Anda di halaman 1dari 8

Dalam sebuah Seminar GCG ada pertanyaan dari Kontraktor PT.P.

di Semarang Jawa Tengah


tentang suratnya ke LPJKD yang sampai saat itu 22 Des 2008 tidak pernah dijawabnya sehingga
ybs menanyakan hal tsb ke Forum Seminar GCG. Adapun permasalahannya adalah sbb:
1.Disalah satu Kabupaten di Jawa Tengah ( Kb ), dlm Pengadaan B/J Panitia hanya
mensyaratkan SIUJK yangg dikeluarkan Kab. Yang bersangkutan dan tidak mengharuskan SBU.
SIUJK hanya menyebutkan Bidang Usaha dan Golongan Usaha, misalnya:
a.Bidang : Sipil/ Arsitektur/ Tata Lingkungan
b.Golongan : Kecil/ Non Kecil Sehingga untuk paket dgn nilai Rp.1 miliar dapat diikuti
Golongan Gred 2,3 dan 4. Sedang sesuai Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
( LPJK ) No.11a/ 2008 diatur batas nilai pekerjaan masing-masing Gred. Apakah hal tsb diatas
tidak melanggar Keppres 80/2003 dan Per LPJK No.11a?,

Jawab :
Menurut pendapat saya, Pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP) yang berpijak pada
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (Keppres 80/2003) dan peraturan LPJK No. 11 a,
telah menyisakan beberapa kelemahan. Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
(Perpres 54/2010) Tentang PBJP menjadi tonggak pembenahan beberapa kelemahan Keppres
80/2003. Perpres 54/2010 diharapkan mampu menjadi sebuah solusi penyempurnaan praktik
seputar pengadaan barang/jasa pemerintah. Proyeksi penyempurnaan perlu dikenali dan
dicermati dalam Perpres 54/2010. Diantara yang harus dikenali adalah kemana arah perubahan
dihembuskan. Selanjutnya apa saja yang perlu dicermati dari konsekuensi perjalanan PBJP ke
arah perubahan tersebut. Yang tidak kalah pentingnya, bagaimana
Kementrian/Lembaga/Pemda/Institusi (K/L/D/I) menyikapi arah perubahan tersebut.

Bagaimana sikap anda bila sbg PPK, Panitia dan Bagaimana bila sebagai Peny B/J atau sbg
MenPU ?
Jawab :
Menurut pendapat saya, menyikapi Keppres 80/2003 dan Per LPJK No.11a, PPK mempunyai
tugas menetapkan spesifikasi teknis, menetapkan rancangan kontrak, menetapkan HPS, menguji
kebenaran, keabsahan, dan kelengkapan dokumen serta pembebanan anggaran. Tugas dan
wewenang lainnya yang harus dipikul oleh PPK yaitu (a) menetapkan rencana pelaksanaan
pengadaan barang/jasa, (b) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara, (c) mengajukan permintaan pembayaran
atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan, (d) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian
tagihan kepada negara, dan (e) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
penyedia barang/jasa. Suatu hal yang sangat penting dipahami oleh PPK dan Pihak
Ketiga/Penyedia barang/jasa adalah pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pemahaman terhadap aspek hukum bidang hukum adminstrasi negara, pidana, dan
perdata. Konsekuensi hukum dari sanksi hukum administrasi negara adalah sanksi hukuman
ringan, sedang, atau berat. Sedangkan sanksi hukuman dari sisi hukum perdata adalah ganti rugi
bersifat materi. Selanjutnya sanksi hukum dari perbuatan pidana adalah penjara.

Pengadaan barang/jasa yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk menghasilkan barang/jasa


yang tepat untuk setiap uang yang dibelanjakan dengan kriteria tepat biaya, tepat (sesuai)
kualitas, tepat kuantitas (volume), waktu, lokasi, penyedia dan cara pengadaan yang tepat, dan
kesepakatan lainnya sesuai dengan perjanjian yang dilakukan sehingga pengguna dapat
memanfaatkan barang/jasa dimaksud. Untuk menghasilkan barang/jasa dimaksud perlu
melibatkan berbagai pelaku pengadaan barang/jasa (penyedia dan pengguna), dengan mematuhi
etika dasar yang harus dipedomani oleh semua pihak. delapan etika dasar dalam pengadaan
barang/jasa adalah: 1. Tertib disertai tanggung jawab, 2. Profesional, mandiri dan menjaga
rahasia, 3. Tidak saling mempengaruhi, 4. menerima dan Tanggung jawab, 5. Menghindari
conflict of interes, 6. Mencegah pemborosan, 7. Meghindari penyalahgunaan wewenang, 8.
Tidak menerima, menawarkan/menjanjikan. Oleh karena itu, etika dasar menjadi dasar hukum
bagi para pihak, dan apabila tidak mengikuti etika dasar dimaksud akan berhadapan dengan
aparat penegak hukum.
2.Sesuai Keppres 80/2003 ps 35 ayat 2 & 3 ttg Pemutusan Kontrak disebutkan :
(2).Pemutusan Kontrak dapat dilakukan bila para pihak cidera janji dan atau/ tidak memenuhi
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana
diatur dalam kontrak.
(3).Pemutusan Kontrak yg disebabkan kelalaian penyedia b/j dikenakan sanksi sesuai ditetapkan
dlm kontrak berupa:
a).Jaminan Pelaksanaan menjadi milik Negara
b).Sisa Uang Muka dilunasi Penyedia B/J
c).Membayar Ganti Rugi ke Negara
d).Pengenaan Daftar Hitam utk Jangka Waktu
Tertentu

Bila kontrak berakhir 15 Des 2008, sedang usulan perpanjangan waktu tidak disetujui krn akan
tutup tahun anggaran 2008, maka:
a.Apakah atas hal tsb dapat dilakukan pemutusan kontrak ?
jawab : menurut pendapat saya, jika telah dilakukan audit penyebab keterlambatan pekerjaan,
maka dalam hal ini dapat dilakukan pemutusan kontrak, karna telah melewati batas waktu yang
telah ditentukan.

b.Apakah sanksi ps 35 ayat 3 dapat dilakukan?


Jawab : dalam pasal 35 ayat 3 sudah sangat jelas dalam memberikan sanksi kepada penyedia
barang dan jasa. Semua pihak harus menghormati keputusan tersebut.
Oleh karenanya pemerintah melalui Peraturan Presiden tentang pengadaan barang dan/jasa
diberikan kewenangan untuk melakukan itu.

c.Siapa yg berhak mengeluarkan Daftar Hitam?


Jawab :
Pemberian sanksi Pencantuman Dalam Daftar Hitam kepada Penyedia, dilakukan oleh PA/KPA
setelah mendapat masukan dari PPK/Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan sesuai dengan
ketentuan.  

Pemerintah melalui Pejabat Pembuat Komitmen diberikan kewenangan tersebut oleh perpres dan
peraturan pelaksananya diberikan kewenangan untuk membatalkan secara sepihak apabila
menurut penilaian Pejabat Pembuat Komitmen terjadi hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya

d.Pengenaan Daftar Hitam apakah hanya berlaku pada instansi ybs ?


Jawab :
Definisi daftar hitam lebih diperjelas dalam Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2014 yaitu
daftar yang dibuat oleh K/L/D/I yang memuat identitas Penyedia Barang Jasa yang dikenakan
sanksi oleh PA/KPA berupa larangan mengikuti Pengadaan Barang/Jasa pada K/L/D/I dan/atau
yang dikenakan sanksi oleh Negara/Lembaga Pemberi Pinjaman/Hibah pada kegiatan yang
termasuk dalam ruang lingkup Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.

PA/KPA berwenang menetapkan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam kepada Penyedia
Barang Jasa melalui Surat Keputusan Penetapan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam.
Dengan adanya hukuman (punishment) yang diberlakukan kepada calon penyedia dan penyedia
berupa dicantumkan dalam daftar hitam dan daftar hitam nasional yang dipublikasikan oleh
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) diharapkan akan memberikan
efek jera. Tentunya pencantuman daftar hitam tersebut memiliki efek samping yang sangat
signifikan dapat mengurangi pendapatan perusahaan serta hukuman sosial dari masyarakat.

e.Pada pemutusan kontrak masih berkewajiban melakukan pemeliharaan ( berkewajiban


menyerahkan jaminan pemeliharaan ) ?
jawab :

Sanksi yang diberikan kepada penyedia dalam hal pemutusan kontrak pada masa pemeliharaan
sebagaimana diatur dalam Peraturan LKPP nomor 9 tahun 2018 dan peraturan Menteri PUPR
nomor 14 tahun 2020, adalah dikenakan sanksi daftar hitam selama 1 (satu) tahun dan sanksi
berupa tidak dibayarkan uang retensi atau pencairan surat jaminan pemeliharaan. PPK berhak
menggunakan retensi untuk membiayai perbaikan/ pemeliharaan. Apabila terdapat nilai sisa
penggunaan retensi atau uang pencairan surat jaminan pemeliharaan tersebut maka PPK wajib
menyetorkan kepada Kas Negara.

