(FORM KA)
DESEMBER 2021
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
KATA PENGANTAR
Panitia Perencanaan dan Pembangunan Gerejabermaksud membangun Gereja Betania Fresh Anointing
(BFA) yang terletak di Jl.H.M.S Mintaredja,SH, RT 002 RW 009, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah,
Kota Cimahi. Pembangunan Gereja BFA tersebut dilakukan karena kebutuhan terhadap Gereja dan untuk
mengakomodasi segala kegiatan jemaat untuk melaksanakan kegiatan kebaktian dengan layak. Rencananya
bangunan Gereja akan berdiri di atas lahan seluas ± 11.360 m2, dengan luas bangunan 14.591,7 m2 yang
terdiri atas 3 lantai bangunan dan 1 latai basement.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2021
tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Atau
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) Lampiran 2,
terutama yang terkait dengan bidang Multi Sektor menyatakan bahwa Rencana Pembangunan suatu
bangunan dengan luas lahan ≥ 5 ha, atau luas bangunan ≥ 10.000 m 2 harus dilengkapi dengan AMDAL
Kategori C.
Merujuk pada Permen LHK No. 4 Tahun 2021 tersebut dan memperhatikan rencana luas bangunan Gereja
BFA ± 14.591,7 m2, maka rencana kegiatan Pembangunan Gereja BFA wajib menyusun dokumen AMDAL.
Dokumen AMDAL terdiri dari dokumen KA-ANDAL (Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan), dokumen
ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), Rencana Pengelolaan Lingkunan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
Dokumen KA-ANDAL ini merupakan dokumen AMDAL yang pertama dan disusun untuk mendapatkan
kesepakatan tentang rumusan lingkup dan kedalaman studi ANDAL serta mengarahkan studi ANDAL agar
berjalan secara efektif dan efisien.
Format penyusunan KA-ANDAL ini disusun berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lampiran 2). Oleh karena
Gereja BFAterletak dalam wilayah Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat, maka penilaian Amdal dilakukan oleh
KPA Kota Cimahi. Namun karena KPA Kota Cimahi belum memiliki lisensi, sehingga dilakukan oleh KPA
Provinsi Jawa Barat
Kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan dokumen KA-ANDAL ini, kami ucapkan
terima kasih.
Agung Takariana
Ketua Umum Pendeta
i
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
DAFTAR ISI
ii
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
iii
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
iv
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
DAFTAR GAMBAR
v
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
vi
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
DAFTAR TABEL
vii
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
viii
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
A. INFORMASI UMUM
B. PELINGKUPAN
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
A TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1 Sosialisasi Memberikan Sosial- Keresahan Keresahan masyarakat Komponen keresahan Tidak terdapat Tidak ada DTPH Kelurahan 3 Bulan
dan Perizinan informasi kepada Ekonomi- Masyarakat terjadi pada masyarakat masyarakat memegang kekhawatiran peraturan yang tidak dikelola Baros , selama
masyarakat Budaya yang terkena dampak peranan penting terhadap masyarakat pada dilanggar/ dan dipantau Kecamatan Sosialisasi
tentang rencana langsung dari rencana kelancaran kegiatan proyek. kegiatan dilampaui oleh Cimahi dan
kegiatan beserta kegiatan, khususnya Dari hasil konsultasi public sosialisasi dan dampak tersebut Tengah, pengurusan
dampak potensial, masyarakat di kel. Baros. dukungan masyarakat perizinan. Kota Perizinan
penanggulangan yang mayoritas beragama terhadap kegiatan cukup Cimahi
dampak dan Islam. baik.
manfaat dari Namun demikian, kegiatan
Pembangunan sosialisasi dan perizinan
Gereja BFA telah dilakukan dan respon
masyarakat serta para
pemangku kepentingan
cukup baik, karena
diharapkan adanya
partisipasi masyarakat dalam
rencana kegiatan yang
saling menguntungkan
1 Penerimaan Prioritas Sosial- Kesempatan Dalam kegiatan konstruksi Komponen tenaga kerja Antusiasme Tidak ada DPH Kelurahan 3 bulan
Tenaga Kerja terhadap Ekonomi- Kerja dibutuhkan sekitar 35 orang memegang peranan penting masyarakat peraturan yang Baros pertama
tenaga kerja Budaya tenaga kerja, dengan dalam kehidupan sehari-hari sangat tinggi dilanggar/ Kecamatan pada saat
local sesuai prioritas masyarakat masyarakat dan kelancaran untuk dapat dilampaui oleh Cimahi dimulainya
kompetensi. setempat, sehingga akan pembangunan Gereja BFA, menjadi tenaga dampak tersebut Tengah penerimaan
Koordinasi memberikan kesempatan sehingga informasi kerja konstruksi Kota tenaga kerja
dengan kerja bagi masyarakat kel penyerapan tenaga kerja bangunan Gereja Cimahi
stakeholder Baros. konstruksi dengan prioritas BFA dan
terkait (RT, Berdasarkan rona adalah sangat penting dan persyaratan relatif
RW dan Kel. lingkungan, jumlah menjadi hal yang sangat dapat dipenuhi,
Baros) penduduk usia prosuktif di sensitif yakni penduduk
Kel. Baros adalah 14.481 tamat SLTA
sebanyak 47 %
jiwa.
dari jumlah
penduduk kel.
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-2
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
Baros
YA YA YA TIDAK
Memprioritas Sosial- Peluang Di sekitar lokasi rencana Peluang berusaha Masyarakat Tidak ada DPH Kelurahan 2 Tahun 4
kan peluang Ekonomi- Berusaha Pembangunan Gereja BFA, memegang peranan penting merasa antusias peraturan yang Baros Bulan
usaha kepada Budaya terdapat potensi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dengan rencana dilanggar/ Kecamatan (selama
masyarakat di untuk berpartisipasi dalam masyarakat karena dapat Pembangunan dilampaui oleh Cimahi tahap
sekitar lokasi pekerjaan konstruksi, menjadi alternatif menambah Gereja BFAyang dampak tersebut Tengah konstruksi)
kegiatan. dimana mata pencaharian penghasilan dapat Kota
terbanyak adalah swasta memberikan Cimahi
(9.855 orang), peluang berusaha
wiraswasta/pedagang (3.400 bagi masyarakat
orang) sehingga dapat setempat
memberikan peluang
berusaha
YA YA YA TIDAK
Pendapatan Sosial- Pendapatan Di lokasi rencana Penerimaan tenaga kerja Masyarakat Tidak ada DPH Kelurahan 2 Tahun 4
tenaga kerja Ekonomi- Masyarakat pembangunan Gereja BFA dan peluang berusaha pada merasa antusias peraturan yang Baros Bulan
mengacu kepada Budaya terdapat potensi masyarakat tahap konstruksi memegang dengan dilanggar/ Kecamatan (selama
UMK Kota Cimahi untuk berpartisipasi dalam peranan penting, karena rencanaPembang dilampaui oleh Cimahi tahap
pekerjaan konstruksi (mata berpengaruh terhadap unan Gereja BFA dampak tersebut Tengah konstruksi)
pencaharian mayoritas di peningkatan pendapatan yang dapat Kota
bidang swasta) dan jumlah rumah tangga dan memberikan Cimahi
penduduk usia prosuktif pergerakan ekonomi lokal. kesempatan kerja
realatif banyak (14.481 dan peluang
Prioritas Sosial- Keresahan Berdasarkan rona Keresahan masyarakat dapat Dari hasail Tidak ada DPH Kelurahan 2 Tahun 4
terhadap Ekonomi- Masyarakat lingkungan, jumlah terjadi apabila ada konsultasi public, peraturan yang Baros Bulan
tenaga kerja Budaya penduduk usia produktif di masyarakat sekitar yang kekhawatiran dilanggar/ Kecamatan (selama
local sesuai kel. Baros 14.481 jiwa. kurang puas karena tidak masyarakat dilampaui oleh Cimahi tahap
kompetensi. Walaupun rekrutmen tenaga dapat diterima sebagai adalah apabila dampak tersebut Tengah konstruksi)
Koordinasi kerja konstruksi akan tenaga kerja konstruksi , tenaga kerja Kota
dengan memprioritaskan tenaga sehingga masalah local tidak Cimahi
stakeholder kerja lokal, namun dengan penyerapan tenaga kerja diprioritaskan
terkait dalam jumlah rekruitmen yang konstruksi sangat sensitif dalam proses
penerimaan terbatas (35 orang/0,25%), penerimaan
tenaga kerja sehingga tidak dapat tenaga kerja.
menerima seluruh angkatan
kerja.
YA YA YA TIDAK
2 Operasional Penyediaan MCK Kimia-Fisik Kualitas Air Beban terhadap kualitas air Kualitas air memegang Limbah cair Tidak ada DTPH Saluran air 1 Tahun
Base Camp dan septic tank Permukaan di sekitar tapak proyek (S. peranan dalam kehidupan domestic akan peraturan Dikelola dan terdekat (selama
portable untuk Cimahi) sebagian besar sehari-hari, khususnya diolah maupun dan Sungai tahap
Penyediaan Kesehatan Sanitasi Sampah akan dikelola Sanitasi memegang peranan Dari hasil Tidak ada DTPH Kelurahan 2 Tahun 4
tempat Masyarakat (peningkatan dengan menyediakan penting khususnya terhadap konsultasi public, peraturan yang Baros Bulan
sampah dan sampah) tempat sampah dan TPS di komponen Kesehatan agar pemrakarsa dilanggar/ Kecamatan (selama
TPS pada lokasi kegiatan. Sampah masyarakat. Namun memperhatikan dilampaui oleh Cimahi tahap
lokasi tapak akan dikelola dengan sistem demikian, dengan adanya berbagai jenis dampak tersebut Tengah konstruksi)
proyek. Dan 3 R dan residunya diangkut rencana pengelolaan sejak limbah yang Kota
akan dikelola ke TPA secara rutin awal, diperkirakan tidak dihasilkan baik Cimahi
dengan sistem bekerjasama dengan DLH terjadi penurunan terhadap dari kegiatan
3R kota Cimahi. Kesehatan masyarakat. konstruksi
Angkutan maupun operasi.
sampah ke Hal ini telah
direspon dengan
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-5
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
TPA akan mengolah
Bekerjasama dan mengelola
dengan DLH semua limbah
kota Cimahi yang timbul,
sehingga tidak
ada lagi
kekhawatiran
masyarakat.
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
3 Mobilisasi Penggunaan Kimia Fisik Kualitas Jalur pengangkutan alat dan Pemaparan debu yang terus Berdasarkan hasil Peraturan DTPH Kelurahan 2 Tahun 4
Peralatan dan kendaraan laik Udara material konstruksi dari luar menerus dalam jangka waktu konsultasi publik Pemerintah Baros Bulan
Material jalan Cimahi akan melalui pintu tol yang panjang dapat terdapat Republik Kecamatan (selama
Uji emisi baros dan Jl. H.M.S menyebabkan ISPA, kekhawatiran Indonesia Nomor Cimahi tahap
secara rutin Mintaredja., serta dilakukan terutama PM25.dann PM10 masyarakat 41 Tahun 1999 Tengah konstruksi)
pada malam hari ketika arus Dalam kegiaan konstruksi, terkait paparan tentang Kota
Penutupan lalu-lintas tidak padat dan timbulnya pemaparan debu debu, dan Pengendalian Cimahi
bak kendaraan ditutup dengan terpal,.Ritasi diusulkan agar Pencemaran
takan diantisipasi melalui
dengan terpal kendaraan rlatif kecil (2 penutupan material dengan dalam Udara
Membersihkan truk/hari), Sehingga tidak terpal, pemilihan jalur pengangkutan
ban akan mengganggu transportasi yang tidak padat material ditutup
kendaraan kenyamanan masyarakat. penduduk dan dilakukan terpal. Hal ini
sebelum pada malam hari. akan
keluar dari diakomodasi
tapak proyek dalam
pelaksanaanya
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-6
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Penggunaan Kimia Fisik Tingkat Jalur pengangkutan alat dan Tingkat kebisingan dari truk Akses jalan Tidak ada DTPH Jl. H.M.S 2 Tahun 4
kendaraan laik Kebisingan material konstruksi dari luar yang beroperasi akan mobilisasi peraturan yang Mintaredja Bulan
jalan Cimahi akan melalui pintu tol merakumulasi dengan peralatan dan dilanggar/ 500 m dari (selama
Pengaturan baros dan Jl. H.M.S sumber kebisingan dari material dilampaui oleh dan menuju tahap
waktu Mintaredja., serta dilakukan aktivitas lalu lintas di wilayah konstruksi akan dampak tersebut lokasi tapak konstruksi)
mobilisasi pada malam hari ketika arus studi dan akan menimbulkan melalui Jl. H.M.S proyek.
peralatan dan lalu-lintas tidak padat dan dampak terhadap Mintaredja
material. ditutup dengan terpal,.Ritasi masyarakat, terutama yang dengan beban
kendaraan rlatif kecil (2 berada di sekitar jalur keluar sesuai kelas jalan
truk/hari), Sehingga tidak masuk kendaraan di area dan peraturan
akan mengganggu proyek. Penduduk yang ada yang berlaku
kenyamanan masyarakat. di tapak proyek
terkonsentrasi di bagian
Timur dan Barat. lokasi
kegiatan
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Pengangkutan Transportasi Volume Lalu- Jl. H.M.S Mintaredja sebagai Lalu lintas kendaraan Jl. Masyarakat tidak Peraturan DTPH Jl. H.M.S 2 Tahun 4
peralatan dan lintas akses ke lokasi kegiatan H.M.S Mintaredja memegang khawatir apabila batasan tidak dikelola Mintaredja Bulan
material konstruk merupakan jalan arteri peranan penting dalam pengangkutan maksimal dan dipantau 500 m dari (selama
pada malam hari primer dengan volume mobilisasi masyarakat sekitar tidak dilakukan kecepatan dan menuju tahap
saat kondisi lalu- kendaraan yang cukup padat dan regional terutama via pada jam sibuk kendaraan angkut lokasi tapak konstruksi)
lintas relatif sepi dengan karakteristik arus pintu tol Baros yang (pagi dan sore) dan kapasitas proyek.
lalu-lintas antar kota dan memerlukan ketepatan hari, saat jam muat yang dimiliki
dalam kota, merupakan jalur waktu, namun dengan berangkat atau kendaraan angkut
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-7
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
cepat dengan tingkat penambahan 2 pulang kerja/
pelayanan kategori B, kendaraan/hari dan sekolah. Dan
sehingga dengan dilakukan pada malam hari, kapasitas
penambahan angkutan pengaruhnya terhadap angkutan
peralatan dan material kemacetan alu-lintas tidak dilakukan sesuai
dengan ritasi 2 truk/hari tidak significant dengan kapasitas
akan menambah beban jalan.
pada jalan
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Penggunaan Transportasi Pengotoran Kondisi asphalt di H.M.S Kondisi jalan yang baik Pengotoran jalan Peraturan DTPH Jl. H.M.S 2 Tahun 4
kendaraan Jalan Mintaredja saat ini dalam memegang peranan penting merupakan salah batasan dikelola dan Mintaredja Bulan
sesuai dengan kondisi baik (fisik dan terhadap keselamatan satu kapasitas muat dipantau 500 m dari (selama
tonase jalan perambuan). dan bersih. pengguna jalan. kekhawatiran yang dimiliki dan menuju tahap
Pencucian Pelaksanaan, pengangkutan masyarakat yang kendaraan angkut lokasi tapak konstruksi)
ban, sebelum material dengan ritasi 2 muncul di forum dan peraturan proyek.
ke jalan raya truk/hari akan menggunakan konsultasi public kelas jalan
kendaraan yang sesuai yang diakibatkan
dengan kelas jalan dan oleh keluar-
bannya dibersihkan dulu masuk kendaraan
apabila akan ke jalan raya.. proyek. Namun
demikian ban truk
akan dibersihkan
sebelum keluar
ke jalan raya
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Penggunaan Kesehatan Morbiditas Adanya mobilisasi peralatan Komponen keresahan Tidak ada Tidak ada DTPH Kelurahan 2 Tahun 4
Jl. H.M.S Masyarakat dan material menggunaan masyarakat berkaitan indikasi peraturan yang tidak dikelola Baros Bulan
Mintaredja kendaraan truk yang dapat dengan penyebaran debu terjadinya dilanggar/ dan dipantau Kecamatan (selama
untuk jalur menimbulkan peningkatan memegang peranan penting kekhawatiran dilampaui oleh Cimahi thap
mobilisasi emisi (debu) di sepanjang dalam kegiatan sehari-hari. masyarakat dampak tersebut Tengah konstruksi)
(tidak melalui jalur mobilisasi dan dapat mengingat penyebaran debu, terhadap tingkat Kota
pemukiman menyebabkan ISPA. terutama PM25 dan PM10 kesehatan, Cimahi
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-9
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
padat Kondisi kesmas di kel Baros dapat mengakibatkan ISPA karena kegiatan
penduduk) ISPA merupakan jenis masyarakat di sepanjang serupa juga
Bak truk akan penyakit terbanyak diderita jalan pengangkutan. Namun terjadi pada
ditutp dengan (35%). demikian pengangkutan kegiatan sehari-
plastik Pengangkutan peralatan material akan ditutup terpal hari
dan material melalui jalan dan ban truk dibersihkan
arteri (H.M.S Mintaredja) dahulu sebelum ke jalan raya
dan tidak melalui
pemukiman penduduk
padat.
