Anda di halaman 1dari 47

TUGAS BESAR

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM


TAHUN 2022

II. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Parameter Standar Kualitas Air Minum


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492
Tahun 2010 yang menyatakan bahwa persyaratan ualitas air minum yang aman
bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan.
Dalam analisa standar kualitas air minum ini, Keputusan Menkes RI No.
907/Menkes/SK/VII/2010 dijadikan referensi atau acuan utama (karena
merupakan peraturan yang paling terbaru diterapkan) di samping peraturan
lainnya yang memuat parameter yang tidak terdapat dalam Kepmenkes 907/2010.
Berikut ini adalah tabel standar air minum berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, yang merupakan persyaratan
kualitas air minum yang mengacu pada nilai panduan WHO.

Tabel 2.1 Standar Air Minum


Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
FISIKA
Tidak
1 Bau -
berbau
Jumlah Zat Padat
2 mg/L 1
Terlarut (TDS)
3 Kekeruhan NTU 5
4 Rasa - Tidak berasa
5 Temperatur C 30o
6 Warna TCU 15
KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/L 0,001
2 Alumunium mg/L 0,2
3 Arsen mg/L 0,01
4 Barium mg/L 0,7
5 Besi mg/L 0,3
6 Fluorida mg/L 1,5
7 Kadmium mg/L 0,003

AHMAD DAFA ALYAFI II-1


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
8 Kesadahan mg/L 500
9 Khlorida mg/L 250
10 Kromium, Val. 6 mg/L 0,05
11 Mangan mg/L 0,1
12 Natrium mg/L 200
13 Nitrat, sebagai N mg/L 50
14 Nitrit, sebagai N mg/L 3
15 Perak mg/L 0,05
Batas min.
16 pH mg/L 6,5 – 8,5
dan maks.
17 Selenium mg/L 0,01
18 Seng mg/L 3
19 Sianida mg/L 0,07
20 Sulfat mg/L 250
21 Sulfida mg/L 0,05
22 Tembaga mg/L 1
23 Timbal mg/L 0,01
b. Kimia Organik
1 Aldrina µg/L 0,03
2 Benzene µg/L 10
3 Benzo(a)pyrene µg/L 0,7
Chlordane (total
4 µg/L 0,2
isomer)
5 Chloroform µg/L 200
6 2-4-D µg/L 30
7 DDT µg/L 2
Heptachlor dan
8 µg/L 0,03
Heptachlor Epoxide
9 Hexachlorobenzene µg/L 0,3
10 Pentachlorophenol µg/L 0,009
2.4.6-
11 µg/L 0,2
Trichlorophenol
c. Bahan Organik
Zat Organik sebagai
11 mg/L 10
KmnO4
Gamma – HCH
12 µg/L 0,002
(Lindane)
MIKROBIOLOGI

AHMAD DAFA ALYAFI II-2


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
Jumlah/100
1 Coliform tinja 0
ml sampel
Jumlah/100
2 Total coliform 0
ml sampel
RADIOAKTIVITAS
1 Aktivitas Alpha Bq/L 0
2 Aktivitas Beta Bq/L 1
Sumber : Kepmenkes RI No. 492/Menkes/SK/IV/2010

2.2. Karakteristik Parameter Kualitas Air Baku


Air Baku untuk Air Minum Rumah Tangga, yang selanjutnya disebut Air
Baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan
air laut yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai Air Baku untuk Air Minum (PP
No. 122 tahun 2015). Sedangkan Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai
masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 tahun 2001, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas:
a. Kelas 1, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas 2, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas 3, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
d. Kelas 4, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Sedangkan kriteria mutu air yang dimaksud untuk setiap kelas air di atas
dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

AHMAD DAFA ALYAFI II-3


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Tabel 2.2 Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air


Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
FISIKA
Deviasi temperatur
o deviasi deviasi deviasi deviasi
Temperatur C dari keadaan
3 3 3 5
alamiahnya
Residu
mg/L 1.000 1.000 1.00 2.00
terlarut
Bagi pengolahan
air minum secara
Residu
mg/L 50 50 400 400 konvensional,
tersuspensi
residu tersuspensi
≤ 5.000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila secara
alamiah berada di
luar rentang
Ph 6–9 6–9 6–9 5 – 9 tersebut, maka
ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 500
DO mg/L 6 4 3 0
Total fosfat
mg/L 0,2 0,2 1 5
sebagai P
NO3
mg/L 10 10 20 20
sebagai N
Bagi perikanan,
kandungan
NH3-N mg/L 0,5 - - - ammonia bebas
untuk ikan yang
peka ≤ 0,02 mg/L
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 - - -
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1

AHMAD DAFA ALYAFI II-4


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Mangan mg/L 0,1 - - -
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Pengolahan air
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 minum
konvensional, Zn≤5
Khlorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 -
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

2.3. Unit Produksi


Mengacu pada panduan pendampingan sistem penyediaan air minum
(spam) perpipaan berbasis masyarakat karya kementerian PUPR, unit produksi
adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku
menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologi, meliputi
bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat
pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum
(Dirjen Cipta Karya Departemen PU, 2007).

2.3.1. Bangunan Pengolahan dan Perlengkapannya


Bangunan pengolahan dalam unit produksi meliputi :
1. Pra Sedimentasi 5. Filtrasi pembuangan backwash
2. Koagulasi 6. Disinfeksi
3. Flokulasi 7. reservoir
4. Pengendapan pembuangan lumpur
Instalasi Pengolahan Air adalah usaha — usaha teknis yang dilakukan
untuk merubah sifat — sifat air. Terdapat 2 macam pengolahan air yaitu :
1. Pengolahan Lengkap
Air baku mengalami pengolahan lengkap yaitu pengolahan fisik,
kimiawi, bakteriologis.
2. Pengolahan Sebagian
Air baku hanya mengalami proses pengolahan kimia dan atau
pengolahan bakteriologis.

AHMAD DAFA ALYAFI II-5


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

2.3.2. Perangkat Operasional


Untuk mengubah kualitas air baku (yang belum memenuhi kualitas air
minum) menjadi air minum diperlukan suatu proses pengolahan air minum. Proses
pengolahan air minum yang digunakan atau dipilih harus sesuai dengan kualitas
air baku berdasarkan kebutuhannya untuk memenuhi syarat kualitas air minum.

Gambar 2.1 Skema Kegiatan Operasional SPAM


Sumber : Dirjen Cipta Karya Departemen PU, 2007

Gambar 2.2 Skema Kegiatan Operasional SPAM


Sumber : Dirjen Cipta Karya Departemen PU, 2007

Catatan :
a. Untuk air permukaan dengan kandungan pasir atau material abrasif lainnya,
dapat digunakan Bak Pengendap Pasir atau Grit Chamber (sejenis bak
sedimentasi, biasanya pengendapan dilakukan dengan sistem gravitasi).
b. Untuk air permukaan yang mengandung Fe dan Mn, maka diperlukan
proses penghilangan Fe dan Mn (Fe & Mn Removal). Proses penghilangan
Fe dan Mn pada dasarnya adalah mengoksidasi Fe dan Mn sehingga dapat
disisihkan. Proses oksidasi dapat menggunakan proses antara lain:
- Aerasi - Ozonisasi

AHMAD DAFA ALYAFI II-6


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

- Klorinasi - Dan lain-lain


Setelah proses oksidasi, biasanya diperlukan proses flokulasi,
sedimentasi, dan filtrasi, terutama untuk air baku dengan konsentrasi Fe 5
mg/L.
c. Untuk menghilangkan bau, rasa, warna, dan kekeruhan, dapat
menggunakan proses pengolahan sesuai tabel 4 pada Lampiran 2
(Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan SPAM).
d. Untuk menghilangkan bahan organik, dapat digunakan teknologi seperti
Karbon Aktif atau menggunakan proses aerasi, adsorpsi, atau kombinasi
aerasi-adsorpsi.
e. Untuk menghilangkan kalsium dan magnesium dapat dilakukan pelunakan
dengan kapur dan soda.
f. Untuk menghilangkan ion-ion yang tidak diinginkan dari air baku,
dapat digunakan proses pertukaran ion (ion exchange).
g. Desinfektan digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen.

2.3.3. Alat Pengukuran dan Peralatan Pemantauan


Pengukur aliran air adalah alat yang digunakan untuk mengukur linier, non
linier, laju alir volume atau massa dari cairan atau gas. Bagian ini secara spesifık
menerangkan tentang pengukur aliran air. Pemilihan metode atau jenis pengukur
aliran air tergantung pada kondisi tempat dan kebutuhan pengukuran yang akurat.
Sebagian dari pengukur aliran air, ada beberapa metoda yang dapat
mengukur aliran air selama audit. Dua metoda umum untuk mendapatkan
perkiraan akurat yang beralasan dari aliran air adalah:
1. Metoda waktu pengisian: Air diisikan pada bejana atau tangki dengan
volum yang telah diketahui (m3). Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi
volume sampai penuh yang dicatat menggunakan stop watch (detik).
Volum dibagi dengan waktu menjadi aliran rata-rata dalam m3/detik.
2. Metoda melayang: Metoda ini umumnya digunakan untuk mengukur aliran
pada saluran terbuka. Jarak spesifık (misalnya 25 meter atau 50 meter)
ditandai pada saluran. Bola pingpong diletakkan di air dan dicatat waktu
yang diperlukan untuk bola melayang menuju jarak yang diberi tanda.
Pembacaan diulang beberapa kali untuk menghasilkan waktu yang akurat
(Dirjen Cipta Karya Departemen PU, 2007).

