Keterangan :
Tanda * = Paramater wajib uji
GUBERNUR BALI,
Keterangan :
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan
(sesuai dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah
ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat
(siang, malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah
lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman
euophotic.
b. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman.
0
c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 C dari suhu alami.
d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH.
e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata
musiman.
f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor.
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman
GUBERNUR BALI,
BEBAN
KADAR PENCEMARAN
NO. PARAMETER SATUAN
MAKSIMUM MAKSIMUM
(kg/ton)
1 2 3 4 5
FISIKA
1. Temperatur °C 38
2. Zat Padat larut mg/L 2000 300
*3. Zat Padat tersuspensi (TSS) mg/L 50 5
KIMIA
4. pH
5. Besi terlarut (Fe) mg/L 5 0,75
6. Mangan terlarut (Mn) mg/L 2 0,3
7. Barium (Ba) mg/L 2 0,3
8. Tembaga (Cu) mg/L 2 0,3
9. Seng (Zn) mg/L 5 0,75
*10. Krom Total (Cr) mg/L 1 0,1
11. Cadmium (Cd) mg/L 0,05 0,0075
12. Raksa (Hg) mg/L 0,002 0,003
13. Timbal (Pb) mg/L 0,1 0,015
14. Arsen (As) mg/L 0,1 0,015
15. Selenium (Se) mg/L 0,05 0,0075
16. Nikel (Ni) mg/L 0,05 0,0075
17. Sianida (CN) mg/L 0,05 0,0075
18. Flourida (F) mg/L 2 0,3
19. Klorin bebas (Cl2) mg/L 1 0,15
*20. Amonia Total (NH3-N) mg/L 8,0 0,8
21. Nitrat (NO3-N) mg/L 20 3
22. Nitrit (NO2-N) mg/L 1 0,15
*23. BOD5 mg/L 60 6
*24. COD mg/L 150 15
25. Senyawa aktif biru meliten mg/L 5 0,75
*26. Fenol total mg/L 0,5 0,05
*27. Sulfida (Sebagai S) mg/L 0,3 0,03
*28. Minyak dan Lemak mg/L 3,0 0,3
Debit limbah maksimum 100 m3 /ton produk tekstil
Keterangan :
Tanda * = Paramater wajib uji
GUBERNUR BALI,
Keterangan :
Tanda * = Paramater wajib uji
GUBERNUR BALI,
FISIKA
1. Suhu °C 38
*2. Zat Padat Terlarut mg/L 2000
*3. Zat Padat Tersuspensi mg/L 200
KIMIA
*4. pH 6-9
5. BOD mg/L 50
6. COD mg/L 80
7. TSS mg/L 30
*8. Minyak dan Lemak mg/L 10
*9. MBAS mg/L 10
*10. Amonia Nitrogen mg/L 10
11. Total coliform MPN/100ml 5000
B. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1 2 3 4
KIMIA
*1. pH 6-9
*2. Besi (Fe) mg/L 5
*3. Mangan (Mn) mg/L 2
*4. Barium (Ba) mg/L 2
*5. Tembaga (Cu) mg/L 2
*6. Seng (Zn) mg/L 5
*7. Krom Valensi enam (Cr6+) mg/L 0,1
*8. Krom total (Cr) mg/L 0,5
*9. Kadmium (Cd) mg/L 0,05
*10. Merkuri (Hg) mg/L 0,002
*11. Timbal (Pb) mg/L 0,1
*12. Stanum (Sn) mg/L 2
*13. Arsen (As) mg/L 0,1
*14. Selenium (Se) mg/L 0,05
*15. Nikel (Ni) mg/L 0,2
*16. Kobal (Co) mg/L 0,4
*17. Sianida (CN) mg/L 0,05
*18. Sulfida (S=) mg/L 0,05
*19. Flourida (F-) mg/L 2
*20. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 1
21. Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L 1
*22. Nitrat (NO3-N) mg/L 20
*23. Nitrit (NO2-N) mg/L 1
*24. Senyawa aktif biru metilen, (MBAS) mg/L 5
*25. Fenol mg/L 0,5
*26. AOX mg/L 0,5
*27. PCBs mg/L 0,005
*28. PCDFs mg/L 10
*29. PCDDs mg/L 10
Keterangan :
Tanda * = Paramater wajib uji
GUBERNUR BALI,
KADAR BEBAN
NO PARAMETER SATUAN
MAKSIMUM (KG/ORANG)
1 2 3 4 5
FISIKA
*1. Zat Padat tersuspensi mg/L 50 12,5
KIMIA
*2. pH 6-9
3. Amonia (NH3-N) mg/L 10 2,5
