berada di air laut.

2. Kriteria Hewan Dalam Osmoregulasi


Hewan osmoregulator merupakan hewan yang mampu melakukan osmoregulasi dengan
baik. Sedangkan Hewan Osmokonformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan
tekanan osmotik, sehingga harus beradaptasi agar bertahan hidup dengan syarat perubahan
lingkungan tidak besar dan dalam kisaran toleransi.
Dalam lingkungan, tentunya akan menciptakan suatu kondisi yang mendukung dan
ancaman bagi kelangsungan hidup hewan. Sehingga perlu mekanisme osmoregulasi, dan setiap
hewan berbeda-beda dengan variasi yang sangat luas tergantung kemampuan dan jenis organ
tubuh hewan dan kondisi lingkungan hewan. Pada invertebrate laut disebut dengan hewan
osmokonformer yaitu konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut dan terjadi
keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya. Dan apabila tidak dalam
kondisi keseimbangan ionik akan terjadi perbedaan komposisi ion yang menghasilkan gradien
konsentrasi.
Cara hewan melakukan pengaturan konsentrasi ion yaitu dengan mensekresi atau menyerap ion
secara aktif.
· Pada ubur-ubur, ion SO42- dikeluarkan dari dalam tubuh untuk meningkatkan daya apungnya
(buoyancy). SO42- merupakan ion yang relatif berat sehingga mengurangi konsentrasinya
berarti meningkatkan daya apung.
· Pada gurita, mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya tetap hiperosmotik.
· pada Krustasea mempertahankan kondisi hipoosmotik dalam cairan tubuhnya.
· Sedangkan pada hewan dengan konsentrasi ion yang tidak diatur dengan cara khusus, terjadi
melalui permukaan tubuh, insang, makanan yang ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa
(misalnya urin).

3. osmoregulasi ikan di air laut


Ikan laut hidup di lingkungan yang hipertonik ke jaringan dan cairan tubuh, sehingga
cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kebobolan garam. Untuk mengatasi
hilangnya air, r ikan laut minum 'sebanyak mungkin. Dengan demikian berarti juga akan
meningkatkan kandungan garam dalam cairan tubuh. Fakta dehidrasi dapat dicegah oleh proses
ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan dipaksa oleh kondisi untuk
mempertahankan osmotik air, volume urine kurang dari ikan air tawar. Tubuli ginjal dapat
berfungsi sebagai penghalang air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuk
yang lebih kecil daripada di ikan air tawar Sekitar 90% dari nitrogen limbah yang dapat dihapus
melalui insang, sebagian besar dalam bentuk amonia dan sedikit urea. Namun, urine masih
mengandung sedikit senyawa.

4. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Air Tawar.


Masalah yang dihadapi hewan air tawar, merupakan kebalikan dari hewan air laut. Yaitu
tekanan Osmotik cairan tubuh hewan air tawar lebih tinggi dari lingkungannya
(hiperosmotik/hipertonis). Jika ini tidak dikendalikan atau offset, itu akan menyebabkan
hilangnya garam tubuh dan cairan tubuh mengencernya, sehingga cairan tubuh tidak dapat
mempertahankan fungsi fisiologis normal.
Ginjal akan memompa kelebihan air keluar sebagai urin. Apakah ginjal glomerulus
dalamjumlah banyak dengan diameter besar. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mampu menahan
tubuh garam sehingga tidak untuk memompa air keluar dan di seni yang sama sebanyak
mungkin.
Ketika cairan memasuki tubuh tubuli ginjal malpighi, glukosa akan diserap kembali di
proximallis tubuli dan garam diserap dalam tubuli distal. Ginjal dinding tubuli impermiable
(kedapair, kedap air). Ikan keluar dari air yang sangat encer dan seniyang mengandun g sejumlah
kecil senyawa nitrogen..

5. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Darat,


Hewan di Lingkungan Darat memiliki keuntungan hewan yang berhasil hidup di darat
dan mudah memperoleh oksigen. Sedangkan kerugiannya yaitu masalah keseimbangan air dan
ion mudah terancam dehidrasi. Kehilangan air yitu berupa penguapan yang dipengaruhi oleh
Kandungan uap air di atmosfer, Gerakan udara, Tekanan barometrik, Luas permukaan
penguapan, dan suhu. Pada Invertebrata darat, umumnya merupakan golongan Artropoda,
Insekta, dan laba-laba, yang paling banyak ialah Insekta. Untuk membatasi pelepasan air
dilakukan respirasi discontinue dan karbon dioksida dilepaskan secara periodic (setiap kali
inspirasi tidak selalu diikuti dengan ekspirasi). kondisi ketika spirakel bergetar, tekanan trakea
lebih rendah daripada atmosfir, udara masuk ke trakea dan udara dicegah keluar dari trakea ,
sehingga INSPIRASI tidak selalu diikuti dengan EKSPIRASI.
Cara lain penghematan pengeluaran air pada Insekta yaitu melalui pengeluaran faeses dan
urin berupa/dalm bentuk asamurat. Asam urat tidak dikeluarkan dari tubuh, tapi ditimbun di
permukaan tubuh membentuk struktur yang mirip kutikula. Cara insekta memperoleh air yaitu
dengan menyerap uap air dari lingkungan dan dari makanan/minuman.
Vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat, memperoleh air dari air
minum dan makanan, dan untuk menghemat air vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup
bervariasi. Cara mengatasi tidak banyak kehilangan air yaitu dengan memiliki kulit yang kering
dan bersisik, menghasilkan feses kering, menghasilkan asam urat, mereabsorbsi urin encer yang
di kandung kemih.

2. SISTEM RESPIRASI

A. Pengertian Sistem Respirasi


Respirasi (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang,mengandung
(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak memngandung karbondioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.
Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfir. Otot yang paling
penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuknya melengkung dan melekat pada iga paling
bawah dan oto interkosta eksterna. ketika diafragma berkontraksi bentuknya menjadi datar dan
menekan dibawahnya yaitu pada isi abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran rongga toraks dan paru-paru.meningkatnya ukuran dada menurunkan tekan
intrapleura sehinggah paru-paru menjadi mengembang. mengembangnya paru-paru berakibat
pada penurunan tekanan alveolus sehingga udara bergerak menurut gradien tekanan dari atmosfir
kedalam paru-paru. Hal ini berlangsung terus sampai tekanan menjadi sama dengan tekanan
atmosfer, demikian seterusnya.
Ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhirnya
inspirasi otot-otot respirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi
volume paru.ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfir.
Relaksasi diafragma dan otot interkosta eskterna mengakibatkan recoil elastic dinding dada dan
paru sehingga terjadi tekanan alveolus dan menurunkan volune paru, dengan demikian udara
bergerak dari paru-paru keatmosfer.
System respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan
metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalaui peran system respirasi oksigen di ambil
dari atmosfir, di transport masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan
karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi masuk kafiler darah untuk di
manfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme.

B. Sistem Respirasi Pada Gastropoda


Gastropoda merupakan kelas Mollusca yang terbesar dan populer. Ada sekitar 50.000
jenis/spesies Gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Karena
banyaknya jenis Gastropoda, maka hewan ini mudah ditemukan. Kelas gastropoda memiliki
keanekaragaman habitat yang sangat luas. Gastropoda umumnya hidup di laut tetapi ada
sebagian yang hidup di darat. Beberapa jenis juga bisa ditemukan di danau, sungai, selokan kecil,
muara, intertidal yang berbatu atau berpasir, laut, bahkan di gurun pasir juga
ada. Nama Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster yang berarti perut dan podos yang berarti
kaki, jadi, gastropoda berarti kelompok hewan invertebra, bertubuh lunak, yang berjalan dengan
perut sebagai alat gerak atau kakinya.
Alat respirasi Gastropoda berupa insang bagi yang hidup di air dan paru - paru pulmonum
bagi yang hidup di darat. Di samping itu, kadang-kadang rongga mantel juga dapat melakukan
fungsi respirasi. Pulmonum merupakan jalinan antara pembuluh-pembuluh darah yang
berhubungan langsung dengan jantung. Letak insang dan paru – paru dapat dilihat pada gambar 1
dan gambar 2.

Gambar 1. Letak insang pada siput air


Gambar 2. Letak paru – paru (no. 9) pada bekicot
Mekanisme Pernapasan :
oksigen dari luar -> masuk ke tubuh -> melalui paru-paru (moluska darat) / insang (moluska
air) -> menuju ke jantung -> melalui aorta -> menyebar ke hemosoel

Hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi, dan kerang
(Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Aliran air masuk ke dalam insang dan terjadi
pertukaran udara dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat, seperti siput darat (bekicot)
bernapas menggunakan paru-paru.