AHMAD DAFA ALYAFI II-7


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

2.3.4. Bangunan Penampungan Air Minum


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 18 (2007) Reservoir
merupakan tempat penyimpanan air untuk sementara sebelum didistribusikan
kepada pelanggan atau konsumen.
Fungsi reservoir antara lain :
1. Equalizing Flows, yaitu untuk menyeimbangkan aliran-aliran, sedangkan
debit yang keluar bervariasi atau berfluktuasi, unsur ini diperlukan suatu
penyeimbangan aliran yang selain melayani fluktuasi juga dapat digunakan
untuk menyimpan cadangan air untuk keadaan darurat.
2. Equalizing pressure atau menyeimbangkan tekanan, pemerataan tekanan
diperlukan akibat bervariasinya pemakaian air di daerah distribusi.
3. Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan.
Variasi reservoir disesuaikan sistem pengaliran, yaitu:
1. Reservoir tinggi, yaitu pengaliran distribusi dilakukan secara gravitasi,
reservoir ini bisa berupaground tank (reservoir), atau berupa reservoir
menara (roof tank) yang ketinggiannya harus diperhitungkan agar pada titik
kritis masih ada sisa tekan.
2. Reservoir rendah yaitu pengaliran distribusi dilakukan dengan
pemompaan, reservoirnya berupa ground tank.
3. Penggunaan reservoir pembantu, misalkan karena adanya batasan
konstruksi, sehingga volume yang keluar dari reservoir tidak mencukupi.

2.4. Proses Pengolahan Air


Tri Joko (2010) menyatakan bahwa proses pengolahan air adalah usaha-
usaha teknis yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat air tersebut. Proses
pengolahan air dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Tri Joko (2010) tiga hal penting yang dapat diambil dalam pertimbangan
merakit proses pengolahan air yang ekonomis dan berkesinambungan, yaitu :
1. Menghilangkan zat melayang (fraksi lebih besar) dari zat-zat pengotor
harus diberikan prioritas.
2. Menghilangkan fraksi konsentrasi tinggi dari zat-zat pengotor harus juga
diberikan prioritas.

AHMAD DAFA ALYAFI II-8


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

3. Dalam kasus dimana tidak mungkin (1) dan (2) untuk diselesaikan pada
saat yang sama, pengolahan pendahuluan untuk penyesuaian kondisi air
harus diperhatikan agar sesuai dengan tujuan kita.
Ada dua macam pengolahan air yang sudah dikenal, yaitu:
1. Pengolahan lengkap, disini air baku mengalami pengolahan lengkap yaitu
pengolahan fisik, kimiawi, dan bakteriologis.
2. Pengolahan sebagian, disini air baku hanya mengalami proses pengolahan
kimia dan/atau pengolahan bakteriologis.

2.4.1. Proses Pengolahan Fisika


Pengolahan air minum secara fisik merupakan pengolahan awal (primary
treatment) air minum sebelum dilakukan pengolahan lanjutan, pengolahan secara
fisik bertujuan untuk menyisihkan padatan-padatan berukuran besar seperti
plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak, dan sebagainya. Pengolahan
air minum secara fisik dimaksudkan untuk melindungi peralatan-peralatan seperti
pompa, perpipaan dan proses pengolahan selanjutnya. Beberapa unit operasi
yang diaplikasikan pada proses pengolahan air minum secara fisik diantaranya:
pengendapan (sedimentation), penyaringan (flitration), pengapungan (floatation).

2.4.1.1. Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan zat padat - cair yang memanfaatkan


pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi (Reynolds,
1982). Di sisi lain menurut Kawamura (1991), pertimbangan-pertimbangan penting
yang secara langsung mempengaruhi desain proses sedimentasi adalah :
1. Proses pengolahan secara keseluruhan.
2. Materi tersuspensi dalam air baku.
3. Kecepatan pengendapan partikel tersuspensi yang disisihkan.
4. Kondisi iklim lokal, misalnya temperatur.
5. Karakteristik air baku.
6. Karakteristik geologi tempat instalasi.
7. Variasi debit pengolahan.
8. Aliran putaran pendek dalam bak sedimentasi.
9. Metode penyisihan lumpur.
10. Biaya dan bentuk bak sedimentasi.

AHMAD DAFA ALYAFI II-9


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Proses sedimentasi didasarkan pada pengendapan partikel secara


gravitasi sehingga harus diketahui kecepatan pengendapan masing-masing
partikel yang disisihkan. Kecepatan pengendapan flok bervariasi tergantung pada
beberapa parameter yaitu: tipe koagulan yang digunakan, kondisi pengadukan
selama proses flokulasi dan materi koloid yang terkandung di dalam air baku.

2.4.1.2. Flotasi

Flotasi menurut Haraide (1975) adalah suatu proses dimana padatan,


cairan atau zat terlarut dibawa ke permukaan larutan dengan penggunaan
gelembung udara. Zat yang diflotasi menempel pada permukaan gelembung
udara sehingga terangkat ke permukaan larutan yang untuk selanjutnya dapat
dipisahkan dari larutan.
Mekanisme Flotasi yaitu dengan pengambilan bahan-bahan yang
tersuspensi berukuran besar dan bahan yang mudah mengendap atau bahan
yang dapat terapung terlebih dahulu disingkirkan atau dibuang. Cara yang paling
efisien untuk menyisihkan bahan yang tersuspensi berukuran besar dengan cara
pengendapan. Sedangkan bahan yang tersuspensi dapat mengendap dapat
dipisahkan dengan cara pengendapan.

2.4.1.3. Filtrasi

Reynolds (1982) menyatakan bahwa filtrasi adalah pemisahan zat padat-


cair yang mana zat cair dilewatkan melalui media berpori atau material berpori
lainnya untuk menyisihkan padatan tersuspensi yang halus. Proses ini digunakan
untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi dan terendapkan agar
menghasilkan air minum dengan kualitas yang tinggi. Sedangkan menurut
Darmasetiawan (2001) proses yang terjadi di filtrasi adalah pengayakan atau
straining, flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses mikrobiologis.
Dikenal dua macam saringan dalam penjernihan air bersih, yaitu saringan
pasir lambat dan saringan pasir cepat. Yang dimaksud dengan saringan pasir
cepat atau Rapid Sand Filter (RSF) adalah filter yang menggunakan dasar pasir
silika dengan kedalaman 0,6-0,75 m. Ukuran pasirnya 0,35-1,0 mm atau lebih
dengan ukuran efektif 0,45—0,55 mm (Peavy, 1985).
Filter cepat terdiri dari filter terbuka dan filter bertekanan. Pada filter cepat
titik berat proses adalah pada proses pengayakan. Kecepatan filtrasi adalah

AHMAD DAFA ALYAFI II-10


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

berkisar 7-10 m/jam untuk filter terbuka dan filter bertekanan dapat mencapai 15-
20 m/jam. Kriteria kualitas air yang dimasukkan ke filter adalah dengan kekeruhan
dibawah 5 NTU, sehingga air baku yang diatas 5 NTU harus diolah melalui proses
koagulasi - flokulasi - sedimentasi (Darmasetiawan, 2001). Saringan bertekanan
adalah berupa saringan pasir cepat yang ditempatkan dalam bejana berbentuk
silinder tertutup. Air lewat melalui tumpukan pasir dengan bantuan tekanan yang
dapat memaksakan air menembus tumpukan saringan.
Jenis saringan bertekanan yaitu vertical pressure filter dan horizontal
pressure filter. Ukuran saringan yang vertikal antara 0,3 - 2,75 m diameternya dan
tinggi 2 - 2,5 m. Diameter horizontal 2 - 3 m dan panjang sampai 9 m. Filter
bertekanan tertutup biasanya dalam kontainer logam dan bisa dioperasikan dalam
mode downflow atau upflow. Filter ini bisa terdiri satu atau banyak media dan
dibersihkan dengan hackwash. Headloss maksimum dalam filter bertekanan
adalah 20 - 200 mm (Droste, 1997).

2.4.2. Proses Pengolahan Kimia


Pengolahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia tertentu
yang bertujuan untuk menyisihkan senyawa organik maupun senyawa anorganik
dalam air. Penambahan bahan kimia ini bersifat spesifik, tergantung jenis dan
konsentrasi polutan dalam air baku. Proses pengolahan air yang menggunakan
prinsip pengolahan secara kimia antara lain koagulasi, proses penghilangan
kesadahan dalam air, serta proses desinfeksi menggunakan klor. Penambahan
bahan kimia dapat menyebabkan perubahan komposisi kimia dalam air seperti
perubahan pH sehingga mengharuskan adanya penambahan zat kimia lain untuk
menyesuaikan dengan pengolahan selanjutnya.

