SISTEM EKSKRESI
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Nama anggota : 1. Seli Karisma Oktaviani (A1D019019)
2. Emelda vadila fitriani (A1D019021)
3. Mia Auliani (A1D019041)
4. Shabira Septa Dwiningtyas (A1D019059)
5. Novita Lisnawati (A1D019061)
6. Nurul Asih Handayani (A1D019065)
Pertemuan ke : 5 (Lima)
Dosen pengampu : 1. Dr. Bhakti Karyadi, M.Pd
2. Dr. Abdullah Rahman, M.Si
Asisten Praktikum : 1. Oktaria Silviani, S.Pd
2. Zakaria Husni, S.Pd
3. Betania Simanungkalit, S.Pd
4. Izzah Tuliani, S.Pd
5. Anggun Diyan Nurhasanah (A1D018009)
6. Yunidar (A1D018027)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang
sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga.
Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem
ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap
ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion
tertentu sesuai kebutuhan. Sistem ekresi merupakan sistem yang berperan
dalam proses pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa)
ataupun zat-zat yang membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan. Ekresi
terutama berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa
nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi
asam amino dan diabsorpsi oleh darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel
tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Mamalia memiliki sepasang
ginjal yang terletak dibagian pinggang (lumbar) dibawah peritonium. Urine
yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran ureter menuju
kantung kemih yang terletak midventral dibawah rektum. Dinding kantung
kemih akan berkontraksi secara volunter mendorong urine keluar melalui
uretra.
B. Tujuan
1. Mengetahui kandungan Urine pada seseorang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Urine terdiri dari 98% air dan yang lainnya terdiri dari pembentukan
metabolisme nitrogen (urea, uric acid, creatinin dan juga produk lain dari
metabolisme protein). Warna urine dapat digunakan untuk mengukur kadar
hidrasi tubuh, Metode warna urine menggunakan nomor skala yang menunjukkan
rentang warna urine mulai dari jernih dengan skala 1 hingga yang pekat (coklat
kehijauan) dengan skala 8. penggunaan metode warna urine akurat karena
memiliki nilai sensitifitas sampai 80 % sebagai indikasi adanya dehidrasi jangka
pendek (Wahiddin, 2020).
Merah atau coklat Hemoglobin, sel darah merah, Menstruasi, trauma otot,
myoglobin, methemoglobin, pH asam, hasil dari
bilifusin, urobilin, porfirin, buah bit, hemoglobin yang tidak
rhubarb, karoten, fusin, derivate stabil, mungkin makanan
anilin, obat tertentu seperti dengan pH basa tidak
klorokuin, napthole, metronidazole, berwarna, atau permen
nitrit, nitrofurantoin, phenacetin,
timol
Warna urin normal: kuning muda, disebabkan oleh pigmen urine urochrom
dan urobili, dipengaruhi oleh makanan, obat, penyakit tertentu. Faktor yang
mempengaruhi warna urine :
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine
setelah melewati proses di ginjal, yang disebabkan oleh kekurangan hormone
insulin yang mengubah glukosa menjadi glikogen (Poedjiadi, 2007).
Adakapun percobaan atau uji dalam praktikum sistem eksresi, adalah Uji
glukosa. Perubahan warna urine pada uji glukosa yaitu :
Urine yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang terlalu
berlebiuhan didalamnya. Hal ini bisa terjadi karena factor makanan dan adanya
infeksi yang mengeluarkan bakteri atau konsumsi air yang berkurang (Syaiffudin,
2014)
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi baik
dengan fehling maupun benedict, kedua jenis tes ini dapat digolongkan dalam
jenis pemeriksaan semi kuantitatif. Adapun pemriksaan lainnya yaitu dengan raksi
enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang mengandung reagen
spesifik, skala warna yang menyertai carik celuo memungkinkan penilaian semi
kuantitatif (Zamanzad B,2009).
Normalnya glukosa hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil dalam urin.
Ketika tingkat glukosa sangat kecil di dalam urin dan glukosa dalam darah
melebihi ambang batas gula dalam ginjal, maka gluksa dalam urin akan sangat
meningkat. Kehadiran glukosa dalam urin merupakan indikasi terjadinya diabetes
mellitus. Adanya glukosa dalam urin pada hakikatnya dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu kadar zat glukosa dalam urin dan ambang ginjal terhadap pengeluaran zat
glukosa dalam urin (Gandasoebrata, 2007).