C. Sistem Respirasi Pada Cacing


Cacing tanah adalah salah satu jenis hewan yang hidup di dalam tanah. Hanya
dalam kondisi tertentu saja dia keluar dari dalam tanah, seperti jika bumi terlalu panas, banjir,
atau tanah tempat tinggalnya terkena polusi. Cacing tanah tidak mempunyai alat respirasi khusus
seperti makhluk hidup lain. Cara bernafas pada cacing adalah melalui kulitnya yang tipis. Meski
tipis, kulit cacing terdiri dari banyak pembuluh darah. Melaui pembuluh-pembuluh kapiler darah
itulah difusi oksigen dan karbon dioksida terjadi.

Gambar 3. Pembuluh - pembuluh kapiler darah (berwarna merah)


Gambar 4. Proses difusi oksigen dan karbon dioksida pada kulit cacing.
Mekanisme Respirasi :
Oksigen dari lingkungan berdifusi -> masuk ke kapiler darah pada kulit -> oksigen diikat
hemoglobin -> darah diedarkan ke seluruh tubuh -> menghasilkan karbon dioksida -> karbon
dioksida berdifusi keluar melalui kulit
Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan ini memanfaatkan
permukaan kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah selalu basah untuk
memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di bawah permukaan kulitnya yang basah tersebut,
ternyata terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam
kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida
yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh. Sebagian besar Vermes
bernapas menggunakan permukaan tubuhnya, misalnya anggota filum Platyhelminthes yaitu
Planaria dan anggota filum Annelida yaitu cacing tanah (Pheretima sp.). Namun, pada beberapa
Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di air yaitu Polychaeta
(golongan cacing berambut banyak) ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang
berubah menjadi insang.
D. Sistem Respirasi Pada Teripang
Teripang merupakan hewan yang digolongkan dalam filum Ecihinodermata Hewan jenis
ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis Echinodermata. Tubuhnya
seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau disebut juga teripang.Teripang atau
holothurians (Holorhurioidea, Echinodermata) merupakan salah satu kelompok biota laut yang
spesifik dan mudah dikenal.
Menurut Johnson et al., (1977), teripang memiliki dua macam sistem pernafasan, yaitu
pernafasan berbentuk saluran yang bercabang-cabang seperti pohon sehingga dikenal dengan
nama pohon pernapasan (respiratory tree) yang berfungsi menghisap oksigen dan menyalurkan
ke darah, dan pernapasan berbentuk kaki tabung (teube feet) yang terletak di dinding tubuh
berfungsi mengisap oksigen yang terlarut dalam air.
Pangkal pohon pernafasan terletak pada bagian anterior.Kloaka berjumlah 2 buah,
masing-masing memanjang ke anterior di sebelah kiri dan kanan saluran pencernaan.Tiap
pembuluh besar mempunyai banyak percabangan dan diujungnya terdapat kantung-kantung
kecil.Kloaka dan pohon pernafasan memompa air masuk dan keluar dari pembuluh-pembuluh
tersebut.Cabang-cabang pohon pernafasan sebelah kiri becampur dengan sinus darah.Dengan
demikian oksigen dari kantong-kantong kecil disalurkan ke cairan rongga tubuh dan selanjutnya
ke sinus darah.

Gambar 5. Letak pohon pernapasan (respiratory tree) dan


kaki tabung (teube feet) pada teripang
E. Sistem Respirasi Pada Cephalopoda
Cephalopoda (dalam bahasa latin, chepalo = kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca
yang memiliki kaki di kepala.Anggota Cephalopoda misalnya sotong (Sepia officinalis), cumi-
cumi (loligo sp.), nautilus (Nautilidae) dan gurita (Octopus sp.). Hidup Cephalopoda seluruhnya
di laut dengan merayap atau berenang di dasar laut.
Sistem pernafasan pada octopus terdiri dari dua cabang insang pada rongga
mantle (Anisa, 2009). Gurita bernafas dengan menyedot air ke dalam rongga mantel melalui
kedua buah insang dan disemburkan keluar melalui funnel. Gurita memiliki 3 bagian jantung , 2
untuk memompa darah ke 2 cabang insang dan 1 bagian untuk memompa darah ke seluruh
bagian tubuh.

