LIPIDA
DISUSUN OLEH:
NAMA : FINKA AZKIYA NISA
NIM : L1C020037
KELAS : IKL-A
2021
LIPIDA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menghidrolisis suatu lemak netral dengan basa KOH
menjadi garam asam lemak dan gliserol.
2. Mahasiswa dapat menetapkan volume larutan KOH yang digunakan untuk
hidrolisis lemak netral dengan cara titrasi.
3. Mahasiswa dapat menghitung angka penyabunan.
4. Mahasiswa dapat menitrasi kelebihan iod yang dipakai untuk mengadisi
ikatan rangkap pada lipida yang diperiksa.
5. Mahasiswa dapat menetapkan banyak iodin yang dipakai untuk mengadisi
ikatan rangkap lipida yang diperiksa.
6. Mahasiswa dapat menetapkan angka iod suatu lipida.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Lipid atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen yang
terdapat di alam. Lipid bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Hartono A, 2006). Lemak adalah suatu
zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk
proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar didalam tubuh diperoleh dari dua
sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan
didalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Madja, 2007).
Lipid merupakan salah satu zat makromolekul yang dibentuk oleh beberapa
molekul kecil. Dari beberapa molekul kecil tersebut yang mempunyai struktur yang
sama atau homolog. Lipid mempunyai beberapa fungsi yaitu melindungi organ
tubuh, terapi untuk kanker, membentuk sel, membantu apoptosis sel, penghasil
panas dalam tubuh, sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin yang larut
dalam lemak (Huang, 2015). Lipid adalah termasuk ke dalam senyawa non
heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida),
fosfolipid serta sterol. Terdapat lipid gabungan (ester asam lemak yang memiliki
gugus tambahan, seperti fosfolipid serebrosida) dan juga derivate lipid (senyawa
yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipi, seperti asam lemak, gliserol, dan sterol)
(Ganong ,2008).
Berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid terbagi menjadi dua golongan
besar. Kedua golongan besar tersebut yaitu lipid yang disabunkan atau dapat
dihidrolisis dengan basa dan lipid yang tidak dapat disabunkan. Contoh lipid yang
dapat disabunkan yaitu seperti lemak, sedangkan lipid yang tidak dapat disabunkan
yaitu contohnya steroid (Poedjiadi, 1994). Secara kimia, lemak dan minyak adalah
senyawa yang sangat mirip. Akan tetapi, disamping senyawanya yang sangat
mirip, ternyata secara fisik, lemak dan minyak berbeda. Dalam bentuk fisik, lemak
berbentuk padat, sedangkan minyak berbentuk cair apabila diukur pada suhu
kamar. Di dalam lemak dan minyak sama – sama terbentuk dari satu molekul
gliserol dan tiga molekul asam lemak, maka dari itu lemak dan minyak sering
disebut trigliserolida (Lakitan, 2008).
Trigliserida merupakan gabungan dari tiga asam lemak dan satu gliserol.
Sama seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan jenis lemak yang
bersirkulasi di dalam darah. Trigliserida adalah bentuk simpanan lemak di dalam
tubuh yang dapat dipecah dengan bantuan enzim lipase. Di samping itu, lemak
dapat mengikat dirinya pada senyawa protein tertentu sehingga dapat mengikuti
aliran darah. Gabungan anatara lemak dan protein tersebut disebut dengan
lipoprotein.
Dalam lemak, terdapat dua golongan, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh.
Derajat ketidakjenuhan dinyatakan dengan bilangan Iodin, yaitu jumlah garam
yang dapat diserap oleh 100gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar
bilangan Iodin, maka akan semakin besar pula ketidakjenuhan lemak. Dengan
proses hidrolisis, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini
dapat berjalan dengan menggunakn asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya
adalah hidrolisis gliserol tristearat yang akan menghasilkan gliserol dan asam
stearate (Hart, 2005).
III. METODOLODI PERCOBAAN
3.1. Penetapan Angka Penyabunan
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat refluks, labu
Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, gelas ukur 5 mL dan 25 mL, alat titrasi, dan
neraca.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak Bimoli,
minyak Rosebrand, minyak malinda, KOH alkoholis, HCl standar 0,5 N
(harus ditetapkan titernya), dan larutan indikator fenolftalein.
3.1.3. Prosedur Percobaan
1. Sebanyak 2,5gram minyak kelapa (2,5 mL minyak bimoli atau
2,4 mL minyak malinda) dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
dan ditambahkan 25 mL KOH alkoholis untuk titrasi sampel.
2. Sebanyak 25 mL KOH alkalis dimasukkan ke labu Erlenmeyer
untuk larutan Blanko.
3. Kedua labu yang telah diisi sampel dan blanko direfluks
bersama-sama selama 20 menit atau lebih (penyabunan sudah
sempurna bila campuran pada sampel sudah agak kering).
4. Kedua labu Erlenmeyer diambil dari alat refluks kemudian
dibiarkan dingin dan pada masing-masing labu ditambahkan
indikator fenolftalein sebanyak 3-4 tetes.
5. Masing-masing isi dari kedua labu kemudian dititrasi dengan
HCl, dan catatlah HCl yang terpakai untuk titrasi sampel dan
blanko.
3.2. Penetapan Angka Iod
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah empat buah labu
Erlenmeyer 250 mL, pipet ukur, gelas ukur 5 mL dan 25 mL, alat
titrasi, dan neraca.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak
Bimoli, minyak Rosebrand, minyal malinda, larutan iodin hanus 0,05
N, KI 15%, Na2S2O3 0,01 N, kalium bikromat, larutan kanji 1%, dan
akuades.
