MODUL II
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :
DEPOK
2021
1
1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah menentukan kesadahan total yang terdapat dalam
air dan air limbah dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L.
1.2 Teori Dasar
1.2.1 Definisi Kesadahan
Kesadahan atau dikenal juga sebagai hardness merupakan salah satu sifat kimia yang
dimiliki oleh air. Air sadah atau air keras memiliki kadar mineral yang tinggi, berbeda dengan air
lunak yang kadar mineralnya rendah. Terdapat metode paling sederhana dalam menentukan
kesadahan air, yaitu dengan menggunakan sabun. Sabun akan menghasilkan busa yang banyak
pada air yang lunak. Sedangkan pada air sadah, busa yang dihasilkan oleh sabun sedikit atau
bahkan tidak ada sama sekali (Retnowati, 2015). Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan
ppm berat per volume dari CaCO3.
Air yang memiliki sifat sadah ditemukan pada wilayah yang menggunakan sumber air
dari tanah atau sumur dimana lapisan tanah pada daerah tersebut mengandung deposit garam
mineral, kapur, dan kalsium (Setyowati, 2018). Tingkatan kesadahan berbeda-beda di setiap
tempat, umumnya air tanah memiliki tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini diakibatkan oleh air
tanah yang memiliki kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air
(Regina, Imatahanah, & Haerani, 2018). Berdasarkan kadar kalsiumnya, terdapat lima tingkatan
kesadahan air, yaitu: Kesadahan Lunak: 0-50 mg/L; Kesadahan Medium: 50-150 mg/L;
Kesadahan Keras: 150-300 mg/L dan Kesadahan Sangat Keras: >300 mg/L (Setyowati, 2018).
1.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesadahan
Penyebab terjadinya kesadahan pada air disebabkan oleh adanya ion-ion Ca2+, Mg2+,
ataupun ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan
Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dengan jumlah yang kecil. Selain ion
logam, penyebab kesadahan juga dapat disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat dan
sulfat (Retnowati, 2015). Dari penyebab-penyebab yang telah disebutkan, penyebab utama dari
kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air memiliki kemungkinan
bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, klorida dan nitrat, sedangkan magnesium dapat
bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat dan klorida (Said & Ruliasih, -).
1.2.3 Tipe-Tipe Kesadahan
Kesadahan air tergolong menjadi dua golongan berdasarkan anion yang diikat oleh kation
2+
(Ca atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap (Retnowati, 2015). Dalam
menentukan jenis kesadahan air dapat menggunakan metode pemanasan. Apabila setelah
dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang digunakan adalah air sadah tetap
Universitas Indonesia
2
nitrat {Ca(NO3)2}, kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat
{Mg(NO3)2}, dan magnesium sulfat (MgSO4) (Retnowati, 2015). Senyawa-senyawa dalam air
tersebut tidak dapat dihilangkan hanya dengan metode pemanasan. Maka dari itu, air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut dengan kesadahan tetap. Besar kesadahan tetap
sama dengan selisih antara kesadahan total dengan kesadahan sementara.
1.2.4 Dampak Kesadahan terhadap Manusia dan Lingkungan
Terdapat dampak dari air sadah akibat ion Ca2+ dan Mg2+ yang terkandung dalam air,
antara lain menyebabkan pengendapan mineral, yang menyebabkan tersumbatnya saluran pipa
dan kran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, seperti yang telah
disebutkan bahwa air sadah ketika bertemu dengan sabun tidak dapat menghasilkan busa, tetapi
malah mengendap membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sulit untuk
dihilangkan. Efek tersebut terjadi karena ion Ca2+ ataupun Mg2+ menghancurkan sifat surfaktan
dari sabun dengan membentuk endapan padat (sampah sabun) (Retnowati, 2015). Sifat surfaktan
Universitas Indonesia
3
adalah senyawa organik yang bersifat amifilm dimana senyawa tersebut mengandung komponen
yang dapat larut dalam air serta komponen yang tidak dapat larut dalam air ataupun minyak
sekaligus. Salah satu jenis air sadah, yaitu air sadah sementara dapat dihilangkan dengan cara
dipanaskan namun ketika air tersebut direbus akan meninggalkan endapan atau karat pada
peralatan logam.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun air sadah tetap memiliki
dampak bagi kesehatan antara lain dapat menyebabkan penyakit cardio vascular desease
(penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal). Menurut data yang di
dapatkan dari Puskesmas Talise didapatkan bahwa pada tahun 2013 terdapat penderita
kemungkinan cardio vascular desease dan urolithiasis menduduki peringkat 7 dan 9 (Regina,
Imatahanah, & Haerani, 2018). Selain itu karena kandungan ion-ion kalsium dan magenisum
tersebut dalam air, dampaknya pada manusia juga dapat menyebabkan terbentuknya endapan
kapur pada ginjal atau saluran kencing (Said & Ruliasih, -).
