II. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
8 Kesadahan mg/L 500
9 Khlorida mg/L 250
10 Kromium, Val. 6 mg/L 0,05
11 Mangan mg/L 0,1
12 Natrium mg/L 200
13 Nitrat, sebagai N mg/L 50
14 Nitrit, sebagai N mg/L 3
15 Perak mg/L 0,05
Batas min.
16 pH mg/L 6,5 – 8,5
dan maks.
17 Selenium mg/L 0,01
18 Seng mg/L 3
19 Sianida mg/L 0,07
20 Sulfat mg/L 250
21 Sulfida mg/L 0,05
22 Tembaga mg/L 1
23 Timbal mg/L 0,01
b. Kimia Organik
1 Aldrina µg/L 0,03
2 Benzene µg/L 10
3 Benzo(a)pyrene µg/L 0,7
Chlordane (total
4 µg/L 0,2
isomer)
5 Chloroform µg/L 200
6 2-4-D µg/L 30
7 DDT µg/L 2
Heptachlor dan
8 µg/L 0,03
Heptachlor Epoxide
9 Hexachlorobenzene µg/L 0,3
10 Pentachlorophenol µg/L 0,009
2.4.6-
11 µg/L 0,2
Trichlorophenol
c. Bahan Organik
Zat Organik sebagai
11 mg/L 10
KmnO4
Gamma – HCH
12 µg/L 0,002
(Lindane)
MIKROBIOLOGI
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
Jumlah/100
1 Coliform tinja 0
ml sampel
Jumlah/100
2 Total coliform 0
ml sampel
RADIOAKTIVITAS
1 Aktivitas Alpha Bq/L 0
2 Aktivitas Beta Bq/L 1
Sumber : Kepmenkes RI No. 492/Menkes/SK/IV/2010
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Mangan mg/L 0,1 - - -
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Pengolahan air
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 minum
konvensional, Zn≤5
Khlorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 -
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Catatan :
a. Untuk air permukaan dengan kandungan pasir atau material abrasif lainnya,
dapat digunakan Bak Pengendap Pasir atau Grit Chamber (sejenis bak
sedimentasi, biasanya pengendapan dilakukan dengan sistem gravitasi).
b. Untuk air permukaan yang mengandung Fe dan Mn, maka diperlukan
proses penghilangan Fe dan Mn (Fe & Mn Removal). Proses penghilangan
Fe dan Mn pada dasarnya adalah mengoksidasi Fe dan Mn sehingga dapat
disisihkan. Proses oksidasi dapat menggunakan proses antara lain:
- Aerasi - Ozonisasi
3. Dalam kasus dimana tidak mungkin (1) dan (2) untuk diselesaikan pada
saat yang sama, pengolahan pendahuluan untuk penyesuaian kondisi air
harus diperhatikan agar sesuai dengan tujuan kita.
Ada dua macam pengolahan air yang sudah dikenal, yaitu:
1. Pengolahan lengkap, disini air baku mengalami pengolahan lengkap yaitu
pengolahan fisik, kimiawi, dan bakteriologis.
2. Pengolahan sebagian, disini air baku hanya mengalami proses pengolahan
kimia dan/atau pengolahan bakteriologis.
2.4.1.1. Sedimentasi
2.4.1.2. Flotasi
2.4.1.3. Filtrasi
berkisar 7-10 m/jam untuk filter terbuka dan filter bertekanan dapat mencapai 15-
20 m/jam. Kriteria kualitas air yang dimasukkan ke filter adalah dengan kekeruhan
dibawah 5 NTU, sehingga air baku yang diatas 5 NTU harus diolah melalui proses
koagulasi - flokulasi - sedimentasi (Darmasetiawan, 2001). Saringan bertekanan
adalah berupa saringan pasir cepat yang ditempatkan dalam bejana berbentuk
silinder tertutup. Air lewat melalui tumpukan pasir dengan bantuan tekanan yang
dapat memaksakan air menembus tumpukan saringan.
Jenis saringan bertekanan yaitu vertical pressure filter dan horizontal
pressure filter. Ukuran saringan yang vertikal antara 0,3 - 2,75 m diameternya dan
tinggi 2 - 2,5 m. Diameter horizontal 2 - 3 m dan panjang sampai 9 m. Filter
bertekanan tertutup biasanya dalam kontainer logam dan bisa dioperasikan dalam
mode downflow atau upflow. Filter ini bisa terdiri satu atau banyak media dan
dibersihkan dengan hackwash. Headloss maksimum dalam filter bertekanan
adalah 20 - 200 mm (Droste, 1997).
