Anda di halaman 1dari 8

Nama : Juan Reisbok Sinaga

Nim : 2004112688
Prodi : BDP-B
1. Sungai Kampar / Fresh Water

Gambar 1 : Sungai Kampar


Tabel 1. Parameter Kualitas air sungai kampar
No Parameter yang di ukur satuan Sei Baku Mutu Kelas
Kampar III
PP No.82 Tahun
2001

1. Fisika
Kecerahan cm 63.7
Kecepatan arus (m/s) m/s 0.091
Suhu oC 30
Kedalaman m 6
Daya hantar listrik(DHL) µs/cm 22,0
Total residu terlarut (TDS) mg/l 28,0 1000
Total residu tersuspensi (TSS) mg/l 52,0 400
2. Kimia
pH 5-6 6-9
Kebutuhan Oksigen Biologis mg/l 16,4 6
(BOD)
Kebutuhan Oksigen Kimiawi mg/l 51,2 50
(COD)
Nitrat mg/l 6,10 20
Posfat mg/L 0,41 1
DO mg/L 6,75 3
Kandungan nitrat di Sungai Kampar sebesar 6,10 mg/L, hal menunjukkan
perairan Sungai Kampar tergolong subur dan layak dilakukan kegiatan budidaya
perikanan, karena memenuhi baku mutu kualitas perairan. Nilai pospat di Sungai
Kampar masih memenuhi nilai baku mutu, yaitu 0,41. Selanjutnya kadar DO di Sungai
Kampar, menunjukkan kualitas air masih layak untuk budidaya perairan. Hal ini
disebabkan kadar DO di Sungai Kampar memenuhi baku mutu dengan batas minimum
3 mg/L. Sedangkan nilai BOD dan COD dari perairan Sungai Kampar mencapai 16,4
mg/L dan 51,2 mg/L, hal ini belum memenuhi kriteria baku mutu. Dimana nilai BOD
yang diperbolehkan adalah ≤6 mg/L, sedangkan nilai COD yang diperbolehkan 50
mg/L. Tingginya nilai BOD menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, sehingga
menyebabkan defisit oksigen.

2. Sungai Siak

Gambar 2. Sungai Siak


Tabel 2. Parameter Kualitas Air sungai Siak
Satua n Baku Hasil Analisa
No Parameter Mutu
TS. 2 TS. 3
TS. 1
Fisika
Deviasi 3
1 Suhu °C 27,2 27,1 27,2
2 TDS mg/l 1000 21 21 21
3 TSS mg/l 50 53* 52* 49

Tidak Tidak Tidak


4 Bau - - Berbau Berbau Berbau

5 Warna TCU - 67 66 67
6 Kekeruhan FAU - 17 16 16
Kimia
1 pH - 6–9 6,4 6,4 6,4
2 COD mg/l 10 47,2* 35,3* 43,1*
3 BOD mg/l 2 16,992* 12,708* 15,516*
4 Cu mg/l 0,02 0,00082 0,01592 0,00547
5 Hg mg/l 0,001 0,00094 0,00097 0,00095
6 Cr 6+ mg/l 0,05 0,013 0,030 0,047
7 DO mg/l min. 6 1,90 2,19 2,21

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan parameter fisika


yang melebihi baku mutu standar kualitas air yaitu TSS (Total Suspended Solid), pada
titik sampel 1 (53 mg/l) dan pada titik sampel 2 (52 mg/l). Hasil pemeriksaan
parameter kimia, terdapat parameter yang melebihi baku mutu standar kualitas air
yaitu COD dan BOD. Untuk hasil pemeriksaan COD, semua titik sampel melebihi
baku mutu, kadar tertinggi pada titik sampel 1 (47,2 mg/l) dan terendah pada titik
sampel 2 (35,3 mg/l). Hasil pemeriksaan BOD, semua titik sampel melebihi baku
mutu,kadar tertinggi berada pada titik sampel 1 (16,992 mg/l), dan terendah pada titik
sampel 2 (12,708 mg/l). Perairan yang banyak mengandung bahan organik tinggi
mempunyai nilai BOD yangtinggi, sehingga kandungan oksigen terlarut di dalam air
menjadi rendah, akibatnya biota air menjadi mati. Konsentrasi BOD yang tinggi
menunjukkan jumlah mikroorganismepatogen juga banyak. Mikroorganisme patogen
dapat menimbulkan berbagaimacam penyakit pada manusia.
3. Sea Water

