Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

LIPIDA

DISUSUN OLEH:
NAMA : FINKA AZKIYA NISA
NIM : L1C020037
KELAS : IKL-A

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO

2021
LIPIDA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menghidrolisis suatu lemak netral dengan basa KOH
menjadi garam asam lemak dan gliserol.
2. Mahasiswa dapat menetapkan volume larutan KOH yang digunakan untuk
hidrolisis lemak netral dengan cara titrasi.
3. Mahasiswa dapat menghitung angka penyabunan.
4. Mahasiswa dapat menitrasi kelebihan iod yang dipakai untuk mengadisi
ikatan rangkap pada lipida yang diperiksa.
5. Mahasiswa dapat menetapkan banyak iodin yang dipakai untuk mengadisi
ikatan rangkap lipida yang diperiksa.
6. Mahasiswa dapat menetapkan angka iod suatu lipida.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Lipid atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen yang
terdapat di alam. Lipid bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Hartono A, 2006). Lemak adalah suatu
zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk
proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar didalam tubuh diperoleh dari dua
sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan
didalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Madja, 2007).
Lipid merupakan salah satu zat makromolekul yang dibentuk oleh beberapa
molekul kecil. Dari beberapa molekul kecil tersebut yang mempunyai struktur yang
sama atau homolog. Lipid mempunyai beberapa fungsi yaitu melindungi organ
tubuh, terapi untuk kanker, membentuk sel, membantu apoptosis sel, penghasil
panas dalam tubuh, sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin yang larut
dalam lemak (Huang, 2015). Lipid adalah termasuk ke dalam senyawa non
heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida),
fosfolipid serta sterol. Terdapat lipid gabungan (ester asam lemak yang memiliki
gugus tambahan, seperti fosfolipid serebrosida) dan juga derivate lipid (senyawa
yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipi, seperti asam lemak, gliserol, dan sterol)
(Ganong ,2008).
Berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid terbagi menjadi dua golongan
besar. Kedua golongan besar tersebut yaitu lipid yang disabunkan atau dapat
dihidrolisis dengan basa dan lipid yang tidak dapat disabunkan. Contoh lipid yang
dapat disabunkan yaitu seperti lemak, sedangkan lipid yang tidak dapat disabunkan
yaitu contohnya steroid (Poedjiadi, 1994). Secara kimia, lemak dan minyak adalah
senyawa yang sangat mirip. Akan tetapi, disamping senyawanya yang sangat
mirip, ternyata secara fisik, lemak dan minyak berbeda. Dalam bentuk fisik, lemak
berbentuk padat, sedangkan minyak berbentuk cair apabila diukur pada suhu
kamar. Di dalam lemak dan minyak sama – sama terbentuk dari satu molekul
gliserol dan tiga molekul asam lemak, maka dari itu lemak dan minyak sering
disebut trigliserolida (Lakitan, 2008).
Trigliserida merupakan gabungan dari tiga asam lemak dan satu gliserol.
Sama seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan jenis lemak yang
bersirkulasi di dalam darah. Trigliserida adalah bentuk simpanan lemak di dalam
tubuh yang dapat dipecah dengan bantuan enzim lipase. Di samping itu, lemak
dapat mengikat dirinya pada senyawa protein tertentu sehingga dapat mengikuti
aliran darah. Gabungan anatara lemak dan protein tersebut disebut dengan
lipoprotein.
Dalam lemak, terdapat dua golongan, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh.
Derajat ketidakjenuhan dinyatakan dengan bilangan Iodin, yaitu jumlah garam
yang dapat diserap oleh 100gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar
bilangan Iodin, maka akan semakin besar pula ketidakjenuhan lemak. Dengan
proses hidrolisis, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini
dapat berjalan dengan menggunakn asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya
adalah hidrolisis gliserol tristearat yang akan menghasilkan gliserol dan asam
stearate (Hart, 2005).
III. METODOLODI PERCOBAAN
3.1. Penetapan Angka Penyabunan
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat refluks, labu
Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, gelas ukur 5 mL dan 25 mL, alat titrasi, dan
neraca.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak Bimoli,
minyak Rosebrand, minyak malinda, KOH alkoholis, HCl standar 0,5 N
(harus ditetapkan titernya), dan larutan indikator fenolftalein.
3.1.3. Prosedur Percobaan
1. Sebanyak 2,5gram minyak kelapa (2,5 mL minyak bimoli atau
2,4 mL minyak malinda) dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
dan ditambahkan 25 mL KOH alkoholis untuk titrasi sampel.
2. Sebanyak 25 mL KOH alkalis dimasukkan ke labu Erlenmeyer
untuk larutan Blanko.
3. Kedua labu yang telah diisi sampel dan blanko direfluks
bersama-sama selama 20 menit atau lebih (penyabunan sudah
sempurna bila campuran pada sampel sudah agak kering).
4. Kedua labu Erlenmeyer diambil dari alat refluks kemudian
dibiarkan dingin dan pada masing-masing labu ditambahkan
indikator fenolftalein sebanyak 3-4 tetes.
5. Masing-masing isi dari kedua labu kemudian dititrasi dengan
HCl, dan catatlah HCl yang terpakai untuk titrasi sampel dan
blanko.
3.2. Penetapan Angka Iod
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah empat buah labu
Erlenmeyer 250 mL, pipet ukur, gelas ukur 5 mL dan 25 mL, alat
titrasi, dan neraca.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak
Bimoli, minyak Rosebrand, minyal malinda, larutan iodin hanus 0,05
N, KI 15%, Na2S2O3 0,01 N, kalium bikromat, larutan kanji 1%, dan
akuades.
3.2.3. Prosedur Percobaan
1. Sebanyak 2,5 mL sampel minyak dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer yang tertutup, dilarutkan dengan iodin Hanus 10 mL
dan didiamkan selama 30 menit sambil sekali-kali dikocok.
2. Ditambahkan 6 mL larutan Kl 15% dan kocok lagi dengan kuat.
Ditambahkan lagi 50 mL akuades yang sudah dimasak dan sudah
didinginkan sekaligus dicuci untuk larutan Hanus yang menempel
pada mulut Erlenmeyer.
3. Iodin dititrasi dengan Na2S2O3 0,1N (5 tetes) sampai warna
kuning dari larutan hampir hilang. Pada saat ini dengan segera
ditambahkan 5 tetes larutan kanji 1% sebagai indikator dan
dititrasi sampai warna biru hilang.
4. Jika titik akhir reaksi hampir selesai, Erlenmeyer ditutup dan
dikocok, kemudian dititrasi lagi sampai titik akhir titrasi tercapai.
5. Blanko dibuat. Untuk blanko (tanpa lipid) dilakukan sama
banyaknya mL Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan oleh blanko
dikurangi oleh banyaknya mL Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan
sampel (2,5 gr lipid) menunjukkan banyaknya iodin yang diserap
oleh lipida tersebut.
3

IV. HASIL DAN PEMBAHAN


4.1 Data Pengamatan
4.1.1. Penetapan Angka Penyabunan
NO. PERLAKUAN HASIL
1. a. Sampel 2,5gram minyak kelapa a. Bening berwarna
dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 kuning.
mL dan ditambahkan 25 mL KOH
alkoholis.
b. 25 mL KOH alkoholis b. Bening
dimasukkan dalam Erlenmeyer 250
mL
2. a. Erlenmeyer sampel direfluks 20 a. Bening berwarna
menit, lalu didinginkan. kuning.
b. Erlenmeyer blanko direfluks 20 b. Bening
menit, lalu didinginkan.
3. Hasil yang telah didinginkan -Berwarna ungu
ditambahkan dengan 3-4 tetes (dengan minyak)
indikator fenolftalein, kemudian di -Berwarna ungu
titrasi. (tanpa minyak)
4. Setelah dititrasi -Sampel: Berwarna
putih susu
-Blanko: Tidak
berwarna
4.1.2. Penetapan Angka Iod
NO. PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Sampel dimasukkan ke dalam labu Sampel dimasukkan
erlenmeyer sebanyak 2,5 ml. dan dilarutkan
Kemudian dilarutkan dengan iodin dengan iodin hanus
hanus 10 ml. 10 ml.
2. Ditutup dengan plastik hitam dan Ditutup dan dikocok
diamkan selama 30 menit sambil
sesekali dikocok
3. Ditambah 6 ml larutan KI 15% dan Larutan KI
dikocok dengan kuat ditambahkan
4. Ditambahkan akuades yang telah Akuades
dimasak dan didinginkan sebanyak ditambahkan
50 ml.
5. Titrasi iodin dengan Larutan tertitrasi
mengggunakan larutan natrium
triosulfat 0,001 N sampai warna
kuning larutan hampir hilang.
6. Sebanyak 5 tetes larutan kanji 1 % Larutan kanji
ditambahkan sebagai indikator. ditambahkan
menghasilkan warna
biru
7. Dilanjutkan titrasi sampai larutan Titrasi dilanjutkan
warna biru hilang.

4.2 Data Perhitungan

4.2.1 Angka Penyabunan

Tetapkan angka penyabunan minyak kelapa Diketahui:


a= mL HCl 0,5N yang dipakai untuk titrasi pada sampel
b= mL HCl 0,5N yang dipakai untuk titrasi pada blanko

1. Minyak Bimoli

(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐾𝑂𝐻 (23,4 − 5,7) 𝑥 0,5 𝑥 56,1


=
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5

=
5

= 198,6

Angka penyabunan minyak Bimoli sebesar 198,6 mg KOH/g

2. Minyak Rosebrand

(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐾𝑂𝐻 (23,4 − 10,5) 𝑥 0,5 𝑥 56,1


=
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5

= 144,74

Angka penyabunan minyak Rosebrand sebesar 198,6 mg KOH/g

3. Minyak Malinda

(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐾𝑂𝐻 (23,4 − 6) 𝑥 0,5 𝑥 56,1


=
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5

= 203,4

Angka penyabunan minyak Rosebrand sebesar 203,4 mg KOH/g

4.2.2 Angka Iod

Hitung banyaknya mg iodin yang diserap oleh 100 g lipida.

Diketahui :
6

a= mL 0,1 N Na2S2O3 yang dipakai untuk titrasi sampel b=


mL 0,1 N Na2S2O3 yang dipakai untuk titrasi blanko

1. Minyak Bimoli

1 1
(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100 (45,55 − 22) 𝑥 0,01 𝑥 254 𝑥 100
2
= 2

𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5

= 1196,34 Angka
iod minyak Bimoli sebesar 1196,34.
2. Minyak Rose Brand

1 1
(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100 (45,55 − 24) 𝑥 0,01 𝑥 254 𝑥 100
2
= 2

𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5

= 1176,02

Angka iod minyak Bimoli sebesar 1176,02.

3. Minyak Malinda

1 1
(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 2 𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100 (45,55 − 23,4) 𝑥 0,01 𝑥 2 254 𝑥 100
7

=
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5

= 1172,10 Angka
iod minyak Malinda sebesar 1172,10.

4.3 Pembahasan

Menurut pendapat dari (Phatalina, et al, 2013) bahwa saponifikasi


merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan reaksi
saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula
dari penyabunan adalah karboksilat karean campurannya bersifat basa.
Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan dari (Gebellin, 2005) yang
menyatakan bahwa Saponifikasi merupakan reaksi yang terjadi ketika
minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang menghasilkan sabun
dan gliserol. Prinsip dalam proses saponifikasi adalah lemak akan
terhidrolisis oleh basa yang menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan
membentuk suatu cairan yang mengental, yang di sebut trace.
Dicampuran tersebut kemudian ditambahkan NaCl. Garam NaCl
ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol
sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah
dari gliserol.
Prinsip kerja dari bilangan penyabunan (saponification value)
adalah sejumlah tertentu sampel minyak/lemak direaksikan dengan basa
alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan
gliserol dan sabun. Sisa dari KOH dititrasi dengan menggunakan HCl
yang juga telah diketahui konsentrasinya sehingga dapat diketahui
berapa banyak KOH yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan
8

asam lemak bebas dalam sampel. Dalam percobaan Lipida, bilangan


penyabunan juga digunakan titrasi blanko (titrasi tanpa menggunakan
sampel) dimana ini berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang
bereaksi dengan pereaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi
kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi. Didalam percobaan Lipida
yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa bilangan penyabunan
(Saponification value) untuk sampel lemak/minyak adalah 252.45 mg/g.
Hasil ini jika diamati dari range-nya melebihi range standar, range untuk
bilangan penyabunan yaitu 196-206 (Sumber : SNI 01-3741-2002
Dewan Mutu Minyak Goreng dalam Hesti, 2012) sehingga pada hasil ini
sampel tidak memenuhi syarat.
Penetapan angka penyabunan dapat dilakukan dengan melakukan
perlakuan terhadap sampel, yaitu sebanyak 2,5 gram minyak kelapa (2,5
mL minyak Bimoli, 2,5 mL minyak Rosebrand atau 2,4 mL minyak
Malinda) dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan selanjutnya
ditambahkan 25 mL KOH alkalis. Pada saat ini, tidak terjadi perubahan
apapun pada larutan. Kemudian untuk blanko, sebanyak 25 mL KOH
alkalis dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian, kedua labu
yang berisi sampel dan blanko direfluks bersama-sama selama 20 menit
atau lebih (penyabunan sudah sempurna bila campuran pada sampel
sudah agak kering). Saat ini, minyak mengalami perubahan warna
menjadi lebih kuning sementara blanko tetap tidak berwarna.
Selanjutnya, kedua labu Erlenmeyer diambil dari alat refluks dan
dibiarkan dingin. Kemudian, pada masing-masing labu ditambahkan
indikator fenolftalein sebanyak 3-4 tetes. Larutan blanko berubah warna
menjadi ungu sementara sampel minyak tetap berwarna kuning.
Terakhir, masing-masing isi dari kedua labu kemudian dititrasi dengan
HCl, dan catatlah HCl yang terpakai untuk titrasi sampel dan blanko.
Hasil yang didapat setelah titrasi, larutan sampel berwarna putih susu
sementara larutan blanko menjadi tidak berwarna.
Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak,
alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak
9

hasil hidrolisa dan mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk


sabun (Ketaren, 1986 dalam Hesti, et al, 2012). Sehingga semakin besar
angka penyabunan maka asam lemak akan semakin kecil dan kualitas
minyak akan semakin bagus, sebaliknya jika angka penyabunan kecil
maka asam lemak besar dan kualitas menurun (Herlina, 2011 dalam
Hesti, et al, 2012).
Angka penyabunan merupakan banyaknya mg KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak. Angka penyabunan
bernilai tinggi, jika berat molekul asam lemak rendah. Kemudian angka
asam merupakan suatu bilangan atau angka yang menunjukkan
banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau minyak,
berasal dari peranan enzim lipase. Selain itu angka asam juga dinyatakan
sebagai banyaknya mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam setiap g lemak (Djarir, Dkk. 2002). Minyak dan
lemak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk sabun. Jika
lemak diolah dengan larutan natrium hidroksida pekat akan dihasilkan
gliserol dan garam dari asam lemak atau sabun proses ini dinamakan
saponifikasi atau penyabunan (Budiyanto, 2004). Teknik yang
digunakan adalah titrasi asidimetri setelah proses penyabunan sempurna.
Teknik untuk mengidentifikasi bilangan penyabunan adalah dengan cara
merefluks campuran lemak atau minyak dengan KOH berlebih dan
mentitrasi kelebihan KOH (Sunarya dan Agus, 2007).
Banyaknya iodin yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan
rangkap. Angka iodin dinyatakan sebagai banyaknya gram iodin yang
diikat oleh 100 gram minyak atau lemak (Panggabean, 2009). Penetapan
anagka iod dapat dilaukan dengan cara sebanyak 2,5 mL sampel minyak
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang tertutup dan dilarutkan
dengan iodin Hanus 10 mL, kemudian didiamkan selama 30 menit
sambil sekali-kali dikocok. Selanjutnya, ditambahkan 6 mL larutan Kl
15% dan kocok lagi dengan kuat. Diambahkan lagi 50 mL akuades yang
sudah dimasak dan sudah didinginan sekaligus untuk mencuci larutan
Hanus yang menempel pada mulut Erlenmeyer. Lalu, iodinnya dititrasi
dengan Na2S2O3 0,1N (5 tetes) sampai warna kuning dari larutan hampir
10

hilang. Pada saat ini dengan segera tambahkan 5 tetes larutan kanji 1%
sebagai indikator dan teruskan titrasi tersebut sampai warna biru hilang.
Jika titik akhir reaksi hampir selesai Erlenmeyer ditutup dan kocok
kemudian dititrasi lagi sampai titik akhir titrasi tercapai. Buatlah
blankonya. Untuk blanko (tanpa lipid) dilakukan sama banyaknya mL
Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan oleh blanko dikurangi oleh banyaknya
mL Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan sampel (2,5 gr lipid) menunjukkan
banyaknya iodin yang diserap oleh lipida tersebut.
Pada saat uji iod tepung pati dimasukkan ke dalam papan uji. Lalu
ditambahkan 1 tetes larutan iod encer, hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan glikogen apa yang terdapat dalam pati.
Kemudian tepung pati dicampurkan dengan rata, agar hasil
memperlihatkan perubahan warna kemudian perhatikkan warna yang
terbentuk. Kemudian, hasil yang diperoleh diamati dan dicatat. Pati yang
berikatan dengan Iodine (I₂) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini
dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh
struktur molekul pati yang bentuknya spiral, sehingga akan mengikat
molekul iodine dan terbentuklah warna biru (Winarno, 1984). Percobaan
uji iodin bertujuan untuk memisahkan antara polisakarida,
monosakarida, dan disakarida. Iodium akan memberikan warna
kompleks dengan polisakarida. Amilum memberikan warna biru pada
iodium, sedangkan glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian
memberikan warna merah sampai coklat dengan iodium (Zubaidah,
2013).
Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh
100 gram lemak. Ikatan rangkap yang trdapat pada asam lemak tidak
jenuh akan bereaksi dengan iodin atau senyawa iodin. Gliserida dengan
tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iodin dalam jumlah
yang lebih besar. Bilangan iodin di tetapkan dengan melarutkan sejumlah
contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gr) dalam kloroform atau
karbon tetra klorida. Kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan.
Setelah didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang
dikontrol, kelebihan dari iodin yang tidak bereaksi diukur dengan jalan
11

menitrasi larutan-larutan campuran tadi dengan natrium tiosulfat. Reaksi


dari ion yang berlebihan tersebut adalah sebagai berikut:

2 Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6


Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru
dengan indikator amilum. Bilangan iodin dapat menyatakan derajat
ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan juga dapat digunakan
menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak bukan pengering.
Minyak mengering mempunyai bilangan iodin yang lebih dari 130.
Minyak yang mempunyai bilangan iodin 100 sampai 130 bersifat
setengah mongering. Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan
lemak mampu menyerap sejumlah iodin dan membentuk senyawa jenuh.
Besarnya jumlah iodin yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan
rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilangan iodin dinyatakan sebagai
jumlah gram iodin yang diserap oleh 100 gr lemak/minyak. Kecepatan
reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada
macam halogen dan struktur dari asam lemak.Dalam urutan iod > brom
> flour > klor, menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya
semakin bertambah. Penentuan bilangan iodin biasanya menggunakan
cara Hanus, Kaufmann, dan Wijs dan perhitungan bilangan iodin dari
masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara ini berdasarkan
atas prinsip titrasi dimana pereaksi halogen berlebihan ditambahkan pada
contoh yang diuji. Stelah reaksi sempurna kelebihan reaksi ditentukan
jumlahnya dengan titrasi (Ketaren S, 1986).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hidrolisis suatu asam lemak netral dengan basa KOH menjadi garam asam
lemak dan gliserol dilakukan melakukan uji penyabunan atau saponifikasi.
2. Volume KOH yang digunakan dalam proses titrasi adalah 25 mL.

3. Angka penyabunan dihitung dengan persamaan

(𝑏−𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐾𝑂𝐻 yang kemudian menghasilkan perhitungan


𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
sebagai berikut :
Minyak bimoli = 198,6 mg/g.

Minyak rosebrand = 144,74 mg/g.

Minyak malinda = 203,4 mg/g.

4. Kelebihan iod yang dipakai untuk mengadisi rangkap pada lipida


dilakukan dengan proses titrasi.
5. Banyak iodin Hanus yang dipakai untuk mengadisi rangkap lipid yaitu 10
mL.

1
(𝑏−𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 2𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100
6. Angka iod dihitung dengan persamaan
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘

yang kemudian menghasilkan perhitungan sebagai berikut :

Minyak bimoli = 1196,34 mg/g.

Minyak rosebrand = 1176,02 mg/g.

Minyak malinda = 1172,10 mg/g.

VI. SARAN

Sebaiknya untuk format penulisan dilampirkan lebih jelas, dan asisten


diharapkan agar dapat membimbing praktikan lebih baik agar praktikum
berjalan lebih maksimal. Untuk praktikan diharapkan memperhatikan video
praktikum dan mencermati dengan baik agar dapat menyusun laporan
dengan baik dan benar. Ketika saat sedang di laboratorium seharusnya
dalam mode serius tidak dalam kondisi becanda ataupun tertawa saat sedang
menjalankan tahap tahap percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, M.A.K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM Press. hlm. 35: Malang.
Ganong. 2008. Review of Medical Physiology. Jakarta: EGC
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit (pp. 164-165). Jakarta: ECG.
Hart, S. 2005. Kimia Organik untuk Kuliah Singkat Edisi 6. Surabaya: Erlangga.
Herlina N. 2011. Lemak dan Minyak. http://library.usu.ac.id/
download/ft/tkiminetti.pdf./ diakses 8 Juni 2021.
Hesti Wijayanti, Harmin Nora, Rajihah Amelia. 2012. Pemanfaatan Arang Aktif Dari
Serbuk Gergaji Kayu Ulin Untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng
Bekas. Jurnal Konversi. 1 (1) : 27-33.
Huang, Chunfa dan Carl Freter. 2015. Lipid Metabolism, Apoptosis, and Cancer
Therapy. International Journal of Molecular Sciences. 2;16(1):924-49.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Edisi 1. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Lakitan, B. 2008. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Madja. 2007. Lemak Dalam Tubuh. Diakses pada tanggal 8 Juni 2021 dari
http://madja.wordpress.com/2015/05/02 lemak-dalam-tubuh.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Sunarya, Y. dan Agus, S. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Setia Purna Inves.
hlm. 252, 250, 247: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai