Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN


PUSAT PELATIHAN DAN PENYULUHAN KELAUTAN & PERIKANAN

Pelatihan Teknis Kelautan Dan Perikanan Penyuluh


Budidaya Model Daring (On Line) Bidang Budidaya Perikanan

MODUL 4
MANAJEMEN KUALITAS AIR BUDIDAYA
PERIKANAN

Tahun 2020

1
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Media budidaya ikan merupakan suatu tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh
dan berkembang biak. Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan harus
mempunyai standart kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup
ikan. Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus dipelajari agar ikan
sebagai organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai
sumber bahan pangan yang bergizi dan yang harganya relatif murah. Air yang dapat
memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu
plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan untuk
budidaya ikan. Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer
sebagai pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu kondisi perairan / air harus
mampu menyiapkan kondisi yang baik, terutama untuk tumbuhan tingkat rendah
(Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber makanan hewan terutama
ikan.

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu mengelola
kualitas air budidaya ikan dengan baik dan benar.

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu :
1) Menjelaskan parameter kualitas air untuk pembesaran ikan
2) Melakukan pengelolaan kualitas air kolam pembesaran ikan
3) Mengatasi kendala yang disebabkan adanya perubahan parameter kualitas
air

2
BAB II.
PARAMETER KUALITAS AIR BUDIDAYA IKAN

Standar kriteria kualitas air yang digunakan untuk keperluan budidaya


perikanan di Indonesia menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air seperti
pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Golongan C

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum Ket.


Kimia Anorganik
1. Air raksa mg/l 0.002
2. Ammoniak bebas mg/l 0,02
3. Arsen mg/l 1
4. Fluorida mg/l 1,5
5. Kadmium mg/l 0,01
6. Klorin bebas mg/l 0,003
7. Kromium, valensi 6 mg/l 0,05
8. Nitrit, sebagai N mg/l 0,06
9. Oksigen terlarut (DO) mg/l - >3
10. pH - 6–9
11. Selenium mg/l 0,05
12. Seng mg/l 0,02
13. Sianida mg/l 0,02
14. Sulfida sebagai H2S mg/l 0,002
15. Tembaga mg/l 0,02
16. Timbal mg/l 0,03
Kimia organik
1. BHC mg/l 0,21
2. DDT mg/l 0,002
3. Endrin mg/l 0,004
4. Fenol mg/l 0,001
5. Minyak dan lemak mg/l 1
6. Organofosfat dan karbonat mg/l 0,1
7. Senyawa aktif biru metilen mg/l 0,2
(Surfaktan)
Radioaktivitas
1. Aktivitas Alfa (Gros £ Activity) Bq/l 0,1
2. Aktivitas beta (Gross ᵦ Activity) Bq/l 1,0

3
Pengelolaan air ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi
ikan agar tetap bisa hidup dan tumbuh maksimal. Prinsipnya adalah memasukkan
bahan yang bermanfaat (terutama O2) dan membuang bahan yang tidak bermanfaat
atau bahkan membahayakan (seperti : feses, NH3, NH2, CO2) keluar sistem produksi
budidaya.

2.1. Sumber air


Pada dasarnya, penyiapan air budidaya perikanan berdasarkan
sumber nya dapat dikelompokan dalam beberapa sumber yaitu
1) Air Ledeng / PDAM.
Umumnya, mengandung kaporit dalam kadar yang cukup tinggi.
Karena itu, sebelum digunakan, air ledeng harus dinetralkan terlebih
dahulu menggunakan sodium thiosulfat dengan dosis satu sendok makan
untuk 200 liter air. Selanjutnya, air diendapkan selama satu minggu .
Proses penetralan ini dapat dilakukan di bak penampungan air atau
langsung di kolam pembesaran.
2) Perairan umum.
Didominasi oleh bakteri-bakteri yang tidak terkontrol. Bakteri inilah
yang memicu munculnya penyakit. Jika menggunakan perairan umum, air
harus dialirkan ke bak pengendapan atau bak pengolahan. Di bak inilah
proses sterilisasi berlangsung, bisa menggunakan disinfektan (kaporit),
garlic powder atau blue copper dosisnya sesuai dengan yang tertera pada
label kemasan.

3) Air sumur.
Relatif terkontrol dan aman dari kontaminasi mikroorganisme
merugikan (seperti bakteri) dan bahan kimia berbahaya. Namun.
kandungan bahan organik dalam air sumur terbilang sangat minim. Pada
kondisi ,normal, air sumur dapat langsung dimasukkan ke kolam
pembesaran. Jika masih ragu dengan kualitas air sumur, lakukan sterilisasi
menggunakan kaporit, garlic powder atau blue copper. Di beberapa wilayah.
terkadang air sumurnya mengandung zat besi atau kapur yang cukup tinggi.
Pada kondisi ini, air sumur harus diolah terlebih dahulu agar layak
digunakan.
Kadar besi yang cukup tinggi dapat ditekan dengan penambahan zeolit
bubuk. Dosisnya 1 0 - 1 5 gram per 500 liter air. Zeolit akan mengikat logam-
logam berat, termasuk besi. Namun, jika kadar kapur tinggi (basa) yang
menjadi masalah utama air sumur, atasi dengan menumbuhkan plankton
atau tambahkan daun ketapang kering (sudah dijemur) ke dalam air.
Caranya : masukkan daun ketapang kering ke dalam karung pakan hingga
penuh. Selanjutnya, karung ini dibiarkan tenggelam (diberi pemberat)
selama 3 - 4 hari di kolam pembesaran. Idealnya, proses pengolahan
berlangsung dibak penampungan air. Artinya. pemberian zeolit atau daun
4
ketapang berlangsung di bak tersebut, sebelum air siap digunakan di kolam
pembesaran. Namun, jika kondisi tidak memungkinkan, proses pengolahan
air ini bisa langsung dilakukan di kolam pembesaran.

4). Sungai
Air sungai saat menjadi andalan dalam budidaya perikanan skala
besar atau kecil. Budidaya ikan di air deras, karamba, tambak, kolam air
tawar, pembesaran sebagian besar menggunakan air sungai.

5) Air laut
Budidaya system terbuka (open culture) mengggunakan air la ut
sebagai media kultur. Demikian juga budidaya di air payau seperti di
tambak ikan atau udang. Kualitas sumber air dari berbagai sumber
sebelum digunakan untuk pemeliharaan dibuatkan tandon sehingga
mempunyai indikator parameter kualitas air stabil dan sesuai untuk
pemeliharaan ikan yang dibudidaya. Dibawah ini adalah syarat mutu air
tandon untuk budidaya udang.

