Anda di halaman 1dari 12

Materi Pengolahan Air Bersih

FOLLOW UP Ruang

(disusun oleh : Rena dan Bunga)

A. Pengolahan Air Bersih Secara Umum

Air merupakan kebutuhan penting bagi seluruh makhluk hidup. Meskipun sebagian
besar bumi merupakan perairan, namun hanya beberapa persen saja yang dapat digunakan.
Kebersihan air menjadi salah satu syarat utama bagi terjaminnya kesehatan makhluk hidup.
Manusia merupakan salah satu makhluk yang membutuhkan air bersih. Selain untuk minum,
manusia juga membutuhkan air bersih untuk mandi, mencuci, memasak dan kegiatan lainnya.
Air bersih harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi syarat
yang mana bila syarat tersebut tidak dipenuhi maka dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit seperti kholera, disentri, thypus dan penyakit lainnya. Berdasarkan Permenkes
Nomor 32 Tahun 2017 disebutkan bahwa syarat-syarat air bersih adalah sebagai berikut (1) :

Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi

No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu

(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut mg/l 1000

(Total Dissolved Solid)


4. Suhu oC suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
6. Bau tidak berbau
Tabel 2. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

No. Parameter Unit Standar Baku Mutu

Wajib (kadar maksimum)


1. Total coliform CFU/100ml 50
2. E. coli CFU/100ml 0

Tabel 3. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

No. Parameter Unit Standar Baku Mutu

(kadar maksimum)
Wajib
1. pH mg/l 6,5 - 8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Kadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu

(kadar maksimum)
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat organik (KMNO4) mg/l 10
Sumber : Permenkes No. 32 Tahun 2017

Masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian serius saat ini baik di negara
maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Semakin tinggi laju pertumbuhan
manusia, maka kebutuhan akan air bersih pun juga akan meningkat. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia, produksi air bersih yang dihasilkan hanya
sekitar 5.252,8 juta m3(2). Kurangnya produksi dan penyaluran air bersih yang merata
dapat mempengaruhi berbagai faktor kehidupan seperti faktor ekonomi, kesehatan dan lain
sebagainya.
Tabel 4. Data Provinsi dengan Tingkat Produksi Air Bersih Tertinggi dan Terendah

No Provinsi Jumlah Produksi satuan


1 Jawa Timur 810,69
2 Jakarta 643,08
3 Jawa Tengah 619,17
4 Jawa Barat 514,21
5 Sumatera Utara 360,52
6 Banten 342,94
juta m³
7 Kalimantan Timur 236,03
8 Sumatera Selatan 207,52
… … …
32 Sulawesi Barat 10,45
33 Kepulauan Bangka Belitung 9,79
34 Papua Barat 5,66
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021

Kurangnya pasokan air bersih menjadi salah satu faktor didirikannya beberapa
Perusahaan Umum Daerah (PERUMDA) yang bertugas untuk mengolah air bersih di
Indonesia. Diketahui pada tahun 2021 di Indonesia sendiri sudah terdapat sekitar 544
perusahaan pengelola air bersih yang tersebar di seluruh provinsi. Beberapa perusahaan
daerah air bersih di Indonesia diantaranya
1. PDAB Jatim Unit SPAM Mojolamong di Mojokerto, Jawa Timur
2. PDAB Tirtatama Daerah Istimewa Yogyakarta
3. PDAB Tirta Madani di Kota Serang
4. PDAB Tirta Utama Unit Bregas (Brebes, Tegal dan Slawi), Jawa Tengah

Tabel 5. Data Peningkatan Perusahaan Air Bersih dan Produksi Air per Tahun

Tahun
No Keterangan 2019 2020 2021 Satuan
1 Jumlah perusahaan air bersih 541 543 544 unit
2 Produksi Potensial Perusahaan Air Bersih 231,6 246,1 251,3 Liter/detik

B. Jenis Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan air bersih yang
berkualitas dan memenuhi baku mutu air dan syarat kesehatan. Pengolahan air bertujuan
sebagai berikut:

1. Memperbaiki pH
2. Mengurangi bau
3. Mengurangi kadar bahan-bahan terlarut
4. Menurunkan dan mematikan mikroorganisme

Secara umum, proses pengolahan air dibagi menjadi 3 yaitu secara fisika, kimia dan
biologi.

