NIM : 191117028
Tugas 4 Amdal
1. Apabila ada kegiatan industri mempunyai 2 lokasi (industri dan pertambangan) untuk
melaksanakan aktivitasnya dan semuanya wajib amdal. Bagaimana cara membuat
dokumen amdalnya? apakah diperlukan 1 dokumen Amdal/lebih? Jelaskan.
2. Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Bagaimana keterkaitan
antara KA Andal, Andal, RKL-RPL jika dilihat dari dampak penting yang terjadi?
3. Apakah masyarakat yang terkena dampak lingkungan dapat membatalkan keputusan
kelayakan lingkungan dalam Amdal?
4. Bagaimana pembagian kewenangan penilaian Amdal di komisi penilai; pusat, propinsi,
Kabupaten/kota?
5. Apa yang dimaksud batas wilayah studi dalam Amdal? Kapan batas wilayah studi
tersebut ditetapkan?
6. Identifikasi Dampak Lingkungan dilakukan untuk membuktikan dampak hipotesis yg
ditetapkan dalam pelingkupan/scoping (KA Andal) adalah benar serta dilakukan setelah
pengumpulan data di lapangan dan dalam proses penyusunan dokumen Andal. Jelaskan
apa saja Kriteria dalam Identifikasi Dampak Lingkungan?
Jawaban :
1. Prosedur Pembuatan Dokumen Amdal
1. Penapisan
Penapisan atau seleksi adalah suatu proses yang menentukan apakah suatu rencana
kegiatan wajib menyusun amdal atau tidak. Proses ini dilakukan dengan sistem penapisan
satu langkah, dimana ketentuannya terdapat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No 11 Tahun 2006 tetang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan Amdal.
2. Proses Pengumuman
Setelah dilakukan seleksi, instansi dan pemrakarsa wajib untuk mengumumkan rencana
kegiatannya kepada masyarakat sebelum penyusunan Amdal. Cara dan bentuk
pengumuman ini adalah bisa dengan penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan yang
diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal No 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal.
3. Proses Pelingkupan
Pelingkupan adalah tahap untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi
dampak penting yang terkait dengan rencana kegiatan atau usaha yang akan dilakukan.
Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi
dampak penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan
lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji.
Proses pelingkupan akan menghasilkan dokumen KA-Andal (Analisis Dampak
Lingkungan).
4. Proses Penyusunan dan penilaian KA-Andal
Setelah penyusunan KA-Andal, pemrakarsa bisa mengajukan dokumen yang telah dibuat
kepada Komisi Penilai Amdal untuk dinilai. Lama waktu maksimal penilaian KA-Andal
adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan untuk merevisi atau menyempurnakan
dokumennya.
5. Proses Penyusunan dan Penilaian Andal, RKL, dan RPL
Penyusunan Andal, RKL, dan RPL, dilakukan dengan mengacu pada KA-Andal yang
telah disepakati (hasil penilaian Komisi Amdal) yang selanjutnya bisa diajukan kepada
Komisi Penilai Amdal untuk dinilai. Batas waktu maksimal penilaian Andal, RKL, dan
RPL adalah 75 hari diluar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki
dokumennya kembali.
6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Setelah semua dokumen selesai dibuat, kemudian harus menunggu keputusan kelayakan
lingkungan hidup yang diterbitkan oleh :
Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat
Gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai provinsi
Bupati/wali kota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai kabupaten/kota
Dan dalam keputusan persetujuan tersebut, harus dijelaskan tentang dasar pertimbangan
dikeluarkannya keputusan tersebut, dan juga pertimbangan terhadap saran, pendapat, dan
tanggapan yang diajukan oleh masyarakat.
Dalam kasus ini masing-masing kegiatan di dalam kawasan/sector industri tidak perlu lagi
membuat AMDALnya, karena sudah tercakup dalam AMDAL seluruh kawasan/industry,
Sehinga cukup diperlukan satu dokumen amdal.
4.
1. KPA pusat menilai KA, Andal, dan RKL-RPL untuk jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang:
a. bersifat strategis nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ; dan/atau
b. sebagaimana tercantum dalam Lampiran III, Lampiran IV, dan Lampiran V yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri apabila berlokasi di:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang dalam sengketa dengan negara
lain;
3. wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas;
dan/atau
4. lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain.
2. KPA provinsi berwenang menilai KA, Andal, dan RKL-RPL bagi jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ; dan/atau
b. sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan Lampiran V Peraturan Menteri apabila
berlokasi di:
1. lebih dari satu wilayah kabupaten/kota;
2. lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan.
3. KPA kabupaten/kota berwenang menilai KA, Andal, dan RKL-RPL bagi jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri
b. berlokasi di wilayah kabupaten/kota;
c. di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi; dan/atau
d. tidak bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan Menteri.
5. Batas wilayah studi ini merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun (overlay) dari batas
wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah mempertimbangkan kendala teknis
yang dihadapi. Batasan ruang lingkup wilayah studi penentuannya disesuaikan dengan
kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana,
tenaga, teknis, dan metode telaahan. Batas wilayah studi dibentuk dari empat unsur yang
berhubungan dengan dampak lingkungan suatu rencana kegiatan, yaitu:
1) Batas proyek, yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan dilakukan,
termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.
2) Batas ekologis, yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan masing-masing (seperti
air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar.
3) Batas sosial, yaitu ruang disekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungsunya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan, sesuai dengan proses dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
4) Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti desa, kelurahan,
kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas diatas. Dengan
menumpangsusunkan (overlay) batas administratif wilayah pemerintahan dengan tiga peta batas
seperti tersebut di atas, maka akan terlihat desa/keluruhan, kecamatan, kabupaten dan/atau
provinsi mana saja yang masuk dalam batas proyek, batas ekologis dan batas sosial.
6. Untuk mengukur atau menentukan dampak besar dan penting tersebut di antaranya digunakan
kriteria mengenai :
a. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak.
e. Sifat kumulatif dampak.
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.