Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

KRISIS AIR BERSIH DI DESA KEDUNGKARANG


KABUPATEN DEMAK AKIBAT DARI
KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN PERUBAHAN
IKLIM

Oleh:
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesis Nomor 32
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua
(SPA), dan Pemandian Umum. Air untuk keperluan higiene sanitasi tersebut
digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi, sikat gigi,
serta keperluaan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Berikut ini
adalah parameter fisik dalam standar baku mutu media air untuk keperluan
higiene sanitasi:

Tabel 1.1 Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(Kadar Maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
Zat padat terlarut
3. mg/L 1000
(Total Dissolved Solid)
4. Suhu °C suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
6. Bau tidak berbau
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesis Nomor 32 Tahun
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua (SPA), dan Pemandian Umum
Berikut ini adalah parameter wajib untuk parameter biologi yang harus
diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi total coliform dan
escherichia coli dengan satuan/unit colony forming unit dalam 100 ml sampel air:

Tabel 1.2 Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(Kadar Maksimum)
1. Total coliform CFU/100 mL 50
2. Escherichia coli (E. Coli) CFU/100 mL 0
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesis Nomor 32 Tahun
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua (SPA), dan Pemandian Umum

Berikut ini adalah daftar parameter kimia yang harus diperiksa untuk
keperluan higiene sanitasi yang meliputi 10 parameter wajib dan 10 parameter
tambahan. Parameter tambahan ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
dan otoritas pelabuhan/bandar udara:

Tabel 1.3 Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(Kadar Maksimum)
Wajib
1. pH mg/L 6,5 – 8,5
2. Besi mg/L 1
3. Fluorida mg/L 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
5. Mangan mg/L 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/L 10
7. Nitrit, sebagai N mg/L 1
8. Sianida mg/L 0,1
9. Deterjen mg/L 0,05
Standar Baku Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(Kadar Maksimum)
10. Pestisida Total mg/L 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,05
3. Kadmium mg/L 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/L 0,05
5. Selenium mg/L 0,01
6. Seng mg/L 15
7. Sulfat mg/L 400
8. Timbal mg/L 0,05
9. Benzene mg/L 0,01
10. Zat organik (KMNO4) mg/L 10
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesis Nomor 32 Tahun
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua (SPA), dan Pemandian Umum

Penyediaan air bersih di Indonesia untuk masyarakat dilakukan masyarakat


itu sendiri dan oleh PDAM. Dimana kualitas air baik yang dihasilkan oleh sumber
yang ada dimasyarakat ataupun oleh PDAM sampai saat ini belum semuanya
memenuhi syarat yang ditentukan. Hal ini diperlukan sekali pengawasan dan
pengontrolan atas kualitas air bersih. Karena air bersih digunakan untuk keperluan
sehari-hari seperti minum, memasak, mencuci dan lain-lain.
Kekurangan air bersih oleh masyarakat akan menimbulkan masalah pada
beberapa aspek yang akibatnya dapat terasa secara langsung atau tidak langsung
oleh masyarakat. Bagi masyarakat yang masih mempunyai uang banyak mereka
dapat memenuhi air bersih dengan membeli air dari tangki yang dijual pedagang
gerobak atau membeli air isi ulang. Sedangkan masyarakat miskin, dimana
mereka sudah memiliki uang terbatas cara untuk memenuhi kebutuhan air bersih
dengan cara mengurangi jumlah konsumsi air bersih atau memakai air apa saja
yang tidak jelas kualitasnya.
Seiring berjalannya waktu, meningkatnya jumlah populasi berbanding lurus
pada meningkatnya kebutuhan akan air. Padahal menurut siklus hidrologi, jumlah
air adalah tetap, tidak berkurang dan tidak bertambah. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan masalah di kemudian hari, yakni krisis air.
Perubahan iklim dengan ketersediaan air tanah sangat berhubungan. Dalam
laporan Penilaian Pertama dari jaringan Riset Pergantian Iklim Kota menyebutkan
bahwa pergantian iklim berpengaruh pada air. Berdasarkan studi - studi literatur
yang telah dilakukan didapatkan keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh
ketersediaan air, curah hujan presipitasi dan evapotranspirasi, oleh karena itu
diperlukan data curah hujan sebagai faktor pendukungnya. Salah satu dampaknya
di wilayah pesisir, berkurangnya air tanah disertai kenaikan muka air laut juga
telah memicu intrusi air laut ke daratan mencemari sumber-sumber air untuk
keperluan air bersih dan irigasi (United Nations Development Programs (UNDP)
Indonesia, 2007 dalam Amalia, 2014). Meningkatnya temperatur udara yang
disebabkan oleh pemanasan global dalam perubahan iklim menyebabkan semakin
cepatnya penguapan/evaporasi, sehingga menyebabkan air tanah semakin cepat
berkurang.
BAB II
STUDI KASUS

