KESADAHAN
OLEH :
NAMA : SHABRINA YUNITA SARI
NO. BP :1110942039
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU/ 3 NOVEMBER 2012
KELOMPOK : V (LIMA)
REKAN KERJA : 1. REVITA MIZALIA (1110942007)
2. RAI SAPUTRA P.M (1110942021)
3. HESTIA MARIESTA (1110942037)
ASISTEN:
HUKAMA HAMID
LABORATORIUM AIR
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum kesadahan ini adalah untuk menentukan kesadahan total, kesadahan kalsium,
dan kesadahan magnesium di dalam sampel air.
Metode percobaan yang digunakan adalah metode titrasi kompleksometri dengan EDTA (Etilen
Diamine Tetra Asetat) dengan indikator logam EBT dan Murexida.
Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-
ion Ca+2 dan Mg+2 dan semua kation yang bermuatan dua. Kalsium dan magnesium dalam air
dapat membentuk senyawa komplek dengan Etilen Diamine Tetra Asetat (EDTA) pada suatu pH
tertentu. Untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam yaitu indikator EBT
(Erio Chrom Black T) dan Murexida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling
Pada praktikum kesadahan kali ini, sampling dilakukan pada hari Jum’at tanggal 2 November
2012, pada pukul 16.30 WIB sampai 16.45 WIB. Pengambilan sampling untuk praktikum
kesadahan ini berlokasi di sungai Batang Kuranji, Kalumbuk. Lokasi ini berdekatan dengan TK
Adzkia. Koordinat titik sampling berada pada 100º 23’ 60.32” Bujur Timur dan 0º 55’ 27.95”
Lintang Selatan, serta terletak pada ketinggian 14,34 m di atas permukaan laut. Kedalaman tepi
sungai Batang Kuranji tersebut berkisar antara 20 cm, sedangkan kedalaman tengah sungai
berkisar 50 cm-60 cm.
Kami hanya melakukan pengambilan sampel pada satu titik di tepi badan sungai. Sampel diambil
dengan botol yang terbuat dari plastik. Karena aliran sungai tersebut cukup turbulen, maka
pengambilan sampel dilakukan dengan cara memasukkan botol tersebut ke dalam air dan
menghadapkan mulut botol berlawanan dengan arah arus sungai. Lalu mulut botol ditutup di
dalam air agar tidak ada gelembung udara yang masuk ke dalam botol.
Pada saat pengambilan sampel, cuaca sedang gerimis, dan air sungai terlihat keruh. Walaupun
demikian, masyarakat sekitar sungai masih tetap memanfaatkan air sungai tersebut untuk
berbagai kegiatan, seperti mandi dan mencuci. Padahal sungai tersebut adalah tempat
pembuangan limbah-limbah yang kebanyakan merupakan limbah domestik dan limbah industri
seperti limbah idustri tahu yang ada di sekitar sungai tersebut yang berada. Keadaan di tepi
sungai berbatu-batu karena sedang dalam masa perbaikan yang disebabkan oleh terjangan banjir
bandang pada bulan Ramadhan lalu. Pengerjaannya belum selesai, karena masih dalam tahap
penyusunan batu-batu sebagai penahan air di tepi sungai.
2.2 Teori
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur, jadi kalau kesadahan air
adalah adanya kandungan kapur yang berlebih yang terdapat dalam air yang disebabkan oleh
lapisan tanah kapur yang dilaluinya. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah adalah air
tanah khususnya air tanah dalam. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium
dikenal sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci (Atastina, 2005).
Umumnya, kesadahan disebabkan oleh adanya logam- logam atau kation-kation yang bervalensi
dua seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg tetapi penyebab utama kesadahan adalah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg) (Ruliasih, 2012).
Air sadah menyebabkan sabun sukar berbuih karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+ mengendapkan
sabun. Contoh reaksinya yaitu:
Ca2+ + 2CH3(CH2)16COO-(aq) Ca(CH3(CH2)16COO)2(s)
Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi dan lawannya
biasanya disebut air lunak atau air yang memiliki kadar mineral sangat rendah misalnya air hujan
(Kris, 2006).
Berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam, kesadahan dibedakan menjadi kesadahan
karbonat dan kesadahan non- karbonat (Effendi, 2003).
1. Kesadahan Kalsium dan Magnesium
Kesadahan perairan dikelompokkan menjadi kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium
karena pada perairan alami kesadahan lebih banyak disebabkan oleh kation kalsium dan
magnesium. Kesadahan kalsium dan magnesium seringkali perlu diketahui untuk menentukan
jumlah kapur soda abu yang diperlukan dalam proses pelunakan air. Jika nilai kesadahan kalsium
diketahui, maka nilai kesadahan magnesium dapat dihitung dengan persamaan:
Kesadahan total-kesadahan kalsium = kesadahan magnesium (Effendi, 2003).
Oleh karena itu kesadahan karbonat disebut juga kesadahan sementara. Kesadahan non-karbonat
disebut kesadahan tetap karena kalsium dan magnesium yang berikatan dengan sulfat dan klorida
tidak mengendap dan nilai kesdahan tidak berubah meskipun pada suhu tinggi (Effendi, 2003).
Kandungan kapur yang terdapat dalam air, supaya tidak kurang dan tidak juga berlebihan maka
perlu ditetapkan standar suatu air dikatakan sadah atau berlebih sadah. Standar kualitas
menetapkan kesadahan total adalah 5-10 derajat jerman. Apabila kurang dari 5 derajat jerman
maka air akan terasa lunak dan sebaliknya jika dalam air mengandung lebih dari 10 derajat
jerman maka akan merugikan bagi manusia (Sanropie, 1984).
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah.
Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran.
Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga dan air sadah yang bercampur
sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air
yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan
kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar
ion (Giwangkara, 2006).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang di gunakan pada pada praktikum kesadahan ini adalah :
1. Erlenmeyer 250 ml 4 buah;
2. pipet takar 10 ml 1 buah;
3. bola hisap 1 buah;
4. corong 2 buah;
5. statip 1 buah;
6. buret 50 ml 1 buah;
7. labu semprot 1 buah;
8. gelas ukur 50 ml 1 buah;
9. gelas ukur 10 ml 1 buah;
10. spatula 1 buah;
11. beaker glass 250 ml 1 buah.
3.2 Bahan
1. 10 mL larutan standar kalsium dipipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer;
2. ditambahkan 5 mL larutan buffer pH 10 dan 50 mg indikator EBT;
3. dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N sampai cairan berubah dari ungu menjadi biru;
4. volume EDTA yang diperlukan dicatat.
3.4 Rumus
Keterangan rumus :
: normalitas EDTA
Faktor EBT :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.2 Perhitungan
= x 0,6 mL x x 0.82 x
= 0,492 oD
= 0,492 oD x 17,8 mg/L CaCO3
= 8,76 mg/ L CaCO3 x 10
= x 5 mL x x 0.79 x
= 3,95 oD
4.3 Pembahasan
Pada praktikum modul kesadahan ini, praktikan mengambil sampel air di wilayah sungai Batang
Kuranji, Kota Padang. Praktikan melakukan percobaan untuk menentukan kesadahan total,
kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium terhadap sampel air yang diambil oleh praktikan.
Metode percobaan yang digunakan oleh praktikan adalah titrasi kompleksometri dengan larutan
EDTA 1/28 N.
Secara umum faktor koreksi EBT atau Murexida adalah ≤ 1. Hasil faktor koreksi yang kami
dapatkan yaitu 0,82 untuk EBT dan 0,79 untuk Murexida. Jadi, sesuai dengan pernyataan
tersebut nilai ini cukup akurat. Dari percobaan diperoleh nilai kesadahan total air sampel yaitu
87,58 mg/l CaCO3, nilai kesadahan kalsium yaitu 70,31 mg/l CaCO3, dan nilai kesadahan
magnesium yaitu 17,27 mg/l CaCO3.
Dari hasil yang didapatkan pada percobaan yang dilakukan, nilai kesadahan yang diperoleh
nilainya lebih kecil dari standar yang ditetapkan oleh Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu sebesar 500
mg/l. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadahan pada sampel air yang diuji nilai
kesadahannya masih di bawah standar baku mutu yang diizinkan. Hal ini berarti air di wilayah
sampling tersebut memiliki kesadahan rendah. Walaupun demikian, air ini tidak layak digunakan
untuk mencuci pakaian karena faktor kimia dan fisiknya belum memenuhi syarat dan pastinya
akan berdampak sangat buruk bagi kesehatan masyarakat maupun lingkungan.
Hasil perhitungan kesadahan total yang menunjukkan bahwa nilai kesadahan air sungai Batang
Kuranji, Kalumbuk masih di bawah dari ketetapan yang berlaku, namun tidak tertutup
kemungkinan suatu saat nanti kesadahan di sungai tersebut akan terus meningkat dan melebihi
dari apa ketetapan tersebut. Karena aktifitas manusia yang terus meningkat yang menyebabkan
pencemaran air akan terus meningkat pula dan tidak adanya pencegahan pencemaran lingkungan
di daerah tersebut. Salah satu cara untuk menurunkan kesadahan adalah dengan melakukan resin
penukar ion. Resin pelunak air komersil dapat digunakan dalam skala kecil, tetapi tidak efektif
untuk skala besar. Resin adalah zat yang punya pori yang besar dan bersifat sebagai penukar ion
yang berasal dari polysterol atau polyakrilat yang berbentuk granular atau bola kecil dimana
mempunyai struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional kationik, non ionik/ anionik
atau asam.
Agar hal tersebut dapat diatasi, maka sebagai teknik lingkungan yang mempunyai kewajiban
mengabdi kepada masyarakat dan menjaga lingkungan, kita dapat melakukan beberapa hal
seperti melakukan penelitian lebih lanjut dan secara berkala untuk mengetahui secara pasti nilai
kesadahan di sungai Batang Kuranji tersebut. Selain itu dapat dilakukan dengan merancang alat-
alat atau teknologi baru yang inovatif untuk menangani masalah ini atau pemanfaatan teknologi
water softener yang berfungsi untuk menghilangkan kesadahan dalam air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan praktikum ini, sebagai berikut:
1. Masyarakat sekitar sungai diharapkan dapat memanfaatkan air sungai ini semaksimal mungkin
dan meminimalisir berbagai hal yang berpotensi menyebabkan pencemaran;
2. pemerintah atau dinas terkait sebaiknya memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai
sumber pencemarann air, serta pemerintah dapat membantu memfasilitasi dan memaksimalkan
fungsi dari badan air sungai Batang Kuranji ini jika digunakan sebagai sarana sumber irigasi oleh
masyarakat setempat;
3. saran kepada mahasiswa Teknik Lingkungan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut pada
badan sungai ini terkait dengan kesadahan. Dan kalau bisa juga menciptakan teknologi-teknologi
baru yang inovatif untuk mencegah atau mungkin mengatasi pencemaran air.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2008. Metode Pengolahan Kesadahan Air dengan Menggunakan Resin Penukar Ion.URL:
http://smk3ae.wordpress.com/. Tanggal akses:18 Oktober 2012.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Giwangkara S. 2006. Air Sadah. http://www.chem-ir-try.org, diakses pada tanggal 1 November 2012.
Husada, Bakti. 1995. Pelatihan Penyehatan Air. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ruliasih. 2011. Penghilangan Kesadahan dalam Air Minum.
http://www.kelair.bppt.go.id/publikasi/BukuAirMinum/BAB9SADAH/pdf. Tanggal akses: 2
November 2012.