Tabel 2. Kreteria Kualitas Air Tandon Sesuai Den gan Pedoman Umum
Budidaya Udang di Tambak (KEP.28/MEN/2004)
Parameter Air Kisaran
Salinitas (ppt) 5 - 35
PH 7,0 - 9,0
Alkalinitas (ppm) > 50
H2S (mg/l) 0,001
Bahan Organik (ppm) < 55
Total Phosfat (ppm) 0,05 - 0,50
BOD (ppm) < 25
COD (ppm) < 40
TSS (ppm) 25 - 500
Pb (ppm) 0,001 - 1,157
Hg (ppm) 0,051 - 0,167
Cu (ppm) < 0,06
Organo Chlorine (ppm) < 0,02
Keterangan :
BOD: Biochemycal Oxygen Demand
COD: Chemycal Oxygen demand
TSS: Total Suspended Solid

5
2.2. Parameter Fisika
1) Suhu Air
Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan akan mempengaruh laju
pertumbuhan, laju metabolisme, aktifitas tubuh, syaraf ikan dan kelarutan oksigen
dalam air. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan/udang tergantung pada jenis ikan
yang dibudidayakan. Perubahan suhu yang terjadi dapat distabilkan atau
dikembalikan pada kondisi semula dengan melakukan penambahan air baru
(menurunkan suhu) dan menutup atap dengan terpal atau plastik yang menyerap
panas untuk menaikkan suhu. Kisaran suhu normal yang optimal bagi pemeliharaan
ikan/udang berkisar 27 – 32oC dengan suhu optimal 28-30oC, dengan perbedaan
suhu harian maksimal 2oC.
Suhu rendah dibawah normal (dibawah 26oC), dapat menyebabkan ikan/udang
kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya
pada suhu yang terlalu tinggi ikan dapat mengalami stres pernafasan dan bahkan
dapat menyebabkan kerusakan insang permanen. Apabila suhu meningkat sampai
melebihi 32oC dan apabila ikan masih bertahan hidup, maka penggantian air
sebanyak 20% dengan air dingin bisa dilakukan. Pengembalian air hendaknya
dilakukan secara perlahan dan peningkatan aerasi. Pengukuran suhu dilakukan 2x
sehari yaitu pagi hari jam 05.00 – 06.00 dan sore hari jam 17.00-18.00 dengan
menggunakan alat termometer (gambar 1)

Gambar 1. Termometer Air

2) Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan
menggunakan secchi disk (gambar 2).

6
Gambar 2. Secchi Disk

Kecerahan menunjukan tingkat kepadatan suspensi terlarut dan plankton.


Cara menggunakan piring secchi disk adalah dengan menenggelamkannya di media
budidaya sampai secchi disk mulai tidak kelihatan (a) selanjutnya ditarik secara
perlahan sampai secchi disk mulai kelihatan (b). Untuk mengetahui tingkat
kecerahan maka nilai (a) ditambah nilai (b) dan dibagi dua, itulah nilai tingkat
kecerahan air.
Kecerahan diukur secara rutin 2x/hari yaitu pada pagi hari jam 09.00 dan sore
hari jam 15.00 WIB. Kecerahan air dipertahankan pada kisaran 30 – 40 cm.
Kepadatan plankton kurang (kecerahan > 45 cm) dilakukan pemupukan susulan
dengan pupuk organik komersial dengan kandungan nutrien lengkap dosis 0,2 – 0,5
ppm (2 – 5 liter/kg) atau anorganik dengan dosis 2 – 3 ppm (20 – 30 kg/ha).
Pemupukan susulan dapat dilakukan 5 – 7 hari sekali hingga plankton tumbuh.
Sebaliknya bila plankton padat (kecerahan <30 cm) dapat dilakukan
pengenceran dengan air baru atau menghambat pertumbuhan plankton dengan
perlakukan pemberian kapur Ca(OH)2 dosis 3 ppm bila pH air kurang dari 8 pada
pagi hari (jam 06.00). Pengapuran jenis Ca(OH)2 dapat mengikat CO2 sehingga
dapat memperlambat pertumbuhan fitoplankton.
Pupuk organik merupakan sumber nutrien mikro yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil tetapi sangat penting, dapat digunakan pupuk organik komersial dengan
kandungan yang lengkap. Sumber nutrien phospat (P2O5) dapat digunakan pupuk
TSP atau SP-36. Sedangkan sumber nitrogen dapat digunakan pupuk Urea atau
Natrium Nitrat. Penggunaan pupuk Urea sebagai pupuk susulan harus
diperhitungkan jumlah sesuai dengan kondisi lahan. Urea dengan cepat akan terurai
membentuk amonia yang tidak diinginkan karena dapat menyebabkan: 1) menjadi
racun atau toksin pada ikan; 2) dirubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang
menyebabkan pH turun; dan 3) Proses nitifikasi menyerap jumlah besar kelarutan
oksigen.
Berdasarkan proses ini disarankan lebih baik menggunakan pupuk Natrium
Nitrat sebagai sumber nitrogen. Pertumbuhan plankton pada saat budidaya secara
visual ditandai dengan adanya perubahan warna air dari awalnya bening menjadi
berwarna (hijau muda/coklat muda dan kemudian menjadi hijau/coklat dan
seterusnya), perubahan ini disertai dengan menurunnya transparansi. Kejadian

7
tersebut merupakan indikasi dari meningkatnya ukuran sel dan bertambah
banyaknya jumlah sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kepadatan
plankton
Fitoplankton dalam jumlah tertentu dibutuhkan untuk meningkatkan
produktivitas kolam, namun dalam jumlah yang besar (blooming) menimbulkan
dampak buruk bagi ekosistem kolam. Oksigen terlarut dan pH air akan berfluktuasi,
bahkan beberapa jenis fitoplankton menghasilkan racun bagi ikan. Jika kecerahan air
kurang dari 30 cm, perlu ada treatmen untuk memperbaiki kondisi kolam. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan antara lain : ganti air, turunkan feeding rate,
optimalkan aerasi untuk mencegah die off fitoplankton, dan gunakan ikan
herbivora/pemakan plankton seperti ikan nila.
Dalam usaha pembesaran, air media pemeliharaan sebaiknya tidak diganti
hingga masa panen. Kecuali jika kondisi perairan mengalami perubahan drastis,
paling tidak selama 10 hari pertama sejak penebaran benih, air media tidak boleh
kemasukkan atau terkontaminasi air dari luar. Karena akan mengubah pH air, suhu,
warna air dan kandungan mikrobiotik serta akan mengundang patogen atau
penyebab penyakit. Jika hal ini terjadi, akan mengakibatkan kematian secara
massal. Kondisi air selama 10 hari merupakan kondisi air yang ideal bagi ikan.
Kondisi ini harus dipertahankan. Selama 10 hari tersebut, mungkin volume air
berkurang sedikit demi sedikit. asal kekurangan air tidak melebihi 0,5 meter tidak
masalah, tidak perlu ditambah air.