2.4.2.1. Koagulasi

Pengertian koagulasi menurut Reynolds (1982) adalah penambahan dan


pengadukan cepat (flash mixing) koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi
partikel-partikel koloid dan suspended solid. Sedangkan menurut Kawamura
(2001) koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid dan
padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan.
Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari proses
koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan

AHMAD DAFA ALYAFI II-11


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Pengadukan cepat
yang efektif sangat penting ketika menggunakan koagulan logam seperti alum dan
ferric chloride, karena proses hidrolisisnya terjadi dalam hitungan detik dan
selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutuhkan untuk zat kimia
lain seperti polimer (polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone, dan
potasium permanganat, tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis
(Kawamura, 1991). Tipe-tipe bak koagulasi adalah:
a. Pengaduk mekanis, dalam mencampurkan koagulan dengan air, alat ini
menggunakan paddle yang digerakkan oleh motor pengerak.
b. Deflector Plate Mixer, alat ini bekerja dengan menggunakan pancaran air
yang keluar dari deflector. Air masuk melalui inlet, kemudian dipancarkan
oleh deflector dimana di dekat deflector dibubuhkan koagulan.
c. Penggerak pneumatic dan Baffle basins

2.4.2.2. Flokulasi

Pengertian flokulasi menurut Kawamura (1991) merupakan pengadukan


lambat yang mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat.
Tujuannya adalah mempercepat tumbukan yang menyebabkan terjadinya
gumpalan partikel koloid yang tidak stabil sehingga dapat diendapkan. Istilah
koagulasi-flokulasi kadang kadang digunakan secara bergantian dalam beberapa
literatur. Namun penggumpalan partikel ini pada prinsipnya terjadi dalam dua
tahap proses. Kecepatan aliran diatur pada 15 - 30 cm/dt, hal ini untuk menjaga
agar supaya tidak terjadi pengendapan ataup un tidak terjadi kerusakan pada flok-
flok yang telah terbentuk.
Proses flokulasi bisa dilakukan melalui pengadukan mekanis maupun
dengan baffle (Kawamura, 1991) :
1. Pengadukan secara mekanis
a. Vertical shaft dengan turbin atau blade tipe propeler.
b. Tipe paddle dengan horizontal atau vertical shaft.
2. Baffled channels
a. Horizontal baffled channel
b. Vertically baffled channel
Pemisahan flok-flok yang telah terbentuk diendapkan pada operasi
berikutnya. Pada saat ini umumnya unit koagulator, flokulator, dan sedimentasi

AHMAD DAFA ALYAFI II-12


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

dikombinasikan dalam satu unit yang disebut accesalator. Flokulasi bertujuan


untuk mendukung proses tumbukan partikel- partikel kecil sehingga akan
diperoleh partikel yang lebih besar yang memiliki kemampuan untuk mengendap.
Flokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk pemutaran gayung-
gayung dengan lambat atau pengaliran melalui kolam-kolam pengaduk.

Gambar 2.3 Flokulasi Tipe Basins


Sumber : Kawamura, 1991

2.4.2.3. Adsorpsi Karbon

Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu substansi pada


permukaan zat padat. Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik antara
substansi terserap dan penyerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi
dalam solid disebut adsorbat sedangkan solid tersebut adalah adsorben.
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, adsorpsi dibedakan 2 jenis yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia
(Treybal, 1980).
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya Van
der Waals. Gaya Van der Waals adalah gaya tarik-menarik yang relatif
lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Pada adsorpsi fisika,
adsorbat tidak terikat kuat pada adsorben sehingga adsorbat dapat
bergerak dari suatu bagian permukaan adsorben ke bagian permukaan
adsorben lainnya dan pada permukaan yang ditinggalkan oleh adsorbat
tersebut dapat digantikan oleh adsorbat lainnya. Proses adsorpsi fisika
terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi. Ikatan yang terbentuk dalam

AHMAD DAFA ALYAFI II-13


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

adsorpsi ini dapat diputuskan dengan mudah yaitu dengan pemanasan


pada temperatur sekitar 150—200oC selama 2-3 jam.
2. Adsorpsi Kimia Adsorpsi kimia merupakan adsorpsi yang terjadi karena
terbentuknya ikatan kimia antara molekul-molekul adsorbat dengan
adsorben. Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan yang kuat sehingga
lapisan yang terbentuk merupakan lapisan monolayer. Pada adsorpsi kimia
yang terpenting adalah spesifikasi dan kepastian pembentukan monolayer
sehingga pendekatan yang digunakan adalah dengan menentukan kondisi
reaksi. Adsorpsi kimia tidak bersifat reversibel dan umumnya terjadi pada
suhu tinggi diatas suhu kritis adsorbat. Oleh karena itu, untuk melakukan
proses desorpsi dibutuhkan energi yang lebih tinggi untuk memutuskan
ikatan yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat.
Menurut Sembiring dan Sinaga (2003) istilah karbon aktif dalam pengertian
umum adalah suatu karbon yang mampu mengadsorpsi baik dalam fase cair
maupun dalam fase gas. Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh —
tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat diubah
menjadi arang aktif antara lain tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung,
tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan
kertas, serbuk gergaji, kayu keras, dan batu bara. Kandungan karbon setelah
dikarbonisasi identik dengan berat arang (Warjinati dan Agra dalam Trihendrardi,
1997).

2.4.2.4. Penukaran Ion

Pertukaran ion adalah proses dimana satu bentuk ion dalam senyawa
dipertukarkan untuk beberapa bentuk, yaitu kation ditukar dengan kation dan anion
ditukar dengan anion. Pertukaran ion berlangsung secara reversibel dan dapat
diregenerasi atau diisi dengan ion-ion yang diinginkan melalui pencucian dengan
ion-ion yang berlebih. Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air
dan limbah cair, terutama digunakan pada proses penghilangan kesadahan dan
dalam proses demineralisasi air. Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah
gugus fungsional persatuan massa resin. Dalam hal ini, bentuk penukaran ion
terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Penukar kation, yaitu pertukaran ion yang bermuatan positf (kation)
2. Penukar anion, yaitu pertukaran ion yang bermuatan negatif (anion)

AHMAD DAFA ALYAFI II-14


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

3. Penukaran atmosfer, yaitu dapat melakukan penukaran baik kation


maupun anion secara simultan.
Proses pertukaran ion terjadi secara kontinyu sampai resin telah jenuh
dengan ion yang ditukar kan. Oleh karena itu, jika resin telah jenuh dengan ion
yang dipertukarkan, maka dapat diregenerasi dengan asam atau basa (Ita Ulfin,
2013).

2.4.2.5. Klorinasi

Oktiawan (2005) menyatakan bahwa klorin merupakan senyawa yang


paling sering digunakan sebagai desinfektan. Sebagai oksidan klorin dipakai untuk
mengoksidasi Fe dan Mn, menghilangkan rasa, warna dan amonia nitrogen dalam
air.
Teori lain menyatakan bahwa proses pembunuhan bakteri oleh senyawa
chlor, selain oleh oksigen bebas juga disebabkan oleh pengaruh langsung
senyawa chlor yang bereaksi dengan protoplasma. Beberapa Percobaan
menyebutkan bahwa kematian mikroorganisme disebabkan reaksi kimia antara
asam hipoklorus dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolisme nya
terganggu (Darmasetiawan, 2001).

Tabel 2.3 Senyawa Desinfektan Khlor


Senyawa Khlor Mol Equivalen Khlor Persen Berat Khlor
Cl2 Cl2 100
CaClOCl Cl2 56
Ca(OCl) 2 2Cl2 99.2
NH2Cl Cl2 138
NHCl2 2Cl2 165
HOCl Cl2 135.4
NaOCl Cl2 95.4
Sumber : Oktiawan, 2005

Menurut Darmasetiawan (2001) senyawa klor dalam air akan bereaksi


dengan senyawa organik maupun anorganik tertentu membentuk senyawa baru.
Beberapa bagian klor akan tersisa yang disebut sisa klor. Pada mulanya sisa klor
merupakan klor terikat, selanjutnya jika dosis klor ditambah maka sisa klor terikat
akan semakin besar, dan pada suatu ketika tercapai kondisi “break point

AHMAD DAFA ALYAFI II-15


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

chlorination ”. Penambahan dosis klor setelah titik ini akan memberi sisa klor yang
sebanding dengan penambahan klor.

Gambar 2.4 Grafik Break Point Chlorinotion


Sumber : Darmasetiawan, 2001

2.4.3. Proses Pengolahan Biologi


Menurut Metcalf dan Eddy (1991) pengolahan biologi merupakan metoda
pengolahan yang menggunakan aktivitas biologi dalam penyisihan bahan-bahan
pencemar. Pengolahan air secara biologi didasarkan pada penggunaan substansi-
substansi pencemar air sebagai nutrien oleh campuran populasi mikroorganisme.
Mekanisme ini berlangsung secara alamiah dalam badan-badan air yang sehat,
seperti danau dan sungai, sebagai proses purifikasi. Tujuan dari pengolahan air
secara biologi sendiri adalah untuk menstabilisasi materi organik terlarut serta
mengkoagulasi dan menyisihkan padatan koloid.

2.4.3.1. Aerobic Digestion

Philip (2002) menyatakan bahwa proses pengolahan air secara


mıkrobiologis aerob adalah pemanfaatan aktivitas mikroba aerob dalam kondisi
aerob untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air menjadi zat
anorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap
lingkungan. Mikroba aerob ini sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah
yang tidak terbatas dan selalu diperoleh dengan sangat mudah.