2.4.2.1. Koagulasi
menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Pengadukan cepat
yang efektif sangat penting ketika menggunakan koagulan logam seperti alum dan
ferric chloride, karena proses hidrolisisnya terjadi dalam hitungan detik dan
selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutuhkan untuk zat kimia
lain seperti polimer (polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone, dan
potasium permanganat, tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis
(Kawamura, 1991). Tipe-tipe bak koagulasi adalah:
a. Pengaduk mekanis, dalam mencampurkan koagulan dengan air, alat ini
menggunakan paddle yang digerakkan oleh motor pengerak.
b. Deflector Plate Mixer, alat ini bekerja dengan menggunakan pancaran air
yang keluar dari deflector. Air masuk melalui inlet, kemudian dipancarkan
oleh deflector dimana di dekat deflector dibubuhkan koagulan.
c. Penggerak pneumatic dan Baffle basins
2.4.2.2. Flokulasi
Pertukaran ion adalah proses dimana satu bentuk ion dalam senyawa
dipertukarkan untuk beberapa bentuk, yaitu kation ditukar dengan kation dan anion
ditukar dengan anion. Pertukaran ion berlangsung secara reversibel dan dapat
diregenerasi atau diisi dengan ion-ion yang diinginkan melalui pencucian dengan
ion-ion yang berlebih. Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air
dan limbah cair, terutama digunakan pada proses penghilangan kesadahan dan
dalam proses demineralisasi air. Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah
gugus fungsional persatuan massa resin. Dalam hal ini, bentuk penukaran ion
terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Penukar kation, yaitu pertukaran ion yang bermuatan positf (kation)
2. Penukar anion, yaitu pertukaran ion yang bermuatan negatif (anion)
2.4.2.5. Klorinasi
chlorination ”. Penambahan dosis klor setelah titik ini akan memberi sisa klor yang
sebanding dengan penambahan klor.
Menurut Philip (2002) ada proses aerob dimana oksigen merupakan faktor
yang harus ada. Ada tiga tipe proses aerob, yaitu:
1. Tricking Filter (Saringan Tetes)
Tricking filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan limbah cair
dengan menggunakan teknologi biofilm. Proses biologis yang terjadi pada biofilm
adalah pseudo steady state, yaitu pengabaian reaksi pertumbuhan biofilm dan
difusi substrat pada suatu skala waktu tertentu.
Saringan tetes dirancang untuk menangani limbah cair yang encer.
Saringan tetes bukan filter tetapi unit-unit oksidasi aerob yang menyerap dan
mengoksidasi bahan organik dalam limbah yang melalui media filter. Media yang
dalam saringan tetes umumnya adalah hancuran batu atau karang dengan ukuran
besar, umumnya 2 sampai 4 inci, atau media plastik dengan berbagai konfigurasi.
2. Activated Sludge (Lumpur Aktif)
Sistem pengolahan lumpur aktif adalah pengolahan dengan cara
membiakkan bakteri aerobik dalam tangki aerasi yang bertujuan untuk
menurunkan organik karbon atau organik nitrogen. Dalam penurunan organik
karbon, bakteri yang berperan adalah bekteri heterotrifik. Sumber energi berasal
dari oksidasi senyawa organik dan sumber karbon yang berasal dari organik
karbon. BOD atau COD dipakai sebagai ukuran atau satuan yang menyatakan
konsentrasi organik karbon yang selanjutnya disebut substrat.
Proses activated sludge didasarkan atas penggunaan sejumlah mikroba
yang terdapat dalam bentuk flok tersuspensi akibat agitasi, sehingga akan terjadi
kontak dengan senyawa organik dalam air limbah dalam frekuensi yang sering.
Agitasi ini dapat dilakukan dengan agitasi mekanik dengan turbin atau dengan
mengalirkan udara (aerasi).
Pada proses lumpur aktif terdiri atas 2 tangki yaitu, tangki aerasi dimana
terjadi reaksi penguraian zat organik secara biokimia oleh mikroba dalam keadaan
cukup oksigen dan tangki biosolid tempat lumpur aktif dipisahkan dari cairan.
Air limbah bersama lumpur aktif masuk ke dalam tangki aerasi, dimana
dilakukan aerasi terus-menerus untuk memberikan oksigen. Di dalam tangki aerasi
ini, terjadi reaksi penguraian zat organik yang terkandung di dalam air limbah
secara biokimia oleh mikroba yang terkandung di dalam lumpur aktif menjadi gas
CO2 dan sel baru. Jumlah mikroba dalam tangki aerasi akan bertambah banyak
dengan dihasilkannya sel-sel baru.
Reaksi oksidasi dan sintesis sel yang terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi Oksidasi
CHONS + O2 + Nutrien BAKTERI CO2 + NH3 + C5H7NO2 Biomassa
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/L 0,001
2 Alumunium mg/L 0,2
3 Arsen mg/L 0,05
4 Barium mg/L 1,0
5 Besi mg/L 0,3
6 Fluorida mg/L 1,5
7 Kadmium mg/L 0,005
8 Kesadahan mg/L 500
9 Khlorida mg/L 250
10 Kromium, Val. 6 mg/L 0,05
11 Mangan mg/L 0,1
12 Natrium mg/L 200
13 Nitrat, sebagai N mg/L 10
14 Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
15 Perak mg/L 0,05
Batas min.
16 pH mg/L 6,5 – 8,5
dan maks.
17 Selenium mg/L 0,01
18 Seng mg/L 5,0
19 Sianida mg/L 0,1
20 Sulfat mg/L 400
21 Sulfida (sebagai H2S) mg/L 0,05
22 Tembaga mg/L 1,0
23 Timbal mg/L 0,05
b. Kimia Organik
1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzene mg/L 0,01
3 Benzo(a)pyrene mg/L 0,00001
Chlordane (total
4 mg/L 0,0003
isomer)
5 Chloroform mg/L 0,03
6 2,4 D mg/L 0,10
7 DDT mg/L 0,03
8 Detergen mg/L 0,05
9 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan yang Diperbolehkan Keterangan
Kepmenkes
Heptachlor dan
11 mg/L 0,003
Heptachlor Epoxide
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
Gamma-HCH
13 mg/L 0,004
(Lindane)
14 Methoxychlor mg/L 0,03
15 Pentachlorophenol mg/L 0,01
16 Pestisida Total mg/L 0,10
17 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01
18 Zat Organik (KmnO4) mg/L 10
MIKROBIOLOGI
Jumlah/100
1 Coliform tinja 0
ml sampel
Jumlah/100
2 Total coliform 0
ml sampel
RADIOAKTIVITAS
Aktivitas Alpha
1 Bq/L 0,1
(Gross Alpha Activity)
Aktivitas Beta
2 Bq/L 1,0
(Gross Beta Activity)
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/I990
Keterangan :
mg = miligram ml = milliliter NTU = Nephelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units L = liter
Bq = Bequerel Logam berat merupakan logam terlarut
0-20 E
Coliform
MPN Per 20-100 O O O O E
100 ml
Rata-rata 100-5000 E E E O E
bulanan
> 5000 E O E E E O
0-10 O
Turbidity,
10-200 O E
NTU
> 200 O O E
Warna, 20-70 E O O
mg/l Pt-
Co > 70 O E O
Rasa
Terasa O O O O E
&Bau
CaCO3, E E E E
> 200
mg/l
< 0,3 O O E
Fe &
0,3-1,0 O E E O
Mn,mg/1
> 1,0 E E E E O O
Chloride, E E O
0-250 E E O
MG/L
Pra Pengolahan
Parameter Pengolahan
Pengolahan Khusus
Paramet Konsentr SW
S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT
er asi T
200-500 O
> 500 E
0-0,005 O O O O
Senyawa
Phenol,
mg/1 > 0,005 E E O E O
E E E O
Bahan
Kimia
Lain O O O O
Keterangan :
S = Screening RSF = Rapid Sand Filter
PC = Prechlorination SSF = Slow Sand Filter
PS = Plain Settling A = Aeration
SCT = Special Chemical Treatment AC = Activated Carbon
LS = Lime Softening P = Post Chlorination
SC = Special Chlorination SWT = Salt Water Treatment
CS = Coagulation & Sedimentation O = Optional, E = Essential
Menurut Metcalf dan Eddy (1991) saringan kasar dapat berupa kisi-kisi
baja, anyaman kawat, kasa baja/plat yang berlubang-lubang dengan dipasang
vertikal/miring dengan sudut antara 30°- 80°. Analisis penting dalam perencanaan
saringan kasar adalah menentukan kehilangan tinggi (head loss) selama air
melewati kisi saringan.
2. Shore intake
Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situasi
lapangan, dan biasanya terletak di pinggiran sungai.
Shore Intake terbagi atas 3 jenis, yakni siphon well intake, suspended
intake, dan floating intake. Berikut uraian masing-masing jenis shore
intake.
a. Siphon well intake
Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan
intake berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak
memberi pengaruh pada interior intake.
b. Suspended intake
Memiliki karakteristik tersendiri yakni pipa hisap dibenamkan ke dalam
sumber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung
tercampur dengan aliran sumber air.
c. Floating intake
Struktur intake yang ringkas diletakkan di atas sebuah pelampung yang
terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air.
3. Crib intake
4. Direct intake
Direct intake (langsung) adalah intake yang sumber airnya berasal dari
sumber air yang dalam seperti sungai dan danau. Intake jenis ini
memerlukan tanggul untuk mencegah agar tanah tidak mengalami erosi
dan sedimentasi. Keuntungan dari intake jenis ini yaitu biaya konstruksi
lebih murah dari jenis intake yang lain.
b. Deflektor Plate Mixer, alat ini bekerja dengan menggunakan pancaran air
yang keluar dari deflector. Air masuk melalui inlet, kemudian dipancarkan
oleh deflector dimana di dekat deflector dibubuhkan koagulan.
c. Penggerak pneumatic dan Baffle basins
Kecepatan benturan partikel harus sebanding dengan percepatan, karena
itu gradien kecepatan harus cukup memberikan kecepatan untuk benturan antar
partikel, percepatan juga berhubungan dengan gaya geser dalam air. Percepatan
besar akan menghasilkan gaya geser yang besar dan mencegah susunan flok
yang diinginkan. Jumlah total partikel yang berbenturan sama dengan perkalian
gradien kecepatan (G) dan waktu detensi (T).
distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan
kecepatan filtrasi.
Tabel 2.14 Kriteria Perencanaan Media Filter untuk Pengolahan Air Minum
Nilai
Karakteristik
Rentang Tipikal
I. Single Media
A. Media pasir
• Kedalaman (mm) 610 – 760 685
• ES (mm) 0,35 – 0,70 0,6
• UC <1,7 <1,7
B. Media anthrasit
• Kedalaman (mm) 610 – 760 685
• ES (mm) 0,70 – 0,75 0,75
• UC <1,75 <1,75
2
C. Rate Filtrasi (l/det - m ) 1,36 – 3,40 2,72
II. Dual Media
A. Anthrasit
• Kedalaman (mm) 460 – 610 610
• ES (mm) 0,9 – 1,1 1,0
• UC 1,6 – 1,8 1,7
B. Pasir
• Kedalaman (mm) 150 – 205 150
• ES (mm) 0,45 – 0,55 0,5
• UC 1,5 – 1,7 1,6
C. Rate Filtrasi (l/det - m2) 2,04 – 5,44 3,4
III. Multi Media
A. Anthrasit
• Kedalaman (mm) 420 – 530 460
• ES (mm) 0,95 – 1,0 1,0
• UC 1,55 – 1,75 <1,75
B. Pasir
• Kedalaman (mm) 150 – 230 230
• ES (mm) 0,45 – 0,55 0,50
• UC 1,5 – 1,65 1,60
C. Garnet
• Kedalaman (mm) 75 – 115 75
• ES (mm) 0,20 – 0,35 0,20
• UC 1,6 – 2,0 <1,6
D. Rate Filtrasi (l/det - m2) 2,72 – 6,80 4,08
Sumber : Reynolds dan Richards, 1996
Klorin diproduksi oleh pabrik sebagai gas, dicairkan di bawah tekanan dan
disimpan sebagai cairan. Gas yang sudah dicairkan tersebut dikirim ke pekerjaan
pengolahan dalam bentuk silinder (33 kg dan 71 kg 𝐶𝑙2 bersih) dan drum (864 kg
dan 1000 kg 𝐶𝑙2 bersih). Untuk situs pabrik yang lebih besar, klorin dapat
dikirimkan dalam jumlah besar dan disimpan dalam tangki yang dirancang khusus.
Klorin sangat beracun sehingga prosedur kesehatan dan keselamatan yang ketat
juga harus diikuti, dan fasilitas keselamatan wajib disediakan, termasuk alat bantu
pernapasan dan detektor klorin dengan alarm. Vakum tersebut disediakan oleh
ejektor yang juga berfungsi untuk memberikan pencampuran gas yang intens
dengan motive water yang memberikan larutan air terklorinasi yang dihasilkan ke
titik dosis. Pencampuran yang baik harus diberikan pada titik dosis, menggunakan
pencampur in-line statis jika diperlukan, terutama jika aliran membelah tidak lama
sesudahnya (EPA,2011).