Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM iI

KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


“KESADAHAN AIR (HARDNESS)”

Disusun oleh:

Nama : Meifry Karepu

NIM : 16101101004

Jurusan : Kimia

Kelompok : I (Satu)

Tanggal :

Acc :
_____________________
Dosen/Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
KESADAHAN AIR (HARDNESS)

I. TUJUAN
 Menganalisa nilai kesadahan dari beberapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang
beredar disekitar kampus.

II. DASAR TEORI

Adanya ion kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) di dalam air akan menyebabkang sifat
kesadahan terhadap air tersebut. Air yang mempunyai tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat
merugikan karena beberapa hal diantaranya dapat menimbulkan karatan/korosi pada alat-alat
yang terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan konsumsi
sabu dan dapat menimbulkan endapan atau kerak-kerak di dalam wadah-wadah pengolahan.
Oleh karena itu air yang akan digunakan untuk industry seharusnya sifat kesadahannya
dihilangkan terlebih dahulu (Fardiaz, 2005).
Kesadahan air dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kesadahan sementara (temporer)
dan kesadahan tetap (permanen). Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat
(CO32-) dan bikarbonat (HCO3-) dari kalsiujm (Ca) dan magnesium (mg). garam karbonat
merupakan garam yang tidak larut, sedangkan garam bikarbonat merupakan garam yang larut.
Garam karbonat dengan adanya air dan karbon dioksida di udara akan membentuk garam
bikarbonat yang larut, oleh karena itu semakin tinggi kadar CO2 di udara semakin inggi
kelarutannya (Fardiaz, 2005).
Menurut Fardiaz (2005), reaksinya adalah sebagai berikut :
CaCO3 + CO2 + H2O Ca(HCO3)2
Tidak larut Larut