Desa Kedungkarang berada di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak,


dengan luas lahan 1,46 km². Jumlah penduduk yang ada di Desa Kedungkarang
adalah 3091 jiwa. Berada pada dataran rendah, karena berada di dekat pesisir
pantai. Berikut ini adalah batas wilayah Desa Kedungkarang:
Utara : Desa Kedung Malang, Kecamatan Jepara
Timur : Desa Tedunan, Kecamatan Jepara
Selatan : Desa Kendalasem
Barat : Desa Kedung Mutih

Gambar 1.1 Peta Desa Kedungkarang


Sumber: Google Maps

Krisis air bersih yang terjadi di Desa Kedungkarang dirasa sudah terjadi
sekitar 10 tahun terakhir. Menurut (Amalia, 2014) krisis air ini terjadi akibat
perubahan iklim. Ciri-ciri perubahan iklim yang terlihat saat ini adalah pemanasan
global yang mengakibatkan kenaikan muka air laut, perubahan suhu muka air laut,
perubahan kadar keasaman air laut, meningkatnya frekuensi dan intensitas
kejadian ekstrim seperti badai tropis dan gelombang pasang yang tinggi,
perubahan ekosistem yang menyebabkan spesies berpindah/mati, curah hujan
dengan jumlah dan intensitas yang lebih tinggi yang menyebabkan banjir dan
tanah longsor, dan lain sebagainya. Dampak dari perubahan iklim yang dirasakan
oleh masyarakat Desa Kedungkarang, terutama yang berada di pesisir adalah
krisis air saat musin kemarau, banjir saat musim hujan, dan rob/abrasi. Hal
tersebut mambuat penduduk kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Air
bersih adalah komponen yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari.
Selain terjadi karena perubahan iklim, krisis air bersih juga terjadi karena
tidak adanya pasokan PDAM, serta sumur yang digunakan masyarakat cenderung
asin juga menjadi permasalahan. Sumber air bersih di Desa Kedungkarang berasal
dari sumur dan membeli air yang dijual secara keliling oleh masyarakat
Kecamatan Jepara. Sebagai daerah pesisir, maka air sumur masyarakat
terkontaminasi oleh air laut dan menyebabkan air menjadi asin. Hal ini
menyebabkan penggunaan air sumur menjadi terbatas, Air sumur hanya bisa
digunakan untuk mencuci piring dan mengepel lantai, sedangkan untuk mencuci
baju, mandi, minum, dan memasak masyarakat harus membeli air. Pembelian air
bersih dirasakan memberatkan oleh 86% responden, dalam sehari untuk membeli
air bersih warga desa bisa mengeluarkan Rp 8.000,00 – Rp 16.000,00 perhari.
Pada tahun 2016 PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di Kecamatan
Wedung sudah mulai dibangun. Hingga saat ini masyarakat menggunakan air
PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, masyarakar masih
membeli air dari penjual keliling yang berasal dari Kecamatan Jepara. Air yang
berasal dari PDAM hanya dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci, sedangkan
untuk minum dan memasak menggunakan air yang dibeli dari penjual keliling.
Masyarakat mengatakan bahwa air PDAM masih kurang layak apabila digunakan
untuk memasak dan minum, karena rasanya yang tidak enak.
Sampai saat ini masyarakat masih sering mengalami kesusahan dalam
mencari air bersih, dikarenakan apabila pasang sumber air baku PDAM akan
tercampur dengan air laut, mengakibatkan proses operasi akan berhenti sementara.
Proses operasi yang berhenti ini berdampak pada pendistribusian air bersih ke
setiap rumah. Sedangkan pada saat musim kemarau, air sumur dan air sungai
menjadi kering.
BAB III
TREATMENT

