Anda di halaman 1dari 27

27.

Prakiraan Dampak

1) Perhitungan Baku Mutu Air Limbah

a) Jenis Parameter

Air Limbah Proses Utama (Air Asam Tambang)

Kadar parameter untuk air limbah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kadar Baku Mutu Parameter Air Limbah P

NO. PARAMETER KADAR PALING METODE


TINGGI PENGAMBILAN
(mg/L) CONTOH UJI
1. pH 6–9 SNI  6989.59:2008
2. TSS 400 SNI  6989.59:2008
3. Fe 7 SNI  6989.59:2008
4. Mn 4 SNI  6989.59:2008
5. BOD 30 SNI  6989.59:2008
6. COD 100 SNI  6989.59:2008

*= Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2022


tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pertambangan Dengan Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan
lampiran II

Adapun hasil anaisis laboratorium terhadap air limbah tambang


yang akan dibuang ke badan air penerima sebagaimana
disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil Analisis Laboratorium Parameter Air Limbah

NO. PARAMETER Hasil Pengujian Baku Mutu METODE


(mg/L) PENGAMBILAN
CONTOH UJI
1. pH 6 6–9 SNI  6989.59:2008
2. TSS 28 400 SNI  6989.59:2008
3. Fe 0.0538 7 SNI  6989.59:2008
4. Mn 0.0407 4 SNI  6989.59:2008
5. BOD 5 30 SNI  6989.59:2008
6. COD 23 100 SNI  6989.59:2008

Sumber : PT PIR, 2022


b) Debit

(a) Air Limbah Tambang

Berdasarkan neraca air yang telah disajikan pada sub bab


terdahulu, bahwa debit air limbah yang akan dibuang ke badan
air penerima Sungai Batang Pranap adalah 450 m 3/minggu,
dengan fluktuasi sebagaimana disajikan pada Tabel 5 berikut
ini.

Tabel 3. Fluktuasi atau Kontinuitas Produksi Air Limbah

Waktu Timbulnya Air


Volume Air Limbah (M3)
Limbah
Hari 1 64,3
Hari 2 64,3
Hari 3 64,3
Hari 4 64,3
Hari 5 64,3
Hari 6 64,3
Hari 7 64,2
Jumlah per minggu 450

c) Beban Pencemar Air

Beban pencemar air pada Sungai Batang Pranap disajikan pada


Tabel 7 berikut ini.

Tabel 4. Beban Pencemar Air Sungai Batang Pranap


Hasil Analisis Lab Beban Pencemaran Air
Baku
No Parameter Satuan (Kg/hari)
Mutu
Hulu Hilir Hulu Hilir
1 Tersuspensi Total (TSS) Mg/l 50 108 86 6.944,4 5.529,8
2 pH 6-9 6,40 6,20 691,2 669,6
3 BOD5 Mg/l 3 1,38 1,53 8,832 9,792
4 COD Mg/l 25 < 1,9 < 1,9 2,622 2,622
8 Besi (Fe) Mg/l - 1.6567 1.5094 31.477,3 28.678,6
9 Mangan (Mn) Mg/l - 0.1109 0.1567 1.837,28 2.596,049
2) Sebaran Air Limbah

a) Penyebaran Air Limbah di Badan Air

Area study yang digunakan untuk pemodelan sebaran air limbah adalah
badan air permukaan sungai Batang Pranap. Titik outlet dari PT PIR yang
digunakan adalah titik outlet untuk limbah tambang.

Pada area sungai Batang Pranap yang merupakan badan air penerima air
limbah secara infografis dapat digambarkan bahwa pada bagian Hulu
sejauh ± 15 km tidak terdapat kegiatan lain, pada bagian Hilir juga tidak
terdapat kegiatan lain.

Segmen sungai yang digunakan sebagai acuan pembuatan model


sepanjang 4 km dari arah hulu dan 4 km ke arah hilir. Acuan jarak 4 km
mengacu kepada lokasi titik outlet. Lebar sungai yang digunakan sebagai
acuan didapat dari pengukuran melalui google earth. Data lebar sungai
sepanjang segmen dapat dilihat pada Gambar berikut

Gambar 1. Potongan segmen lebar sungai area study


i. Pemilihan data klimatologi
Penggunaan data klimatologi diperlukan dalam pembuatan model sebaran
(disperse) dari air limbah yang masuk ke dalam badan air permukaan (sungai Batang
Pranap). Pada dokumen kajian ini data yang digunakan merupakan data synop
dengan satuan waktu per-jam. Data yang digunakan merupakan basis data
pantauan dari pengukuran lansung dilokasi setiap hari. Data klimatologi yang
digunakan meliputi Suhu, Tekanan, Tutupan awan dan kecepatan angin. Jenis data
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan input aplikasi yang digunakan. Jenis dan
satuan data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan satuan data Klimatologi