3). Warna Air


Warna air menunjukan jenis plankton yang dominan dalam air. Warna air yang
baik adalah hijau muda, hijau kecoklatan menunjukkan dominasi plankton
Chloropiceae dan Diatomae. Air yang sehat menunjukkan warna air yang stabil
antara pagi hari dan sore hari. Warna air yang tak stabil (berubah-ubah) antara pagi
dan sore menunjukkan plakton didominasi jenis zooplankton, yang kurang baik untuk
pemeliharaan udang. Pengecekan warna air dilakukan secara rutin pada pagi hari
jam 09.00 dan sore hari jam 15.00 WIB, dengan menggunakan plankton net.

2.3. Parameter Kimia


1) Derajat Keasaman (pH)
Tolok ukur menentukan kondisi suatu perairan adalah pH (puisance negative
de H / derajat keasaman). Derajat keasaman suatu perairan menunjukkan tinggi
rendahnya konsentrasi ion hidrogen perairan tersebut. Kondisi perairan dengan pH
netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan . Suatu perairan yang
ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktifitas pertumbuhan menurun atau ikan
menjadi lemah serta lebih mudah terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan
tingginya tingkat kematian
Untuk mengetahui nilai pH suatu perairan dapat digunakan pH meter atau
kertas lakmus (gambar 3 dan 4).. Nilai pH untuk pemeliharaan ikan adalah 6 – 9.

8
Pengukuran pH dilakukan 2 x/hari yaitu pada pagi hari jam 05.00 – 06.00 dan sore
hari jam 17.00-18.00.

Gambar 3. pH meter Gambar 4. Kertas Lakmus

Gambar 5 : pengukuran pH di kolam atau perairan umum

2) Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut yaitu salah satu parameter penting dalam sistem budidaya.
Konsentrasi dan kesediaan oksigen terlarut (DO) dalam air sangat dibutuhkan ikan
dan organisme air lainnya untuk hidup. Konsentrasi oksigen dalam air dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan konversi pakan serta mengurangi daya dukung
perairan. Menurut (Murwantoko et al., 2013) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa nilai kadar okisgen 2,2 – 4,3 mg/l masih dalam kategori baik untuk ikan
gurami, karena ikan gurami memiliki alat bantu pernafasan. Menurut Wulandari et al.
(2014) oksigen terlarut kurang dari 1 mg/l menyebabkan kematian bagi ikan dan jika
dibiarkan lama ikan tidak dapat bertahan hidup. Kandungan oksigen terlarut yang
optimal bagi ikan adalah > 4 ppm. Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) yang
rendah (< 4 mg/l) dalam air menyebabkan gangguan pada iakan/udang, mulai dari
penurunan nafsu makan, timbulnya penyakit sampai terjadi kematian.
Penyebab DO rendah dalam perairan antara lain : (a) Kematian Plankton (die
off), yaitu plankton mengalami kematian mendadak secara massal (die off). Pada
kondisi ini konsentrasi oksigen terlarut akan mengalami penurunan yang drastis
(depletion), dan berakibat fatal bagi udang jika terjadi pada waktu malam (Boyd,
9
1990). Kondisi ini dapat terjadi apabila terjadi blooming plankton yang ditandai
dengan rendahnya kecerahan air (<30 cm). Beberapa indikasi kematian plankton
secara umum antara lain cepatnya perubahan air menjadi lebih jernih (dalam waktu
beberapa jam), kecerahan meningkat drastis diikuti dengan perubahan warna air dari
hijau menjadi coklat dan timbul busa di permukaan air. Tindakan korektif biasanya
terbatas pada penggantian air, aplikasi kapur untuk mengikat karbondioksida, dan
penambahan aerasi sampai kondisi membaik, biasanya membutuhkan waktu 2-3
hari. (b). Blooming Plankton, yang ditandai dengan kecerahan <30 cm akan
menyebabkan konsentrasi oksigen mencapai puncaknya pada siang hari bahkan
bisa mencapai over saturation dan mencapai titik terendah pada waktu malam
sampai pagi hari. Hal ini disebabkan pada waktu malam hari semua organisme air
termasuk fitoplankton menggunakan oksigen (untuk respirasi) yang dapat mencapai
60% sampai 80% konsumsi oksigen di kolam (Boyd, 1990). (c). Cuaca Berawan,
sinar matahari dan fitoplankton melalui fotosintesis merupakan sumber terjadinya
hampir semua oksigen terlarut dalam air (kolam). Karena itu cuaca berawan atau
hujan satu atau dua hari hari apalagi kalau terjadi beberapa hari berturut-turut tanpa
sinar matahari akan mengurangi fotosintesis yang berarti munculnya kondisi oksigen
terlarut yang rendah (Wurts, 1993). (d). Overturns atau pembalikan air di kolam yang
disebabkan oleh angin atau hujan deras bisa menimbulkan kondisi oksigen terlarut
rendah dengan jalan mencampur air berkualitas rendah dari dasar kolam (anaerob)
dengan air berkualitas baik di permukaan (Wurts, 1993). (e) Dekomposisi Bahan
Organik oleh bakteri membutuhkan oksigen terlarut sehingga dasar kolam sering
dalam kondisi anaerob. Akumulasi limbah yang berlebihan dapat mengakibatkan
turunnya oksigen terlarut secara drastis yang biasanya terjadi pada malam atau pagi
hari yang bisa menimbulkan oksigen rendah dalam kolam sehingga dapat
membahayakan ikan yang dipelihara.
Untuk mengetahui nilai DO suatu perairan dapat digunakan DO meter atau DO
teskit (gambar 5 dan 6). Pengukuran DO dilakukan 2 x/hari yaitu pada jam 05.00 –
06.00 dan sore hari jam 17.00-18.00.

Gambar 6. DO meter Gambar 7. DO test kit

10
3) Nitrogen
Nitrogen didalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen
anorganik. Nitrogen anorganik dapat berupa ammonia (NH3), ammonium (NH4),
Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Sedangkan
nitrogen organik adalah nitrogen yang berasal bahan berupa protein, asam amino
dan urea.
Agar supaya phitoplankton dapat tumbuh dan berkembang biak dengan subur
dalam suatu perairan, paling sedikit dalam air itu harus tersedia 4 mg/l nitrogen
(yang diperhitungkan dari kadar N dalam bentuk nitrat), bersama dengan 1 mg/l P
dan 1 mg/l K. Kadar N dalam bentuk NH3 dipakai juga sebagai indikator untuk
menyatakan derajat polusi. Sebaiknya kadar amonia didalam wadah budidaya ikan
tidak lebih dari 0,2 mg/l (ppm). Kadar amonia yang tinggi ini diakibatkan adanya
pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri dan limpasan
pupuk pertanian. Pengukuran kadar amonia dan nitrit dilakukan dengan membawa
sampel air ke laboratorium lapangan dengan sistim titrasi.

Tabel 3. Kualitas Air ditinjau dari Kandungan Amonia (NH3)


Kelas Kandungan NH3 (mg/L) Kualitas Air
I < 0,5 Tidak tercemar/ Tercemar sangat ringan
II 0,5 – 0,9 Tercemar ringan
III 1,0 – 3, 0 Pencemaran sedang
IV > 3,0 Tercemar berat

Sumber : Lee et al, 1978 dalam Akbar. J, 2016

4). Salinitas
Salinitas air tambak diamati secara rutin terutama pada saat akan dilakukan
penambahan atau pergantian air tambak. Pengamatan salinitas menggunakan
salinometer atau hand refraktometer. Salinitas tergantung pada kondisi daerah
tambak dan musim. Namun demikian penambahan atau pergantian air tidak
merubah salinitas harian secara drastis lebih 3 ppt untuk menghindari stres pada
udang. Pada musim kemarau dapat dilakukan penambahan air 2-5 % per hari untuk
mengurangi peningkatan salinitas. Pengukuran salinitas dilakukan dengan metode
refraktosalinometri. Alat yang digunakan adalah Refraktosalinometer. Prinsip kerja
alat ini adalah dengan memanfaatkan refraksi. Refraksi atau pembiasan cahaya
adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua
medium yang berbeda indeks biasnya. Sebelum digunakan, refractometer harus
dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi menggunakan air bersih dilakukan untuk
mengetahui kinerja alat. Pada bagian kaca prisma ditetesi air bersih lalu diamati
melalui eye piece layar display hingga pembacaan menunjukan angka nol (0), lalu
permukaan prisma dikeringkan dengan tissue.

11
Air sampel yang berada diperairan diambil dan kemudian ditetesi pada bagian
kaca prisma, lalu prisma ditutup. Pastikan air sampel menyebar secara merata dan
tidak ada gelembung udara dipermukaan prisma. Skala salinitas dapat dilihat melalui
eye piece yang menunjukkan angka salinitas.

Gambar 8. Pengukuran Salinitas

Pengukuran salinitas menggunakan refractometer dan dilakukan pada pagi hari


pukul 05:00 sampai 06:00.

Tabel 4. Parameter Kualitas Air Pemeliharaan

Tingkat Teknologi
No. Parameter Air Satuan Sederhana Semi Intensif Super
Intensif Intensif
1 Suhu oC 28 - 32 28-31,5 >27 29-32
2 Salinitas g/l 5-40 10-35 26-32 26-32
3 pH - 7,5-8,5 7,5-8,5 7,5-8,5 7,5-8,5
4 Oksigen Terlarut mg/l >3,0 ≥ 3,0 ≥4 >4
5 Alkalinitas (ppm) mg/l 100-250 100-150 100-150 100-150
6 Bahan Organik mg/l 55 ≤ 90 ≤ 90 ≤ 90
Maksimal
7 Amoniak mg/l < 0,01 ≤ 0,1 ≤ 0,1 ≤ 0,05
maksimal
8 Nitrit maksimal mg/l < 0,01 ≤1 ≤1 ≤1
9 Nitral maksimal mg/l 0,5 - - 0,5
10 Phosfat minimal mg/l 0,1 0,1 0,1 - 5 < 0,01
11 Kecerahan Air cm 30-45 20-45 30-50 30-50

12
12 Logam berat
maksimal
- Pb mg/l - - 0,03 0,03
- Cd mg/l - - 0,01 0,01
- Hg mg/l - - 0,002 0,002
13 Hidrogen Sulfida mg/l - ≤ 0,01 ≤ 0,01 ≤ 0,01
14 Total vibrio CFU - - ≤ 1x 103 ≤ 1x 103
(Colony
Forming
unit/ml

5). Alkalinitas

Alkalinitas berperan sebagai penyangga (buffer) perairan terhadap


penambahan asam dan basa. Alkalinitas dibutuhkan oleh bakteri nitrifikasi maupun
fitoplankton untuk pertumbuhannya. Alkalinitas juga berperan dalam molting udang.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan alkalinitas adalah pengapuran
dengan CaCO3, CaMg(CO3)2, dan Ca(OH)2. Dalam air senyawa tersebut akan
bereaksi dengan karbondioksida menghasilkan bikarbonat (HCO3-) sebagai ion
utama pembetuk alkalinitas. Pengukuran kadar alkalinitas dilakukan dengan
membawa sampel air ke laboratorium lapangan dengan sistim titrasi.

2.4. Parameter Biologi


Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk
kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton
sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan
alami bagi ikan budidaya. Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan
zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang
akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya.

Langkah Kerja :

a. Pemantauan kimia air (O2, pH dan NH3)

1) Kunjungi petak tambak.


2) Baca dengan saksama buku petunjuk pemakaian alat untuk pengukuran
kualitas air sampai anda menguasai secara rinci.
3) Siapkan alat dan bahan.
4) Lakukan pengukuran kelarutan oksigen dengan menggunakan alat DO meter,

13
celupkan alat kedalam air tambak, dan perhatikan nilai yang tertera pada layar
monitor alat. Catat dan lakukan pengukuran pada beberapa lokasi/titik
Melakukan pengukuran DO pukul 08.00, 14.00, 17.00, dan 21.00 setiap 7 hari
sekali dengan cara mencelupkan sensor pen ke dalam media pemeliharaan
5) Lakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus,
celupkan alat kedalam air tambak dan perhatikan nilai yang tertera pada alat.
Catatlah dan lakukan pengukuran pada beberapa lokasi.
6) Ambil contoh air. Bawa segera ke laboratorium. Lakukan penyiapan contoh
untuk pengukuran ammonia dan laksanakan pengukuran dengan bantuan alat
spektrofotometrik.
7) Lakukan penilaian terhadap kualitas air (baik/buruk) dengan membandingkan
nilai yang diperoleh dengan nilai kimia air yang tergolong baik.

b. Pemantauan fisika air (salinitas, suhu)

1) Kunjungi petak tambak


2) Baca dengan saksama buku petunjuk pemakaian alat untuk pengukuran fisika
sampai anda menguasai secara rinci.
3) Siapkan alat dan bahan Pengelolaan Kualitas Air Tambak
4) Ambil contoh air menggunakan tabung gelas (gelas ukur). Lakukan pengukuran
salinitas dengan bantuan alat salinometer atau refraktometer. Catat dan lakukan
pengukuran pada beberapa lokasi/titik.
5) Lakukan pengukuran suhu dengan menggunakan alat thermometer, celupkan alat
kedalam air tambak, dan perhatikan nilai yang tertera pada alat. Catat dan
lakukan pengukuran pada beberapa lokasi/titik.
6) Lakukan penilaian terhadap fisika air (baik/buruk) dengan membandingkan nilai
yang diperoleh dengan nilai kimia air yang tergolong baik.

c. Pemantauan Biologi Air

1) Kunjungi petak tambak


2) Siapkan alat dan bahan
3) Lakukan pengukuran kecerahan dengan menggunakan piringan secchi (secchi
disk), celupkan alat kedalam air tambak dan perhatikan nilai yang tertera pada
alat. Catat dan lakukan pengukuran pada beberapa lokasi
4) Lakukan pengambilan contoh fitoplankton dan zooplankton menggunakan pankton
net, masukkan masing-masing ke dalam botol contoh.
5) Periksa contoh plankton di bawah mikroskop.
6) Lakukan pengenalan dengan membandingkan bentuk yang terlihat dengan
gambar yang ada dalam buku identifikasi. Amati masingmasing 3 jenis fito dan
zooplankton yang dominan lebih saksama dan kenali nama jenis/spesiesnya.
7) Lakukan penilaian terhadap biologi air (baik/buruk) dengan membandingkan nilai
kecerahan plankton yang diperoleh dengan nilai kecerahan plankton yang

14
tergolong baik

TUGAS :

Ukur Parameter kualitas air adalah suhu, pH, kadar amonia, Oksigen terlarut, dan
salinitas (untuk yang budidaya air payau)

Untuk memperoleh data suhu harian dilakukan hal sebagai berikut :


(1) Membuat jadwal pengukuran suhu
(2) Menyediakan termometer digital atau air raksa dengan tingkat ketelitian
0,1
(3) Melakukan pengukuran suhu pukul 06.00, 12.00, dan 21.00 setiap harinya
(4) Mencatat dan mengolah data hasil pengukuran suhu

Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data pH adalah sebagai berikut :


(1) Membuat jadwal pengukuran pH
(2) Menyediakan pH pen dengan tingkat ketelitian 0,1 atau pH paper
(3) Melakukan pengukuran pH pukul 06.00 dan 17.00 setiap harinya
(4) Mencatat dan mengolah data hasil pengukuran pH

Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data amonia adalah sebagai berikut :
(1) Membuat jadwal pengukuran amonia
(2) Menyediakan Ammonia Test Kit
(3) Melakukan pengukuran amonia sesuai dengan
panduannya setiap 7 hari sekali pada pukul 06.00
(4) Mencatat dan mengolah data hasil pengukuran amonia

15
BAB. III
PENGELOLAAN AIR

Air merupakan medium bagi hidup ikan, sehingga kualitas air harus
sesuai dengan persyaratan hidup . Apalagi dalam teknik pembesaran padat
tebar tinggi, kondisi air kolam harus dibuat sedemikian rupa agar merasa
nyaman. Masalahnya, dalam proses budi d a ya , kualitas air akan sangat
dinamis karena pengaruh faktor teknis dan lingkungan. Tantangannya
justru bagaimana mempertahankan agar kondisi ideal di atas tetap tercipta.
Ada dua perkara utama yang kerap timbul terkait kualitas air , yakni fluktuasi
suhu dan penurunan pH air. Karena itu, pengelolaan air yang baik dan
benar selama masa budi daya perlu dilakukan untuk menjamin tumbuh
optimal.
Pengelolaan air yang akan diuraikan di bawah ini merupakan pengelolaan
yang bersifat kontinu dengan memperhatikan parameter -parameter fisik
yang teramati di kolam.

3.1. Suplemen Air


Suplemen air adalah bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam air
untuk mendukung terciptanya keseimbangan kualitas air kolam. Suplemen
air ini berfungsi sebagai penyeimbang asupan nutrisi antara pakan pelet
dan pakan alami. Diharapkan dengan penambahan suplemen air, plankton
dan mikro organisme yang ada di dalam air tumbuh sehat dan me njadi
sumber nutrisi bagi . Karena itu, suplemen air merupakan salah satu faktor
penekan FCR, selain suplemen pakan. Suplemen air bekerja menjaga
ketersediaan unsur hara dengan memacu pertumbuhan plankton dan
mencukupi kebutuhan mineral bagi ikan. Suplemen air yang digunakan
dalam teknik budidaya di antaranya probiotik, biang plankton, dan mineral
air.

1) Probiotik
Probiotik berasal dari kata ‘Pro’ artinya mendukung dan ‘Biotik’ artinya
kehidupan. Probiotik dalam akuakultur di defenisikan sebagai mikroba
(jasad renik) yang sengaja diberikan melalui makanan maupun media
(lingkungan) dan bersifat menguntungkan bagi mahluk hidup atau hewan
budidaya. Probiotik adalah mikroorganisme (bakteri) homogen yang
berfungsi sebagai pengendali kualitas air.
Probiotik dalam akuakultur memiliki beberapa fungsi sebagai
berikut (Suprapto dan Samtafsir, 2013):

16
a. Untuk menguraikan kandungan bahan organik dalam air yang berasal
dari pakan, kotoran dan jasad yang mati. Probiotik menjalankan fungsi
mengendalikan bakteri-bakteri merugikan di kolam.
b. Menghilangkan senyawa beracun (amonia, nitrit, H ₂S) karena bakteri
dalam probiotik berperan sebagai pengurai .
c. Menghasilkan enzim dan nutrisi. Bakteri mengandung protein lebih dari
60% sehingga dapat berfungsi sebagai makanan alami baik untuk
zooplankton maupun ikan pemakan detritus seperti ikan lele. Pada
masa pemeliharaan, probiotik digunakan mulai dari 3 hari setelah bibit
berada di kolam hingga masa budi daya usai. Namun, penggunaannya
dihentikan jika sedang dalam masa pengobatan dan sterilisasi air
kolam. Probiotik baru diaplikasikan tiga hari pa scasortir.

2) Biang Plankton
Biang plankton adalah bahan yang mengandung unsur karbon
untuk memacu pertumbuhan plankton. Plankton menjadi sumber utama
pakan alami ikan dan menjadi parameter biologi kualitas air. Keberadaan
plankton memacu pertumbuhan karen a menyuplai protein nabati atau
melengkapi protein yang terkandung dalam pelet. Biang plankton
digunakan saat penyiapan air kolam, pergantian air, dan saat curah hujan
tinggi. Biang plankton harus diberikan setiap enam hari sekali selama masa
budi daya. Namun, bila perairan masih dalam kondisi hijau (penuh
plankton), sebaiknya pemakaian dihentikan.

3) Mineral Air
Tidak semua sumber air mengandung mineral dalam jumlah cukup
dan seimbang. Agar hidup dan tumbuh optimal, membutuhkan air kolam
dengan kandungan mineral yang cukup. Mineral air adalah bahan -bahan
terlarut yang dapat memberikan nilai terapi dan rasa untuk membantu
perkembangan dan kesehatan ikan.
Fungsi mineral air dalam pengelolaan air sebagai berikut.
1. Mempercepat pertumbuhan sebagai pembentuk tul ang dan jaringan
keras.
2. Mempertahankan kondisi koloid beberapa senyawa dalam tubuh.
3. Memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh.
4. Menjaga permeabilitas membran sel dan juga keseimbangan ion dalam
darah.
5. Sebagai aktivator jaringan tertentu.
6. Sebagai komponen suatu enzim dalam darah.
7. Berperan penting dalan meningkatkan kepekaan saraf dan otot.
8. Menjaga pH air tetap stabil dalam koridor optimal.
9. Menurunkan kadar amoniak, nitrit, hidrogen, sulfida, dan gas lainnya

17
yang tidak menguntungkan.
Penggunaan mineral air dimulai saat persiapan air kolam (tiga hari
sebelum bibit ditebar), dan diulangi setiap tujuh hari sekali. Setiap kali
hujan reda, air kolam juga harus ditambahkan mineral air.

3.2. Pengaturan Ketinggian Air


Pengaturan ketinggian erat kaitannya dengan k emampuan jelajah
ikan dan jumlah tebar (kepadatan). Pada teknik budidaya , pengaturan
volume air disesuaikan dengan perkembangan ukuran ikan. Seiring
pertumbuhan ikan, kapasitas dukung kolam harus ditambah. Jadi,
penambahan volume air pada dasarnya memperb esar daya dukung kolam
(carrying capacity) agar ikan dapat hidup optimal.
Penambahan ketinggian air kolan harus dilakukan secara bertahap,
tidak sekaligus. Jika permukaan air di kolam terlalu tinggi, sedangkan
ukuran masih kecil, maka akan kesulitan memp eroleh udara ke
permukaan kolam. Aktivitasnya pun meningkat. Aktivitas yang tinggi
menyebabkan pertumbuhan lambat.
Tidak ada treatment tertentu saat penambahan ketinggian air kolam,
kecuali memang bertepatan dengan aplikasi suplemen air. Alirkan air
bersih sedikit-demi sedikit ke dalam kolam hingga mencapai ketinggian
yang diinginkan.

3 . 3 Penggantian Air
Dalam teknik pembesaran pergantian air ditentukan oleh kualitas air.
Penggantian air di sini dilakukan hanya separuh. Artinya, separuh air kolam
dibuang, dan diganti dengan air baru. Sementara itu, penggantian total
hanya dilakukan ketika sortir dan panen. Ada dua parameter fisik untuk
menentukan pergantian air, yakni warna dan bau air.
1) Perubahan warna air.
Misalnya, dari hijau ke cokelat atau hitam. Perubahan warna air
disebabkan oleh penumpukan sisa metabolisme dan pakan yang tidak
termakan. Warna cokelat mengindikasikan kotoran di kolam masih bisa
terdekomposisi, tetapi jumlahnya sudah tidak sebanding dengan laju
proses dekomposisi. Sebaliknya, jika air sudah berwarna hitam,
tandanya proses dekomposisi sudah tidak berjalan sehingga terjadi
proses pembusukan.
2) Perubahan bau.
Disebabkan oleh pembusukan bahan organik. Perubahan bau
mengindikasikan terjadi penimbunan amoniak. Amoniak yang berlebihan
menyebabkan pH air turun (asam). Pada kondisi asam, bakteri patogen
akan lebih mudah hidup dan berkembang. Akibatnya, mengalami
keracunan dan terserang penyakit hingga berujung pada kematian.

18
Penggantian air pada tahap ini pada dasarnya ditujukan untuk
menjaga kualitas air agar tetap stabil. Jika air tidak diganti, respons
terhadap pakan menurun dan pemberian suplemen air menjadi sia -sia
belaka. Penggantian air umumnya dilakukan saat berukuran 1 0 - 1 2
cm, karena pada saat itu perubahan bau dan warna air kerap terjadi.
Penggantian air sebaiknya dilaksanakan pada pukul 5 . 0 0 - 6 . 0 0 pagi.
Berikut tahapan penggantian air.
1. Buka saluran pembuangan (water level) di central drain untuk
mengurangi volume air kolam hingga tiga perempat dari
volume awal
2. Tambahkan air baru menggunakan slang secara perlahan. Pastikan
mulut slang berada di bawah permukaan air kolam.
3. Hentikan suplai air baru jika volume air sudah mencapai volume
semula.
4. Tambahkan suplemen air seperti pada penyiapan air kolam, yakni
biang plankton 20-70 ml/m2, mineral air 2 gram/m 2, dan probiotik 2
ml/m 2.

3.4. Sirkulasi Air


Jika pergantian air dan penambahan su plemen tidak mampu lagi
menekan penimbunan amoniak dan kotoran di kolam, segera lakukan
sirkulasi air dengan cara memasukkan air ke dalam kolam secara terus-
menerus selama 24 jam. Selanjutnya, tambahkan suplemen air (biang
plankton, mineral air, dan probiotik) dengan dosis dua kali lipat dari dosis
suplemen pada penggantian air kolam. Ulangi sirkulasi air 3 - 4 hari sekali
hingga panen. Cara tersebut memungkinkan dilakukan bagi mereka yang
memiliki ketersediaan air yang melimpah.
Sebaliknya, bagi mereka yang ketersediaan sumber airnya terbatas,
bisa dengan cara mengurangi 50% air kolam dan ditambahkan lagi air baru
setiap 5 - 7 hari sekali hingga panen. Usai pemasukan air baru, tambahkan
suplemen air (biang plankton, mineral air, dan probiotik) dengan dosis dua
kali lipat dari dosis pada penggantian air kolam.

3.5. Penyiponan
Penyiponan bertujuan untuk mengurangi sisa metabolisme dan sisa
pakan yang mengendap di dasar kolam. Caranya, buka outlet sekitar 1 - 2
menit. Pastikan air yang keluar dari outlet sudah tidak kotor. Tutup kembali
outlet seperti sediakala. Ulangi penyiponan minimum 2 - 3 hari sekali
hingga panen. Tambahkan air baru jika volume air kolam diras a sangat
kurang.

19
3 . 6 . P e n g e l o l a a n Air saat H u j a n
Ketika hujan, air menjadi asam. Pada saat itu, air kolam idealnya
disirkulasikan agar air hujan di permukaan kolam segera terbuang. Cara
lainnya, ganti pipa paralon pembuangan dengan pipa yang ketinggiann ya
sama dengan permukaan air kolam. Setelah hujan reda, tambahkan
suplemen air (probiotik + biang plankton + mineral air) dengan dosis dua
kali lipat dari dosis normal. Lakukan cara ini setiap kali turun hujan.
Pengelolaan kualitas air media pemeliharaan u dang di tambak :
1. Pengelolaan kualitas air tambak dilakukan melalui (penambahan air,
pergantian air, pengaturan kedalaman air, aplikasi probiotik dan
sumber karbon, penggunaan kapur, dan aerasi) untuk memperbaiki
kualitas air;
2. Pemantauan dan pengamatan kualitas air dilakukan secara visual setiap
hari, pengukuran kualitas air dilakukan secara laboratoris secara
berkala
3. Pendokumentasian dan pencatatan hasil pemantauan dan pengukuran
kualitas air.
Pengelolaan kulitas air media pemeliharaan berpera n dalam
menentukan keberhasilan budidaya udang. Tingkat kesehatan udang,
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang dipengaruhi oleh interaksi
lingkungan, patogen dan kondisi udang. Parameter kualitas air seharusnya
dimonitor setiap hari sebagai pedoman untu k manajemen kolam secara
keseluruhan sehingga dapat menghindari efek negatif terhadap udang yang
dipelihara. Data tersebut dapat digunakan untuk menganalisis jika
permasalahan muncul dan sebagai dasar pertimbangan tindakan yang
harus dilakukan. Semakin banyak data yang tersedia semakin mudah
menganalisis permasalahan dan tindakan yang harus dilakukan. Sebagian
besar variabel kualitas air saling mempengaruhi , seperti karbondioksida,
oksigen terlarut, pH, fitoplankton, alkalinitas, limbah organik, amonia dan
H2S.
Monitoring kualitas air sebaiknya dilakukan minimal dua kali sehari,
yaitu pada pagi dan sore hari. Hasil monitoring tersebut dijadikan sebagai
dasar dalam menentukan tindakan pengelolaan kualitas air misalnya, pada
kondisi air pekat (salinitas tinggi dan kelimpahan plankton sangat tinggi)
sebaiknya dilakukan pengenceran dengan memperbanyak pergantian air.
Salinitas yang terlalu tinggi (melebihi batas normal) dapat menyebabkan
pertumbuhan udang terhambat karena proses osmoregulasi terganggu.
Apabila demikian, udang lebih banyak mengeluarkan energi untuk proses
osmoregulasi dibandingkan untuk pertumbuhan. Osmoregulasi adalah
proses pengaturan dan penyeimbangan tekanan osmosis antara dalam dan
luar tubuh udang.

20
Budidaya udang mempunyai standar kualitas air tertentu agar dapat
hidup dengan baik untuk mendukung kelangsungan hidup yang tinggi dan
pertumbuhan yang optimal. Beberapa variabel kualitas air yang bersifat
toksik diharapkan tidak terdeteksi di kolam atau berada dalam jumlah yang
sangat kecil (< 0,01 mg/l) seperti nitrit dan hidrogen sulfida (H2S). Oksigen
terlarut mempunyai batas minimal yang harus ada dalam ekosistem kolam
(> 4 mg/l). Beberapa senyawa toksik masih ditolelir keberadaannya di
dalam kolam dalam jumlah tertentu seperti total ammonia nitrogen dan
karbondioksida. Karbondioksida dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh
fitoplankton untuk fotosintesis, namun dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan keracunan bagi ikan. Beberapa variabel kualitas air berada
dalam kisaran tertentu agar ikan/udang bisa tumbuh optimal.

21
BAB. IV
KENDALA YANG DISEBABKAN PARAMETER AIR DAN CARA MENGATASINYA

Seperti halnya ikan-ikan jenis lainnya, dalam budidaya juga tidak luput dari
kendala-kendala dan permasalahan. Munculnya kendala dan hambatan dalam
budidaya disebabkan factor-faktor alam dan pengelolaan yang kurang tepat.
Kendala yang disebabkan oleh factor alam yaitu adanya serangan penyakit sehingga
mengakibatkan kerugian besar bila tidak bisa mengatasinya. Kendala yang
diakibatkan pengelolaan yang kurang tepat dapat berupa keahlian sumber daya
manusia yang kurang berhati-hati dan kurang ketrampilan, pakan yang digunakan
dan manajemen air yang kurang tepat.
Berikut ini beberapa permasalahan yang sering muncul dalam budidaya , penyebab
dan cara mengatasinya.

4.1. Pertumbuhan Benih Lambat (Kuntet)


Pertumbuhan benih yang lambat dapat disebabkan oleh faktor yang diturunkan
induk, faktor fisika kimia air yang kurang mendukung dan kualitas dan kuantitas
pakan yang diberikan kurang baik. Apabila penyebabnya adalah faktor fisika kimia
air yang kurang mendukung maka untuk mengatasinya Suhu, pH dan faktor
kebersihan air harus selalu diperhatikan dengan cara mengontrolnya setiap saat. pH
yang terlalu asam akan mengakibatkan pertumbuhan benih lambat. Suhu air yang
terlalu rendah juga akan menyebabkan benih menjadi malas makan sehingga
kebutuhan gizi dari pakan tidak terpenuhi.

4.2. Benih Malas Makan


Benih yang malas makan akan tampak kurus. Akibatnya, banyak sisa pakan
yang mengendap pada dasar kolam. Benih yang malas makan dapat disebabkan
oleh lingkungan dalam kolam itu sendiri, seperti suhu rendah, suplai oksigen kurang,
pH asam, jenis pakan yang diberikan atau benih terserang penyakit, seperti sakit
perut dan blooting (tidak dapat buang kotoran)
Apabila penyebabnya adalah suhu maka untuk mengatasi suhu air yang terlalu
rendah dapat digunakan heater sehingga suhu air akan naik secara perlahan-lahan.
Apabila suplai oksigen kurang maka dapat digunakan hi-blow/kincir.