KASUS 2

Dinas Bina Marga suatu Propinsi dalam proses tender pelaksanaan jalan HOTMIX, panitia
mensyaratkan HARUS Memiliki AMP atau Surat Dukungan dari AMP. Namun kenyataan para
pemilik AMP tidak mau memberikan Surat Dukungan kpd kontrakor lain yang tidak mempunyai
AMP. Padahal Para Kontraktor ( yg tidak memiliki AMP ) akan membeli hotmix kpd pemilik
AMP dg harga yg lebih kompetitif.
Pertanyaan:

a.Apakah hal tsb tidak melanggar Keppres 80/2003 dan UU No.5/1999 tentang Monopoli dan
Persaingan Usaha ?
Jawab : Tujuan diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian
atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak
diskriminatif, dan akuntabel.

b.Penambahan persyaratan semacam ini apakah


tidak dilarang karena akan menyebabkan
monopoli dan persaingan tidak sehat ?
c.Bagaimana seyogyanya kalau kita mengacu
filosophy dasar Keppres 80/2003 ?
d.Ketentuan tsb diatas apakah bisa menggugur-
kan kontrak dan melanggar KUH Perdata
Ps 1337 ?
Jawab :

KASUS 1
Sebuah kontrak lump sum utk memasang sebuah generator turbin utk PLTN kpd penyedia jasa
mekanikal A.
Peralatan akan dipasok oleh kapal tongkang 2 minggu stlh penyedia jasa A melakukan mobilisasi
lapangan. Namun kondisi cuaca yang membeku menyebabkan air sungai menjadi es memblokir
perhubungan sungai menyebabkan keterlambatan 2 bln pemasokangenerator peralatannya ke site
pemasangan.

Untuk mengejar waktu, proyek manajer memerintahkan penyedia jasa B utk memulai
pemasangan instalasi sirkulasi pipa air dari bangunan turbin ke menara pendingin.
Pada waktu generator + peralatannya tiba, penyedia jasa A tidak bisa memindahkan komponen-
komponen berat dari dermaga ketempat pemasangan generator turbin krn lubang galian pipa
sedalam 7 m terisi
sebagian pipa sirkulasi yg menghalangi jalan masuk. Penyedia jasa A mengajukan klaim sebagai
tambahan kompensasi karena:
1.Tenaga kerja dan peralatan menunggu 2 bln krn es dan tambahan 2 bulan utk keterlambatan
lubang pipa.

2.Gudang sementara utk generator turbin dilapangan


3.Percepatan kerja segera lubang pipa ditutup untk
mengatasi kehilangan waktu.
4.Kehilangan keuntungna krn tidak bisa menggunakan tenaga kerja dan peralatan utk pekerjaan
lain
PERTANYAAN
1.Bagaimana komentar dan pendapat saudara ?
2.Bagaimana hasilnya manakala permasalahan tsb dibawa ke BANI ?
3.Bagamana kalau masalah tsb dibawa ke pengadilan , apa yang perlu anda siapkan dg baik dan
bgmn
agar permasalahan tsb tidak menyebar kemana mana, utamanya jangan dipolitisir oleh Pers ?
KASUS 2 ( BANI )
Suatu usaha kerjasama/ joint operation( PT G)
antara BUMN & Perusahaan Asing Eropa melaksakan pek pembuatan sebuah hotel bertaraf
internasional senialai Rp.80 miliar.
Sedang pemilik proyek perusahaan swasta nasional
PT.H, yg cukup terkenal sbg pengembang/ developer.
Dalam pelaksanaan proyek tsb, semula pembayaran
berdasar setiap tagihan yg diajukan PT G telah dilunasi
s/d tagihan ke 24.
Namun semenjak tagihan ke 25 s/d No.30 ( tagihan
terakhir ) PT.H tidak melakukan pembayaran walaupun
tagihan-tagihan tsb telah disyahkan oleh konsultan.

Sebagai catatan, sesungguhnya dalam pembayaran sebelumnya telah terjadi beberapa kali
pembayaran yang tidak tepat waktu dan tepat jumlah( terlambat dan dicicil ). Proyek tsb telah
diserahkan oleh PT G ke PT H tepat pada waktunya, bahkan proyek tsb telah dibuka utk umum.
Ketentuan kontrak mengatakan bahwa penyedia jasa berhak mendapatkan pembayaran atas
tagihan dlm waktu 28 hari sejak tagihan diterima dan apabila PT.H gagal membayar seperti apa
yg terjadi dalam proyek ini maka PT.G berhak memutuskan perjanjian.
Dalam perjalanan kasus ini PT.G telah