Gambar 6. Letak insang, rongga mantle, funnel, dan jantung


3. PENGERTIAN SISTEM PEREDARAN DARAH

Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh
(bagian dari homeostasis).
Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran
darah tertutup.

a. Sistem Peredaran Darah Terbuka


Sistem peredaran darah terbuka artinya dalam peredarannya, darah dan cairan lainnya tidak
selamanya beredar atau berada di dalam pembuluh darah. Darah menuju jaringan tanpa melalui
pembuluh. Pada saat tertentu darah meniggalkan pembuluh darah dan langsung beredar dalam
rongga-rongga tubuh dan akhirnya kembali lagi ke dalam tubuh.
Sitem Peredaran Darah Terbuka terdiri-dari jantung yang merupakan pusat peredaran darah,
sejumlah sinus (rongga) dan sejumlah arteri. Jantung terletak dibagian tengah belakang dada,
berdinding otot tebal, berbentuk sadel atau tabung yang terbungkus oleh perikardium. Arteri
merupakan saluran yang berasal dari jantung, mempunyai valve(katub-katub) yang mencegah
darah masuk kembali ke jantung.
Pada sistem peredaran darah terbuka, terdapat empat jenis arteri berikut:
1).Arteri Optalmik (mata)
2).Dua arteri antena
3) Dua arteri hati
4) Arteri dorsal abdominalis

b. Sistem Peredaran Darah Tertutup


Peredaran darah tertutup adalah sirkulasi darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh – pembuluh
darah. Pada sistem peredaran darah lni. Darah diedarkan melewati arteri dan kembali ke jantung
melewati vena. Contoh cacing tanah (Lumbricus terrestris). Pada cacing tanah, sistem
peredarannya terdiri dari cairan darah, beberapa pembuluh darah, dan jantung sebagai pusat
peredaran.
Darah cacing tanah terdiri atas plasma darah dan benda darah. Darah cacing tanah berwarna m
erah disebabkan oleh adanva hemoglobin yang larut dalam plasma darah.
Jantung dan saluran darahnva memiliki katup sehingga darah tidak mengalir kembali ke jantung.
Aliran darah disebabkan oleh kontraksi lengkung jantung. Jantung memompa darah dari saluran
darah dorsal ke saluran darah ventral kemudlian ke seluruh tubuh.
Pertukaran gas terjadi di jaringan-jaringan tubuh, Dari seluruh tubuh, darah menuju bagian dorsal
tubuh, darah menuju bagian dorsal tubuh. Dari bagian dorsal tubuh darah kembali ke jantung.
Sistem peredaran darah, yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh
darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme,
didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan
fisiologis cairan tubuh.
1. Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam arah
yang berlawanan .
2. Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak, gula dan protein
dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk mengonsumsi, sesuai dengan
kebutuhan mereka, diproses atau disimpan.
Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat) yang kemudian
diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus besar). Juga
mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan bagian-bagian dari sistem
pembekuan dalam tubuh.

a. Pembuluh Nadi ( Arteri )

Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari jantung.
Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa darah menuju
jantung.
Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya adalah
menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperi karbon
dioksida. Pada negara berkembang, dua kejadian kematian utama disebabkan oleh infark
miokardium dan stroke pada sistem pembuluh nadi, misalnya arterosklerosis.

Penggambaran
Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah
biasanya menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat jantung
mengembang dan darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan darah
saat jantung berkontraksi dan daeah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat dikur dengan
tensimeter atau sfigmomanometer.
Anatomi

Lapisan terluar disebut tunika adventitia yang tersusun dari jaringan penyambung. Di lapisan
selanjutnya terdapat tunika media yang tersusun atas otot polos dan jaringan elastis. Lapisan
terdalam adalah tunika intima yang tersusun atas sel endothelial. Darah mengalir di dalam pada
lumen.

Jenis pembuluh nadi


Terdapat beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh:
Arteri pulmonaris
Pembuluh ini membawa darah yang telah dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dari paru-paru.
Arteri sistemik
Arteri sistemik membawa darah menuju arteriol dan kemudian ke pembuluh kapiler, di mana zat
nutrisi dan gas ditukarkan.
Aorta
Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung dan
membawa banyak oksigen.
Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan pembuluh kapiler.
Pembuluh kapiler
Pembuluh ini bukan pembuluh nadi sesungguhnya. Di sinilah terjadinya pertukaran zat yang
menjadi fungsi utama sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang menghubungkan
cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang terkecil dengan sel-sel
tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-cabang, dan ukuran cabang-cabang
pembuluh itu semakin jauh dari jantung semakin kecil. Pembuluh kapiler sangat halus dan
berdinding tipis.
b. Pembuluh Balik (Vena)
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Darahnya
banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak
kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak
terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar
darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir
menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.
Dari seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah balik besar,
yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi kanan. Setelah
terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke jantung lagi melalui vena paru-paru.
Pembuluh vena ini membawa darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena
banyak mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis.
Vena diselubungi oleh otot rangka dan memiliki sebuah katup yaitu Valvula Semilunaris.
Pembuluh balik yang masuk ke jantung adalah sebagai berikut :
1. Vena Kava
Vena kava bercabang-cabang menjadi pembulu yang lebih kecil yaitu vena. Ada dua macam
vena kava, yaitu vena kava superior dan vena kava inferior.
• Vena kava superior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian atas tubuh ( kepala, leher,
keserambi kanan jantung
• Vena kava inferior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian tubuh lainnya dan anggota badan
bawah tubuh keserambi kanan jantung.
• Vena Pulmonalis
Vena ini membawa darah yang mengandung O2 dari paru-paru keserambi kiri jantung.
Salah satu penyakit yang menyerang pembuluh balik adalah varises.
c. Jantung