Kesadahan air ini bersifat semenara karena dapat dihilangkan dengan cara pemanasan,
dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tdak larut dan garam kalsium mengendap
sehingga dapat mudah dihilangkan. Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam
klorida (Cl-) dan sulfat (SO42-) dari kalsium dan magnesium (Fardiaz, 2005).
Kesadahan karena gambaran garam-garam tersebut bersifat tetap dan sangat sukar
dihilangkan. Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dapat dibedakan menjadi beberapa macam
yaitu air lunak, air agak sadah, dan air sangat sadah (Fardiaz, 2005).
Kesadahan menunjukkan jumlah kandungan mineral seperti kalsium magnesium dan
seng di dalam air. Semakin tinggi kadar kesadahan maka semakin tinggi kadar mineral tersebut.
Tingginya tingkat kesadahan juga dipengaruhi oleh kondisi di sekitar sumber air. Jenis tanaman
dan mikroorganisme yang ada disekitar perairan ikut berpengaruh terhadap kesadahan. Tingkat
kesadahan ditunjukkan dengan sulit larutnya bisa sabun di dalam air. Semakin sulit larut maka
kesadahan air semakin tinggi (Ginting, 2009).
Meskipun merupakan dua hal yang berbeda, kesadahan dan keasaman perairan memiliki
hubungan erat. Umumnya, air yang memiliki angka pH semakin besar (basa) memiliki tingkat
kesadahan yang semakin tinggi. Sebaliknya, air yang memiliki angka pH semakin kecil (asam),
memiliki tingkat kesadahan yang semakin rendah (Ginting, 2009).
Pengukuran kesadahan yang lebih akurat dilaukan dengan alat ukur yang disebur
salinity tester. Selain itu, alat lain yang dapat digunakan yaitu hardness meter. Selain dapat
mengukur kadar HCl terlarut, alat tersebut dapat mengukur jumlah kandungan Mg dan Ca
dalam air (Ginting, 2009).
Menurut Ginting (2009), hubungan antara kadar kalsium karbonat (CaCO3) dan tingkat
kesadahan air adalah sebagai berikut:
Tingkat Kesadahan Kandungan CaCO3 Kesadahan (oHD)
(ppm)
Lunak 0-50 0-3,5
Medium 50-150 3,5-10,5
Keras 150-300 10,5-21
Sangat keras >300 >21
Ada dua macam kesadahan yang bergabung menentukan besarnya tingkat kesadahan
total, yiatu kesadahan karbonat (carbonate hardness) dan kesadahan non-karbonat (non-
carbonate hardness). Kesadahan karbonat dipengaruhi oleh kandungan kalsium karbonat
(CaCO3) dan dapat dihilangkan melalui pemanasan. Hal tersebut disebabkan oleh sifat
kesadahan karbonat yang temporer. Sementara kesadahan non-karbonat dipengaruhi oleh
kandungan magnesium dan sifatnya lebih stabil. Kadar kesadahan non-krbonat hanya dapat
diturunkan dengan mengunakan bahan kimia, seperti sodium fosfat (Ginting, 2009).
Menurut Purnawijayanti (2003), kesadahan air disebabkan oleh terdapatnya garam
kalium atau magnesium. Pengunaan air sadah dalam proses pengolahan makanan kurang
menguntungkan karena dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1. Terbentuknya lapisan/pengerakan pada alat-alat pengolah, terutama alat untuk proses
pemanasan/perebusan.
2. Meingkatkan jumlah sabun yang harus digunakan untuk pencucian.
3. Dapat menurunkan kualitas produk spesifik karena mempengaruhi baud an rasa.
Misalnya pada minuman berkarbonat (soft drink) dan bir.
Kesadahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
tetap. Kesadahan sementara atau sering disebut juga kesadahan karbonat disebabkan oleh
terdapatnya garam karbonat atau bikarbonat dari kalsium dan magnesium. Kesadahan jenis ini
dapat dihilangkan dengan cara memanaskan air. Selain pemanasa, garam-garam bikarbonat
akan mengurai, untuk mengendapkan kalsium atu magnesium karbonat. Kesadahan
tetap/permanen atau disebut juga kesadahan non-karbonat tidak dapat dihilangkan dengan
pemanasan. Kesadahan jenis ini disebabkan oleh adanya garam magnesium/kalsium sulfat atau
klorida (Purnawijayanti, 2003).
Menurut Purnawijayanti (2003), untuk mengurangi akibat negative penggunaan air
sadah, harus dilakukan proses pengurangan kesadahan. Teknik yang dapat digunakan antara
