PARAMETER “AIR”
Kelompok 2
Aquila Ghafril Azizah (190612642860)
Haidar Amiq Faqikha (190612642821)
Meirina Nur Asih Susanti (190612642918)
Muhammad Rohman Al Hasan (190612642856)
Rizkias Dwi Cahyani (190612642910)
Septralinia Auliyasari (190612642842)
Yuka Agnita Putri (190612642857)
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER, 2020
A. PARAMETER KUALITAS AIR BERSIH
Dalam suatu lingkungan pasti memiliki alat ukur atau parameter sebagai acuan
kualitas dalam lingkup daerah tertentu. Termasuk juga air, memiliki beberapa
parameter meliputi fisika, kimia, kimia organik, mikrobiologik, dan radio aktivitas.
Parameter fisika meliputi beberapa unsur seperti bau, kekeruhan, suhu, dan rasa (unsur
fisik). Kemudian untuk parameter kimia meliputi kandungan zat-zat kimia yang
terdapat dalam air, begitu juga dengan kimia organik. Sementara parameter
mikrobiologik adalah ukuran makhluk hidup dalam air di suatu lingkungan. Berikut ini
merupakan parameter air bersih menurut PERMENKES No. 416 Tahun 1990 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas lingkungan.
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH
Kadar Maksimum
No. PARAMETER Satuan yang Keterangan
diperbolehkan
1 2 3 4 5
A. FISIKA
1. Bau - - Tidak berbau
2. Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 1.500 -
3. Kekeruhan Skala NTU 25 -
4. Rasa - - Tidak berasa
5. Suhu o
C Suhu udara ± 3oC -
6. Warna Skala TCU 50
B. KIMIA
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,05
3. Besi mg/L 1,0
4. Fluorida mg/L 1,5
5. Kadnium mg/L 0,005
6. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7. Klorida mg/L 600
8. Kromium, Valensi 6 mg/L 0,05
9. Mangan mg/L 0,5
10. Nitrat, sebagai N mg/L 10
11. Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
12. pH - 6,5 – 9,0 Merupakan batas minimum
dan maksimum, khusus air
hujan pH minimum 5,5
- mg = milligram
- ml = milliliter
- L = liter
- Bq = bequerel
- NTU = Nephelometrik Turbidity
Units
- TCU = True Colour Units
- Logam berat merupakan logam terlarut
B. PARAMETER PENCEMARAN AIR LIMBAH
Parameter ini diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI Nomor P. 68/Menlhk-Setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Parameter
yang sering dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air limbah yaitu parameter
BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand).
1. Parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik (Umali dan Cuvin 1988, Metcalf & Eddy, 1991
dalam Atima Wa, 2015).
BOD diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi
mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan
organik yang dapat diurai (Mays, 1996 dalam Atima Wa, 2015).
Dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk
mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai
(biodegradable organics) yang ada di perairan.
BOD ini merupakan parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan
untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran
bahan organik mudah urai (biodegradable) yang ada dalam air atau perairan yang
bersangkutan. Semakin tinggi kadar BOD-nya, maka hal ini menandakan bahwa bakteri
membutuhkan oksigen yang banyak.
Parameter ini dalam air limbah domestik kadar paling maksimum adalah 30 mg/L
menurut PerMenLHK Nomor P. 68/Menlhk-Setjen/2016. Sedangkan pada air limbah
industri tergantung pada jenis industrinya seperti tertuang dalam lampiran PerMenLH No.
5 Tahun 2015 misalnya, untuk industri minyak sawit kadar maksimumnya 100 mg/L,
industri kayu lapis kadar paling tinggi BOD-nya 75 mg/L, industri elektronika parameter
BOD-nya dengan konsentrasi 60 mg/L, untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
melakukan pengolahan limbah domestik kadar BOD tertinggi yaitu 50 mg/L, dan
sebagainya.