No Jenis Data Satuan


o
1 Suhu C
2 Tekanan mBar
3 Tutupan awan %
4 Kecepatan angin m/s

ii. Running Model

Model sebaran air limbah PT PIR pada sungai Batang Pranap dimodelkan dengan
menggunakan software QUAL2KW 1-Dimensi. Hasil dari model akan
menginformasikan besarnya beban pencemar yang masuk kedalam air sungai dalam
bentuk penilaian dispersi yang digambarkan 1-D berbentuk grafik. Perhitungan
matematika yang digunakan aplikasi ini untuk persebaran air limbah menggunakan
persamaan euler, dan khusus untuk pH menggunakan persamaan Brent. Proses
model akan dilakukan dalam 2 (dua) skenario.

a. Skenario pertama akan menggambarkan kondisi sungai tanpa adanya input dari
kegiatan operasional PT PIR.
b. Skenario kedua akan menggambarkan kondisi sungai yang dimana ada 2 (dua)
titik outlet pembuangan dari kegiatan operasional dan domestik PT PIR.
Tabel 3. Informasi parameter Sungai Batang Pranap

Baku
No Parameter Satuan Hulu Hilir
Mutu
1 Tersuspensi Total (TSS) mg/l 44,0 34 50
2 pH - 6,70 6,30 6-9
3 BOD5 mg/l 1,65 1,45 3
4 COD mg/l 6,68 6,35 25
5 Amonia (NH3-N) mg/l <0,036 <0,036 0,2
6 Minyak dan Lemak mg/l 0,01 0,01 1
7 Senyawa Fenol sebagai Fenol mg/l <0,070 0,001 0,005
8 Besi (Fe) mg/l <0,098 <0,098 -
9 Tembaga (Cu) mg/l <0,0034 <0,0034 0,02
10 Total coliform Jml/100 ml 700 340 3.000

Tabel 4. Informasi input point source pada QUAL2KW

No Data Input Koordinat Keterangan Debit (m3/s)


o
1 Titik Penaatan 2 04’23,31” 103o43’58,32” Limbah 0,003125
1 Operasional

Tabel 5. Hasil analisa laboratorium kualitas air limbah operasional

Outlet IPAL
No Parameter Satuan Baku Mutu
Pabrik
A Sumber Plywood, MDF dan Glue Plant
1 Tersuspensi Total (TSS) Mg/l 50 3,17
2 pH 6–9 6,00
3 BOD5 Mg/l 75 7,23
4 COD Mg/l 125 18,38
5 Amonia (NH3-N) Mg/l 4 0,232
7 Senyawa Fenol sebagai Fenol Mg/l 0,25 0,0434
B Sumber Blowdown Boiler
1 Besi (Fe) Mg/l 3 0,7568
2 Tembaga (Cu) Mg/l 1 0,4213
Model yang digambarkan akan menampilkan kondisi beberapa parameter pada
aliran sungai yang dipengaruhi oleh buangan operasional PT PIR. Parameter
tersebut adalah :

N Parameter Satuan
o
1 Debit m3/s
o
2 Temperature C
3 DO (Dissolve Oksigen) mgO2/L
4 BOD5 mgO2/L
5 COD mgO2/L
7 pH -
9 TSS mg/L

Konsentrasi setiap parameter yang digunakan mengacu kepada hasil pengujian oleh
laboratorium bersertifikat.

a). Running model skenario I (Kondisi awal sungai)

Setiap grafik akan mengampilkan konsentrasi dari setiap parameter dari lokasi
sesuai dengan potongan segmen sungai yang ditetapkan diawal. Semua perubahan
konsentrasi dari masing – masing parameter dipengaruhi oleh luasan dimensi
sungai, kondisi meteorologi dan faktor koefisien tanpa dipengaruhi oleh input
konsentrasi dari titik lain.

Kondisi awal sungai tanpa dipengaruhi oleh operasional pabrik PT PIR digambarkan
pada gambar-gambar berikut ini.
x 100 Debit Sungai Lalan Skenario I
7.7

7.6

7.5

7.4

7.3

7.2

7.1

7
2.5 2 1.5 1 0.5 0

Q, m3/s Linear (Q, m3/s) Q-data m3/s

Gambar 4. Debit Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi titik outlet

Debit yang tergambarkan pada grafik bernilai konstan dikarenakan tidak ada
penambahan air masuk dari kegiatan apapun. Grafik menampilkan debit sungai
Batang Pranap pada nilai 762 m3/s sesuai dengan pengukuran lapangan.

Temperatur Sungai Lalan Skenario I


31

30

29

28

27

26

25
2.5 2 1.5 1 0.5 0
Temp(C) Average Mean Temp-data
Temp(C) Minimum Temp(C) Maximum
Gambar 5. Temperatur Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi titik
outlet

Hasil model menggambarkan bahwa suhu Sungai Batang Pranap berpotensi berada
pada batas minimal 26oC dan maksimal pada 30oC, sedangkan hasil perhitungan
model menggambarkan nilai temperature konstan pada nilai 28.1 – 28.3 oC dimana
baku mutu yang ditetapkan pada PP No. 22 Tahun 2021 adalah Dev 3 dari suhu
udara di atas permukaan.

DO Sungai Lalan Skenario I


9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2.5 2 1.5 1 0.5 0
DO(mgO2/L) DO (mgO2/L) data DO(mgO2/L) Min
DO(mgO2/L) Max Minimum DO-data Maximum DO-data
DO sat
Gambar 6. Konsentrasi DO Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi
titik outlet

Pada Gambar 6. Menampilkan bahwa kadar konsentrasi DO di Sungai Batang Pranap


pada area hulu sebesar 4.8 mgO2/L kemudian meningkat dan pada kondisi hilir
mencapai 6.0 mgO2/L. Berdasarkan jenis sungai, Sungai Batang Pranap masuk
kedalam status sungai kelas 2 yang memiliki baku mutu untuk DO minimal sebesar 4
mgO2/L. Kondisi alami Sungai Batang Pranap dari sisi DO berada dalam kondisi
aman dan dibawah baku mutu.
BOD5 Sungai Lalan Skenario I
1.005
1
0.995
0.99
0.985
0.98
0.975
0.97
0.965
0.96
2.5 2 1.5 1 0.5 0

CBODf (mgO2/L) CBODf (mgO2/L) data


CBODf (mgO2/L) Min CBODf (mgO2/L) Max
Gambar 7. Konsentrasi BOD5 Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi
titik outlet

Konsentrasi BOD5 yang ditampilkan berada pada kondisi dominan konstan dengan
sedikit ada nilai penurunan konsentrasi pada area hilir. Hasil model menunjukkan
nilai BOD5 masih jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 3 mg/L.
NH4 Sungai Lalan Skenario I
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
2.5 2 1.5 1 0.5 0
NH4 (ugN/L) data NH4(ugN/L) NH4(ugN/L) Min
NH4(ugN/L) Max Minimum NH4-data Maximum NH4-data
Gambar 8. Konsentrasi NH4 Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi
titik outlet

Kosentrasi NH4 secara alami pada badan Sungai Batang Pranap mengalami
peningkatan dari konsentrasi 0,035 – 0,08 ugN/L, masih jauh dibawah baku mutu
sebesar 0,2 mg/L.
pH Sungai Lalan Skenario I
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2.5 2 1.5 1 0.5 0

pH pH data pH Min
pH Max Minimum pH-data Maximum pH-data
pHsat
Gambar 9. Konsentrasi pH Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi
titik outlet

Konsentrasi pH pada Sungai Batang Pranap relatif pada kondisi normal dengan nilai
mendekati 7. Potensi nilai pH yang tergambarkan berkisar stabil berada di rentang 6
hingga 7,5.
NH3 Sungai Lalan
0.014

0.012

0.01

0.008

0.006

0.004

0.002

0
2.5 2 1.5 1 0.5 0
NH3 (ugN/L) data NH3
NH3 Min NH3 Max
Gambar 10. Konsentrasi NH3 Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi
titik outlet
Konsentrasi NH3 secara alami tergambarkan pada rentang 0,0003 – 0,0006 ugN/L.
Potensi tertinggi nilai NH 3 muncul pada lokasi hulu dengan konsentrasi mencapai
0,013 ugN/L dan turun secara ekstrim menuju 0,0015 ugN/L. Baku mutu yang
ditetapkan oleh PP 22 Tahun 2021 untuk NH 3 sebesar 0,2 mg/L.