Gambar 3. Padang lamun perairan Kota Tanjungpinang


Tabel 3. Parameter Kualitas Air laut padang lamun
Data Fisika Baku mutu
No Parameter dan Kimia untuk biota laut Keterangan
Perairan
Alami dan
diperbolehkan kisaran normal untuk
1 Suhu (°C) 31.3 <2°C dari kondisi kehidupan dan
normal suatu pertumbuhan biota laut
lingkungan sesuai dengan bakumutu
2 pH 8.1 - 8.21 7-8,5 air laut untuk biota laut
Kep.MenLH No.51 tahun
2004lampiran III.
3 DO (mg/l) 7.3 >5 dari rata-rata
musiman
Alami dan
diperbolehkan
4 Salinitas( ‰) 28 - 29,5
<5‰ dari rata-
rata musiman

Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam mengatur kehidupan


organisme perairan. Dari hasil pengukuran suhu di padang lamun menyatakan bahwa
air laut merupakan sistem penyangga yang sangat luas dengan derajat keasaman (pH)
yang relatif stabil sebesar 7,0 – 8,5. Kisaran nilai pH yang diperoleh ini masih
mendapatkan pengaruh dari air laut karena nilai kisaran pH yang diperoleh
termasuk baik untuk pertumbuhn biota laut. Dari tabel nilai derajat keasaman (pH)
berkisar antara 8.1 – 8.21. Kandungan oksigen merupakan suatu faktor yang sangat
penting di dalam suatu ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses
respirasi bagi sebagian besar organisme air. Hasil pengukuran kandungan oksigen
terlarut di padang lamun perairan kelurahan Senggarang menunjukkan nilai dengan
berkisar 7.3 mg/l. Kondisi ini sesuai dengan baku mutu air laut untuk biota laut
Kep.MenLH No.51 tahun.

4. Tambak Udang

Tabel 4. Parameter Kualitas Air dan Metode Pengukurannya


No Parameter Satuan Alat
1. pH pH meter
2. Salinitas ppt Refraktometer
3. Oksigen terlarut mg/L DO meter
4. Kecerahan cm Secchi disk
5. Suhu 0C Thermometer HG
6. Alkalinitas mg Titrimetri
/L
7. Fosfat mg/L Spectrophotometry
8. Nitrit mg/L Spectrophotometry
9. Total Amonia Nitrogen mg/L Spectrophotometry
10. Total Organic Matter mg/L Titrimetri
11. Total Vibrio Count (TVC) CFU/ml Prescott et al, (2002)
12. Total Bacteria Count CFU/ml Prescott et al, (2002)
(TBC)
Konsentrasi masing-masing parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel
2. Nilai parameter kualitas air tambak mayoritas masih sesuai dengan ambang batas
untuk budidaya udang. Yaitu, pH 7.5-8.5, oksigen terlarut >4 mg/L, kecerahan 30-
40 cm, suhu 26-320C, alkalinitas 90-250 mg/L, fosfat 0.005-0.2 mg/L, nitrit <0.23
mg/L, TAN <0.1 mg/L, dan perbandingan vibrio terhadap kelimpahan total bakteri
<2% . Kecuali untuk parameter salinitas dan Total Organic Matter yang berada
diatas ambang batas. Nilai salinitas yang baik untuk budidaya udang putih berkisar
antara 5-35 ppt dan konsentrasi Total Organic Matter yang dianjurkan untuk
budidaya intensif adalah <80 mg/L.

