Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM I

KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


“PEMBUATAN LARUTAN”

Disusun oleh:

Nama : Meifry Karepu

NIM : 16101101004

Jurusan : Kimia

Kelompok : I (Satu)

Tanggal :

Acc :
_____________________
Dosen/Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
PEMBUATAN LARUTAN

I. TUJUAN

 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.


 Menentukan konsentrasi suatu larutan contoh.

II. DASAR TEORI

Campuran homogeny antara dua zat atau lebih dikenal sebagai larutan. Suatu
campuran dikatakan homogen karena susunannya seragam sehingga tidak teramati adanya
bagian-bagian berlainan, bahakan dengan mikroskop optik. Larutan (solution) terdiri atas
pelarut (solvent) dan satu atau lebih zat terlarut (solute). Pelarut adalah medium tempat suatu
larutan lain atau zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi, yaitu tempat
menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam
pelarut (Sumardjo, 2008).
Fase larutan yaiu solvent atau solute dapat berupa gas, zat cair, atau zat padat. Semua
gas dapat bercampur dengan sesamanya. Oleh karena itu, semua campuran gas adalah larutan.
Cairan pada umumnya dapat melarutkan berbagai macam padatan, cairan lain, dan gas
membentuk larutan. Perbedaan antara pelarut da nzat terlarut sebenarnya relative suatu zat
pada saat tertentu dapat berupa zat terlarut dan pada saat yang lain berupa zat pelarut
(Sumardjo, 2008).
Kepekatan suatu larutan adalah jumlah zat terlarut dalam suatu larutan. Larutan padat
adalah larutan yang memiliki kepekatan tertentu yang relative tinggi, yaitu larutan yang
mengandung cukup banyak zat terlarut per satuan jumlah larutan. Larutan encer adalah larutan
yang memiliki kepekatan rendah, yaitu larutan yang di dalamnya mengandung sedikit zat
terlarut. Larutan jenuh (saturated solution) adalah larutan yang mengandung zat terlarut
dengan jumlah maksimum pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang
melarut dan partikel yang tidak melarut. Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah
lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan lewat jenuh
(supersaturated solution). Suatu senyawa yan dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang
dapat menghantarkan arus listrikdisebut elektrolit, sedangkan larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik disebut non-elektrolit (Sumardjo, 2008).
Arrhenius mengatakan molekul-molekul elektrolit dalam larutan sebagian atau
seluruhnya memecah menjadi dua ion atau lebih, yaitu ion positif dan negative. Ion positif
adalah atom atau gugus atom yang mempunyai muatan listrik positif karena kekurangan
electron, dan ion negative atau gugus karena kelebihan electron. Karena molekul tidak
bermuatan listrk, jumlah muatan positf harus sama dengan jumlah muatan negative
(Sumardjo, 2008).
Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat adanya tarik menarik
antar molekul. Gaya ini juga memainakan peranan pentin dalam pembentukan larutatn. Bila
seuatu zat (zat terlarut) larut dalam pelarut lainnya (pelarut), partikel zat terlarut ini
menempati posisi yang biasanya ditempati oleh molekul pelarut (Chang, 2004).
Menurut Chang (2004), kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut
bergantung pada kekuatan relaif dari tigas jenis interaksi:
 Interaksi pelarut-pelarut
 Interaksi zat terlarut-zat terlarut
 Interaksi pelarut dan zat terlarut
Proses pelarutan berlangsung dalam tiga tahap berbeda. Tahap 1 ialah pemisahan
molekul pelarut, dan tahap 2 adalah pemisahan molekul zat terlarut. Kedua tahap ini
membutuhkan energy untuk memutuskan tarik-menarik antar molekul, dengan demikian
tahap ini adalah endotermik. Proses pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia,
dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah energy, yang menentukan apakah proses
pelarutan bersifat eksotermik dan endotermik. Faktor kedua adalah kecenderungn hakiki
menuju ketidakaturan dalam semua kejadian di alam (Chang, 2004).
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam pelarut
pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis melarutkan yang sejenis” menyatakan bahwa dua
