Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
Semarang,
Asisten Tugas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Perencanaan
Bangunan Air Buangan ini sesuai dengan ketentuan dan waktu yang ditargetkan.
Tugas ini disusun dalam rangka menunjang pemahaman mahasiswa
terhadap mata kuliah Perencanaan Pengelolaan Air Buangan yang diberikan, serta
untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Perencanaan Pengelolaan Air
Buangan (PTLK6502) di Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Ing Sudarno, S.T., M.Sc. selaku Ketua Departemen Teknik
Lingkungan.
2. Bapak Dr. Ing Sudarno, S.T., M.Sc., Bapak Wiharyanto Oktiawan, S.T., dan
Bapak Junaidi, S.T., M.T. selaku dosen Mata Kuliah Perencanaan
Pengelolaan Air Buangan.
3. Tim dosen pengajar Departemen Teknik Lingkungan Universitas
Diponegoro atas segala ilmu yang diberikan, terutama untuk mata Kuliah
Perencanaan Pengelolaan Air Buangan.
4. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan Tugas Perencanaan Bangunan Air Buangan ini, penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Semoga Tugas Perencanaan
Bangunan Air Buangan yang telah disusun ini dapat membawa manfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ............................................................................................................xi
GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I BAB I
PENDAHULUAN
II BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan kualias air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang
mudah terlihat yaitu kandungan zat padat yang dapat terlihat langsung.
Karakteristik fisik terdiri dari :
1) Total Solid
Total Solid merupakan residu atau sisa dari penguapan pada suhu 103
sampai 105oC. Settleable solid adalah partikel padat yang dapat mengendap
selama lebih kurang 60 menit di dalam Imhoff-cone. Settleable solid (ml/L)
berbentuk lumpur yang dapat dibuang dengan pengolahan primary
sedimentation. Sementara total solid atau residu dari penguapan lebih jauh
diklasifikasikan sebagai nonfilterable (suspended) atau filterable.
2) Bau
Bahan buangan industri yang bersifat organik dan air limbah dari kegiatan
industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang
sangat menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan
buangan organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan
yang mudah menguap dan berbau. Bau dalam air buangan domestik sering
disebabkan oleh produksi gas daridekomposisi organik. Yang menjadi
penghasil utama bau dari air buangan adalah H2S yang merupakan produksi
mikroorganisme anaerobik yang mereduksi sulfat menjadi sulfit.
3) Suhu
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya
panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Penghilangan panas
dilakukan dengan proses pendinginan oleh air. Air pendingin yang
meningkat suhunya tersebut kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air
tersebut dibuang ke sungai maka air sungai secara otomatis akan meningkat
pula suhunya. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan
hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut
dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Sedangkan di pihak
lain setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas. Proses turunnya
kadar oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang lambat
berdifusi ke dalam air. Penyebab utama kejadian ini adalah tingginya
Komponen organik terdiri dari zat organik, protein, karbohidrat, lemak dan
minyak, surfaktan, komponen volatil organic, dan pestisida.
a) Zat Organik
Komponen zat organik utama terdiri atas C, H, O, N. Komponen lain adalah
S, P juga Fe. Pembagian grup secara prinsipil dari organik yang didapat di
air buangan adalah protein (40-60%), karbohidrat (25-50%), dan
lemak/minyak (10%). Urea juga komponen organik yang penting dalam
kontribusi air buangan. Selain itu surfactant, polutan utama, volatil organik
dan pestisida termasuk pula dalam bahasan zat organik kali ini.
b) Protein
Protein merupakan komponen utama makhluk hidup. Mulai dari persentase
terkecil seperti tomat dan buah-buahan hingga persentase terbesar berupa
daging. Struktur kimia protein sangat kompleks dan tidak stabil tergantung
pada bentuk dekomposisinya. Sebagian dapat larut di air dan sebagian lagi
tidak larut. Semua protein mengandung C, H, O dan N. Nitrogen merupakan
proporsi yang konstan kira-kira 16%. Jika protein berjumlah besar maka
dapat menyebabkan bau.
c) Karbohidrat
Terdistribusi merata di alam , termasuk gula, tepung, selulosa, juga wood.
Semuanya dijumpai dalam air buangan. Karbohidrat mengandung C, H, O,
dan N. Gula tidak larut dalam air tetapi tepung dapat larut dalam air. Gula
cenderung terdekomposisi, tepung dilain pihak lebih stabil tapi dapat
berubah menjadi gula dengan aktivitas mikroba atau asam cair.
d) Lemak dan Minyak
Lemak merupakan organik yang stabil, mengandung alkohol atau gliserol
dengan asam lemak yang tidak mudah didekomposisikan oleh bakteri.
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas
permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke
lingkungan air akan mengapung menutupi permukaan air. Apabila bahan
buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang volatil, maka akan
terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan
air akan menyusut. Penyusutan luasan permukaan ini tergantung pada jenis
minyaknya dan waktu. Lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat
juga terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu
yang cukup lama. Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan
mengganggu kehidupan organisme di dalam air.
e) Surfactant
Surfactant adalah molekul organik besar yang sedikit larut dan
menyebabkan busa di air buangan dan effluen pada bangunan pengolahan.
Busa ini cukup stabil selama proses aerasi sehingga sulit untuk didegradasi.
Nama lain surfactant adalah Methylene Blue Active Substance (MBAS).
f) Komponen Volatil Organik
Komponen organik akan mendidih pada suhu <100oC. Komponen ini
penting diperhatikan karena komponen ini cukup mobile pada tekanan uap
tertentu, jika komponen ini berada di atmosfer dengan jumlah cukup
signifikan dapat mengganggu kesehatan, dan dapat menyebabkan
hidrokarbon reaktif yang mengakibatkan oksidasi fotokimia.
g) Pestisida
Konsentrasi yang tinggi dari berbagai jenis pestisida seperti Endrin, Lindan,
Silvex, dsb dapat membunuh ikan, mengkontaminasi air tanah dan akan
meracuni makanan pada konsentrasi tertentu.
2) Anorganik
Terdiri dari alkalinitas, fosfat, gas, komponen inorganik fosfat, pH, klor,
dan nitrogen.
a) pH
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada
besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air.
Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat
basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke
Nitrogen netral berada sebagai gas N2 yang merupakan hasil suatu reaksi
yang sulit untuk bereaksi lagi; N2 lenyap dari larutan sebagai gelembung
gas, karena kadar kejenuhannya agak rendah. Namun gas N2 juga dapat
diserap oleh air dari udara dan digunakan oleh ganggang dan beberapa jenis
bakteri untuk pertumbuhannya.
Amoniak berada dalam keadaan tereduksi (-3) dan dalam air permukaan
berasal dari air seni dan tinja, juga dari oksidasi zat organis secara
mikrobiologis. Air tanah hanya sedikit mengandung NH3 karena dapat
menempel pada butir-butir tanah liat. Amoniak tinggi mengindikasikan
pencemaran. Untuk air minum kadarnya harus nol karena amoniak
menimbulkan bau yang tak sedap. Amoniak dapat dihilangkan sebagai gas
melalui aerasi atau reaksi dengan asam hipoklorik HOCl atau kaporit dsb,
hingga menjadi kloramin yang tidak berbahaya atau sampai menjadi N2.
Pada air buangan, amoniak dapat diolah secara mikrobiologis melaui proses
nitrifikasi hingga menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat berasal dari buangan
industri bahan peledak, piroteknik, pupuk, cat dsb. Kadar nitrat tidak boleh
melebihi 10 mg NO3/l.
e) Fosfat
Fosfat berpengaruh pada pertumbuhan algae sehingga perlu dikontrol
keberadaannya. Buangan kota, mengandung lebih kurang 4 – 15 mg/l fosfor
sebagai P. Fosfor yang sering muncul dalam bentuk orthophosfat, polifosfat
dan organik fosfat. Fosfor mempunyai jumlah lebih sedikit dalam buangan
domestik, tetapi fosfat akan menjadi kontaminan yang besar dalam buangan
industri dan buangan lumpur.
f) Komponen Inorganik Toksik
Anion-anion toksik seperti Sianida, Krom termasuk dalam buangan industri
terutama dalam penyepuhan logam dan dibuang atau diolah dengan
pretreatment. Fluor juga merupakan anion toksik.
g) Gas
Gas sepeti H2S, CH4 (Metan), Oksigen terlarut masuk kedalam kelompok
inorganik yang dapat mengakibatkan bau.
c. Parameter Biologi
Mikroorganisme utama yang dijumpai pada pengolahan air buangan adalah
bakteri, algae, jamur, virus, dan protozoa (Metcalf & Eddy, 2003).
1) Bakteri dengan berbagai bentuk (batang, bulat, spiral). Bakteri Escherichia
coli merupakan bakteri yang dapat dijadikan sebagai indikator polusi pada
buangan manusia.
2) Jamur merupakan organisme yang mendekomposisikan karbon di biosfer
dan dapat memecah materi organik, dapat hidup dalam pH rendah, suhu
rendah dan juga area rendah.
3) Algae dapat menyebabkan busa dan mengalami perkembangan yang pesat.
Algae menjadi sumber makanan ikan, bakteri yang akibatnya adalah kondisi
anaerobik.
4) Protozoa.
5) Virus.
Secara umum effluen dari air buangan diukur berdasarkan organisme
indikator Total coliform dan fecal coliform (Metcalf & Eddy, 2003).
yang kuat. Kisi-kisi tersebut dipasang melintang pada saluran sebelum unit
pengolahan dan membentuk sudut 30o sampai 45o terhadap bidang datar
saluran. Kisi yang umum dipakai adalah fixed bar dan movable racks.
Dalam perencanaan bar screen, diketahui kriteria desain bar screen sebagai
berikut :
40(𝜌𝑠 − 𝜌𝑤)
Volume = √ 𝑔. 𝑑
3𝜌𝑤
1 0,8. 𝑔 𝜌𝑠 − 𝜌𝑤 0,8
Overflow Rate = × ×( ) × 𝑎1,4
10 0,6. 𝑣 𝜌𝑤
sesuai dengan baku mutu air limbah berdasarkan industrinya (Dohse and
Heywood,1998).
Pada proses lumpur aktif mikroorganisme membentuk gumpalan-gumpalan
koloni bakteri yang bergerak secara bebas tertahan di dalam air limbah.
Mikroorganisme-mikroorganisme dapat keluar melalui aliran keluar air limbah
sehingga densitas bakteri di dalam reaktor harus dikontrol. Pada proses dengan
kecepatan tinggi dan waktu tinggal hidraulik pendek, pengembalian atau recycling
bakteri merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk mengontrol densitas
bakteri di dalam reaktor (Siregar,2005).
Dohse dan Heywood (1998) kembali menjelaskan bahwa proses lumpur
aktif adalah teknik pengolahan air limbah dimana di dalam air limbah dan lumpur
biologis yang termanfaatkan kembali terdapat mikroorganisme yang tercampur dan
teraerasikan. Lumpur biologis tersebut kemudian dipisahkan dari air limbah
kemudian diolah di clarifier dan akan kembali ke proses aerasi atau dibuang.
Mikroorganisme dicampur secara merata dengan bahan organik yang masuk
sebagai makanan. Ketika mereka tumbuh dan bercampur dengan udara,
masingmasing organisme akan berflokulasi. Setelah terflokulasikan, organisme tadi
siap masuk ke clarifier sekunder untuk proses selanjutnya. Lumpur aktif akan terus
berkembang dengan konstan sehingga dapat dikembalikan untuk digunakan pada
proses aerasi. Volume lumpur yang kembali ke tahapan aerasi biasanya 40 hingga
60 persen dari aliran limbah, dan sisanya akan terbuang. Pertumbuhan
mikroorganisme tetap berkembang pada media sintetik. Diagram alir proses lumpur
aktif secara umum dapat dilihat pada gambar berikut.
Proses lumpur aktif (activated sludge) pada pengolahan air limbah memiliki
kelebihan dan kekurangan apabila diterapkan untuk penanganan dan pengolahan air
limbah. Kelebihan yang dimiliki yaitu dapat dimanfaatkan pada penanganan dan
pengolahan untuk skala kecil (Industri rumah) hingga untuk skala besar (Industri
besar), dapat mengeliminasi bahan organik, dicapainya oksidasi dan nitrifikasi,
proses nitrifikasi secara biologis tanpa menambahkan bahan kimia, eliminasi fosfor
biologis, pemisahan padatan/cairan, stabilisasi lumpur, mampu mengurangi
padatan tersuspensi sebesar 97%, dan proses lumpur aktif merupakan proses
pengolahan air limbah yang paling banyak digunakan.
Kekurangan proses lumpur aktif yaitu tidak menghilangkan warna dari
limbah industri dan dapat meningkatkan warna melalui oksidasi, tidak
menghilangkan nutrient sehingga memerlukan penanganan tersier, daur ulang
biomassa menyebabkan konsentrasi biomassa yang tinggi di dalam tanki aerasi
sehingga diperlukan waktu tinggal yang tepat.
Proses lumpur aktif (Activated sludge) terdiri dari penyisihan BOD
(Biological oxygen demand), penyisihan nitrogen (Nitrifikasi dan denitrifikasi), dan
penyisihan fosfor. BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang
terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk
memonitoring kapasitas self-purification badan air penerima.
3) Sludge Digester
Sludge Digestion dilakukan untuk menstabilkan lumpur dengan proses
anaerobik. Anaerobic digestion (AD) merupakan proses pengolahan
biologis dalam tangki kedap udara (biasa disebut digester) di mana
mikroorganisme anaerobik menstabilisasi materi organik dan menghasilkan
biogas. AD biasanya beroperasi dalam rentang suhu mesofilik (35-40oC)
sehingga pengolahan ini cocok digunakan pada daerah tropis.
Proses biologis dalam sistem AD terbagi dalam tiga fase, yaitu: hidrolisis,
asidogenesis, dan metanogenesis. Pada fase hidrolisis, molekul kompleks
seperti protein, selulosa, lipid, dan molekul organik lainnya dilarutkan
menjadi glukosa, asam amino, dan asam lemak. Selanjutnya, fase
asidogenesis, organisme pembentuk asam fakultatif menggunakan energi
dari materi organik terlarut untuk membentuk asam organik sehingga terjadi
perubahan jumlah material organik dalam sistem dan penurunan nilai pH.
Pada fase terakhir, metanogenesis, terjadi konversi asam organik volatil
menjadi gas metan dan karbon dioksida. Pembentukan gas metan sangat
sensitif terhadap kondisi pH, komposisi substrat, dan suhu. Jika pH turun
kurang dari 6,0, pembentukan metan akan terhenti, meningkatkan jumlah
asam yang terakumulasi, dan menyebabkan terhentinya proses digestion.
Oleh karena itu, pengukuran pH dan asam merupakan parameter penting
dalam operasional AD.
Terdapat dua jenis AD, yaitu Standard-Rate Digestion dan High-Rate
Digestion. Standard-Rate Digestion biasanya berlangsung tanpa pemanasan
dan pengadukan sehingga akan terbentuk lapisan scum, supernatan, padatan
yang sedang melalui proses digestion, dan padatan yang telah melalui