1. Pengolahan Fisika
a) Filtrasi
Secara alami filtrasi terjadi pada permukaan yang mengalami peresapan pada
lapisan tanah. Bakteri dapat dihilangkan secara efektif melalui proses penyaringan
demikian pula dengan warna, keruhan, dan besi.
Pada proses penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan tersaring pada
media pasir, sedangkan bakteri dan bahan koloid yang berukuran lebih kecil tidak
tersaring seluruhnya. Ruang antara butiran berfungsi sebagai sedimentasi dimana
butiran terlarut mengendap. Bahan-bahan koloid yang terlarut kemungkinan akan
ditangkap karena adanya gaya elektrokinetik. Banyak bahan-bahan yang terlarut
tidak dapat membentuk flok dan pengendapan gumpalan-gumpalan masuk ke
dalam filter dan tersaring. Jenis saringan yang digunakan yaitu saringan pasir
lambat dan saringan pasir cepat.
b) Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel padat tersuspensi dengan
menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Fungsi sedimentasi yaitu digunakan untuk
mereduksi bahan-bahan tersuspensi dalam air dan kandungan organisme tertentu
dalam air.
Terdapat dua jenis pengendapan yaitu Discrete Settling dan Flocelent Settling.
Discrete Settling terjadi apabila proses pengendapan suatu partikel tidak terpenuhi
oleh proses pengelompokkan partikel sehingga kecepatan endapannya akan
konstan. Flocelent Settling dipengaruhi oleh pengelompokkan partikel sehingga
kecepatan pengendapan yang dimiliki berubah semakin besar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sedimentasi yaitu:
a. Diameter butiran
b. Berat jenis butiran
c. Berat jenis zat cair
d. Kekeruhan cairan
e. Kecepatan aliran

2. Pengolahan Kimia
a) Koagulasi – Flokulasi
Koagulasi adalah proses penambahan dan pengadukan cepat (Flash mixing)
koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi partikel-partikel koloid dan
suspended solid dengan menggabungkan partikel-partikel kecil melayang terutama
koloid yang tidak dapat diendapkan dengan cara pengendapan biasa. Sedangkan
flokulasi merupakan lanjutan dari proses koagulasi, dimana terjadi pembentukan
dan penggabungan flok-flok dari proses koagulasi sehingga ukuran flok menjadi
lebih besar dan mudah mengendap. Selama proses flokulasi, pengadukan
berlangsung dengan kecepatan yang relatif lambat agar flok-flok baru yang
terbentuk dengan ukuran lebih besar tidak pecah atau tetap utuh.

b) Aerasi
Merupakan proses pengolahan air dengan mengontakkan air dengan udara
yang bertujuan untuk menambah oksigen, menurunkan karbondioksida, dan
mangan (Mn) agar dapat diendapkan. Proses ini juga dapat menghilangkan bau pada
air.

3. Pengolahan Biologi
Pengolahan air secara biologi dilakukan bertujuan untuk mematikan bakteri
mikrobiologi yang terdapat pada air. Cara paling sederhana yakni dengan merebus air
dengan suhu 100°C. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan dengan cara pemberian
desinfektan seperti klorinasi dan kaporit.

C. Pengolahan berdasarkan air baku

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005 tentang


Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum, yang disebut air baku adalah air yang dapat
berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Sumber air baku dapat berasal dari
sungai, sumur air dalam, danau dan mata air. Pemilihan sumber air baku harus
mempertimbangkan sisi kualitas, kuantitas dan kontinyuitas (2).

1) Pengolahan air baku dari danau

Danau merupakan salah satu sumber air baku dan jika dikelola dengan benar
maka danau dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Air permukaan dari danau
dapat digunakan sebagai salah satu upaya dalam menambah ketersediaan air bersih.
Salah satu contoh pemanfaatan air danau menjadi sumber air bersih yakni pemanfaatan
Danau Ngade sebagai salah satu penyuplai air bersih di Wilayah Kota Ternate.

Proses pengolahan air bersih dari danau ini memanfaatkan air danau yang tenang
(laguna) melalui intake (saluran terbuka) kemudian air masuk ke bak pengumpul dan di
pompakan ke instalasi pengolahan air. Air yang masuk pada intake akan melalui proses
screening sebelum masuk ke bak pengumpul. Bangunan intake berfungsi untuk
mengumpulkan air dari sumbernya dan menjaga kuantitas debit air yang dibutuhkan
oleh instalasi pengolahan. Intake harus mampu menyaring benda-benda kasar yang akan
terbawa oleh air itu sendiri yang kemudian akan disalurkan ke bak pengumpul untuk
dipompakan ke IPA.
Bak pengumpul berfungsi untuk mengumpulkan air yang telah mengalami
proses penyaringan pada saluran intake. Proses selanjutnya yakni melewati tahapan
koagulasi. Dalam tahap koagulasi ini, bahan koagulan yang ditambahkan biasanya
berupa tawas (aluminium sulfat) sebagai penurun pH air. Proses koagulasi memiliki
tujuan untuk menghilangkan partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam koloidal
yang tergantung dalam air.
Setelah melalui proses koagulasi, maka air akan melewati proses flokulasi.
Flokulasi adalah tahapan pengadukan lambat yang mengikuti unit pengadukan cepat.
Pada proses flokulasi ini diharapkan terjadi pengadukan antara air baku dengan
koagulan sehingga didapatkan hasil yang homogen.
Setelah melalui tahapan koagulasi-flokulasi, air selanjutnya melewati proses
sedimentasi atau unit pengolahan lumpur yang kemudian masuk ke tahap unit filtrasi.
Padaa tahapan ini, zat padat tersuspensi yang terdapat dalam air jernih akan tersaring.
Unit filtrasi biasanya menggunakan media berbutir seperti pasir silika, antrasit, dan
kerikil silika dengan ketebalan yang berbeda.
Setelah melewati proses filtrasi, maka air akan melewaati tahapan desinfeksi
yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang masih terkandung di dalam air
jernih. Jenis desinfektan yang digunakan berupa kaporit (hypho chlorit). Air yang telah
melewati proses pengolahan tersebut kemudian ditampung dalam reservoir yang
berfungsi untuk menampug air sementara waktu sebelum air di distribusikan (3).

2) Pengolahan air baku dari air tanah


Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di bumi dengan kapasitas
berjumlah 10,5 juta km3. Air sumur bor merupakan air yang bersumber dari air tanah
namun mengandung besi terlarut yang apabila dipompakan dan terjadi kontak dengan
udara maka akan teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat
mengendap dan berwarna kuning kecoklatan yang apabila digunakan untuk kegiatan
seperti mencuci maka akan menodai peralatan dan porselin dan apabila dikonsumsi
sudah pasti sangatlah berbahaya terhadap kesehatan.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukannya tahapan proses pengolahan air
sumur bor sehingga dapat dikategorikan sebagai air bersih dan aman untuk dikonsumsi.
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (4):
1. Koagulasi
2. Flokulasi
3. Sedimentasi
4. Filtrasi
5. Dekolorisasi
6. Netralisasi
7. Desinfektasi

D. Diagram Alir dan sistem kerja dalam pengolahan air bersih


1. Air Permukaan
Air permukaan merupakan sumber air baku yang paling sering digunakan. Hal
ini dikarenakan air baku dari permukaan lebih mudah untuk digunakan. Air permukaan
itu sendiri terdiri dari :
a. Air Sungai
b. Air Danau
c. Air Laut
d. Air Gambut
Air baku yang paling sering digunakan dalam proses pengolahan air di Indonesia
adalah air sungai. Selain karna paling mudah didapat, proses pengolahan air sungai itu
sendiri, lebih mudah dibandingkan jika air baku yang digunakan adalah air laut ataupun
air gambut. Namun tak jarang pula di beberapa daerah, menggunakan air laut sebagai
air baku dalam pengolahan air. Berikut, beberapa diagram alir proses pengolahan air (5) .

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Air Sungai


Jika air baku yang dipergunakan adalah Air laut atau air yang bersifat payau,
dimana kedua jenis air tersebut memiliki kadar garam yang cukup tinggi. Maka,
diperlukan penambahan unit yang berfungsi sebagai penurun kadar garam. Seperti,
unit pertukaran ion atau reverse osmosis (Filtrasi membrane).

Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Air Laut/Payau

2. Air tanah
Air tanah atau Groundwater ini biasa didapatkan dari Mata air atau sumur bor.
Proses pengolahan air tanah menjadi air minum relatif sederhana. Karena, kualitas air
tanah cenderung lebih baik dibandingkan air permukaan yang memang rawan terkena
bermacam polutan. Pada umumnya, air tanah mengandung kadar besi (Fe) dan Mangan
(Mn) yang cenderung tinggi. Maka dari itu diperlukan alternative untuk
menghilangkannya dengan penambahan unit Aerasi untuk menghilangkan kadar besi
dalam air dan filtrasi karbon aktif untuk mengurangi kadar Mangan dalam air tanah yang
diolah. Dapat juga dengan penambahan oksidator pada unit pengolahan air tanah.

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Air Tanah


Sedangkan untuk mata air atau spring water, tidak diperlukan pengolahan yang rumit.
Karena kualitas mata air dapat dikatakan layak dikonsumsi tanpa diolah. Namun mata
air jarang digunakan sebagai sumber air baku, karena kuantitasnya sangat sedikit .

Gambar 4. Diagram Alir Pengolahan Air Spring Water

3. Pengolahan air baku dari air gambut (studi kasus : Desa Peunaga Cut Ujong
Meureubo, Aceh Barat)
Air gambut merupakan air yang berada di wilayah rawa maupun dataran rendah
seperti pedalaman Kalimantan dan Papua dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki kadar pH yang rendah (3-4) sehingga bersifat sangat asam
b. Memiliki kadar organik, besi (Fe) dan mangan (Mn) yang tinggi
c. Berwarna kuning atau coklat tua (pekat)

Gambar 8. Diagram Alir Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih

1) Unit Netralisasi
Netralisasi merupakan proses pengaturan keasaman yang semula memiliki pH
< 7 menjadi netral (pH = 7 atau 8) dengan cara pembubuhan kaporit (Calcium
Hypochlorite / Ca(ClO)2) dan kapur.
2) Unit Aerasi
Merupakan proses mengontakkan air dengan oksigen (O2) yang dilakukan
dengan bantuan aerator yang dihubungkan dengan difucer dengan tujuan agar
kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku dapat teroksidasi
dan selanjutnya membentuk senyawa besi dan mangan yang dapat diendapkan. Selain
itu, proses ini bertujuan untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tidak di inginkan
seperti gas H2S, methan, CO2, dan gas beracun lainnya.

3) Unit Koagulasi – Flokulasi


4) Sedimentasi
5) Filtrasi
DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,
Solus Per Aqua dan Pemandian Umum. Peratur Menteri Kesehat Republik Indones.
2017;1–20.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indoneisa. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peratur Pemerintah No 16 Tahun 2005
Pengemb Sist Penyediaan Air Minum [Internet]. 2005;7(2):147–73. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.intell.2008.09.007%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/S0010-
9452(58)80010-
6%0Ahttp://pss.sagepub.com/content/17/1/67.short%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cog
dev.2013.06.002%0Ahttp://www.chabris.com/Hooven2008.pdf%0Ahttp://www.ncbi.n
lm.

3. Burhan N, Nagu N, Anwar C. Tinjauan instalasi pengolahan air bersih pdam di danau
ngade. Burhan, N, Nagu, N, Anwar, C (2017) Tinj Instal Pengolah air bersih pdam di
danau ngade Sipilsains, 07(September)Sipilsains. 2017;07(September):13–22.

4. Amri H, Amri S. Implementasi Teknologi Pengolahan Air Tanah Artesis Menjadi Air
Layak Minum Di Desa Buruk Bakul. DIKEMAS (Jurnal Pengabdi Kpd Masyarakat).
2018;2(1):1–5.

5. Anggraeni O. Tugas Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum. In: Academia.edu.


p. 1–10.

Anda mungkin juga menyukai