zat dengan jenis dan besar gaya antar molekul yang sama akan cenderung salng melarutkan.
Sebaai contoh, baik karbon tetraklorida (CCl4) maupun benzene (C6H6) adalah cairan
nonpolar. Bila keduanya dicampurkan, kedua larutn ini segera saling melrutkan (Chang,
2004).
Solvasi (solvation ialah proses di mana ion atau molekul dikelilingi oleh molekul
pelarut yang memiliki susunan tertentu. Bila pelarutnya air, prosesnya dinamakan hidrasi
(Chang, 2004).
Studi uantitatid larutan mengharuskan untuk mengetahui konsentrasi larutan, yaitu
banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah tertentu larutan. Tiga satuan konsentrasi yang
paling lazim digunakan adalah persen berdasar massa, molalitas, dan molaritas (Chang, 2004).
Menurut Chang (2004), konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dengan berbagai
cara. Salah satu konsentrasi yang paling umum dalam kimia adalah molaritas atau konsentrasi
molar (M), yaitu jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Molaritas didefinisikan oleh
persamaan berikut:
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀 = 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Satuan molaritas adalah mol perliter, maka suatu larutan sebanyak 500 ml yang
mengandung 0,730 ml C6H12O6 ekuivalen dengan 1,4 mol/L atau 1,4 M. prosedur untuk
menyiapkan suatu larutan yang meolaritasnya dikethui adalah sebagai berikt. Pertama-tama,
zat terlarut ditimang secara akurat dan kemudian dimasukkan ke dalam labu volumetric
melalui corong. Selanjutnya air ditambahkan ke dalam labu, kemudian labu digoyangkan
perahan-lahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan melarut, air ditambahkan
kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda volume. Dengan
mengetahui volume larutan (yitu volume lau yang digunakan) dan kuantitas senyawa (jumlah
mol) yang terlarut, dapat dihitung molaritas dengan menggunakan persamaan di atas (Chang,
2004).
Salah satu kelemahan molaritas adalah ketergantungan besarnya volume larutan pada
suhu. Apabila suhu dinaikkan, jumlah zat terlarut sama tetapi volume larutan bertambah.
Akibatnya, jumlah mol zat perliter yaitu molalitas akan menurun. Molalitas (molality)
menyatakan jumlah mol zat per liter, yaitu mol zat terlarut dalam 1 kilogrm pelarut, dan
dilambangkan dengan huruf M (Chang, 2004).
Dalam perhitungan molalitas terdapat hubungan antara tiga satuan, yaitu mol,
kilogram pelarut, dan molal (Chang, 2006).
Menurut Chang (2006), hubungan ini secara sederhana dapat dinyatakan dengan
persamaan:
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀=
𝑘𝑔 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Menurut Chang (2006), apabila a gram zat terlarut yan mempunyai Berat Molekul A
(BMA) dilarutkan dalam b gram pelarut, molaritas larutan tersebut dapat ditulis (a= berat zat
terlarut) :
𝑎 100
𝑀= ×
𝐵𝑀𝑎 𝑏
Menurut Chang (2006), persen berdasar massa (percent by mass) juga disebut persen
berdasar bobot atau persen bobot didefinisikan sebagai :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = × 100%
𝑚𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑚𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
= × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Persen berdasar massa tidak mempunyai satuan sebab merupakan perbandingan dari
dua kuantitas yang sama (Chang, 2006).
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat dalam sejumlah tertentu
larutan. Molaritas menyatakan konsentrasi sebagai jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Pengenceran adalah proses penambahan pelarut ke dalam suatu larutan, yang akan
mengurangi konsentrasi (molaritas) larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang
terdapat dalam larutan (Dan dan Underwood, 2002).
Molaritas adalah system konsentrasi yang berdasarkan pada volume dan dapat
dipergunakan secara nyaman dalam prosedur laboratorium di mana volume larutan adalah
kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan sebagai molaritas – jumlah mol per liter larutan
𝑛
atau 𝑀 = 𝑣 . Dimana M adalah molaritas, n adalah jumlah mol dalam larutan dan V adalah
𝑔𝑟
volume dari larutan dalam liter. Karena 𝑛 = persamaan ini dapat dipecahkan untuk gram
𝑚𝑟.𝑉

dari zat terlarut (Dan dan Underwood, 2002).