TSS Sungai Lalan


7.52
7.5
7.48
7.46
7.44
7.42
7.4
7.38
2.5 2 1.5 1 0.5 0
TSS (mgD/L) TSS (mgD/L) data

Gambar 11. Konsentrasi TSS Sungai Batang Pranap sebelum ada penambahan konsentrasi
titik outlet
Konsentrasi TSS pada kondisi alami sungai mengalami penurunan sebesar 0,08 mg/L
dalam rentang jarak 2 km. Pada kondisi hilir nilai TSS mencapai 7.423 mg/L,
sedangkan baku mutu yang ditetapkan bernilai 50 mg/L.

Rekapitulasi data konsentrasi masing – masing parameter pada kondisi Sungai


Batang Pranap belum mendapatkan input dari outlet dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Rekapitulasi data tabular konsentrasi Sungai Batang Pranap tanpa penambahan
konsentrasi

Jarak Ke Parameter
Lokasi Downstream
TSS DO BOD5 NH4 NO3 pH NH3
(km)
Upstream (Hulu) 2,00 7,50 4,70 1,00 0,04 0,00 6,87 0,00066
1,90 7,49 4,83 1,00 0,04 0,19 6,79 0,00044
1,70 7,46 5,09 0,99 0,06 0,60 6,71 0,00032
1,50 7,45 5,24 0,99 0,07 0,71 6,72 0,00036
1,30 7,44 5,39 0,99 0,07 0,82 6,74 0,00039
1,10 7,44 5,41 0,99 0,07 0,85 6,74 0,00039
0,90 7,44 5,43 0,99 0,07 0,89 6,74 0,00040
0,70 7,43 5,44 0,99 0,07 0,92 6,74 0,00040
0,50 7,43 5,45 0,99 0,08 0,94 6,74 0,00040
0,30 7,43 5,47 0,99 0,08 1,00 6,72 0,00037
  0,10 7,42 5,95 0,99 0,08 1,06 6,80 0,00044
Downstream (Hilir) 0,00 7,42 5,95 0,99 0,08 1,06 6,80 0,00044

b). Running model skenario II (Kondisi sungai setelah mengalami penambahan)

Pada skenario II, PT PIR melakukan pembuangan air limbah sebanyak 2 (dua) titik
outlet menuju badan air permukaan (Sungai Batang Pranap), detail informasi setiap
titik outlet dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data informasi keluaran titik outlet PT PIR sebagai input model sebaran

Parameter
Titik Penaatan
TSS (mg/l) BOD (mg/l) Ammonia( NH3) (mg/l) pH
Titik IPAL PT IFI 3.17 7.23 0.232 6.00
Titik limbah domestik 30 3.99 1.32 6.40

Running model dilakukan dengan parameter yang sama dengan skenario I, agar
perubahan konsentrasi sebagai pembanding dapat dilihat secara langsung.
x 100
Debit Sungai Lalan Skenario II
7.7

7.6

7.5

7.4

7.3

7.2

7.1

7
2.5 2 1.5 1 0.5 0
Q, m3/s

Gambar 12. Debit Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan konsentrasi titik outlet

Pada Gambar 12 terlihat pada debit Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan 2 (dua)
titik outlet tidak mengalami perubahan yang signifikan, hal ini dikarenakan jauhnya
perbedaan nilai debit yang ditimbulkan dari outlet dibandingkan dengan debit awal Sungai
Batang Pranap. Debit awal Sungai Batang Pranap berkisar antara 726 m 3/detik sedangkan
debit pada titik outlet I sebesar 0,0017 m3/detik dan debit pada titik outlet II sebesar 0,0003
m3/detik.

Tingginya nilai selisih dari jumlah debit tersebut menjadikan air keluaran PT PIR tidak
mempengaruhi Sungai Batang Pranap dari sisi debit aliran.
Temperature Sungai Lalan Skenario II
31

30

29

28

27

26

25
2.5 2 1.5 1 0.5 0
Temp(C) Average Mean Temp-data
Temp(C) Minimum Temp(C) Maximum

Gambar 13. Temperatur Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan konsentrasi titik
outlet

Air buangan PT PIR merupakan air olahan IPAL baik untuk outlet produksi maupun outlet
domestik, karakteristik air limbah tersebut tidak memiliki suhu yang tinggi, sehingga
pembuangan air limbah tidak mempengaruhi kondisi parameter temperatur pada Sungai
Batang Pranap. Bacaan konsentrasi hasil model menampilkan temperatur Sungai Batang
Pranap masih berkisar antara 27 – 28oC sama seperti dengan kondisi alaminya.
DO Sungai Lalan Skenario II
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2.5 2 1.5 1 0.5 0