5. Keramba Jaring Apung (KJA)

Tabel 5. Parameter Kualitas Air pada Keramba Jaring Apung


Parameter Satuan Minimum Maksimum Rataan ±SD Baku mutu*
Suhu °C 27,86 30,02 28,38 0,5142 -
DO mg/L 5,48 8,98 7,46 1,0073 3
pH 5,62 7,45 6,97 0,4759 6–9
Kekeruhan FTU 0,10 8,26 1,34 1,3677 -
Kecerahan m 110 350 185 49,5303 -
TDS mg/L 0,07 0,09 0,07 0,0024 1.000
Kedalaman air m 1,00 175,00 82,00 57,7843 -
Ketebalan sedimen m 3,0 5,0 3,4 0,8983 -
BOD5 mg/L 4,76 6,34 5,624 0,5499 6
PO4 mg/L 0,032 0,473 0,2276 0,1875 -
NO3 mg/L 0,009 0,019 0,0142 0,0034 20
NO2 mg/L 0,0012 0,0038 0,0020 0,0012 0,06
NH3 mg/L 0,021 0,087 0,0513 0,0228 0,016
H2S mg/L 0 0,89 0,205 0,2598 0,002
Total N mg/L 0,05 0,22 0,1181 0,0569 -
Total P mg/L 0,04 0,56 0,335 0,2421 1

Hasil pengukuran parameter fisika air seperti suhu, kecerahan, dan kekeruhan
perairan masih berada pada kisaran optimum untuk kegiatan budidaya ikan. Sedangkan
TDS masih jauh di bawah ambang batas yang ditentukan dalam PP No. 82 tahun 2001,
yaitu 1.000 mg/L. Nilai pH perairan yang terukur masih berada pada kisaran baku mutu
air untuk kegiatan budidaya yaitu 6–9. Untuk kandungan oksigen terlarut (DO) masih
tergolong tinggi, yakni di atas nilai baku mutu yang dipersyaratkan (3 mg/L),
sedangkan nilai BOD sudah mendekati nilai maksimum baku mutu air untuk kegiatan
budidaya, bahkan pada dua dari 5 titik sampling sudah melebihi nilai baku mutu, yaitu
6 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada perairan tersebut
sudah cukup tinggi. Tingginya kandungan bahan organik di perairan dapat disebabkan
oleh sisa pakan dari kegiatan budidaya, feses ikan, bangkai ikan. Selain itu, juga dapat
diakibatkan oleh masukan dari darat (seperti kegiatan pertanian dan limbah domestik).
Kandungan amonia (NH3) di perairan berkisar antara 0,021–0,087 mg/L. Nilai ini
sudah melebihi nilai baku mutu air golongan C berdasarkan KEPMENKLH No. 2
tahun 1988 yakni 0,016 mg/L. Kandungan nitrat berkisar antara 0,013–0,019 mg/L;
dimana nilai tersebut masih jauh di bawah nilai maksimum berdasarkan baku mutu air
kelas III PP No. 82 tahun 2001, yaitu 20 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
perairan belum terlalu subur, dan secara umum masih layak untuk kegiatan budidaya.
Untuk kandungan nitrit berkisar antara 0,0012–0,0013 mg/L, di mana nilai tersebut
masih jauh di bawah nilai ambang maksimum yang diperbolehkan untuk kegiatan
budidaya ikan, yaitu 0,06 mg/L.