Dimana:
Li: Konsentrasi parameter kualitas air dalam baku mutu peruntukan air (j)
Ci: Konsentrasi parameter kualitas air hasil survei
Pij: Indeks pencemaran bagi peruntukan (j)
(Ci/Lij)M: Nilai Ci/Lij Maksimum
(Ci/Lij)R: Nilai Ci/Lij Rata-rata
Parameter yang digunakan dalam menentukan tingkat pencemaran air laut
meliputi suhu perairan, salinitas, dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand
(BOD5), kecerahan perairan, pH, ammonia total (NH3-N), fosfat (PO4-P), nitrat (NO3-N),
dan sulfida (H2S). Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati
secara visual menggunakan secchi disk. Kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air dengan melihat kecerahan suatu perairan.
Kecerahan perairan tergolong baik jika tingkat kecerahan air laut berkisar antara 2 – 13
meter. Suhu perairan merupakan salah satu faktor eksternal yang penting bagi kehidupan
organisme di perairan dan paling mudah untuk diteliti atau ditentukan. Perubahan suhu
permukaan dapat berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi perairan. Pada
umumnya suhu permukaan perairan adalah berkisar antara 28 – 31°C (Nontji, 2005).
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut,
dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas
maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Umumnya salinitas perairan
Indonesia berkisar antara 32 – 34%. Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif
dari konsentrasi ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan
indikator baik buruknya suatu perairan. Menurut Odum (1971) nilai pH antara 6,5 – 8,0
adalah batas aman pH perairan untuk kehidupan biota di dalamnya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah total jumlah oksigen yang ada
(terlarut) di air. Menurut Subarijanti (2005), kandungan oksigen dalam air yang ideal
adalah antara 3 – 7 mg/L. Parameter BOD merupakan parameter umum yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air dari suatu sumber pencemaran.
Tingkat pencemaran rendah jika nilai BOD5 0 – 10 mg/L, sedangkan tingkat pencemaran
sedang jika nilai BOD5 10 – 20 mg/L (Salmin, 2005).
Ammonia (NH3) adalah salah satu bahan kimia yang umum terkandung dalam
limbah yang bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi ambang batas maksimum.
Baku mutu ammonia total di perairan laut yang dianjurkan untuk biota laut sebesar 0,3
mg/L. Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan
pembentukan protein yang sangat penting di laut. Menurut Anhwange (2012) tingkat
maksimum fosfat yang disarankan untuk sungai dan perairan adalah 0,1 mg/L. Nitrat
(NO3-N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami yang merupakan salah satu
nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Menurut
Effendi (2003) konsentrasi nitrat-nitrogen tidak boleh lebih dari 0,2 mg/L. Sulfida (H2S)
merupakan gas yang dihasil dari dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh bakteri
anaerob dan merupakan gas yang sangat berbahaya bagi biota perairan serta
menghasilkan bau yang tidak enak. Batas kandungan sulfida menurut baku mutu air laut
sebagaimana dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004,
yaitu 0,01 mg/L.
Daftar Pustaka
Agustini, S. (2017). Harmonisasi Standar Nasional ( SNI ) Air Minum Dalam. 9(2), 30–39.
Atima, W. (2015). BOD DAN COD SEBAGAI PARAMETER PENCEMARAN AIR DAN BAKU
MUTU AIR LIMBAH. 4(1), 83–93.
Hamuna, B., Tanjung, rosye H. ., Suwito, Maury, hendra K., & Alianto. (2018). Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di
Perairan Distrik Depapre , Jayapura. 16(1), 35–43. https://doi.org/10.14710/jil.16.135-43
Kehutanan, K. L. H. dan. (2016). PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.68/MENLHK-SETJEN/2016
TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN.
Lingkungan, M., & Republik, H. (2014). PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH
DENGAN.
Menteri Kesehatan. (1990). PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
https://doi.org/10.1007/978-1-4684-0955-0_19
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua dan Pemandian Umum. In Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes No. 492/Th.2010. (2010). Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia.