Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi membahas tentang apa pun yang menempati ruang dan

memperlihatkan sifat massa, ketika semua menempati ruang dan dideskripsikan

dengan istilah bobot suatu sifat yang berhubungan. Komposisi mengacu kepada

bagian atau komponen suatu sampel materi dan proporsi relatifnya. Sedangkan sifat

mengacu kepada mutu atau atribut yang dapat kita gunakan untuk membedakan satu

sampel materi dengan sampel materi lainnya (Petrrucci, dkk., 2008: 4).

Zat yang menempati ruang, mempunyai massa dan dapat merada dalam

wujud yang berbeda, pada dasarnya memiliki tiga wujud zat yaitu gas, cair dan

padat. Wujud zat dari suatu zat tergantung pada suhunya (Baharuddin, 2013: 118).

Senyawa seperti asam benzoat yang memiliki penampilan berupa padatan kristal tak

berwarna dengan massa molar 122,12 g/mol dapat melebur pada suhu 122,4℃ dan

mendidih disuhu 249℃. Sehingga asam benzoat dapat berupa padatan dan juga

cairan tergantung pada temperaturnya (wekipedia, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan percobaan tentang penentuan

titik lebur pada zat padat murni dengan tujuan agar dapat mengetahui faktor yang

menentukan wujud zat serta dapat membedakan stuktur kristal pada zat ionik.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu:

1. Apakah tiga faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan

tekanan atmosfir?

2. Bagaimanakah struktur kristal zat padat ionik?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu:

1. Menyebutkan tiga faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar

dan tekanan atmosfir.

2. Membedakan stuktur kristal zat padat ionik dengan benar.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Umumnya ada tiga wujud zat yaitu gas, cair dan padat. Gas merupakan satu

dari tiga wujud zat, sifat gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan juga

bergantung pada stukturnya. Sifat-sifat gas yang dapat dirangkumkan adalah gas

bersifat transparan, terdistribusi dalam ruang apapun bentuk ruangnya, berdistribusi


ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar, bila dua gas atau lebih gas

bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata dan bila dipanaskan gas akan

mengembang, bila didinginkan akan mengkerut, dari berbagaai sifat ini yang paling

penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu cairan memenuhi wadah bila cairan

didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi.

Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun suhunya yang akan

berubah adalah tekanannya. Tekanan gas yaitu tekanan uap cairan ketika

kesetimbangan uap-cair dicapai, ditentukan hanya oleh suhunya. Baik jumlah cairan

maupun volume diatas cairan tidak mempunyai akibat asalkan cairan masih ada

(Baharuddin, 2013: 120,124-125).

Wujud cair, situasinya tidak begitu sederhana sebab setiap molekul dikelilingi

banyak molekul lain dengan demikian tumpukan mengkin terjadi. Pengamatan

menarik adanya gerakan cairan dilakukan oleh Brown yakni adanya gerakan acak

serbuk sari dipermukaan air. Asal gerakan Brown adalah tumpukan antara serbuk

dan molekul air dan diinterpretasikan sebagai berikut karena besaran dan arah tiap

tumpukan yang mendorong serbuk sari bervariasi, partikel serbuk akan bergerak

secara random. Sebenarnya, dapat dilakukan penanganan gerakan partikel cairan


dengan menggunakan model mekanik sebagai dalam kasus partikel gas. Namun,

1
pengaruh molekul yang bertumbukan atau molekul sekitarnya sedemikian besar

sehingga sukar untuk menangani cairan secara kuantitatif (Baharuddin, 2013 119).

Kekuatan interaksi antar partikel dalam cairan pertengahan antara kekuatan

interaksi dalam padatan dan gas. Aspek paling menarik diantara sifat-sifat cairan

adalah perubahan matual antara gas dan cairan, yakni penguapan dan kondensasi, hal

ini digunakan meluas dalam proses kimia destilasi, salah satu metode pemurnian

cairan yang meluas dan bermamfaat (Baharuddin, 2013: 118). Tekanan uap cairan
meningkat dengan kenaikan suhu dan gelembung akan terbentuk dalam cairannya.