1. (-) tidak terjadi perubahan warna / tetap biru jernih (kadar glukosa <0,5%)
2. (+1) terjadi warna hijau kekuningan (kadar glukosa 0,5% – 1%)
3. (+2) terjadi warna kuning keruh (kadar glukosa 1% – 1,5%)
4. (+3) terjadi warna jingga / lumpur keruh (kadar glukosa 2% – 3,5%)
5. (+4) terjadi warna merah bata (kadar glukosa >3,5%)
Nilai Normal : tidak terjadi perubahan warna / tetap biru jernih (Admojo
TA,2016)
Protein urin adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein dalam urin
dari adanya kerusakan ginjal. Ekskresi urine normal hingga 150 mg/haru. Oleh
karena itu, jika jumlah protein dalam urine menjadi abnormal, maka dianggap
sebagai tanda awal penyakit ginjal atau penyakit sistemik yang signifikan. Jika
kadar gula darah tinggi, selama beberapa tahun kerusakan ginjal maka
kemungkinan akan terlalu banyak albumin akan hilnag dari darah
(Bandiyah,2009).
Uji positif dan uji protein akan menghasilkan larutan yang keruh, dari
kekeruhan ringan hingga sangat keruh. Sedangkan uji positif terjadi ketika di
dapatkan kekeruhan. Kekeruhan ringan tanpa butir-butir dan endapan di dapatkan
kadar protein kira-kira 0-0,05% (Wicahyani, 2016).
Jumlah urin normal yang dihasilkan tubuh rata-rata 1-2 ltier setiap harinya
tetapi perbedaan jumlah urin sesuai cairan yang dimasukkan, jika banyak
mengonsumsi protein maka akan dipelukan banyak cairan untuk melarutkan
ureanya, sehingga urin yang dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat.
Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan asam urat (dalam
urin asam) atau fosfat ( dalam urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh
kelebihan protein dalam urin. Kelainan pada kejernihan urin juga dapat
mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah dalam urin
(hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh (Kohanpour,
dkk, 2012).
METODOLOGI PERCOBAAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel : Pengamatan Warna, Kejernihan dan PH
NO Nama Probandus Warna Kejernihan PH
B. Pembahasan
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang sikeluarkan
melalui ginjal. Berdasarkan praktikum pengamatan warna dan kejernihan
urine diperoleh hasil praktikan malinda, nurul, Novita sari, atika, sindy dan
amel memiliki urine bewarna kuning muda jernih yang menandakan
bahwa tubuh praktikan sehat sehingga kebutuhan cairanya tercukupi. Hal
ini sesuai dengan literatur Andrizal, (2018) ia mengatakan bahwa urin
normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan
berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Menurut Wahidin
(2020) Warna urine dapat digunakan untuk mengukur kadar hidrasi tubuh,
Metode warna urine menggunakan nomor skala yang menunjukkan
rentang warna urine mulai dari jernih dengan skala 1 hingga yang pekat
(coklat kehijauan) dengan skala 8. Praktikan lopy dan avrilia memiliki
urine bewarna kuning tua yang menandakan bahwa tubuh mengalami
dehidrasi awal. Dehidrasi adalah kondisi dimana keseimbangan cairan
dalam tubuh terganggu atau kekurangan cairan. Namun urine bewarna
kuning muda dan kuning tua masih termasuk kategori urine normal. Faktor
yang mempengaruhi warna urine adalah konsentrasi urine, keasaman urine
dan pigmen dalam urine. Hal ini sesuai dengan literatur Murwani, (2006)
ia mengatakan bahwa biasanya warna urin normal berkisar antara kuning
muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat
warna, terutama urochrom dan urobilin.
Berdasarkan pemeriksaan pH urine yang menggunakan kertas
indikator pH, lalu dicelupkan pada urine yang akan diperiksa kemudian
kertas pH dibandingkan dengan pH meter. Hasil yang diperoleh praktikan
malinda, atika, nurul, sindy, lopy, amel dan novita sari memiliki PH 6
sedangkan avrilia memiliki PH 5. Urine semua praktikan tergolong
normal. Hal ini sesuai dengan literatur Wilmar (2000) bahwa pH urin
normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi
saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Menurut Wilson
(2003) Beberapa keadaan yang menyebabkan pH urin menjadi asam
diantaranya adalah diabete,asidosis sistemik dehidrasi, dan lainnya. Untuk
pH urin menjadi basa dapat dikarenakan infeksi saluran kencing, gagal
ginjal kronik, terapi obat obatan tertentu. pH urin juga dapat dipengaruhi
oleh unsur-unsur atau sedimen yang terdapat dalam urin. Faktor yang
mempengaruhi kenaikan PH pada urine menurut muzzaki (2019) adalah
konsumsi sayur dan buah buahan serta adanya peningkatan HCL di
lambung.
Selanjutnya pada percobaan yang ketiga kami melakukan uji
glukosa, dimana menurut Poedjiadi (2007), glukosa urine adalah gugus
gula sederhana yang masih ada di urine setelah melewati proses di ginjal,
yang disebabkan oleh kekurangan hormone insulin yang mengubah
glukosa menjadi glikogen. Hasil yang kami dapatkan pada uji ini kami
rangkum menjadi data kelas dengan perwakilan setiap kelompok. Untuk
mengetahui kandungan glukosa pada urine adalah dengan cara
memasukkan urine kedalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan
larutan fehling A dan fehling B sampai larutan homogen dan kemudian di
panaskan, dimana menurut Putra, dkk (2015), fehling A adalah larutan
CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan
kalium natrium tatrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan
kedua larutan tersebut, sehingga di peroleh suatu larutan yang berwarna
biru tua. Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan,
yaitu pada Malinda sebelum dipanaskan larutan berwarna biru kehijauan +
terdapat endapan biru tua dan setelah dipanaskan larutan berubah berwarna
menjadi hijau tua dan terdapat gelembung. Pada Nurul, sebelum
dipanaskan larutan berwarna hijau kebiruan dan setelah dipanaskan larutan
berubah berwarna menjadi hijau tua + terdapat endapan. Pada Avril,
sebelum dipanaskan larutan berwarna biru tosca + terdapat endapan dan
setelah dipanaskan terdapat endapan hijau tua + gelembung pada larutan.
Pada Amel, sebelum dipanaskan larutan berwarna biru kehijauan dan
setelah dipanaskan larutan menjadi kental serta berubah berwarna menjadi
hijau tua. Pada Lopy, sebelum dipanaskan larutan berwarna biru tua dan
setelah dipanaskan larutan berubah warna menjadi hijau kehitaman +
terdapat butiran halus. Dari kelima probandus hasil yang didapatkan
setelah dipanaskan berubah warna menjadi hijau, dimana menurut
literature Syaiffudin (2014), perubahan warna urine menjadi hijau
menandakan bahwa terdapat kadar glukosa 1% dalam urine. Urine yang
terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang terlalu
berlebihan didalamnya. Hal ini bisa terjadi karena factor makanan dan
adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau konsumsi air yang
berkurang. Dilanjutkan menurut Gandasoebrata (2007), adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar glukosa urine antara
lain : pengaruh obat-obatan, zat bukan gula yang mungkin mengadakan
reduksi seperti formalin, trauma atau stress, merokok, aktifitas yang berat
sebelum diuji dilaboratorium dapat meningkatkan kadar glukosa.
Pada percobaan keempat kami melakukan uji protein, dimana
menurut Bandiyah (2009), protein urin adalah suatu kondisi dimana terlalu
banyak protein dalam urin dari adanya kerusakan ginjal. Hasil yang kami
dapatkan pada uji ini juga kami rangkum menjadi data kelas dengan
perwakilan setiap kelompok. Untuk mengetahui kandungan protein pada
urine adalah dengan cara memasukkan urine kedalam tabung reaksi
kemudian ditambah dengan larutan biuret sampai larutan homogen dan
kemudian di panaskan. Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan
percobaan, yaitu pada Malinda sebelum dipanaskan larutan berwarna
kuning muda + memiliki endapan putih dan setelah dipanaskan larutan
berubah berwarna kuning jernih + endapan gelap. Pada Nurul, sebelum
dipanaskan larutan berwarna kuning pucat + memiliki endapan putih dan
setelah dipanaskan larutan tidak berubah warna yaitu masih berwarna
kuning pucat + terdapat endapan. Pada Avril, sebelum dipanaskan larutan
berwarna kuning muda + terdapat butiran halus dan setelah dipanaskan
larutan tidak berubah warna yaitu masih berwarna kuning muda + terdapat
endapan putih. Pada Amel, sebelum dipanaskan larutan berwarna kuning
muda dan setelah dipanaskan terdapat endapan. Pada Lopy, sebelum
dipanaskan larutan berwarna kuning pucat dan setelah dipanaskan larutan
berubah warna menjadi pudar dan memiliki endapan putih. Dari kelima
probandus hasil yang didapatkan setelah dipanaskan berubah warna
menjadi kuning muda sampai kuning pucat dan terdapat endapan serta
tingkat kekeruhan yang berbeda-beda, dimana menurut literature
Wicahyani (2016), uji positif dan uji protein akan menghasilkan larutan
yang keruh, dari kekeruhan ringan hingga sangat keruh. Sedangkan uji
positif terjadi ketika di dapatkan kekeruhan. Kekeruhan ringan tanpa butir-
butir dan endapan di dapatkan kadar protein kira-kira 0-0,05%.