AHMAD DAFA ALYAFI II-16


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Menurut Philip (2002) ada proses aerob dimana oksigen merupakan faktor
yang harus ada. Ada tiga tipe proses aerob, yaitu:
1. Tricking Filter (Saringan Tetes)
Tricking filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan limbah cair
dengan menggunakan teknologi biofilm. Proses biologis yang terjadi pada biofilm
adalah pseudo steady state, yaitu pengabaian reaksi pertumbuhan biofilm dan
difusi substrat pada suatu skala waktu tertentu.
Saringan tetes dirancang untuk menangani limbah cair yang encer.
Saringan tetes bukan filter tetapi unit-unit oksidasi aerob yang menyerap dan
mengoksidasi bahan organik dalam limbah yang melalui media filter. Media yang
dalam saringan tetes umumnya adalah hancuran batu atau karang dengan ukuran
besar, umumnya 2 sampai 4 inci, atau media plastik dengan berbagai konfigurasi.
2. Activated Sludge (Lumpur Aktif)
Sistem pengolahan lumpur aktif adalah pengolahan dengan cara
membiakkan bakteri aerobik dalam tangki aerasi yang bertujuan untuk
menurunkan organik karbon atau organik nitrogen. Dalam penurunan organik
karbon, bakteri yang berperan adalah bekteri heterotrifik. Sumber energi berasal
dari oksidasi senyawa organik dan sumber karbon yang berasal dari organik
karbon. BOD atau COD dipakai sebagai ukuran atau satuan yang menyatakan
konsentrasi organik karbon yang selanjutnya disebut substrat.
Proses activated sludge didasarkan atas penggunaan sejumlah mikroba
yang terdapat dalam bentuk flok tersuspensi akibat agitasi, sehingga akan terjadi
kontak dengan senyawa organik dalam air limbah dalam frekuensi yang sering.
Agitasi ini dapat dilakukan dengan agitasi mekanik dengan turbin atau dengan
mengalirkan udara (aerasi).
Pada proses lumpur aktif terdiri atas 2 tangki yaitu, tangki aerasi dimana
terjadi reaksi penguraian zat organik secara biokimia oleh mikroba dalam keadaan
cukup oksigen dan tangki biosolid tempat lumpur aktif dipisahkan dari cairan.
Air limbah bersama lumpur aktif masuk ke dalam tangki aerasi, dimana
dilakukan aerasi terus-menerus untuk memberikan oksigen. Di dalam tangki aerasi
ini, terjadi reaksi penguraian zat organik yang terkandung di dalam air limbah
secara biokimia oleh mikroba yang terkandung di dalam lumpur aktif menjadi gas
CO2 dan sel baru. Jumlah mikroba dalam tangki aerasi akan bertambah banyak
dengan dihasilkannya sel-sel baru.

AHMAD DAFA ALYAFI II-17


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Reaksi oksidasi dan sintesis sel yang terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi Oksidasi
CHONS + O2 + Nutrien BAKTERI CO2 + NH3 + C5H7NO2 Biomassa

2.4.3.2. Anaerobic Digestion

Pengolahan air limbah secara biologi anaerob merupakan pengolahan air


limbah dengan mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses
pengolahan. Pengolahan air limbah secara biologi anaerob bertujuan untuk
merombak bahan organic dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana
yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan secara biologi
anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat
diaplikasikan untuk air limbah organik dengan beban bahan organic (COD) yang
tinggi.

2.4.4. Pemilihan Proses Pengolahan Air


Pada hakekatnya pengolahan air minum adalah upaya untuk pendapatkan
air minum dengan kualitas sesuai dengan standar yang berlaku dengan cara fisika,
kimia ataupun secara biologis. Fasilitas pengolahan air minum harus mempunyai
kemampuan untuk mengolah air baku yang belum memenuhi syarat untuk air
minum menjadi air olahan dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan.
Fasilitas pengolahan air yang dipilih harus mampu selalu berfungsi dengan baik
walaupun saat kondisi air baku paling buruk. Air olahan yang dihasilkan harus
selalu memenuhi kriteria kualitas air bersih. Kriteria pemilihan proses pengolahan
air minum dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2.4 Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum


Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
FISIKA
1 Bau - Tidak berbau
Jumlah Zat Padat
2 mg/L 1.000
Terlarut (TDS)
3 Kekeruhan NTU 5
4 Rasa - Tidak berasa
o
5 Temperatur C Suhu udara ± 30o
6 Warna Skala TCU 15

AHMAD DAFA ALYAFI II-18


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/L 0,001
2 Alumunium mg/L 0,2
3 Arsen mg/L 0,05
4 Barium mg/L 1,0
5 Besi mg/L 0,3
6 Fluorida mg/L 1,5
7 Kadmium mg/L 0,005
8 Kesadahan mg/L 500
9 Khlorida mg/L 250
10 Kromium, Val. 6 mg/L 0,05
11 Mangan mg/L 0,1
12 Natrium mg/L 200
13 Nitrat, sebagai N mg/L 10
14 Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
15 Perak mg/L 0,05
Batas min.
16 pH mg/L 6,5 – 8,5
dan maks.
17 Selenium mg/L 0,01
18 Seng mg/L 5,0
19 Sianida mg/L 0,1
20 Sulfat mg/L 400
21 Sulfida (sebagai H2S) mg/L 0,05
22 Tembaga mg/L 1,0
23 Timbal mg/L 0,05
b. Kimia Organik
1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01
3 Benzo(a)pyrene mg/L 0,00001
Chlordane (total
4 mg/L 0,0003
isomer)
5 Chloroform mg/L 0,03
6 2,4 D mg/L 0,10
7 DDT mg/L 0,03
8 Detergen mg/L 0,05
9 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003

AHMAD DAFA ALYAFI II-19


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
Heptachlor dan
11 mg/L 0,003
Heptachlor Epoxide
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
Gamma-HCH
13 mg/L 0,004
(Lindane)
14 Methoxychlor mg/L 0,03
15 Pentachlorophenol mg/L 0,01
16 Pestisida Total mg/L 0,10
17 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01
18 Zat Organik (KmnO4) mg/L 10
MIKROBIOLOGI
Jumlah/100
1 Coliform tinja 0
ml sampel
Jumlah/100
2 Total coliform 0
ml sampel
RADIOAKTIVITAS
Aktivitas Alpha
1 Bq/L 0,1
(Gross Alpha Activity)
Aktivitas Beta
2 Bq/L 1,0
(Gross Beta Activity)
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/I990

Keterangan :
mg = miligram ml = milliliter NTU = Nephelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units L = liter
Bq = Bequerel Logam berat merupakan logam terlarut

2.4.4.1. Beban Parameter Pengolahan Air

Pada pengolahan air terdapat beberapa parameter yang dapat menjadi


beban pengolahan air. Parameter tersebut antara lain warna, bau dan rasa,
kekeruhan, pH, TSS, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, besi dan mangan,
sulfat, serta beberapa parameter lain. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan
beberapa alternatif pengolahan untuk setiap parameternya.

AHMAD DAFA ALYAFI II-20


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

2.4.4.2. Alternatif Pengolahan Air Beberapa Parameter

Berikut ini adalah alternatif pengolahan air dari beberapa parameter


kualitas air yang dipertimbangkan dalam pengolahan air :

Tabel 2.5 Alternatif Pengolahan Air Beberapa Parameter


No Parameter Alternatif Pengolahan
Koagulasi
Adsorpsi GAC, PAC, resin sintetik
1 Warna
Oksidasi dengan chlorine, permanganate dan
chlorine dioxine
Oksidasi dengan chlorine, permanganate dan
chlorine dioxine
2 Bau dan Rasa
Adsorpsi Karbon Aktif (GAC dan PAC)
Aerasi
Prasedimentasi (air dengan kekeruhan tinggi)
Koagulasi dan flokulasi
3 Kekeruhan
Sedimentasi
Filtrasi
4 pH* Netralisasi
Prasedimentasi (air dengan kekeruhan tinggi)
Zat padat Koagulasi dan flokulasi
5
tersuspensi (TSS) Sedimentasi
Filtrasi
Reserve Osmosis
Ion Exchange
Air Strpping
6 Zat Organik
Adsorpsi karbon
Oksidasi
Koagulasi
7 CO2 agresif Transfer gas (aerasi)
Pelunakan kapur soda
8 Kesadahan
Ion Exchange
Oksidasi
Transfer gas (aerasi)
9 Besi dan Mangan
Chemical Precipitation
Ion Exchange
Ion Exchange dengan resin basa kuat
10 Sulfat
Softening (pelunakan)
Oksidasi dengan klorinasi
11 Sulfida
Aerasi
12 Fluorida Ion Exchange dengan activated alumina

AHMAD DAFA ALYAFI II-21


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

No Parameter Alternatif Pengolahan


Pelunakan kapur
12 Fluorida
Koagulasi alum
13 Amonia Air Stripping
Koagulasi
Pelunakan kapur
Reduksi kimia
14 Nitrat
Denitrifikasi secara biologis
Ion Exchange
Reserve Osmosis
Koagulasi dengan garam besi atau alumunium
15 Arsen dan Selenium Ion Exchange dengan activated alumina
Ion Exchange dengan resin basa kuat
Sumber : Montgomery, 1985; (*) Tambo, 1974

2.4.4.3. Kriteria Pemilihan Pengolahan Air

Pemilihan unit-unit pengolahan yang akan digunakan dalam instalasi


pengolahan air minum tergantung kepada kualitas air baku yang akan diolah,
dengan mempertimbangkan segi teknis dan segi ekonomis.
1. Kualitas Air
Unit-unit pengolahan dipilih berdasarkan parameter-parameter kualitas air
yang tidak memenuhi baku mutu dan harus diturunkan. Pemilihan ini
didasarkan pada modelmodel prediksi pemilihan unit pengolahan air.
2. Segi Teknis
Beberapa pertimbangan dari segi teknis adalah :
• Efisiensi unit-unit pengolahan terhadap parameter yang akan
diturunkan
• Fleksibilitas sistem pengolahan terhadap kualitas air yang berfluktuasi
• Kemudahan operasional dan pemeliharaan dalam jangka waktu yang
panjang
• Kemudahan konstruksi.
• Segi Ekonomis
• Biaya investasi awal, operasional, dan pemeliharaan
• Luas lahan yang dibutuhkan
• Optimalisasi jumlah unit pengolahan untuk menurunkan parameter
kualitas air yang hendak diturunkan.