Berikut ini adalah alternatif-alternatif yang memungkinkan diterapkan di


Desa Kedungkarang berserta kelemahan dan kelebihannya di wilayah studi:
1. Desalinasi Air Laut
Desalinasi air laut merupakan teknologi canggih masa kini. Dimana
teknologi ini merupakan teknologi pemisahan garam dari air laut. Sehingga
dapat dihasilkan air bersih yang dapat digunakan untuk minum maupun
memenuhi kebutuhan air bersih di Desa Kedungkarang.
Desa Kedungkarang merupakan daerah yang terletak di pesisir utara
Kabupaten Demak. Walaupun tidak berbatasan langsung dengan laut. Namun,
secara letak goegrafis, Desa Kedungkarang dekat dengan laut, sehingga air
tanah dangkal dari sumur mereka rasanya cenderung asin. Kendala utama
dalam penganaan desalinasi air laut di Desa Kedungkarang adalah biaya yang
dikeluarkan akan sangat tinggi.

2. Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting)


Sistem pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam
mengahdapi krisis air. Sistem ini merupakan sistem yang sangat cocok
diterapkan di Desa Kedungkarang dikarenakan caranya tidak rumit, setiap
rumah tangga dapat mempraktekkan. Untuk setiap rumah tangga, prosesnya
hanya dengan menampung air hujan dari atap ataupun air hujan yang jatuh
untuk kemudian air tersebut dapat digunakan di saat musim kemarau.
Di samping proses pemanenan air hujan yang dapat dilakukan di setiap
rumah tangga masing-masing. Pemerintah dalam hal ini juga dapat memanen
air hujan di Desa Kedungkarang dengan menambah embung atau tampungan
air hujan. Di Desa Kedungkarang juga telah terdapat embung. Namun,
embung tersebut tidak dirawat sehingga airnya kotor. Penambahan jumlah
embung untuk Desa Kedungkarang dibutuhkan karena hingga kini Desa
Kedungkarang masih mengalami krisis air meskipun memiliki embung dan
kolam.
Pemanenan air hujan merupakan solusi alternatif untuk yang paling mudah
diterapkan di Desa Kedungkarang. Prosesnya tidak rumit, setiap rumah
tangga bisa menerapkan, serta ramah lingkungan. Hal ini merupaka kelebihan
dari pemanenan air hujan bila diterapkan di Desa Kedungkarang. Namun,
Biaya untuk pembelian penampungan airnya tergolong mahal.

3. Gabungan antara Pemanenan Air Hujan dan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
Di Desa Kedungkarang telah terdapat Pamsimas. Namun tidak berfungsi
optimal karena sumber air baku yaitu kolam desa juga ikut mengering saat
musim kemarau. Mengenai pemanenan air hujan, permasalahanya adalah
tidak memiliki bak penampung. Oleh karena itu solusi yang tepat untuk Desa
Kedungkarang adalah gabungan antara pamsimas dan pemanenan air hujan.
Dimana sumber air pamsimas berasal dari air kolam desa. Sehingga warga
tidak perlu membeli tangki air tetapi dengan mengoptimalkan adanya
pamsimas.