Seperti molarits dan formalitas, normalitas system onsentrasi didasarkan pada volume
dari larutan. Hal ini didefinisikan sebagai normalitas = jumlah ekuivalen, dan V adalah olume
larutan dalam liter. Hubungan antara normalitas dan molaritas adalah N = nM dimana n
adalah jumlah mol ion hydrogen, electron atau kation ekuivalen yang dilengkapi oleh atau
dikombinasikan dengan substansi yang bereaksi (Dan dan Underwood, 2002).
Larutan pekat yang sering disimpan di dalam ruang laboratorium dalam ruang
penyimpanan stok bahan kimia unutk digunakan sebagai keperluan sering kali perlu
diencerkan larutan “stok” ini sebelum bekerja dengan larutan tersebut. Prosedur untuk
menyiapkan larutan yang kurang pekat dari larutan yang ebih pekat disebut pengenceran
(dilution). Dalam melakukan pengenceran perlu diinggat bahwa penambahan lebih banyak
pelarut ke dalam sejumlah ertentu larutan stok akan mengubah atau mengurangi konsentrsi
larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan. Dengan kata
lain, mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat terlarut setelah pengenceran. Karena
molaritas didefinisikan sebagai mol zat terlarut dalam 1 liter larutan, maka jumlah mol zat
terlarut adalah hasil kali molaritas dengan volume larutan (Day dan Underwood, 2002).
Larutan merupakan campuran homogeny antara zat terlarut dan zat pelarut. Zat terlarut
merupakan zat yang mendispersi komponen-komponen zat terlarut. Larutan elekrrolit adalah
zat yang mengalami ionisasi sehingga di dalam larutan terdapat ion-ion yang dapat
menghantarkan listrik. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat atu memiliki ion
dalam jumlah yang sangat banyak sehingga daya hantar listriknya kuat. Larutan elektrolit
lemah adalah larutan yang jumlah ion-ion di dalam larutannya sedkit sehingga daya hantar
listriknya lemah. Larutan non-elektrolit adalah larutan yang di dalamnya tidak terdapat ion-
ion sehingga tidak dapat menghantarkan listrik (Santoso, 2008).
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan.
Konsentrasi larutan akan tinggi (pekat) bila zat terlarutnya banyak dan zat pelarutnya sedikit.
Konsentrasi larutan akan rendah (encer bila zat terlarutnya sedikit dan zat pelarutnya banyak
(Santoso, 2008).
Larutan induk pada umumnya mempunyai aktivitas yang masih tinggi. Untuk
membuat ktiitas yang lebih kecil maka di perlukan pengeceran. Dalam pengenceran dipakai
larutan pengemban atau larutan carrier yang sesuai. Bentuk kimia dari larutan pengemban
sama dengan zat radioaktifnya atau larutan asam. Tujuan dari penggunaan carrier adalah
untuk mengikat atom-atom aktif dalam larutan. Pada umumny terdapat dua metode yang
sering digunakan, yaitu metode gravimetric dan metode volumetri. Jika larutan induk
mempunyai aktivitas terlalu tinggi, kita harus mengencerkan larutan tersebut. Cara yang kita
lakukan adalah dengan menimbang larutan induk dan larutan pengencernya. Dalam hal ini
diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam penimbangan karena apabila kurang tepat, dapat
menyebabkan kesalahan dalam menentukan aktivitas larutan induk (Chandra; et al, 2009).
Akuade memberikan nilai rendemen diantara larutan perendam alkali dan asam.
Dengan demikian jenis larutan perendaman mempengaruhi rendemen (Distantina, 2008).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O). Selain air yang
berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, ammonia, kloroform, benzene, minyak, asam asetat.
Akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat trlarut dalam
larutan. Sebagai contoh, rasa asin dalam larutan garam bertambah seiring bertambahnya
jumlah partikel garam yang larut. Demikian pula rasa manis dari larutan gula akan bertambah
seiring bertambahnya jumlah partikel gula yang larut. Namun demikian, ada beberapa sifat
larutan yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Kedalam dua wadah yang
masing-masing berisi 1 liter air ditambahkan gula ke wadah yang satu dan garam ke wadah
lainnya dalam julah partikel yang sama. Hasil pengukurn dari masing-masing larutan
menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut ternyata memiliki penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih dn penurunan titik beku yang sama relative terhadap pelarut air.
Pengukuran dengan osmometer menunjukkn bahwa kedua larutn garam dan gula tersebut juga
mempunyai tekanan osmosis yang sama (Achamd, 1996).
Kemolaran atau molaritas adalah banyaknya jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Atau konsentrasi suatu larutan yang mengukur banyaknya mol zat terlarut dalam tiap
liter laruta. Kemolaran atau molaritas lambangnya M. Molaritas dapat didefinisikan sebagai
jumlah mol dikali volume. Dimana kemolaran satuannya mol/liter, jumlah mol satuannya mol,
dan volume yang ditempati zat adalah liter (Johari, 2011).
Menurut Johari (2011), pengenceran suatu larutan adalah suatu penambahan zat
pelarut ke dalam suatu larutan sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil. Persamaan
rumusnya adalah:
M1V1 = M2V2
Suatu larutan adalah campuran homogeny dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat
atau lebih. Dalam campuran heterogen, permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara
bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah. Lazimnya salah satu komponen (penyusunnya0
larutan semcam itu adala suatucairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium
elarut atau solvent. Komponen lain, yang dapat berbentuk cairan, gas, atau padat dibayangkan
sebagai larutan dalam komponen pertama. Zat yang terlarut adalah zat terlarut atau solute.
Akan tetapi jika menyangkut air dan larutannya berbentuk cair, maka air yang dianggap
sebagai pelarut (Keenan; et al, 1996).
Larutan gas dibuat dengan mencampurankan suatu gas dengan gas lainnya. Karena
semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah
homogen, ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau
padatan dalam suatu cairan. Larutan padatan adalah padatan-padatan alam suatu komponen.
Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana suatu komponen terdistribusi tak
beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri, 199).
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat terlarut
yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut
dinamakan larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
banyak dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat
berupa gas dan padat, karena molekul-molekul gas berpisa jaug, molekul-moelkul dalam
campuran gas berbaur secara acak. Semua gas adalah larutan, contoh terbaik larutan adalah
udara (Karyadim 1994).
Kemolaran merupakan konsentrasi yang paling umum digunakan daam laboratorium
Karena memudahkan kita untuk mereaksikan sejumlah tertentu gas/zat terlarut dengan jalan
mengukur volume larutannya. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter
larutan. Kemolaran (M) sama dengan jmlah mol (n) zat terlarut dibagi dengan jumlah liter (v)
laruan. Konsentrasi larutan dapat diperkecil dengan jalan menambahkan zat pelarut dan
sebalinya. Pada pengenceran, volume dan kemoalran larutan berubh, tetapi jumlah mol zat
terlarut tidak berubah. Oleh Karena itu pada pngenceran berlaku M1V1 = M2V2 dengan V1
adalah volume larutn mula-mula, M1 adalah kemolaran mula-mula, V2 adalah volume lautan
setelah pengenceran, dan M2 adalah kemolaran larutan setalah pengenceran (Michael, 1998).
Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan
non-polar yang membentuk larutan satu fase homogeny. Larutan yang tidak melarutkan
adalah campuran dari dua zat cair polar dan nn-polar membentuk dua fase (Stephen, 2002).
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
• Botol Reagen
• Gelas Piala
• Gelas Ukur
• Kaca Arloji
• Labu Takar
• Neraca Analitik
• Spatula
3.2 Bahan
• Al2(SO4)3,
• Aquades
• BaCl2
• Ba(OH)2
• FeCl3
• FeSO4
• K2CrO4
• H2C2O4
• KMnO4
• KSCN
• NaOH
• NH4OH
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1 Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,1 M.
 Al2(SO4)3, BaCl2, FeCl3, FeSO4, H2C2O4, K2CrO4, KMnO4, KSCN, NaOH.
Masing-masing di dalam 300 mL aquades.