AHMAD DAFA ALYAFI II-22


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

3. Beberapa pertimbangan dari segi ekonomis adalah :


Unit-unit pengolahan air minum untuk negara-negara berkembang dapat
ditentukan berdasarkan model prediksi seperti yang ditunjukkan pada
Tabel di bawah

Tabel 2.6 Model Prediksi Pemilihan Unit-unit Pengolahan Air Minum


Pra Pengolahan
Parameter Pengolahan
Pengolahan Khusus
Konsentr
Parameter S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
asi

0-20 E
Coliform
MPN Per 20-100 O O O O E
100 ml
Rata-rata 100-5000 E E E O E
bulanan
> 5000 E O E E E O

0-10 O
Turbidity,
10-200 O E
NTU
> 200 O O E

Warna, 20-70 E O O
mg/l Pt-
Co > 70 O E O

Rasa
Terasa O O O O E
&Bau

CaCO3, E E E E
> 200
mg/l

< 0,3 O O E

Fe &
0,3-1,0 O E E O
Mn,mg/1

> 1,0 E E E E O O

Chloride, E E O
0-250 E E O
MG/L

AHMAD DAFA ALYAFI II-23


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Pra Pengolahan
Parameter Pengolahan
Pengolahan Khusus

Paramet Konsentr SW
S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT
er asi T

200-500 O

> 500 E

0-0,005 O O O O
Senyawa
Phenol,
mg/1 > 0,005 E E O E O

E E E O
Bahan
Kimia
Lain O O O O

Sumber : Babbit, 1976

Keterangan :
S = Screening RSF = Rapid Sand Filter
PC = Prechlorination SSF = Slow Sand Filter
PS = Plain Settling A = Aeration
SCT = Special Chemical Treatment AC = Activated Carbon
LS = Lime Softening P = Post Chlorination
SC = Special Chlorination SWT = Salt Water Treatment
CS = Coagulation & Sedimentation O = Optional, E = Essential

2.5. Bangunan Pengolahan Air Minum

2.5.1. Bangunan Intake


Intake adalah bangunan penyadap yang berfungsi untuk menangkap air
baku dari sumber sebelum masuk ke instalasi pengolahan. Sebelum air baku
masuk ke instalasi pengolahan, maka partikel-partikel yang ukurannya sangat
besar seperti daun, kertas, plastik, potongan kayu, dan benda-benda kasar lain
yang berada dalam air harus disaring terlebih dahulu menggunakan saringan

AHMAD DAFA ALYAFI II-24


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

kasar (Bar Screen). Penyaringan benda kasar bertujuan untuk menghindari


rusaknya atau tersumbatnya peralatan seperti pompa, katup-katup, pipa penyalur,
alat pengaduk yang digunakan dalam pengolahan air bersih.

Gambar 2.5 Intake dan Bar Screen


Sumber: PDAM Kota Bekasi, 2001 dalam KP Arya, 2009

Menurut Metcalf dan Eddy (1991) saringan kasar dapat berupa kisi-kisi
baja, anyaman kawat, kasa baja/plat yang berlubang-lubang dengan dipasang
vertikal/miring dengan sudut antara 30°- 80°. Analisis penting dalam perencanaan
saringan kasar adalah menentukan kehilangan tinggi (head loss) selama air
melewati kisi saringan.

Tabel 2.7 Faktor Bentuk Kisi


Bentuk kisi Faktor Bentuk
Persegi panjang dengan sudut tajam 2,42
Persegi panjang dengan pembulatan di depan 1,83
Persegi panjang dengan pembulatan di depan dan belakang 1,67
Lingkaran 1,79
Sumber : Fair (1966)

Tabel 2.8 Kriteria Desain Intake


No Keterangan Unit Kawamura Droste Layla Reynolds
1 Kecepatan m/s <0,6 <0,6 0,4 – 0,8
2 Kemiringan o
60 30 – 75
3 Barscreen cm 1,25 – 2 2–5 1,25 – 3,8
4 Tebal barscreen cm 5 – 7,5 5 – 15 2,5 – 7,5 2,5 - 5
5 Jarak antar barscreen cm 1:2
6 H:L 7,5 - 15

AHMAD DAFA ALYAFI II-25


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Sumber : 1. Kawamura (1991), 2. Droste (1997), 3. Layla (1978), 4. Reynolds


(1982) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

Ada beberapa variasi dalam tipe konstruksi intake, diantaranya


(Kawamura, 1991) :
1. Tower intake
Tower intake digunakan untuk air baku yang diambil dari danau, baik yang
alamiah maupun buatan (beton). Tower intake terletak pada bagian
pelimpahan atau dekat sisi bendungan. Pondasi menara (tower) terpisah
dari bendungan dan dibangun pada bagian hulu. Menara terdiri atas
beberapa inlet yang terletak pada ketinggian yang bervariasi untuk
mengantisipasi fluktuasi tinggi muka air. Dapat juga dibuat menara intake
yang terpisah dengan dan pada bagian upstream. Jika air di reservoar
dapat mengalir secara gravitasi ke pengolahan, maka tidak diperlukan
pemompaan dari menara.

Gambar 2.6 Intake Tower


Sumber : Kawamura, 1991

2. Shore intake
Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situasi
lapangan, dan biasanya terletak di pinggiran sungai.

AHMAD DAFA ALYAFI II-26


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Gambar 2.7 Shore Intake


Sumber : Kawamura, 1991

Shore Intake terbagi atas 3 jenis, yakni siphon well intake, suspended
intake, dan floating intake. Berikut uraian masing-masing jenis shore
intake.
a. Siphon well intake
Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan
intake berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak
memberi pengaruh pada interior intake.

Gambar 2.8 Shiphone Well Intake


Sumber : Kawamura, 1991

b. Suspended intake
Memiliki karakteristik tersendiri yakni pipa hisap dibenamkan ke dalam
sumber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung
tercampur dengan aliran sumber air.

AHMAD DAFA ALYAFI II-27


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Gambar 2.9 Suspended Intake


Sumber : Kawamura, 1991

c. Floating intake
Struktur intake yang ringkas diletakkan di atas sebuah pelampung yang
terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air.

Gambar 2.10 Floating Intake


Sumber : Kawamura, 1991

3. Crib intake

AHMAD DAFA ALYAFI II-28


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Struktur intake dibuat terbenam di dasar sungai dengan kedalaman besar


dari 3 meter dari permukaan air. Lokasi dipilih dengan resiko terkecil
terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.

Gambar 2.11 Crib Intake


Sumber : Kawamura, 1991

4. Direct intake
Direct intake (langsung) adalah intake yang sumber airnya berasal dari
sumber air yang dalam seperti sungai dan danau. Intake jenis ini
memerlukan tanggul untuk mencegah agar tanah tidak mengalami erosi
dan sedimentasi. Keuntungan dari intake jenis ini yaitu biaya konstruksi
lebih murah dari jenis intake yang lain.

Gambar 2.12 Direct Intake


Sumber : Kawamura, 1991

5. Sumur bor intake


Digunakan untuk bangunan penangkap dengan sumber air yang tidak
terlalu dalam dan memiliki lapisan aquifer tanah. Biasa digunakan untuk
bangunan penangkap air untuk air tanah.

AHMAD DAFA ALYAFI II-29


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Gambar 2.13 Denah Bangunan Intake


Sumber : Kawamura, 1991

2.5.2. Bangunan Prasedimentasi


Prasedimentasi digunakan untuk pengendapan partikel diskret. Partikel
diskret adalah partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk selama proses
pengendapan. Penggunaan unit prasedimentasi selalu ditempatkan pada awal
proses pengolahan air, sehingga dapat dicapai penurunan kekeruhan.
Prasedimentasi merupakan bak pengendapan material pasir dan lain-lain yang
tidak tersaring pada screen, serta merupakan pengolahan fisik yang kedua. Pada
unit ini tidak ada penambahan bahan kimia, dan pengendapan yang digunakan
adalah pengendapan secara gravitasi. Efisiensi pemisahan kekeruhan dapat
mencapai 40-60 %. Bangunan ini dilengkapi dengan pipa inlet, pipa outlet, dan
pipa pembuangan lumpur.

Tabel 2.9 Kriteria Desain Bangunan Prasedimentasi


Parameter Kriteria Desain Nilai Keterangan
Surface Loading Rate (60 – 150) m /m day 121 m /m day
3 2 3 2
S
Waktu Detensi Bak 30 – 180 menit 45 menit S
Rasio Panjang : Lebar 3:1–5:1 3:1 S
Reynold number <2000 2150 TS
Froude number >10 - 5 1,02 x 10-7 TS
Sumber : Christopher and Okun, 1991

2.5.3. Bangunan Koagulasi


Tipe — tipe bak koagulasi adalah :
a. Pengaduk mekanis, dalam mencampurkan koagulan dengan air, alat ini
menggunakan paddle yang digerakkan oleh motor penggerak.

AHMAD DAFA ALYAFI II-30


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

b. Deflektor Plate Mixer, alat ini bekerja dengan menggunakan pancaran air
yang keluar dari deflector. Air masuk melalui inlet, kemudian dipancarkan
oleh deflector dimana di dekat deflector dibubuhkan koagulan.
c. Penggerak pneumatic dan Baffle basins
Kecepatan benturan partikel harus sebanding dengan percepatan, karena
itu gradien kecepatan harus cukup memberikan kecepatan untuk benturan antar
partikel, percepatan juga berhubungan dengan gaya geser dalam air. Percepatan
besar akan menghasilkan gaya geser yang besar dan mencegah susunan flok
yang diinginkan. Jumlah total partikel yang berbenturan sama dengan perkalian
gradien kecepatan (G) dan waktu detensi (T).