beberapa kali melakukan surat menyurat dng PT.H mengenai keterlambatan pembayaran ini
namun PT.H memberikan tanggapan yang tidak tegas dan tidak pernah melakukan pembayaran.
Berhubungan dengan hal tsb diatas sesuai ketentuan kontrak maka PT.G mengajukan
permohonan ke Arbitrase BANI yg berisi al :
1.Menyatakan bahwa PT.H telah melakukan
perbuatan cidera janji.
2.Menyatakan PT.G berhak mendapatkan
pembayaran atas tagihan No.25 s/d No.30
sebesar Rp.80 miliar
3.Menghukum PT.H untuk membayar bunga atas

keterlambatan.
4.Menghukum PT.H untuk membayar biaya biaya lain sehubungan dengan perkara ini.

PERTANYAAN
1.Menurut pendapat saudara apakah permohonan PT.G
akan dikabulkan oleh Majelis Arbitrase BANI ?
2.Bila YA, apa yang menjadi alasan-alasan BANI untuk
mengabulkan permohonan tersebut ?
3.Apakah BANI akan memberikan bunga yang diminta
oleh PT.G karena keterlambatan pembayaran ini dan
bilamana YA, berapa besar prosentase bunga yang akan dikenakan mengingat tidak ada
ketentuan besarnya tingkat bunga yang tercantum dalam
perjanjian ?
4.Dalam kasus ini ada bagian pekerjaan yang
memang merupakan hak dari PT.G, namun tidak
secara tegas diminta ( nilai tagihan retensi ).
Apakah menurut pendapat saudara BANI akan
membayarkan tagihan ini mengingat hal tersebut
merupakan hak dari PT.G ?
KASUS 3
Kontraktor T mendapat Pekerjaan Renovasi dan
Pengerukan Sebuah Waduk Polder Pengendali
Banjir dengan nilai Rp.7 miliar dengan waktu
pelaksanaan 3 bulan. Dan ternyata pada waktu
akhir pekerjaan tgl 20 Des 2008 (3 bulan 5 hari)
kontraktor tsb baru dapat menyelesaikan 93% dari
total pekerjaan.Akhirnya kontraktor tsb dibayar
dengan nilai kontrak dikurangi sebesar 7%.
Bmn pendapat anda atas masalah ini bila :
1.Dalam tender dokumen dan penawaran kontraktor

jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tidak 3 bln tetapi 4 bln. Namun akibat keterlambatan proses
tender dan mengingat tutup tahun anggaran 20 Des 2008 maka pengguna b/j minta agar jadwal
pelaksanaan ditanda tangani dg jadwal waktu pelaksanaan 3 bulan.
2.Dalam pelaksanaan juga terdapat hambatan atas
pelaksanaan pekerjaan yg menjadi tanggung jawab pengguna b/j, al:
a.Desain sangat tidak mantap ( penuh dg
kesulitan )
b.Keterlambatan atas ijin penebangan pohon
sekitar 2 minggu

c.Kesulitan dumping site area tidak bisa dipakai akibat protes dari masyarakat, sekitar 2 minggu
d.Keterbatasan kapasitas pabrik beton precast unt
memenuhi pesanan kontraktor, mengingat dlm waktu bersamaan banyak proyek memakai beton
pancang/ sheet pile beton bertulang. Sehingga walaupun kontraktor sudah memesan concrete
sheet pile sebelum mereka menandatangani kontrak, ternyata pasokan concrete sheet pile datang
terlambat.
e.Kontraktor sudah minta perpanjangan waktu s/d
tgl 28 Des tetapi tidak disetujui.

3.Bgmn bila diusulkan akan adanya Value Engineering ?


4.Bgmn pendanaannya dan cara menganggar-kannya
5.Kaitan dgn kontrak ybs ?
6.Dan bagaimanakah yang sebaiknya bila anda
sbg PPK atas masalah semacam ini ? Bgmn
solusi terbaik ? Ataupun apa hal semacam ini perlu layak terjadi ?
KASUS 4
Pada anggaran tahun 2007 PT.B mendapat pekerjaan mengeruk dan memasang lining Kali Jt
dengan dana sebesar Rp.1000 juta. Ternyata sampai PHO yang dapat dikerjakan kontraktor
hanya 60% dari scope of works yang ada dikarenakan pengguna b/j tidak berhasil membebaskan
tanahnya.
Akhirnya kontraktor hanya menerima pembayaran sebesar Rp.600 juta.
1.Bagaimana komentar anda atas permasalahan ini ?
2.Bila anda sbg PPK bagaimana sikap anda ?
a.Anda mau membayar ganti rugi, dana dari mana?
b.Anda tidak mau membayar, krn sulit pertanggung
jawabannya ?
c.Atau sikap/ solusi lain ?

d.Apakah hal semacam ini memang layak terjadi ?


e.Atau ada cara lain untuk menghindarinya,
Coba jelaskan mulai tahap penganggaran
termasuk penjelasan ke DPRD dst ?

C.KASUS PASCA KONTRAK


Suatu jembatan rangka batang baja diluar Jawa dengan 3 bentang (total bentang 100 m)
ambruk setelah akan diresmikan. Pekerjaan tersebut telah dibayar 100 % oleh PPK. Berdasar
pantauan bahwa dikatakan bahwa bahan baja tidak standar dan buatan pabrik lokal.

Pertanyaan :
a. Siapa yang salah dan bagaimana menyelesaikannya masalah ini.?
Jawab :

Menurut pendapat saya, didalam menentukan siapa yang bersalah dan siapa yang benar
didalam suatu duduk perkara, itu perlu melalui tahapan-tahapan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku. Terlebih lagi dalam perkara kegagalan konstruksi suatu jembatan
dengan bentangan 100 meter, yang mana jembatan tersebut mengalami keruntuhan akibat
dari bahan yang digunakan tidak memenuhi suatu standar yang di tentukan dan merupakan
buatan pabrik lokal.
Jika merujuk pada kejadian pada jembatan Kutai Kertanegara, dimana sudah inkrah
keputusan hukumnya, maka yang menjadi tersangka dalam kejadian runtuhnya jembatan
Kutai Kertanegara ini adalah manager proyek/kontraktor, PPTK, KPA (kuasa pengguna
anggaran) dan PPK.
Tentu didalam perkara ini, perlu dilakukan penyelidikan dan investigasi oleh pihak
yang berwajib, dan pihak yang berkompeten dalam bidang permasalahan ini, hingga sampai
pada tahapan persidangan.

b. Bagaimana menurut anda solusi terbaiknya (sesuai stagesnya).?


Jawab :

Menurut pendapat saya, Negara dan masyarakat umum sangat merasakan kerugian dan
terkena dampak dari kejadian ini. Oleh karena itu, pihak yang telah dinyatakan bertanggung
jawab hal perkara ini perlu diberikan berupa:
1. sanksi pidana tambahan
2. pencabutan ijin kerja/ usaha
3. sanksi denda berupa materil
Kemudian untuk kedepannnya bila ingin melakukan pekerjaan konstruksi diperlukan suatu
komitmen ketegasan dan perlu memperhatikan mutu dan kualitas bahan yang digunakan
dalam pekerjaan tersebut

c. Apakah ini ranah perdata / pidana atau hukum tata usaha negara.?
Jawab :

Menurut pendapat saya, dari kejadian permasalahan diatas kasus ini masuk dalam ranah
pidana. Hal ini mengacu pada UU No.2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi dimana kasus
tersebut dipidanakan karena ada beberapa pihak yang terkait dan perlu mempertanggung
jawabkannya secara hukum.

2.AMBRUKNYA WC ”GANTUNG” TANAH ABANG JAKARTA PUSAT


Suatu pembuatan bangunan WC “Gantung” Tanah
Abang seperti pada gambar, ambruk pada tanggal 23
Des 2009, padahal telah selesai dilakukan. Namun
tampaknya ijin pemnbangunan oleh Pemda DKI belum
ada. Coba diskusikan dalam kelompok atas beberapa
alternatif dari yang terbaik sampai dengan yang
terjelek atas:
a.Terjadinya kegagalan konstruksi/bangunan
b.Bagaimana dari segi Hukum Kontraknya ?
c.Yang bertanggung jawab dan siapa penanggung jawab utama

3.PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT DAERAH BEKASI (H.Kompas 24 Des 2009)


Pembangunan sebuah RSD Bekasi, setelah habis masa kontrak konstruksinya, masih menyisakan
permasalahan yang cukup ruwet. Ternyata dengan dana Rp4.1 miliar dari APBD Kabupaten
Bekasi, dilakukan dengan penunjukkan langsung. Dengan membaca dan meneliti guntingan
koran Kompas 24 Des 2009, coba diskusikan hal-hal sbb:
a.Apa benar seseorang yang melaksanakan PL (
Penunjukkan Lngsung ) itu sudah dianggap telah
melakukan pidana korupsi ? Apa alasannya ?
b.Dimana daerah yg paling krusial dari PL ?
c.Bagian mana saja yg tidak benar ? Dan bgm dari
hukum kontraknya ?

Anda mungkin juga menyukai