Nim : 2004112688
Prodi : BDP-B
1. Sungai Kampar / Fresh Water
1. Fisika
Kecerahan cm 63.7
Kecepatan arus (m/s) m/s 0.091
Suhu oC 30
Kedalaman m 6
Daya hantar listrik(DHL) µs/cm 22,0
Total residu terlarut (TDS) mg/l 28,0 1000
Total residu tersuspensi (TSS) mg/l 52,0 400
2. Kimia
pH 5-6 6-9
Kebutuhan Oksigen Biologis mg/l 16,4 6
(BOD)
Kebutuhan Oksigen Kimiawi mg/l 51,2 50
(COD)
Nitrat mg/l 6,10 20
Posfat mg/L 0,41 1
DO mg/L 6,75 3
Kandungan nitrat di Sungai Kampar sebesar 6,10 mg/L, hal menunjukkan
perairan Sungai Kampar tergolong subur dan layak dilakukan kegiatan budidaya
perikanan, karena memenuhi baku mutu kualitas perairan. Nilai pospat di Sungai
Kampar masih memenuhi nilai baku mutu, yaitu 0,41. Selanjutnya kadar DO di Sungai
Kampar, menunjukkan kualitas air masih layak untuk budidaya perairan. Hal ini
disebabkan kadar DO di Sungai Kampar memenuhi baku mutu dengan batas minimum
3 mg/L. Sedangkan nilai BOD dan COD dari perairan Sungai Kampar mencapai 16,4
mg/L dan 51,2 mg/L, hal ini belum memenuhi kriteria baku mutu. Dimana nilai BOD
yang diperbolehkan adalah ≤6 mg/L, sedangkan nilai COD yang diperbolehkan 50
mg/L. Tingginya nilai BOD menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, sehingga
menyebabkan defisit oksigen.
2. Sungai Siak
5 Warna TCU - 67 66 67
6 Kekeruhan FAU - 17 16 16
Kimia
1 pH - 6–9 6,4 6,4 6,4
2 COD mg/l 10 47,2* 35,3* 43,1*
3 BOD mg/l 2 16,992* 12,708* 15,516*
4 Cu mg/l 0,02 0,00082 0,01592 0,00547
5 Hg mg/l 0,001 0,00094 0,00097 0,00095
6 Cr 6+ mg/l 0,05 0,013 0,030 0,047
7 DO mg/l min. 6 1,90 2,19 2,21
4. Tambak Udang
Hasil pengukuran parameter fisika air seperti suhu, kecerahan, dan kekeruhan
perairan masih berada pada kisaran optimum untuk kegiatan budidaya ikan. Sedangkan
TDS masih jauh di bawah ambang batas yang ditentukan dalam PP No. 82 tahun 2001,
yaitu 1.000 mg/L. Nilai pH perairan yang terukur masih berada pada kisaran baku mutu
air untuk kegiatan budidaya yaitu 6–9. Untuk kandungan oksigen terlarut (DO) masih
tergolong tinggi, yakni di atas nilai baku mutu yang dipersyaratkan (3 mg/L),
sedangkan nilai BOD sudah mendekati nilai maksimum baku mutu air untuk kegiatan
budidaya, bahkan pada dua dari 5 titik sampling sudah melebihi nilai baku mutu, yaitu
6 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada perairan tersebut
sudah cukup tinggi. Tingginya kandungan bahan organik di perairan dapat disebabkan
oleh sisa pakan dari kegiatan budidaya, feses ikan, bangkai ikan. Selain itu, juga dapat
diakibatkan oleh masukan dari darat (seperti kegiatan pertanian dan limbah domestik).
Kandungan amonia (NH3) di perairan berkisar antara 0,021–0,087 mg/L. Nilai ini
sudah melebihi nilai baku mutu air golongan C berdasarkan KEPMENKLH No. 2
tahun 1988 yakni 0,016 mg/L. Kandungan nitrat berkisar antara 0,013–0,019 mg/L;
dimana nilai tersebut masih jauh di bawah nilai maksimum berdasarkan baku mutu air
kelas III PP No. 82 tahun 2001, yaitu 20 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
perairan belum terlalu subur, dan secara umum masih layak untuk kegiatan budidaya.
Untuk kandungan nitrit berkisar antara 0,0012–0,0013 mg/L, di mana nilai tersebut
masih jauh di bawah nilai ambang maksimum yang diperbolehkan untuk kegiatan
budidaya ikan, yaitu 0,06 mg/L.
Pergolakan suhu yang demikian dianggap cukup baik, karena menurut Kordi
dan Tancung (2007), bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan adalah
28oC-32oC. Sedangkan kisaran suhu yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 25 –
30oC. Oksigen terlarut merupakan faktor terpenting dalam menentukan kehidupan
ikan, pernapasan akan terganggu bila oksigen kurang dalam perairan. Hasil pengukuran
kandungan oksigen terlarut rata-rata selama penelitian pada perlakuan A = 5,4ppm dan
pada perlakuan B = 5,2ppm. Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan
mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun
konsentrasi oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan
dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu
bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun. Untuk itu, konsentrasi
oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah antara 5-7 ppm. Menurut Kordi dan
Tancung (2007), menyatakan bahwa dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir
oleh ikan tapi pertumbuhan ikan akan terhambat. Namun ikan dapat mengalami
pertumbuhan yang optimal pada pH 6,5-9,0. Menurut Asmawi (1983), bahwa derajat
keasaman yang masih dapat ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0. Sedangkan menurut
Anonim (2010), pH air yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 6 – 8,5 dengan
kisaran optimum 7 – 8. Menurut Kordi dan Tancung (2007), kekeruhan yang baik
adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton. Adapun
tingkat kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah 30- 40 cm yang di ukur
dengan menggunakan secchi disk. Apabila kedalaman kurang dari 25 cm, maka
pergantian air harus cepat dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti
penurunan oksigen terlarut secara drastis. Asmawi (1983), menyatakan bahwa amoniak
terlarut yang baik untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 ppm.