DO(mgO2/L) DO (mgO2/L) data DO(mgO2/L) Min


DO(mgO2/L) Max Minimum DO-data Maximum DO-data
DO sat

Gambar 14. DO Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan konsentrasi titik outlet

Konsentrasi outlet IPAL PT PIR untuk parameter DO berada pada rentang baik dibawah baku
mutu (Min, 4), hal tersebut menjadikan tidak adanya perubahan konsentrasi yang mendasar
pada kondisi DO di Sungai Batang Pranap. Konsentrasi DO pada sungai masih berada dalam
batas aman baku mutu yang ditetapkan.
BOD5 Sungai Lalan Skenario II
1.005
1
0.995
0.99
0.985
0.98
0.975
0.97
0.965
0.96
2.5 2 1.5 1 0.5 0
CBODf (mgO2/L) CBODf (mgO2/L) data
CBODf (mgO2/L) Min CBODf (mgO2/L) Max

Gambar 15. BOD5 Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan konsentrasi titik outlet

Pada kondisi awal sungai nilai BOD5 menampilkan trend penurunan pada jarak 2Km
sebanyak 0,022 mgO2/L, pada kondisi Sungai Batang Pranap mendapatkan input dari PT PIR
hal ini tidak merubah nilai penurunan dari BOD 5 pada kondisi Sungai Batang Pranap, hal ini
dikarenakan kualitas air limbah yang dibuang sudah diperhatikan dan dipantau secara rutin
oleh perusahaan agar menjamin setiap parameter yang tercantum pada air limbah berada
pada kondisi sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
pH Sungai Lalan Skenario II
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2.5 2 1.5 1 0.5 0

pH pH data pH Min
pH Max Minimum pH-data Maximum pH-data
pHsat

Gambar 16. pH Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan konsentrasi titik outlet

Penambahan 2 (dua) titik buangan dari PT PIR tidak merubah nilai pH alami Sungai Batang
Pranap, berdasarkan hasil model, konsentrasi pH masih berkisar mendekati nilai Netral (7).

NH3 Sungai Lalan Skenario II


0.014

0.012

0.01

0.008

0.006

0.004

0.002

0
2.5 2 1.5 1 0.5 0
NH3 (ugN/L) data NH3 NH3 Min
NH3 Max Minimum NH3 Maximum NH3

Gambar 17. NH3 Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan konsentrasi titik outlet
TSS Sungai Lalan Skenario II
7.52
7.5
7.48
7.46
7.44
7.42
7.4
7.38
2.5 2 1.5 1 0.5 0

TSS (mgD/L) TSS (mgD/L) data TSS Min


TSS Max Minimum TSS-data Maximum TSS-data

Gambar 18. TSS Sungai Batang Pranap setelah ada penambahan konsentrasi titik outlet

Tabel 9. Rekapitulasi data tabular konsentrasi Sungai Batang Pranap setelah penambahan
konsentrasi

Jarak Ke Parameter
Lokasi Downstream
TSS DO BOD5 NH4 NO3 pH NH3
(km)
Upstream 2,00 7,50 4,70 1,00 0,04 0,00 6,87 0,00066
1,90 7,49 4,83 1,00 0,04 0,19 6,79 0,00044
  1,70 7,46 5,09 0,99 0,06 0,60 6,71 0,00032
Point Source limbah
1,50 7,45 5,24 0,99 0,07 0,71 6,72 0,00036
domestik
  1,30 7,44 5,39 0,99 0,07 0,82 6,74 0,00039
Point Source 1,10 7,44 5,41 0,99 0,07 0,85 6,74 0,00039
Limbah produksi 0,90 7,44 5,43 0,99 0,07 0,89 6,74 0,00040
0,70 7,43 5,44 0,99 0,07 0,92 6,74 0,00040
0,50 7,43 5,45 0,99 0,08 0,94 6,74 0,00040
0,30 7,43 5,47 0,99 0,08 1,00 6,72 0,00037
  0,10 7,42 5,95 0,99 0,08 1,06 6,80 0,00044
Downstream 0,00 7,42 5,95 0,99 0,08 1,06 6,80 0,00044
b) Identifikasi Kondisi yang Paling Kritis akibat Variasi Kondisi
Biologi, Jumlah/volume dan Komposisi serta Potensi
Bioakumulasi atau Persistensi dari Air Limbah yang Dibuang

Setelah melakukan pemodelan melalui program Qual2K didapatkan


hasil pemodelan berupa grafik yang berisikan informasi kondisi antara
jarak aliran dengan downstream dan tingkat konsentrasi setiap
parameter. Pada grafik terlihat kecenderungan semakin jauh dari hulu
konsentrasi setiap parameter semakin rendah. Total sumber
pencemar berjumlah 2 yang bersifat titik (point source) berupa
limbah domestic kegiatan dan limbah produksi. Limbah domestic
memiliki jumlah timbulan sebesar 0,0003 m 3/s dengan konsentrasi
yang masih dibawah bakumutu PermenLH 68 tahun 2016, sedangkan
limbah produksi memiliki debit sebesar 0,0017 m 3/s dengan kondisi
masih dibawah bakumutu. Sehingga total air limbah yang
mengkontaminasi sungai sejumlah 0,002 m 3/s. Berikut hasil
perhitungan beban pencemar dari masing masing titik outlet.