Tekanan gas dalam gelembung sama dengan jumlah tekanan atmosfer dan tekanan

hidrostatik akibat tinggi cairan di atas gelembung. Wujud saat gelembung terbentuk

dengan giat disebut dengan mendidih, dan temperatur saat mendidih ini disebut

dengan titik didih. Titik didih pada tekanan atmosfer 1 atm disebut dengan titik didih

normal. Titik didih akan berubah tergantung pada tekanan atmosfer. Bila tekanan

atmosfer lebih tinggi dari 1 atm, tititk didih akan lebih tinggi dari titik didih normal.

Sementara bila tekanan atmosfer lebih rendah dari 1 atm, titik didihnya akan lebih

rendah dari titik didih normal (Baharuddin, dkk., 2013: 121).

Cairan ketika dipanaskan dalam wadah terbuka ke atmosfer, ada suhu tertentu

ketika penguapan terjadi di seluruh cairan, bukan hanya pada permukaan.

Gelembung-gelembung uap terbentuk di dalam seluruh cairan, naik ke permukaan

dan melepaskan diri. Tekanan yang ditimbulkan oleh molekul yang melepaskan diri

sama dengan tekanan yang ditimbulkan oleh molekul atmosfer dan dikatakan telah

terjadi pedinginan (boiling). Selama pendidihan, energi yang diserap sebagai kalor

hanya digunakan untuk mengkonversi molekul cairan menjadi uap. Suhu tetap

konstan sampai semua cairan mendidih, sebagaimana secara dinamis. Suhu ketika
tekanan-uap cairan sama dengan tekanan atmosfer standar adalah titik didih normal

1
(normal building point). Titik didih normal adalah adalah titik didih cairan pada

tekanan 1 atm. Titik didih cairan dapat ditentukan dari perpotongan garis-garis putus

(Petrucci, dkk., 2008: 103).

Padatan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kristal dan amorf. Es

merupakan padatan kristal (crystalline solid), yang memiliki keteraturan yang kaku

dan menjangkau-jauh atom-atomnya, molekul-molekulnya, atau ion-ionnya

menempati tempat tertentu. Susunan atom, molekul atau ion dalam padatan kristal
adalah sedemikian rupa sehingga gaya tarik-menarik antar molekul note dalam

keadaan maksimumnya. Gaya yang menyebabkan kestabilan kristal dapat berupa

gaya ion, ikatan kovalen, gaya van der Waals, ikatan hidrogen atau kombinasi gaya-

gaya ini. Padatan amorf seperti gelas tidak memiliki susunan yang tertata baik dan

keteraturan molekul yang menjangkau-jauh (Chang, 2005: 378).

Padatan kristal ketika dipanaskan, atom-atomnya, ion-ion atau molekulnya

bergetar dengan kencang. Akhirnya tercapai suatu suhu ketika getaran itu diputuskan

keteraturan struktur kristal. Atom, ion atau molekulnya dapat tergelincir satu sama

lain dan padatan itu kehilangan bentuk tetapnya dan berubah menjadi cairan. Proses

ini disebut pelelehan (melting), atau peleburan (fusion) dan suhu ketika hal ini terjadi

dinamakan titik leleh (melting point). Proses kebalikannya, yaitu konversi airan

menjadi padatan disebut pembekuan (freezing) atau pemadatan (solidification) dan

suhu ketika peristiwa terjadi disebut disebut titik beku (freezing point). Titik leleh

padatan dan titik beku cairan adalah identik. Pada suhu itu padatann dan cairan

berada bersama-sama dalam kesetimbangan (Petrucci, dkk., 2008: 109).

Cairan dan padatan mempunyai cerita yang berbeda. Perbedaan utama antara

wujud terkondensasi (cairan dan padat) dan wujud gas terletak pada jarak antar
molekulnya. Dalam cairan molekul-molekul saling berdekatan sehingga hanya tersisa

1
sedikit ruang kosong. Cairan lebih sulit dimampatkan daripada gas dan jauh lebih

rapat pada kondisi normal. Molekul-molekul dalam cairan terikat melalui satu atau

lebih jenis gaya tarik, cairan juga memiliki volume tertentu, karena molekul-molekul

dalam cairan tidak saling memisah karena adanya gaya tarik tersebut. Tetapi

molekul-molekul tersebut dapat bertukar tempat dengan bebas, sehingga cairan dapat

mengalir, dapat dituang dan memiliki bentuk seperti wadahnya. Sedangkan dalam

padatan molekul-molekul terikat dengan kaku pada tempatnya tanpa bebas bergerak.
Banyak padatan memiliki ciri keteratuan yang menjangkau jauh yaitu molekul-

molekul tersusun dalam konfigurasi yang teratur dalam tiga dimensi. Padatan

mempuyai ruang kosong lebih sedikit dibandingkan cairan. Jadi padatan hampir tidak

dapat dimampatkan dan memiliki bentuk dan volume tertentu. Dengan sedikit

pengecualian (salah satu yang terpenting adalah air), kerapatan padatan lebih tinggi

daripada kepadatan cairan untuk zat tertentu (Chang, 2005: 368).

Titik didih dan perubahannya dengan tekanan bersifat khas untuk tiap

senyawa. Jadi titik didih adalah salah satu sarana untuk mengidentifikasi zat.

Identifikasi zat kini dilakukan sebagian besar dengan bantuan metoda spektroskopi,

tetapi data titik didih diperlukan untuk melaporkan cairan baru. Titik didih

ditentukan oleh massa molekul dan kepolaran molekul. Diantara molekul dengan

jens gugus fungsional polar yang sama, semakin besar massa molekulnya, semakin

tinggi titik didihnya. Bahkan untuk massa molekul rendah, molekul dengan

kepolaran besar akan mengalami gaya intermolekul yang kuat yang mengakibatkan

titik didihnya lebih tinggi (Baharuddin, dkk., 2013: 122).

1
Setiap zat memiliki suhu kritis (critical temperatur) (Tc), yang diatas suhu ini

bentuk gas tidak dapat dibuat-buat menjadi cair, seberapa pun tekanan yang

diberikan. Suhu kritis juga merupakan suhu tertinggi dimana suatu zat dapat berada

dalam keadaan cair. Tekanan minimum yang harus diberikan untuk menyebabkan

pencairan pada suhu kritis disebut tekanan kritis (critical pressure) (Pc). Keberadaan

suhu kritis dapat dijelaskan secara kualitatif. Tarik-menarik antar molekul

,merupakan besaran tertentu untuk zat tertentu. Dibawah (Tc), gaya ini cukup kuat
untuk mengikat molekul (pada tekanan yang sesuai) dalam keadaan cair. Diatas (Tc)

gerakan molekul menjadi sangat berenergi sehingga molekul-molekul dapat selalu

melepaskan diri dari tarik-menarik (Chang, 2005: 390).

Padatan seperti asam benzoat yang memiliki bobot molekul sebesar 122,12

g/mol, titik lebur 122,4℃. Dan titik didih 249℃. Mengandung tidak kurang dari

99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C7H6O2 dihiting terhadap zat anhidrat, pemerian:

hablur berbentuk jarum atau sesik, putih sedikit berbau, biasanya bau benzeldehid

atau benzoin, mudah menguap dalam uap air, mudah larut dalam etanol, dalam

kloroform dan eter. Asam benzoat merupakan salah satu pengawet yang diizinkan

oleh Depertemen Kesehatan untuk digunakan pada makanan (Guntarti, dkk., 2012:

133).

1
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Jum’at/ 27 November 2015

Waktu : 13.00 – 16.30 WITA

Tempat :Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung thiele,

statif dan klem, termometer, pipa kaca panjang, pembakar spiritus, kaca

arloji, pipa kapiler, botol semprot dan stopwatch.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquades

(H2O), benang, korek api, kristal asam benzoat (C6H5COOH) dan minyak

parafin.

1
C. Prosedur Kerja

Penentuan titik lebur zat padat murni

Mengambil sebuah pipa kapiler yang salah satu ujungnya terbuka dan ujung

satunya ditutup dengan cara dibakar, menggerus sedikit zat padat pada kaca arloji,

kemudian memasukkan pada pipa kapiler sedemikian rupa sehingga zat padat

mencapai dasar pipa kapiler yang tertutup setinggi 3-4 mm dan tersusun rapat,

selanjutnya pipa kapiler diikat dengan termometer sedemikian rupa sehingga


berdekatan dengan bola air raksa, memasukkan minyak parafin dalam tabung thiele,

kemudian memanaskan dengan api kecil sehingga temperatur naik 1º-2ºC per menit,

mencatat temperatur saat zat mulai mencair dan sampai mencair semua. Besaran-

besaran temperatur ini dicatat sebagai range titik lebur.

1
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

No. Sampel Suhu mulai Suhu mencair range waktu

mencair (℃) sempurna (℃)

1. Asam benzoat 4 menit


120 160 40
(C6H5COOH) 23 detik

B. Pembahasan

Wujud zat merupakan bentuk zat baik berupa padatan, cair maupun gas

tergantung pada tekanan dan temperaturnya dengan tujuan agar dapat membedakan

ketiga wujud zat ini, untuk lebih memahami tentang wujud zat maka dilakukanlah

percobaan penentuan titik lebur menggunakan sampel asam benzoat (C6H5COOH).

Penentuan titik lebur dari sampel ini dilakukan dengan cara sampel dimasukkan

kedalam pipa kapiler yang memiliki betuk yang kecil dengan kedua ujungnya

terbuka sehingga untuk dapat digunakan salah satu ujungnya ditutup dengan cara

dibakar, percobaan ini menggunakan pipa kapiler sebagai alat untuk menyimpan

sampel karena pipa kapiler memiliki keuntungan diantaranya pipa kapiler memiliki

lubang kecil sehingga bisa menghemat bahan yang digunakan yang umumnya relatif

mahal. Sampel yang dimasukkan kedalam pipa kapiler sekitar setengah centimeter,

karena jika sampel dimasukkan hingga penuh maka akan semakin lama titik leleh

begitu juga sebaliknya jika terlalu sedikit yang dimasukkan dikhawatirkan akan

meleleh sebelum waktunya, untuk membantu memasukkan sampel kedalam pipa


kapiler maka dilakukan stuffing, yaitu menjatuhkan pipa kapiler yang terisi pada pipa

1
panjang gunanya untuk membantu mempatkan serbuk sampel kedasar ujung pipa

kapiler karena jika tidak termampatkan akan menghambat pelelehan disebabkan oleh

renggangan yang terdapat pada isi pipa kapiler. Kemudian dekatkan pipa kapiler

pada termometyer dengan cara pipa kapiler ini diikat menggunakan benang pada

termometer. Digunakan benang karena benang tidak memiliki titik leleh sehingga

tidak menggangu suhu pelelehan untuk campuran dalam pipa kapiler Termometer

yang digunakan dalam laboratorium terdiri dari dua jenis yaitu termometer air raksa
dan termometer alkohol. Termometer air raksa memiliki beberapa keuntungan

diantaranya air raksa mudah dilihat karena mengkilat, tingkat ketelitianya tinggi dan

jangkauan suhunya cukup besar dan sesuai dengan pekerjaaan laboratorium -40℃-

350℃. Termometer alkohol digunakan dalam laboratorium kerena alkohol harganya

lebih murah tetapi teliti sebab untuk kenaikan suhu yang kecil alkohol mengalami

perubahan volume yang besar dan alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah

sebab titik beku alkohol -130℃, akan tetapi, karena alkohol tidak berwana sehingga

biasanya alkohol diberi pewarna seperti merah dan biru agar dapat terlihat.

Berdasarkan hal tersebut maka pada percobaan ini digunakan termometer air raksa

karena memiliki jangkauan suhu yang cukup besar. Termometer alkohol tidak

digunakan pada percobaan ini karena termometer alkohol biasanya digunakan untuk

mengukur suhu yang sangat rendah sedangkan pada percobaan ini yang ingin

diketahui adalah titik lebur dari sampel. Sampel yang telah siap dimasukkan kedalam

tabung thiele yang berisi minyak parafin. Tabung thiele digunakan karena memiliki

aliran konveksi yang akan mengalami turbulensi, yaitu sirkulasi searah yang

disebabkan adanya adhesi sehingga dapat terjadi proses distribusi panas dari sumber

(api bunsen) kepadatan yang telah dimasukkan kedalam pipa kapiler termometer dan
pipa kapiler dengan bahan kristal asam benzoat dan minyak parafin. Percobaan ini

1
menggunakan minyak parafin karena karena minyak parafin memiliki titik leleh

melebihi 300°C yang dapat mencapai titik lebur asam benzoat sedangkan aquades

tidak dapat mencapai titik leleh asam benzoat karena titik leleh aquades hanya

100°C.

Melakukan pengukuran titik didih harus diperhatikan mengenai titih didih

bahan yang digunakan sehingga bisa dideteksi jenis termometer yang digunakan

dalam percobaan. Seperti pada awal percobaan digunakan termometer 110℃.


Sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai karena seharusnya digunakan termometer

300℃ karena titik didih dari bahan yang digunakan melebihi dari 110℃. Namun,

setelah dilakukanya percobaan kedua maka diperoleh hasil yang sesuai.

Wujud awal dan akhir asam benzoat mengalami perubahan wujud dari padat

menjadi cair. Penentuan titik leleh asam benzoat dilakukan dengan cara memanaskan

dengan menggunakan minyak parafin sebagai media panasnya. Asam benzoat

memiliki titik leleh sebesar 121-123°C. Sedangkan pada percobaan ini diperoleh titik

lebur asam benzoat mulai mencair pada suhu 120°C dan suhu dan mencair sempurna

pada suhu 160°C yaitu ketika akan mencair hingga mencair semua sehingga range

pada percobaan ini adalah 40°C sedangkan range asam benzoat secara teori 1-2°C

disebabkan karena adanya kontaminasi dari udara sehingga mempengaruhi titik leleh

pada asam benzoat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asam berzoat yang

digunakan tingkat kemurniannya rendah.

1
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang menentukan apakah suatu materi berwujud gas, padat atau cair

pada suhu kamar dan tekanan atmosfir yaitu besarnya energi ikatan antar

partikel dalam zat, massa atom atau massa molekul dari partikel dan bentuk

geometri dari partikel.

2. Struktur kristal zat padat ionik yaitu mengandung ion-ion yang terikat oleh

ikatan ionik. Struktur kristal ionik bergantung pada muatan kation, anion dan

jari-jarinya. Atom-atom unsur alkali terikat dalam suatu struktur yang

terjenjal oleh ikatan logam yang lemah karena setiap atomnya hanya

mempunyai satu elektron ikatan dan bertambah lemah jika jari-jarinya


bertambah besar.

1
B. Saran

Percobaan selanjutnya menggunakan sampel lain seperti H2SO4 agar bisa

lebih memamahmi lagi tentang wujud zat.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, dkk.1.Kimia Dasar 1. Makassar: UIN Alauddin. 2013.


Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti jilid 2. Terj. Suminar Setiati
Achmadi. Jakarta: Erlangga. 2005.
Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti jilid 1. Terj. Suminar Setiati
Achmadi. Jakarta: Erlangga. 2005.
Petrucci, dkk. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern jilid 1. Terj.
Suminar Setiati Achmadi. Jakarta: Erlangga. 2008.
Petrucci, dkk. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern jilid 2. Terj.
Suminar Setiati Achmadi. Jakarta: Erlangga. 2008.
Wati, Irna wahyu, Guntarti, any. “Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Bebera
Merk Dagang Miniman Ringan Secara Spektrofotometri Ultraviolet”. Jurnal
Ilmiah Kefarmasian. Vol. 2, No 2, 2012, h. (113).

Anda mungkin juga menyukai