Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun PENDAHULUAN • Brimonidine adalah agonis alpha2-adrenoceptor yang sangat selektif yang mengurangi tekanan intraokular (IOP) dengan mengurangi produksi aqueous humor dan meningkatkan aliran aqueous humor melalui jalur uveoscleral. Brimonidine diindikasikan untuk penatalaksanaan topikal glaukoma sudut terbuka atau hipertensi okular. • Dosis yang dianjurkan dari brimonidine 0,2% adalah satu tetes pada mata yang terkena dua atau tiga kali sehari sekitar tiga jam terpisah. Efek dosis-respons diamati setelah pemberian brimonidine dosis tunggal untuk pasien dengan glaukoma atau hipertensi okular; Pengurangan TIO dari awal 16,1, 22,4 dan 30,1% dicapai setelah pemberian brimonidine masing-masing 0,08, 0,2 atau 0,5%. • Efek samping yang paling sering dikaitkan dengan terapi brimonidine adalah kekeringan mulut (30,0%), hiperemia okular (26,3%) dan pembakaran okular dan / atau menyengat (24,0%). • Brimonidine mungkin memiliki manfaat tambahan potensial dari memberikan perlindungan saraf untuk pasien glaukoma. Studi telah menunjukkan bahwa brimonidine memenuhi 3 dari 4 kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi agen neuroprotektif, dan uji klinis sedang berlangsung untuk menentukan apakah brimonidine juga memenuhi kriteria terakhir dan apakah ada efek neuroprotektif di mata manusia. • Kata kunci: brimonidine, agonis adrenoseptor alfa 2, reduksi TIO, perlindungan saraf PENGERTIAN • Penghambat Adrenergik merupakan sekelompok senyawa yang bekerja menghambat saraf adrenergik. Golongan obat ini dibagi menjadi antagonis adrenergik reseptor (adrenoseptor) dan penghambat saraf adrenergik. • Glaukoma merupakan suatu penyakit yang sebagai terapi tambahan atau pengganti pada umumnya ditandai dengan suatu neuropati optik pasien- pasien glaukoma tak terkontrol obat, dan juga yang mengakibatkan hilangnya lapang pandangan pada pasien-pasien dengan kontraindikasi terhadap 1,2 dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) beta bloker. MACAM-MACAM RESEPTOR YANG TERIKAT
• Reseptor dari neurotransmiter dan hormon peptide terletak pada permukaan
sel, sedangkan reseptor hormon steroid terletak intraseluler. • Secara farmakologis dan molekuler, terdapat tiga tipe utama reseptor adrenergik yaitu alfa-1, alfa2, dan beta, dimana masing-masing dibagi lagi kedalam 3 atau 4 subtipe. 1. Reseptor alfa-1 terdiri dari 3 subtipe yaitu alfa-1A, 1B, dan 1C. 2. Reseptor alfa-2 terdiri dari 4 subtipe yaitu alfa-2A, 2B, 2C, dan 2D. 3. Reseptor beta terdiri dari 3 subtipe yaitu beta1, 2, dan 10,11 jumlah 10% sisa dari pembuangan akuos. reseptor alfa-2 berfungsi memperantarai penghambatan umpan balik dari terminal saraf simpatik dan parasimpatik presynap. Reseptor beta 1 terutama ditemukan di jantung, yang berfungsi memperantarai efek stimulasi. Reseptor beta-2 berfungsi memperantari relaksasi otot polos pada 4pembuluh darah dan di bronkus. LANJUTAN... • Pada mata manusia terdapat reseptor adrenergik alfa-1, alfa-2, beta-1 dan beta-2. Reseptor alfa-2 pada mata manusia terletak pada epitel iris, epitel siliar, muskulus siliaris, retina pigment epithelium (RPE). Pada badan siliar, dan RPE didominasi oleh reseptor subtipe alfa- siliar. 2B dan 2C. Sedangkan pada neurosensori retina 11 Reseptor alfa-2 memainkan peranan yang didominasi subtipe alfa-2A dan sedikit alfa-2C. LANJUTAN.... PRINSIP TERAPI GLAUKOMA