*4. BOD mg/L 28 7,0
*5. COD mg/L 50 12,5
6. MBAS mg/L 5 1,25
7. Minyak Lemak mg/L 10 2,5
8. Coliform MPN 4000
9. Volume paling tinggi air limbah 250
(liter/hari/orang)
Keterangan :
Tanda * = Paramater wajib uji
GUBERNUR BALI,
WAKTU
NO. PARAMETER KADAR MAKSIMUM
PENGUKURAN
1 2 3 4
1 jam 900 μg/Nm3
1 SO2 (Sulfur Dioksida) 24 jam 365 μg/Nm3
1 tahun 60 μg/Nm3
1 jam 30.000 μg/Nm3
2 CO (Karbon Monoksida)
24 jam 10.000 μg/Nm3
1 jam 400 μg/Nm3
3 NO2 (Nitrogen Dioksida) 24 jam 150 μg/Nm3
1 tahun 100 μg/Nm3
1 jam 235 μg/Nm3
4 O3 (Oksidan)
1 tahun 50 μg/Nm3
24jam 66 μg/Nm3
7 PM2,5 (Partikel < 2,5 μm)
1 tahun 15 μg/Nm3
24 jam 230 μg/Nm3
8 TSP (Debu Total)
1 tahun 90 μg/Nm3
24 jam 2 μg/Nm3
9 Pb (Timah Hitam)
1 tahun 1 μg/Nm3
10 ton/km2/bln
(Pemukiman)
10 Dustfall (Debu Jatuh) 30 hari
20 ton/km2/bln
(Industri)
24 jam 3 μg/Nm3
11 Total Fluorides (sebagai F)
90 hari 0,5 μg/Nm3
40 μg/100 cm2 dari
12 Fluor Indeks 30 hari
kertas lime filter
13 Klorin dan Klorin Dioksida 24 jam 150 μg/Nm3
1 mg SO2/ 100 cm2 dari
14 Sulphat Indeks 30 hari
lead peroksida
Catatan:
Nomor 11 sampai dengan 14 hanya diberlakukan untuk daerah/kawasan
Industri kimia dasar
GUBERNUR BALI,
KADAR
NO. PARAMETER SATUAN
MAKSIMUM
1 2 3 4
BUKAN LOGAM
1 Amoniak (NH3) μg/m3 0,5
2 Gas klorin (Cl2) μg/m3 10
3 Hidrogen Klorida (HCl) μg/m3 5
4 Hidrogen Fluorida (HF) μg/m3 10
5 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/m3 1000
6 Opasitas % 30
7 Partikel μg/m3 350
8 Sulfur Dioksida (SO2) μg/m3 800
Total Sulfur tereduksi (H2S)
9 μg/m3 35
(Total Reduced Sulphur)
LOGAM
10 Air Raksa (Hg) μg/m3 5
11 Arsen (As) μg/m3 8
12 Antimon (Sb) μg/m3 8
13 Kadmium (Cd) μg/m3 8
14 Seng (Zn) μg/m3 50
15 Timah Hitam (Pb) μg/m3 12
Catatan :
□ Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan tekanan 1 Atmosfir)
GUBERNUR BALI,
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Keterangan :
*) = Disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan RI
dB(A) = Desibel
WECPNL = Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level
GUBERNUR BALI,
Parameter
Tahun Metode
No. Kategori HC
Pembuatan CO (%) Uji
(ppm)
1. Sepeda Motor 2 langkah < 2010 4,5 12000 idle
2. Sepeda Motor 4 langkah < 2010 5,5 2400 idle
Sepeda Motor (2 langkah dan
3. ≥ 2010 4,5 2000 idle
4 langkah)
Parameter
Tahun Metode
No. Kategori CO HC Opasitas
Pembuatan Uji
(%) (ppm) (% HSU)*
1. Berpenggerak motor < 2007 4,5 1200 idle
bakar cetus api (bensin) ≥ 2007 1,5 200
2. Berpenggerak motor
Percepatan
bakar penyalaan
bebas
kompresi (diesel)
< 2010 70
- GVW ≤ 3,5 ton
≥ 2010 40
< 2010 70
- GVW > 3,5 ton
≥ 2010 50
Keterangan:
Untuk kendaraan bermotor berpenggerak motor bakar cetus api kategori M,
N dan O
< 2007 : berlaku sampai dengan 31 Desember 2006
≥ 2007 : berlaku mulai tanggal 1 januari 2007
GUBERNUR BALI,
1 2 3 4
FISIKA
1 Warna Pt.Co 30
2 Bau Tidak berbau
3 Kecerahana m >6
4 Kekeruhana ntu 5
5 Padatan tersuspensi totalb mg/L 20
6 Suhuc oC Alami3 (c)
7 Sampah - Nihil 1(4)
8 Lapisan Minyak5 - Nihil 1(5)
KIMIA
1 pH d 7 – 8,5 (d)
2 Salinitase %o Alami 3(e)
3 Oksigen Terlarut (DO) mg/L >5
4 BOD5 mg/L 10
5 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L Nihil1
6 Fospat (PO4-P) mg/L 0,015
7 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,008
8 Sulfida (H2S) mg/L Nihil1
