Anda di halaman 1dari 5

Salah satu persyaratan dalam keberhasilan perikanan budidaya udang Vannamei adalah kualitas air

sebagai media untuk budidaya. Sungai Banger adalah salah satu sumber air pasok untuk kegiatan
perikanan budidaya terutama budidaya tambak udang vannamei di kawasan perikanan yang telah
ditetapkan sebagai Kawasan Budidaya Perikanan RTRW.
Rangkuman dari hasil pengujian kualitas air yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekalongan
pada tahun 2021 di hilir Sungai Banger yang berada di jembatan Seruni, Dekoro, Pekalongan Timur adalah
sebagai berikut:

Tabel 1. Kualitas Air Hilir Sungai Banger Kota Pekalongan


No Parameter Hasil Pengukuran
1. Temperatur 27,5ºC

2. pH 7,66

3. Total Dissolved Solid (TDS) 103,5 mg/l

4. Total suspended solid (TSS) 56,5 mg/l

5. Disolved Oxygen (DO) 5,43 mg/l

6. Biological Oxygen Demand (BOD) 0,08 mg/l

7. Chemical Oxygen Demand (COD) 26,85 mg/l

8. Nitrogen dioksida (NO2) 0,0083 mg/l

9. Amonia (NH3) 0,087 mg/l

(Sumber: DIKPLHD Kota Pekalongan, 2022)


Berdasarkan data pada Tabel 1 dan gambar di atas, bahwa pengamatan dilakukan dengan jarak dari lokasi
pengujian sampel air ke muara Sungai Banger kurang lebih 3,38 km. Secara umum masih dapat dikatakan
layak untuk kegiatan perikanan budidaya. Hanya saja diperlukan beberapa perlakuan sebelum masuk pada
kolam budidaya (culture pond). Selanjutnya diperlukan pengujian kualitas air di sekitar muara sungai
Banger.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengelolaan kualitas air untuk budidaya adalah sebagai berikut:
1. Pertama kali air dimasukkan pada kolam tandon ( treatment pond), air yang masuk harus melalui proses
penyaringan (multiple screening) menggunakan jaring strimin berukuran 200-250 µm dengan tujuan
mencegah masukknya carrier penyakit maupun predator. Kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan
ponfost dan cuprisulfat untuk membunuh crustacea, molusca dan ikan (hewan berdarah merah) yang
tidak diharapkan serta kaporit untuk membunuh bakteri dan virus. Setelah 72 jam air dapat digunakan
untuk mengisi kolam budidaya;
2. Berlanjut ke saluran inlet dan saluran distribusi; dan
3. Terakhir masuk ke kolam budidaya (culture pond).
Diperlukan perhatian terhadap kualitas air yang digunakan baik secara fisik, kimia maupun microbiologi
sehingga tercapai lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air
suatu perairan selalu dinamis akibat terjadinya perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis.
Parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh udang
sehingga memberikan pertumbuhan yang baik. Pengukuran kualitas air kolam dan sumber air pasok
secara berkala dan rutin sangat diperlukan karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air
agar tetap berada pada kondisi yang diinginkan.
Tabel berikut adalah parameter kualitas air sumber/pasok untuk kegiatan perikanan budidaya udang
Vanammei.
Tabel 2. Parameter Kualitas Air Sumber
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air Satuan Sederhan
Semi intensif Intensif Super intensif
a
1. Suhu °C 28 - 32 28 - 30 28 - 30 28 - 30

2. Salinitas g/l 5 - 40 10 - 35 26-32 26-32

3. pH - 7,5 - 8,5 75 -85 7,5-8,5 7,5-8,5

4. Oksigen terlarut mg/l > 3,0 > 3,0 >4 >4

5. Alkalinitas mg/l 100 - 250 80 - 150 100-150 100-150

6. Bahan Organik maksimal mg/l 55 55 ≤ 90 ≤ 90

7. Amonia, maksimal mg/l < 0,01 < 0,01 ≤ 0,1 ≤ 0,1

8. Nitrit, maksimal mg/l < 0,01 < 0,01 ≤1 ≤1

9. Nitrat, maksimal mg/l 0,5 0,5 0,5 0,5

10. Phosfat, minimal mg/l 0,1 0,1 0,1 - 5 0,1 - 5

11. Kecerahan air cm 30 - 45 30 - 45 30-50 30-50

12. Total padatan terlarut mg/l - 150 -200 - -

13. Logam berat maksimal:


- Pb mg/l 0,03 0,03 0,03 0,03
-Cd mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01
-Hg mg/l 0,002 0,002 0,002 0,002
14. Hidrogen Sulfida mg/l - - ≥ 0,01 ≥ 0,01

15. Total vibrio CFU(Calory


- - ≤ 1x103 ≤ 1x103
Froming Unit)/ml
(Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 75/Permen-Kp/2016 tentang
Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu ( Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei))

Tabel berikut adalah parameter kualitas air untuk pemeliharaan/pembesaran untuk kegiatan perikanan
budidaya udang Vanammei.
Tabel 3. Parameter Kualitas Air Pemeliharaan
Tingkat Teknologi
No. Parameter Air Satuan Sederhan
Semi intensif Intensif Super intensif
a
1. Suhu °C 28 - 32 28 – 31,5 >27 29 - 32

2. Salinitas g/l 5 - 40 10 - 35 26-32 26-32

3. pH - 7,5 - 8,5 75 -85 7,5-8,5 7,5-8,5

4. Oksigen terlarut mg/l >3,0 ≥3,0 ≥4 >4

5. Alkalinitas mg/l 100 - 250 100 - 150 100-150 100-150

6. Bahan Organik maksimal mg/l 55 ≤90 ≤90 ≤90

7. Amonia, maksimal mg/l <0,01 ≤0,1 ≤0,1 ≤0,05

8. Nitrit, maksimal mg/l <0,01 ≤1 ≤1 ≤1

9. Nitrat, maksimal mg/l 0,5 - - 0,5

10. Phosfat, minimal mg/l 0,1 0,1 0,1 - 5 ≤0,01

11. Kecerahan air cm 30 - 45 20 - 45 30-50 30-50

12. Logam berat maksimal:


- Pb mg/l - - 0,03 0,03
-Cd mg/l - - 0,01 0,01
-Hg mg/l - - 0,002 0,002
13. Hidrogen Sulfida mg/l - ≤0,01 ≤0,01 ≤0,01

14. Total vibrio CFU(Calory


- - ≤1x103 ≤1x103
Froming Unit)/ml
(Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 75/Permen-Kp/2016 tentang
Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu ( Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei))

Pengukuran parameter kualitas air dapat dilakukan setiap hari untuk parameter fisika karena
kecenderungan
perubahan terjadi setiap hari, sedangkan parameter kimia dan biologi dapat dilakukan minimal seminggu
sekali, hal ini dilakukan untuk menghemat anggaran dalam pengecekan kualitas air.

Tabel 4. Frekwensi Pengukuran Parameter Kualitas Air


No Pengukuran Harian Pengukuran Mingguan
1 pH Alkalinitas
2 Salinitas Total Organik Matter
3 Suhu Nitrat dan Nitrit
4 Oksigen terlarut Amonium dan Amoniak
5 Tinggi Air Fosfat
6 Kecerahan Flok (Gumpalan zat padat)
7 Warna Air Plankton
8 Kondisi Cuaca Bakteri

Perlakuan Yang Dilakukan Bila Terjadi Perubahan Parameter Pada Kolam:


1. Oksigen terlarut berkurang, perlakuannya dengan menambahkan kincir, penambahan dan atau
penggantian air baru. Dalam kondisi darurat dapat dilakukan tindakan penambahan hidrogen peroksida,
pemberian dilakukan secara berulang setiap 2 jam sampai kadar oksigen stabil;
2. pH rendah, perlakuannya dengan pengapuran sampai pH optimum;
3. pH tinggi, perlakuannya dengan penggantian air secara bertahap;
4. Kecerahan di bawah 20 cm, perlakuannya dengan penambahan air/pengenceran;
5. Kecerahan di atas 40 cm, dilakukan pemupukan susulan;
6. Salinitas terlalu rendah akan menyebabkan udang kram (bengkok dan berwarna putih), lakukan
pemberian KCl dengan dosis 1 ppm;
7. Kematian Alga/Klekap, Jika terjadi kematian alga/klekap dan mengambang di permukaan air tambak,
lakukan pembersihan dengan menyeroknya dan dibuang ke pembuangan;
8. Mengurangi pengaruh sisa pakan terhadap penurunan kualitas air, dapat menerapkan metode biofloc,
dengan menambahkan molase sebanyak 1,5 - 2% dari total pakan, dilakukan seminggu 2 sekali.

Pengendalian biofloc untuk mempertahankan pertumbuhan bakteri probiotik (biofloc) dilakukan dengan
aplikasi bakteri secara rutin 2 kali seminggu. Adapun caranya adalah :
1. Penyiapan pembiakan bakteri atau aktivasi bakteri.
2. Penambahan sumber karbon pada air tambak dengan dosis 2 - 5% dari total pakan yang telah
digunakan dalam tambak. Sebagai contoh pakan harian 50 kg selama 4 hari telah menggunakan pakan
4 x 50 kg sebesar 200 kg maka penambahan molase adalah 2% x 200 kg = 4 kg.
3. Setelah penambahan molase dan teraduk merata dengan kincir dilakukan penebaran bakteri yang telah
dibiakan atau diaktivasi.
4. Penambahan molase di kurangi bila pH kurang dari 7,5 dan di tambah bila pH air lebih dari 8.
5. Indikator keberhasilan bioflok secara visual:
 Warna air hijau kecoklatan.
 Partikel flok dalam air dalam bentuk suspensi/masir.
 Ketebalan flok maksimum 20 cm (mengunakan tabung Imhoff atau corong sedimentasi).

Anda mungkin juga menyukai