Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

PARAMETER “AIR”

Kelompok 2
Aquila Ghafril Azizah (190612642860)
Haidar Amiq Faqikha (190612642821)
Meirina Nur Asih Susanti (190612642918)
Muhammad Rohman Al Hasan (190612642856)
Rizkias Dwi Cahyani (190612642910)
Septralinia Auliyasari (190612642842)
Yuka Agnita Putri (190612642857)

KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER, 2020
A. PARAMETER KUALITAS AIR BERSIH
Dalam suatu lingkungan pasti memiliki alat ukur atau parameter sebagai acuan
kualitas dalam lingkup daerah tertentu. Termasuk juga air, memiliki beberapa
parameter meliputi fisika, kimia, kimia organik, mikrobiologik, dan radio aktivitas.
Parameter fisika meliputi beberapa unsur seperti bau, kekeruhan, suhu, dan rasa (unsur
fisik). Kemudian untuk parameter kimia meliputi kandungan zat-zat kimia yang
terdapat dalam air, begitu juga dengan kimia organik. Sementara parameter
mikrobiologik adalah ukuran makhluk hidup dalam air di suatu lingkungan. Berikut ini
merupakan parameter air bersih menurut PERMENKES No. 416 Tahun 1990 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas lingkungan.
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH

Kadar Maksimum
No. PARAMETER Satuan yang Keterangan
diperbolehkan
1 2 3 4 5
A. FISIKA
1. Bau - - Tidak berbau
2. Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 1.500 -
3. Kekeruhan Skala NTU 25 -
4. Rasa - - Tidak berasa
5. Suhu o
C Suhu udara ± 3oC -
6. Warna Skala TCU 50
B. KIMIA
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,05
3. Besi mg/L 1,0
4. Fluorida mg/L 1,5
5. Kadnium mg/L 0,005
6. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7. Klorida mg/L 600
8. Kromium, Valensi 6 mg/L 0,05
9. Mangan mg/L 0,5
10. Nitrat, sebagai N mg/L 10
11. Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
12. pH - 6,5 – 9,0 Merupakan batas minimum
dan maksimum, khusus air
hujan pH minimum 5,5

13. Selenium mg/L 0,01


14. Seng mg/L 15
15. Sianida mg/L 0,1
16. Sulfat mg/L 400
17. Timbal mg/L 0,05
Kimia Organik
1. Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2. Benzena mg/L 0,01
3. Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4. Chlordane (total
isomer) mg/L 0,007
5. Coloroform mg/L 0,03
6. 2,4 D mg/L 0,10
7. DDT mg/L 0,03
8. Detergen mg/L 0,5
9. 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10. 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003
11. Heptaclor dan
heptaclor epoxide mg/L 0,003
12. Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13. Gamma-HCH mg/L 0,004
14. (Lindane) mg/L 0,10
15. Methoxychlor mg/L 0,01
16. Pentachlorophanol mg/L 0,10
17. Pestisida Total mg/L 0,01
18. 2,4,6 urichlorophenol mg/L 10
Zat organik (KMnO4)

Keterangan: Kadar Maksimum


No. PARAME Satuan yang Keterangan
TER diperbolehkan
1 2 3 4 5
C. Mikro biologik
Jumlah per 100 50 Bukan air perpipaan Air
Total koliform ml
(MPN) Jumlah per 100 10 perpipaan
ml
D. Radio Aktivitas
1. Aktivitas Alpha
(Gross Alpha Bq/L 0,1
2. Activity)
Aktivitas Beta Bq/L 1,0
(Gross Beta
Activity)

