Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HAK GUNA USAHA

ANGGA DEAN AKUPRA

02081001189

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2012
BAB I

PENDAHULUAN

B. Tujuan Hak Guna Usaha

1. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya Hak Guna Usaha pada Undang-undang


2. Untuk mengetahui tata cara dan syarat-syarat dalam hak guna usaha
3. Untuk mengetahui bagaimana proses dan hapusnya hak guna usaha
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Guna Usaha

Hak Guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara dalam
jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 29, untuk perusahaan pertanian
atau peternakan (pasal 28 UUPA). Tujuan pengguna tanah yang mempunyai dengan hak guna
usaha itu terbatas yaitu pada usaha pertanian, perikanan, dan peternakan.

Hak guna usaha termasuk hak atas tanah yang bukan bersumber pada hukum adat.
Melainkan atas tanah baru yang di adakan untuk memenuhi keperluan masyarakat modern.
Menurut ketentuan pasal 29 UUPA, jangka waktu paling lama25 tahun dan untuk perusahaan
tertentu yang memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan paling lama 35 tahun.

Cirri-ciri hak guna usaha sebagai berikut:

1. Hak yang harus didaftarkan


2. Dapat beralih karena pewarisan
3. Mempunyai jangka waktu terbatas
4. Dapat dijadikan jaminan hutang
5. Dapat dialihkan kepada pihak lain
6. Dapat dilepaskan menjadi tanah Negara

Hak guna usaha dapat diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 Ha dan
maksimal 25 Ha. Sedangkan untuk badan hukum luas minimalnya 55 Ha dan luas maksimalnya
ditetapkan oleh kepala badan pertanahan nasional (pasal 28 ayat 2 UUPA jo. Pasal 5 PP No. 40
tahun 1996).
Ciri-ciri yang melekat pada hak menurut hukum, dalam catatan satjipto rahardjo1,
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a) Hak itu dilekatkan kepada seseorang yang disebut sebagai pemilik atau subjek dari hak
itu. Ia juga disebut sebagai orang yang mewakili title atas barang yang menjadi sasaran
dari pada hak.
b) Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban. Antara hak
dan kewajiban terdapat hubungan korelatif.
c) Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan (commission)
atau tidak melakukan (omission) sesuatu perbuatan, yang disebut sebagai isi dari pada
hak.
d) Commission atau omission itu menyangkut sesuatu yang disebut sebagai objek dari hak,
e) Setiap hak menurut hukum mempunyai title, yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi
alasan melekatnya hak itu kepada pemiliknya.

B. Dasar hukum

1. Undang-undang No. 5 tahun 1996


2. Undang-undang No. 21 tahun 1997 jo. No. 20 tahun 2000
3. Peraturan pemerintah No. 40 tahun (pasal 9-18)
4. Peraturan pemerintah no. 24 tahun 1997 jo. Peraturan menteri Negara agrarian/kepala
badan pertanahan Nasional No. 3 tahun 1997
5. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahn Nasional No. 4 tahun 1998

C. Terjadinya hak guna usaha

Terjadinya hak guna usaha karena keputusan pemberian hak oleh menteri atau pejabat
yang ditunjuk, adapun tata cara dan syarat permohonan pemberian hak guna usaha (pasal 6 dan 7
PP No. 40 tahun 1996) lihat Bab tentang cara perolehan hak atas tanah.

Pasal 8 permen agraria / kepala BPN No. 3 tahun 1999 menetapkan bahwa kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi berwenang menerbitkan SKPH atas tanah yang
1
Satjipto rahardjo, ilmu hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 55
luasnya tidak lebih dari 200 Ha. Prosedur terjadinya HGU diatur dalam pasal 17 sampai dengan
31 permen Agraria / kepala BPN No. 9 tahun 1999.

D. Jangka waktu hak guna usaha

Hak guna usaha mempunyai jangka waktu untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun (pasal 29 UUPA).

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemegang hak untuk perpanjangan jangka waktu
atau pembaharuan hak guna usaha adalah:

a) Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan
pemberian hak tersebut.
b) Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak.
c) Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.

Berdasarkan rumusan pasal 8 tersebut, diketahui bahwa hak guna usaha dapat diberikan
untuk jangka waktu maksimum (selama-lamanya) enam puluh tahun, dengan ketentuan sebagai
berikut:

a) Tanah tersebut masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan
pemberian haknya. Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 9 Peraturan pemerintah
Nomor 40 tahun 1996.
b) Syarat-syarat pemberian hak tersebut masih dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak
c) Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.2

E. Kewajiban pemegang Hak Guna Usaha

Berdasarkan pasal 12 ayat 1 PP No. 40 tahun 1996, pemegang Hak Guna Usaha
berkewajiban untuk:

a) Membayar uang pemasukan kepada Negara


b) Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan atau peternakan sesuai
peruntukan pemberian haknya