9 Senyawa Fenol mg/L Nihil1
10 PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/L 0,003
11 PCB (Poliklor Bifenil) µg/L Nihil1
12 Surfaktan (detergen) mg/L(MBAS) 0,001
13 Minyak dan Lemak mg/L 1
14 Pestisidaf µg/L Nihil1
LOGAM TERLARUT
1 Raksa (Hg) mg/L 0,002
2 Kromium Heksavalen (Cr(VI)) mg/L 0,002
3 Arsen (As) mg/L 0,025
4 Cadmium (Cd) mg/L 0,002
5 Tembaga (Cu) mg/L 0,050
6 Timbal (Pb) mg/L 0,005
7 Seng (Zn) mg/L 0,095
8 Nikel (Ni) mg/L 0,075
BIOLOGI
1 E.Coliform (inecal) MPN/100ml 200 (g)
2 Coliform (total)g MPN/100ml 1000 (g)
RADIO NUKLIDA
1 Komposisi yang tidak diketahui Bq/L 4
Keterangan:
6. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan
(sesuai dengan metode yang digunakan).
7. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah
ada, baik internasional maupun nasional.
8. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat
(siang, malam dan musim).
9. Pengamatan oleh manusia (visual).
10. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah
lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
h. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman
euophotic.
i. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman.
0
j. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 C dari suhu alami.
k. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH.
l. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata
musiman.
m. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor.
n. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman
GUBERNUR BALI,
Keterangan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan
(sesuai dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah
ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat
(siang, malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah
lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
6. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal
a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman
euophotic.
b. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman.
0
c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 C dari suhu alami.
d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH.
e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata
musiman.
f. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman
GUBERNUR BALI,
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan
(sesuai dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah
ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat
(siang, malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah
lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang
dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan
dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan
plankton itu sendiri.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal
a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman
euophotic.
b. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman.
0
c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 C dari suhu alami.
d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH.
e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata
musiman.
f. berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor.
g. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-
rata musiman.