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
4 Penyiapan/ Melakukan Kimia Fisik Kualitas Kegiatan pematangan lahan Pematangan lahan Tidak terdapat Tidak ada DTPH Lokasi 12 bulan
pematangan penyiraman, Udara akan melibatkan berbagai berpotensi menyebabkan kekhawatiran potensi tidak dikelola tapak (selama
Lahan khususnya peralatan seperti excavator, peningkatan debu di sekitar masyarakat peraturan atai dan dipantau proyek tahap
pada saat backhoe dan truk, sehingga lokasi rencana kegiatan, terhadap kebijakan seluas ± pematangan
musim akan mengemisikan gas akibat meningkatnya debu dampak Pemerintah yang 11.360 m2 lahan)
kemarau. buang serta timbulan debu. dari serpihan tanah yang terhadap dilanggat dan area
Namun demikian, lokasi tertiup angin, maupun emisi penurunan sekitar
kegiatan akan dipagar dari peralatan berat yang kualitas udara pada radius
keliling dengan seng yang dipakai. Namun demikian, 200 m
berfungsi sebagai buffer lokasi kegiatan akan dipagar
kualitas udara dan peredam keliling dengan seng yang
kebisingan agar tidak berfungsi sebagai buffer
menyebar ke luar. kualitas udara dan peredam
kebisingan, sehingga tidak
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-10
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
akan mempengaruhi
kegiatan sosial ekonomi
penduduk di sekitarnya.
Penggunaan Kimia Fisik Tingkat Kegiatan pematangan lahan Tingkat kebisingan dari truk Tidak ada Tidak ada DTPH Jl. H.M.S 2 Tahun 4
kendaraan laik Kebisingan akan melibatkan berbagai yang beroperasi akan kekhawatiran peraturan yang tidak dikelola Mintaredja Bulan
jalan peralatan seperti excavator, berakumulasi dengan penduduk dilanggar/ dan dipantau 500 m dari (selama
Pengaturan backhoe dan truk, sehingga sumber bising peralatatan terhadap kegiatan dilampaui oleh dan menuju tahap
waktu akan menimbulkan bunyi konstruksi lain dan dapat konstruksi Gereja dampak tersebut lokasi tapak konstruksi)
mobilisasi secara berbarengan dan menimbulkan dampak, BFA. Hal ini proyek.
peralatan dan akan meningkatkan terutama di area konstruksi. terkait dengan
material. intensitas kebisingan di areal Walaupun arah angin dukungan yang
konstruksi. Namun demikian, dominan mengarah dari diungkapkan
lokasi kegiatan akan dipagar Barat ke Timur, dimana dalam Konsultasi
keliling dengan seng yang penduduk terdekat berada, public dan surat
berfungsi sebagai buffer namun, namun dengan pemberitahuan
penyebaran debu agar tidak pemagaran keliling area warga ttg rencana
ke luar. proyek, pengaruh penurunan pembangunan
tingkat kenyaman penduduk Gereja BFA
dapat diminimalisir.
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Menyediakan Kimia Fisik Kualitas air Secara visual, kenampakan Kualitas air permukaan Pada saat Peraturan DPH Saluran air 3 bulan
kolam retensi permukaan air permukaan di sekitar memegang peranan penting, konsultasi public, Pemerintah RI terdekat (selama
Menyediakan Kimia Fisik Air larian Adanya pekerjaan gali Peningkatan run off akan Pada saat Tidak ada DPH Saluran air 3 bulan
kolam retensi dan timbun saat pematangan menambah beban terhadap konsultasi public, peraturan yang terdekat (selama
parit-parit lahan akan meningkatkan volume air di badan air terdapat dilanggar/ dan Sungai tahap
sementara volume air larian khususnya penerima (Sungai Cimahi), kekhawatiran dilampaui oleh Cimahi di pematangan
pada saat musim penghujan walaupun hasil pengamatan tertutupnya dampak tersebut samping lahan)
sesaat tidak ada indikasi (penyumbatan) tapak
terjadinya banjir pada Sungai saluran air ke proyek
tersebut.. lahan peertanian sebagai
(sawah dan BAP
kebun) akibat
kegiatan
pematangan
lahan.
YA YA YA TIDAK
1 Penerimaan Prioritas Sosial- Kesempatan Di lokasiGereja BFA, (kel. Komponen tenaga kerja Antusiasme Tidak ada DPH Kelurahan 3 bulan
Tenaga Kerja terhadap Ekonomi- Kerja Baros) relatif banyak memegang peranan penting masyarakat peraturan yang Baros pertama
tenaga kerja Budaya potensi tenaga kerja, yaitu dalam kehidupan sehari-hari sangat tinggi dilanggar/ Kecamatan pada tahap
local tingginya kelompok umur masyarakat, terutama untuk adanya Cimahi penerimaan
Koordinasi produktif (14.481 jiwa ), menunjang pendapatan perekrutan Tengah tenaga kerja
keluarga tenaga kerja dan Kota
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-16
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
dengan sehingga penerimaan diprioritaskan Cimahi
kelurahan tenaga kerja operasi yang bagi masyarakat
setempat diprioritaskan untuk sekitar.
masyarakat sekitar lokasi
kegiatan dapat membuka
kesempatan kerja di kel.
Baros. Walaupun
kebutuhan tenaga kerja
operasional relatif sedikit
(25 orang).
TIDAK YA YA TIDAK
Memberi peluang Sosial- Peluang Di lokasi Gereja BFA, (kel. Peluang berusaha Masyarakat Tidak ada DPH Kelurahan 3 bulan
usaha pada Ekonomi- Berusaha Baros) masih banyak merupakan peranan penting merasa antusias peraturan yang Baros pertama
masyarakat Budaya masyarakat kelompok umur dalam kehidupan sehari-hari dengan dilanggar/ Kecamatan pada tahap
sekitar, produktif (14.481 jiwa) dan masyarakat karena dapat Pembangunan Cimahi penerimaan
khususnya dalam mata pencaharian menjadi alternatif Gereja BF Ayang Tengah tenaga kerja
pemenuhan terbanyak di bidang swasta, penghasilan, terutama dapat Kota operasi
kebutuhan sehingga kegiatan kegiatan operasional yang menciptakan Cimahi
karyawan. operasional dapat dapat dikerjasamakan peluang usaha
memberikan peluang dengan masyarakat bagi masyarakat
berusaha pada masyarakat setempat, seperti sekitar
lokal. pengelolaan parkir,
keamanan dan lainnya.
YA YA YA TIDAK
Prioritas Sosial- Keresahan Berdasarkan rona Apabila ada penduduk Dari hsail Tidak ada DPH Kelurahan 3 bulan
terhadap Ekonomi- Masyarakat lingkungan, jumlah sekitar yang kurang puas konsultasi public, peraturan yang Baros pertama
tenaga kerja Budaya penduduk Kel. Baros usia karena tidak dapat diterima ada kekhawatiran dilanggar/ Kecamatan pada tahap
local sesuai produktif adalah sebagai tenaga kerja masyarakat Cimahi penerimaan
kompetensi. 14.481.orang. Pihak Gereja operasi, berpotensi terjadi terhadap prioritas Tengah tenaga kerja
Koordinasi berencana melakukan keresahan masyarakat yang tenaga kerja local Kota operasi
dengan rekrutmen tenaga kerja akan berpengaruh terhadap dalam Cimahi
tahap operasi (15 orang) kelangsungan Proyek. penerimaan
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-18
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
stakeholder dengan prioritas penduduk tenaga
terkait dalam sekitar kerjaoperasional.
penerimaan
tenaga kerja YA YA YA TIDAK
2 Operasional Pemagaran Kimia Fisik Kualitas Kegiatan mobilisasi Bangkitan dan tarikan lalu- Dalam rapat Tidak ada DTPH Lokasi Setiap 6
dan keliling batas Udara pengunjung dan jemaat lintas maupun karyawan konsultasi peraturan atau Tidak tapak bulan
Pemeliharaan Kegiatan (1.750 jemaat) pada saat Gereja BFA berpotensi masyarakat kebijakan dikelola dan proyek selama
Gereja BFA Penyediaan Misa yang sebagian menyebabkan peningkatan diungkapkan Pemerintah yang dipantau seluas ± operasional
RTH dan menggunakan kendaraan debu dan emisi. bahwa salah satu dilanggar. 11.360 m2
Penanaman pribadi (roda dua & roda Jarak tapak proyek terhadap antisipasi dan area
pohon empat) akan menimbulkan pemukiman penduduk di terhadap pada radius
emisi gas buang dan bagian Timur relatif dekat meningkatnya 200 m di
Menyediakan timbulan debu. <100 m, dan angin dominan debu dan bising sekitarnya
tempat parkir
Pengaruh terhadap menuju Timur, dan pada adalah dengan
yang cukup
masyarakat sekitar telah bulan-bulan tertentu menuju menanam pohon
diantisipasi melalui ke Barat. Antisipasi terhadap di lahan di area
penanaman pohon di RTH peningkatan debu dan emisi sebelah Timut
dan penyediaan tempat telah dilakukan, diantaranya yang berbatasan
parkir yang cukup enyediakan parkir yang dengan
cukup, membuat agar keliling permukiman
dan penaman pohon di area penduduk.
RTH.
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Pemagaran Kimia Fisik Kebisingan Permukiman di sebelah Kebisingan memegang Tidak terdapat Tidak ada DTPH Lokasi Setiap 6
Timur tapak proyek dapat peranan penting dalam kekhawatiran peraturan atau tapak bulan
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-19
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
keliling batas terganggu oleh dampak kehidupan masyarakat untuk penduduk kebijakan Tidak proyek selama
Kegiatan kebisingan yang disebabkan menjamin kenyamanan dan terhadap Pemerintah yang dikelola dan seluas ± operasioanl
Penyediaan oleh meningkatnya jumlah Kesehatan masyarakat. operasional dilanggar. dipantau 11.360 m2 Gereja
RTH dan kendaraan (bangkitan dan Jarak tapak proyek terhadap kegitan gereja. dan area
Penanaman tarikan), baik dari karyawan pemukiman penduduk relatif Salah satu saran pada radius
pohon (25 orang) maupun Jemaat dekat <100 m, sehingga masyarakat 200 m di
(1.750 orang) pada hari bangkitan dan tarikan dalam konsultasi sekitarnya
Menyediakan
Kamis dan Minggu. Namun kendaraan karyawan dan public adalah
tempat parkir
akan dilakukan antisipasi jemaat akan berdampak menanam pohon
yang cukup
penanaman pohon di RTH terhadap peningkatan di area sebelah
dan pagar keliling sebagai kebisingan disekitar lokasi. Timur yang
peredam bising berbatasan
dengan
peermukiman
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Penyediaan IPAL Kimia Fisik Penurunan Kegiatan Operasional Gereja Kualitas air permukaan Pada saat Peraturan DPH Saluran air Setiap 6
domestic kapasitas Kualitas Air BFA akan menghasilkan air memegang peranan penting, konsultasi public, Pemerintah RI terdekat bulan
mencukupi Permukaan limbah domestik yang bagi masyarakat sekitarnya, terdapat Nomor 82 Tahun dan Sungai selama
akan .diolah melalui IPAL, terutama keberadaan Sungai kekhawatiran 2001 tentang Cimahi operasioanl
dan air yang telah Cimahi sebagai BAPjuga terhadap Pengelolaan sebagai Gereja
memenuhu baku mutu akan digunakan sebagai air penurunan Kualitas Air dan BAP
disalurkan ke BAP (Sungai pertanian oleh masyarakat di kualitas air dari Pengendalian
Cimahi) di sekitar lokasi sekitarnya. kegiatan Pencemaran Air
kegiatan. operasional
Gereja BFA.
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-20
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
TIDAK YA YA YA
Membangun Kimia Fisik Penurunan Pemakaian airtanah pada Komponen air tanah Berdasarkan hasil Tidak ada DTPH Lokasi Setiap 6
sumur pantau Kuantitas Air kegiatan operasional sehari- memegang peranan penting konsultasi publik peraturan yang Tidak tapak bulan
Tanah hari relatif sedikit, kecuali dalam kehidupan sehari-hari tidak terdapat dilanggar/ dikelola dan proyek selama
pada hari Kamis dan minggu mengingat air tanah kekhawatiran dipantau seluas ± operasional
waktu Misa berlangsung, merupakan salah satu masyarakat, 11.360 m2 Gereja
puncak pemakaian adalah sumber air yang digunakan mayarakat dan area
19,3 m3 akan dipenuhi dari penduduk yang berasal dari meminta sekitar
airtanah dalam dan PDAM, airtanah dangkal yang pemrakarsa pada radius
sehingga tidak berbeda akuifernya dengan menyediakan air 200 m
mempengaruhi kuantitas air airtanah dalam, sehingga untuk masyarakat
masyarakat yang umumnya tidak akan terpengaruh sekitar,, terutama
menggunakan airtanah terhadap menurunnya pada musim
dangkat yang sumbernya persediaan air masyarakat. kemarau
berbeda apisan akuifernya..
TIDAK YA YA TIDAK
Menyediakan Kimia Fisik Air larian Adanya alih fungsi lahan Peningkatan run off tidak Terdapat Tidak ada DTPH Saluran air 3 bulan
kolam retensi dari kebun campuran akan menambah beban kekhawatiran peraturan yang Tidak terdekat (selama
Membangun (menyerap air) ke bangunan terhadap volume air di badan masyarakat akan dilanggar/ dikelola dan dan Sungai tahap
sistem yang relatif tidak menyerap air penerima (Sungai terjadinya banjir dilampaui oleh dipantau Cimahi di pematangan
drainase yang air, sehingga akan Cimahi), karena sebagian air pada operasional dampak tersebut samping lahan)
memadai meningkatkan volume air hujan akan meyerap ke Gereja BFA, tapak
larian khususnya pada saat sumur resapan dan volume karena akan proyek
Membuat musim penghujan. alirannya dapat diatur di dibangun sistem sebagai
sumur Antisipasi terhadap banjir drainase dan
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA B-21
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Pelingkupan
Evaluasi Dan Kriteria
Deskripsi Pengelolaan
Apakah Komponen Apakah Ada
Rencana Lingkungan Yang
Lingkungan Tersebut Apakah Ada Kebijakan Dan/
Kegiatan Sudah Komponen
Memegang Peranan Penting Kekhawatiran Atau Peraturan Dampak
Yang Direncanakan Lingkungan Wilayah Batas Waktu
No Dampak Apakah Beban Terhadap Dalam Kehidupan Sehari- Masyarakat Yang Yang Akan Penting
Berpotensi Sejak Awal Terkena Studi Kajian
Potensial Komponen Lingkungan Hari Masyarakat Sekitar Tinggi Tentang Dilanggar Hipotetik
Menimbulkan Sebagai Bagian Dampak
Tersebut Sudah Tinggi? (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Komponen Dan/Atau (DPH)
Dampak Dari Rencana
Terhadap Komponen Lingkungan Dilampaui Oleh
Lingkungan Kegiatan
Lingkungan Lainnya (Nilai Tersebut? Dampak
Ekologis)? Tersebut?
resapan akan dilakuka dengan kolam retensi.. kolam retensi . BAP
membuat sumur resapan,
kolam retensi dan saluran
drainassse yang memadai.
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
Penyediaan Trasnportasi Volume lalu- Jalan akses utama (Jl. Lalu lintas kendaraan di Jl. Dampak terhadap PP 37 tahun 2017 DPH Jl. H.M.S Setiap 6
sarana parkir (Bangkitan lintas H.M.S Mintaredja ) di sekitar H.M.S Mintaredja memegang Bangkitan lalu- tentang Mintaredja bulan
yang cukup dan tarikan) lokasi kegiatan merupakan peranan penting dalam lintas jemaat dan Keselamatan Lalu 500 m dari selama
Penyediaan lalu-lintas arteri primer mempunyai mobilisasi masyarakat sekitar karyawan Lintas dan dan menuju operasional
petugas volume kendaraan relatif dan regional, serta sebagai merupakan salah Angkutan Jalan lokasi tapak Gereja BFA
pengatur lalu- cukup padat pada jam-jam jalan hubung masuk dan satu perhatian proyek.
lintas tertentu dengan tingkat keluar pintu toll Baros. masyarakat yang
pelayanan kategori B (relatif Adanya bangkitan dan disampaikan
Pemasangan masih lancar). tarikan lalu-lintas dari pada saat
rambu lalu- operasional Gereja BFA konsultasi public.
lintas akan menambah beban jalan
dan simpang.
TIDAK YA YA YA
Pengelolaan Kesehatan Sanitasi Sarana prasarana Sanitasi memegang peranan Dari hasil Tidak ada DTPH Lokasi Setiap 6
sampah Masyarakat persampahan di sekitar penting khususnya terhadap konsultasi public, peraturan yang Tidak tapak bulan
sistem 3R lokasi tapak proyek masih komponen Kesehatan agar pemrakarsa dilanggar/ dikelola dan proyek selama
Penyediaan minim, sehingga apabila masyarakat. memperhatikan dilampaui oleh dipantau seluas ± operasional
TPS dan tong tidak terkelola dengan baik berbagai jenis dampak tersebut 11.360 m2 Gereja BFA
maka dapat menurunkan limbah yang
C. METODE STUDI
Data dan Informasi
Metode Pengumpulan Metode Analisis Data
No DPH Metode Prakiraan Dampak yang Relevan dan Metode Evaluasi
Data untuk Prakiraan untuk Prakiraan
Dibutuhkan
TAHAP PRA-KONSTRUKSI – Tidak ada DPH
TAHAP KONSTRUKSI
1. Kesempatan Membandingkan rasio jumlah tenaga kerja lokal yang a. Survey lapangan a. Wawancara mendalam a. Pengolahan Menggunakan
kerja dan direkrut dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan jumlah pencari kerja, dengan masyarakat dan kuesioner dan metode bagan alir
Peluang usaha terhadap rasio jumlah pengangguran di wilayah studi. angkatan kerja tokoh masyarakat analisis data akan untuk menelaah
produktif, tingkat sekitarlokasi kegiatan menggunakan hubungan holistik
LO∈¿ LO n pendidikan angkatan b. Penyebaran kuesionerdi paket program antar seluruh
LO= x 100 kerja, dan besar permukiman sekitar SPSS (Statistical dampak
LO n /UL peluang sesuai lokasi kegiatan Programme for
harapan penduduk, c. Data sekunder; Social Science).