6. Kolam Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Pergolakan suhu yang demikian dianggap cukup baik, karena menurut Kordi
dan Tancung (2007), bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan adalah
28oC-32oC. Sedangkan kisaran suhu yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 25 –
30oC. Oksigen terlarut merupakan faktor terpenting dalam menentukan kehidupan
ikan, pernapasan akan terganggu bila oksigen kurang dalam perairan. Hasil pengukuran
kandungan oksigen terlarut rata-rata selama penelitian pada perlakuan A = 5,4ppm dan
pada perlakuan B = 5,2ppm. Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan
mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun
konsentrasi oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan
dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu
bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun. Untuk itu, konsentrasi
oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah antara 5-7 ppm. Menurut Kordi dan
Tancung (2007), menyatakan bahwa dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir
oleh ikan tapi pertumbuhan ikan akan terhambat. Namun ikan dapat mengalami
pertumbuhan yang optimal pada pH 6,5-9,0. Menurut Asmawi (1983), bahwa derajat
keasaman yang masih dapat ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0. Sedangkan menurut
Anonim (2010), pH air yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 6 – 8,5 dengan
kisaran optimum 7 – 8. Menurut Kordi dan Tancung (2007), kekeruhan yang baik
adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton. Adapun
tingkat kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah 30- 40 cm yang di ukur
dengan menggunakan secchi disk. Apabila kedalaman kurang dari 25 cm, maka
pergantian air harus cepat dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti
penurunan oksigen terlarut secara drastis. Asmawi (1983), menyatakan bahwa amoniak
terlarut yang baik untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 ppm.

7. Kolam Bioflok Ikan Lele

Tabel 7. Parameter kualitas air pada kolam bioflok lele


Suhu (oC) pH TDS (mg/L) TAN (mg/L)
25,67±0,06 7,59±0,16 469,33±42,06 52,75±11,38
25,57±0,06 7,57±0,13 368,67±11,85 25,00±3,07
25,43±0,05 7,52±0,10 387, 00±27,78 22,68±8,50

Volume bioflok berpengaruh terhadap konsentrasi oksigen, konsentrasi oksigen


lebih tinggi pada volume bioflok rendah dibandingkan pada volume bioflok tinggi.
Perbedaan konsentrasi oksigen relatif kecil yaitu sekitar 0,5 mg/L. Bioflok
merupakan agregat dari bahan organik dan mikroorganisme yang membutuhkan
oksigen. Konsentrasi bahan organik (bioflok) berpengaruh terhadap penggunaan oksi-
gen, dan volume bioflok yang optimum untuk budidaya lele sebesar 25-50 ml/L dan
udang 10-15 ml/L. Volume bioflok tertinggi pada kolam B0 sebesar 557 ml/L dengan
kelangsungan hidup cukup tinggi yaitu 93,17%. Data tersebut menunjukkan bahwa
ikan lele dengan berat rata-rata minimal 63 gram dapat hidup normal pada media
dengan volume bioflok yang cukup tinggi yaitu sekitar 500 ml/L.
Referensi
Ariadi, H., Wafi, A., Musa, M., & Supriatna, S. (2021). Keterkaitan Hubungan
Parameter Kualitas Air Pada Budidaya Intensif Udang Putih (Litopenaeus
vannamei). Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12(1), 18-28.
Asiah, N., Junianto, J., Yustiati, A., & Sukendi, S. (2018). Morfometrik dan meristik
ikan kelabau (Osteochilus melanopleurus) dari Sungai Kampar, Provinsi
Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 23(1), 47-56.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia. Jakarta
Erlania, R., Prasetio, A. B., & Haryadi, J. (2010). Dampak manajemen pakan dari
kegiatan budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di keramba jaring apung
terhadap kualitas perairan Danau Maninjau. In Prosiding forum inovasi
teknologi akuakultur (pp. 621-631).
Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Rachmawati, D., Samidjan, I., & Setyono, H. (2015). 3. Manajemen Kualitas Air
Media Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) dengan Teknik
Probiotik pada Kolam Terpal di Desa Vokasi Reksosari, Kecamatan Suruh,
Kabupaten Semarang. Pena Akuatika: Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 12(1).
Ismy, F., & Ashar, T. (2013). Analisis kualitas air dan keluhan gangguan kulit pada
masyarakat pengguna air Sungai Siak di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan
Tanjung Rhu Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru tahun 2012. Lingkungan
dan Keselamatan Kerja, 2(3), 14405.
Nurjannah, M., & Irawan, H. (2013). Keanekaragaman Gastropoda Di Padang Lamun
Perairan Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan
Riau. Repository UMRAH.

Anda mungkin juga menyukai