3.2.3. Prosedur Percobaan
1. Sebanyak 2,5 mL sampel minyak dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer yang tertutup, dilarutkan dengan iodin Hanus 10 mL
dan didiamkan selama 30 menit sambil sekali-kali dikocok.
2. Ditambahkan 6 mL larutan Kl 15% dan kocok lagi dengan kuat.
Ditambahkan lagi 50 mL akuades yang sudah dimasak dan sudah
didinginkan sekaligus dicuci untuk larutan Hanus yang menempel
pada mulut Erlenmeyer.
3. Iodin dititrasi dengan Na2S2O3 0,1N (5 tetes) sampai warna
kuning dari larutan hampir hilang. Pada saat ini dengan segera
ditambahkan 5 tetes larutan kanji 1% sebagai indikator dan
dititrasi sampai warna biru hilang.
4. Jika titik akhir reaksi hampir selesai, Erlenmeyer ditutup dan
dikocok, kemudian dititrasi lagi sampai titik akhir titrasi tercapai.
5. Blanko dibuat. Untuk blanko (tanpa lipid) dilakukan sama
banyaknya mL Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan oleh blanko
dikurangi oleh banyaknya mL Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan
sampel (2,5 gr lipid) menunjukkan banyaknya iodin yang diserap
oleh lipida tersebut.
3
1. Minyak Bimoli
=
5
= 198,6
2. Minyak Rosebrand
= 144,74
3. Minyak Malinda
= 203,4
Diketahui :
6
1. Minyak Bimoli
1 1
(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100 (45,55 − 22) 𝑥 0,01 𝑥 254 𝑥 100
2
= 2
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5
= 1196,34 Angka
iod minyak Bimoli sebesar 1196,34.
2. Minyak Rose Brand
1 1
(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100 (45,55 − 24) 𝑥 0,01 𝑥 254 𝑥 100
2
= 2
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5
= 1176,02
3. Minyak Malinda
1 1
(𝑏 − 𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 2 𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100 (45,55 − 23,4) 𝑥 0,01 𝑥 2 254 𝑥 100
7
=
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 2,5
= 1172,10 Angka
iod minyak Malinda sebesar 1172,10.
4.3 Pembahasan
hilang. Pada saat ini dengan segera tambahkan 5 tetes larutan kanji 1%
sebagai indikator dan teruskan titrasi tersebut sampai warna biru hilang.
Jika titik akhir reaksi hampir selesai Erlenmeyer ditutup dan kocok
kemudian dititrasi lagi sampai titik akhir titrasi tercapai. Buatlah
blankonya. Untuk blanko (tanpa lipid) dilakukan sama banyaknya mL
Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan oleh blanko dikurangi oleh banyaknya
mL Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan sampel (2,5 gr lipid) menunjukkan
banyaknya iodin yang diserap oleh lipida tersebut.
Pada saat uji iod tepung pati dimasukkan ke dalam papan uji. Lalu
ditambahkan 1 tetes larutan iod encer, hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan glikogen apa yang terdapat dalam pati.
Kemudian tepung pati dicampurkan dengan rata, agar hasil
memperlihatkan perubahan warna kemudian perhatikkan warna yang
terbentuk. Kemudian, hasil yang diperoleh diamati dan dicatat. Pati yang
berikatan dengan Iodine (I₂) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini
dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh
struktur molekul pati yang bentuknya spiral, sehingga akan mengikat
molekul iodine dan terbentuklah warna biru (Winarno, 1984). Percobaan
uji iodin bertujuan untuk memisahkan antara polisakarida,
monosakarida, dan disakarida. Iodium akan memberikan warna
kompleks dengan polisakarida. Amilum memberikan warna biru pada
iodium, sedangkan glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian
memberikan warna merah sampai coklat dengan iodium (Zubaidah,
2013).
Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh
100 gram lemak. Ikatan rangkap yang trdapat pada asam lemak tidak
jenuh akan bereaksi dengan iodin atau senyawa iodin. Gliserida dengan
tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iodin dalam jumlah
yang lebih besar. Bilangan iodin di tetapkan dengan melarutkan sejumlah
contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gr) dalam kloroform atau
karbon tetra klorida. Kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan.
Setelah didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang
dikontrol, kelebihan dari iodin yang tidak bereaksi diukur dengan jalan
11
1
(𝑏−𝑎) 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 2𝐵𝑀 𝐼2 𝑥 100
6. Angka iod dihitung dengan persamaan
𝑔𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
VI. SARAN
Budiyanto, M.A.K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM Press. hlm. 35: Malang.
Ganong. 2008. Review of Medical Physiology. Jakarta: EGC
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit (pp. 164-165). Jakarta: ECG.
Hart, S. 2005. Kimia Organik untuk Kuliah Singkat Edisi 6. Surabaya: Erlangga.
Herlina N. 2011. Lemak dan Minyak. http://library.usu.ac.id/
download/ft/tkiminetti.pdf./ diakses 8 Juni 2021.
Hesti Wijayanti, Harmin Nora, Rajihah Amelia. 2012. Pemanfaatan Arang Aktif Dari
Serbuk Gergaji Kayu Ulin Untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng
Bekas. Jurnal Konversi. 1 (1) : 27-33.
Huang, Chunfa dan Carl Freter. 2015. Lipid Metabolism, Apoptosis, and Cancer
Therapy. International Journal of Molecular Sciences. 2;16(1):924-49.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Edisi 1. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Lakitan, B. 2008. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Madja. 2007. Lemak Dalam Tubuh. Diakses pada tanggal 8 Juni 2021 dari
http://madja.wordpress.com/2015/05/02 lemak-dalam-tubuh.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Sunarya, Y. dan Agus, S. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Setia Purna Inves.
hlm. 252, 250, 247: Bandung.