• Tujuan terapi glaukoma melindungi lapang pandangan pasien dan
mencegah penurunan fungsi visual yang berhubungan dengan penyakit ini. Dalam pemilihan rangkaian terapi terbaik untuk mencapai tujuan ini, kita harus fokus pada tiga target terapi yaitu: tekanan intraokuler, fasilitas pembuangan (outflow) dan sel ganglion retina (RGC). CONTOH OBAT GLAUKOMA DAN MEKANISME KERJA
• Briomonidin menurunkan tekanan intra okuler melalui dua mekanisme kerja
yaitu mengurangi produksi humor akuos dan meningkatan pembuangan ( outflow ) humor akuos melalui dua jalur uveosklera. • Penurunan tekanan intraokuler diperantai oleh stimulus adrenoreseptor alfa-2 dimata. Secara in vitro dengan autoradiografi, jumlah yang besar dari ikatan spesifik antara briomonidin dan reseptor teridentifikasi pada iris dan epitel siliar manusia. Jumlah yang lebih kecil dari katan juga terdapat pada muskulus siliris, retina, retinal pigment epithelium ( RPE ) dan koroid. EFEK SAMPING OBAT BRIOMONIDIN 1. Efek local Efek samping local yang terjadi diperkirakan 10-30 % dari pasien yang mendapat terapi brimonidin adalah hiperemi konjungtiva, rasa panas dan pedih biasanya pada mata, penglihatan kabur, rasa benda asing , dan rasa gatal; 3-9% 2,3 pasien mengalami perubahan warna kornea pasien, erosi kornea, fotofobia, rasa nyeri, mata berair, mata kering, blefaritis,, dan visus yang abnormal. Sedangkan kurang dari 3% timbul krusta pada palpebra, perdarahan subkonjungtiva, dan timbulnya 2,18 sekret. 2. Efek Sistemik Mulut kering merupakan manifestasi yang sebaiknya menggunakan obat 15 menit sebelum 3,18,22 umum terjadi pada penggunaan brimonidin topikal. pemakaian lensa kontak. Keluhan ini dialami oleh 30% pasien. Perubahan Efek Samping tekanan darah sistolik dan diastolik serta denyut nadi pernah dilaporkan terjadi pada pasien-pasien yang menggunakan brimonidin topikal, tetapi perubahan ini secara klinis tidak signifikan. Pada susunan saraf pusat efek yang timbul biasanya rasa lelah dan mengantuk pada 15,8%. Efek lain adalah sakit kepala yang dialami 18,7% Brimonidin merupakan agonis selektif reseptor rasa nyeri, xeroptalmia, mata berair, mata kering, KESIMPULAN • Penghambat Adrenergik merupakan sekelompok senyawa yang bekerja menghambat saraf adrenergik. Golongan obat ini dibagi menjadi antagonis adrenergik reseptor (adrenoseptor) dan penghambat saraf adrenergik. terdapat tiga tipe utama reseptor adrenergik yaitu alfa-1, alfa2, dan beta, dimana masing-masing dibagi lagi kedalam 3 atau 4 subtipe. Reseptor alfa-1 terdiri dari 3 subtipe yaitu alfa-1A, 1B, dan 1C. Reseptor alfa-2 terdiri dari 4 subtipe yaitu alfa- 2A, 2B, 2C, dan 2D. Reseptor beta terdiri dari 3 subtipe yaitu beta1, 2, dan 10,11 jumlah 10% sisa dari pembuangan akuos.adapun untuk efek sampingnya yaitu hiperemi konjungtiva, rasa panas dan pedih biasanya pada mata, penglihatan kabur, rasa benda asing, hipertrofi folikel konjungtiva, dan rasa gatal; 3-9% 2,3p asien mengalami perubahan warna kornea pasien. (staining), erosi kornea, fotofobia, eritema palpebra, rasa nyeri, xeroptalmia, mata berair, mata kering, edema palpebra, edema konjungtiva, blefaritis, konjungtiva pucat, dan visus yang abnormal. THANK FOR YOUR ATTENTTION