Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

MODUL II

KESADAHAN (METODE TITRIMETRI EDTA)

Sadira Ziva Syaharani 1906301053

Asisten : Arbyan Mahendra

Tanggal Praktikum : Selasa, 9 Maret 2021

Nilai Laporan :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2021
1

1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah menentukan kesadahan total yang terdapat dalam
air dan air limbah dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L.
1.2 Teori Dasar
1.2.1 Definisi Kesadahan
Kesadahan atau dikenal juga sebagai hardness merupakan salah satu sifat kimia yang
dimiliki oleh air. Air sadah atau air keras memiliki kadar mineral yang tinggi, berbeda dengan air
lunak yang kadar mineralnya rendah. Terdapat metode paling sederhana dalam menentukan
kesadahan air, yaitu dengan menggunakan sabun. Sabun akan menghasilkan busa yang banyak
pada air yang lunak. Sedangkan pada air sadah, busa yang dihasilkan oleh sabun sedikit atau
bahkan tidak ada sama sekali (Retnowati, 2015). Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan
ppm berat per volume dari CaCO3.
Air yang memiliki sifat sadah ditemukan pada wilayah yang menggunakan sumber air
dari tanah atau sumur dimana lapisan tanah pada daerah tersebut mengandung deposit garam
mineral, kapur, dan kalsium (Setyowati, 2018). Tingkatan kesadahan berbeda-beda di setiap
tempat, umumnya air tanah memiliki tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini diakibatkan oleh air
tanah yang memiliki kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air
(Regina, Imatahanah, & Haerani, 2018). Berdasarkan kadar kalsiumnya, terdapat lima tingkatan
kesadahan air, yaitu: Kesadahan Lunak: 0-50 mg/L; Kesadahan Medium: 50-150 mg/L;
Kesadahan Keras: 150-300 mg/L dan Kesadahan Sangat Keras: >300 mg/L (Setyowati, 2018).
1.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesadahan
Penyebab terjadinya kesadahan pada air disebabkan oleh adanya ion-ion Ca2+, Mg2+,
ataupun ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan
Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dengan jumlah yang kecil. Selain ion
logam, penyebab kesadahan juga dapat disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat dan
sulfat (Retnowati, 2015). Dari penyebab-penyebab yang telah disebutkan, penyebab utama dari
kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air memiliki kemungkinan
bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, klorida dan nitrat, sedangkan magnesium dapat
bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat dan klorida (Said & Ruliasih, -).
1.2.3 Tipe-Tipe Kesadahan
Kesadahan air tergolong menjadi dua golongan berdasarkan anion yang diikat oleh kation
2+
(Ca atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap (Retnowati, 2015). Dalam
menentukan jenis kesadahan air dapat menggunakan metode pemanasan. Apabila setelah
dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang digunakan adalah air sadah tetap

Universitas Indonesia
2

(Retnowati, 2015). Menurut Winarno (1986), terdapat 4 golongan pembagian tingkatan


kesadahan air yang tertera pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Jenis Kesadahan Berdasarkan Kadarnya dalam Air
Jenis Air Kadar (mg/L (ppm) CaCO3)
Air Lunak 50
Air Agak Sadah 50-100
Air Sadah 100-200
Air Sangat Sadah 200
Sumber: Laporan Tugas Akhir (Retnowati, 2015)

1.2.3.1 Kesadahan Sementara (Temporary)


Kesadahan sementara ditandai dengan air yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-)
dari Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) ataupun garam-garam Karbonat (CO3-). Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut dikatakan kesadahan sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan dipanaskan atau metode pemanasan sehingga air tersebut
terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+ (Setyowati, 2018). Apabila kesadahan sementara memiliki
alkalinitas total lebih kecil dari kesadahan total maka kesadahan sementara memiliki nilai yang
sama dengan alkalinitas total. Sedangkan jika alkalinitas total lebih besar dari pada kesadahan
total maka kesadahan sementara sama dengan kesadahan total (Cholil, Anna, & Setyaningsih,
2016).

1.2.3.2 Kesadahan Tetap (Permanent)


Kesadahan tetap ditandai dengan kandungan anion selain ion bikarbonat, seperti ion Cl,
NO dan SO42- sehingga senyawa yang terkandung dapat berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium
3-

nitrat {Ca(NO3)2}, kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat
{Mg(NO3)2}, dan magnesium sulfat (MgSO4) (Retnowati, 2015). Senyawa-senyawa dalam air
tersebut tidak dapat dihilangkan hanya dengan metode pemanasan. Maka dari itu, air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut dengan kesadahan tetap. Besar kesadahan tetap
sama dengan selisih antara kesadahan total dengan kesadahan sementara.
1.2.4 Dampak Kesadahan terhadap Manusia dan Lingkungan
Terdapat dampak dari air sadah akibat ion Ca2+ dan Mg2+ yang terkandung dalam air,
antara lain menyebabkan pengendapan mineral, yang menyebabkan tersumbatnya saluran pipa
dan kran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, seperti yang telah
disebutkan bahwa air sadah ketika bertemu dengan sabun tidak dapat menghasilkan busa, tetapi
malah mengendap membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sulit untuk
dihilangkan. Efek tersebut terjadi karena ion Ca2+ ataupun Mg2+ menghancurkan sifat surfaktan
dari sabun dengan membentuk endapan padat (sampah sabun) (Retnowati, 2015). Sifat surfaktan

Universitas Indonesia
3

adalah senyawa organik yang bersifat amifilm dimana senyawa tersebut mengandung komponen
yang dapat larut dalam air serta komponen yang tidak dapat larut dalam air ataupun minyak
sekaligus. Salah satu jenis air sadah, yaitu air sadah sementara dapat dihilangkan dengan cara
dipanaskan namun ketika air tersebut direbus akan meninggalkan endapan atau karat pada
peralatan logam.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun air sadah tetap memiliki
dampak bagi kesehatan antara lain dapat menyebabkan penyakit cardio vascular desease
(penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal). Menurut data yang di
dapatkan dari Puskesmas Talise didapatkan bahwa pada tahun 2013 terdapat penderita
kemungkinan cardio vascular desease dan urolithiasis menduduki peringkat 7 dan 9 (Regina,
Imatahanah, & Haerani, 2018). Selain itu karena kandungan ion-ion kalsium dan magenisum
tersebut dalam air, dampaknya pada manusia juga dapat menyebabkan terbentuknya endapan
kapur pada ginjal atau saluran kencing (Said & Ruliasih, -).
1.2.5 Standar Baku Mutu Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum, didapati parameter
kimia pada air minum, antara lain:
Tabel 2. Parameter yang Tidak Langsung Berhubungan dengan Kesehatan
Parameter Kimiawi Satuan Kadar yang Diperbolehkan
Aluminium mg/L 0,2
Besi mg/L 0,3
Kesadahan mg/L 500
Khlorida mg/L 250
Mangan mg/L 0,4
pH - 6,5 – 8,5
Seng mg/L 3
Sulfat mg/L 250
Tembaga mg/L 2
Amonia mg/L 1,5
Sumber: PerMenKes No.429/MENKES/PER/IV/2010
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun
2017 mengenai Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum, menyatakan
bahwa kesadahan merupakan parameter yang wajib dipenuhi dengan kadar yang tertera pada tabel
di bawah ini:

Universitas Indonesia
4

Tabel 3. Parameter Kimia Wajib dalam Standar Baku Mutu Kesehatan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Parameter Satuan Standar Baku Mutu
pH - 6,5 – 8,5
Besi mg/L 1
Flourida mg/L 1,5
Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
Mangan mg/L 0,5
Nitrat mg/L 10
Nitrit mg/L 1
Sianida mg/L 0,1
Deterjen mg/L 0,05
Pestisida Total mg/L 0,1
Sumber: PerMenKes No. 37 Tahun 2017

1.2.6 Korelasi DO, BOD, COD dan Kesadahan


DO (Dissolved Oxygen) merupakan salah satu parameter untuk mengukur kualitas air
dengan menghitung kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Semakin tinggi nilai DO,
semakin baik kualitas suatu air. Pada umumnya, tingkat maksimal DO di suhu 20o C adalah 9
ppm. Sedangkan BOD (Biological Oxygen Demand) adalah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam air. Oksigen ini digunakan mikroorganisme untuk mengurai organik di
dalam air. Korelasi antara BOD dengan DO adalah berbanding terbalik dimana semakin tinggi
nilai BOD maka semakin rendah nilai DO. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kandungan
mikroorganisme dalam air karena diurai oleh mikroorganisme sehingga dapat dikatakan
keberadaan BOD memperburuk kualitas air. Dan terakhir adalah COD (Chemical Oxygen
Demand) yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh suatu senyawa kimia untuk mengurai bahan
organik. Sama dengan BOD, nilai COD sendiri berbanding terbalik dengan nilai DO (Jaya, 2019).
Menurut Peraturan Menteri Negara tentang Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2010, kadar
maksimum dari BOD adalah 50 mg/L sedangkan COD 100 mg/L.
Besar nilai kesadahan air berbanding terbalik dengan kadar oksigen terlarut sehingga
dapat dikatakan bahwa kesadahan air berbanding terbalik dengan DO. Karena COD dan BOD
memiliki korelasi berbanding terbalik juga terhadap nilai DO maka besar nilai kesadahan
berbanding lurus terhadap besar COD dan BOD sehingga dapat dikatakan ketika kadar kesadahan
air tinggi, nilai DO dapat diasumsikan rendah dan nilai COD, BOD dapat diasumsikan tinggi,
begitu pula sebaliknya.

Universitas Indonesia
5

1.2.7 Metode Pengukuran Kesadahan


Dalam menganalisa kesadahan, metode yang dapat dilakukan adalah metode titrimetri
EDTA. Etilen Diamin Tetra Acetic Acid (EDTA) sendiri adalah larutan asam lemah yang sukar
larut dalam air, seperti Na2EDTA. Larutan Na2EDTA ini dapat digunakan sebagai titran, namun
karena ketergantungannya terhadap pH, umumnya larutan yang akan dianalisa kesadahannya
ditambahkan larutan penyangga untuk mempertahankan pH dan juga menyerap ion-ion hidrogen
yang dihasilkan pada saat proses titrasi berlangsung. Indikator yang digunakan pada metode
titrimetric EDTA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Indikator Metalokromik
Indikator Range pH Digunakan untuk ion logam
Calmagite 9-11 Ba, Ca, Mg, Zn
Eriochrome Black T 7,5-10,5 Ba, Ca, Mg, Zn
Eriochrome Blue Black R 8-12 Ca, Mg, Zn, Cu
Murexide 6-13 Ca, Ni, Cu
PAN 2-11 Cd, Cu, Zn
Salicylic Acid 2-3 Fe
Sumber: Laporan Ptaktikum (Alfontius & dkk, 2016)
Untuk mengetahui adanya ion kalsium dan magnesium pada air yang akan diuji dapat
menggunakan indikator Eriochrome Black T (EBT). Indikator ini akan bereaksi menyebabkan
warna larutan menjadi merah keunguan ketika bertemu dengan ion logam, seperti Ca2+ dan Mg2+
serta ion logam lainnya. EBT akan menunjukkan warna yang signifikan jika berada pada larutan
dengan pH 10 (Alfontius & dkk, 2016). Setelah proses titras dilakukan, senyawa kompleks Mg-
ln pada larutan akan terputus dan membentuk senyawa Mg-EDTA yang lebih stabil (Alfontius &
dkk, 2016). Hal ini ditunjukkan dengan berubahnya warna larutan menjadi biru seulas. Untuk
perhitungan kesadahan total dapat menggunakan rumus di bawah ini
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 100 × 𝑓𝑝
𝑉𝑠
Keterangan:
Vs = Volume sampel (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (0,01 M)
VEDTA = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
100 = Bobot molekul CaCO3
Fp = Faktor pengenceran
Selain menghitung kesadahan total, dapat dihitung juga kesadahan kalsium dan
magnesium yang memperlihatkan banyaknya kandungan masing-masing yang terlarut dalam air

Universitas Indonesia
6

sadah. Berbeda dengan kesadahan total, untuk perhitungan kesadahan kalsium indikator yang
digunakan adalah murexide. Indikator ini menyebabkan larutan akan berubah warna menjadi
merah muda yang menunjukkan adanya ikatan dengan ion Ca2+. Karena indikator murexide ini
yang baru dapat berkerja secara maksimal ketika berada di pH 11, umumnya larutan dicampurkan
dengan larutan NaOH untuk meningkatkan nilai pH. Selain itu, penggunaan larutan NaOH ini
juga digunakan untuk mengendapkan magnesium sehingga ion Ca2+ dapat diukur. Setelah
dilakukan proses titrasi, EDTA akan menarik ion Ca2+ dari senyawa Ca-murexide dan membentuk
kompleks CaY2- dimana ketika semua ion Ca2+ telah lepas dari murexide dan, ion tersebut akan
membentuk kompleks dengan EDTA sehingga larutan berubah warna menjadi ungu (Leslie, et
al., 2016). Untuk perhitungan kesadahan kalsium dapat menggunakan rumus di bawah ini
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 40 × 𝑓𝑝
𝑉𝑠
Keterangan:
Vs = Volume sampel (mL)
MEDTA = Molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (0,01 M)
VEDTA = Volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
100 = Bobot molekul CaCO3
Fp = Faktor pengenceran
Sedangkan untuk perhitungan kesadahan magnesium dapat menggunakan rumus di
bawah ini:
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑔𝑛𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 = 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚

1.2.8 Metode Penghilangan Kesadahan


Dalam menghilangkan kesadahan dalam air, harus disesuaikan terlebih dahulu jenis dari
kesadahan air tersebut. Apabila air tersebut memiliki kesadahan sementara, metoode yang dapat
digunakan adalah metode pemanasan. Ketika air sadah sementara dipanaskan dengan cara
direbus, air akan terurai menjadi CO2 dan O setelah direbus akan meninggalkan kerak pada alat
rebusnya (Cholil, Anna, & Setyaningsih, 2016). Sedangkan untuk menghilangkan kesadahan
tetap dapat cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu.
Pereaksi yang dapat digunakan adalah larutan karbonat yaitu Na2CO3 atau K2CO3. Penambahan
larutan karbonat ini bertujuan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan Mg2+ (Setyowati, 2018). Dengan
reaksi yang tertera di bawah ini:
𝐶𝑎𝐶𝑙2 + 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 → 𝐶𝑎𝐶𝑂3 + 2𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑀𝑔(𝑁𝑂3 ) + 𝐾2 𝐶𝑂3 → 𝑀𝑔𝐶𝑂3 + 2𝐾𝑁𝑂3

Universitas Indonesia
7

Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 menandakan air tersebut telah
terbebas dari ion Ca2+ dan Mg2+ (Retnowati, 2015).
1.2.9 Aplikasi Kesadahan
Kesadahan air merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan keberlanjutan
suatu air untuk kebutuhan domestik dan industri. Pada umumnya kesadahan air ini digunakan
sebagai dasar dalam merekomendasikan kebutuhan dalam proses pelunakan air, seperti jumlah
dari kalsium dan magnesium serta kesadahan karbonat dan nonkarbonat yang ada di dalam air.
Data kesadahan air ini juga penting dalam mendesain instalasi air minum dan kebutuhan air bersih
untuk skala domestik. Kadar kesadahan air ini dapat memberikan gambaran apakah air tersebut
berbahaya untuk dikonsumsi ataupun bagi perpipaan. Dengan data tersebut dapat ditentukan juga
langkah yang tepat untuk menurunkan kadar kesadahan atau water softening. Penerapan
penurunan kadar kesadahan ini banyak digunakan pada pabrik-pabrik sebagai air proses maupun
bahan baku.
1.3 Analisis
1.3.1 Analisis Percobaan
Pada praktikum kali ini dengan tujuan menentukan kesadahan total yang terdapat dalam
air dan air limbah dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L, praktikan
memastikan terlebih dahulu bahwa standar keamanan telah terpenuhi, seperti penggunaan jas lab,
sarung tangan, sepatu tertutup serta masker. Hal ini ditujukan agar meminimalisir kecelakaan-
kecelakaan yang mungkin terjadi yang dapat membahayakan praktikan. Larutan NaOH yang
digunakan pada praktikum ini, memiliki sifat korosif dan sangat kaustik sehingga dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit. Setelah itu, praktikan terlebih dahulu memastikan seluruh
alat dalam keadaan siap, seperti alat-alat dalam keadaan bersih, kering dan tidak retak ataupun
pecah sehingga meminimalisir adanya kontaminasi yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air sampel, buret 50 mL, klem, statif,
bulb, beaker glass, labu erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 100 mL, pipet vol. 10 mL dan 50 mL,
pipet tetes, spatula, kertas indikator pH, kertas titar, larutan NaOH, larutan penyangga,
Eriochrome Black T (EBT) dan Murexide sebagai indikator, serta larutan Na2EDTA sebagai
titran. Selain itu, praktikan juga harus memastikan statif dan klem tidak rusak dan kuat menahan
buret. Buret juga harus dipastikan tidak bocor sehingga tidak mengganggu saat proses titrasi.
Pada modul ini terdapat dua kali percobaan. Percobaan pertama menguji kesadahan total
dan percobaan kedua menguji kesadahan kalsium. Perbedaan keduanya dapat diliat pada indikator
dan larutan penambah pH yang digunakan. Banyaknya air sampel yang digunakan dari keduanya
sama yaitu 25 mL yang sebelumnya telah diukur menggunakan gelas ukur 100 mL. Sebelum
diukur, praktikan harus memastikan kedua sampel ini dalam keadaan yang homogen sehingga