4.3. Perut Benih Menggembung Seperti Balon


Kadangkala dijumpai benih dalam kolam dengan perut yang menggembung
dan membesar. Benih dengan kondisi seperti itu diperkirakan terkena blooting (tidak
bisa buang kotoran). Hal ini biasanya diakibatkan oleh suplai oksigen yang kurang
dan kandungan nitrit yang tinggi. Cara mengatasinya, air kolam segera diganti dan
dasar perairan disipon. Air kolam yang baru ditambahkan garam. Suplai oksigen
ditambah dengan memperbesar hi-blow

22
4.4. Benih Mengambang di Permukaan kolam
Benih yang selalu mengambang di permukaan air kolam diperkirakan
mengalami gangguan saluran pernapasan. Terganggunya insang dapat diakibatkan
adanya bakteri atau adanya limbah yang berupa logam-logam berat atau kimia
lainnya. Cara mengatasinya adalah dengan mengganti air kolam dengan air yang
baru karena air yang kotor cukup potensial menjadi penyebab gangguan ini.
4.5. Mati mendadak
Sering dijumpai mati secara tiba-tiba atau mati mendadak. Bangkainya
terapung dipermukaan air. Hal ini membuat panik dan bingung pembudidaya.
Apalagi jika yang mati jumlahnya cukup banyak. Kepanikan seperti ini terutama
dialami pembudidaya pemula atau yang baru coba-coba. Hal-hal yang dapat
menyebabkan gejala mati mendadak dan solusi yang harus dilakukan diantaranya
adalah :
a. Suhu air kolam terlalu panas
Jangan sepelekan suhu air kolam. Pertahankan pada kisaran ideal, yakni
sekitar 28-30oC. terutama yang masih benih sangat sensitif terhadap perubahan
suhu yang terlalu panas. akan stres dan napsu makan menurun. Pencemaran dan
metabolisme tubuh tidak berfungsi dengan baik. Lama kelamaan akan mati.
Solusinya, lindungi bagian atas kolam dengan memasang terpal plastic untuk
mencegah masuknya sinar matahari secara langsung ke kolam atau gunakan
tanaman enceng gondok untuk menyediakan tempat berlindung (shelter) bagi ikan.
Tanaman tersebut juga berfungsi sebagai inang bagi sejumlah mikroorganisme yang
dapat dijadikan sumber pakan alami bagi

b. Perubahan mendadak pH air secara ekstrim


Pada tahap awal pembuatan kolam, tingkat keasaman atau pH sudah
dikondisikan sedemikian rupa agar memenuhi syarat ideal bagi hidup . Seperti
halnya suhu air, pH air kolam juga merupakan hal yang perlu dipertahankan.
Biasanya, hujan pertama dapat mengubah pH air dalam waktu singkat. Solusinya,
jika turun hujan pada hari pertama, segera ganti air kolam. Penggantian air kolam
dilakukan sebagian. Gunakan mesin diesel untuk mengurangi maupun memasok air
kolam.
c. Air kolam tercemar zat beracun
Air kolam yang tercemar zat beracun akan menyebabkan kematian dalam
jumlah besar. Zat beracun tersebut biasanya berasal dari sisa pakan yang
mengendap di dasar kolam. Dalam jumlah banyak, zat beracun yang terkandung di
dalamnya akan menyebar ke seluruh air kolam yang pada gilirannya akan meracuni
tersebut. Zat beracun juga bisa berasal dari obat-obatan kimia seperti pestisida. Hal
ini sangat mungkin terjadi di kolam yang lokasinya berada di areal persawahan.
Terlebih, sumber air berasal dari sungai atau saluran irigasi yang juga dimanfaatkan
oleh petani padi. Kemungkinan lainnya, zat beracun berasal dari pakan tambahan

23
(pakan hidup) seperti ikan rucah yang telah terkontaminasi limbah beracun
sebelumnya. Solusinya, ganti sebagian air kolam dengan air baru. Jangan lupa, saat
menguras sebagian air kolam, ujung pipa pompa disel ditempatkan dikeranjang
plastik agar tidak ada yang ikut tersedot.
4.6. Air kolam berwarna merah kehitaman
Jika Air kolam berwarna merah kehitaman, tandanya air kolam telah tercemar
(terjadi polusi). Pencemaran tersebut diakibatkan oleh penumpukan sisa pakan dan
sisa kotoran di dasar kolam. Dalam waktu yang lama, penumpukan sisa pakan
akan menjadi racun dan membahayakan bagi kesehatan . Penebaran benih yang
padat memiliki potensi polusi air lebih tinggi daripada penebaran benih rendah,
karena kotoran yang dihasilkan lebih banyak. Begitu juga dengan sisa pakan,
karena jatah pakannya lebih banyak. Umumnya, potensi pencemaran terjadi sekitar
2-3 minggu sebelum panen. Solusinya yang harus dilakukan adalah dengan
mengganti air sebanyak 40% dari volume air yang ada.

TUGAS :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik, jelas dan benar
1. Waktu yang dilakukan pengukuran parameter kualitas air : suhu, DO dan
salinitas. Berikan alasannya.
2. Jelaskan hubungan anatara DO, pH dan CO2 dalam kolam/tambak
pemeliharaan ikan yang dihubungkan dengan kandungan dalam air dan
proses produksi. Gunakan juga grafik yang menghubngkan ketiga patameter
tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. J., 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya Perairan).
Lambung Mangkurat University Press.
Andayani,S., 2005. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Perairan.
Univ.Brawijaya Malang Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan.
Darseno, 2010. Budi daya dan Bisnis Lele. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 149
hal
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pengelolaan Kualitas Air. Paket


Keahlian : Budidaya Krustacea. Kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan
SMK. Kemendikbud. Republik Indonesia.
Khairuman dan Khairul Amri. 2008. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. PT.
Agro Media Pustaka. Jakarta. 79 hal.
Mahyudin, K. Suyanto, R. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele.Penebar
Swadaya. Jakarta. 171 hal.
Murwantoko, Rozi, Istiqomah, I., & Nitimulyo, K. H. (2013). Isolasi, Karakterisasi,
Dan Patogenitas Bakteri Penyebab Penyakit Pada Gurami
(Osphronemus gouramy) Di Kabupaten Bantul. Jurnal Perikanan (J.
Fish. Sci.), 15(2), 83– 90.
Prihartono, R. dkk. 2004. Mengatasi Permasalahan budidaya lele Dumbo.
Penerbit Swadaya. Jakarta 86 hal.
Wibowo, K.T. 2012. Mendongkrak Produksi Lele dengan Sistem Padat Tebar
Tinggi. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta. 132 hal

25
26

Anda mungkin juga menyukai