Latin
Cor
Sistem organ
Kardiovaskular
Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang memompa darah
lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti
berhubungan dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu
organ manusia yang berperan dalam sistem peredaran darah.
Permukaan Jantung

Jantung terletak dalam rongga dada agak sebelah kiri, di antara paru-paru kanan dan paru-paru
kiri. Massanya kurang lebih 300 gram, besarnya sebesar kepalan tangan. Jantung adalah satu otot
tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga torakik, di balik
tulang dada. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh selaput ganda yang
bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma. Lapisan pertama menempel sangat erat
kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk menghindari gesekan
antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gerakan memompa konstan jantung.
Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi daerah jantung yang
merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis pembelah (terbentuk dari otot) pada
lapisan luar jantung menunjukkan di mana dinding pemisah di antara serambi & bilik jantung.
Struktur internal jantung
Secara internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua belah bagian, dari atas
ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak lahir tidak pernah tersambung. Belahan
ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan oleh dinding jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa
jantung terdiri dari empat rongga, serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri.

Dinding serambi jauh lebih tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik harus melawan gaya
gravitasi bumi untuk memompa dari bawah ke atas dan memerlukan gaya yang lebih besar untuk
mensuplai peredaran darah besar, khususnya pembuluh aorta, untuk memompa ke seluruh bagian
tubuh yang memiliki pembuluh darah.
Tiap serambi dan bilik pada masing-masing belahan jantung disambungkan oleh sebuah katup.
Katup di antara serambi kanan dan bilik kanan disebut katup trikuspidalis atau katup berdaun
tiga. Sedangkan katup yang ada di antara serambi kiri dan bilik kiri disebut katup mitralis atau
katup bikuspidalis (katup berdaun dua).

Cara Kerja Jantung


Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol).
Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).
Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur
dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari
seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan.
Setelah atrium kanan terisi darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan melalui
katup trikuspidalis.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis
menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh
kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan
karbondioksida dan selanjutnya dialirkan kembali ke jantung.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri.
Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi
pulmoner karena darah dialirkan ke paru-paru.
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis/mitral,
yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta
(arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali
paru-paru. dan sebagainya.

Fungsi bilik jantung


1. Serambi kanan berfungsi untuk menerima darah dari seluruh tubuh dan kaya karbondioksida.
2. Serambi kiri berfungsi untuk menerima darah dari paru-paru dan kaya oksigen.
3. Bilik kanan berfungsi untuk memompa darah ke paru-paru dan banyak mengandung karbon-
dioksida
4. Bilik kiri berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan banyak mengandung oksigen
4. TERMOREGULASI

Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk
mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan
mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.Termoregulasi manusia
berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem
pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat
menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi
dibandingkan lingkungan sekitarnya (Soewolo, 2000).

Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ


tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis
sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan
sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis
sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim
ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke
jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima
kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia
menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC s.d suhu 50oC
hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem namununtuk hidup secara normal
hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai
agar proses fisiologis optimal.
Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak terjadi
perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam tubuh hewan
yang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan panas,karena
tidak semua energi yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas yang terbentuk dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan disebut sebagai suhu tubuh normal

A. Pengaruh Suhu Pada Lingkungan Hewan Dibagi Menjadi Tiga Golongan, yaitu
1. Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang tidak mampu mempertahankan suhu
tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungannya. Sebetulnya suhu
tubuh tidak betul-betul sama dengan suhu lingkungan, sebab kalau diukur teliti, suhu selnya
sedikit diatas suhu lingkungannya. Menghadapi fluktuasi suhu lingkungan, hewan poikilotermik
melakukan konformitas suhu. Laju kehilangan panas pada hewan poikilotermik lebih tinggi dari
pada laju produksi panas, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu lingkungan
eksternalnya dari pada suhu metabolisme internalnya.