- mg = milligram
- ml = milliliter
- L = liter
- Bq = bequerel
- NTU = Nephelometrik Turbidity
Units
- TCU = True Colour Units
- Logam berat merupakan logam terlarut
B. PARAMETER PENCEMARAN AIR LIMBAH
Parameter ini diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI Nomor P. 68/Menlhk-Setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Parameter
yang sering dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air limbah yaitu parameter
BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand).
1. Parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik (Umali dan Cuvin 1988, Metcalf & Eddy, 1991
dalam Atima Wa, 2015).
BOD diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi
mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan
organik yang dapat diurai (Mays, 1996 dalam Atima Wa, 2015).
Dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk
mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai
(biodegradable organics) yang ada di perairan.
BOD ini merupakan parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan
untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran
bahan organik mudah urai (biodegradable) yang ada dalam air atau perairan yang
bersangkutan. Semakin tinggi kadar BOD-nya, maka hal ini menandakan bahwa bakteri
membutuhkan oksigen yang banyak.
Parameter ini dalam air limbah domestik kadar paling maksimum adalah 30 mg/L
menurut PerMenLHK Nomor P. 68/Menlhk-Setjen/2016. Sedangkan pada air limbah
industri tergantung pada jenis industrinya seperti tertuang dalam lampiran PerMenLH No.
5 Tahun 2015 misalnya, untuk industri minyak sawit kadar maksimumnya 100 mg/L,
industri kayu lapis kadar paling tinggi BOD-nya 75 mg/L, industri elektronika parameter
BOD-nya dengan konsentrasi 60 mg/L, untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
melakukan pengolahan limbah domestik kadar BOD tertinggi yaitu 50 mg/L, dan
sebagainya.

2. Parameter COD (Chemical Oxygen Demand)


COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik
yang terkandung dalam air (Boyd, 1990 dalam Atima Wa, 2015). Bahan organik ini
seperti, ammonia dan nitrit. COD merupakan parameter penduga jumlah total bahan
organik yang ada dalam air atau perairan, baik yang mudah terurai maupun yang sulit
terurai. Semakin tinggi kadar COD-nya, maka menandakan bahwa zat-zat tersebut
(contohnya ammonia dan nitrit) masih dalam jumlah yang tidak wajar dan berbahaya
apabila langsung dialirkan ke lingkungan bebas.
Parameter COD ini dalam air limbah domestik kadar paling maksimum adalah 100
mg/L menurut PerMenLHK Nomor P. 68/Menlhk-Setjen/2016. Sedangkan pada air limbah
industri juga tergantung pada jenis industrinya seperti tertuang dalam lampiran PerMenLH
No. 5 Tahun 2015 misalnya, untuk industri minyak sawit kadar maksimumnya 350 mg/L,
industri kayu lapis kadar paling tinggi COD-nya 125 mg/L, industri elektronika parameter
COD-nya dengan konsentrasi 50 mg/L, untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
melakukan pengolahan limbah domestik kadar COD tertinggi yaitu 80 mg/L, dan
sebagainya.
C. STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN
KESEHATAN AIR UNTUK KEPERLUAN HYGIENE SANITASI, KOLAM
RENANG, SOLUS PER AQUA, DAN PEMANDIAN UMUM

1. Air Untuk Kebutuhan Hygiene Sanitasi


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan
Hygiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa
parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan parameter yang
harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi
geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan parameter
tambahan. Air untuk Keperluan Hygiene Sanitasi tersebut digunakan untuk
pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk
keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk
Keperluan Hygiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Parameter fisik yang harus diperiksa untuk keperluan hygiene sanitasi adalah
kekeruhan, warna, zat padat terlarut (Total Dissolved Solid), suhu, rasa, dan bau.
parameter wajib untuk parameter biologi yang harus diperiksa untuk keperluan hygiene
sanitasi yang meliputi Total coliform dan Escherichia coli dengan satuan/unit colony
forming unit dalam 100 ml sampel air. Parameter kimia yang harus diperiksa untuk
keperluan hygiene sanitasi yang meliputi 10 parameter wajib (pH, besi, fluoride,
kesadahan, mangan, nitrat, nitrit, sianida, deterjen, pestisida total) dan 10 parameter
tambahan (air raksa, arsen, cadmium, kromium valensi 6, selenium, seng, sulfat,
timbal, benzene, dan zat organik (KMNO4)). Parameter tambahan ditetapkan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota dan otoritas pelabuhan/bandar udara.