1.2.5 Standar Baku Mutu Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum, didapati parameter
kimia pada air minum, antara lain:
Tabel 2. Parameter yang Tidak Langsung Berhubungan dengan Kesehatan
Parameter Kimiawi Satuan Kadar yang Diperbolehkan
Aluminium mg/L 0,2
Besi mg/L 0,3
Kesadahan mg/L 500
Khlorida mg/L 250
Mangan mg/L 0,4
pH - 6,5 – 8,5
Seng mg/L 3
Sulfat mg/L 250
Tembaga mg/L 2
Amonia mg/L 1,5
Sumber: PerMenKes No.429/MENKES/PER/IV/2010
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun
2017 mengenai Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum, menyatakan
bahwa kesadahan merupakan parameter yang wajib dipenuhi dengan kadar yang tertera pada tabel
di bawah ini:
Universitas Indonesia
4
Tabel 3. Parameter Kimia Wajib dalam Standar Baku Mutu Kesehatan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Parameter Satuan Standar Baku Mutu
pH - 6,5 – 8,5
Besi mg/L 1
Flourida mg/L 1,5
Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
Mangan mg/L 0,5
Nitrat mg/L 10
Nitrit mg/L 1
Sianida mg/L 0,1
Deterjen mg/L 0,05
Pestisida Total mg/L 0,1
Sumber: PerMenKes No. 37 Tahun 2017
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
sadah. Berbeda dengan kesadahan total, untuk perhitungan kesadahan kalsium indikator yang
digunakan adalah murexide. Indikator ini menyebabkan larutan akan berubah warna menjadi
merah muda yang menunjukkan adanya ikatan dengan ion Ca2+. Karena indikator murexide ini
yang baru dapat berkerja secara maksimal ketika berada di pH 11, umumnya larutan dicampurkan
dengan larutan NaOH untuk meningkatkan nilai pH. Selain itu, penggunaan larutan NaOH ini
juga digunakan untuk mengendapkan magnesium sehingga ion Ca2+ dapat diukur. Setelah
dilakukan proses titrasi, EDTA akan menarik ion Ca2+ dari senyawa Ca-murexide dan membentuk
kompleks CaY2- dimana ketika semua ion Ca2+ telah lepas dari murexide dan, ion tersebut akan
membentuk kompleks dengan EDTA sehingga larutan berubah warna menjadi ungu (Leslie, et
al., 2016). Untuk perhitungan kesadahan kalsium dapat menggunakan rumus di bawah ini
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 40 × 𝑓𝑝
𝑉𝑠
Keterangan:
Vs = Volume sampel (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (0,01 M)
VEDTA = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
100 = Bobot molekul CaCO3
Fp = Faktor pengenceran
Sedangkan untuk perhitungan kesadahan magnesium dapat menggunakan rumus di
bawah ini:
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑔𝑛𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 = 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚
Universitas Indonesia
7
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 menandakan air tersebut telah
terbebas dari ion Ca2+ dan Mg2+ (Retnowati, 2015).
1.2.9 Aplikasi Kesadahan
Kesadahan air merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan keberlanjutan
suatu air untuk kebutuhan domestik dan industri. Pada umumnya kesadahan air ini digunakan
sebagai dasar dalam merekomendasikan kebutuhan dalam proses pelunakan air, seperti jumlah
dari kalsium dan magnesium serta kesadahan karbonat dan nonkarbonat yang ada di dalam air.
Data kesadahan air ini juga penting dalam mendesain instalasi air minum dan kebutuhan air bersih
untuk skala domestik. Kadar kesadahan air ini dapat memberikan gambaran apakah air tersebut
berbahaya untuk dikonsumsi ataupun bagi perpipaan. Dengan data tersebut dapat ditentukan juga
langkah yang tepat untuk menurunkan kadar kesadahan atau water softening. Penerapan
penurunan kadar kesadahan ini banyak digunakan pada pabrik-pabrik sebagai air proses maupun
bahan baku.
1.3 Analisis
1.3.1 Analisis Percobaan
Pada praktikum kali ini dengan tujuan menentukan kesadahan total yang terdapat dalam
air dan air limbah dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L, praktikan
memastikan terlebih dahulu bahwa standar keamanan telah terpenuhi, seperti penggunaan jas lab,
sarung tangan, sepatu tertutup serta masker. Hal ini ditujukan agar meminimalisir kecelakaan-
kecelakaan yang mungkin terjadi yang dapat membahayakan praktikan. Larutan NaOH yang
digunakan pada praktikum ini, memiliki sifat korosif dan sangat kaustik sehingga dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit. Setelah itu, praktikan terlebih dahulu memastikan seluruh
alat dalam keadaan siap, seperti alat-alat dalam keadaan bersih, kering dan tidak retak ataupun
pecah sehingga meminimalisir adanya kontaminasi yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air sampel, buret 50 mL, klem, statif,
bulb, beaker glass, labu erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 100 mL, pipet vol. 10 mL dan 50 mL,
pipet tetes, spatula, kertas indikator pH, kertas titar, larutan NaOH, larutan penyangga,
Eriochrome Black T (EBT) dan Murexide sebagai indikator, serta larutan Na2EDTA sebagai
titran. Selain itu, praktikan juga harus memastikan statif dan klem tidak rusak dan kuat menahan
buret. Buret juga harus dipastikan tidak bocor sehingga tidak mengganggu saat proses titrasi.
Pada modul ini terdapat dua kali percobaan. Percobaan pertama menguji kesadahan total
dan percobaan kedua menguji kesadahan kalsium. Perbedaan keduanya dapat diliat pada indikator
dan larutan penambah pH yang digunakan. Banyaknya air sampel yang digunakan dari keduanya
sama yaitu 25 mL yang sebelumnya telah diukur menggunakan gelas ukur 100 mL. Sebelum
diukur, praktikan harus memastikan kedua sampel ini dalam keadaan yang homogen sehingga
Universitas Indonesia
8
seluruh partikel yang mengendap dapat tersebar merata. Untuk menghomogenkannya, praktikan
dapat mengguncang botolnya. Dalam mengukur air sampel pada gelas ukur, praktikan dapat
melihat meniskus apa yang terbentuk, meniskus cekung atau cembung. Untuk pembacaannya,
praktikan dapat membaca pada kurva paling bawah atau titik maksimal cekungan pada meniskus
cekung dan membaca kurva paling atas pada meniskus cembung. Pada percobaan ini, karena
larutan yang digunakan merupakan air sadah maka meniskus yang terbentuk adalah cekung.
Larutan yang pada umumnya membentuk meniskus cembung adalah raksa. Selanjutnya praktikan
dapat menuangkan air sampel tersebut ke labu erlenmeyer 250 mL sebagai wadah selama
dilakukannya percobaan. Untuk mengurangi kepekatan pada kedua larutan, dilakukan
pengenceran dengan menambahkan air suling 1:1 dengan air sampel. Praktikan mengukur air
suling terlebih dahulu sebanyak 25 mL pada gelas ukur 100 mL sebelum memasukkannya ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL. Dengan volume akhir dari kedua larutan itu adalah 50 mL, maka
praktikan telah melakukan pengenceran dua kali karena volume akhir dua kali lipat dari volume
awal. Setelah itu, praktikan menghomogenkan kedua larutan agar tercampur secara merata
dengan mengguncangkan labu erlenmeyer.
Selanjutnya, untuk praktikum pertama praktikan memindahkan larutan penyangga
(buffer) ke dalam beaker glass lalu menambahkannya ke dalam labu erlenmeyer menggunakan
pipet. Penambahan larutan penyangga ini berfungsi agar larutan dapat mempertahankan pH
walaupun ditambahkan larutan asam dan basa lainnya ataupun dilakukan pengenceran. Larutan
penyangga ditambahkan hingga larutan sampel mencapai pH sebesar 10. Setelah itu, untuk
memastikan larutan telah mencapai pH 10, praktikan dapat mengidentifikasi pH dengan
menggunakan kertas indikator pH yang bersifat universal. Ketika kertas tersebut bersentuhan
langsung dengan air sampel akan menyebabkan adanya perubahan warna. Hal tersebut
menunjukkan sifat asam atau basa pada larutan yang dapat disesuaikan dengan warna yang tertera
pada keterangan wadah pada kertas indikator. Apabila larutan belum mencapai pH 10, praktikan
dapat menambahkan kembali larutan penyangga dan apabila pH larutan sudah melebihi 10,
praktikum harus diulang dari langkah pertama.
Selanjutnya, praktikan menambahkan indikator berupa bubuk Eriochrome Black T
(EBT), menggunakan spatula. EBT adalah indikator yang biasa digunakan untuk proses titrasi
kompleksometri. Indikator EBT berada pada rentang pH 7,5 sampai 10,5. Namun, baru
menunjukkan warna yang jelas pada pH larutan 10. Oleh karena itu, sebelum diberikan indikator,
larutan diberikan larutan penyangga terlebih dahulu. Warna yang disebabkan indikator ini adalah
merah keunguan dimana warna ini menunjukkan pembentukan senyawa yang kompleks dengan
kalsium, magenisium dan ion logam lainnnya. Untuk melihat perubahan warna yang jelas,
praktikan dapat meletakkan labu erlenmeyer tersebut di atas kertas titar. Selanjutnya, praktikan
Universitas Indonesia
9
melakukkan titrasi dengan titran berupa larutan Na2EDTA 0,01 M. Etilen Diamin Tetra Acetic
Acid (EDTA) adalah larutan asam lemah yang sukar larut dalam air. Oleh karena itu, jarang
digunakan sebagai larutan standar. EDTA yang digunakan sebagai larutan standar adalah garam
Na2EDTA. Kesempurnaan proses titrasi dengan titran Na2EDTA ini sangat berkaitan erat dengan
pH larutan dimana semakin tinggi pH larutannya dapat menyebabkan terbentuknya endapan
logam ataupun bahaya hidrolisa logam, keduanya dapat menggagalkan berlangsungnya proses
titrasi. Karena ketergantungan titran ini terhadap pH, larutan sudah terlebih dahulu diberikan
larutan penyangga. Larutan penyangga pada kasus ini, selain berfungsi untuk mempertahankan
pH, larutan penyangga juga berfungsi untuk menyerap ion-ion hidrogen yang dihasilkan dalam
reaksi titrasi, dimana ion-ion inilah yang dapat menganggu proses titrasi.
Proses titrasi dilakukan dengan cara melingkarkan jari-jari tangan kiri pada buret, dan
memegang keran menggunakan jari telunjuk pada bagian atas keran serta ibu jari dan jari tengah
pada keran bagian bawah. Hal tersebut dilakukan untuk mengontrol keluarnya titran. Sedangkan
tangan kanan mengoyangkan labu Erlenmeyer secara berlawanan arah jarum jam. Baik keluarnya
larutan maupun menggoyangkan labu erlenmeyer tidak boleh terlalu lambat maupun terlalu cepat
karena perubahan warna yang cepat. Proses titrasi diberhentikan tepat saat adanya perubahan
warna. Untuk penggunaan indikator bubuk EBT ini, titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan
warna menjadi biru seulas. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa kompleks Mg-ln pada
larutan telah terputus dan membentuk senyawa Mg-EDTA yang lebih stabil. Sedangkan ln berada
dalam keadaan bebas berwarna biru. Terakhir, praktikan mencatat penggunaan titran dengan
melihat skala pada buret, yaitu 11,7 mL dengan volume awal sebanyak 9 mL.
Sedangkan untuk percobaan kedua, yaitu kesadahan kalsium, Langkah kerja yang
dilakukan sama seperti sebelumnya, yaitu mulai dari penambahan air suling hingga proses titrasi
dengan titran Na2EDTA 0,01 M. Praktikum ini berbeda karena tidak mengggunakan larutan
penyangga, melainkan menggunakan larutan NaOH yang digunakan untuk menambahkan pH
pada larutan sehingga larutan berada pada pH 12. Larutan ini dapat menguraikan protein pada
suhu lingkungan. Selain itu, larutan NaOH juga dapat mengendapkan ion Mg2+ sehingga kadar
ion kalsium atau Ca2+ dapat diukur. Setelah itu, untuk memastikan larutan sudah berada pada pH
12, praktikan mengidentifikasinya menggunakan kertas indikator pH. Apabila larutan belum
mencapai pH 12, praktikan dapat menambahkan kembali larutan NaOH. Sedangkan apabila
larutan memiliki pH lebih dari 12, praktikan harus mengulang praktikum dari langkah pertama.
Perbedaan lainnya praktikum ini dengan praktikum sebelumnya adalah indikator yang
digunakan. Pada praktikum kesadahan kalsium ini, praktikan menggunakan bubuk murexide
dengan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer menggunakan spatula. Indikator murexide
digunakan untuk larutan dengan pH lebih dari 11. Murexide akan menyebabkan larutan berubah
Universitas Indonesia
10
warna menjadi merah muda dimana hal ini menunjukkan indikator ini berikatan dengan ion
kalsium (Ca2+). Setelah dilakukan proses titrasi yang langkahnya sama dengan percobaan
sebelumnya, EDTA akan menarik ion Ca2+ dari senyawa Ca-murexide dan membentuk kompleks
CaY2- dimana ketika semua ion Ca2+ telah lepas dari murexide dan, ion tersebut akan membentuk
kompleks dengan EDTA sehingga larutan berubah warna menjadi ungu.
Setelah praktikum selesai, praktikan memperoleh data berupa volume awal dan akhir
untuk masing masing indikator yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Data Hasil Percobaan
Sampel Indikator Vo (mL) Vt (mL) ΔV (mL)
Keterangan:
Vo = Volume awal sebelum proses titrasi (mL)
Vt = Volume akhir setelah proses titrasi (mL)
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Daftar Kepustakaan
Alfontius, L., & dkk. (2016). PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Cholil, M., Anna, A. N., & Setyaningsih, N. (2016). ANALISIS KESADAHAN AIR TANAH
DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN PROPINSI JAWA
TENGAH. The 3rd Universty Research Colloquium 2016, 88-98. Retrieved Maret 19,
2021
Jaya, L. (2019, November 7). Apa itu BOD, DO dan COD dalam Air? Retrieved Maret 19, 2021,
from lineticjaya.com: https://lieneticjaya.com/bod-do-dan-cod-pada-air/
Leslie, A., Hasabi, S., Thasia, D., Natasha, O., Haryanto, A., Putri, N., . . . Laurance, A. (2016).
PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Regina, N., Imatahanah, A., & Haerani, H. (2018, September). PERBANDINGAN KADAR
KESADAHAN AIR PDAM DAN AIR SUMUR SUNTIK KELURAHAN TONDO
KOTA PALU TAHUN 2017. Journal Ilmiah Kedokteran, 5, 12-21. Retrieved Maret 19,
2021
Retnowati, R. A. (2015). Pengembangan Prototype AlatIon Exchanger Berbasis Karbon
Aktifuntuk Pengolahan Air Sanitasi DIII Teknik Kimia. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Said, N. I., & Ruliasih. (-). PENGHILANGAN KESADAHAN DI DALAM AIR MINUM. In N.
I. Said, & Ruliasih, Baku Air Minum (pp. 338-442). -: BPPT.
Setyowati, D. (2018). PENGARUH WAKTU PERENDAMAN RESIN SASET TERHADAP
PENURUNAN KESADAHAN AIR SUMUR GALI. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
Universitas Indonesia
BAGAN DETAIL PELAKSANAAN PRAKTIKUM
KESADAHAN
(METODE TITRIMETRI EDTA)
Kesadahan Total
1
2. Memastikan seluruh alat dalam keadaan Alat dan Bahan
siap sebelum memulai praktikum. Hal- • Air Sampel
hal yang harus dipastikan adalah : • Buret 50 mL, Klem dan
• Alat-alat dalam keadaan bersih, Statif (Alat Titrasi)
kering dan tidak retak ataupun pecah.
• Statif dan klem tidak rusak dan kuat • Bulb
menahan buret • Beaker Glass
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir • Labu Erlenmeyer 250
kemungkinan alat alat terkontaminasi mL 2
sehingga dapat mengganggu hasil • Gelas Ukur 100 mL
praktikum.
• Pipet vol. 10 mL dan 50
mL
• Pipet Tetes
• Spatula
• Kertas Indikator pH
• Kertas Titar
• NaOH
• Na2EDTA 0,01 M
• EBT (Eriochrome
Black T)
• Murexid
• Larutan Penyangga
3. Mengukur air sampel pada gelas ukur 100 Air sampel harus
mL sebanyak 25 mL dan dihomogenkan agar
menghomogenkannya terlebih dahulu partikel yang
dengan cara menggoyangkan atau mengendap dalam air
membalikkan botol berisi air sampel. sampel tersebar merata.
Untuk mengukurnya, dapat dilihat dari
meniskus apa yang terbentuk. Karena
meniskus yang terbentuk adalah cekung 3
maka untuk mengukurvolume larutan
dapat melihat dari kurva terbawah.
No Prosedur Kerja Catatan
4. Memasukkan larutan sampel ke dalam labu Labu erlenmeyer 250
erlenmeyer mL digunakan sebagai
wadah.
14
Kesadahan Kalsium
1
2. Memastikan seluruh alat dalam keadaan Alat dan Bahan
siap sebelum memulai praktikum. Hal- • Air Sampel
hal yang harus dipastikan adalah : • Buret 50 mL, Klem dan
• Alat-alat dalam keadaan bersih, Statif (Alat Titrasi)
kering dan tidak retak ataupun pecah.
• Statif dan klem tidak rusak dan kuat • Bulb
menahan buret • Beaker Glass
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir • Labu Erlenmeyer 250
kemungkinan alat alat terkontaminasi mL 2
sehingga dapat mengganggu hasil • Gelas Ukur 100 mL
praktikum.
• Pipet vol. 10 mL dan 50
mL
• Pipet Tetes
• Spatula
• Kertas Indikator pH
• Kertas Titar
• NaOH
• Na2EDTA
• EBT (Eriochrome
Black T)
• Murexid
• Larutan Penyangga
3. Mengukur air sampel pada gelas ukur 100 Air sampel harus
mL sebanyak 25 mL dan dihomogenkan agar
menghomogenkannya terlebih dahulu partikel yang mengendap
dengan cara menggoyangkan atau dalam air sampel tersebar
membalikkan botol berisi air sampel. merata.
Untuk mengukurnya, dapat dilihat dari
meniskus apa yang terbentuk. Karena
meniskus yang terbentuk adalah cekung
3
maka untuk mengukurvolume larutan
dapat melihat dari kurva terbawah.
4
5. Menambahkan air suling ke dalam air Penambahan air suling
sampel hingga volume total menjadi 50mL ini digunakan sebagai
di labu erlenmeyer. Menggunakan gelas pengenceran dengan
ukur untuk mengukur air suling sebanyak perbandingan 1:1 atau
25 mL. dua kali pengenceran.
(volume akhir : 2 x
volume air sampel).
Pengenceran dilakukan
untuk mengurangi
kepekatan suatu larutan. 5
11. Sebelum melakukan titrasi, hal yang perlu Titran yang digunakan
dilakukan adalah memasukkan titran dari adalah larutan larutan
gelas beker 100 mL ke dalam alat titrasi Na2EDTA 0,01 M.
tepatnya pada ujuang atas buret, (buret Larutan yang dimasukkan
dipastikan terlebih dahulu tidak bocor) sampai volume 0 pada
dengan cara dimiringkan dan berada di atas skala buret. 11
wastafel.
12. Melakukan titrasi dengan menggunakan Tangan kiri memegang
larutan Na2EDTA 0,01 M dengan cara kran di bagian bawah
melingkarkan jari-jari tangan kiri pada buret untuk mengontrol
buret, dan memegang keran keluarnya titran dan
menggunakan jari telunjuk pada bagian tangan kanan
atas keran serta ibu jari dan jari tengah mengguncang labu
pada keran bagian bawah. serta tangan Erlenmeyer agar larutan
kanan mengoyangkan labu Erlenmeyer 12
homogen.
berlawanan arah jarum jam. Baik
keluarnya larutan maupun
menggoyangkan labu erlenmeyernya
tidak boleh terlalu lambat maupun
terlalu cepat sehingga tepat saat terjadi
perubahan warna pada larutan, proses
titrasi dapat dihentikan.