Tabel 10 : Beban pencemar masing masing parameter

Konsentrasi Debit Beban Pencemar


Paramete
Produksi Domestik Produksi Domestik Produksi Domestik
r
(mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
TSS 3.67 3 0.0017 0.0003 0.006239 0.0009
BOD 22.27 8.42 0.0017 0.0003 0.037859 0.002526
NH3 0.58 0.07 0.0017 0.0003 0.000986 0.000021

Dilhat dari tabel xx beban pencemar yang tinggi dibandingkan


parameter lainnya yaitu BOD5, Berikut hasil pemodelan BOD 5 :
Gambar 19. Perbandingan Hasil BOD5 Sungai Batang Pranap sebelum dan setelah
ada PT PIR

Skenario 1 menjelaskan kondisi tanpa adanya penambahan air


limbah, sedangkan untuk scenario 2 menggambarkan sungai yang
sudah terkontaminasi air limbah. Garis putus-putus berwarna biru
merupakan lokasi pembuangan air limbah domestic sedangkan untuk
garis tegas biru untuk pembuangan air limbah produksi. Garis x
menunjukan jarak dari hulu ke hilir dan untuk garis y mewakili
konsentrasi parameternya.

Terlihat dari grafik hasil pemodelan Sungai Batang Pranap di scenario


1, Sungai Batang Pranap mengalami perbaikan kualitas secara terus
menerus hal ini dapat disebabkan oleh sifat sungai dapat melakukan
perbaikan kualitas secara natural atau dapat disebut self-purification.
Apabila dibandingkan dengan scenario 2 grafik tidak jauh berbeda
dengan scenario 1 dimana terlihat sungai tetap melakukan perbaikan
kualitas secara terus menerus walaupun sudah dilakukan
penambahan air limbah, sehingga dapat dikatakan penambahan ini
tidak berdampak pada Sungai Batang Pranap. Hal ini dapat
diakibatkan debit Sungai sebesar 762 m3/hari atau berkisar 381.000
lebih besar dibandingkan dengan debit air limbah yang dihasilkan.
Selain itu air limbah yang dihasilkan memiliki konsentrasi yang masih
dibawah baku mutu sehingga penambahan air limbah tidak
berpengaruh yang signifikan, hal ini menyulitkan untuk menentukan
lokasi kondisi kritis pada sungai ini.

Kondisi kritis akan terjadi jika debit air Sungai Batang Pranap
mengalami kekeringan hingga kondisi ekstrim, sehingga pengenceran
yang terjadi semakin kecil dan cemaran terhasilkan akan meningkat
walau ada kemungkinan cemaran yang terjadi masih dalam kondisi
dibawah baku mutu selama operasional IPAL berjalan dengan baik.

c) Zone of Initian Dilution (ZID)

Mengacu pada hasil model Sungai Batang Pranap yang menjadi


badan air penerima limbah cair dari PT IFI 2 (dua) point utama
yang menjadi perhatian adalah debit aliran dan konsentrasi
cemaran. Dalam kasus ini, total debit aliran yang dihasilkan oleh
2 (dua) titik buangan limbah cair PT IFI TBK sebesar 0,002
m3/detik atau 2L/detik, dengan debit Sungai Batang Pranap
berkisar ± 760 m3/detik.
Sedangkan untuk konsentrasi buangan air limbah PT IFI,
mengacu pada SHU Semester I 2021 semua parameter yang
diukur berada pada kondisi dibawah baku mutu. Hal ini
menggambarkan bahwa pengelolaan air limbah PT IFI TBK
dilakukkan dengan sangat baik, dan memastikan bahwa kondisi
air limbah yang dibuang berada dalam kondisi dibawah baku
mutu sebelum masuk kedalam badan air permukaan.