2. Homoiterm.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena mampu menjaga panas suhu
tubuhnya. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor
dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan
aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang
dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu
tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas
hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi
menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan
mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan
suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang
diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.
3. Heterotermik
Yaitu kelompok hewan yang pada saat tertentu memiliki sifat poikilotermik dan pada saat
lain bersifat homeotermik, dan kelompok hewan yang mengatur suhu tubuh secara parsial, yaitu
regulasinya terbatas pada bagian tubuh tertentu. Disebut juga endotermik fakultatif , mampu
melakukan regulasi fisiologik tetapi tidak mengatur secara tepat sepanjang waktu. Heterotermik
dapat di buktikan pada insekta tertentu, yang ektotermik pada saat istirahat dan tetapi bersifat
endotermik pada saat aktif.

B. Panas Yang Hilang Dapat Berlangsung Secara Radiasi, Konveksi, Konduksi Dan
Evaporasi.
Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu tubuh
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas melaui :
a. Konduksi
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Atau
perpindahan langsung gerakan termal antara molekul-molekul permukaan tubuh, seperti ketika
hewan duduk dalam kolam air dingin atau di atas batu yang panas. Panas akan selalu dihantarkan
benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah yang dipengaruhi oleh:
 Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
 Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
 Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda)
dari kedua benda
 Konduktivitasnya rendah
 Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
 Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang bersentuhan
dengannya
b. Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang bergerak.
Atau konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan
tubuh, seperti ketika tiupan angin turut menghilangkan panas dari permukaan tubuh hewan yang
berkulit kering. Konveksi juga memberi kontribusi dalam kenyamanan dan kesejukan yang
diberikan oleh kipas angin kepada manusia selama hari-hari panas, tetapi sebagian besar dari
pengaruh ini disebabkan oleh pendinginan melalui evaporasi. Sebaliknya, faktor wind-
chill (tiupan angin) memperburuk kekejaman suhu musim dingin yang sangat dingin.
Proses Konveksi:
 Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
 Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh
ditingkatkan
 Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat hewan,
lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga
c. Radiasi
Radiasi adalah emisi dari energi electromagnet yang dihasilkan oleh semua benda nol,
termasuk tubuh hewan dan matahari. Radiasi dapat memindahkan panas di antara benda-benda
yang tidak melakukan kontak langsung, seperti ketika hewan menyerap panas radiasi dari
matahri.Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.

Frekuensi dan Intensitas Radiasi:


 Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang
mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
 tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
 berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas tubuh
d. Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas. misalnya pada mekanisme ekskresi
kelenjar keringat.atau Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas. Evaporasi air dari permukaan cairan yang kehilangan
beberapa molekulnya yang berubah menjadi gas. Evaporasi air dari seekor hewan memberi efek
pendinginan yang signifikan pada permukaan hewan itu.
Evaporasi:
 Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
 Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui saluran
pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya)
 Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan menyerap
kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu
tubuh pun turun
Suhu tubuh hewan, endoterm dan ektoterrn tergantung pada jumlah panas(kalori) per unit
masa jaringan. Jaringan terdiri terutama atas air, sehingga kapasitas panas jaringan antara 0o –
40o C kira-kira 1,0 kalori per o C per gram. Berarti makin luas hewan makin besar panas tubuh
menentukan suhu hewan. Kecepatan perubahan panas tubuh tergantung pada:
1. Kecepatan produksi panas melalui aktivitas metabolic
2. Kecepatan penambahan panas
3. Kecepatan kehilangan panas kelingkungan
Jadi panas tubuh dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan dapat diregulasi dengan
mengubah kecepatan produksi panas dan perpindahan panas (transfer panas).

C. Produksi Panas
Pada hewan ada mekanisme yang mempengaruhi kecepatan panas tubuh guna
menstabilkan suhu tubuhnya (termoregulasi), diantaranya:
1. Mekanisme tingkah laku
2. Mekanisme otonomik, seperti mempercepat metabolisme simpanan energi.
3. Mekanisme adaptif atau aklimatisasi, yang lebih lamban dibandingkan mekanisme yang lain.
Yaitu memproduksi penambahan panas pada metabloisme basal.
Kecepatan transfer panas ke dalam atau keluar tubuh dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Luas permukaan. Luas permukaan per gram berbanding terbalik dengan peningkatan massa
tubuh. Ini berarti bahwa hewan kecil memiliki suatu aliran panas lebih tinggi per unit berat
tubuh.
2. Perbedaan suhu. Makin dekat seekor hewan menjaga suhu tubuhnya ke suhu lingkungan makin
sedikit panas akan mengalir ke dalam atau keluar tubuhnya.
3. Konduktansi panas spesifik permukaan tubuh hewan. Permukaan jaringan poikiloterm memiliki
konduktansi panas yang tinggi, sehingga hewan ini memiliki suhu tubuh mendekati suhu
lingkungan (kecuali apabilal hewan berjemur di panas matahari).
Hewan homeoterm memiliki bulu, rambut atau lapisan lemak untuk mengurangi
konduktansi permukaan tubuhnya. Insulasi seperti ini menimbulkan perbedaan suhu antara pusat
tubuh dengan lingkungan hewan yang berjarak beberapa milimeter atayu sentimeter, sehingga
perbedaan temperatur kurang besar, jadi kecepatan aliran panas dikurangi. Sifat yang penting
dari rambut dan bulu adalah menyerap dan menahan panas, sehingga memiliki konduktivitas
panas yang rendah, jadi tidak merambatkan panas.
D. Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm.
Suhu tubuh hewan poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi suhu
lingkungannya, dan berubah seperti berubah-ubahnya suhu lingkungan. Pada hewan poikiloterm
air, misalnya kerang, udang, dan ikan, suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan
konduktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip suhu air. Hewan
memproduksi panas internal secara metabolik, dan ini mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas
suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik tidak memiliki
insulasi sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.
Pada hewan poikilotermik darat, misalnya katak, keong dan serangga, suhu tubuhnya
dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan. Input radiasi panas dari matahari atau sumber lain
mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan, dan penguapan air melalui kulit dan
organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan.
Hewan darat dapat memelihara keseimbangann tubuh dengan mengurangi penguapan dan
kehilangan panas lewat konduksi dan memaksimalkan penambahan panas melalui radiasi dan
panas metabolik. Sianar matahari digunakan oleh serangga dan reptil sebagai sumber eksternal
tubuhnya. Untuk meningkatkan jumlah panas yang dapat diserap, hewan tergantung pada warna
tubuh dan orientasinya relatif terhadap matahari. Banyak hewan yang dapat merubah warna
kulitnya melalui penyebaran dan kontraksi sel-sel pigmen hitam paada kulitnya. Karena hampir
separuh energi matahari berada dalam cahaya tampak, kulit berwarana gelap akan menyerap
energi panas matahri daripada berwarna cerah.
E. Termoregulasi Pada Hewan Homeoterm.
Hewan homeoterm mempunyai suhu tubuh yang konstan pada berbagai suhu lingkungan
yang berubah-ubah. Kebnyakan burung dan mamalia dan lingkungannya yang normal akan
mempertahankan suhu tubuhnya di atas duhu lingkungannya. Suhu bagian dalam mamalia
umunya berkisar antara 37-40o C, sedangkan golongan burung mempunyai suhu tubuh sedikit
lebih tinggi yaitu 41-42,5o C. Kondisi homeotermik menyangkut keseimbangan yang serasi antar
dua faktor, yaitu”
1. Produksi panas
2. Kehilangan panas
Laju produksi panas dan kehilangan panas pada hewan sangat bervariasi, tergantung pada
kondisi lingkungannya (panas, dingin), aktivitasnya (diam, aktif). Untuk memelihara
keseimbanagn suhu tersebut, hewan homeoterm melakukan regulasi kimiawi dan regulasi fisik.
Regulasi kimiawi menyangkut produksi panas metabolik, sedangkan regulasi fisik menyangkut
kegiatan fisik untuk memodifikasi kehilangan panas.
F. Respon Terhadap Dingin dan Panas.
Jika hewan homeoterm dihadapkan pada suhu lingkungan yang ekstrem, maka tingkat
aktivitas termiregulatori untuk memelihara kekonstanan suhu tubuhnya meningkat sesuai dengan
perubahan suhu lingkungan. Hewan endoterm dapat meregulasi suhu tubuhnya dengan mengatur
kecepatan kehilangan panas melalui pengaturan hantaran permukaan tubuh. Penyesuaian ini
termasuk respon-respon seperti respon vasomotor, perubahan pose tubuh, regulasi pilomotor, dan
kefektivan insulasi bulu dan rambut. Dalam rentangan suhu ini bulu dan rambut ditegakkan oleh
otot pilomotor dalam kulit untuk menyediakan lapisan udara tenang yang tebal, dan pada ujung
atas rentangan suhu ini bulu dan rambut ditempelkan ke kulit.
Bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan berbagai reflek
yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah di kulit akan menyempit, rambut dan
bulu dapat berdiri, dan hewan akan mempersempit permukaan tubuhnya yang bersinggungan
dengan udara. Misalnya menekuk tubuhnya dan menyembunyikan anggota tubuh.