Universitas Indonesia
8

seluruh partikel yang mengendap dapat tersebar merata. Untuk menghomogenkannya, praktikan
dapat mengguncang botolnya. Dalam mengukur air sampel pada gelas ukur, praktikan dapat
melihat meniskus apa yang terbentuk, meniskus cekung atau cembung. Untuk pembacaannya,
praktikan dapat membaca pada kurva paling bawah atau titik maksimal cekungan pada meniskus
cekung dan membaca kurva paling atas pada meniskus cembung. Pada percobaan ini, karena
larutan yang digunakan merupakan air sadah maka meniskus yang terbentuk adalah cekung.
Larutan yang pada umumnya membentuk meniskus cembung adalah raksa. Selanjutnya praktikan
dapat menuangkan air sampel tersebut ke labu erlenmeyer 250 mL sebagai wadah selama
dilakukannya percobaan. Untuk mengurangi kepekatan pada kedua larutan, dilakukan
pengenceran dengan menambahkan air suling 1:1 dengan air sampel. Praktikan mengukur air
suling terlebih dahulu sebanyak 25 mL pada gelas ukur 100 mL sebelum memasukkannya ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL. Dengan volume akhir dari kedua larutan itu adalah 50 mL, maka
praktikan telah melakukan pengenceran dua kali karena volume akhir dua kali lipat dari volume
awal. Setelah itu, praktikan menghomogenkan kedua larutan agar tercampur secara merata
dengan mengguncangkan labu erlenmeyer.
Selanjutnya, untuk praktikum pertama praktikan memindahkan larutan penyangga
(buffer) ke dalam beaker glass lalu menambahkannya ke dalam labu erlenmeyer menggunakan
pipet. Penambahan larutan penyangga ini berfungsi agar larutan dapat mempertahankan pH
walaupun ditambahkan larutan asam dan basa lainnya ataupun dilakukan pengenceran. Larutan
penyangga ditambahkan hingga larutan sampel mencapai pH sebesar 10. Setelah itu, untuk
memastikan larutan telah mencapai pH 10, praktikan dapat mengidentifikasi pH dengan
menggunakan kertas indikator pH yang bersifat universal. Ketika kertas tersebut bersentuhan
langsung dengan air sampel akan menyebabkan adanya perubahan warna. Hal tersebut
menunjukkan sifat asam atau basa pada larutan yang dapat disesuaikan dengan warna yang tertera
pada keterangan wadah pada kertas indikator. Apabila larutan belum mencapai pH 10, praktikan
dapat menambahkan kembali larutan penyangga dan apabila pH larutan sudah melebihi 10,
praktikum harus diulang dari langkah pertama.
Selanjutnya, praktikan menambahkan indikator berupa bubuk Eriochrome Black T
(EBT), menggunakan spatula. EBT adalah indikator yang biasa digunakan untuk proses titrasi
kompleksometri. Indikator EBT berada pada rentang pH 7,5 sampai 10,5. Namun, baru
menunjukkan warna yang jelas pada pH larutan 10. Oleh karena itu, sebelum diberikan indikator,
larutan diberikan larutan penyangga terlebih dahulu. Warna yang disebabkan indikator ini adalah
merah keunguan dimana warna ini menunjukkan pembentukan senyawa yang kompleks dengan
kalsium, magenisium dan ion logam lainnnya. Untuk melihat perubahan warna yang jelas,
praktikan dapat meletakkan labu erlenmeyer tersebut di atas kertas titar. Selanjutnya, praktikan

Universitas Indonesia
9

melakukkan titrasi dengan titran berupa larutan Na2EDTA 0,01 M. Etilen Diamin Tetra Acetic
Acid (EDTA) adalah larutan asam lemah yang sukar larut dalam air. Oleh karena itu, jarang
digunakan sebagai larutan standar. EDTA yang digunakan sebagai larutan standar adalah garam
Na2EDTA. Kesempurnaan proses titrasi dengan titran Na2EDTA ini sangat berkaitan erat dengan
pH larutan dimana semakin tinggi pH larutannya dapat menyebabkan terbentuknya endapan
logam ataupun bahaya hidrolisa logam, keduanya dapat menggagalkan berlangsungnya proses
titrasi. Karena ketergantungan titran ini terhadap pH, larutan sudah terlebih dahulu diberikan
larutan penyangga. Larutan penyangga pada kasus ini, selain berfungsi untuk mempertahankan
pH, larutan penyangga juga berfungsi untuk menyerap ion-ion hidrogen yang dihasilkan dalam
reaksi titrasi, dimana ion-ion inilah yang dapat menganggu proses titrasi.
Proses titrasi dilakukan dengan cara melingkarkan jari-jari tangan kiri pada buret, dan
memegang keran menggunakan jari telunjuk pada bagian atas keran serta ibu jari dan jari tengah
pada keran bagian bawah. Hal tersebut dilakukan untuk mengontrol keluarnya titran. Sedangkan
tangan kanan mengoyangkan labu Erlenmeyer secara berlawanan arah jarum jam. Baik keluarnya
larutan maupun menggoyangkan labu erlenmeyer tidak boleh terlalu lambat maupun terlalu cepat
karena perubahan warna yang cepat. Proses titrasi diberhentikan tepat saat adanya perubahan
warna. Untuk penggunaan indikator bubuk EBT ini, titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan
warna menjadi biru seulas. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa kompleks Mg-ln pada
larutan telah terputus dan membentuk senyawa Mg-EDTA yang lebih stabil. Sedangkan ln berada
dalam keadaan bebas berwarna biru. Terakhir, praktikan mencatat penggunaan titran dengan
melihat skala pada buret, yaitu 11,7 mL dengan volume awal sebanyak 9 mL.
Sedangkan untuk percobaan kedua, yaitu kesadahan kalsium, Langkah kerja yang
dilakukan sama seperti sebelumnya, yaitu mulai dari penambahan air suling hingga proses titrasi
dengan titran Na2EDTA 0,01 M. Praktikum ini berbeda karena tidak mengggunakan larutan
penyangga, melainkan menggunakan larutan NaOH yang digunakan untuk menambahkan pH
pada larutan sehingga larutan berada pada pH 12. Larutan ini dapat menguraikan protein pada
suhu lingkungan. Selain itu, larutan NaOH juga dapat mengendapkan ion Mg2+ sehingga kadar
ion kalsium atau Ca2+ dapat diukur. Setelah itu, untuk memastikan larutan sudah berada pada pH
12, praktikan mengidentifikasinya menggunakan kertas indikator pH. Apabila larutan belum
mencapai pH 12, praktikan dapat menambahkan kembali larutan NaOH. Sedangkan apabila
larutan memiliki pH lebih dari 12, praktikan harus mengulang praktikum dari langkah pertama.
Perbedaan lainnya praktikum ini dengan praktikum sebelumnya adalah indikator yang
digunakan. Pada praktikum kesadahan kalsium ini, praktikan menggunakan bubuk murexide
dengan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer menggunakan spatula. Indikator murexide
digunakan untuk larutan dengan pH lebih dari 11. Murexide akan menyebabkan larutan berubah

Universitas Indonesia
10

warna menjadi merah muda dimana hal ini menunjukkan indikator ini berikatan dengan ion
kalsium (Ca2+). Setelah dilakukan proses titrasi yang langkahnya sama dengan percobaan
sebelumnya, EDTA akan menarik ion Ca2+ dari senyawa Ca-murexide dan membentuk kompleks
CaY2- dimana ketika semua ion Ca2+ telah lepas dari murexide dan, ion tersebut akan membentuk
kompleks dengan EDTA sehingga larutan berubah warna menjadi ungu.
Setelah praktikum selesai, praktikan memperoleh data berupa volume awal dan akhir
untuk masing masing indikator yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Data Hasil Percobaan
Sampel Indikator Vo (mL) Vt (mL) ΔV (mL)

A EBT 9 11,7 2,7


B Murexide 11,7 13,3 1,6
Sumber: Praktikan, 2021

Keterangan:
Vo = Volume awal sebelum proses titrasi (mL)
Vt = Volume akhir setelah proses titrasi (mL)

1.3.2 Analisis Data


Seperti yang terlihat pada Tabel 5, data-data yang didapatkan adalah volume awal dan
volume akhir untuk kesadahan total dan juga kesadahan kalsium. Sehingga dapat diketahui bahwa
variabel bebas pada percobaan ini adalah larutan Na2EDTA dan variabel terikatnya adalah air
sampel yang digunakan.

1.3.2.1 Kesadahan Total


Didapatkan perhitungan seperti di bawah ini:
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 100 × 𝑓𝑝
𝑉𝑠
1000
= × 2,7 × 0,01 × 100 × 2
25
= 21,6 𝑚𝑔/𝐿

1.3.2.2 Kesadahan Kalsium


Didapatkan perhitungan seperti di bawah ini:
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 40 × 𝑓𝑝
𝑉𝑠
1000
= × 1,6 × 0,01 × 40 × 2
25
= 5,12 𝑚𝑔/𝐿

Universitas Indonesia
11

1.3.2.3 Kesadahan Magnesium


Didapatkan perhitungan seperti di bawah ini:
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑔𝑛𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 = 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚
= 16,48 𝑚𝑔/𝐿

Tabel 6. Hasil Pengolahan Data


Kesadahan Nilai Kesadahan (mg/L)
Kesadahan Kalsium 5,12
Kesadahan Magnesium 16,48
Kesadahan Total 21,6

Berdasarkan pengolahan di atas, didapatkan bahwa kandungan ion magnesium dalam


larutan lebih besar dibandingkan dengan kandungan ion kalsium sehingga dapat dikatakan bahwa
penyebab utama air sampel menjadi air sadah adalah ion logam Mg2+. Dari hasil percobaan ini
didapati bahwa besar kesadahan masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan standar baku
mutu yang ada, yaitu 500 mg/L sehingga dapat dikatakan kadar kesadahan dalam air ini masih
aman. Menurut tabel 1, jenis kesadahan pada larutan ini adalah kesadahan lunak karena kadarnya
yang berada di bawah 50 mg/L. Kemungkinan air untuk membentuk kerak pada pipa juga masih
kecil, unuk penggunaan sabun dengan air sadah ini juga masih dapat menghasilkan busa. Namun,
untuk mengonsumsinya perlu dipertimbangkan kembali dan memastikan kesadahan tipe apa yang
ada pada air sampel, apakah kesadahan sementara atau tetap.
Hal tersebut dapat diketahui dengan mengukur alkalinitas pada air sampel. Apabila
alkalinitas total lebih kecil dari kesadahan total maka besar kesadahan sama dengan alkalinitas
total. Tetapi, jika nilai kesadahan total lebih besar dari alkalinitas total maka besar kesadahan
sama dengan kesadahan total. Sedangkan untuk kesadahan tetap dapat ditentukan dengan mencari
selisih kesadahan total dengan kesadahan sementara. Setelah dipastikan jenis kesadahan larutan
tersebut, untuk menghilangkan kesadahan dalam air, praktikan dapat memanaskannya atau
memasak air tersebut sebelum dikonsumsi jika larutan tersebut termasuk kesadahan sementara
atau praktikan dapat menambahkan larutan karbonat apabila larutan tersebut adalah kesadahan
tetap. Berdasarkan teori juga, hubungan kesadahan dengan oksigen terlarut adalah berbanding
terbalik sehingga kemungkinan kandungan oksigen terlarut atau nilai DO tinggi karena nilai
kesadahan yang rendah. Dapat dikatakan pula bahwa nilai COD, dan BOD masih termasuk rendah
karena nilai kesadahan yang tergolong rendah juga.

Universitas Indonesia
12

1.4 Kesimpulan dan Saran


1.4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
• Praktikum ini menghasilkan nilai kesadahan total dari larutan sampel yang diuji adalah
21,6 mg/L dengan besar kesadahan kalsiumnya sebesar 5,12 mg/L dan kesadahan
magnesiumnya sebesar 16,48 mg/L
• Berdasarkan perhitungan pada praktikum ini juga didapati bahwa besar nilai kesadahan
magnesium lebih besar dari kalsium sehingga dpaat dikatakan larutan ini dominan terdiri
dari ion Mg2+
• Jika dibandingkan dengan standar baku mutu yang ada, air sampel ini memiliki kesadahan
yang tergolong cukup rendah dimana kadar maksimal kesadahan adalah 500 mg/L
• Nilai kesadahan menunjukkan bahwa air sampel tersebut masih layak untuk dipergunakan
baik untuk dikonsumsi langsung maupun tidak. Namun, lebih baik tetap mengolahnya
dengan dipanaskan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
• Hubungan antara kesadahan dengan oksigen terlarut adalah berbanding terbalik sehingga
dapat diasumsikan nilai DO pada larutan tinggi dan nilai COD, BOD pada larutan rendah.
1.4.2 Saran
• Walaupun kadar kesadahan pada larutan yang diuji rendah, sebelum mengonsumsinya
harus dipastikan terlebih dahulu jenis kesadahan apa yang ada pada larutan. Setidaknya
memanaskan air tersebut sebelum dikonsumsi.
• Dalam berjalannya praktikum, praktikan harus lebih memperhatikan penggunaan larutan
penyangga maupun NaOH dan memastikan air yang akan diuji telah tepat mencapai pH
yang diinginkan, yaitu 10 ataupun 12 sehingga hasil yang didapatkan maksimal.
• Praktikan juga harus memperhatikan proses titrasi. Proses titrasi harus dilakukan secara
perlahan baik mengontrol keluarnya titran maupun mengguncangkan labu erlenmeyer.
Proses titrasi juga diberhentikan tepat saat terjadi perubahan warna. Hal tersebut
menunjukkan adanya ikatan titran dengan Ca2+ ataupun Mg2+

Universitas Indonesia
13

Daftar Kepustakaan
Alfontius, L., & dkk. (2016). PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Cholil, M., Anna, A. N., & Setyaningsih, N. (2016). ANALISIS KESADAHAN AIR TANAH
DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN PROPINSI JAWA
TENGAH. The 3rd Universty Research Colloquium 2016, 88-98. Retrieved Maret 19,
2021
Jaya, L. (2019, November 7). Apa itu BOD, DO dan COD dalam Air? Retrieved Maret 19, 2021,
from lineticjaya.com: https://lieneticjaya.com/bod-do-dan-cod-pada-air/
Leslie, A., Hasabi, S., Thasia, D., Natasha, O., Haryanto, A., Putri, N., . . . Laurance, A. (2016).
PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Regina, N., Imatahanah, A., & Haerani, H. (2018, September). PERBANDINGAN KADAR
KESADAHAN AIR PDAM DAN AIR SUMUR SUNTIK KELURAHAN TONDO
KOTA PALU TAHUN 2017. Journal Ilmiah Kedokteran, 5, 12-21. Retrieved Maret 19,
2021
Retnowati, R. A. (2015). Pengembangan Prototype AlatIon Exchanger Berbasis Karbon
Aktifuntuk Pengolahan Air Sanitasi DIII Teknik Kimia. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Said, N. I., & Ruliasih. (-). PENGHILANGAN KESADAHAN DI DALAM AIR MINUM. In N.
I. Said, & Ruliasih, Baku Air Minum (pp. 338-442). -: BPPT.
Setyowati, D. (2018). PENGARUH WAKTU PERENDAMAN RESIN SASET TERHADAP
PENURUNAN KESADAHAN AIR SUMUR GALI. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.

Universitas Indonesia
BAGAN DETAIL PELAKSANAAN PRAKTIKUM
KESADAHAN
(METODE TITRIMETRI EDTA)

Kesadahan Total

No Prosedur Kerja Catatan


1. Sebelum memulai praktikum, praktikan Penggunaan alat pelindung
harus mempersiapkan diri terlebih dahulu diri ini ditujukan agar
dengan menggunakan alat pelindung diri. meminimalisir
Alat pelindung diri berupa: jas lab, sarung kemungkinan kecelakaan
tangan, masker dan sepatu tertutup yang dapat membahayakan
praktikan.

1
2. Memastikan seluruh alat dalam keadaan Alat dan Bahan
siap sebelum memulai praktikum. Hal- • Air Sampel
hal yang harus dipastikan adalah : • Buret 50 mL, Klem dan
• Alat-alat dalam keadaan bersih, Statif (Alat Titrasi)
kering dan tidak retak ataupun pecah.
• Statif dan klem tidak rusak dan kuat • Bulb
menahan buret • Beaker Glass
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir • Labu Erlenmeyer 250
kemungkinan alat alat terkontaminasi mL 2
sehingga dapat mengganggu hasil • Gelas Ukur 100 mL
praktikum.
• Pipet vol. 10 mL dan 50
mL
• Pipet Tetes
• Spatula
• Kertas Indikator pH
• Kertas Titar
• NaOH
• Na2EDTA 0,01 M
• EBT (Eriochrome
Black T)
• Murexid
• Larutan Penyangga

3. Mengukur air sampel pada gelas ukur 100 Air sampel harus
mL sebanyak 25 mL dan dihomogenkan agar
menghomogenkannya terlebih dahulu partikel yang
dengan cara menggoyangkan atau mengendap dalam air
membalikkan botol berisi air sampel. sampel tersebar merata.
Untuk mengukurnya, dapat dilihat dari
meniskus apa yang terbentuk. Karena
meniskus yang terbentuk adalah cekung 3
maka untuk mengukurvolume larutan
dapat melihat dari kurva terbawah.
No Prosedur Kerja Catatan
4. Memasukkan larutan sampel ke dalam labu Labu erlenmeyer 250
erlenmeyer mL digunakan sebagai
wadah.

5. Menggunakan gelas ukur untuk mengukur Penambahan air suling


air suling sebanyak 25 mL, lalu ini digunakan sebagai
menambahkannya ke dalam air sampel pengenceran dengan
hingga volume total pada labu erlenmeyer perbandingan 1:1 atau
menjadi 50mL. dua kali pengenceran.
(volume akhir : 2 x
volume air sampel).
Pengenceran dilakukan
untuk mengurangi 5
kepekatan suatu larutan.

6. Menghomogenkan air sampel terlebih Hal ini dilakukan


dahulu dengan mengguncangkan labu dengan tujuan agar air
erlenmeyer secara perlahan. sampel dan air suling
tercampur secara
merata.

7. Menambahkan larutan penyangga pH 10 +- Penggunaan beaker


0,1 ke dalam beaker glass. Kemudian glass di sini adalah
menggunakan pipet untuk menambahkan sebagai wadah perantara
larutan penyangga dari beaker glass ke labu sehingga larutan
erlenmeyer. Penambahan larutan penyangga yang
penyangga ini dilakukan hingga larutan dimasukkan tidak terlalu
memiliki pH 10. banyak. Larutan
7
penyangga berfungsi
untuk mempertahankan
pH serta mengikat ion-
ion hidrogen karena
titran Na2EDTA sangat
bergantung terhadap pH
8. Mengukur pH air sampel menggunakan Kertas indikator
kertas indikator pH dimasukkan ke dalam
air hingga menyentuh
dengan cara
memiringkan labu
erlenmeyer. Akan
terjadi perubahan warna 8
pada kertas indikator
9. Menyesuaikan perubahan warna pada Perubahan warna pada
kertas indikator dengan keterangan wadah kertas indikator pH
kemudian dicocokkan
dengan keterangannya.
Didapatkan pH air sampel
sebesar 10. Apabila belum
menyampai pH 10 dapat
ditambahkan lagi larutan 9
penyangganya dan
apabila kelebihan,
praktikum harus diulang
dari awal.
No Prosedur Kerja Catatan
10. Menambahkan indikator berupa bubuk Terjadi perubahan warna
Eriochrome Black T (EBT) menggunakan pada air sampel menjadi
spatula. warna merah keunguan
menunjukkan adanya
reaksi indikator bertemu
dengan ion logam Ca2+
dan Mg2+. Untuk dapat
melihat perubahan 10
warnanya lebih jelas, air
sampel dapat diletakkan
di atas kertas titar. .

11. Sebelum melakukan titrasi, hal yang Titran yang digunakan


perlu dilakukan adalah memasukkan adalah larutan larutan
titran dari beaker glass 100 mL ke dalam Na2EDTA 0,01 M.
alat titrasi tepatnya pada ujung atas buret, Larutan yang dimasukkan
(buret dipastikan terlebih dahulu tidak sampai volume 0 pada
bocor) dengan cara dimiringkan dan skala buret.
berada di atas wastafel.

12. Melakukan titrasi dengan menggunakan Tangan kiri memegang


larutan Na2EDTA 0,01 M dengan cara kran di bagian bawah
melingkarkan jari-jari tangan kiri pada buret untuk mengontrol 11
buret, dan memegang keran keluarnya titran dan
menggunakan jari telunjuk pada bagian tangan kanan .
atas keran serta ibu jari dan jari tengah mengguncang labu
pada keran bagian bawah. serta tangan Erlenmeyer agar larutan
kanan mengoyangkan labu Erlenmeyer
homogen.
berlawanan arah jarum jam. Baik
keluarnya larutan maupun
menggoyangkan labu erlenmeyernya
tidak boleh terlalu lambat maupun 12
terlalu cepat sehingga tepat saat terjadi
perubahan warna pada larutan, proses .
titrasi dapat dihentikan.

13. Mengidentifikasi perubahan warna Proses titrasi selesai


larutan dengan bantuan kertas titar yang ketika warna larutan
terletak di bawah labu Erlenmeyer berubah menjadi biru
seulas. Perubahan warna
ini menunjukkan titik
akhir titrasi sehingga
terjadi perubahan pH dan
juga terdapat reaksi antara
ion logam dengan EDTA
yang sebelumnya 13
berikatan dengan EBT. .
14. Mencatat volume titran yang digunakan Dapat dilakukan dengan
selama proses titrasi. melihat skala pada buret.
Pada praktikum
kesadahan total ini
dapatkan volume akhir
sebesar 11,7 mL dengan
volume awal 13,3 mL.

14
Kesadahan Kalsium

No Prosedur Kerja Catatan


1. Sebelum memulai praktikum, praktikan Penggunaan alat pelindung
harus mempersiapkan diri terlebih dahulu diri ini ditujukan agar
dengan menggunakan alat pelindung diri. meminimalisir kemungkinan
Alat pelindung diri berupa: jas lab, sarung kecelakaan yang dapat
tangan, masker dan sepatu tertutup membahayakan praktikan.

1
2. Memastikan seluruh alat dalam keadaan Alat dan Bahan
siap sebelum memulai praktikum. Hal- • Air Sampel
hal yang harus dipastikan adalah : • Buret 50 mL, Klem dan
• Alat-alat dalam keadaan bersih, Statif (Alat Titrasi)
kering dan tidak retak ataupun pecah.
• Statif dan klem tidak rusak dan kuat • Bulb
menahan buret • Beaker Glass
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir • Labu Erlenmeyer 250
kemungkinan alat alat terkontaminasi mL 2
sehingga dapat mengganggu hasil • Gelas Ukur 100 mL
praktikum.
• Pipet vol. 10 mL dan 50
mL
• Pipet Tetes
• Spatula
• Kertas Indikator pH
• Kertas Titar
• NaOH
• Na2EDTA
• EBT (Eriochrome
Black T)
• Murexid
• Larutan Penyangga

3. Mengukur air sampel pada gelas ukur 100 Air sampel harus
mL sebanyak 25 mL dan dihomogenkan agar
menghomogenkannya terlebih dahulu partikel yang mengendap
dengan cara menggoyangkan atau dalam air sampel tersebar
membalikkan botol berisi air sampel. merata.
Untuk mengukurnya, dapat dilihat dari
meniskus apa yang terbentuk. Karena
meniskus yang terbentuk adalah cekung
3
maka untuk mengukurvolume larutan
dapat melihat dari kurva terbawah.

4. Memasukkan larutan sampel ke dalam labu Labu erlenmeyer 250 mL


erlenmeyer digunakan sebagai wadah.

4
5. Menambahkan air suling ke dalam air Penambahan air suling
sampel hingga volume total menjadi 50mL ini digunakan sebagai
di labu erlenmeyer. Menggunakan gelas pengenceran dengan
ukur untuk mengukur air suling sebanyak perbandingan 1:1 atau
25 mL. dua kali pengenceran.
(volume akhir : 2 x
volume air sampel).
Pengenceran dilakukan
untuk mengurangi
kepekatan suatu larutan. 5

6. Menghomogenkan air sampel terlebih Hal ini dilakukan dengan


dahulu dengan mengguncangkan labu tujuan agar air sampel dan
erlenmeyer secara perlahan. air suling tercampur
secara merata.

7. Menambahkan larutan (Natrium Penggunaan beaker glass


Hidroksida) NaOH ke dalam beaker glass. di sini adalah sebagai
Kemudian menggunakan pipet tetes untuk wadah perantara sehingga
menambahkan larutan NaOH dari beaker larutan NaOH yang
glass ke labu erlenmeyer. Penambahan dimasukkan tidak terlalu
larutan penyangga ini dilakukan hingga banyak. NaOH digunakan
larutan memiliki pH 12 dan ion magnesium untuk meningkatkan pH
diendapkan oleh NaOH sehingga kadar karena indikator murexide 7
kalsium dapat diukur. dapat bekerja optimal
dengan pH di atas 11.

8. Mengukur pH air sampel menggunakan Kertas indikator


kertas indikator pH dimasukkan ke dalam air
hingga menyentuh dengan
cara memiringkan labu
erlenmeyer. Akan terjadi 8
perubahan warna pada
kertas indikator

9. Menyesuaikan perubahan warna pada Perubahan warna pada


kertas indikator dengan keterangan kertas indikator pH
wadah. pH yang diharapkan adalah 12. kemudian dicocokkan
Apabila pH belum sampai 12 dapat dengan keterangannya.
ditambahkan kembali larutan NaOH dan Didapatkan pH air sampel
sebesar 12. 9
apabila kelebihan, praktikum harus
diulang dari langkah awal.
10. Menambahkan indikator berupa bubuk Terjadi perubahan warna
Murexide menggunakan spatula. pada air sampel menjadi
warna merah merah
muda. Untuk dapat
melihat perubahan 10
warnanya lebih jelas, air
sampel dapat diletakkan
di atas kertas titar.

11. Sebelum melakukan titrasi, hal yang perlu Titran yang digunakan
dilakukan adalah memasukkan titran dari adalah larutan larutan
gelas beker 100 mL ke dalam alat titrasi Na2EDTA 0,01 M.
tepatnya pada ujuang atas buret, (buret Larutan yang dimasukkan
dipastikan terlebih dahulu tidak bocor) sampai volume 0 pada
dengan cara dimiringkan dan berada di atas skala buret. 11
wastafel.
12. Melakukan titrasi dengan menggunakan Tangan kiri memegang
larutan Na2EDTA 0,01 M dengan cara kran di bagian bawah
melingkarkan jari-jari tangan kiri pada buret untuk mengontrol
buret, dan memegang keran keluarnya titran dan
menggunakan jari telunjuk pada bagian tangan kanan
atas keran serta ibu jari dan jari tengah mengguncang labu
pada keran bagian bawah. serta tangan Erlenmeyer agar larutan
kanan mengoyangkan labu Erlenmeyer 12
homogen.
berlawanan arah jarum jam. Baik
keluarnya larutan maupun
menggoyangkan labu erlenmeyernya
tidak boleh terlalu lambat maupun
terlalu cepat sehingga tepat saat terjadi
perubahan warna pada larutan, proses
titrasi dapat dihentikan.

13. Mengidentifikasi perubahan warna Proses titrasi selesai


larutan dengan bantuan kertas titar yang ketika warna larutan
terletak di bawah labu Erlenmeyer berubah menjadi ungu.
Perubahan warna ini
menunjukkan titik akhir
titrasi sehingga terjadi
perubahan pH dan juga 13
terjadi reaksi antara ion
logam dengan EDTA
yang sebelumnya bereaksi
dengan murexide.

14. Mencatat volume titran yang digunakan Dapat dilakukan dengan


selama proses titrasi. melihat skala pada buret.
Pada praktikum
kesadahan total ini 14
dapatkan volume akhir
sebesar 11,7 mL dengan
volume awal 13,3 mL.

Anda mungkin juga menyukai