2. Air Untuk Kolam Renang


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia. Parameter fisik dalam Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang meliputi bau, kekeruhan, suhu,
kejernihan dan kepadatan. Untuk kepadatan, semakin dalam Kolam Renang maka
semakin luas ruang yang diperlukan untuk setiap perenang.
Parameter biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media
air Kolam Renang terdiri dari 5 (lima) parameter. Empat parameter tersebut terdiri dari
indikator pencemaran oleh tinja (E. coli), bakteri yang tidak berasal dari tinja
(Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Legionella spp). Sedangkan
parameter Heterotrophic Plate Count (HPC) bukan merupakan indikator keberadaan
jenis bakteri tertentu, tetapi hanya mengindikasikan perubahan kualitas air baku atau
terjadinya pertumbuhan kembali koloni bakteri heterotrophic.
Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air
Kolam Renang meliputi 6 parameter yaitu pH, alkalinitas, sisa khlor bebas, sisa khlor
terikat, total bromine/sisa bromine, dan potensial reduksi oksidasi (oxidation reduction
potential). Konsentrasi minimum untuk setiap parameter bergantung pada jenis Kolam
Renang. Jika Kolam Renang menggunakan disinfektan bromide, maka konsentrasi
minimum juga berbeda dibandingkan dengan konsentrasi khlorin.

3. Air Untuk SPA


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA meliputi
parameter fisik, biologi, dan kimia. Beberapa parameter Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk media air SPA berbeda berdasarkan jenis SPA (indoor atau
outdoor), menggunakan air alam atau air yang diolah, dan bahan disinfektan yang
digunakan dalam penyehatan air SPA. Parameter fisik dalam Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA terdiri dari parameter bau, kekeruhan,
suhu, dan kejernihan. Untuk SPA yang menggunakan bahan disinfektan bromine,
kisaran standar baku mutu pH-nya berbeda dengan SPA yang menggunakan khlorin
sebagai disinfektan.
Paramater biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media
air SPA meliputi Escherichia coli, Heterotrophic Plate Count (HPC), Pseudomonas
aeruginosa, dan Legionella spp. Angka maksimum Pseudomonas aeruginosa untuk air
SPA alam lebih besar daripada angka maksimum untuk air SPA yang diolah.
Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air
SPA terdiri dari parameter alkalinitas dan pH, serta 5 parameter yang berkaitan dengan
bahan disinfektan dan efektivitas pengolahan airnya. Jika menggunakan khlor sebagai
disinfektan maka sisa khlor minimum adalah 1 mg/L dan untuk air SPA panas lebih
tinggi yaitu 2-3 mg/L karena suhu tinggi akan mempercepat hilangnya sisa khlor.
Sedangkan jika menggunakan bromide maka standar baku mutunya meliputi sisa
bromide dan total bromide, dan untuk air SPA yang panas memerlukan lebih banyak
sisa atau total bromide untuk mengelola risiko biologi. Oxidation Reduction Potential
(ORP) ditetapkan untuk mengukur efektivitas disinfeksi air dengan minimum ORP 720
mili Volt (mV) jika diukur dengan menggunakan silver chloride electrode dan
minimum 680 mV jika diukur dengan menggunakan silver calomel electrode.