Pada suhu yang moderat kecepatan basal produksi panas seimbang dengan kehilangan
suhu ke lingkungan. Rentangan suhu moderat ini disebut zona suhu netral. Di bawah suhu netral
hewan, endoterm meningkatkan produksi panas di atas tingkat basal agar mengimbangi
kehilangan panas (termogenesis). Produksi panas akan meningkat secara linier dengan
penurunan suhu sampai di bawah suhu kritis bawah. Antara zona suhu netral dengan suhu kritis
bawah ini disbut dengan zona regulasi metabolik.
Bila suhu lingkungan berada dibawah suhu kritis bawah, mekanisme regulasi akan gagal,
tubuh mendingin, kecepatan metabolik turun. Dalam keadaan ini hewan berada dala zona
hipotermia. Dimana produksi panas metabolik tidak dapat mengimbangi
turunnnyasuhulingkungan. Bila suhu lingkungan naik lebih tinggi dari suhu netral, maka hewan
akan melakukan aktivitas yang cenderung melepaskan (membuang) panas, misalnya masuk ke
dalam air dan sebagainya. Peningkatan suhu hanya dapat ditoleransi oleh hewan homeoterm
sampai suhu kritis atas. Antasa zona suhu netral dengan suhu kritis atas disebut zpna
termoregulasi fisik. Di atas zona ini pelepasan panas oleh hewan tidak dapat mengimbangi
naiknya suhu lingkunan sehingga suhu tubug akan ikut naik.
G. Termoregulasi Pada Hewan Heterotermik
Heterotermik adalah hewan yang mampu memproduksi panas endotermik dalam berbagai
tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi suhu tubuhnya dalam rentangan pendek. Heterotermik
mungkin dapat dibedakan menjadi dua kelompok: heterotermik temporal dan heterotermik
regional. Heterotermik temporal merupakan suatu kategori yang luas, dimana suhu tubuh hewan
dapat berbeda setiap saat, misalnya terdapat pada serangga terbang, phyton dan beberapa ikan,
yang dapat meningkatkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan dengan sifat panas yang
dibangkitkan sebagai suatu hasil yang melibatkan aktivitas otot. Sedangkan heterotermik
regional sebenarnya adalah poikilotermik seperti teleostei besar yang dapat mncapai suhu tubuh
dalam (suhu jaringan dalam) cukup tinggi melalui aktivitas otot, sementara jaringan periferal dan
ekstremitas mendekati suhu lingkungannya. Contoh pada ikan hiu, tuna dan pada serangga
terbang.
H. Adaptasi Pada Termoregulasi hewan
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas.
Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok
dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di
dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi
pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya
dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk
menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian
adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi pada termoregulasi berbagai hewan:


1. AdaptasiMorfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya
yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-
biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai
untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup
dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya
kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam
jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk
bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku
terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai
dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan
diri(Soewolo, 2000).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Pengertian Sistem Ekresi


Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak
digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat.Zat hasil
metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat
ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda.Semakin tinggi tingkatan mahluk
hidup, semakin kompleks alat ekskresinya

Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan
mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat
yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

2.Pengertian respirasi

Respirasi dalam ilmu biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup
melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi
hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan
pernapasan. Namun, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada
istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu
hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan
oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.

3. Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh
(bagian dari homeostasis).
Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran
darah tertutup.

4.Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas
tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis.
DAFTAR PUSTAKA

Eckert, R. 1983. Animal Energetics and Temperature in: Animal Physiology Mechansm and
Adaptation. 2nd Edition. WH Freeman and Company. New York.
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisiu
Mitchell, Campbell Reece. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Nielsen, Knut Schmidt. 1997. Animal Physiology Adaptation and Environment: Cambridge
University Press.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: proyek pengembangan guru sekolah
menengah IBRD Loan No. 3979. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. Malang: UMM Press

Anda mungkin juga menyukai