Untuk penentuan ZID, dilakukan pemodelan detail pada area


hilir (reach 0). Model menggambarkan konsentrasi rata – rata
harian pada titik hilir Sungai Batang Pranap (1km dari lokasi
outlet produksi). Grafik menampilkan data selama 24 hari untuk
setiap parameternya. Model dilakukan untuk parameter pH dan
BOD5.

pH Hilir Sungai Lalan


7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4
6.2
6
5.8
0 5 pH10 15 pH data 25
20 30
Gamabr 20. Kondisi kualitas parameter pH pada hilir Sungai Batang
Pranap selama 24 hari
BOD5 Hilir Sungai Lalan
0.0012

0.001

0.0008

0.0006

0.0004

0.0002

0
0 5 10 NH315(ugN/L) 20 25 30
Gambar 21. Kondisi kualitas parameter BOD5 pada hilir Sungai Batang
Pranap selama 24 hari

Berdasarkan grafik detail pada area hilir sungai selama rata –


rata 24 hari didapat tidak ada kejadian konsentrasi melebihi
baku mutu. Berdasarkan hal tersebut untuk penentuan area ZID
tidak terbentuk karena tidak ada parameter pada limbah cair
yang melebihi baku mutu.

d) Potensi Perpindahan Polutan Melalui Proses Biologi, Fisika atau


Kimiawi

Potensi perpindahan polutan dapat terjadi secara kimia biologi


dan fisika. Persebaran secara fisika terjadi disebabkan sifat fisik
dari sungai tersebut dari arah aliran, turbulensi aliran dan lain
lain. Arah aliran sungai selalu akan menuju kearah hilir sehingga
dapat dengan mudah menentukan perpindahan polutannya.
Dari hasil pemodelan ditemukan bahwa sebelum dan setelah
masuknya beban pencemaran kondisi hilir air sungai masih
dapat melakukan self-purification.

Perpindahan secara kimia terjadi karena adanya reaksi kimia


dari setiap parameter pencemar seperti contoh peningkatan
BOD dan COD di suatu sungai akan berpengaruh ke parameter
lainnya seperti DO. Dari hasil pemodelan parameter BOD 5 dapat
disimpulkan parameter ini semakin mendekat hilir sungai
semakin rendah pula parameternya dan berkolerasi dengan DO
semakin dekat dengan hilir sungai semakin meningkat. Sehingga
potensi perpindahan pencemar secara kimia sangat minim
dikarenakan BOD5 dari air limbah sudah terdegradasi sebelum
menuju ke hilir sungai.

Perpindahan secara biologi berhhubungan erat dengan mahkluk


hidup, hal ini dapat disebut dengan bioakumulasi yaitu
perpindah pencemaran ke dalam tubuh mahkluk hidup.
Terjadinya aktifitas biologi ini diakibatkan adanya pencemar
logam berat yang cukup tinggi lalu terserap kepada tubuh
mahkluk hidup dan akhirnya akan berakumulasi seiring dengan
rantai makan.

Pada limbah cair yang dihasil oleh PT IFI tidak berpotensi


menghasilkan logam berat dengan konsentrasi tinggi dilihat dari
hasil SHU yang menampilkan parameter dengan konsentrasi
dibawah bakumutu.

e) Komposisi dan Kerentanan Komunitas Biologi yang


Memungkinkan Terpapar oleh Air Limbah

Pada wilayah kajian tidak terdapat species yang unik dan


endemik atau species yang dilindungi oleh peraturan
perundang-udangan sebagaimana diatur di dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun
2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/
Kum.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi, atau tidak terdapat species kunci dalam struktur
ekosistem tersebut.

f) Nilai Penting Badan Air Penerima Air Limbah terhadap


Komunitas Biologi di sekitarnya

Badan air penerima yakni Sungai Batang Pranap pada radius


lebih kurang 1 km ke arah hulu dan 1 km ke arah hilir bahkan
sampai di muara tidak terdapat daerah untuk pemijahan ikan
maupun sejenisnya, tidak terdapat jalur perpindahan species
migratori, dan tidak terdapat daerah yang memiliki nilai penring
dalam siklus hidup species tertentu.

g) Adanya lokasi akuatik Khusus termasuk Kawasan Suaka Alam.