Tabel 2.10 Kriteria Desain Bangunan Koagulasi


Parameter Kriteria Desain Nilai Keterangan
Waktu Detensi 10 detik – 5 menit 22 detik S
Gradien Kecepatan (G) 700 – 1000/detik 70 706/detik S
G x td 10000 - 60000 15532 S
Sumber : Schulz and Okun, 1984

2.5.4. Bangunan Flokulasi


Menurut Flokulasi dilakukan setelah proses koagulasi. Tipe flokulasi antara
lain:
a. Pengaduk mekanis
b. Bak tersekat (Baffle Type Basins)

Tabel 2.11 Kriteria Desain Bangunan Flokulasi


Nilai
Kriteria
Parameter Komp Komp Komp Komp
Desain Ket Ket Ket Ket
1 2 3 4
Waktu 15-45 12 15 18 22
S S S S
detensi (td) min min min min min
Headloss 0,3 – 1 0,35 0,32 0,27
S S 0,3 m S S
(Hl) m m m m
Gradien
(10 - 72,5 / 62,5 / 55 / 47,4 /
Kecepatan S S S S
75) / dtk dtk dtk dtk dtk
(G)
G x td 104 - 105 53519 S 55738 S 59400 S 62568 S
Sumber : Christopher and Okun, 1991
Pemisahan flok-flok yang telah terbentuk diendapkan pada operasi
berikutnya. Pada saat ini umumnya unit koagulator, flokulator, dan sedimentasi

AHMAD DAFA ALYAFI II-31


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

dikombinasikan dalam satu unit yang disebut accesalator. Flokulasi bertujuan


untuk mendukung proses tumbukan partikel- partikel kecil sehingga akan
diperoleh partikel yang lebih besar yang memiliki kemampuan untuk mengendap.
Flokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk pemutaran gayung-
gayung dengan lambat atau pengaliran melalui kolam-kolam pengaduk.

2.5.5. Bangunan Sedimentasi


Menurut Reynolds (1982), sedimentasi adalah pemisahan zat padat-cair
yang memanfaatkan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan
tersuspensi.

Gambar 2.14 Sedimentasi Rectangular


Sumber : Reynolds, 1982 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

Tabel 2.12 Kriteria Desain Unit Sedimentasi Circular


Kawa Al- Reyno Darmase Montgo
No Ket Unit Peavy5
mura1 Layla2 lds3 tiawan4 mery6
Kec. m/de
1 <0,3 2,78.10-4
aliran tik
Diamet 4,5 -
2 m <30
er 90
Tinggi
3 m 3-5 2-5 1,8 - 5
bak
4 NRe <2000 <500 <2000
-5
5 NFr >10 >10-5 >10-5
6 Td jam 1-3 2-8 1-2 2-4
Kec.
m/ja 0,85 – 1,2 –
7 Pengen 1-2
m 1,7 1,4
dapan
Tinggi
8 m 3-5
air

AHMAD DAFA ALYAFI II-32


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Kawa Al- Reyno Darmase Montgo


No Ket Unit Peavy5
mura1 Layla2 lds3 tiawan4 mery6
Kec.
m/dt 2,5.10-3 -
9 horizon 2,5.10-3
k 1,5.10-2
tal
Weir m2/ja 20,4 – 5,8 –
10 7 25
loading m 37,35 11,25
Sumber : 1. Kawamura (1991); 2. Al-Layla (1980); 3. Reynolds (1982); 4
.Darmasetiawan (2001); 5. Peavy (1985); 6. Montgomery (1985) dalam Bahan Ajar
PB PAM 2005.

Gambar 2.15 Sedimentasi Circular


Sumber : Droste, 1997 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

Pada perencanaan bak pengendap dengan aliran kontinue terdiri dari


komponenkomponen sebagai berikut :

Gambar 2.16 Bak Pengendap


Sumber : Darmasetiawan, 2001

AHMAD DAFA ALYAFI II-33


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Tabel 2.13 Kriteria Desain Bak Pengendap


Parameter Kriteria Desain Nilai Keterangan
Surface loading (60 – 150) m /m3 2
66 m3/m2 day S S
rate day
(90 – 360) m3/m2
Weir loading rate 99 m3/m2 day S
day
Waktu detensi
30 – 180 menit 72 menit S
bak
Waktu detensi
6 – 25 menit 24 menit S
settler
Rasio panjang
3:1 - 5:1 2:1 TS
terhadap lebar
Kecepatan pada
(0,05-0,13) m/min 0,11 m/min S
settler
Reynold number < 2000 295 S
-5 -4
Froude number > 10 2,29 x 10 TS
Sumber : Thompson, 1982

2.5.6. Bangunan Filtrasi


Menurut Darmasetiawan (2001) proses yang terjadi di filtrasi adalah
pengayakan atau straining, flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan
proses mikrobiologis. Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal
dua macam saringan yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. Yang
dimaksud dengan saringan pasir cepat atau Rapid Sand Filter (RSF) adalah filter
yang menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 - 0,75 m. ukuran
pasirnya 0,35 – 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif 0,45 – 0,55 mm.
Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat.
1. Filter Pasir Cepat
Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi cepat, berkisar 4 hingga 21 m/jam. Filter ini selalu didahului
dengan proses koagulasi – flokulasi dan pengendapan untuk memisahkan
padatan tersuspensi. Jika kekeruhan pada influen filter pasir cepat berkisar 5 – 10
NTU maka efisiensi penurunan kekeruhannya dapat mencapai 90 – 98%. Bagian
-bagian dari filter cepat meliputi (Gambar 2.19).
a. Bak filter, merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah dan
ukuran bak tergantung debit pengolahan (minimum dua bak).

AHMAD DAFA ALYAFI II-34


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

b. Media filter, merupakan bahan berbutir/granular yang membentuk pori-


pori di antara butiran media. Pada pori-pori inilah air mengalir dan terjadi
proses penyaringan.
c. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem pengaliran air yang
telah melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media filter.
Underdrain terdiri atas :
• Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai jalan
masuknya air dari media filter ke dalam pipa.
• Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa manifold.
• Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral dan
mengalirkannya ke bangunan penampung air.

Gambar 2.17 Bagian - bagian Filter


Sumber : Schulz dan Okun, 1984

2. Filter Pasir Lambat


Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih
lambat ini disebabkan ukuran media pasir lebih kecil (effective size = 0,15 – 0,35
mm). Filter pasir lambat merupakan sistem filtrasi yang pertama kali digunakan
untuk pengolahan air, dimana sistem ini dikembangkan sejak tahun 1800 SM.
Prasedimentasi dilakukan pada air baku mendahului proses filtrasi.
Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan kandungan
bahan organik dan organisme patogen pada air baku yang mempunyai kekeruhan
relatif rendah. Filter pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan
kekeruhan air baku di bawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada

AHMAD DAFA ALYAFI II-35


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan
kecepatan filtrasi.
Tabel 2.14 Kriteria Perencanaan Media Filter untuk Pengolahan Air Minum
Nilai
Karakteristik
Rentang Tipikal
I. Single Media
A. Media pasir
• Kedalaman (mm) 610 – 760 685
• ES (mm) 0,35 – 0,70 0,6
• UC <1,7 <1,7
B. Media anthrasit
• Kedalaman (mm) 610 – 760 685
• ES (mm) 0,70 – 0,75 0,75
• UC <1,75 <1,75
2
C. Rate Filtrasi (l/det - m ) 1,36 – 3,40 2,72
II. Dual Media
A. Anthrasit
• Kedalaman (mm) 460 – 610 610
• ES (mm) 0,9 – 1,1 1,0
• UC 1,6 – 1,8 1,7
B. Pasir
• Kedalaman (mm) 150 – 205 150
• ES (mm) 0,45 – 0,55 0,5
• UC 1,5 – 1,7 1,6
C. Rate Filtrasi (l/det - m2) 2,04 – 5,44 3,4
III. Multi Media
A. Anthrasit
• Kedalaman (mm) 420 – 530 460
• ES (mm) 0,95 – 1,0 1,0
• UC 1,55 – 1,75 <1,75
B. Pasir
• Kedalaman (mm) 150 – 230 230
• ES (mm) 0,45 – 0,55 0,50
• UC 1,5 – 1,65 1,60
C. Garnet
• Kedalaman (mm) 75 – 115 75
• ES (mm) 0,20 – 0,35 0,20
• UC 1,6 – 2,0 <1,6
D. Rate Filtrasi (l/det - m2) 2,72 – 6,80 4,08
Sumber : Reynolds dan Richards, 1996

AHMAD DAFA ALYAFI II-36


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Gambar 2.18 Skema Filter Pasir Lambat


Sumber : Schulz dan Okun (1984)

2.5.7. Bangunan Desinfeksi


Air yang telah disaring di unit filtrasi pada prinsipnya sudah memenuhi
standar kualitas tetapi untuk keperluan menghindari kontaminasi air oleh
mikroorganisme saat penyimpanan dan pendistribusian perlu dilakukan desinfeksi.
Desinfeksi yang umum digunakan adalah dengan cara klorinasi, walaupun ada
beberapa cara lain seperti dengan ozon dan ultra violet (UV) yang jarang
digunakan. Sebagai desinfektan, pembubuhan klorin dilakukan di lokasi reservoir
disebut sebagai post-klorinasi. (Darmasetiawan, 2001).

Tabel 2.15 Metode-Metode Desinfeksi yang Sering Digunakan


Metode Desinfeksi Keterangan
1. Klorin yang digunakan umumnya berupa gas
klorin atau klorin cair atau senyawa klorin yang
terdiri dari CaOCl2 dan Ca(OCl)2.
Khlorinasi 2. Senyawa klor dapat mematikan bakteri karena
oksigen yang terbebaskan dari senyawa asam
hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian
yang penting dari sel bakteri sehingga rusak
1. Merupakan oksidan yang sangat kuat lebih kuat
dibanding asam hipoklorit.
2. Air yang diozonisasi dilewatkan pada filter arang
Ozonisasi
aktif yang bertindak sebagai kontraktor biologis
agar organisme saphropit membongkar zat yang
terbongkar secara biologis.
1. Kekuatannya melebihi klorin. Prinsip desinfeksi ini
tidak lain dimaksudkan untuk memperoleh klorin
Khlorin Dioksida
bebas, sedang ClO2 bebas bertahan melebihi
HClO.

AHMAD DAFA ALYAFI II-37


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Metode Desinfeksi Keterangan


2. Pada disinfeksi terminal dosis antara 0,1-3 mg/l
dan untuk menghilangkan bau dan rasa dosis
dipakai sampai 10 mg/L/hari.
1. Digunakan dalam skala besar dan kecil. Sangat
efektif dalam mendesinfeksi baik terhadap air
maupun air buangan.
Pemanasan Ultra Violet
2. Berdasarkan pertimbangan teknik, maka
desinfeksi yang menggunakan metode ini masih
memerlukan sisa klor dalam pengolahan.
Sumber : Reynold (1982) dalam Bahan Ajar PBPAM, 2005

Klorin diproduksi oleh pabrik sebagai gas, dicairkan di bawah tekanan dan
disimpan sebagai cairan. Gas yang sudah dicairkan tersebut dikirim ke pekerjaan
pengolahan dalam bentuk silinder (33 kg dan 71 kg 𝐶𝑙2 bersih) dan drum (864 kg
dan 1000 kg 𝐶𝑙2 bersih). Untuk situs pabrik yang lebih besar, klorin dapat
dikirimkan dalam jumlah besar dan disimpan dalam tangki yang dirancang khusus.
Klorin sangat beracun sehingga prosedur kesehatan dan keselamatan yang ketat
juga harus diikuti, dan fasilitas keselamatan wajib disediakan, termasuk alat bantu
pernapasan dan detektor klorin dengan alarm. Vakum tersebut disediakan oleh
ejektor yang juga berfungsi untuk memberikan pencampuran gas yang intens
dengan motive water yang memberikan larutan air terklorinasi yang dihasilkan ke
titik dosis. Pencampuran yang baik harus diberikan pada titik dosis, menggunakan
pencampur in-line statis jika diperlukan, terutama jika aliran membelah tidak lama
sesudahnya (EPA,2011).

Gambar 2.19 Sistem Gas Klorin – Contoh Instalasi


Sumber : Environmental Protection Agency, 2011

AHMAD DAFA ALYAFI II-38


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Pada natrium hipoklorit komersial, sistem dosis hipoklorit relatif sederhana


tetapi perlu mempertimbangkan masalah desain di sekitar kontrol pelepasan gas
dari hipoklorit jumlah besar dalam pompa dosis dan perpipaan dan pembentukan
skala. Gelembung uap atau gas dapat terbentuk karena gasifikasi (yaitu degradasi
NaOCl menghasilkan gas yang sebagian besar oksigen) terutama jika natrium
hipoklorit berada di bawah tekanan atmosfir, yang dapat menyebabkan
penguncian gas pada jalur hisap dalam pompa diafragma. Oleh karena itu, pompa
harus dilengkapi dengan pengisapan banjir (yaitu lubang masuk pompa harus
selalu di bawah tingkat cairan dalam tangki penyimpanan). Tangki harus memiliki
ventilasi yang benar dari semua struktur ke atmosfer (EPA, 2011).

Gambar 2.20 Skema Penyimpanan dan Pemasangan Dosis Khusus untuk


Hipoklorit dalam Jumlah Besar
Sumber : Environmental Protection Agency, 2011

2.5.8. Bangunan Clear Well


Menurut Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 26/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar
Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum, yang dimaksud dengan clear well
adalah bak pengumpul atau penampung air hasil olahan

AHMAD DAFA ALYAFI II-39


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Gambar 2.21 Potongan Melintang Clear Well


Sumber : EPA, 2011

2.6. Pedoman Operasi BPAM


Berdasarkan SNI 6775-2008 Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
unit paket Instalasi Pengolahan Air (IPA) ini berisi mengenai cara pengoperasian,
pemeliharan, teknisi, bahan dan peralatan yang diperuntukan bagi para operator
dan teknisi unit paket IPA. Standar ini digunakan untuk pengoperasian dan
pemeliharaan unit paket Instalasi Pengolahan Air (IPA) agar diperoleh kontinuitas,
kualitas dan kuantitas air hasil olahanya yang sesuai dengan perencanaan. Hal ini
dapat digunakan sebagai acuan bagi pengelola, operator dan teknisi dalam
pengoperasian, pemeliharaan, teknisi, bahan dan peralatan unit paket IPA.

2.6.1. Pedoman Operasi Bangunan Intake

Tabel 2.16 Operasional Bangunan Intake


Bangunan Operasional
1. Baca skala penunjuk tinggi muka air sungai;
2. Lakukan langkah-langkah persiapan atau pencarian sumber
air lain apabila tinggi muka air dan/atau debit air yang akan
dipompa tidak memenuhi syarat minimal operasional pompa
(prosedur pengukuran berdasarkan SN1 03-2819-1992 dan
Intake SN1 03-3970-1995);
3. Bersihkan lingkungan di sekitar lokasi hisap dan ruang
pompa dari sampah atau materi yang mengganggu operasi
pemompaan;
4. Amati kondisi air baku, alat pengukur debit, dan alat
pengukur tekanan air.

AHMAD DAFA ALYAFI II-40


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan


Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.6.2. Pedoman Operasi Bangunan Prasedimentasi

Tabel 2.17 Operasional Bangunan Prasedimentasi


Bangunan Operasional
1. Baca debit air yang masuk pada alat ukur yang tersedia;
2. Bersihkan bak dari kotoran atau sampah yang mungkin
terbawa;
3. Periksa kekeruhan air baku yang masuk dan keluar bak
Prasedimentasi prasedimentasi sesuai dengan periode waktu yang telah
ditentukan atau tergantung pada kondisi air baku;
4. Lakukan pembuangan lumpur dari bak sedimentasi
sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan atau
tergantung pada kondisi air baku.
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.6.3. Pedoman Operasi Bangunan Koagulasi

Tabel 2.18 Operasional Bangunan Koagulasi


Koagulasi Operasional
Dengan Pipa Pengaduk :
1. Pastikan selang pompa dosing sudah terpasang secara
Persiapan
benar pada pipa koagulasi;
2. Pastikan sekat-sekat dalam pipa koagulasi tidak tersumbat.
1. Operasikan pompa pembubuh aluminium sulfat atau soda
abu dan stel stroke pompa sesuai dengan perhitungan atau
ada jenis pompa kimia lain yang penyetelan strokenya
dilakukan pada saat pompa tidak dioperasikan;
2. Amati unjuk kerja pompa pembubuh, persediaan dan aliran
Sistem
larutan bahan kimia dengan menambah atau mengurangi
stroke pompa;
3. Pertahankan keadaan seperti pada awal operasi, dan
lakukan penyesuaian bila diperlukan;
4. Atur pH sehingga sama dengan pH pada waktu jar tes.
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

AHMAD DAFA ALYAFI II-41


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

2.6.4. Pedoman Operasi Bangunan Flokulasi

Tabel 2.19 Operasional Bangunan Flokulasi


Flokulasi Operasional
Dengan sistem pengadukan mekanis atau hidrolis :
1. Pastikan katup penguras di hopper (ruang lumpur) bak
flokulasi tertutup rapat;
2. Pastikan flokulasi dalam keadaan bersih;
3. Pastikan posisi dan ketinggian katup penguras lumpur pada
Persiapan posisi sebagaimana mestinya.
Dengan sistem aerasi (flotasi) :
1. Pastikan aliran udara menuju unit flotasi berjalan dengan
baik;
2. Untuk proses flokulasi dengan cara pastikan scrapper
(penyapu flotan) berjalan sebagaimana mestinya.
1. Amati flok-flok yang terbentuk, apakah terbentuk dengan
baik, apabila tidak, periksa kembali pH air di pengaduk cepat
Sistem dan lakukan penyesuaian-penyesuaian pembubuhan;
2. Periksa pembentukan buih di permukaan air dan bersihkan
apabila terjadi.
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.6.5. Pedoman Operasi Bangunan Sedimentasi

Tabel 2.20 Operasional Bangunan Sedimentasi


Sedimentasi Operasional
1. Pastikan katup pada pipa penguras tertutup rapat;
2. Rapikan susunan plate settler sesuai dengan jarak
terpasang (5 mm) dan seragam;
3. Pastikan posisi ketinggian kerucut (hopper) pembuang flok
Persiapan
dengan tepat, bila menggunakan sistem sludge blanket,’
4. Pastikan pompa sirkulasi lumpur pada kondisi baik, bila
menggunakan sistem sludge hlanket dengan sirkulasi
lumpur.
1. Periksa fungsi katup-katup dan tutup pipa penguras;
2. Alirkan air dari pengaduk lambat ke bak pengendap;
3. Bersihkan buih atau bahan-bahan yang terapung;
Sistem
4. Periksa kekeruhan air yang keluar dari bak sedimentasi;
5. Lakukan pembuangan lumpur sesuai ketentuan (dengan
katup penguras atau scrapper).
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