Kegiatan berdampak signifikan dalam memberikan kel. Baros b. Untuk jenis data
kesempatan kerja bilamana LO = 1, b. Tingkat penghasilan, kualitatif, akan
Kegiatan berdampak cukup bilamana LO bernilai antara 0 tingkat pendidikan, dikaji dengan
- < 1 dan antara 1 - 2, komposisi angkatan Teknik Analisis
Kegiatan kurang berdampak bilamana LO lebih dari 2 kerja, mata Tema Kultural
pencaharian (Discovering
Cultural Themes
Analysis) .
c. Untuk menghitung
tingkat
kesempatan kerja
digunakan rumus
dari BPS dengan
rumus:
TKK = a/b x 100%
Dimana :
TKK = Tingkat
Kesempatan Kerja
a = Jumlah Penduduk
Bekerja
b = Jumlah Angkatan
Kerja
Semakin tinggi TKK,
kesempatan kerja
semakin tinggi
3. Peningkatan Melalui pendekatan non-formal dan profesional judgement a. Badan Pusat Statistik a. Wawancara dengan Deskriptif analisis, Menggunakan
pendapatan dengan pertimbangkan : (BPS) Kec. Cimahi masyarakat sekitar dengan metode bagan alir
masyarakat a. Besarnya dampak dari banyaknya penduduk yang terserap Tengah, desa Baros menggunakan kuesioner membandingkan untuk menelaah
sebagai tenaga kerja dan besarnya upah. Asil survey lapangan b. Lokasi titik pengumpulan pendapatan sebelum hubungan holistik
b. Besarnya dampak, bisa berupa pertimbangan peningkatan data digambarkan pada dan sesudah ada antar seluruh
matapencaharian masyarakat lokal peta sampling proyek dampak
4. Keresahan Wawancara langsung. Untuk memprakirakan dampak berupa Tingkat keresahan a. Wawancara dengan } Profesional judgment Menggunakan
masyarakat keresahan sosial akan ditempuh melalui pendekatan non- masyarakat terhadap masyarakat sekitar dari tenaga ahli metode bagan alir
formal dan profesional judgement dengan proyek menggunakan kuesioner } Analisis deskripsi untuk menelaah
mempertimbangkan : b. Lokasi titik pengumpulan hubungan holistik
a. Besarnya dampak, bisa berupa pertimbangan tingkat data di kel. Baros antar seluruh
akomodatif masyarakat terhadap proyek (setuju/tidak) dampak
b. Besarnya dampak, bisa berupa pertimbangan tingkat
keresahan dari masyarakat lokal
5. Penurunan Membandingkan dengan Baku Mutu Lingkungan yang a. Rencana Kegiatan Data kualitas air Data kualitas air Deskriptif , holistic,
kualitas air dimaksud yang diperkirakan permukaan dikumpulkan disajikan dalam bentuk dan perbandingan
permukaan menimbulkan melalui pengukuran tabulasi dan dengan BML
Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks dampak langsung di lapangan dan dibandingkan hasilnya
Pencemaran (IP) : b. Data primer kualitas pengambilan sampel dan dengan baku mutu
air permukaan selanjutnya dianalisis di sesuai Peraturan
laboratorium. Pemerintah No. 22
Parameter kualitas air Tahun 2021, lampiran,
yang mudah sekali tentang baku mutu
berubah dan tidak dapat kuaitas air Nasional
diawetkan misalnya
temperatur, pH, daya
Dimana : hantar listrik, kekeruhan,
dan oksigen terlarut akan
IPj : Indeks Pencemaran bagi peruntukan diukurlangsung (in situ),
sedangkan parameter
j Ci : Konsentrasi hasil uji parameter lainnya akan dianalisis
2. Peluang Melalui pendekatan non-formal dan profesional judgement c. Badan Pusat Statistik c. Wawancara dengan Deskriptif Menggunakan
berusaha dengan pertimbangkan : (BPS) Kec. Cimahi masyarakat sekitar metode bagan alir
c. Besarnya dampak dari banyaknya penduduk yang terserap Tengah dan Data Kel. menggunakan untuk menelaah
sebagai tenaga kerja dan besarnya upah. Baros kuesioner hubungan holistik
d. Besarnya dampak, bisa berupa pertimbangan peningkatan d. Hasil survey lapangan d. Lokasi titik pengumpulan antar seluruh
matapencaharian masyarakat lokal data di kel. Baros dampak
3. Keresahan Wawancara langsung. Untuk memprakirakan dampak berupa Tingkat keresahan c. Wawancara dengan } Profesional judgment Menggunakan
masyarakat keresahan sosial akan ditempuh melalui pendekatan non- masyarakat terhadap masyarakat sekitar dari tenaga ahli metode bagan alir
formal dan profesional judgement dengan proyek menggunakan kuesioner } Analisis deskripsi untuk menelaah
mempertimbangkan : d. Lokasi titik pengumpulan hubungan holistik
c. Besarnya dampak, bisa berupa pertimbangan tingkat data di kel. Baros antar seluruh
akomodatif masyarakat terhadap proyek (setuju/tidak) dampak
d. Besarnya dampak, bisa berupa pertimbangan tingkat
keresahan dari masyarakat lokal
4. Penurunan Membandingkan dengan Baku Mutu Lingkungan yang c. Rencana Kegiatan Data kualitas air Data kualitas air Deskriptif , holistic,
kualitas air dimaksud yang diperkirakan permukaan dikumpulkan disajikan dalam bentuk dan perbandingan
permukaan menimbulkan melalui pengukuran tabulasi dan dengan BML
Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks dampak langsung di lapangan dan dibandingkan hasilnya
Pencemaran (IP) : d. Data primer kualitas pengambilan sampel dan dengan baku mutu
air permukaan selanjutnya dianalisis di sesuai Peraturan
laboratorium. Pemerintah No. 22
Lampiran 1
DESKRIPSI RENCANA USAHA/KEGIATAN
Sedangkan pemanfaatan lahan tiap lantai bangunan utama Gereja BFA dapat
dilihat pada Tabel-tabel berikut.
Aksonometri Lantai 1
Aksonometri Lantai 2
Aksonometri Lantai 3
Denah lantai Semi basement, lantai 1, 2, mezanin, 3 dan top floor dapat dilihat
pada Gambar-Gambar berikut.
1. Kegiatan keagamaan dan pelayanan jemaat, seperti Misa pada hari Minggu
dan Kamis yang dapat melibatkan 1.750 jemaat.
2. Pemberkatan nikah, rata-rata 2 minggu sekali atau sebulan 2 kali yang dapat
melibatkan maksimal 50 orang setiap evennya.
3. Kegiatan administrasi dan pengurus yang berlangsung setiap hari dengan
jumlah pengurus dan karyawan Gereja adalah 25 orang.
4. Menyelenggarakan latihan music dan lagu-lagu Gereja seminggu 2 kali yang
melibatkan pengurus dan jemaat maksimum 15 orang pada setiap event.
5. Merayakan kejadian khusus dan memperingati peristiwa sejarah Gereja atau
setempat yang melibatkan pengurus dan jemaat seperti pada kegiatan
misadi hari Minggu dan Kamis.
Seluruh kegiatan utama tersebut akan difokuskan pada bangunan utama di Gedung
BFA Center yang berupa bangunan 3 lantai dan 1 basement dengan luas lantai
4.493,4 m2 yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya seluruh kegiatan, baik
peribadatan maupun non peribadatan seperti di atas. Khusus untuk kegiatan
peribadatan akan diselenggarakan di lantai 2 yang mempunyai kapasitas sekitar
1.750 orang.
Kegiatan peribadatan akan mencakup Misa pada hari Minggu jam 7.30, jam 10 30
dan jam 17.00 yang masing-masing misa berdurasi 90 menit. Sedangkan pada hari
kamis juga diselenggarakan Misa jam 18.30 dengan durasi misa sama yaitu sekitar
90 menit.
Selain kegiatan peribadatan juga terdapat kegiatan lain yang merupakan hubungan
antar umat yang ditempatkan pada Aula/ hall /Ruang Serba Guna yang merupakan
bangunan hall di lantai dua gedung BFA center, sebanyak 2 ruangan Hall dengan luas
masing – masing 180 m2. Ruang serba guna ini akan digunakan sebagai tempat
berbagai acara, seperti; pemberkatan perkawinan, latihan music lagu-lagu gereja,
dan aktifitas administrasi perkantoran. Kapasitas ruang serba guna dapat
menampung ± 30 -50 orang.
Pengurus dan karyawan Gereja setiap hari akan hadir pada jam kantor selayaknya
bekerja di kantor seperti umumnya dari jam 8 – 16.00, yaitu sebanyak 25 orang.
Green Rooftop
Green Rofftop atau Roof garden yaitu ruangan di lantai paling atas yang
digunakan untuk tanaman dalam suatu wadah (pot), sehingga membentuk
suatu taman.
Pump room dan Ground Water tank (GWT)
Ground water tank merupakan tanki air yang di tanam di dalam tanah, selain itu
juga terdapat Ruang pompa yang merupakan sebuah ruang atau bangunan yang
berisi mesin utama instalasi hydrant yaitu pompa hydrant dan panel pengendali
sistem hydrant.
Switch Gear PLN
Switchgear adalah panel distribusi yang mendistribusikan beban kepanel-panel
yang lebih kecil kapasitasnya. Switch gear berfungsi untuk menjaga keandalan
serta untuk proteksi peralatan listrik terhadap gangguan yang mungkin terjadi.
Genset
Penyediaan diesel genset dengan kapasitas 1500 kVA untuk cadangan listrik
apabila listrik dari PLN mengalami gangguan atau ada pemadaman. Daya
darurat yang dihasilkan oleh diesel genset sudah dalam bentuk tegangan rendah
220/380 V, sehingga secara langsung dapat disalurkan ke beban-beban penting
yang direncanakan untuk memberikan daya darurat. Genset diletakkan dalam
bangunan di samping rumah pompa di belakang gedung utama.
Toilet Karyawan
Pada setiap bangunan dan ruangan akan disiapkan toilet. Secara khusus toilet
akan disiapkan terpisah antara toilet laki-laki dan toilet perempuan. Toilet akan
dibangun disetiap latai Gereja dengan luas toilet sekitar 96 m 2. yang tersebar di
setiap bangunan dan lantai bangunan.
Toilet akan dilengkapi dengan fasilitas, seperti; suplai air yang lancar, ventilasi,
pintu dan langit-langit dalam kondisi baik, sabun cair, dan alat pengering.
Jumlah toilet yang dipersyaratkan telah diatur dalam Peraturan Menteri
Jalan akses masuk-keluar Gereja BFA yang direncanakan selebar 20 meter yang
dipisahkan oleh median (lebar 3 meter), dengan lebar jalan lingkungan Gereja
adalah 6 meter, sarana parkir disediakan pada lantai basement (Parkir Mobil 261
SRP, Parkir Motor 537 SRP), dan lantai 1 (Parkir Mobil 181 SRP dan Parkir Motor
373 SRP).
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Cimahi Nomor 04 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cimahi Tahun 2012-2032, bahwa rencana
lokasi kegiatan dialokasikan sebagai kawasan pengembangan wilayah untuk
perumahan, perkantoran, militer, perdagangan dan jasa, serta industri kreatif
berbasis telematika. Hal ini dipertegas oleh arahan tata ruang site plan yang telah di
setujui oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Cimahi melalui
Surat Nomor 640/311-TR/DPUPR Tanggal 10 Maret 2021, bahwa lahan seluas 11.360
m2 disetujui untuk kegiatan Pembangunan Gereja BFA (Lampiran 2). Hasil overlay
lokasi rencana kegiatan dengan peta revisi Rencana Tata Ruang Kota Cimahi
disajikan pada Gambar 1.3 di atas.
Dari petadiatas terlihat bahwa batas-batas lokasi rencana kegiatan adalah sebagai beriku;
Sebelah Utara oleh jalan HMS Mintaredja, SH dan perumahan,
sebelah Selatan oleh kebun penduduk dan perumahan kel Baros,
sebelah Barat oleh bangunan warehouse (Gudang) Honda dan kantor Uji
kendaraan Dishub Kota Cimahi,
sebelah Timur oleh Sungai Cimahi dan perumahan penduduk kelurahan
Baros .
1. Aktivitas transportasi (darat) pada Jl. H.M.S. Mintaredja yang terletak di depan
rencana kegiatan dan merupakan akses utama menuju lokasi kegiatan. Kegiatan
pada jalan ini akan saling mempengaruhi pada saat konstruksi dan operasinal
Gereja BFA, terutama kegiatan transportasi akan mengeluarkan emisi gas buang
(kualitas udara) dan kebisingan, serta kemacetan lalu-lintas.
3. Kegiatan Warehouse Honda berada tepat di batas sebelah Barat rencana kegiatan Gereja
BFA. Kegiatan pada kantor ini juga akan saling mempengaruhi pada saat
konstruksi dan operasinal Gereja BFA, terutama yang kegiatan transportasi dan
domestic yang akan mempengaruhi Kualitas udara, kebisingan,dan kemacetan
lalu-lintas.
4. Rencana pembangunan SPBU Shell, sekitar 200 meter di sebelah Timur rencana
kegiatan, Pengaruh dari kegiatan ini adalah kemacetan lalu-lintas pada saat
operasional Gereja GFA, terutama pada kegiatan Misa hari Kamis dan hari
Minggu.
5. Perumahan town place di depan kantor KIR Dishub kota Cimahi beserta ruko-ruko di muka
perumahan town place tersebut. Jarak perumahan ini dari rencana kegiatan sekitar 500
meter. Pengaruh dari kegiatan ini adalah kemacetan lalu-lintas pada saat
operasional Gereja GFA, terutama pada kegiatan Misa hari Kamis dan hari
Minggu.
6. Pompa Bensin SPBU Pertamina 34-40510 yang terletak di jalan Jl. H.M.S.
Mintaredja sekitar 500 meter di sebelah Timur lokasi kegiatan. Pengaruh dari
kegiatan ini adalah kemacetan lalu-lintas pada saat operasional Gereja GFA,
terutama pada kegiatan Misa hari Kamis dan hari Minggu.
7. Pintu tol Baros 1 dan 2 yang terletak di sekitar 700 meter sebelah Timur-Selatan
(Tenggara) lokasi kegiatan. Pengaruh dari kegiatan ini adalah kemacetan lalu-
lintas pada saat operasional Gereja GFA, terutama pada kegiatan Misa hari Sabtu
dan hari Minggu dan kondisi lalu-lintas pada kedua pintu tol tersebut relatif
padat, pada saat week end.
Berikut lokasi kegiatan lain di sekitar lokasi kegiatan beserta jaraknya dapat dilihat
pada gambar berikut.
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. Sosialisasi dan Perizinan
2. Penetapan Lahan (Survey dan
Pengukuran)
TAHAP KONSTRUKSI
TAHAP OPERASIONAL
1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
2. Operasional dan Pemeliharaan Gereja BFA
2. Pengoperasian Basecamp
Fasilitas ini akan dibuat untuk kebutuhan istirahat para tenaga kerja konstruksi
dan penyimpanan bahan bangunan/ peralatan bangunan. Bangunan ini bersifat
non permanen, ketika kegiatan konstruksi selesai bangunan ini akan dibongkar,
luasan basecamp adalah sekitar 100 m2. Pada bangunan basecamp ini juga akan
disediakan fasilitas MCK untuk para tenaga kerja konstruksi berupa toilet
portabel, air dari toilet portabel tersebut akan disalurkan ke Septik Tank Biofill
dengan kapasitas 3 m3.
Setelah air kotor terpisah secara sempurna dengan tinja, maka selanjutnya
air limbah tersebut mengalir menuju sekat kedua yaitu Filter Air Kotor. sekat
ini terdapat alat untuk memfilter air kotor yaitu Bio Ball atau bola-bola filter.
Alat ini akan memastikan bahwa air kotor tersebut menjadi bersih dan siap
untuk langkah berikutnya.
Setelah bakteri dalam air kotor diuraikan, maka air tersebut mengalir menuju
selokan atau pembuangan air. Namun sebelum itu air tersebut akan
disterilkan dari bakteri jahat yang berbahaya. Dalam media ini bakteri akan
dibunuh dengan disinfektan hingga benar-benar aman untuk air buangan
dibuang ke drainase sekitar lokasi kegiatan.
Air bersih yang disediakan untuk tahap konstruksi akan menggunakan sumur
tanah dangkal sebanyak 1 titik kedalaman ±25 meter. Jumlah tenaga kerja
konstruksi adalah 35 orang, diasumsikan 15 orang tenaga kerja menginap
dibasecamp dan sisanya (20 orang) tidak menginap di basecamp yang disediakan
di tapak proyek, berikut ini adalah rincian kebutuhan air untuk tahap konstruksi :
Tabel 1. 12 Rencana Kebutuhan Air Bersih Tahap Konstruksi
N Jenis Kebutuhan Besaran Jumlah Jumlah Jumlah
80%
Drainase
1,84 m3/hari
Habis Terpakai
Air Tanah Konstruksi dan cecerannya BAP Sungai
Dangkal 0,935 m3/hari meresap ke Cimahi
3,235 m3/hari tanah 1,84m3/hari
Penyediaan Listrik
Sumber tenaga listrik utama bagi gedung ini diperoleh dari jaringan SUTM
(Saluran Udara Tegangan Menengah) 20 kV PLN terdekat. Gardu PLN dengan 20
kV akan diterima oleh gardu konsumen, selanjutnya dirubah menjadi tegangan
rendah 220/380V oleh trafo distribusi untuk di distribusikan ke seluruh lantai
gedung. Sedangkan untuk sumber daya darurat saat PLN padam akan
menggunakan diesel-genset yang sudah dalam bentuk tegangan rendah 220/380
Sumber daya utama PLN dengan sumber daya darurat dioperasikan secara
otomatis maupun manual dengan menggunakan Change Over Switch (COS).
Persampahan:
Material bangunan untuk kegiatan konstruksi terdiri dari : beton, batu kali,
conblock wall, pasir, alumunium, semen, baja, atap zincalumn, kayu dan keramik
serta paving block. Untuk pengadaan material/bahan diutamakan akan diambil
dari sekitar lokasi kegiatan (lokal sekitar Kota Cimahi) dengan memenuhi kualitas
material/bahan atau kriteria teknis.