GUBERNUR BALI,
PERUNTUKAN
ASPEK/SIFAT FISIK
NO DAN HAYATI TANAMAN TANAMAN
PEMUKIMAN
LINGKUNGAN TANAMAN PANGAN PANGAN
DAN DAERAH
TAHUNAN LAHAN KERING DAN
INDUSTRI
BASAH PETERNAKAN
1 2 3 4 5 6
1. TOPOGRAFI
1.1. Lubang Galian
a. Kedalaman Lebih dalam 1 Melebihi muka Lebih dari 10 Melebihi muka
meter diatas air tanah pada cm di bawah air tanah pada
muka air tanah musim hujan muka air tanah musim hujan
pada musim pada musim
hujan hujan
b. Jarak < 5 meter dari < 5 meter < 5 meter < 5 meter
batas SIPD
1.2. Dasar Galian
a. Perbedaan Relief > 1 meter > 1 meter > 1 meter > 1 meter
dasar galian
b. Kemiringan >8% >8% >3% >8%
dasar galian
1.3. Dinding Galian
a. Tebing Teras Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m Tinggi > 3 m
b. Dasar Teras Lebar < 6 m Lebar < 6 m Lebar < 6 m Lebar < 6 m
2. TANAH
Tanah yang < 25 cm < 50 cm < 25 cm < 25 cm
dikembalikan sebagai
Tanah penutup
3. VEGETASI
< 20 %
Tutupan Tanaman tanaman tumbuh
3.1
budi daya di seluruh lahan
penambangan
< 50 %
Tutupan tanaman tanaman tumbuh
3.2
tahunan di seluruh lahan
penambangan
< 50 %
tanaman
Tutupan tanaman
3.3 tumbuh di
lahan basah
seluruh lahan
penambangan
< 50 %
Tutupan tanaman tanaman tumbuh
3.4
lahan kering/rumput di seluruh lahan
penambangan
GUBERNUR BALI,
Keterangan :
Prosentase Luas Tutupan Terumbu Karang yang Hidup yang dapat ditenggang :
50 % - 100 %.
GUBERNUR BALI,
BEBAN PENCEMARAN
KADAR PALING TINGGI
PALING TINGGI
NO PARAMETER ( mg/L ) (gram/ekor/hari)
SAPI BABI
1 2 3 4 5
1 BOD 100 20 4
2 COD 200 40 8
3 TSS 100 20 4
4 NH3-N 25 5 1
5 pH 6-9
Sapi : 200 ltr/ekor/hari
6 Kuantitas air limbah paling tinggi
Babi : 40 ltr/ekor/hari
GUBERNUR BALI,
Pengolahan Kedelai
Kecap Tahu Tempe
No Parameter
Kadar *) Beban Kadar *) Beban Kadar *) Beban
(mg/L) (kg/ton) (mg/L) (kg/ton) (mg/L) (kg/ton)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BOD 150 1.5 150 3 150 1.5
2 COD 300 3 300 6 300 3
3 TSS 100 1 200 4 100 1
4 pH 6-9
5 Kuantitas air limbah
10 20 10
paling tinggi (m3/ton)
GUBERNUR BALI,
1. BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA TERMAL SUMBER PROSES UTAMA
B. Sumber Desalinasi
Catatan : Apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak dialirkan ke IPAL
3. BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA TERMAL AIR LIMBAH MENGANDUNG MINYAK (OILY WATER)
Catatan :
Apabila sumber air limbah mengandung minyak tidak dialirkan ke IPAL
* Parameter COD hanya berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2009
** Parameter Total Organic Carbon (TOC) mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010
GUBERNUR BALI,
1. BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN
BAHAN BAKAR BIOMASSA BERUPA SERABUT DAN/ATAU CANGKANG
2. BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG
MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA BERUPA AMPAS DAN/ATAU DAUN TEBU
KERING
3. BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN
BAHAN BAKAR BIOMASSA SELAIN YANG DIMAKSUD PADA POIN 1 DAN POIN 2
LAMPIRAN INI
5. BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN
BAHAN BAKAR MINYAK
6. BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN
BAHAN BAKAR GAS
Catatan
'- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2.
'- Volume Gas dalam keadaan standar (25 oC dan tekanan 1 atm).
'- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
'- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
GUBERNUR BALI,
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL
KADAR MAKSIMUM
NO PARAMETER (mg/Nm3)
Batubara Minyak Gas
1 Sulfur Dioksida (SO2) 750 650 50
2 Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai (NO2) 750 450 320
3 Total Partikulat 100 100 30
4 Opasitas 20% 20% -
Catatan :
1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atmosfer)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan
3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 7% untuk bahan bakar batubara dalam keadaan kering
kecuali opasitas
4. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 5% untuk bahan bakar minyak dalam keadaan kering
kecuali opasitas
5. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 3% untuk bahan bakar gas dalam keadaan kering kecuali
opasitas
6. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga) bulan bagi yang
menggunakan CEMS
KADAR MAKSIMUM
NO PARAMETER (mg/Nm3)
Minyak Gas
1 Sulfur Dioksida (SO2) 650 150
2 Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai (NO2) 450 320
3 Total Partikulat 100 30
4 Opasitas 20% -
Catatan :
1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atmosfer)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan
3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 15% dalam keadaan kering kecuali opasitas
4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga) bulan bagi yang
menggunakan CEMS
III. BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI PLTGU
KADAR MAKSIMUM
NO PARAMETER (mg/Nm3)
Minyak Gas
1 Sulfur Dioksida (SO2) 650 150
2 Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai (NO2) 450 320
3 Total Partikulat 100 30
4 Opasitas 20% -
Catatan :
1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atmosfer)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan
3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 15% dalam keadaan kering kecuali opasitas
4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga) bulan bagi yang
menggunakan CEMS
KADAR MAKSIMUM
NO PARAMETER (mg/Nm3)
Minyak Gas
1 Sulfur Dioksida (SO2) 600 150
2 Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai (NO2) 1000 320
3 Total Partikulat 120 30
4 Opasitas 20% -
5 Karbon Monoksida (CO) 540 500
Catatan :
1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atmosfer)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan
3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 5% dalam keadaan kering kecuali opasitas
4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga) bulan bagi yang
menggunakan CEMS
KADAR MAKSIMUM
NO PARAMETER
(mg/Nm3)
1 Hidrogen Sulfida (H2S) 35
2 Amonia (NH3) 0.5
Catatan :
Volume gas diukur dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atmosfer)
GUBERNUR BALI,
Golongan
No. Parameter Satuan
I II
1 Temperatur OC 38 40
2 Zat padat larut (TDS) mg/L 2.000 4.000
3 Zat padat suspensi (TSS) mg/L 200 400
4 PH 6,0 - 9,0 6,0 - 9,0
5 Besi terlarut (Fe) mg/L 5 10
6 Mangan terlarut (Mn) mg/L 2 5
7 Barium (Ba) mg/L 2 3
8 Tembaga (Cu) mg/L 2 3
9 Seng (Zn) mg/L 5 10
10 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,1 0,5
11 Krom Total (Cr) mg/L 0,5 1
12 Cadmium (Cd) mg/L 0,05 0,1
13 Air Raksa (Hg) mg/L 0,002 0,005
14 Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
15 Stanum (Sn) mg/L 2 3
16 Arsen (As) mg/L 0,1 0,5
17 Selenium (Se) mg/L 0,05 0,5
18 Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5
19 Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6
20 Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5
21 Sulfida (H2S) mg/L 0,5 1
22 Fluorida (F) mg/L 2 3
23 Klorin bebas (Cl2) mg/L 1 2
24 Amonia-Nitrogen (NH3-N) mg/L 5 10
25 Nitrat (NO3-N) mg/L 20 30
26 Nitrit (NO2-N) mg/L 1 3
27 Total Nitrogen mg/L 30 60
28 BOD5 mg/L 50 150
29 COD mg/L 100 300
30 Senyawa aktif biru metilen mg/L 5 10
31 Fenol mg/L 0,5 1
32 Minyak & Lemak mg/L 10 20
33 Total Bakteri Koliform MPN/100mL 10.000
Keterangan:
Baku mutu air limbah usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada
Lampiran ini berlaku dengan ketentuan:
a. Jika air limbah yang dibuang ke badan air penerima, sungai kelas I maka usaha
dan/atau kegiatan tersebut mengikuti baku mutu air limbah golongan I dalam
tabel baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki
baku mutu air limbah yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
ini;
b. Jika kandungan BOD kurang dari 1.500 ppm (seribu lima ratus parts per million)
dan COD kurang dari 3.000 ppm (tiga ribu parts per million) pada air limbah
sebelum dilakukan pengolahan, maka diberlakukan baku mutu air limbah
golongan I dalam tabel baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang
belum memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran ini, walaupun badan air penerimanya bukan sungai kelas I;
c. Jika kandungan BOD lebih dari 1.500 (seribu lima ratus parts per million)
dan/atau COD lebih dari 3.000 ppm (tiga ribu parts per million) pada air limbah
sebelum dilakukan pengolahan, dan badan air penerimanya bukan sungai kelas I
maka diberlakukan baku mutu air limbah golongan II dalam tabel baku mutu air
limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu air limbah
yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran ini.
GUBERNUR BALI,
Keterangan :
Tanda * = Paramater wajib uji
GUBERNUR BALI,
KELAS
NO. PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
1 Temperatur ºC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya
2 Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤ 5000
3 Residu tersuspensi mg/L 50 50 400 400
mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan
4 pH - 6-9 6-9 6-9 5-9
berdasarkan kondisi alamiah
5 BOD mg/L 2 3 6 12
6 COD mg/L 10 25 50 100
7 DO mg/L 6 4 3 1 Angka batas minimum
8 Total fosfat sebagai P mg/L 0,2 0,2 1 5
9 NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02
10 NH3 - N mg/L 0,5 (-) (-) (-)
mg/L sebagai NH3
11 Arsen mg/L 0,05 1 1 1
12 Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
13 Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
14 Boron mg/L 1 1 1 1
15 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
16 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
17 Kroom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1
18 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,02 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/L
19 Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional Fe ≤ 5 mg/L
20 Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara konvensional Pb ≤ 0,1 mg/L
KELAS
NO. PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
21 Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
22 Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
23 Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional Zn ≤ 5 mg/L
24 Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
25 Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
26 Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
27 Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2 N ≤ 1 mg/L
28 Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
29 Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
30 Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S < 0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000
31 - Fecal Coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000
jml/100 ml dan total coliform ≤ 10.000 jml/100 ml
32 - Total coliform Jml/100 ml 1000 5000 10000 10000
RADIO AKTIVITAS
33 - Gross - A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
34 - Gross - B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
35 Minyak dan lemak µg/L 1000 1000 1000 (-)
36 Detergen sebagai MBAS µg/L 200 200 200 (-)
37 Senyawa fenol sebagai fenol µg/L 1 1 1 (-)
38 BHC µg/L 210 210 210 (-)
39 Aldrin/Dieldrin µg/L 17 (-) (-) (-)
40 Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)
41 DDT µg/L 2 2 2 2
Keterangan :
mg = milligram
µg = microgram
ml = milliliter
L = Liter
Bq = Bequerel
MBAS = Methyne Blue Active Substance
ABAM = Air Baku untuk Air Minum
- Logam berat merupakan logam terlarut.
- Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.
- Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.
- Nilai DO merupakan batas minimum.
- Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.
- Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan
- Tanda < adalah lebih kecil.