AHMAD DAFA ALYAFI II-42


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

2.6.6. Pedoman Operasi Bangunan Filtrasi

Tabel 2.21 Operasional Bangunan Filtrasi


Filtrasi Operasional
1. Pastikan katup pada pipa header (pipa aliran masuk unit
filtrasi) terbuka;
2. Pastikan komposisi pasir (media filter) sesuai dengan gambar
Persiapan yang ditentukan dan bersih dari kotoran;
3. Pastikan katup pada pipa outlet menuju reservoir terbuka;
4. Pastikan katup pada pipa penguras dan backwash tertutup
rapat.
1. Tutup katup penguras, katup pencucian dan buka katup outlet
penyaring;
2. Alirkan air dan atur kapasitasnya sesuai perencanaan;
3. Amati debit outlet pada alat ukur yang tersedia sampai
ketinggian yang ditentukan;
4. Periksa kekeruhan air pada inlet dan outlet penyaring;
5. Lakukan pencucian penyaring bila debit keluarnya menurun
sampai batas tertentu atau air pada permukaan penyaring naik
Sistem sampai batas ketinggian tertentu, dengan cara menutup katup
inlet dan outlet penyaring, selanjutnya
a. Buka katup outlet buangan pencucian dan inlet air pencuci;
b. Operasikan pompa pencuci dan atur permukaan
penyaring;
c. Atur debit pencucian dengan mengatur katup, sehingga
media tidak terbawa;
d. Amati penyebaran air pada permukaan penyaring;
e. Hentikan pencucian jika air hasil pencucian sudah jernih.
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.6.7. Pedoman Operasi Bangunan Desinfeksi

Tabel 2.22 Operasional Bangunan Desinfeksi


Desinfeksi Operasional
1. Periksa sistem catudaya menuju pompa pembubuh;
2. Bersihkan semua pipa yang berhubungan dengan pompa
pembubuh;
3. Siapkan larutan di dalam tangki pencampur;
Sistem 4. Periksa dan pastikan semua mur/baut pengikat telah
diperkuat sesuai petunjuk pemasangan;
5. Pastikan check valve berfungsi baik;
6. Jalankan motor pengaduk larutan kimia;
7. Alirkan campuran ke tangki pompa pembubuh

AHMAD DAFA ALYAFI II-43


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan


Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.6.8. Pedoman Operasi Bangunan Clear Well

Tabel 2.23 Operasional Bangunan Clear Well


Clear Well Operasional
1. Ukur debit air yang masuk;
2. Periksa pH air yang masuk ke bak penampung air bersih;
3. Apabila pH air kurang dari 6,5 atau lebih dari 8,5 maka
bubuhkan larutan netralisator atau larutan soda abu 10% atau
larutan kapur jenuh, sesuai perhitungan;
Sistem 4. Bubuhkan larutan desinfektan, seperti larutan kaporit sesuai
perhitungan;
5. Periksa pH, kekeruhan dan sisa klor dari air bersih dari pipa
outlet penampung setiap jam;
6. Periksa kualitas air secara lengkap atau fisika, kimia, dan
bakteriologi minimal setiap bulan.
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.7. Pedoman Pemeliharaan BPAM


Pemeliharaan adalah kegiatan perawatan dan perbaikan unsur-unsur
sarana secara rutin dan berkala yang bertujuan untuk menjaga agar prasarana
dan sarana air minum dapat diandalkan kelangsungannya.

2.7.1. Pedoman Pemeliharaan Bangunan Intake


Tabel 2.24 Pedoman Pemeliharaan Bangunan Intake
No Unit Pemeliharaan Jangka Waktu
1. Periksa dan bersihkan lumpur yang setiap minggu
Sarana mengendap;
1
Penyadap 2. Bersihkan lingkungan bangunan setiap minggu
penyadap.
1. Ukur dan periksa tahanan isolasi bulanan
motor pompa;
2. Hitung efisiensi pompa.; bulanan
Pompa
2 3. Ganti oli dan periksa mesin pompa; tahunan
Submersible
4. Periksa kabel pompa; tahunan
5. Lakukan overhaul pompa; tahunan
6. Lakukan pengecatan. tahunan
1. Bersihkan pompa dan ruangan; harian
Pompa
3 2. Periksa dan perbaiki kebocoran mingguan
Sentrifugal
packing;

AHMAD DAFA ALYAFI II-44


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

No Unit Pemeliharaan Jangka Waktu


3. Periksa dan perbaiki kebocoran mingguan
packing;
4. Periksa dan pastikan ketepatan mingguan
kelurusan kopling;
5. Periksa dan perbaiki kebocoran
pipa, katup dan manometer; bulanan
6. Tambahkan gemuk; bulanan
7. Periksa tahanan isolasi pompa;
8. Hitung efisiensi; bulanan
9. Periksa kabel pompa; tahunan
10. Lakukan overhaul pompa; tahunan
Lakukan pengecatan pompa. tahunan
1. Periksa dan bersihkan dengan hati- bulanan
hati bagian dalam panel termasuk
sisi belakang pintu panel;
2. Periksa dan bersihkan sambungan bulanan
kabel;
3. Periksa dan ukur tahanan isolasi bulanan
4 Panel Pompa
kabel;
4. Perbaiki dan cat kembali rumah sesuai
panel apabila ada yang rusak; kebutuhan
5. Periksa semua peralatan dalam sesuai
panel dan ganti apabila ada yang kebutuhan
rusak.
1. Periksa kerusakan dan kebocoran bulanan
pipa transmisi, perbaiki bila perlu;
2. Bersihkan lingkungan di sepanjang bulanan
pipa transmisi;
3. Lakukan pembersihan pengurasan bulanan
Pipa dan
5 pipa transmisi;
Perlengkapan
4. Periksa kerusakan dan kebocoran bulanan
katup, perbaiki bila perlu;
5. Lumasi katup-katup dengan gemuk; bulanan
6. Lakukan pengecatan pipa dan bulanan
katup-katup.
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

AHMAD DAFA ALYAFI II-45


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

2.7.2. Pedoman Pemeliharaan Bangunan Prasedimentasi


Tabel 2.25 Pedoman Pemeliharaan Bangunan Prasedimentasi
No Unit Pemeliharaan Jangka Waktu
1 Prasedimentasi 1. Bersihkan alur pengendapan; sesuai kebutuhan
2. Periksa kebocoran pipa dan mingguan
katup pembuang lumpur,
perbaiki bila terjadi kebocoran;
3. Periksa, lakukan pengurasan tahunan
bak, bersihkan dengan
desinfektan;
4. Lakukan pengecatan bila unit tahunan
terbuat dari baja;
5. Perbaiki kerusakan yang terjadi sesuai kebutuhan
di alur pengendapan, perpipaan
katup-katup dan alur pengumpul
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.7.3. Pedoman Pemeliharaan Bangunan Koagulasi


Tabel 2.26 Pedoman Pemeliharaan Bangunan Koagulasi
No Unit Pemeliharaan Jangka Waktu
1 Koagulasi 1. Bersihkan alat pembubuh bahan harian
kimia dan sarana lingkungan
pencampur kimia;
2. Periksa dan bersihkan bak dan
pengaduk kimia dengan air; harian
3. Bersihkan bak pengaduk kimia
dengan asam encer; bulanan
4. Periksa dan perbaiki bak dan
pengaduk kimia bila terjadi sesuai kebutuhan
kerusakan;
5. Bersihkan pompa pembubuh kimia;
6. Bersihkan lingkungan ruang pompa; harian
7. Bersihkan saringan pompa; harian
8. Bilasi saluran pembubuh dengan air harian
bersih, bila pompa akan dihentikan; harian
9. Periksa kebocoran pompa, saluran
pembubuh kimia dan perbaiki bila harian
terjadi kebocoran;
10. Periksa tingkat akurasi pompa;
11. Periksa kebocoran dan kerusakan tahunan
pipa, perbaiki bila terjadi kebocoran; bulanan
12. Lakukan pengecatan pipa. tahunan

AHMAD DAFA ALYAFI II-46


21080120130133
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
TAHUN 2022

Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan


Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

2.7.4. Pedoman Pemeliharaan Bangunan Flokulasi


Tabel 2.27 Pedoman Pemeliharaan Bangunan Flokulasi
No Unit Pemeliharaan Jangka Waktu
1 Flokulasi 1. Periksa dan bersihkan pintu-pintu, harian
serta sistem ruang alat pengaduk
lambat;
2. Bersihkan busa dan kotorankotoran harian
yang mengapung di atas permukaan
air;
3. Buka katup-katup penguras beberapa harian
detik untuk membuang lumpur yang
mungkin mengendap;
4. Periksa pertumbuhan lumut dan harian
bersihkan jika ada;
5. Periksa katup pintu dan diberi gemuk; mingguan
6. Periksa pertumbuhan lumut pada bulanan
dinding bak pengaduk lambat.
Lakukan pembubuhan kaporit atau
bahan desinfektan lainnya dengan
dosis yang cukup;
7. Periksa katup-katup pembuangan
lumpur dan bila perlu lakukan bulanan
perbaikan;
8. Apabila mengaduk lambat dilengkapi
dengan alat pengaduk, periksa fungsi bulanan
dari peralatan tersebut dan bila perlu
dilakukan perbaikan atau penggantian
bagian-bagian yang tidak berfungsi;
9. Perbaiki kerusakan pintu dan lakukan
pengecatan sesuai kebutuhan
Sumber : SNI 6775:2008 tentang Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

AHMAD DAFA ALYAFI II-47


21080120130133

Anda mungkin juga menyukai