Pengangkutan alat dan bahan konstruksi dari Bandung dan ssekitarnya melalui
pintu tol Baros dan akan menggunakan kendaraan dengan tonase relatif besar
dengan frekuensi yang cukup tinggi, sehingga akan menimbulkan dampak
kebisingan, ceceran bahan/material bangunan, kerusakan jalan, gangguan
terhadap lalu-lintas pada Jln. H.M.S. Mintaredja yang dilalui. Rencana jumlah
material bangunan pada tahap konstruksi disajikan pada Tabel.2.4.
Tabel 1. 14 Rencana Jumlah Material Bangunan
No. Jenis Material Konstruksi Jumlah Asal Ritasi
1. Baja Konstruksi WF 4.000 Ton Lokal 45
2. Baja Ringan 5.000 Ton 45
3. Semen 10.000 Zak 10
4. Pasir 15.000 m3 25
5. Ready Mix 30.000 m3 30
6. Cat Tembok 800 Pail 15
7. Cat Epoxy 400 Pail 18
8. Kaca 800 m3 28
9. Gypsum 12.000 m3 25
10. Frame Almunium 800 m3 40
11. Zincalum (Roof + Dinding) 22.000 m3 50
12. Besi Beton 4.500 Ton 60
13. Triplek 18 mm 20.000 lembar 80
14. Kayu 500 m3 60
Jumlah Ritasi 531
Sumber: Pemrakarsa,2021
Lama kegiatan konstruksi diperkirakan 300 hari, sehingga bangkitan lalu lintas
per hari dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi adalah 531
rit /300 hari = 1,77 rit/hari atau 2 rit/hari. Pengangkutan material dan alat berat
tersebut dilakukan di luar jam sibuk (06.30-08.00 dan 16.00-18.00). karena akan
mengganggu lalu lintas di sekitar lokasi kegiatan.
Proses penyiapan lahan rencana Pembangunan Gereja BFA terdiri dari kegiatan
pembersihan dan pematangan lahan. Lokasi kegiatan saat ini merupakan lahan
kosong (semak belukar), maka kegiatan penyiapan lahan dilakukan dengan
membersihkan lahan dari semak belukar dan tanaman lain, selanjutnya dilakukan
pematangan lahan dengan pengggalian/penimbunan yang seimbang (Balance cut
and fill) menggunakan peralatan berat hingga sesuai ketinggian (level)
perencanaan.
Dengan memanfaatkan kondisi topografi tapak proyek yang menurun dari sisi
Utara ke sisi Selatan (miring dari depan ke belakang) dengan perbedaan elevasi
dari titik tertinggi ke titik elevasi terendah mencapai 5 meter.
Lantai basement akan dibuat dengan elevasi -4,5 m di bawah lantai dasar (700
dpl) dengan memanfaatkan beda ketinggian, tanah galian untuk basemen di sisi
depan akan digunakan untuk mengurug lahan di bagian belakang dengan sistem
grading dari area tertinggi ke area terendah.
Tanah hasil galian dari area tertinggi akan dipergunakan sebagai material urug di
bagian lahan yang rendah, terutama di bagian Barat sepajang bantaran Sungai
Cimahi dan bagian utara lahan Gereja BFA, seperti pada Gambar 2.13 dengan
perhitungan seperti pada Tabel berikut.
Tabel 1. 15 Tabel Volume Tanah Cut and Fill
B
t1
Cu
m
t3
Cu
B
l2
m
Fil
t2
Cu
B
l1
A
Fil
t1
Cu
t
Fla
A
l1
Fil
l2
Fil
Gambar 1. 18 Rencana Grading dan Cut and Fill
Berdasarkan tabel di atas, 3 level kontur tertinggi akan di-cut untuk mengisi 2
level kontur terendah. Volume tanah yang digali mencapai 6.248,50 m3,
sedangkan volume tanah yang diurug membutuhkan 6.244.50 m 3, sehingg
perbandingan antara cut and fill lebih mendekati “balance” dengan sisa material
urug sebesar 4 m3 akan dipergunakan sebagai material landscaping pekerjaan
taman dan RTH. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembangunan Gereja
BFA tidak membutuhkan tanah tambahan dari luar, maupun menyisakan tanah
di dalam.
Adapun sistem pondasi dalam konstrusi Gereja BFA akan menggunakan tiang
pancang dengan pemasangan antara tiang pancang berjarak sekitar 3,2 meter
sampai dengan 8,4 meter, tiang pancang akan dipasang pada kedalaman sampai
dengan 6,9 meter dengan sistem strausepile/borpile.
precast yang dilengkapi dengan bak kontrol dan pada bagian masuk dan
keluar kendaraan akan menggunakan grill besi.
Ketua
Umum 1 - 1 1 - - - - - 1 - - 1
Pendeta
Pengurus
10 9 19 15 4 - - 2 17 - - 4 15
Gereja
Satpam 5 - 5 5 - - - - 5 - - 2 3
Total 16 9 25 21 4 - - 2 22 1 - 6 19
Sumber: Pemrakarsa Tahun 2021
2. Waktu Operasional
3. Kegiatan Penunjang
a. Penggunaan Energi
Daya listrik yang direncanakan untuk seluruh area bangunan Gereja BFA adalah
sebesar 125-250 kVA, dengan 1 gardu penghubung untuk melayani bangunan
utama dan fasilitas penunjangnya. Untuk daya cadangan akan disiapkan
Generator Set dengan daya sebesar 100 KVA menggunakan bahan bakar non-
Air PDAM dan/atau air tanah ditampung di groundtank dengan kapasitas 92 m3. .
Air dari groundtank akan dipompa ke rooftank berupa 5 tandon di lantai atap
dengan kapasitas 1 tandon berkapasitas 300 L di belakang, 2 tandon 300 L di
tengah, dan 2 tandon 1000 L di depan. Peletakan tandon tepat berada di titik
toilet di bawahnya. Air yang keluar dipompa dengan motor listrik untuk
mempercepat aliran distribusi ke setiap lantai bangunan. Untuk lebih jelasnya
kebutuhan dan sistem distribusi air bersih dapat dilihat pada gambar 1.18.
cadangan air hidran diperhitungkan untuk pompa 500 USGPM selama 45 Menit =
85.163 Liter. Total kapasitas GWT adalah 91.791 Liter atau 92 m 3.
Pemeliharaan
3. 4.640,6 m2 0,5 liter/m2/Hari 2,32
Bangunan Lantai 1
Pemeliharaan
4. 3.388 m2 0,5 liter/m2/Hari 1,69
Bangunan Lantai 2
Pemeliharaan
5. 1.220 m2 0,5 liter/m2/Hari 0,61
Bangunan Lantai 3
Kriteria Perencanaan :
- Volume Air :
Debit Air Limbah Tercampur x Orang x Waktu
Volume Air =
Detensi
= (50 Liter/Orang/Hari x 80%) x 25 Orang x 2 hari
= 2.000Liter
= 2 m3(Karyawan)
= (5 Liter/Orang/Hari x 80%) x 1.750 Orang x 2
hari
= 14.000 Liter
= 14 m3(Jemaat)
= Jumlah Vol. Air Karyawan 2 m3 dan Jemaat 14
m3 = 16 m3
- Volume Lumpur :
= Banyaknya Lumpur x Orang x Periode
Volume Lumpur
Pengurasan
= 30 Liter/Orang/Tahun x 25 Orang x 2 Tahun
= 1.500 Liter
= 1,5 m3(Karyawan)
= 30 Liter/Orang/Tahun x 1.750 Orang x 2 Tahun
= 105.000 Liter
= 105 m3 (Jemaat)
= Jumlah Volume Lumpur Karyawan 1,5 m3 dan
Jemaat105 m3 = 106,5 m3
- Volume Tangki 1 (V1) :
Volume Tangki 1 (V1) = Volume Air + Volume Lumpur
= 16 m3 + 106,5 m3
= 122,5 m3
- Volume Tangki 2 (V2) :
= Debit Air Limbah Tercampur x Orang x Waktu
Volume Tangki 2 (V2)
Detensi
= (120 Liter/Orang/Hari x 80%) x 25 Orang x 0,25
hari
= 600 Liter
= 0,6 m3 (Karyawan)
= (120 Liter/Orang/Hari x 80%) x 1.750 Orang x
0,25 hari
= 42.000 Liter
= 42 m3 (Jemaat)
= Volume Tangki 2 Karyawan 0,6 m3 dan Jemaat
42 m3 = 42,6 m3
Volume Tangki :
Volume Tangki = V1 + V2
= 122,5 m3 + 42,6 m3
= 145,1 m3
Berdasarkan perhitungan di atas kapasitas biofilter yang dibutuhkan di lokasi
kegiatan adalah sebesar 145,1 m3.
Air kotor akan dialirkan ke 2 biofilter dengan kapasitas 145,1 m 3/hari (masing-
masing mempunyai kapasitas 75 m3/hari), yaitu air kotor dari kamar mandi
depan ke biofilter 1, sedangkan air kotor dari kamar mandi tengah dan belakang
ke biofilter 2. Untuk lebih jelasnya sistem pengelolaan limbah cair domestic
dapat dilihat pada Gambar 1.20 berikut.
Pengelolaan limbah cair domestik (black water dan Grey Water) yang
berlangsung didalam tangki biofil, akan mampu mereduksi kadar fisik – kimia dan
biologi menjadi ramah lingkungan dan siap untuk dibuang ke areal badan air
penerima terdekat. Adapun proses/ tahapan pengolahan didalam tangki biofil
yang direncanakan, terdiri dari 6 (enam) tahapan pengolahan, yaitu:
- Air limbah domestik yang terdiri dari black water dan grey water masuk ke
biofil melalui saluran kotor.
- Lalu masuk ke kolam sanitasi untuk kembali diproses oleh tanaman eceng
gondok dan untuk selanjutnya akan dimanfaatkan kembali untuk
- Air limbah domestik akan keluar melalui lubang outlet dan dipastikan aman
dan ramah lingkungan karena sebelum dialirkan limbah cair domestik sudah
melalui media anti bakteri dan dilakukan penguraian terlebih dahulu.
Proses pengelolaan air limbah domestic tersebut di atas dapat dilihat pada
gambar tangki septic biofill berikut.
Timbula
N Timbulan
Sumber Penghasil n Keterangan
o / Hari
m3/hari
limbah an organik sebesar
Jemaat
(75%) 0,843 m3/hari dari
Gereja
timbulan limbah padat
Timbulan sampah dari
Ruang taman hanya berupa daun
3 Terbuka 1.878,6 m2 0,05 l/m2 0,09 kering (organik) yang
Hijau/Taman dikelola langsung
menggunakan LRB
Total Timbulan Limbah Padat 1,41
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2021
Standar Timbulan Limbah Padat/ Sampah berdasarkan “Pengolahan Persampahan” (Enri
Damanhuri, 2005) dan SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil
dan Kota Sedang DI Indonesia.
Kegiatan Gereja tidak menghasilkan limbah B3, namun dari kegiatan operasional secara
periodic akan mengganti lampu TL, baterai dan tinta printer yang tergolong B3.
Penanganan limbah padat di lokasi kegiatan dilakukan pengelolaan sejak dari sumber 18,
yaitu dengan melakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenis dan karakteristiknya.
Pengelolaan dan Pemantauan limbah padat dan B3 di lokasi kegiatan diantaranya:
- Menerapkan konsep 3R (Reuse, Reduce, Recycle)
- Menyediakan tempat sampah 3 buah bin/container di Setiap lantai Gereja
BFA untuk jenis limbah organik, an-organik dan B3, total bin/container yang
disediakan sebanyak 12 buah dengan kapasitas per 1 bin/container sebesar
120 liter atau 0,12 m3
- Memelihara tempat sampah di setiap lantai Gereja BFA
- Melakukan pemilahan sampah (organik dan an-organik)
- Limbah organik dari RTH diolah dengan cara pembuatan kompos (composting)
sederhana.
- Limbah an-organik yang masih bernilai ekonomis dapat dikerjasamakan
dengan pihak ketiga untuk dikelola.
- Pengelolaan limbah B3 secara lebih lanjut dengan pihak ke-3 yang berizin
- Melakukan kerjasama dengan UPT Pelayanan Persampahan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Cimahi untuk pengangkutan residu sampah dari TPSS ke TPA
secara rutin.
- Wadah sampah terpilah organik akan menampung sampah organik baik yang
basah atau kering, untuk kemudian diolah secara sederhana menjadi
kompos;
- Wadah sampah terpilah anorganik akan menampung sampah anorganik
untuk dikerjasamakan dengan UPTD Pelayanan Persampahan Kota Cimahi;
- Wadah sampah terpilah B3 akan menampung sampah B3, dan selanjutnya
dikerjasamakan dengan pengelola limbah B3 berizin;
- Wadah sampah terpilah plastik akan menampung sampah plastik, untuk
kemudian dikerjasamakan/dijual kepada pihak ke tiga;
Sumber Sampah
4. Pengangkutan
Lampiran 2
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN
a. Tipe Iklim
Ditinjau dari data curah hujan bulanan, curah hujan > 100 mm dijumpai 6
bulan pertahunnya maka klasifikasi iklim menurut Schimdt dan Fergusson
lokasi kegiatan termasuk ke dalam wilayah dengan iklim tipe C. Iklim tipe C
yaitu iklim sedang basah dengan ciri temperatur bulan terdingin 3o C - 18oC.
b. Curah Hujan
Kondisi hujan rata-rata maksimum bulanan dalam 10 tahun 2011-2020 di
wilayah studi, menunjukan nilai antara 62 mm s/d 160 mm per bulan. Curah
hujan rata-rata bulanan minimum terjadi pada bulan Agustus sedangkan
curah hujan rata-rata bulanan maksimum terjadi pada bulan Mei. Data curah
hujan harian Stasiun Geofisika Kelas I Bandung dapat dilihat pada Lampiran
Tabel 2.1. Tabel Curah Hujan Harian (CHH) di Wilayah Studi pada 2011-2020
Tahun Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Rata-
rata
2011 2,1 2,56 2,98 12,72 6,45 3,92 2,57 0,1 3,43 3,45 10,71 8,63 4,97
2012 2,76 10,12 5,18 9,69 8,57 2,02 1,14 0 0,9 4,17 17,9 21,23 6,97
2013 7,23 8,32 10,16 9,53 5,7 7,72 5,3 2,48 5,72 1,19 2,14 10,85 6,36
2014 8,46 2,72 8,22 5,89 5,89 5,77 5,49 3,99 0,02 2,03 8,23 7,85 5,38
2015 5,58 5,99 8,82 7,7 6,94 1,68 0,01 0,23 1,44 1,15 13,98 10,25 5,31
2016 13,05 6,48 12,54 17,43 10,59 4,64 6,08 4,29 9,54 12,08 14,75 2,07 9,46
2017 2,28 6,54 13,22 7,03 7,41 2,28 0,26 1,52 3,03 11,51 14,73 4,33 6,18
2018 6,36 7,98 9,73 9,92 4,13 1,11 0,01 1,3 1,36 4,16 16,11 10,76 6,08
2019 7,71 8,98 7,44 9,96 8,1 0,88 0,45 0,01 1,83 2,81 9,03 10,52 5,64
2020 6,92 11,22 9,69 9,05 9,74 1,01 2,12 1,39 1,2 10,91 6,91 8,73 6,57
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, 2010-2020
Tabel 2.2. Curah Hujan Harian Maksimum di Wilayah Studi pada 2011-2020
Tahun Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Max
2011 17,5 26,5 20,5 73,5 56 44,4 36,9 1,6 38,5 19,6 44 62,7 73,5
2012 12,1 47 36,8 65,4 66,4 50,4 22,2 0 11 18 83 78,5 83
2013 32,3 55,8 59,8 46,2 29,3 68,4 60,2 30,8 62 11,7 22,3 64,8 68,4
2014 54,8 15,5 58,4 62 62 36,8 37,3 41,7 0,6 50,2 44,1 40,8 62
2015 50,5 46,1 52,5 46,5 77,7 26 0,3 5,7 43,2 32,9 62,3 46,9 77,7
2016 48 32,6 86,3 112,6 74,7 38,2 44,6 49,7 46,8 83,5 87,1 15,2 112,6
2017 13,2 65,8 73,5 30,4 71,5 20,8 7,9 29,3 56 39,1 65 37,5 73,5
2018 45,6 71 54,5 85,2 55,1 28,2 0,3 27,3 18,6 26 67,6 58,7 85,2
2019 83,3 40 51,1 49,7 59 11 8,8 0,2 32,3 26 61 57 83,3
2020 50,9 84,5 59,7 48 160 9,1 17,6 20 23,4 68,2 46,8 126,6 160
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, 2010-2020
c. Temperatur Udara
Pengukuran temperatur udara dilakukan untuk mengetahui suhu suatu
wilayah. Data temperatur udara diperoleh dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I Bandung. Temperatur
udara di daerah studi pada tahun 2008-2014 berkisar antara 22,5 °C– 24,6
°C. Temperatur terendah sebesar 22,5 °C terukur pada Februari 2010 dan
temperatur tertinggi terukur pada April 2020, yaitu sebesar 24,6 °C.
d. Kelembaban Udara
Udara yang lembab menunjukkan suatu kondisi adanya uap air pada
udara.Untuk mengetahui kondisi aktual kelembaban udara pada area studi,
maka diperlukan data kelembaban udara yang diperoleh dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Stasiun Geofisika Kelas I Bandung,
dari tahun 2010 hingga 2020. Kisaran kelembaban udara setiap bulan yang
terjadi selama periode tersebut adalah antara 67% - 87%.
e. Kecepatan dan Arah Angin
Data kecepatan dan arah angin diperoleh dari stasiun Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMKG) terdekat dari Bandung, yaitu Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I Bandung. Data yang
digunakan merupakan data bulanan selama periode lima tahun terakhir
(Januari 2015 – Desember 2020) dengan tujuan untuk melihat
kecenderungan arah angin dominan dan rerata kecepatan angin di Kota
Cimahi selama lima tahun. Seluruh data tersebut diolah menggunakan
program WRPlot yang menghasilkan gambar bunga angin (windrose) seperti
yang terlihat pada Gambar 2.25.
