Disusun oleh:
NIM : 16101101004
Jurusan : Kimia
Kelompok : I (Satu)
Tanggal :
Acc :
_____________________
Dosen/Asisten
MANADO
2017
PEMBUATAN LARUTAN
I. TUJUAN
Campuran homogeny antara dua zat atau lebih dikenal sebagai larutan. Suatu
campuran dikatakan homogen karena susunannya seragam sehingga tidak teramati adanya
bagian-bagian berlainan, bahakan dengan mikroskop optik. Larutan (solution) terdiri atas
pelarut (solvent) dan satu atau lebih zat terlarut (solute). Pelarut adalah medium tempat suatu
larutan lain atau zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi, yaitu tempat
menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam
pelarut (Sumardjo, 2008).
Fase larutan yaiu solvent atau solute dapat berupa gas, zat cair, atau zat padat. Semua
gas dapat bercampur dengan sesamanya. Oleh karena itu, semua campuran gas adalah larutan.
Cairan pada umumnya dapat melarutkan berbagai macam padatan, cairan lain, dan gas
membentuk larutan. Perbedaan antara pelarut da nzat terlarut sebenarnya relative suatu zat
pada saat tertentu dapat berupa zat terlarut dan pada saat yang lain berupa zat pelarut
(Sumardjo, 2008).
Kepekatan suatu larutan adalah jumlah zat terlarut dalam suatu larutan. Larutan padat
adalah larutan yang memiliki kepekatan tertentu yang relative tinggi, yaitu larutan yang
mengandung cukup banyak zat terlarut per satuan jumlah larutan. Larutan encer adalah larutan
yang memiliki kepekatan rendah, yaitu larutan yang di dalamnya mengandung sedikit zat
terlarut. Larutan jenuh (saturated solution) adalah larutan yang mengandung zat terlarut
dengan jumlah maksimum pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang
melarut dan partikel yang tidak melarut. Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah
lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan lewat jenuh
(supersaturated solution). Suatu senyawa yan dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang
dapat menghantarkan arus listrikdisebut elektrolit, sedangkan larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik disebut non-elektrolit (Sumardjo, 2008).
Arrhenius mengatakan molekul-molekul elektrolit dalam larutan sebagian atau
seluruhnya memecah menjadi dua ion atau lebih, yaitu ion positif dan negative. Ion positif
adalah atom atau gugus atom yang mempunyai muatan listrik positif karena kekurangan
electron, dan ion negative atau gugus karena kelebihan electron. Karena molekul tidak
bermuatan listrk, jumlah muatan positf harus sama dengan jumlah muatan negative
(Sumardjo, 2008).
Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat adanya tarik menarik
antar molekul. Gaya ini juga memainakan peranan pentin dalam pembentukan larutatn. Bila
seuatu zat (zat terlarut) larut dalam pelarut lainnya (pelarut), partikel zat terlarut ini
menempati posisi yang biasanya ditempati oleh molekul pelarut (Chang, 2004).
Menurut Chang (2004), kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut
bergantung pada kekuatan relaif dari tigas jenis interaksi:
Interaksi pelarut-pelarut
Interaksi zat terlarut-zat terlarut
Interaksi pelarut dan zat terlarut
Proses pelarutan berlangsung dalam tiga tahap berbeda. Tahap 1 ialah pemisahan
molekul pelarut, dan tahap 2 adalah pemisahan molekul zat terlarut. Kedua tahap ini
membutuhkan energy untuk memutuskan tarik-menarik antar molekul, dengan demikian
tahap ini adalah endotermik. Proses pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia,
dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah energy, yang menentukan apakah proses
pelarutan bersifat eksotermik dan endotermik. Faktor kedua adalah kecenderungn hakiki
menuju ketidakaturan dalam semua kejadian di alam (Chang, 2004).
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam pelarut
pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis melarutkan yang sejenis” menyatakan bahwa dua
zat dengan jenis dan besar gaya antar molekul yang sama akan cenderung salng melarutkan.
Sebaai contoh, baik karbon tetraklorida (CCl4) maupun benzene (C6H6) adalah cairan
nonpolar. Bila keduanya dicampurkan, kedua larutn ini segera saling melrutkan (Chang,
2004).
Solvasi (solvation ialah proses di mana ion atau molekul dikelilingi oleh molekul
pelarut yang memiliki susunan tertentu. Bila pelarutnya air, prosesnya dinamakan hidrasi
(Chang, 2004).
Studi uantitatid larutan mengharuskan untuk mengetahui konsentrasi larutan, yaitu
banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah tertentu larutan. Tiga satuan konsentrasi yang
paling lazim digunakan adalah persen berdasar massa, molalitas, dan molaritas (Chang, 2004).
Menurut Chang (2004), konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dengan berbagai
cara. Salah satu konsentrasi yang paling umum dalam kimia adalah molaritas atau konsentrasi
molar (M), yaitu jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Molaritas didefinisikan oleh
persamaan berikut:
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀 = 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Satuan molaritas adalah mol perliter, maka suatu larutan sebanyak 500 ml yang
mengandung 0,730 ml C6H12O6 ekuivalen dengan 1,4 mol/L atau 1,4 M. prosedur untuk
menyiapkan suatu larutan yang meolaritasnya dikethui adalah sebagai berikt. Pertama-tama,
zat terlarut ditimang secara akurat dan kemudian dimasukkan ke dalam labu volumetric
melalui corong. Selanjutnya air ditambahkan ke dalam labu, kemudian labu digoyangkan
perahan-lahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan melarut, air ditambahkan
kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda volume. Dengan
mengetahui volume larutan (yitu volume lau yang digunakan) dan kuantitas senyawa (jumlah
mol) yang terlarut, dapat dihitung molaritas dengan menggunakan persamaan di atas (Chang,
2004).
Salah satu kelemahan molaritas adalah ketergantungan besarnya volume larutan pada
suhu. Apabila suhu dinaikkan, jumlah zat terlarut sama tetapi volume larutan bertambah.
Akibatnya, jumlah mol zat perliter yaitu molalitas akan menurun. Molalitas (molality)
menyatakan jumlah mol zat per liter, yaitu mol zat terlarut dalam 1 kilogrm pelarut, dan
dilambangkan dengan huruf M (Chang, 2004).
Dalam perhitungan molalitas terdapat hubungan antara tiga satuan, yaitu mol,
kilogram pelarut, dan molal (Chang, 2006).
Menurut Chang (2006), hubungan ini secara sederhana dapat dinyatakan dengan
persamaan:
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀=
𝑘𝑔 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Menurut Chang (2006), apabila a gram zat terlarut yan mempunyai Berat Molekul A
(BMA) dilarutkan dalam b gram pelarut, molaritas larutan tersebut dapat ditulis (a= berat zat
terlarut) :
𝑎 100
𝑀= ×
𝐵𝑀𝑎 𝑏
Menurut Chang (2006), persen berdasar massa (percent by mass) juga disebut persen
berdasar bobot atau persen bobot didefinisikan sebagai :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = × 100%
𝑚𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑚𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
= × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Persen berdasar massa tidak mempunyai satuan sebab merupakan perbandingan dari
dua kuantitas yang sama (Chang, 2006).
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat dalam sejumlah tertentu
larutan. Molaritas menyatakan konsentrasi sebagai jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Pengenceran adalah proses penambahan pelarut ke dalam suatu larutan, yang akan
mengurangi konsentrasi (molaritas) larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang
terdapat dalam larutan (Dan dan Underwood, 2002).
Molaritas adalah system konsentrasi yang berdasarkan pada volume dan dapat
dipergunakan secara nyaman dalam prosedur laboratorium di mana volume larutan adalah
kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan sebagai molaritas – jumlah mol per liter larutan
𝑛
atau 𝑀 = 𝑣 . Dimana M adalah molaritas, n adalah jumlah mol dalam larutan dan V adalah
𝑔𝑟
volume dari larutan dalam liter. Karena 𝑛 = persamaan ini dapat dipecahkan untuk gram
𝑚𝑟.𝑉
n = M. V
n = 0,1 . 0.3 L
n = 0,03 mol
a. Al2(SO4)3
(Ar = 27 . 2 = 54 ; Ar S = 32 . 3 = 96 ; Ar O = 16 . 12 = 192)
Mr Al2(SO4)3 = 54 + 96 +192
= 342
0,1 .342 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
10260
= = 10,26 gr
1000
b. BaCl2
(Ar Ba = 137; Ar Cl = 35 . 2 = 70 )
Mr BaCl2 = 137 + 70
= 207
0,1 .207 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
6210
= 1000 = 6,21 gr
c. FeCl3
( Ar Fe = 56 ; Ar Cl = 35 . 3 = 105 )
Mr FeCl3 = 56 + 105
= 161
0,1 .161 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
4830
= 1000 = 4,83 gr
d. FeSO4
(Ar Fe = 56 ; Ar S = 32 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr FeSO4 = 56 + 32 + 64
= 152
0,1 .152 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
4560
= 1000 = 4,56 gr
e. H2C2O4
(Ar H = 1 . 2 = 2 ; Ar C = 12 . 2 =24 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr H2C2O4 = 2 + 24 + 64
= 90
0,1 .90 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
2700
= 1000 = 2,7 gr
f. K2CrO4
(Ar K = 39 . 2 = 78 ; Ar Cr = 52 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr K2CrO4 = 78 +52 + 64
= 194
0,1 .194 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
5820
= 1000 = 5,82 gr
g. KMnO4
(Ar K = 39 ; Ar Mn = 55 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr KMnO4 = 39 + 55 + 64
= 158
0,1 .158 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
4740
= 1000 = 47,4 gr
h. KSCN
(Ar K = 39 ; Ar S = 32 ; Ar C = 12 ; Ar N = 14)
Mr KSCN = 39 + 32 + 12 + 14
= 97
0,1 .97 .300 𝑚𝐿
Masssa = 1000
2910
= 1000 = 2,91 gr
i. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)
Mr NaOH = 23 + 16 + 1
= 40
0,1 .40 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
1200
= 1000 = 1,2 gr
2) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,05 M. masing-masing dalam 300 mL aquades.
Diketahui : M = 0,05 M
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n = ?
Penyelesaian :
𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣
n = M. V
n = 0,05 . 0.3 L
n = 0,015 mol
a. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; H = 1)
Mr NaOH = 23 + 16 + 1
= 40
0,05 𝑀 . 40 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
600
= = 0,6 gr
1000
b. KMnO4
(Ar K = 39 ; Ar Mn = 55 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr KMnO4 = 39 + 55 + 64
= 158
0,05 𝑀 . 158 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
2370
= 1000 = 2,37 gr
𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣
n = M. V
n = 1 M . 0.3 L
n = 0,3 mol
a. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)
Mr NaoH = 23 + 16 + 1
= 40
0,05 𝑀 . 40 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
12000
= = 12 gr
1000
b. NH4OH
(Ar N = 14 ; Ar = H = 1 . 4 = 4 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)
Mr NH4OH = 14 + 4 + 16 + 1
= 35
1 𝑀 . 35 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
10500
= = 10,5 gr
1000
𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣
n = M. V
n = 2 M . 0.3 L
n = 0,6 mol
a. Ba(OH)2
(Ar = Ba = 137 ; Ar O = 16 . 2 = 32 ; Ar H = 1 . 2 = 2)
Mr Ba(OH)2 = 137 + 32 +2
= 171
2 𝑀 . 171 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
102600
= = 102,6 gr
1000
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum yang telah dilakukan diambil data dari beberapa larutan yang dimana
larutan antara beberapa senyawa dengan menggunakan pelarut aquades sebanyak 0,3 liter atau
300 ml. Mengacu pada hasil pengamatan yang telah didapatkan, pembuatan larutan dalam
konsentrasi tertentu begantung pada massa dari pada zat terlarut yang digunakan, massa
moleuk relative, atau biasa disebut dengan Mr, mold an juga volume dari pelarut yang
digunakan.
Dalam membuat larutan perlu dilihat massa dair suatu zat terlarut karena pembuatan
larutan dengan konsentrasi tertentu bergantung pada massa zat terlarut tersbut dan bukan
volume dari pelarut. Apabila dalam pembuatan larutan terjadi kesalahan sedikit saja seperti
kelebihan suatu zat terlarut, maka larutan yang diinginkan tidak dapat dibuat.
Misalnya pada larutan Al2(SO4)3, BaCl2, FeCl3, FeSO4, H2C2O4, K2CrO4, KMnO4,
KSCN, dan NaOH. Dapat dilihat bahwa semua larutan tersebut dibuat dalam konsentrasi yang
sama yaitu 00,1 M dengan volume pelarut yang sama juga, namun kesemuanya itu memiliki
massa zat terlarut yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan bahwa massa zat terlarut berbeda
bergantung pada massa molekul relative dari zat terlarut tersebut. Dan semakin rendah massa
molekul relative dari zat terlarut, maka semakin rendah atau semakin sedikit pula massa dari
zat tersebut yang dibutuhkan untuk membuat larutan dengan konsentrasi yang sama apabila
terdapat beberapa zat yng dibuat dengan konsentrasi dan volume zat pelarut yang sama juga.
Hal tersebut yang menyebabkan massa zat terlarut berbeda pada hasil pengamatan.
Pada hasil pengamatan nomor dua, dapat dilihat larutan atau zat KMnO4, dan NaOH yang
dibuat dalam konsentrasi 0,05 M masing-masing dalam 300 ml zat pelarut. Dengan nilai
konsentrasi yang dietahui dan ditambahkan volume zat pelarut yang diketahui juga, dapat
ditentukan jumlah mol dari satu zat terlarut tersebut. Seperti pada hasil pengamatan nomor
satu, dengan jumla mol yang sama dan nilai massa molekul relative yang berbeda, massa yang
didapatkan dalam perhitungan berbeda pula.
KMnO4 dengan massa molekul relative 158 gr/mold an NaOH 40 gr/mol, membuat
KMnO4 memilki massa lebih tinggi daripada NaOH dalam konsentrasi atau jumlah mol yang
sama untujk membuat konsentrasi yang diinginkan. Berdasarkan hasil pengamatan nomor 3
juga dapat disimpulkan seperti itu jika kedua larutan dibandingkan massa zat terlarutnya.
Pada NaOH dalam percobaan ketiga dibutuhkan 12 gr NaOH untuk membuat larutan
dengan konsentrasi 1 M dalam 300 ml aquades, lalu pada percobaan pertama dibutuhkan 1,2
gr NaOH untuk membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 M dalam 300 ml aquades, dan pada
percobaan kedua dibutuhkan 0,6 gr untuk membuat larutan NaOH 0,05 M dla n00 ml
aquades. Setelah ketiga percobaan dibandingkan maka terlihat bahwa unuk membuat atau
mencampur NaOH dengan massa yang berbeda dalam pelarut yang sama jenis dan volumnya
akan menghasilkan konsentrasi yang berbeda-beda pula
Apabila konsentrasi ketiganya dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
atau semakin besar volume/massa suatu zat terlarut akan semakin tinggi atau semakin besar
pula konsentrasinya pada pelarut yang sama.
Pada hasil pengamatan nomor 4 larutan Ba(OH)2 dibuat dalam konsentrasi 2 M dalam
300 m aquades atau 0,3 L memutuhkan 102, gr Ba(OH)2. Hal nii menunjukan bahaw dalam
penenceran yang beubah adalah konsentrasi akhirnya. Hal ini disebabkan oleh penambahan
zat pelarut dengan volume yang lebih besar dari zat terlarut.
Bila keempat percobaan hasil pengamatannya dibandingkan maka akan terlihat larutan
yang dibuat dalam konsentrasi 1 M akan berbeda dengan larutan yang dibuat dengan
konsentrasi 2 M, dam 0,05 M maupun dengan konsentrasi ),1 M dalam pelarut dengan volume
yang sama dan jenis pelarut yang sama.
Hasil pengamatan nomor 4 jika dibandingkan dengan hasil penamatan pada nomor-
nomor sebelumnya dapat dilihat konsentrasi dengan nilai paling tinggi diantara percobaan
lautan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan bertambahnya massamolekul relative
akan menghasilkan larutan dengan konsentrasi yang tinggi pula.
Untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi 1 M dalam 300 ml aquades digunakan jenis
zat terlarut yang berbeda yaitu NaOH dan NH4OH. Untuk pembuatan larutan 1 M dalam 300
ml aquades, massa yang digunakan untuk kedua zat terlarut ini tidak jauh berbeda.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Konsentrasi larutan ditentukan oleh massa zat terlarut, volume pelarut, Massa molekul
relatif (Mr) dan juga mol dari zat terlarut yang digunakan.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan kedalam beberapa cara, yaitu :
Persen berdasarkan massa (percent by mass)
Molaritas (M)
Molalitas (m)
7.2 Saran
Praktikan seharusnya mengikuti langkahh-langka dalam prosedur percobaan dan lebih
teliti dalam menghitung massa, volume agar hasil pengamatan bisa lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Chandra, H., Nazaroh dan Juita, E. 2009. Pengaruh Faktor Pengenceran Terhadap Pengukuran
Aktivitas 60CO. Jurnal Teknologi Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir 2(1):88.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 2006. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Day, R dan Underwood, A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Distantina, S., Anggraeni, D dan Fitri, L. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Larutan
Perendaman Terhadap Kecepatan EKstraksi dan Sifat Gel Agar-agar dari Rumput Laut
Gracilaria verrucosa. Jurnal Rekayasa Proses 2(1):14.
Gunawan, A. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.
Johari, R. 2011. Chemistry. Jakarta: Erlangga.
Karyadi, G. 1994. Kimia 2. JakartaL Depdikbud.
Keenan, W., Charles dan Kleifelter, W. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Michael, P. 1998. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.
Santoso, A. 2008. Kimia. Jakarta: Wahyu Media.
Stephen, B. 2002. Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Kuaitati dan Kuantitatif. Manado:
FMIPA UNSRAT.