4. Air Untuk Pemandian Umum


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Pemandian Umum
meliputi parameter fisik, biologi dan kimia. Besaran nilai Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan untuk media air Pemandian Umum bergantung pada jenis
Pemandian Umum. Parameter fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk media air Pemandian Umum yang berasal dari air laut maupun air tawar meliputi
parameter suhu, indeks sinar matahari (ultra violet index), dan kejernihan. Suhu air
berkisar antara 15-35°C dapat digunakan untuk rekreasi (berenang/menyelam) dalam
waktu yang cukup lama. Indeks sinar matahari (ultra violet index) adalah ukuran
pajanan sinar matahari sekitar 4 jam terdekat dengan tengah hari yang dapat
berdampak kesehatan pada kulit dan mata. Derajat keasaman berkisar antara 5-9 agar
kualitas air dari parameter fisik, biologi, dan kimia dapat terjaga karena sifat air alami
tanpa pengolahan. Parameter yang penting lainnya adalah kejernihan. Kejernihan air
Pemandian Umum dapat ditentukan secara visual dengan terlihatnya piringan secchi
berdiameter 200 mm dalam minimal kedalaman 1,6 meter. Selain itu parameter
kejernihan juga dapat ditentukan dengan membandingkan kejernihan sumber air alami
dengan air Pemandian Umum yang sedang digunakan.
Parameter biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media
air Pemandian Umum meliputi parameter Enterococci dan E. coli (Tabel 11). Ada dua
cara penghitungan parameter biologi yaitu nilai rata-rata geometric dan nilai batas
statistic yang signifikan. Parameter Enterococci berlaku untuk air laut dan air tawar,
sedangkan E. coli hanya untuk air tawar,masing-masing dengan satuan colony forming
unit (CFU) dalam 100 ml sampel air. Khusus untuk Pemandian Umum yang tidak
berbatas (laut, danau, sungai), jumlah sampel minimal yang diuji adalah 30 sampel
sehingga standar baku mutu yang digunakan adalah batas rata-rata statistik. Jika hasil
pengujian sampel menunjukkan >10% jumlah sampel melebihi standar baku mutu
maka pengujian sampel harus dilakukan setiap bulan sekali.
Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air
Pemandian Umum terdiri atas dua parameter yaitu oksigen terlarut/Dissolved Oxygen
(DO) dalam satuan mg/liter, sebesar kurang atau sama dengan 80% DO saturasi air
alam yang diperkirakan lebih besar dari 6,5, dan pH pada kisaran 5-9.

D. PARAMETER AIR MINUM DALAM KEMASAN


Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes No.492/2010).
Menurut WHO (2011) kualitas air minum merupakan penentu kesehatan bagi lingkungan,
karena air sangat penting bagi kehidupan dan mampu mentransmisikan penyakit pada
suatu negara bahkan ke seluruh benua. Diperkirakan setiap tahun terjadi 4,6 miliar insiden
penyakit yang diturunkan dari air utamanya kolera yang mengakibatkan 2,2 juta kematian.
Air minum dan Air minum dalam kemasan (AMDK) merupakan produk yang
diatur secara ekstensiv karena mempunyai peran yang sangat penting dalam kesehatan
masyarakat. Peraturan tersebut dapat berasal dari peraturan internasional seperti WHO,
negara, pemerintah daerah dan dalam beberapa kasus peraturan tersebut berasal dari
asosiasi misalnya IBWA. Umumnya peraturan tersebut merupakan standar yang didasarkan
pada pertimbangan kesehatan.
Permenkes No. 492/2010 mewajibkan produsen air minum menjamin air minum
yang produksinya memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimia dan radio aktif yang
ditetapkan sebagai parameter wajib. Sedangkan untuk parameter tambahan masing-masing
sesuai kondisi dan lingkungan setempat namun tetap mengacu pada parameter tambahan
yang ditetapkan oleh Permenkes tersebut.
Permenkes No. 492/2010 menetapkan 8 parameter wajib yang berhubungan
langsung dengan kesehatan (6 parameter kimia dan 2 parameter mikrobiologi) dan 12
parameter wajib yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan serta parameter
persyaratan tambahan. Menurut peraturan ini air minum dikatakan aman bagi kesehatan
jika memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang ditetapkan
dalam persyaratan parameter wajib dan tambahan.
E. PARAMETER AIR LAUT
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Laut, yang diantaranya dikhususkan untuk kehidupan biota laut.
Penentuan status pencemaran laut ditentukan dengan mengggunakan indeks pencemaran
menurut Sumiotomo dan Nerow (1970) dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 2004 sebagai berikut.