2
Muljadi, Kartini dan Gunawan widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan, hak-hak atas tanah, kencana, Jakarta, 2008,
hlm. 158
c) Mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan
usaha berdasarkan criteria yang ditetapkan oleh instansi teknis
d) Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam
lingkungan areal Hak Guna Usaha
e) Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga
kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
f) Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan Hak Guna
Usaha
g) Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada Negara
sesudah hak guna usaha tersebut dihapus
h) Menyerahkan sertifikat hak guna usaha yang telah dihapus kepada kepala kantor
pertanahan

F. Pembebanan Hak Guna Usaha dengan hak tanggungan

Prosedur tanggungan atas Hak Guna Usaha adalah:

a) Adanya perjanjian utang piutang yang dibuat dengan akta notaries atau akta dibawah
tangan sebagai perjanjian pokoknya
b) Adanya penyerahan hak guna usaha sebagai jaminan utang yang dibuktikan dengan akta
pemberian hak tanggungan yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT) sebagai
perjanjian ikutan
c) Adanya pendaftaran akta pemberian hak tanggungan kepada kantor pertahanan kabupaten
/ kota setempat untuk dicatat dalam buku tanah dan diterbitkan sertifikat hak tanggungan

G. Peralihan Hak Guna Usaha

Hak guna usaha juga dapat dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat sebagai
pemegang hak guna usaha. Bentuk dialihkan tersebut berupa jual beli, tukar menukar, hibah,
penyertaan dalam modal perusahaan yang harus dibuktikan dengan akta pejabat pembuat akta
tanah (PPAT) khusus yang ditunjuk oleh kepala badan pertanahan Nasional, sedangkan lelang
harus dibuktikan dengan berita acara lelang yang dibuat oleh pejabat dari kantor lelang.
Peralihan hak guna usaha wajib didaftarkan kepada kantor pertanahan kabupaten / kota
setempat untuk dicatat dalam buku tanah dan dilakukan perubahan nama dalam sertifikat dari
pemegang hak guna usaha yang baru.

H. hapusnya hak guna usaha

Hapusnya hak guna usaha secara jelas telah diatur di dalam pasal 17 peraturan
pemerintah Nomor 40 tahun 1996 yang menjelaskan sebagai berikut:

a) Berakhirnya jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam keputusan


pemberian hak atau perpanjangannya,
b) Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena:
1. Pemegang hak tidak mekukan kewajiban-kewajibanya, yaitu:
a) Tidak membayar uang pemasukan kepada Negara;
b) Tidak melaksanakan usaha dibidang pertanian, perkebunan, perikanan dan
/ atau peternakan sesuai dengan peruntukan dan persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya;
c) Tidak mengusahakan sendiri tanah hak guna usaha dengan baik sesuai
dengan kelayakan usaha berdasarkan criteria yang ditetapkan oleh instansi
teknis;
d) Tidak membangun dan/atau menjaga prasarana lingkungan dan fasilitas
tanah yang ada dalam lingkungan areal hak guna usaha;
e) Tidak memelihara kesuburan tanah dan tidak mencegah terjadinya
kerusakan sumber daya alam serta kelestarian lingkungan;
f) Tidak menyampaikan laporan secara tertulis setiap akhir tahun mengenai
penggunaan dan pengelolaan hak guna usaha;
g) Tidak menyerahkan kembali tanah dengan hak guna usaha kepada Negara
setelah hak tersebut hapus;
h) Tidak menyerahkan sertifikat hak guna usaha yang telah berakhir jangka
waktunya kepada kantor pertanahan
2. Adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
a) Dilepaskan oleh pemegang hak secara sukarela sebelum jangka waktunya berakhir;
b) Dicabut oleh kepentingan umum;
c) Ditelantarkan (objek hak guna usaha tidak dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pemegang
hak);
d) Tanahnya musnah, misalnya akibat terjadi bencana alam;
e) Pemegang hak tidak lagi memenuhi syarat dan tidak melepaskannya kepada pihak lain
yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak.3

Hapusnya hak guna usaha mengakibatkan tanah menjadi tanah Negara sesuai dengan
peraturan pemerintah nomor 40 tahun 1996.4

3
Muljadi, Kartini dan Gunawan widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan, hak-hak atas tanah, kencana, Jakarta, 2008,
hlm 172

4
Budi Harsono, Hukum Agraria dan Hak-hak atas tanah, kencana, Jakarta, 2009, hlm. 145-146
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hak Guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara dalam
jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 29, untuk perusahaan pertanian
atau peternakan (pasal 28 UUPA). Tujuan pengguna tanah yang mempunyai dengan hak guna
usaha itu terbatas yaitu pada usaha pertanian, perikanan, dan peternakan.

Hak guna usaha dapat diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 Ha dan
maksimal 25 Ha. Sedangkan untuk badan hukum luas minimalnya 55 Ha dan luas maksimalnya
ditetapkan oleh kepala badan pertanahan nasional (pasal 28 ayat 2 UUPA jo. Pasal 5 PP No. 40
tahun 1996).

Anda mungkin juga menyukai