Di wilayah kajian pembuangan air limbah ke badan air penerima


Sungai Batang Pranap, tidak terdapat lokasi akuatik khusus, dan
juga tidak terdapat kawasan suaka alam. Pada jarak lebih
kurang 2 km ke arah hulu maupun ke arah hilir merupakan
ekosistem yang dibentuk oleh vegetasi budidaya perkebunan
dan pertanian oleh badan hukum maupun oleh masyarakat.

h) Keberadaan atau Potensi Lokasi Sebagai Daerah Rekreasi atau


Perikanan dan Lainnya

Di sekitar wilayah kajian badan air penerima yakni Sungai


Batang Pranap tidak terdapat daerah rekreasi maupun
perikanan lainnya. Air sungai tidak dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai sarana wisata air, dan juga tidak
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan.

i) Potensi Dampak terhadap Kesehatan Manusia baik langsung


maupun tidak langsung

Masyarakat di Desa Mendis Jaya Kecamatan Bayung Lencir, dan


juga masyarakat yang terdapat di bagian hulu maupun bagian
hilir dengan jarak lebih kurang 2 km tidak menggunakannya
sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga, karena
secara umum masyarakat telah menggunakan sumur gali dan
sumur bor sebagai sumber air bersih. Sehubungan dengan itu
maka pembuangan air limbah ke badan air penerima yakni
Sungai Batang Pranap tidak berpotensi menurunkan kesehatan
masyarakat.

3) Sifat Penting Dampak

a) Jumlah manusia yang terkena dampak

Mengingat masyarakat di Desa Mendis Jaya dan masyarakat


yang terdapat di bagian hilir tidak menggungkan air sungai
Batang Pranap sebagai sumber air domestik, maka terkait
dengan pembuangan air limbah dari PT IFI Tbk tidak terdapat
manusia yang terkena dampak.

b) Luas persebaran dampak

Luas persebaran dampak dari pembuangan air limbah terbatas


pada sekitar outfall, dimana dengan adanya permodelan hanya
meliputi areal seluas lebih kurang 0,2 ha dimana luasan ini
hanya berjarak lebih kurang 100 meter dari outfall air limbah.

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak dapat dilihat dari fluktuasi timbulnya air


limbah yang tertinggi yang berlangsung setiap hari hari sebesar
20,75 m3 yang terjadi pada sekitar jam 15.00 sampai 17.00
untuk air limbah pabrik, sedangkan untuk air limbah domestik
yang tertinggi adalah 14,42 m3 yang terjadi pada sekitar jam
17.00 sapai 19.00. Berdasarkan fluktuasi yang timbul, maka
lama dampak maksimum hanya berlangsung 2 jam setiap
harinya.

d) Komponen lingkungan lain yang terkena dampak

Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah


keanekaragaman biota air yang terdiri dari Phytoplankton dan
Zooplankton yang dampak lanjutannya adalah penurunan
kelimpahan nekton.

e) Kumulatif dampak

Dampak yang ditimbulkan dari pembuangan air limbah pada


badan air penerima (Sungai Batang Pranap) tidak bersifat
komulatif, karena akan terjadi pengenceran secara terus
menerus yang berasal dari air sungai itu sendiri dari bagian
hulu.

f) Berbalik atau tidaknya dampak

Penurunan kualitas air Sungai Batang Pranap akan berbalik,


karena adanya arus air dari bagian hulu Sungai Batang Pranap,
dimana beban air sungai masih rendah.
4) Penetapan Titik Pemantauan Air pada Badan Air Permukaan

Titik pemantauan air pada badan air permukaan ditentukan pada


sejauh mana sebaran air limbah sampai pada batas-batas tertentu,
dan juga luas persebaran dampak. Secara umum akan ditentukan
4 titik lokasi pemantauan yaitu sebagaimana disajikan pada Tabel
11.

Tabel 11. Lokasi Titik Pemantauan Air Sungai

No Lokasi Justifikasi Koordinat


As-1 Sungai Batang Untuk mengetahui 02o04’12,6”
Pranap Bagian Hulu kualitas air sungai 103o43’52,1”
(sebelum titik pada air sungai
pembuangan air sebelum
Limbah) terpengaruh
pembuangan ari
limbah, dan
sekaligus sebagai
kontrol
As-2 Sungai Batang Untuk mengetahui 02o04’25,8”
Pranap Bagian Hilir kualitas air sungai 103o44’01,2”
(sesudah titik pada air sungai
pembuangan air sesudah
Limbah) terpengaruh
pembuangan ari
limbah
As-3 Outfall air limbah Untuk mengetahui 02o04’23,3”
pabrik secara langsung 103o43’58,3”
kualitas air sungai
akibat
pembuangan air
limbah pabrik
As-4 Outfall air limbah Untuk mengetahui 02o04’9,1”
domestik secara langsung 103o43’49,6”
kualitas air sungai
akibat
pembuangan air
limbah domestik

Anda mungkin juga menyukai