4.2 Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,05 M.


 KMnO4 dan NaOH. Masing-masing didalam 300 mL aquades.

4.3 Larutan dibuat dalam konsentrasi 1 M.


 NaOH dan NH4OH. Masing-masing didalam 300 mL aquades.

4.4 Larutan dibuat dalam konsentrasi 2 M.


 Ba(OH)2 dibuat dalam 300 mL aquades.
V. HASIL PENGAMATAN
1) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,1 M Masing-masing didalam 300 mL aquades.
Diketahui : M = 0,1 M
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n = ?
Penyelesaian :
𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 0,1 . 0.3 L
n = 0,03 mol
a. Al2(SO4)3
(Ar = 27 . 2 = 54 ; Ar S = 32 . 3 = 96 ; Ar O = 16 . 12 = 192)
Mr Al2(SO4)3 = 54 + 96 +192
= 342
0,1 .342 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
10260
= = 10,26 gr
1000

b. BaCl2
(Ar Ba = 137; Ar Cl = 35 . 2 = 70 )
Mr BaCl2 = 137 + 70
= 207
0,1 .207 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
6210
= 1000 = 6,21 gr

c. FeCl3
( Ar Fe = 56 ; Ar Cl = 35 . 3 = 105 )
Mr FeCl3 = 56 + 105
= 161
0,1 .161 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
4830
= 1000 = 4,83 gr

d. FeSO4
(Ar Fe = 56 ; Ar S = 32 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr FeSO4 = 56 + 32 + 64
= 152
0,1 .152 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
4560
= 1000 = 4,56 gr

e. H2C2O4
(Ar H = 1 . 2 = 2 ; Ar C = 12 . 2 =24 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr H2C2O4 = 2 + 24 + 64
= 90
0,1 .90 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
2700
= 1000 = 2,7 gr

f. K2CrO4
(Ar K = 39 . 2 = 78 ; Ar Cr = 52 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr K2CrO4 = 78 +52 + 64
= 194
0,1 .194 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
5820
= 1000 = 5,82 gr

g. KMnO4
(Ar K = 39 ; Ar Mn = 55 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr KMnO4 = 39 + 55 + 64
= 158
0,1 .158 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
4740
= 1000 = 47,4 gr

h. KSCN
(Ar K = 39 ; Ar S = 32 ; Ar C = 12 ; Ar N = 14)
Mr KSCN = 39 + 32 + 12 + 14
= 97
0,1 .97 .300 𝑚𝐿
Masssa = 1000
2910
= 1000 = 2,91 gr

i. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)
Mr NaOH = 23 + 16 + 1
= 40
0,1 .40 .300 𝑚𝐿
Massa = 1000
1200
= 1000 = 1,2 gr
2) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,05 M. masing-masing dalam 300 mL aquades.
Diketahui : M = 0,05 M
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n = ?
Penyelesaian :

𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 0,05 . 0.3 L
n = 0,015 mol

a. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; H = 1)
Mr NaOH = 23 + 16 + 1
= 40
0,05 𝑀 . 40 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
600
= = 0,6 gr
1000

b. KMnO4
(Ar K = 39 ; Ar Mn = 55 ; Ar O = 16 . 4 = 64)
Mr KMnO4 = 39 + 55 + 64
= 158
0,05 𝑀 . 158 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
2370
= 1000 = 2,37 gr

3) Larutan dibuat dalam konsentrasi 1 M. masing-masing didalam 300 mL aquades.


Diketahui : M=1M
V = 300 mL
Ditanya : n = ?
Penyelesaian :

𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 1 M . 0.3 L
n = 0,3 mol
a. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)
Mr NaoH = 23 + 16 + 1
= 40
0,05 𝑀 . 40 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
12000
= = 12 gr
1000

b. NH4OH
(Ar N = 14 ; Ar = H = 1 . 4 = 4 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)
Mr NH4OH = 14 + 4 + 16 + 1
= 35
1 𝑀 . 35 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
10500
= = 10,5 gr
1000

4) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,05 M. Masing-masing didalam 300 mL aquades


Diketahui : M=2M
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n = ?
Penyelesaian :

𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 2 M . 0.3 L
n = 0,6 mol
a. Ba(OH)2
(Ar = Ba = 137 ; Ar O = 16 . 2 = 32 ; Ar H = 1 . 2 = 2)
Mr Ba(OH)2 = 137 + 32 +2
= 171
2 𝑀 . 171 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000
102600
= = 102,6 gr
1000
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum yang telah dilakukan diambil data dari beberapa larutan yang dimana
larutan antara beberapa senyawa dengan menggunakan pelarut aquades sebanyak 0,3 liter atau
300 ml. Mengacu pada hasil pengamatan yang telah didapatkan, pembuatan larutan dalam
konsentrasi tertentu begantung pada massa dari pada zat terlarut yang digunakan, massa
moleuk relative, atau biasa disebut dengan Mr, mold an juga volume dari pelarut yang
digunakan.
Dalam membuat larutan perlu dilihat massa dair suatu zat terlarut karena pembuatan
larutan dengan konsentrasi tertentu bergantung pada massa zat terlarut tersbut dan bukan
volume dari pelarut. Apabila dalam pembuatan larutan terjadi kesalahan sedikit saja seperti
kelebihan suatu zat terlarut, maka larutan yang diinginkan tidak dapat dibuat.
Misalnya pada larutan Al2(SO4)3, BaCl2, FeCl3, FeSO4, H2C2O4, K2CrO4, KMnO4,
KSCN, dan NaOH. Dapat dilihat bahwa semua larutan tersebut dibuat dalam konsentrasi yang
sama yaitu 00,1 M dengan volume pelarut yang sama juga, namun kesemuanya itu memiliki
massa zat terlarut yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan bahwa massa zat terlarut berbeda
bergantung pada massa molekul relative dari zat terlarut tersebut. Dan semakin rendah massa
molekul relative dari zat terlarut, maka semakin rendah atau semakin sedikit pula massa dari
zat tersebut yang dibutuhkan untuk membuat larutan dengan konsentrasi yang sama apabila
terdapat beberapa zat yng dibuat dengan konsentrasi dan volume zat pelarut yang sama juga.
Hal tersebut yang menyebabkan massa zat terlarut berbeda pada hasil pengamatan.
Pada hasil pengamatan nomor dua, dapat dilihat larutan atau zat KMnO4, dan NaOH yang
dibuat dalam konsentrasi 0,05 M masing-masing dalam 300 ml zat pelarut. Dengan nilai
konsentrasi yang dietahui dan ditambahkan volume zat pelarut yang diketahui juga, dapat
ditentukan jumlah mol dari satu zat terlarut tersebut. Seperti pada hasil pengamatan nomor
satu, dengan jumla mol yang sama dan nilai massa molekul relative yang berbeda, massa yang
didapatkan dalam perhitungan berbeda pula.
KMnO4 dengan massa molekul relative 158 gr/mold an NaOH 40 gr/mol, membuat
KMnO4 memilki massa lebih tinggi daripada NaOH dalam konsentrasi atau jumlah mol yang
sama untujk membuat konsentrasi yang diinginkan. Berdasarkan hasil pengamatan nomor 3
juga dapat disimpulkan seperti itu jika kedua larutan dibandingkan massa zat terlarutnya.
Pada NaOH dalam percobaan ketiga dibutuhkan 12 gr NaOH untuk membuat larutan
dengan konsentrasi 1 M dalam 300 ml aquades, lalu pada percobaan pertama dibutuhkan 1,2
gr NaOH untuk membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 M dalam 300 ml aquades, dan pada
percobaan kedua dibutuhkan 0,6 gr untuk membuat larutan NaOH 0,05 M dla n00 ml
aquades. Setelah ketiga percobaan dibandingkan maka terlihat bahwa unuk membuat atau
mencampur NaOH dengan massa yang berbeda dalam pelarut yang sama jenis dan volumnya
akan menghasilkan konsentrasi yang berbeda-beda pula
Apabila konsentrasi ketiganya dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
atau semakin besar volume/massa suatu zat terlarut akan semakin tinggi atau semakin besar
pula konsentrasinya pada pelarut yang sama.
Pada hasil pengamatan nomor 4 larutan Ba(OH)2 dibuat dalam konsentrasi 2 M dalam
300 m aquades atau 0,3 L memutuhkan 102, gr Ba(OH)2. Hal nii menunjukan bahaw dalam
penenceran yang beubah adalah konsentrasi akhirnya. Hal ini disebabkan oleh penambahan
zat pelarut dengan volume yang lebih besar dari zat terlarut.
Bila keempat percobaan hasil pengamatannya dibandingkan maka akan terlihat larutan
yang dibuat dalam konsentrasi 1 M akan berbeda dengan larutan yang dibuat dengan
konsentrasi 2 M, dam 0,05 M maupun dengan konsentrasi ),1 M dalam pelarut dengan volume
yang sama dan jenis pelarut yang sama.
Hasil pengamatan nomor 4 jika dibandingkan dengan hasil penamatan pada nomor-
nomor sebelumnya dapat dilihat konsentrasi dengan nilai paling tinggi diantara percobaan
lautan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan bertambahnya massamolekul relative
akan menghasilkan larutan dengan konsentrasi yang tinggi pula.
Untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi 1 M dalam 300 ml aquades digunakan jenis
zat terlarut yang berbeda yaitu NaOH dan NH4OH. Untuk pembuatan larutan 1 M dalam 300
ml aquades, massa yang digunakan untuk kedua zat terlarut ini tidak jauh berbeda.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
 Konsentrasi larutan ditentukan oleh massa zat terlarut, volume pelarut, Massa molekul
relatif (Mr) dan juga mol dari zat terlarut yang digunakan.
 Konsentrasi larutan dapat dinyatakan kedalam beberapa cara, yaitu :
 Persen berdasarkan massa (percent by mass)
 Molaritas (M)
 Molalitas (m)

7.2 Saran
Praktikan seharusnya mengikuti langkahh-langka dalam prosedur percobaan dan lebih
teliti dalam menghitung massa, volume agar hasil pengamatan bisa lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Chandra, H., Nazaroh dan Juita, E. 2009. Pengaruh Faktor Pengenceran Terhadap Pengukuran
Aktivitas 60CO. Jurnal Teknologi Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir 2(1):88.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 2006. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Day, R dan Underwood, A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Distantina, S., Anggraeni, D dan Fitri, L. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Larutan
Perendaman Terhadap Kecepatan EKstraksi dan Sifat Gel Agar-agar dari Rumput Laut
Gracilaria verrucosa. Jurnal Rekayasa Proses 2(1):14.
Gunawan, A. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.
Johari, R. 2011. Chemistry. Jakarta: Erlangga.
Karyadi, G. 1994. Kimia 2. JakartaL Depdikbud.
Keenan, W., Charles dan Kleifelter, W. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Michael, P. 1998. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.
Santoso, A. 2008. Kimia. Jakarta: Wahyu Media.
Stephen, B. 2002. Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Kuaitati dan Kuantitatif. Manado:
FMIPA UNSRAT.

Anda mungkin juga menyukai