Gambar 3.1 Pamsimas Desa Kedungkarang


Sumber: https://kabarseputarmuria.com/?p=6485
Gambar 3.2 Kolam Desa sebagai Sumber Air Pamsimas
Sumber: https://kabarseputarmuria.com/?p=6485
BAB IV
OPINI

1. Ayu Candra Puspita


Menurut saya, dari ketiga treatment yang telah disampaikan, treatment terbaik
memang memanfaatkan yang ada yaitu gabungan pemanenan hujan dan
pamsimas. Namun, air kolam sumber air baku pamsimas berasal dari kolam desa,
yang apabila musim kemarau juga mengering. Mengandalkan pemanenan hujan
dan pamsimas memang masih kurang, diperlukan bantuan dari pemerintah dengan
cara lain, yaitu PDAM. Permasalahan yang terjadi pada PDAM Wedung adalah
sering tidak berdistribusi dikarenakan sumber air baku tercemar air laut pada saat
pasang. Hal yang bisa dilakukan adalah pembuatan dam (bendungan) pada muara
sungai.
Selain bantuan dari pemerintah, seharusnya setiap rumah memiliki
Pemanenan hujan. Walaupun harga dari bak penampung mahal, setidaknya dapat
membantu permasalahan krisis air. Hal yang terpenting dari semua usaha yang
disebutkan adalah menghemat air. Menghemat air adalah cara terbaik yang bisa
dilakukan untuk menanggulangi masalah krisis air. Contoh dari menghemat air
ada banyak, yaitu matikan kran air jika sudah tidak digunakan, batasi waktu
mandi, memantau penggunaan air, menggunakan air kembali. Maksud dari
menggunakan air kembali disini adalah memanfaatkan air yang tidak terlalu kotor
untuk dimanfaatkan kembali, contohnya memanfaatkan air bekas mencuci buah
atau sayur untuk menyiram tanaman.

2. Dorti Jouba Nababan


Menurut pendapat saya, krisis air yang dialami di Desa Kedungkarang
merupakan masalah global yang dimana banyak negara-negara lain sudah
melakukan tindakan dan respon untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam
mengatasi masalah krisis air ini tidak hanya merupakan tanggung jawab
pemerintah, namun juga diperlukan kesadaran warga untuk mengatasi masalah ini
bersama-sama. Teknik desalinasi air laut merupakan pemisahan garam dan air
dapat diterapkan mengingat letak geografis Desa Kedungkarang yang berdekatan
dengan Laut Jawa. Namun, kendala utama yang menyebabkan teknik desalinasi
air laut ini tidak dapat diaplikasikan di wilayah studi adalah biaya peralatannya
yang sangat tinggi.
Teknik yang paling mudah dan memungkinkan untuk diterapkan di Desa
Kedungkarang adalah gabungan antara teknik pemanenan air hujan dan
pamsimas. Di setiap rumah di Desa Kedungkarang dapat menggunakan teknik ini
dalam mengatasi masalah krisis air yang melanda. Dengan saluran pipa yang
mengarah pada pamsimas sebagai tangkinya. Sehingga warga desa tidak perlu
membeli tangki dan penggunaan pamsimas menjadi lebih optimal. Pemerintah
juga bisa menambahkan embung-embung untuk menampung air hujan. Dengan
rekomendasi yang telah diberikan diharapkan ke depannya warga Desa
Kedungkarang bisa mengakses air bersih dengan lancar.
BAB V
KESIMPULAN

1. Perubahan iklim yang terjadi di Desa Kedungkarang dilihat dari


meningkatnya suhu udara, intensitas hujan yang tinggi, serta naiknya
permukaan air laut menyebabkan krisis air tanah pada musim kemarau di
Desa Kedungkarang.
2. Letak geografis Desa Kedungkarang yang berdekatan dengan Laut Jawa
membuat air sumur mengalami intrusi sehingga rasa dari air sumur adalah
asin.
3. Rekomendasi treatment yang bisa diterapkan di Desa Kedungkarang
adalah Desalinasi Air Laut, Pemanenan Air Hujan dan Gabungan antara
Pemanenan Air Hujan dengan Pamsimas.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia B. I. 2014. Ketesediaan Air Bersih dan Perubahan Iklim: Studi Krisis Air
di Kedungkarang Kabupaten Demak. Jurnal Teknik PWK. 3(2): 295 –
302.
Kunu P.J. 2013. Mitigasi Krisis Air dan In-Effisiensi Pemanfaatan Air di Pulau-
Pulau Kecil. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura. ISBN: 978-602-
97522-0-5.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesis Nomor 32 Tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua (SPA),
dan Pemandian Umum

Anda mungkin juga menyukai