lain pelunakan dengan soda kapur, pelunakan pertukaran ion, dan penhilangan mineral. Teknik-
tenkik lain seperti elektrodialisis, distilasi, penyaringan membrane dan pembekuan juga dapat
digunakan. Dari antara berbagai metode trsebut, pelunakan dengan menggunakan soda kapur
banyak dipilih karena ekonomis. Reaksi yang terjadi pada pelunakan dengan soda kapur adalah
sebagai berikut:
CO2+Ca(OH)2 → CaCO3↓+H2O
Ca(HCO3)2+Ca(OH)2→2CaCO3↓ + 2H2O
Mg(HCO3)2+ Ca(OH)2 → CaCO3↓ + MgCO3.2H2O
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2↓ + CaSO4
CaSO4 + NaCO3 → CaCO3↓+ Na2SO4
Tingkat kesadahan air yang dapat diterima konsumen sangat tergantung pada kebiasaan
pemakainya. Konsumen yang terbiasa menggnakan air yang sangat lunak akan menganggap
tingkat kesadahan sebesar 100 mg/l terlalu tinggi dan dirasa menganggu. Sebaliknya, konsumen
yang terbiasa mengunakan air sadah mengangga level ini masih dapat diterima. Air yang
kesadahannya kurang dari level 30-50 mg/l dapat menyebabkan pengkaratan. Secara ekonomi
proses pelunakan pada air yang memiliki kesadahan kurang dari 150 mg/l tidak dianjurkan
(Purnawijayanti, 2003).
Menurut Chandra (2009), kesadahan pada air dapat disebabkan oleh adanya garam-
garam anorganik atau persenyawaan lain diantaranya:
 Kalsium dan magnesium dengan bikarbonat
 Kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat dan klorida
 Garam-garam besi, seng, dan sulfide
Menurut Chandra (2009), kesadahan pada air bersifat:
a. Sementara (temporary)
b. Tetap (permanent)
Kesadahan pada air yang bersifat sementara disebaban oleh adanya oersenyawaan
kalsium dan magnesium dengan bikarbonat dan kesadahan air bersifat permanen bila terdapat
persenyawaan kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat dan klorida (Chandra, 2009).
Kesadahan pada air menyebabkan kerugian. Kesadahan pada air dinyatakan daam milli-
equivalent per liter (mEq/L) dengan 1 mEq/l ion penghasil kesadahan pada air sebanding
dengan 50 mg CaCO3 (50 ppm) di dalam 1 liter air. Air untuk keperluan minum dan masak
hanya diperbolehkan dengan Batasan kesadahan air 1-3 mEq/l (50-150 ppm). Air dengan
Batasan kesadahan lebih dari 3 mEq/l (150 ppm) akan menyebabkan pemakaian sabun
meningkat karena sulit larut dan sulit berbusa. Bila air didihkan akan menimbulkan endapan
dan kerak pada cerek/boiler, penggunaan bahan bakar akan meningkat tidak efisien dan dapat
meledakkan boiler (Chandra, 2009).
Menurut Chandra (2009), kesadahan pada air dapat dikurangi sampai batas-batas yang
telah direkomendasikan oleh WHO agar tidak menimbulkan kerugian yaitu dengan cara:
1. Memasak
Air dimasak untuk mengeluarkan CO2 dan mengendapkan CaCO3 yang tidak larut.
2. Penambahan kapur (metode Clark)
3. Penambahan natrium bikarbonat
4. Proses Base Exchange
Sifat kesadahan sering kali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air bersih
yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandng deposit daram mineral dan
kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus sehingga biaya purifikasinya tentu
menjadi tinggi (Chandra, 2008).
Menurut Chandra (2008), kesadahan pada air ini dapat terjadi arena air mengandung:
1. Pensenyawaan dari kalsium dna magnesium dengan bikarbonat.
2. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan lorida.
3. Garam-garam besi, zink, dan silika.
Kesadahan pada air ini dapat berlangsung sementara (temporary) maupun tetap
(permanent). Kesadahan air yang bersifat sementara disebabkan oleh adanya persenyawaan dari
kalsium dan magnesium dengan bikarbonat sedangkan yang bersifat permanen terjadi apabila
terdapat persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat dan klorida (Chandra,
2007).
Menurut Chandra (2007), berikut beberapa Batasan kesadahan pada air:
1. Lunak: <1 mEq/l (50 ppm)
2. Agak keras: 1-3 mEq/l (50-150 ppm)
3. Keras: 3-6 mEq/l (150-300 ppm)
4. Sangat keras: >6 mEq/l
Menurut Day dan Underwood (2002), struktur dari Eriochrome Black T adalah sebagai
berikut:

Kelat logam terbentuk dengan molekul Eriocrhome Black T dengan hilangnya ion-ion
hydrogen dari fenolat-gugus OH dan pembentukan ikatan antara ion ogam dan atom-atom
oksigen dan juga gugus azo. Molekul Eriocrhome Black T Eriocrhome Black T biasanya
dihadirkan dalam bentuk singkatan sebagai asam tripotik. Spesies asam sulfonate yang terlihat
pada gambar sebagai terionisasi, ini adalah sebuah gugus asam kuat yang terurai dalam bentuk
sebuah larutan berair yang tidak tergantung pH, sehingga struktur yang ditunjukkan adalah
struktur ion H2In-. banyak titrasi EDTA terjadi dalam penyanggan ph 8 sampai 10, suatu
trentang dimana bentuk Eriocrhome Black T adalah bentuk HIn2- biru (Day dan Underwood,
2002).
Kesadahan karbont atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion
bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-) di dalam air. Dalam akuarium/kolam air tawar, pada
isaran ph netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada akuariun laut, ion karbonat
lebih berperan. KH sering disebut sebagai alkalinitas, yaitu suatu ekspresi dari kemampuan aiar
untuk mengikat keasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam system
air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat keasaman, kapasitas pembufferan asam dan
alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan
kemampuan air untuk mengikat keasaman , KH berperan sebagai agen pembufferan yang
berfungsi untuk menjaga kestabila pH (Lukito dan Prayugo, 2007).
KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan
dalam CaCO3 seperti halnya GH. Kesadahan karbonat dapat diturunkan dengan cara merebus
air yang bersangkutan atau melunakkan mengalirkan air melewati gambut. Perlakukan
perbusan air tentu saja tidak praktis, kecuali untuk akuarion atau kolam ukuran kecil (Lukito
dan Prayugo, 2007).
Menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan menambahkan natrium
bikarbonat (soda kue) atau kalsium karbonat. Penambahan kalsium karbonat akan menaikkan
sekaligus baik KH mapun GH dengan proporsi yang sama. Pemberian soda kue (NaHCO3)
sebanyak satu sendok teh (sekitar 6 gram) pada air sebanyak 50 liter akan meningkatkan KH
sebanyak 4 satuan (Lukito dan Prayugo, 2007).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa
(Lukito dan Prayugo, 2007).
Air merupakan materi esensial, merupakan kebtuhan pokok bagi kehidupan manusia,
sehingga jika kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun kualitas belum tercukupi
dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan sosial maupun kesehatan. Di
Indonesia, pelayanan air bersih untuk skala yang bear masih terpusat di perkotaan, dan dikelola
oleh Perusahaan Air Minum (PAM)kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional
jumlahnya masih belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka
menggunakan air tanah (sumur) air sungai, air hujan, air sumber mata air, dan lainnya.
Permasalahan yang sering dijumpai pada pelayanan air bahwa kualitas air tanah maupun air
sungai yang digunakan sebagai air bersih yang sehat bahkan dibeberapa tempat bahkan tidak
layak digunakan. Air yang layak digunakan, mempunya standar persyaratn tertentu yakni
persyaratan isis, kimiawi, dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan
sehingga apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat makan dalam persyaratan
kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa
disebut kesadahan air. Pada umumbya kesadahan menunjukkan jumlah kalsium karbonat dalam
milligram perliter atau bagian perjuta. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk
penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan industry (Astuti, 2015).
Menurut Sulistyani (2012), berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau
Mg2+), air sadah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), khususnya
senyawa kalsium bikarbonat Ca(HCO3)2 dan atau magnesium bikarbonat Mg(HCO3)2). Disebut
air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air
membebaskan ion Ca2+ dan Mg2+. Selanjutnya, senyawa-senyawa tersebut akan mengendap
pada dasar ketel, sesuai persamaan reaksi:
Ca(HCO3)2 (aq) → CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg(HCO3)2 (aq) → MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Menurut Sulistyani (2012), air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion
selain bikarbonat misalnya berupa ion Cl-, NO33-, dan SO42-. Berarti senyawa terlarut berupa
kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitart (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (Mg(SO4). Air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap karena kesadahannya tidak bisa
dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Kesdahan tetp dapat dihilangkan dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan
karbonat: Na2CO2 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk
mengendapkan ion Ca2+ dan magnesium Mg2+, sehingga terjadi persamaan reaksi berikut:
CaCl2 + Na2CO3 (aq) → CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) → MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
• Botol Selai
• Pipet tetes
• Gelas ukur
• Spatula
3.2 Bahan
• Sampel AMDK (Nestle, AKE dan Club)
• Indikator EBT
• Buffer pH 10 ± 0,1
• EDTA 0,01 M
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Diambil 100 mL sampel (240 mL, 600 mL, 1500 mL) dan dimasukkan kedalam botol
selai kosong.
2. Ditambahkan 1 mL Buffer pH 10.
3. Indikator EBT ditambahkan sebanyak 0,1 gram.
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M dari warna ungu menjadi warna biru.
V. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan

No. Jenis Sampel Volume Nilai Perubahan


Sampel Kesadahan Warna
(ml)
1 AKE 1500 ml 100 6.28 ppm Ungu - Biru
2 AKE 600 ml 100 6.61 ppm Ungu - Biru
3 AKE 240 ml 100 6.28 ppm Biru - Ungu
4 Amidis 1500 ml 100 10.58 ppm Biru - Ungu
5 Amidis 600 ml 100 9.92 ppm Biru - Ungu
6 Amidis 240 ml 100 0 ppm Biru - Ungu
7 CLUB 1500 ml 100 6.61 ppm Ungu - Biru
8 CLUB 600 ml 100 3.31 ppm Ungu - Biru
9 CLUB 240 ml 100 7.28 ppm Ungu - Biru

1. Ake 240 ml
Diketahui : mL EDTA = 0.95 ml

M EDTA = 0,01 M

mL sampel = 100 mL

Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :

𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
0.95 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿

= 6.28 ppm

2. Ake 600 ml
Diketahui : mL EDTA = 1 ml
M EDTA = 0,01 M
mL sampel = 100 mL
Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :
𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
1 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿
= 6.61 ppm
3. Ake 1500 ml
Diketahui : mL EDTA = 0.95 ml
M EDTA = 0,01 M
mL sampel = 100 mL
Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :
𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
0.95 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿

= 6.28 ppm

4. Amidis 240 ml
Diketahui : mL EDTA = 1.6ml
M EDTA = 0,01 M
mL sampel = 100 mL
Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :
𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
1.6 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿
= 10.58 ppm
5. Amidis 600 ml
Diketahui : mL EDTA = 1.5 ml
M EDTA = 0,01 M
mL sampel = 100 mL
Ditanya : Hardness ?

Penyelesaian :
𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
1.5 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿
= 9.92 ppm
6. Amidis 1500 ml
Diketahui : mL EDTA = 0 ml
M EDTA = 0,01 M
mL sampel = 100 mL
Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :
𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
0 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿
= 0 ppm
7. Club 240 ml
Diketahui : mL EDTA = 1 ml
M EDTA = 0,01 M
mL sampel = 100 mL
Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :
𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
1 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿
= 6.61 ppm
8. Club 600 ml
Diketahui : mL EDTA = 0.5 ml

M EDTA = 0,01 M

mL sampel = 100 mL

Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :

𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
0.5 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿

= 3.31 ppm

9. Amidis 1500 ml
Diketahui : mL EDTA = 1.1 ml

M EDTA = 0,01 M

mL sampel = 100 mL

Ditanya : Hardness ?
Penyelesaian :

𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝑝𝑝𝑚) =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝐿
1.1 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑀 𝑥 66,15 (𝑏𝑠𝑡)𝑥 1000 𝐿
=
100 𝑚𝐿

= 7.28 ppm
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk mengukur nilai kesadahan air pada
Air Minum Dalam Kemasan yang bermerek berbeda-beda dengan ukuran masing-masing
sampel yaitu 240 ml, 600 ml, dan 1500 ml. berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa
terhadap sampel sebanyak 9 samepl ada beberapa sampel yang berubah warna dari biru ke ungu
dan ada yang dari ungu ke biru.

Pada sampel nomor satu dengan volume 100 ml membutuhkan 0,95 ml EDTA 0,01 M
untuk membuat sampel yang telah ditambahkan dengan EBT sebanyak satu kali 10-1 gram
berubah warna dari warna ungu menjadi warna biru. Sampel kedua dengan ukuran sampel yang
berbeda dan perlakuan yang sama membutuhkan 1 ml EDTA untuk merubaha warna dari ungu
menjadi biru. Sampel ketiga yang bermerek sama dengan sampel sampel pertama dan kedua
hanya berbeda ukuran ,setelah diperlakukan hal yang sama memiliki atau membutuhkan EDTA
ebanyak 0,9 ml. pada sampel yang ketiga ini kelomok membuat kesalahan dengan
menambahkan EBT yang terlalu banyak sehingga sampel menjadi berwarna biru dan setelah
dititrasi sampel berubah menjadi berwarna ungu.

Percobaan 1, 2, dan 3 dapat disimpulkan bahwa jenis sampel yang sama dengan ukuran
berbeda, nilai kesadahannya hampir sama.

Pada sampel yang keempat dengan kuran 240 ml dengan perlakuan yang sama
membutuhkan 1,6 ml EDTA untuk membuat sampel berubah warna dengan nilai kesadahan
10,58 ppm. Pada sampel yang kelima dengan ukran 600 ml membutuhkan 1,5 ml EDTA untuk
membuat sampel berubah warna dengan nilai kesdahan 9,92 ppm. Pada sampel yang keempat
dan kelima terdapat kesalahan yaitu indicator EBT ditambahkan terlalu banyak membuat
sampel berubah menjadi biru ke unugu. Sampel yang kelima dengan merk yang sama dengan
ukuran 1500 ml. pada sampel yang ini setelah diperlakukan hal yang sama dengan sampel yang
sebelumnya, setelah ditambahkan EBT sampel langsung berubah menjadi warna biru tanpa
dititrasi dengn EDTA.