Secara tapak sendiri daerah BFA ini berada pada koordinat 06°53'35.34"S-
107°32'26.15"T, 06°53'37.27"S-107°32'27.55"T, 06°53'39.28"S-107°32'26.70"T,
06°53'41.01"S-107°32'26.66"T, 06°53'40.65"S-107°32'25.19"T, 06°53'40.10"S-
107°32'24.02"T, 06°53'39.60"S- 107°32'23.77"T, 06°53'38.82"S-107°32'23.81"T,
tepatnya berada di H.M.S. Mintaredja, SH RT 2 RW 9 Kel. Baros Kec. Cimahi Tengah, Kota
cimahi, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
2. Topografi
Untuk lebih menditailkan area tapak maka dilakukan pengukuran topografi dengan cara
pengukuran langsung menggunakan total station (TS). Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi topologi langsung di lapangan, berikut hasil data interpolasi total
station di lapangan dapat di lihat pada gambar
Gambar 2. 3 Kontur hasil interpolasi total station di area tapak dan penmpang kontur
di area tapak
Dari hasil interpolasi data total station serta penampang kontur, maka daerah rencana
BFA cenderung landai, dimana perbedaan ketinggian yang terjadi karena bukan proses
alami tetapi proses kegiatan manusia.
3. Morfologi
Berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng dan satuan morfologi dari Nichols and
Edmunson, J.R., 1975, bentuk bentang alam daerah rencana kegiatan, terletak
pada level elevasi sekitar +700 m diatas permukaan air laut, dengan kenampakan
bentang alam dataran yang memiliki kemiringan lereng kurang dari 5% (Landai -
datar).
Morfologi di daerah ini berdasarkan hasil interpolasi data total station serta
melihat penampang A dan B, dimana perbedaan kontur cenderung karena
kegiatan manusia maka di area tapak ini cenderung datar sampai landai.
4. Litologi (Tanah/Batuan)
Secara regional, berdasarkan Peta Geologi Lembar Bandung (Sujatmiko, 1972),
wilayah Kelurahan Baros Kecamatan Cimahi Tengah batuan penyusun di daerah
ini berupa Formasi Rajamandala yang tersusun atas lempung tufan, lanau tufan,
pasir tufan, dan kerikil Ketebalan lapisan tufa berkisar dari 6meter hingga 8
meter di bawah muka tanah setempat. Adapun hasil infiltrasi dan perkolasi di
permukaan tanah serta di bawah permukaan tanah hingga 1 meter.
Dari hasil sondir di area tapak juga didapatkan ciri batuan penyusun berupa tuff
lempung dilihat dari warna segar merah kecoklatan, tuff berbutir lempung. Jika
dikorelakasikan temuan sondir di area tapak dengan geologi regional maka di
temukan kecocokan. Meski disana tidak dapat dilakukan sampeling batuan
secara hand spacment, tetapi hasil sondir mewakili untuk itu.
2.1.3. Kegempaan
Peta zona seismik untuk konstruksi bangunan dan gempa bumi dangkal yang
dikeluarkan oleh Masyur Ghaini (2002).
Beban gempa rencana dan kategori bangunan
Sesuai dengan SNI 03-1726-2002 tentang tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk bangunan gedung seperti tersebut diatas, maka sebelumnya
perlu menetapkan Beban Gempa Rencana, yaitu nilai beban gempa yang
peluang dilampauinya dalam rentang masa layan bangunan 50 tahun
adalah 10 % atau nilai beban gempa yang perioda ulangnya adalah 500
tahun dan kategori gedung, yaitu menetapkan jenis/kategori bangunan
yang bergantung pada tingkat kepentingan bangunan pasca gempa
rencana terhadapnya dikalikan dengan faktor keutamaan seperti pada
Tabel berikut.
Tabel 2.4 Faktor Keutamaan untuk Berbagai Kategori Bangunan
(SNI 1726, 2003)
Kategori Gedung atau Bangunan Faktor Keutamaan
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan
1,0
perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1,0
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi
air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan 1,5
dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas,
1,5
produk minyak bumi, asan, bahan beracun
Cerobong, tangki di atas menara 1,25
Sumber: SNI 1976, 2002
Tabel 2.5 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka
Tanah Masing-masing Wilayah Gempa Indonesia (SNI 1726, 2003)
Percepatan Percepatan Puncak Muka Tanah A0 (g)
Wilayah
Puncak Batuan Tanah Tanah Tanah
Gempa Tanah Keras
Dasar Sedang Lunak Khusus
1 0,03 0,04 0,05 0,08 Diperlukan
2 0,10 0,12 0,15 0,23 evaluasi
3 0,15 0,18 0,22 0,30 khusus
4 0,20 0,24 0,28 0,34 disetiap
5 0,25 0,28 0,33 0,36 lokasi
6 0,33 0,33 0,36 0,41
Sumber: SNI 1726, 2003
berada pada di Wilayah Gempa daerah studi termasuk ke dalam jalur gempa
sedang (zona 2) dengan percepatan 0,10g dengan niai ψ sebesar 0,5
ditunjukan pada berikut.
2.1.4. Hidrogeologi
Keadaan hidrogeologi di wilayah Kota Cimahi adalah terdapatnya akuifer
produktif di sebagian kecil wilayah Kecamatan Cimahi Tengah yang secara
hidrogeologis terletak pada wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung –
Soreang (Gambar 2.17). Menurut Sutrisno,(1983) dan Iwaco-Waseco, (1991),
secara regional wilayah CAT Bandung – Soreang secara umum memperlihatkan
sistem pengaliran air tanah dalam akuifer sebagai berikut:
Sistem pengaliran akuifer ruang antar butir, terjadi pada akuifer yang
secara dominan dibentuk oleh batuan dari Formasi Kosambi (Qob) dan
Formasi Cibereum (Qyd). Material penyusun akuifer lanau, pasir dan
kerikil dengan kelulusan 10-1 dan 101 m/hari
Sistem pengaliran akuifer ruang antar butir dan rekahan/celahan, terdiri
atas akuifer yang secara dominan dibentuk oleh litologi dari Formasi
Cikapundung (Qyt) dan Formasi Cikidang (Qvu). Batuan akuifer pada
umumnya terbentuk dari breksi, lahar, lava dan tuf. Dengan kelulusan 4.8
x 101 m/hari. Untuk area tapak sendiri tersusun atas batu tuff lempungan.
Sistem pengaliran rekahan/celahan dijumpai pada akuifer yang dibentuk
oleh batuan Tersier dan termasuk satuan batuan Formasi Rajamandala.
Potensi air tanah menurut data peta yang didapat dari Pusat Air Tanah dan
Geologi Tata Lingkungan Bandung didapatkan potensi air tanah area tapak
masuk kedalam potensi sedang pada akuifer dalam dan akuifer dangkal dengan
beberapa nilai yang didapat yaitu:
1. Akuifer dalam:
2. Akuifer dangkal:
Setelah mendapatkan nilai akuifer yang diperlukan maka selanjutnya data yang
diperlukan berupa kualitas akuifer itu sendiri, disini digunakan data yang berasal
dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Bandung di area tapak, yaitu:
- Kondisi air tanah rawan pada akuifer 50-150 meter, kedalam muka iar
tanah 25-35 meter.
- Pengambilan muka air tanah pada akuifer dengan kedalaman kurang
dari 50 meter diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan debit
maksimal 100 m3/hari/sumur, akuifer 50-150 meter debit maksimum
90 m3/hari/sumur.
- Pengambilan air tanah pada akuifer dengan kedalaman 150 meter debit
yang diperbolehkan maksimal 260 m3/hari/sumur
- Upaya konservasi dengan membuat sumur resapan yang mengimbuh
akuifer pada kedalaman 50-150 meter.
Bila ditinjau dari beban pencemar yang diterima badan air, terdapat beberapa
sungai yang menjadi badan air penerima buangan limbah industri, domestik,
rumah sakit, dan lain sebagainya, adalah:
Sungai Cimahi merupakan badan air yang ada di sebelah Timur rencana kegiatan.
Sungai ini akan digunakan sebagai BAP limbah domestik setelah melalui proses
IPAL aliran limbah cair dari kegiatan Gereja masuk ke saluran drainase yang ada
di samping tapak kegiatan selanjutnya bersatu dengan Sungai Cimahi yang
alirannya menuju ke Utara untuk selanjutnya mengalir menuju DAS Citarum.
Pola aliran sungai regional di Kota Cimahi berbentuk sub-paralel, dapat dilihat
dengan bentuk sejajar diakrenakan lereng dan slope yang mempengaruhi
kemudian dari paralele ini membentuk sub paralel karena erosi dan sedimentasi
vertikal dan horizontal baik secara alami maupun karena kegiatan manusia.
Daerah BFA ini masuk ke dalam sistem suangi dengan pola sub paralel
diakrenakan dilihat dari beberapa data dan penampang yang dibuat serta
kemiringan lereng di sekitaran area tapak BFA.
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa zona pemanfaatan air tanah aman
pada akuifer 50-150 m memiliki cakupan yang besar dengan luas 1.516,37 Ha.
Namun, di sisi lain pemanfaatan air tanah terbatas pada zona rawan, kritis, dan
rusak juga memiliki cakupan yang luas, yaitu sebesar 2.050,63 ha atau mencakup
50,60% dari total luas zona pemanfaatan air tanah di Kota Cimahi sehingga hal
ini dapat dikatakan sebagai kendala dalam pengembangan perumahan di
Kota Cimahi.
Q = C. I. A
Intensitas
Luas Lahan Koefisien Air Jumlah Air Larian
No. Jenis Penutup Lahan Hujan
(m2) Larian (m3/hari)
(m/hari)
3. Lahan Tertutup (Gedung 4.640,6 1,00 0,014 64,96
Utama BFA Center 3
Lantai, 1 Basement)
Perkerasan Teras
Jalan Aspal
37,5 0,7 0,014 0,36
Parkir dan Jalan (Grass
2.885,1 1,00 0,014 40,4
Block)
1.738,2 0,7 0,014 17,03
RTH
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah air larian sebelum ada kegiatan adalah
71,568 m3/hari, sedangkan setelah ada kegiatan adalah 124,58 m 3/hari. Sehingga ada
peningkatan debit air larian dari sebelum kegiatan sampai dengan adanya kegiatan
pembangunan yaitu sebesar 53,012 m3/hari. Dengan kondisi tersebut, maka dapat
diperkirakan akan memberikan beban terhadap saluran yang berada disamping dan
depan lokasi kegiatan sehingga diperlukan adanya rekayasa teknik sehingga volume air
limpasan yang masuk ke saluran dapat diminimalkan.
Analisis intensitas hujan harian maksimum memerlukan penentuan jenis sebaran yang cocok
digunakan (Basuki, dkk 2014). Analisis Intensitas Hujan Harian Maksimum dapat dilakukan
dengan menggunakan metode Gumble, Log Pearson tipe III dan Metode Distirbusi Normal
a. Metode Gumbel
(2.19)
(2.20)
(2.21)
(2.22)
Keterangan:
YT = Reduce variate, fungsi dari periode ulang
Yn = Reduce mean, fungsi dari ukuran sampel (mengacu pada Tabel 2.13)
Sn = Reduce standard deviation, fungsi dari ukuran sampel (mengacu pada Tabel 2.14)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,507 0,51 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,532 0,5332 0,5343
30 0,5262 0,5371 0,538 0,5388 0,5396 0,5403 0,541 0,5418 0,5424
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5448 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,551 0,5515
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,553 0,5533 0,5535 0,5538 0,5549 0,5543
70 0,5548 0,555 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565
80 0,5569 0,557 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,558 0,5581 0,5583
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5599 0,5598
100 0,56 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,561
Sumber : Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. 2004
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.1206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.028 1.069 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.1004 1.1047 1.108
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1414 1.1436 1.1458 1.148 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.159
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734
60 1.1747 1.1759 1.177 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.873 1.1881 1.189 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.193
80 1.1938 1.1945 1.1853 1.1959 1.1967 1.1973 1.198 1.987 1.994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.202 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2049 1.2055 1.206
100 1.2065 1.2069 1.2073 1.2077 1.2081 1.2084 1.2087 1.209 1.2093 1.2096
Sumber : Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. 2004
b. Metode Log Pearson Tipe III
Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi pearson III dengan
transformasi varian menjadi nilai log (Triatmodjo,2014). langkah perhitungan yang dapat
dilakukan sebagai berikut
(2.23)
- Rata-rata dan simpangan baku data hujan dalam bentuk logaritmis kemudian dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut
(2.24)
(2.25)
(2.26)
- Logaritma hujan dengan periode ulang (T) dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut
(2.27)
Nilai K merupakan faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari probabilitas (atau periode
ulang), nilai K dapat dilihat pada Tabel X.
Periode Ulang
Koefisien 2 5 10 25 50 100
skew
Probabilitas
0.5 0.2 0.1 0.04 0.02 0.01
2 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605
1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.78 3.38
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.7 3.271
1.2 -0.195 0.732 1.34 2.087 2.626 3.149
1 -0.164 0.758 1.34 2.043 2.542 3.022
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957
0.8 -0.132 0.78 1.336 1.998 2.453 2.891
0.7 -0.116 0.79 1.333 1.967 2.407 2.824
0.6 -0.099 0.8 1.328 1.939 2.359 2.755
0.5 -0.083 0.806 1.323 1.91 2.311 2.686
0.4 -0.066 0.816 1.317 1.88 2.261 2.615
0.3 -0.05 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544
0.2 -0.033 0.83 1.301 1.818 2.159 2.472
0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.4
0 0 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326
-0.1 0.017 0.846 1.27 1.716 2 2.252
-0.2 0.033 0.85 1.258 1.68 1.945 2.178
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA 2-36
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
Metode Distribusi Normal atau Metode Distribusi Gauss dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut
(2.28)
Keterangan:
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
X = Nilai rata-rata
S = Standar deviasi
KT = Faktor Frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang. Nilai K T dapat
dilihat pada Tabel 2.16
PUH Peluang KT
1,001 0,999 -3,05
1,005 0,995 -2,58
1,01 0,99 -2,33
1,05 0,95 -1,64
1,11 0,9 -1,28
1,25 0,8 -0,84
1,33 0,75 -0,67
1,43 0,7 -0,52
1,67 0,6 -2,5
2 0,5 0
2,5 0,4 0,25
3,33 0,3 0,52
4 0,25 0,67
5 0,2 0,84
10 0,1 1,28
20 0,05 1,64
50 0,02 2,05
100 0,01 2,33
200 0,005 2,58
500 0,002 2,88
1000 0,001 3,09
Sumber : Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. 2004
Berdasarkan hasil uji kecocokan dengan menggunakan chi square dan perhitungan
dengan menggunakan 3 metode didapatkan bahwa metode gumble dapat digunakan
untuk melakukan perhitungan analisis intensitas curah hujan. Data hasil perhitungan
menggunakan metode Gumble dapat dilihat pada Tabel X
Tabel X Intensitas Curah Hujan Harian Maksimum Menggunakan Metode Gumble
Xt
PUH Yt k (mm/h Ket
ari)
- Yt
2 0,367 0,135 84,026 =-(Ln(Ln((T/(T-
5 1)))))
10,58 118,32
5 1,5
1 2 K = (Yt - Yn)/Sn
18,48
10 2,25 141,03
3 Xt = Xbar + (K*S)
28,46
25 3,199 169,72
8
35,87 191,00
50 3,902
6 5
43,22 212,13
100 4,6
8 2
pendek seperti 5 menit 10, menit, 25 menit, 50 menit dan 100 menit. Metode yang dapat
digunakan untuk menganalisis intensitas hujan pada waktu tertentu di antaranya.
Metode Van Breen ditemukan oleh seorang ilmuan yang bernama Ir. Van Breen. Insinyur
tersebut melakukan penelitian di Indonesia dan menghasilkan suatu pendekatan dalam
menghitung intensitas curah hujan (Permatasari, 2020). Metode tersebut dapat dilihat pada
persamaan berikut.
(2.33)
Keterangan:
IT = Intensitas hujan pada PUH T tahun dan tc > te (mm/jam)
RT = Tinggi hujan pada PUH T tahun (mm/hari)
tc = Durasi hujan. Apabila tc < te maka tc dibuat sama dengan te
Metode Bell Tanimoto menggunakan pendekatan besar curah hujan selama 60 menit dengan
periode ulang 10 tahun. Rumus empiris yang dibuat oleh Bell juga dapat digunakan untuk
menentukan curah hujan dengan durasi 5-240 menit dengan periode ulang 2-100 tahun.
Metode tersebut dapat dilihat pada persamaan berikut. Sedangkan pedoman pola hujan
menurut Bell Tanimoto dapat dilihat pada Tabel 2.18.
(2.34)
(2.35)
(2.36)
Keterangan:
R = Curah hujan (mm)
T = Periode ulang (tahun)
t = Durasi hujan (menit)
R1 = Besarnya curah hujan pada distribusi jam ke-1
R2 = Besarnya curah hujan pada distribusi jam ke-2
2 28 31 36 42
3 18 20 26 31
4 11 14 20 25
5 8 11 16 22
6 6 9 14 20
7 6 8 13 19
8 4 7 12 18
9 2 5 10 15
10 5 10 15
11 4 9 14
12 4 9 14
13 4 9 14
14 4 9 14
15 3 8 13
16 3 8 13
17 3 7 13
18 3 7 12
19 2 7 11
20 7 11
21 7 11
22 6 11
23 4 10
Metode Hasper Der Weduwen menggunakan anggapan bahwa hujan memiliki distribusi yang
simetris dengan durasi hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan dari 1 sampai 24 jam.
Metode Hasper Der Weduwen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
(2.37)
(2.38)
(2.39)
(2.40)
Keterangan:
Tt = Durasi curah hujan (jam)
Xt = Curah hujan maksimum yang terpilih
Metode analisis intensitas hujan yang paling cocok ditentukan dengan menggunakan 3 jenis
metode yaitu Metode Talbot, Sherman dan Ishiguro. Pendekatan metode tersebut dilakukan
dengan cara :
- Nilai t digunakan untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan. Nilai t disesuaikan
dengan debit rencana jika terdapat nilai periode ulang tertentu.
- Nilai t yang sama digunakan untuk menetapkan tetapan-tetapan dengan cara kuadrat
terkecil.
a. Talbot
(2.41)
(2.42)
(2.43)
Keterangan:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Durasi curah hujan (jam)
a & b = Konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di suatu
N =wilayah
Jumlah durasi curah hujan sampel (8 jenis durasi curah hujan)
b. Sherman
Persamaan Sherman cocok digunakan jika durasinya lebih dari 2 jam. Persamaan tersebut
dapat dilihat sebagai berikut.
(2.44)
(2.45)
(2.46)
Keterangan:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
Tt = Durasi curah hujan (jam)
a & n = Konstanta
N = Jumlah durasi curah hujan sampel (8 jenis durasi curah hujan)
c. Ishiguro
(2.47)
(2.48)
(2.49)
Keterangan:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
Tt = Durasi hujan (jam)
N = Banyak data
a & b = Konstanta
Berdasarkan perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan metode Van breen, Bell
Tanimoto, dan Hasper & Der Weuwen yang kemudian diuji dengan pendekatan matematis
Talbot, Sherman dan Ishiguro didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut
FORMULIR KERANGKA ACUAN PEMBANGUNAN GEREJA 2-42
Formulir Kerangka Acuan
Pembangunan Rumah Ibadah Gereja Betania Fresh Anointing (BFA)
100 0E+00 220,77 33,026 7,301 4,859 6,949 20,009 220,77 33,026
Berdasarkan pehitungan diatas didapatkan bahwa nilai standar deviasi terkecil terdapat pada
metode Van Breen dengan pendekatan matemtis Talbot. Sehingga didapatkan niali inensitas
curah hujan sebagai berikut
Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) berfungsi untuk menunjukan hubungan antara intensitas
hujan (ordinat), durasi hujan (absis), dan beberapa grafik yang menunjukan frekuensi atau
periode ulang (Triatmodjo,2014). Selain itu analisis kurva IDF dapat digunakan untuk
memperkirakan debit puncak di daerah area tangkapan tertentu. Data yang digunakan dalam
membuat kurva IDF yaitu data hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi dalam waktu singkat
seperti 5, 10,…,100 menit. Kurva IDF menunjukan bahwa semakin singkat waktu hujan maka
intensitas hujan akan semakin tinggi.
250.000
200.000
Intensitas Hujan
150.000 PUH=2
PUH=5
100.000 PUH=10
PUH=25
PUH=50
50.000 PUH=100
0.000
0 50 100 150 200 250 300
Durasi (menit)
Analisis Frekuensi
Salah satu tujuan dilakukanya analisis frekuensi adalah untuk memperkirakan besarnya
banjir dengan interval kejadian tertentu yang mungkin dapat terjadi selama suatu
periode waktu. Komponen data yang digunakan dalam analisis frekuensi adalah data
debit sungai atau hujan maksimum tahunan (Triatmodjo, 2013). Dalam melakuan
analisis frekuensi terdapat beberapa parameter statisti yang digunakan diantarany
adalah nilai rerata, varian, deviasi standar, koefisien varian, kemencengan, dan
koefisien kurtosis. Persamaan dari parameter statistik yang dilakukan adalah sebagai
berikut
a. Nilai rerata
n
1
X = ∑ Xi (1)
n i−1
Keterangan:
X = curahhujanmaksimumrerata, X
X i = variabel random, dan iX
n = jumlah data
√
n
1
S= ∑
n−1 i−1
¿ ¿2 …………………………..(3)
Keterangan:
S2=Varian
S = Deviasi Standar
X = curahhujanmaksimumrerata, X
X i = variabel random, dan i X
n = jumlah data.
c. Koefisienvarian (Cv)
S
C v= ………………………………………………….(4)
X
Keterangan:
Cv = Koefisien Varian
S = Deviasi Standar
X = curahhujanmaksimumrerata, X
d. Kemencengan (Cs)
n
n
2∑
C s= ¿ ¿3 ………………….(5)
( n−1)(n−2)S i−1
Keterangan:
CS = Koefisien skewness
Xi = Nilai tengah
X = Rata-Rata
Sx = Standardeviasi
n = Jumlah data
Berdasarkan hasil analisis pada tabel dibawah dapat diketahui bahwa besar koefisien
kurtosis 9,09 pada setiap tahun. Di samping itu untuk koefisien skewness (Cs) dan
koefisien variasi (Cv) memiliki nilai yang bervariasi di setiap tahunnya. Untuk
selanjutnya data-data tersebut akan dianalisis lebih lanjut sebagai input dari analisis
distribusi frekuensi.
Dari Tabel di atas dapat dilihat nilai parameter statistik sebaran normal untuk Sub-DAS
Cimahisehingga dapat dihitung nilai standar deviasi, koefisien varian, koefisien
kemencengan, dan koefisien kurtosis.
Standar deviasi
[ ]
n 1
∑ (X i −X ) 2 2
i=1
S= =5,57
n−1
Koefisien Varian
S
C v= =0,17
X
KoefisienKemencengan
[ ]
n
∑ (X i−X )3
i=1
C s= =2,3
(n−1)(n−2) S3
KoefisienKurtosis
[ ]
n
∑ ( X i−X )4
i=1
C k= 4
=1,4
(n−1)(n−2)( n−3) S
(log Xi-Log X
Tahun Xi Log Xi Log X Log Xi-Log X (Log Xi-Log X )² (log Xi-log X )³
)⁴
Dari Tabel di atas dapat dilihat nilai parameter statistik sebaran normal untuk Sub-DAS
Cimahi sehingga dapat dihitung nilai standar deviasi, koefisien varian, koefisien
kemencengan, dan koefisien kurtosis.
Standar deviasi
[ ]
n 1
∑ (logX i −log X ) 2 2
i=1
S= =0,01
n−1
Koefisien Varian
S
C v= =0,00324141
logX
KoefisienKemencengan
[ ]
n
∑ (log X i−log X )3
i=1
C s= =0,05
(n−1)(n−2) S 3
KoefisienKurtosis
[ ]
n
∑ (logX i−log X )4
i=1
C k= =0,02
( n−1)(n−2)( n−3) S 4
kurtosis dan nilai koefisien kemencengan menunjukkan bahwa jenis metode distribusi
yang digunakan adalah Distribusi Gumbel.
……………………………8)
Dimana t merupakan waktu hujan jam-jaman yaitu dalam perhitungan ini dipakai 6 jam
dan T merupakan waktu setiap jam yang akan dihitung sehingga diperoleh hasil yang
ditunjukkan oleh Tabel di bawah. Didapatkan bahwa dalam kala ulang lima tahun,
sepuluhtahun, duapuluh lima tahun, lima puluh tahun, dan seratustahun, curah hujan
tertinggi terjadi pada jam pertama.
3694.89 147.795
5 461.862 6 923.724 410.544 230.931 8 102.636
30000000.00
25000000.00
20000000.00
15000000.00
10000000.00
5000000.00
0.00
1 2 3 4 5 6
5 10 25 50 100
Q p=
1
[
A . Re
3,6 0,3T p +T 0,3 ] .............................................................................................................................................................. (9)
Keterangan:
Qp = debit puncak banjir,
A = luas DAS (km2),
Re = curah hujan efektif (1 mm),
Tp = waktu dari permulaan banjir sampai puncak hidrograf (jam),
T0.3 = waktu dari puncak banjir sampai 0.3 kali debit puncak (jam),
Tg = waktu konsentrasi (jam),
Tr = satuan waktu dari curah hujan (jam),
α = koefisien karakteristik DAS, dan
L = panjang sungai utama (km).
Bagian lengkung turun (Tp+ T0.3) < t ≤ (Tp+ T0.3+ 1.5T0.3) → 4,91 <
t ≤ 7,06
0 0 0
1 43,26559234732 43,26559234732
2 228,35716546624 228,35716546624
3 604,27366188309 604,27366188309
4 142,84363875589 142,84363875589
5 42,85309162677 42,85309162677
6 0,63396809038 0,63396809038
7 0,19019042711 0,190190427113
8 0,000306460932 0,000306460932
9 0,000091938280 0,000091938280
10 0,000027581484 0,000027581484
11 0,000008274445 0,000008274445
12 0,000002482334 0,000002482334
13 0,000000744700 0,000000744700
14 0,000000223410 0,000000223410
15 0,000000067023 0,000000067023
16 0,000000020107 0,000000020107
17 0,000000006032 0,000000006032
18 0,000000001810 0,000000001810
19 0,000000000543 0,000000000543
20 0,000000000163 0,000000000163
21 0,000000000049 0,000000000049
22 0,000000000015 0,000000000015
23 0,000000000004 0,000000000004
24 0,000000000001 0,000000000001
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
5 10 25 50 100
Dari data hasil pemompaan tersebut, maka jika terjadi banjir atau luapan air
banjir, kolam retensi dapat digunakan agar volume debit abis dapat
menggunakan pompa dengan kapasitas 1,61 m 3/s dalam waktu 3 jam, jika ingin
lebih cepat maka dapat mengalikan lama durasi pompaan.
Sumur Resapan
Perhitungan kedalaman sumur resapan ini telah diatur dalam SNI yang dibuat
oleh Bandar Standarisasi Nasional tahun 2017. Contoh perhitungan sumur
resapan dari segi kedalamannya adalah:
4,6
Maka dapat dihitung = = 4,6 meter
2 x 0,5 m x 0,01
Maka dengan jari-jari 0,5 meter didapatkan kedalaman sumur resapan yaitu 4,6
meter. Untuk memperkecil kedalaman sumur dengan jari-jari yang tetap maka
hasil 4,6 meter dapat di bagi beberapa titik sumur resapan dengan
memperhatikan kondisi yang cenderung bepotensi perlu sumur resapan, maka
dapat di buat 4 titik, yaitu 4,6 dibagi 3 titik didiapat 1,533 meter kedalamannya,
ini sesuia dengan standar kedalaman sumur resapan dalam Peraturan Daerah
Kota Cimahi Nomor 18 Tahun 2003 pasal 11 yaitu kedalaman minimum sumur
resapan adalam 1,5 meter.
2.1.8. Transportasi
Lokasi PembangunanGereja BFA berada di Jl. HMS. Mintaredja Kel. Baros Kec.
Cimahi Tengah, Kota Cimahi yang merupakan Jalan kota dengan klasifikasi fungsi
jalan Kolektor primer, mempunyai volume kendaraan cukup padat dengan
karakteristik arus lalu-lintas antar kota, dalam kota, dan jalur cepat;
Jl. HMS.
11.00-12.00 70,5 72 64,6 65 59,5 51,2
Mintaredja
Timur
06.00-
(Cimahiselatan)- 249 119 353 798,4 2762,10 0,29 B
08.00
Barat (Baros)
Timur
11.00 -
(Cimahiselatan)- 213 121 312 727,4 2762,10 0,26 B
13.00
Barat (Baros)
Timur
16.00 -
(Cimahiselatan)- 355 173 548 1171,8 2762,10 0,42 B
18.00
Barat (Baros)
2. Fauna
Pengamatan sesaat terhadap jenis-jenis satwa dilakukan di lokasi rencana
kegiatan dan daerah sekitarnya. Secara umum tidak teridentifikasi jenis satwa
yang tergolong dilindungi atau langka maupun endemik di wilayah studi. Fauna
yang ditemukan merupakan jenis fauna umum yang ditemukan di sekitar
permukiman, baik sebagai binatang piaraan maupun liar. Beberapa fauna yang
ditemukan meliputi kelompok Aves / Burung seperti: Burung Gereja (Passer
montanus), Walet Sapi (Colocalia esculenta), Kapinis Rumah (Apus affinis),
Burung Pipit (Estrildidae), Tikukur (Spilopelia chinensis), Kutilang (Pycnonotus
aurigaster), Puyuh (Coturnix coturnix), Ayam (Gallus gallus domesticus), Merpati
(Columbidae), Bebek (Anas domesticus), Kambing (Capra aegagrus hircus), Kucing
(Felis catus), Tikus (Muridae), Biawak (Varanus), Kadal (Lacertilia). Jenis Insecta /
Serangga juga ditemukan di lokasi rencana kegiatan seperti: Capung
(Chrocotermis sp.) dan Kupu-kupu (Papilio sp.).
B. Sosial Ekonomi
Angkatan Kerja dan Mata Pencaharian
Jumlah sngkatan kerja dapat diprresentasikan pada komposisi penduduk
menurut umur. Komposisi penduduk di Kelurahan Baros menurut kelompok
umur dapat dilihat pada tabel berikut, yang paling tinggi adalah kelompok usia
produktif 15-64 tahun sebanyak 14.481 jiwa atau (70,81%).
Tabel 2.20 Komposisi Penduduk Kelurahan Baros Menurut Kelompok Umur
Laju ekonomi Tahun 2011-2015 Kota Cimahi sempat naik ditahun 2012
menembus 6.24 %, tapi ditahun berikutnya semakin melambat. Tahun 2011 laju
pertumbuhan ekonomi Cimahi tercatat 5.50 %, tahun 2012 mencapai 6.24%
tahun 2013 melambat lagi mencapai 5.65% tahun 2014 mencapai 5.49% dan
Tahun 2015 mencapai 5.43% Pergerakan ekonomi di Kota Cimahi paling dominan
berada disektor industry pengolahan, kemudian disusul disektor perdagangan,
konstruksi. informasi, komunikasi serta transformasi dan pergudangan. Program-
program yang dijalankan oleh pemerintah Kota Cimahi ikut andil dalam
pertumbuhan laju ekonomi Cimahi. Data mengenai Jumlah Penduduk Menurut
Mata Pencaharian Di kelurahan Baros dan Cigugur Tengah dapat dilihat pada
table berikut.
Tabel 2.21 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kel. Baros
dan Cigugur Tengah, Tahun 2019
Kelurahan
No Mata Pencaharian
Cigugur Tengah Baros
1 PNS 984 1.214
2 TNI 176 1.376
3 POLRI 128 50
4 Swasta 9.855 3.419
5 Wiraswasta/ Pedagang 3.400 935
6 Tani 0 22
7 Pertukangan 341 121
8 Buruh 32 554
9 Pensiunan 398 920
10 Nelayan 0 0
Kelurahan
No Mata Pencaharian
Cigugur Tengah Baros
11 Pemulung 20 10
12 Jasa 481 160
Sumber : Kec. Cimahi Tengan Dalam Angka, 2019
B. Pola Penyakit
Berdasarkan data profil kesehatan Kota Cimahi 2019 penyakit berbasis
lingkungan (ISPA) berada diurutan pertama, berikut tabel sepuluh penyakit
terbanyak di Kota Cimah.
Jumlah
No Nama Penyakit %
Kasus
6 Dermatitis dan Eksim 10700 5,26
7 Penyakit infeksi usus 10.029 4,93
8 Konjungtivitis 3641 1,79
9 Peradangan 3454 1,70
10 Gangguan Mata 3448 5,37
Total 26837
Sumber : Profil PuskesmasCimahi Tengah, 2020
C. Penyakit Menular
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan
adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting
mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ
anak normal (Kemenkes RI, 2018). Catatan Stunting yang ada di kota cimahi pada
balita tahun 2017 sebesar 15,74 %, menurun jadi 9,75 % di tahun 2018.
Sementara untuk tahun 2019, angka stunting di Kota Cimahi menurun lagi
menjadi 9,07 % (https://cimahikota.go.id/)
E. Sanitasi Lingkungan
1) Air bersih
Air bersih diwilyah lokasi kegiatan, pada umumnya menggunakan air dari PDAM,
dan sebagian menggunakan sumur bor. Air tanah diambil dengan menggunakan
sumur gali atau bor. Kondisi hidrologi daerah penelitian teridentifikasi bahwa
2) Jamban
Salah satu kebutuhan yang harus tersedia dan merupakan kebutuhan penting
adalah Jamban. Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja.
Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran
sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak
menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Kondisi
Jamban di sekitar kegiatan telah menggunakan jamban Leher Angsa (Angsa
Trine). Jamban leher yaitu jamban leher lubang dengan lubang kloset berbentuk
lengkungan sehingga akan terisi air dimana kegunanya sebagai sumbat sehingga
dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil.
4) Drainase
5) Pengelolaan sampah
ada dikelurahan Baros terdapat 2 TPSS. Lokasi TPSS pertama di depan rencana
lokasi project pemnbangunan Gereja, dan lainnya didepan pasar Baros.
Kelurahan
No. Uraian Cigugur Jumlah
Baros
Tengah
a. PDAM 572 150 722
b. SPL (Sumur Pompa Listrik) 925 1663 2588
c. SGL (Sumur Gali) 130 657 787
d. SPT (Sumur PompaTangan) 7 25 32
e. PPAR (Perpipaan Artesis) 2 747 749
f. PPBK (Perpipaan Pabrik) 4 17 21
g. PPMA (Perpipaan Mata Air)
h. MA (Mata Air) langsung tanpa
perpipaan
i. SU (Sumur Umum)
Total 1640 3259 4899
Jumlah SAM (Sarana Air Minum) Milik
sendiri yang memenuhi syarat
berdasarkan jenisnya, sbb:
a. PDAM 572 150 722
b. SPL (Sumur Pompa Listrik) 901 1646 2547
c. SGL (Sumur Gali) 126 650 776
d. SPT (Sumur PompaTangan) 6 25 31
8
e. PPAR (Perpipaan Artesis) 2 747 749
f. PPBK (Perpipaan Pabrik) 4 17 21
g. PPMA (Perpipaan Mata Air)
h. MA (Mata Air) langsung tanpa
perpipaan
i. SU (Sumur Umum)
Total 1611 3235 4846
Jumlah KK (Milik Sendiri) dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum yang
memenuhi syarat, sbb:
a. PDAM 800 216 1016
b. SPL (Sumur Pompa Listrik) 1278 2297 3575
c. SGL (Sumur Gali) 189 935 1124
d. SPT (Sumur PompaTangan) 8 48 56
9
e. PPAR (Perpipaan Artesis) 2 1094 1096
f. PPBK (Perpipaan Pabrik) 9 23 32
g. PPMA (Perpipaan Mata Air)
h. MA (Mata Air langsung tanpa
perpipaan
i. SU (Sumur Umum)
Total 2286 4613 6899
10 Jumlah Penduduk (Milik Sendiri) dengan
Kelurahan
No. Uraian Cigugur Jumlah
Baros
Tengah
akses berkelanjutan terhadap air minum
yang memenuhi syarat, sbb:
a. PDAM 2419 727 3146
b. SPL (Sumur Pompa Listrik) 4012 7271 11283
c. SGL (Sumur Gali) 576 2922 3498
d. SPT (Sumur PompaTangan) 25 140 165
e. PPAR (Perpipaan Artesis) 7 3628 3635
f. PPBK (Perpipaan Pabrik) 28 88 116
g. PPMA (Perpipaan Mata Air)
h. MA (Mata Air) langsung tanpa
perpipaan
i. SU (SumurUmum)
Total 7067 14776 21843
Jumlah KK (Antri/Minta/Bukan Milik
Sendiri) dengan akses berkelanjutan
terhadap air minum yang memenuhi
syarat, sbb:
a. AK (Air Kemasan) 1694 2852 4546
b. DAMIU 1449 6241 7690
c. PDAM memenuhi syarat 15 5 20
d. SPL (Sumur Pompa Listrik) 85 50 135
11
e. SGL (Sumur Gali) 21 39 60
f. SPT (Sumur PompaTangan) 10 10 20
g. PPAR (Perpipaan Artesis) 7 7
h. PPBK (PerpipaanPabrik) 42 42
i. PPMA (Perpipaan Mata Air)
j. MA (Mata Air)langsungtanpaperpipaan 14 14
k. SU (SumurUmum) 4 4
Total 10904 9246 12538
12 JumlahPenduduk (Antri/Minta/Bukan
Milik Sendiri) dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum yang
memenuhi syarat, sbb:
a. AK (Air Kemasan) 5597 9586 15183
b. DAMIU 4858 20518 25376
c. PDAM memenuhi syarat 46 26 72
d. SPL (Sumur Pompa Listrik) 256 165 421
e. SGL (Sumur Gali) 61 122 183
f. SPT (Sumur PompaTangan) 22 32 54
g. PPAR (Perpipaan Artesis) 7 30 37
Kelurahan
No. Uraian Cigugur Jumlah
Baros
Tengah
h. PPBK (Perpipaan Pabrik) 136 136
i. PPMA (Perpipaan Mata Air)
j. MA (Mata Air) langsung tanpa
44 44
perpipaan
k. SU (Sumur Umum) 13 13
Total 10904 30615 41519
Jumlah rumah berdasarkan jenis, sbb:
a. Permanen 4206 8885 13091
13 b. Semi Permanen 84 277 361
c. Tidak Permanen/Bilik/Panggung 32 13 45
Total 4322 9175 13497
Jumlah Rumah dengan Kepemilikan
Sarana Air Bersih (SAB), sbb:
a. Antri/Minta/Bukan Milik &Tidak
19 39 58
Memenuhi Syarat
14 b. Antri/Minta/Bukan Milik & Memenuhi
253 398 651
Syarat
c. Milik &Tidak Memenuhi Syarat 88 626 714
d. Milik & Memenuhi Syarat 3962 8112 12074
Total 4322 9175 13497
Antri/Minta/Bukan Milik Sendiri dengan
jenis Sarana Air Bersih (SAB), sbb:
a. PDAM 18 17 35
b. SPL (Sumur Pompa Listrik) 123 107 230
c. SGL (Sumur Gali) 47 104 151
d. SPT (Sumur PompaTangan) 4 16 20
15 e. PPAR (Perpipaan Artesis) 2 146 148
f. PPBK (Perpipaan Pabrik) 51 47 98
g. PPMA (Perpipaan Mata Air) 7 7
h. MA (Mata Air) langsung tanpa
9 9
perpipaan
i. SU (SumurUmum) 11 11
Total 272 437 709
16 Milik Sendiridenganjenis Sarana Air
Bersih (SAB), sbb:
a. PDAM 1590 983 2573
b. SPL (SumurPompa Listrik) 2040 4870 6910
c. SGL (SumurGali) 271 1248 1519
d. SPT (SumurPompaTangan) 12 83 95
e. PPAR (PerpipaanArtesis 24 1502 1526
Kelurahan
No. Uraian Cigugur Jumlah
Baros
Tengah
f. PPBK (PerpipaanPabrik) 112 49 161
g. PPMA (Perpipaan Mata Air) 1 1
h. MA (Mata Air) langsung tanpa
perpipaan
i. SU (SumurUmum) 3 3
Total 4050 8738 12788
Jumlah KK dengan akses berkelanjutan
terhadap Sarana Air Bersih (SAB), sbb:
a. PDAM 1971 1299 3270
b. SPL (Sumur Pompa Listrik) 2872 7353 10225
c. SGL (Sumur Gali) 518 2257 2775
d. SPT (Sumur PompaTangan) 23 238 261
17 e. PPAR (Perpipaan Artesis) 27 2440 2467
f. PPBK (Perpipaan Pabrik) 178 340 518
g. PPMA (Perpipaan Mata Air) 3 3
h. MA (Mata Air) langsung tanpa
17 17
perpipaan
i. SU (Sumur Umum) 17 6 23
Total 5626 13933 19559
Jumlah Penduduk dengan akses
berkelanjutan terhadap Sarana Air
Bersih (SAB), sbb:
a. PDAM 6382 4478 10860
b. SPL (Sumur Pompa Listrik) 9259 24158 33417
c. SGL (Sumur Gali) 1462 7258 8720
d. SPT (Sumur PompaTangan) 71 703 774
18
e. PPAR (Perpipaan Artesis) 91 7737 7828
f. PPBK (Perpipaan Pabrik) 744 1159 1903
g. PPMA (Perpipaan Mata Air) 8 8
h. MA (Mata Air) langsung tanpa
51 51
perpipaan
i. SU (Sumur Umum) 56 21 77
Total 18124 45514 63638
19 Jumlah Rumah dengan SPAL (Sarana
Pembuangan Air Limbah), sbb:
a. Tidak Ada 2 2 4
b. Diresapkan, Jarak > 10 m sari SAB 30 76 106
c. Ke Selokan 3866 8822 12688
d. Diresapkan, Jarak > 10 m sari SAB 401 253 654
e. IPAL/ Ke Selokan Tertutup untuk 23 22 45
Kelurahan
No. Uraian Cigugur Jumlah
Baros
Tengah
Diolah
Total 4322 9175 13497
Jumlah Rumah dengan Tempat Sampah,
sbb:
a. Rumah Kosong 244 226 470
b. Tidak Ada/ Keresek/ Karung/ Dus 229 840 1069
20
c. TidakKedap Air &Tidak Ada Tutup 297 2449 2746
d. Kedap Air &Tidak Bertutup 2649 4890 7539
e. Kedap Air &Bertutup 903 770 1673
Total 4322 9175 13497
Jumlah Rumah dengan Kondisi, sbb:
a. Rumah Kosong 244 226 470
21 b. Rumah Sehat 2314 1768 4082
c. Rumah Tidak Sehat 1764 7181 8945
Total 4322 9175 13497
Lampiran 3
PROSES PELINGKUPAN
Dalam studi AMDAL Kegiatan Pembangunan Gereja BFA saat ini, lingkup kegiatan
yang akan dikaji meliputi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat
dimulainya kegiatan, yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi sampai pada akhirnya
tahap operasional.
3.1. Identifikasi Dampak Potensial
Identifikasi dampak potensial dilakukan dengan menginventarisasi berbagai
dampak yang diperkirakan dapat terjadi tanpa memperhatikan besar-kecilnya
dampak atau penting-tidaknya dampak.
Inventarisasi tersebut dilakukan melalui diskusi antar tim studi, dengan
memperhatikan tahap kegiatan yang akan dilaksanakan, kondisi lingkungan,
masukan dari masyarakat dalam konsultasi publik, dan telaahaan berbagai studi
sebelumnya terkait dengan studi AMDAL. Langkah ini akan menghasilkan daftar
Dampak Potensial yang memuat identifikasi semua dampak lingkungan hidup
yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana kegiatan
pembangunan.
Identifikasi dampak potensial ditempuh melalui serangkaian langkah kegiatan
sebagai berikut:
• Penelaahan pustaka, dengan menggunakan beberapa referensi antara lain
data statistik Kota Cimahi, serta dokumen lain yang terkait.
• Serangkaian konsultasi dan diskusi dengan instansi terkait.
• Rapat konsultasi publik dengan para Pemangku Kepentingan (stakeholders)
dari kelurahan yang terkena dampak.
• Pengamatan lapangan dan wawancara bebas dengan masyarakat di sekitar
lokasi rencana kegiatan.
Pada proses identifikasi dan evaluasi dampak penting, salah satu bahan
pertimbangan utama adalah masukan dari masyarakat dan pemerhati/pakar
lingkungan yang disampaikan secara tertulis maupun lisan pada konsultasi
publik. Metode (perangkat/alat) yang digunakan dalam identifikasi dampak
potensial ini adalah matriks interaksi sederhana antara rencana kegiatan dan
dan Perijinan
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
dan Material
Penerimaan
Operasional
Penerimaan
Operasional
Peenetapan
Base Camp
utama dan
penunjang
Konstruksi
Penyiapan
Mobilisasi
Sosialisasi
bangunan
lapangan,
Peralatan
Kegiatan
Survey
sarana
Gereja
Lahan
Lahan
Komponen
Lingkungan
PRA-KONSTRUKSI
KERESAHAN MASYARAKAT
Pengotoran
Jalan
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi kelompok (rapat,
lokakarya, brainstorming), diskusi antar pakar dan diskusi dengan pemrakarsa,
survei lapangan, telaah pustaka, dan konsultasi publik dengan masyarakat yang
berkepentingan. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi dampak potensial terdiri
atas 4 (empat) pertanyaan sebagai berikut:
d. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau
dilampaui oleh dampak tersebut? (telaah terhadap peraturan yang
menetapkan baku mutu lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang,
dan sebagainya).
Setiap dampak potensial ditapis dengan empat pertanyaan di atas, jika salah satu
pertanyaan dijawab “ya” atau “tidak diketahui” maka komponen lingkungan
tersebut dikaji dalam ANDAL, jika semua keempat pertanyaan dijawab “tidak”
maka komponen lingkungan tersebut tidak dikaji dalam ANDAL.
Komponen
bangunan utama
Operasional dan
Sosialisasi dan
Peralatan dan
pemeliharaan
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Kegiatan
Pematangan
Penerimaan
Penerimaan
Pengurusan
Operasional
dan sarana
Gereja BFA
Base camp
penunjang
Penetapan
Konstruksi
Mobilisasi
Perijinan
Kegiatan
Material
Lahan
Lahan
Komponen
Lingkungan
DAMPAK POTENSIAL
PRA- KONSTRUKSI
RENCANA KEGIATAN:PEMBANGUNAN 1. Keresahan masyarakat
RUMAH IBADAH GEREJA BFA 2. Pendapatan masyarakat
KONSTRUKSI
PRA-KONSTRUKSI 1. Penurunan kualitas udara
KONSTRUKSI 2. Peningkatan kebisingan
OPERASIONAL 3. Peningkatan air larian DAMPAK PENTING HIPOTETIK
4. Penurunan kualitas air permukaan PRA-KONSTRUKSI
5. Penurunan muka air tanah
Tidak ada DPH
6. Peningkatan Volume lalu-lintas
7. Pengotoran Jalan KONSTRUKSI
RONA LINGKUNGAN:AWAL 8. Penurunan sanitasi 1. Terbukanya Kesempatan Kerja
9. Gangguan flora & fauna darat 2. Adanya Peluang Usaha
10. Terbukanya kesempatan kerja 3. Pendapatan masyarakat
GEOFISIK-KIMIA Identifikasi 11. Kesempatan berusaha 4. Keresahan Masyarakat
12. Peningkatan pendapatan Evaluasi 5. Penurunan Kualitas Udara Ambient (TSP,
TRANSPORTASI Dampak
13. Keresahan masyaarakat Dampak CO, SOX, NOX)
BIOLOGI Potensial
14. Morbiditas Potensial 6. Peningkatan Air Larian (Run-Off)
SOSEKBUD OPERASIONAL OPERASIONAL
KESEHATAN MASYARAKAT 1. Penurunan kualitas udara 1. Terbukanya Kesempatan Kerja
2. Peningkatan kebisingan 2. Adanya Peluang Usaha
3. Peningkatan air larian 3. Terjadinya keresahan masyarakat
4. Penurunan kualitas air permukaan
5. Penurunan muka air tanah 4. Penurunan Kualitas Air Permukaan
KONSULTASI MASYARAKAT 6. Penurunan kualitas air tanah (BOD, COD dan TSS)
Saran, pendapat & tanggapan Masyarakat 7. Peningkatan Volume lalu-lintas 5. Peningkatan gangguan lalu-lintas
(stakeholders) 8. Kerusakan Jalan
9. Penurunan sanitasi
OBSERVASI PENDAHULUAN 10. Terbukanya kesempatan kerja
Observasi terhadap lokasi rencana kegiatan 11. Kesempatan berusaha
Metode : 12. Peningkatan pendapatan Metode :
Matrik Interaksi & 13. Keresahan masyaarakat Daftar Pertanyaan (Panduan
Bagan Alir 14. Morbiditas Pelingkupan KLH, 2007)
1. Udara
2. Lalu-lintas
Penentuan batas wilayah studi dilakukan untuk membatasi luas cakupan wilayah
studi ANDAL sesuai dengan hasil pelingkupan dampak penting hipotetik dan
metode analisis yang digunakan. Pada wilayah tersebut kemungkinan
komponen/sub-komponen/parameter lingkungan yang ada di dalamnya
dipengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan proyek.
Batas wilayah studi Amdal pembangunan Gereja BFA (Gambar 3.5) merupakan
resultante dari empat batas tersut di atas setelah mempertimbangkan kendala
teknis yang dihadapi, seperti ketersediaan data, waktu, tenaga, dana dan sumber
daya lainnya yang mendukung studi ANDAL ini.
A. Tahap Konstruksi
1 Penerimaan Tenaga Kesempatan Kerja 3 bulan pertama pada saat
Kerja dimulainya penerimaan tenaga
kerja
Peluang Berusaha 2 Tahun 4 Bulan (selama tahap
konstruksi)
Pendapatan 2 Tahun 4 Bulan (selama tahap
Masyarakat konstruksi)
Keresahan 2 Tahun 4 Bulan (selama tahap
Masyarakat konstruksi)
2 Penyiapan Lahan Kualitas air 12 bulan (selama tahap
permukaan pematangan lahan)
Air larian 12 bulan (selama tahap
pematangan lahan)
B. Tahap Operasi
1 Penerimaan Tenaga Kesempatan Kerja 3 bulan pertama pada tahap
Kerja penerimaan tenaga kerja operasi
Peluang Berusaha 3 bulan pertama pada tahap
penerimaan tenaga kerja operasi
Keresahan 3 bulan pertama pada tahap
Masyarakat penerimaan tenaga kerja operasi
dan Ketika ada penerimaan baru
2 Operasional Gereja Kualitas Air Setiap 6 bulan selama oprasional
BFA Permukaan
Volume Lalulintas Setiap 6 bulan selama oprasional
Lampiran 4
METODE STUDI
Biaya
Rekomendasi / Saran Tindak Pengelolaan
Investasi
dan Lingkungan Hidup
Teknologi
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Data yang akan digunakan dalam penyusunan ANDAL terdiri dari 2 (dua) jenis
data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara
sigi dan pengukuran langsung di lapangan serta analisis laboratorium. Data
sekunder diperoleh dari berbagai laporan hasil penelitian yang berkaitan dengan
masalah Pembangunan Gereja BFA serta laporan berkala dari beberapa instansi
yang ada di daerah studi.
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai metode studi yang digunakan dalam
penyusunan studi Andal rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Gereja
BFA yang dapat menjawab berbagai dampak penting hipotetik hasil proses
pelingkupan yang terdiri dari metode pengumpulan dan analisis data. metode
prakiraa dampak penting dan metode evaluasi dampak penting
A. Iklim
Untuk dapat mengetahui kondisi iklim di wilayah studi, maka akan dilakukan
pengumpulan data iklim sekunder yang meliputi data curah hujan, temperatur,
kelembaban serta kecepatan dan arah angin. Data iklim sekunder tersebut di
atas dapat diperoleh dari stasiun pengamatan iklim terdekat.
Parameter kualitas udara yang akan diukur mengikuti PP No. 22 Tahun 2021
Lampiran VII tentang tentang Baku Mutu Udara Ambien dan disesuaikan dengan
kajian studi sehingga terdiri dari Parameter Debu (TSP), Gas (NO2, SO2, CO, O3
[Oksidan], Hidrokarbon [HC]) dan jenis logam berat Timbal (Pb). Pengambilan
sampel kualitas udara untuk parameter gas dilakukan dengan mengalirkan udara
yang dihisap oleh pompa udara atau gas sampler yang berkecepatan rendah
melalui pereaksi kimia di dalam tabung impinger yang berbeda untuk setiap gas
yang akan diukur sesuai dengan metoda yang digunakan. Untuk pengambilan
contoh partikel debu (TSP) dan parameter logam dilakukan dengan
menggunakan pompa udara berkekuatan tinggi (high volume sampler) dengan
dilengkapi filter khusus, kemudian dianalisis secara gravimetri.
Parameter, durasi dan peralatan sampling kualitas udara yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4. 7 Parameter, Durasi dan Peralatan Sampling Kualitas Udara
Durasi Sampling
No Parameter Peralatan Sampling
Berdasarkan Baku Mutu
1 NO2 (Nitrogen Dioksida) 1 jam Gas Sampler
2 SO2, (SulfurDioksida) 1 jam Gas Sampler
3 O3 (Oksidan) 1 jam Gas Sampler
4 CO (Carbon Monoksida 1 jam NDIR Analyser (CO Meter)
5 Hidrokarbon (HC) 3 jam Gas Sampler
6 TSP (Debu) 24 jam High Volume Sampler
7 Timbal (Pb) 24 jam High Volume Sampler
2. Lokasi
Penentukan jumlah dan lokasi sampling untuk kualitas udara mengacu kepada
criteria berikut i:
Daerah pengaruh dampak dan satu titik acuan kondisi lingkungan yang
dianggap belum tercemar.
Aspek meteorologis, arah dan kecepatan angin dominan.
Topografis, untuk melihat massa dan sifat-sifat materi berdasarkan level
ketinggian.
Letak kawasan pemukiman penduduk dan keadaan vegetasi setempat.
Planologis dan keruangan untuk memenuhi syarat perencanaan kegiatan
dan perkembangan wilayah di masa yang akan datang.
Berdasarkan criteria di atas Lokasi sampling kualitas udara ambien berada di dua
titik yaitu (1) di lokasi kegiatan yang mewakili sumber dampak, (2) di lokasi
permukiman terdekat yang mewakili wilayah yang diprakirakan terkena dampak
dan arah angin dominan.
Metoda pengemasan dan pengawetan sampel khususnya dalam pengiriman dari
lapangan menuju laboratorium dilakukan sebagai berikut:
Untuk sampel kualitas udara, khususnya untuk parameter gas, nilai
konsentrasi dalam sampel akan sangat sensitif terhadap perubahan suhu.
Dalam pengirimannya, sampel disimpan dalam ice box dengan temperatur
4°C.
Filter yang telah digunakan dalam pengambilan sampel debu (TSP),
parameter logam yang terkandung dalam partikulat (Pb) dikemas dengan
cara permukaan filter bagian luar dilipat ke bagian dalam dan dimasukan ke
dalam amplop kemas, sehingga konsentrasi sampel tidak akan berubah
akibat tercecer.
Unsur iklim suhu udara di Indonesia tetap sepanjang tahun, tetapi sebaliknya
unsur iklim curah hujan tergantung terhadap musim. Karena itu klasifikasi iklim
di Indonesia pada umumnya hanya memakai unsur iklim curah hujan saja.
Dimana:
C = konsentrasi pada centerline (ug/m3)
q = kekuatan emisi per unit jarak (gr/det/m)
u = kecepatan angin (m/det)
σz = standar deviasi vertikal (m)
Dimana:
E = faktor emisi debu,(lb/kend.mil)
s = kandungan silt di badan jalan, (%)
w = jumlah hari hujan dengan intensitas hujan lebih dari 0,254
mm/hari
S = kecepatan rata-rata kendaraan bermotor, (mil/jam)
Persamaan ini berlaku untuk kecepatan kendaraan antara 30-50
mil/jam atau 50-80 km/jam.
Dimana:
C = konsentrasi ambien (μg/m3)
Q = laju emisi (μg/detik/m2)
z = tinggi pencampuran
s = Panjang daerah tinjauan searah dengan arah angin (m)
μ = Kecepatan Angin (m/detik)
Sedangkan untuk menghitung resuspensi debu dari aktifitas penyiapan tanah dan
konstruksi bangunan dan sarana pendukung lainnya dihitung menggunakan rumus
model disperse Gauss sebagai berikut:
Dimana:
C = konsentrasi ambien (μg/m3)
Q = Laju emisi per satuan waktu (μg/m/det)
σy = Koefisien Dispersi Horizontal (m)
σz = Koefisien Dispersi vertikal (m)
∪ = kecepatan angin (m/det)
Tahap Operasi
Dampak penurunan kualitas udara diakibatkan karena pengoperasian area
Gereja BFA dan an fasilitas pendukungnya. Sumber dampak diasumsikan sebagai
sumber area, sehingga konsentrasi udara ambien dihitung dengan menggunakan
persamaan box model (Vallero, 1973):
Dimana:
C = konsentrasi ambien (μg/m3)
Q = laju emisi (μg/detik/m2)
z = tinggi pencampuran
s = Panjang daerah tinjauan searah dengan arah angin (m)
μ = Kecepatan Angin (m/detik)
1 Industria dBA 70 -
2 Pemukimana dBA 55 -
Sumber:
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di tempat Kerja
Dimana :
v = kecepatan rata-rata (km/jam)
p = persentase kendaraan berat (%)
Fakto rkoreksi = 0,3G
Dengan :
G = gradien (%)
Dimana:
Lp = Tingkat kebisingan (dB (A))
Vrata-rata = Rata-rata kecepatan kendaraan (Km/jam)
%P = Persentase kecepatan kendaraan (%)
Perubahan tingkat kebisingan sebagai akibat perubahan jarak untuk sumber titik
dihitung dengan menggunakan persamaam :
Dimana:
Lp1 : tingkat kebisingan pada jarak r1
Lp2 : tingkat kebisingan pada jarak r2
r1 : jarak 1 dari sumber kebisingan
r2 : jarak 2 dari sumber kebisingan
Pengambilan sampel air dilakukan di 2 titik sampling, dengan acuan aliran air
sebelum tapak proyek dan aliran air setelah tapak proyek. Sampel air ditambah
pengawet yang sesuai dengan parameter yang akan dianalisis agar tidak
mengalami perubahan sampai saat dianalisis. Beberapa parameter diukur
langsung dilapangan yaitu: temperatur, pH, oksigen terlarut dan kecerahan.
Parameter kualitas air hasil pemeriksaan di laboratorium. Selain kualitas air
permukaan juga dilakukan pemeriksaan kualitas air sumur penduduk yang
diprakirakan terkena dampak langsung dari kegiatan.
2. Analisis Data
Untuk menilai data kualitas air di wilayah studi, maka nilai parameter dari hasil
pemeriksaan laboratorium dibandingkan dengan baku mutu kelas II berdasarkan
PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Parameter kualitas air yang diukur tertera pada Tabel 4.5.
Tabel 4. 11 Parameter Kualitas Air Permukaan yang Diukur dan Baku Mutu Air
Baku Mutu
No Parameter Satuan Kelas Kelas Kelas Kelas
I II III IV
FISIKA
o
1 Temperatur C Suhu ±3 °C udara Suhu
±5°C
2 Total Padatan Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
(TDS)
3 Total Padatan Tersuspensi mg/l 50 50 400 400
(TSS)
KIMIA
1 pH mg/L 6-9 5-9
2 BOD mg/L 2 3 6 12
3 COD mg/L 10 25 50 100
4 DO mg/L 6 4 3 0
5 Total Pospat (PO4-) mg/L 0,2 0,2 1 5
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 10 20 20
7 Amonia (NH3-N) mg/L 0,5 - - -
8 Arsen (As) mg/L 0,05 1 1 1
Baku Mutu
No Parameter Satuan Kelas Kelas Kelas Kelas
I II III IV
9 Kobalt (Co) mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
10 Barium (Ba) mg/L 1 - - -
11 Boron (B) mg/L 1 1 1 1
12 Selenium (Se) mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
13 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
14 Kromium heksavalen (Cr+6) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01.
15 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,02 0,02 0,02
16 Besi (Fe) mg/L 0,3 - - -
17 Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,03 0,03 1
18 Mangan (Mn) mg/L 0,1 - - -
19 Merkuri (Hg) mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
20 Seng (Zn) mg/L 0,05 0,05 0,05 2
21 Klorida (Cl-) mg/L 600 - - -
22 Sianida (CN-) mg/L 0,02 0,02 0,02 -
23 Flourida (F) mg/L 0,5 1,5 1,5 -
24 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 0,06 0,06 -
25 Sulfat (SO4) mg/L 400 - - -
26 Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0,03 0,03 0,03 -
27 Sulfida (H2S) mg/L 0,002 0,002 0,002 -
28 Minyak dan Lemak mg/L 1 1 1 1
29 Detergen sebagai MBAS mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
30 Fenol mg/L 0,001 0,001 0,001 0,001
BIOLOGI
1 MPN/100 100 1000 2000 2000
Fecal Coliform
ml
2 MPN/100 1000 5000 10000 10000
Total Coliform
ml
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Metode yang digunakan untuk menganalisis data kualitas air tanah di wilayah
studi, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tertera pada Tabel 3.5.
C. Lokasi
Lokasi sampling adalah pada sumur penduduk yang berada di sekitar tapak
proyek . Jumlah sampel 2 titik untuk mewakili kuaitas air tanah yang digunakan
penduduk sekitar lokasi kegiatan.
4.2.4. Hidrologi
1. Pengumpulan Data
Dampak terkait aspek hidorologi adalah masalah limpasan air permukaan (run
off). Untuk mengetahui besaran dampak tersebut diperlukan data iklim makro
yang meliputi curah hujan dan suhu udara minimal 10 tahun terakhir diperoleh
dari Stasiun Iklim terdekat dan yang mewakili tapak rencana kegiatan.
2. Analisis Data
Penentuan volume air larian dilakukan dengan menggunakan fungsi dari nilai
koefisien air larian, intensitas hujan dan luas lahan untuk kegiatan (Chow, 1988),
dengan formula sebagai berikut:
Q = C.I.A
Dimana:
Q = Volume air larian (m3/detik)
C = Koefisien air larian
I = lntensitas hujan-harian (mm/hari hujan)
A = Luas lahan proyek (m2)
Perubahan koefisien air larian ini terjadi karena berubahnya kondisi tanah
permukaan yang mulanya ditutupi vegetasi menjadi tanah terbuka sehingga
memperkecil resapan air hujan ke dalam tanah dan memperbesar mengalirnya
air hujan di permukaan. Perubahan koefisien air larian ini memberikan kontribusi
terhadap debit air dan sedimen pada sungai.
Peta rupa bumi akan diperoleh dari Bakosustarnal, Peta Hidrogeologi, Peta
Konservasi dan Pengendalian Air Tanah akan diperoleh dari Pusat Sumber Daya
Air Tanah dan Geologi Lingkungan Badan Geologi ESDM, peta geologi teknik
lembar bandung akan diperoleh dari pusat survey geologi ESDM, data primer dan
data sekunder diambil dan dikumpulkan sebelum penyusunan KA dilakukan.
D. Metode Analisis Data
Setelah seluruh data primer dan data sekunder diperoleh kemudian dilakukan
analisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan membandingkan kondisi eksisting
di lapangan dengan data sekunder.
4.2.5. Transportasi
Metoda survei dengan cara manual yang dipilih pada hari kerja (weekdays) dan
hari libur (weekends). Pencacahan kendaraan (traffic counting) terklasifikasi
dilakukan pada titik pengamatan yang telah ditetapkan dan dilakukan pada
periode waktu puncak (jam-jam sibuk), yakni pagi antara jam 06.00-09.00, siang
antara jam 11.00-14.00 dan sore antara jam 16.00-18.00.Jenis moda kendaraan
yang diklasifikasikan menjadi: angkutan mobil penumpang (sedan, jeep), bus,
mobil beban atau pengantar barang (trailer/tronton, pick up, dan truk) dan
sepeda motor.
B. Survei geometrik
Analisis data dan informasi mengenai lalu lintas jalan dilakukan secara kuantitatif
dan kualitatif. Analisa secara kuantitatif dilakukan menggunakan metoda IHCM
(Indonesian Highway Capacity Manual), dengan parameter lalu-lintas jalan yang
akan dinilai:
A. Ruas Jalan
DS = Q/C
C = kapasitas.
Kapasitas (C)
dimana :
Co = kapasitas dasar (smp/jam).
FCw = faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas.
FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah.
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping.
Kapasitas (C)
dimana :
Co = kapasitas dasar (smp/jam).
Fw = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan lebar
mulut simpang.
Fm = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan median
jalan.
Fcs = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan ukuran
kota.
Frsu = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan, hambatan samping dan rasio kendaraan tak bermotor.
Flt = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan arus
belok kiri.
Frt = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan arus
belok kanan.
Fmi = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan rasio
arus lalu-lintas jalan minor.
Selanjutnya analisa kuantitatif dipadukan dengan analisa kualitatif untuk
memperoleh kesimpulan mengenai:
3. Lokasi studi
Lokasi studi meliputi jaringan jalan yang bersinggungan langsung dengan jalur
Operasional Gereja, (ruas jalan HMS. Mintareja SH) yang diprakirakan akan
terkena dampak dari kegiatan operasional seperti gangguan aksesibilitas lalu
lintas.
1. Jenis data
Pengumpulan data disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis data yang
diperlukan, yaitu:
Data primer atau data pokok yang dikumpulkan langsung dari masyarakat,
khususnya untuk berbagai jenis data kependudukan, seperti dirumuskan
dalam berbagai aspek kependudukan, disajikan di bagian lain di atas.
Aspek kehidupan atau aktivitas sosial lain, seperti pemanfaatan lahan,
pemanfaatan sumber daya alam, sumber air bersih penduduk, berbagai
bantuan dan harapan penduduk, serta ketegangan dan mekanisme
pemecahan persoalan, seluruhnya akan digali dengan mencari data
langsung atau primer.
Data sekunder atau data yang diperoleh dari sumber instansi terkait seperti
lembaga-lembaga pemerintah di Kota Cimahi atau lembaga non
pemerintah yang memiliki data sosial-ekonomi dan budaya tapak proyek
dan sekitarnya.
Survei/ Sigi
Wawancana Mendalam
3. Besar Sampel
Data sosial, budaya dan ekonomi diperoleh dari data yang berasal dari survei kuistioner.
Penyusunan formular kerangka acuan Pembangunan Rumah Ibadah Gereja betania
Fresh Anointing (BFA) melalui survei berusaha memaparkan secara kuantitatif
kecendrungan sikap atau opini dari suatu populasi tertentu yang dengan meneliti satu
sampel dari populasi tersebut (Creswel 2010). Sampel merupakan bagian dari populasi
yang akan digunakan sebagai bahan analisis sehingga harus benar benar dapat mewakili
populasi dan bobotnya harus dapat dipertanggungjawabkan untuk menjamin ketepatan
kesimpulan (Bungin 2014). Dalam menetukan jumlah sampel harus dilakukan
perhitungan populasi secara pasti dengan menggunakan rumus Lynch, et al (1974) yaitu:
NZ 2 P(1−P )
n=
NG 2 +Z 2 P( 1−P )
Dimana :
n = Sampel
N = Populasi.
Z = Tingkat Keandalan 95 % (1.96)
P = Nilai Proporsi (0,5)
G = Galat pendugaan (0,1)
Dengan menggunakan rumus jumlah sampel diatas, diketahui data populasi yaitu
jumlah penduduk di RW 09, RW 010, dan RW 011 Kelurahan Baros Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi Tahun 2020 (sebanyak 3.919 jiwa terdiri dari 1.231
KK) dan digunakan tingkat ketelitian 95% atau akurasi 0,05, maka jumlah sampel
yang diperlukan adalah:
2
3.919 x 1,96 0,5(1−0,5)
n=
3.919 x 0,12+1,96 2 0,5(1−0,5)
3768,21
n= =93,85=94
40,15
Keterangan :
Data kuantitatif
Data kualitatif
5. Lokasi
A. Morbiditas
3. Lokasi
B. Sanitasi Lingkungan
Data Analisis besaran timbulan limbah padat dibatasi pada area rencana
Pembangunan Gereja BFA. Besarnya timbulan limbah padat domestik secara
kuantitatif dilihat berdasarkan faktor estetika dan kenyaman yang dikaitkan
dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Lokasi
Metode informal
Metode informal dilakukan secara sederhana berdasarkan intuisi dan
pengalaman. Metode informal yang digunakan adalah analogi dan
pertimbangan profesional (professional judgement).
a. Analogi
Dalam model ini, prakiraan besaran dampak Rencana proyek AMDAL
Kegiatan Pembangunan Gereja BFA ditempuh melalui analogi atas
fenomena efektivitas/jenis kegiatan yang serupa di lokasi lain. Dengan
catatan bahwa kondisi lingkungan dari aktivitas serupa mempunyai
kemiripan dengan kondisi lingkungan proyek. Pendekatan ini digunakan
b. Professional Judgement
Dalam metode ini, prakiraan besar dampak dilakukan berdasarkan
pengetahuan dan kemampuan profesional dari kalangan pakar yang
terlibat dalam penyusunan AMDAL.
Dari hasil analisis tersebut di atas akan diketahui komponen kegiatan apa saja
yang paling banyak menimbulkan dampak, aspek lingkungan apa yang paling
banyak terkena dampak, wilayah mana yang paling banyak terkena dampak,
serta dampak apa yang paling banyak menimbulkan turunan dampak. Hasil
evalusi tersebut selanjutnya digunakan untuk menetukan arahan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang akan dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E, 1989. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Canter, L.W, 1997. Environmental Impact Assessment, Mc. Graw Hill Book
Company, News York.
Fandelli, Chafid, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan
Pemapanannya dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta.
Hartati, Sri, 1987. Metode dan Teknik Pengukuran, Pengumpulan Data Analisis
Interpretasi Data Iklim, Bahan Kursus AMDAL PPLH ITB 15 September –
18 November 1987 Bandung.
Metcalf & Eddy, 1978. Wastewater Engineering, McGraw Hill Book Company,
New York.
Morlok,E.K, Introduction to Transportation Engineering and Planning, McGraw-
Hill Ltd, 1991
Odum, 1975. Fundamental of Ecology, Sanders Company, Toronto.
Ofyar Tamim, 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi, penerbit ITB,
Bandung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Dan PengeloIaan Lingkungan Hidup.
Sekretariat Negara. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 tentang Pengendalain Pencemaran Udara. Sekretariat Negara.
Jakarta
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2021 Tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup Atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan
Pemantauan Lingkungan Hidup, Sekretariat Negara. Jakarta