Dilanjutkan menurut Pratiwi (2004), adanya protein pada urine merupakan
indikasi terjadinya kegagalan pada proses filtrasi, terutama filtrasi protein
(albumin). Akibatnya protein lolos dalam proses filtrasi dan ditemukan
dalam urine.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme
yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap
terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis
karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan
merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara
mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Berdasarkan
praktikum pengamatan warna dan kejernihan urine diperoleh hasil
praktikan malinda, nurul, Novita sari, atika, sindy dan amel memiliki urine
bewarna kuning muda jernih yang menandakan bahwa tubuh praktikan
sehat sehingga kebutuhan cairanya tercukupi. Berdasarkan pemeriksaan
pH urine yang menggunakan kertas indikator pH, Urine semua praktikan
tergolong normal. pada percobaan yang ketiga kami melakukan uji
glukosa, Dari kelima probandus hasil yang didapatkan setelah dipanaskan
berubah warna menjadi hijau, dimana menurut literature Syaiffudin
(2014), perubahan warna urine menjadi hijau menandakan bahwa terdapat
kadar glukosa 1% dalam urine. Urine yang terlalu keruh menandakan
tingginya kadar unsur-unsur yang terlalu berlebihan didalamnya. Hal ini
bisa terjadi karena factor makanan dan adanya infeksi yang mengeluarkan
bakteri atau konsumsi air yang berkurang. Pada percobaan keempat kami
melakukan uji protein, Dari kelima probandus hasil yang didapatkan
setelah dipanaskan berubah warna menjadi kuning muda sampai kuning
pucat dan terdapat endapan serta tingkat kekeruhan yang berbeda-beda,
dimana menurut literature Wicahyani (2016), uji positif dan uji protein
akan menghasilkan larutan yang keruh, dari kekeruhan ringan hingga
sangat keruh.
B. Saran
Adapun saran dalam praktikum ini, praktikan harus teliti dan
berhati hati saat melakukan praktikum karena ketika melakukan praktikum
urine harus benar-benar diperhatikan agar tidak tumpah dan ketika
memanaskan sampel urine harus di perhatikan dengan benar tingkata
didihnya agar tidak terjadi kecelakaan kerja saat praktikum karena
ditakutkan tabung reaksi meledak saat di panaskan, dan perubahan yang
terjadi pada setiap perlakuan harus diperhatikan dengan teliti agar hasil
yang didapat sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Andrizal, dkk. 2018. Pembuatan Histogram Dan Pola Data Warna Urin
Berdasarkan Urinalisis Menggunakan Mini PC. Jurnal RESTI
(Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi). Vol. 2 (3):722 – 727.
Aziz, H. A. 2016. Gambaran Reduksi Urin dengan Metode Benedict pada Pasien
Diabetes Melitus. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Ciamis.
Bandiyah, 2009. Gejala dan Tanda Gagal Ginjal Akut. Lanjut Usia dan
Keperawatan Genoritik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Elias VF, Abellan AM, Gullon JM, Navarro RM, Pallares JG, Sanchez ED, etc.
2014.Validity of hydration non-invasive indices during the
weightcutting and official weight-in for Olympic combat sports.9(4):1-
6.
Muzzaki, Akhmad Nur dkk. 2019. Kajian Urine Siswa IPA dan IPS di SMAN 1
Purworejo. Indonesian Fun Science Journal. Vol 1 (1) : 194-203.
Putra, A.L., Wowor, P.M.& Wungouw, H.I.S., 2015. Gambaran Kadar Glukosa
Urine Sewaktu pada Mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Kedokterann
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol. 3 (3) :
834-838