GUBERNUR BALI,
NO. Parameter Kadar Beban Pencemaran Kadar Beban Pencemaran Kadar Beban Pencemaran
(mg/L) (kg/ton) (mg/L) (kg/ton) (mg/L) (kg/ton)
Ikan Udang Lain-lain Ikan Udang Lain-lain
1 pH 6-9
2 TSS 100 1 3 1.5 100 1.5 3 2 100 1.2
3 Sulfida - - - - 1 0.015 0.03 0.02 1 0.012
4 Amonia 10 0.1 0.3 0.15 5 0.075 0.15 0.1 5 0.06
5 Klor Bebas 1 0.01 0.03 0.01 1 0.015 0.03 0.02 - -
6 BOD 100 1 3 1.5 75 1.125 2.25 1.5 100 1.2
7 COD 200 2 6 3 150 2.25 4.5 3 300 3.5
8 Minyak-lemak 15 0.15 0.45 0.225 15 0.225 0.45 0.3 15 0.18
9 Kuantitas Air Limbah ( m3/ton) 10 30 15 15 30 20 12
GUBERNUR BALI,
Parameter
BOD5 COD TSS
No Proses/Produk
Debit Kadar Paling Tinggi Beban Pencemaran Kadar Paling Tinggi Beban Pencemaran Kadar Paling Tinggi Beban Pencemaran
(mg/ton) Paling Tinggi (kg/ton) (mg/ton) Paling Tinggi (kg/ton) (mg/ton) Paling Tinggi (kg/ton)
A. Pulp
1 Kraft dikelentang 85 100 8,5 350 29,75 100 8,5
2 Pulp larut 95 100 9,5 300 28,5 100 9,5
3 Kraf yang tidak 50 75 3,75 200 10 60 3
4 dikelantang
5 Mekanik (CMP dan Grounwood) 60 50 3 120 7,2 75 4,5
6 Semi Kimia 70 100 7 200 14 100 7
7 Pulp Soda 80 100 8 300 24 100 8
8 De-ink Pulp (dari kertas bekas) 60 100 6 300 18 100 6
B. Kertas
9 Halus 50 100 5 200 10 100 5
10 Kasar 40 90 3,6 175 7 80 3,2
11 Sparet 175 60 10,5 100 17,5 45 7,8
12 Kertas yang dikelantang 35 75 2,6 160 5,6 80 2,8
13 pH 6-9
Catatan :
Penjelasan kategori proses di atas diberikan sebagai berikut :
A. PULP
1. Proses kraft (dikelantang dan tidak dikelantang) adalah produksi pulp yang menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis dan natrium sulfida. Proses
kraft yang dikelantang digunakan pada produksi kertas karton dan kertas kasar lain yang berwarna. Pengelantangan adalah penggunaan bahan pengoksidasi kuat yang diikuti
dengan ekstraksi alkali.
2. Untuk menghilangkan warna dari pulp, untuk suatu rentang produk kertas yang lengkap
3. Proses Pulp larut adalah pulp putih dan sangat murni dengan menggunakan pemasakan kimiawi yang kuat. Pulpnya digunakan untuk pembuatan rayon dan produk lain yang
mensyaratkan hampir tidak mengandung logam
4. Proses grounwood adalah penggunaan defibrasi mekanis (pemisahan serat) dengan menggunakan gerinda atau penghalus (refiners) dari batu, CMP (proses pembuatan pulp
kimia mekanis) menggunakan cairan pemasak kimia untuk memasak kayu secara parsial sebelum pemisahan serta secara mekanik. TMP (proses pembuatan pulp termo-
mekanis) merupakan pemasakan singkat dengan menggunakan kukus dan kadang-kadang bahan kimia pemasak, sebelum tahap mekanis.
5. Proses semi kimia merupakan penggunaan cairan pemasak sulfit netral tanpa pengelantangan untuk menghasilkan produk kasar untuk lapisan dalam karbon gelombang
berwarna coklat.
6. Proses soda adalah produksi pulp dengan menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis.
7. Proses penghilangan tinta (De-ink) merupakan salah satu proses pembuatan kertas yang menggunakan kertas bekas yang didaur ulang melalui proses penghilangan tinta
dengan kondisi alkali dan kadang-kadang dibuat cerah atau diputihkan untuk menghasilkan pulp sekunder, sering kali berkaitan dengan proses konvensional.
B. KERTAS
1. Kertas halus berarti produksi kertas halus yang dikelantang seperti kertas cetak dan kertas pulp
2. Kertas besar berarti produksi kertas berwarna coklat, seperti lineboard, kertas karton berwarna coklat atau karton
3. Kertas lain berarti produksi kertas yang dikelantang selain yang tercantum dalam golongan halus, seperti kertas karton.
GUBERNUR BALI,