Pada sampel ke enam dengan merk dan ukuran 240 ml memiliki nilai kesadhan
sebanyak 6,61 ppm membutuhkan 1 ml EDTA 0,01 M untuk merubah sampel dari warna ungu
menjad berwarna biru. Sampel yang kedelapan memiliki nilai kesadahan sebanyak 3,31 ppm
membutuhkan EDTA sebanyak 0,5 ml untuk membut sampel berubah warna dari ungu ke biru.
Sampel yang kesembilan (1500 m) memiliki nilai kesadahan 7,28 ppm membutuhkan 1,1 ml
EDTA untk membuat sampel berubah warna dari ungu ke biru.
Setelah dibandingkan, eksembilan smpel ternyata memilki nilai kesadahan yang
berbeda-beda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kesembilan sampel memiliki kadar kesadahan
atau kandungan-kandungan mineral yang berbeda-beda.

Pada sampel keempat, kelima dan keenam yang memiliki nilai kesadahan tertinggi
diantara kesembilan sampel membuktikan bahwa kadar kandungan mineral yang dimilki
sampel tersebut tinggi. Sampel kedelapan memilki nilai kesadhan paling rendah dapat
disimpulkan bahwa sampel ke delapan memiliki kadar mineral yang rendah.

Pada sampel yang pertama, kedua, ketiga, keenam dan yang ketujuh dapat dilihat nilai
kesadahan dari kelima sampel tersebut hampir sama. Hal ini dapa disimpulkan yaitu sampel
tersebut memilki kandar kandungan mineral yang hampir sama.

Ketika ditambahkan idikator EBT paa masing-masing sampel yang telah diberikan
larutan buffer maka akan terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu, jika kebanyakan
BT akan berubah menjadi biru. Lalu setelah dilakukan proses titrasi dengan EDTA maka
terdapat perubhan warna yang konstan yaitu menjadi biru.

Penentuan kesadahan bergantung terhadap volume titrasi dan volume sampel (ml).
untuk EDTA dapat dikatakan sebagai larutan standard karena konsentrasi (molaritas) sudah
diketahui. Dapat dilihat jika nilai kesadahan berbanding lurus dengan volume titrasi, jika
ddidapat volume titrasi yang besar maka akan menghasilkan kesadahan yang cukup besar pula.
Dalam pemakaian pipet juga harus dipastikan agar pipet yang digunakan itu benar-benar bersih
agar hasil dapat dinyatakan secara akurat. Juga dalam proses saat melakukan titrasi harus teliti.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Hasil Analisa nilai kesadahan air pada sampel ake 240 ml yaitu 6,28 ppm. Ake 600 ml
memiliki nilai 6,61 ppm. Amidis 240 ml memiliki nilai kesadahan 10,58 ppm. Amidis 600 ml
memiliki nilai kesadahan ppm. Club 240 ml memiliki nilai kesadahan 6,61 ppm. Club 600 ml
memiliki nilai kesadahan 3,31 ppm. Club 1500 ml memiliki nilai kesadahan 7,28 ppm.
7.2 Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan penambahan indicator EBT dalam sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. 2015. Penetapan Kesadahan Total (Caco3) Air Sumur Di Dusun Cekelan Kemusu
Boyolali Dengan Metode Kompleksometri. Jurnl Kesmas 9(1):119-120.
Chandra, B. 2007. Penghantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Chandra, B. 2009. Imu Kedoktran Pencegahan Dan Komunitas. Jakarta: Egc.
Day, R Dan Underwood, A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Fardiaz, S. 2005. Polusi Air Dan Udara. Jakarta: Erlangga.
Ginting, A. 2009. Panduan Lengkap Memelihara Cupang. Depok: Penebar Swadaya.
Lukito, A Dan Prayugo, S. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Depok: Penebar
Swadaya.
Purnawijayanti, H. 2003. Sanitasi, Hygiene, Dan Keselamatan Kerja Dalan Pengolahan
Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
Sulistyani, S. 2012. Uji Kesadahan Air Tanah Di Daerah Sekitar Pantai Kecamatan Rembang
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Sains Dasar 1(1):33-34.
Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif. Manado:
FMIPA UNSRAT.

Anda mungkin juga menyukai