Dimana:
Li: Konsentrasi parameter kualitas air dalam baku mutu peruntukan air (j)
Ci: Konsentrasi parameter kualitas air hasil survei
Pij: Indeks pencemaran bagi peruntukan (j)
(Ci/Lij)M: Nilai Ci/Lij Maksimum
(Ci/Lij)R: Nilai Ci/Lij Rata-rata
Parameter yang digunakan dalam menentukan tingkat pencemaran air laut
meliputi suhu perairan, salinitas, dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand
(BOD5), kecerahan perairan, pH, ammonia total (NH3-N), fosfat (PO4-P), nitrat (NO3-N),
dan sulfida (H2S). Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati
secara visual menggunakan secchi disk. Kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air dengan melihat kecerahan suatu perairan.
Kecerahan perairan tergolong baik jika tingkat kecerahan air laut berkisar antara 2 – 13
meter. Suhu perairan merupakan salah satu faktor eksternal yang penting bagi kehidupan
organisme di perairan dan paling mudah untuk diteliti atau ditentukan. Perubahan suhu
permukaan dapat berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi perairan. Pada
umumnya suhu permukaan perairan adalah berkisar antara 28 – 31°C (Nontji, 2005).
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut,
dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas
maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Umumnya salinitas perairan
Indonesia berkisar antara 32 – 34%. Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif
dari konsentrasi ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan
indikator baik buruknya suatu perairan. Menurut Odum (1971) nilai pH antara 6,5 – 8,0
adalah batas aman pH perairan untuk kehidupan biota di dalamnya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah total jumlah oksigen yang ada
(terlarut) di air. Menurut Subarijanti (2005), kandungan oksigen dalam air yang ideal
adalah antara 3 – 7 mg/L. Parameter BOD merupakan parameter umum yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air dari suatu sumber pencemaran.
Tingkat pencemaran rendah jika nilai BOD5 0 – 10 mg/L, sedangkan tingkat pencemaran
sedang jika nilai BOD5 10 – 20 mg/L (Salmin, 2005).
Ammonia (NH3) adalah salah satu bahan kimia yang umum terkandung dalam
limbah yang bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi ambang batas maksimum.
Baku mutu ammonia total di perairan laut yang dianjurkan untuk biota laut sebesar 0,3
mg/L. Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan
pembentukan protein yang sangat penting di laut. Menurut Anhwange (2012) tingkat
maksimum fosfat yang disarankan untuk sungai dan perairan adalah 0,1 mg/L. Nitrat
(NO3-N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami yang merupakan salah satu
nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Menurut
Effendi (2003) konsentrasi nitrat-nitrogen tidak boleh lebih dari 0,2 mg/L. Sulfida (H2S)
merupakan gas yang dihasil dari dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh bakteri
anaerob dan merupakan gas yang sangat berbahaya bagi biota perairan serta
menghasilkan bau yang tidak enak. Batas kandungan sulfida menurut baku mutu air laut
sebagaimana dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004,
yaitu 0,01 mg/L.
Daftar Pustaka
Agustini, S. (2017). Harmonisasi Standar Nasional ( SNI ) Air Minum Dalam. 9(2), 30–39.
Atima, W. (2015). BOD DAN COD SEBAGAI PARAMETER PENCEMARAN AIR DAN BAKU
MUTU AIR LIMBAH. 4(1), 83–93.
Hamuna, B., Tanjung, rosye H. ., Suwito, Maury, hendra K., & Alianto. (2018). Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di
Perairan Distrik Depapre , Jayapura. 16(1), 35–43. https://doi.org/10.14710/jil.16.135-43
Kehutanan, K. L. H. dan. (2016). PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.68/MENLHK-SETJEN/2016
TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN.
Lingkungan, M., & Republik, H. (2014). PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH
DENGAN.
Menteri Kesehatan. (1990). PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
https://doi.org/10.1007/978-1-4684-0955-0_19
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua dan Pemandian Umum. In Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes No. 492/Th.2010. (2010). Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai