Telah diselesaikan Laporan Perancangan Irigasi dan Bangunan Air sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan kredit semester pada Kurikulum Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Iskandar Muda :
SAMSUL BAHRI
NPM. 2022310062
Disetujui/Disahkan Oleh,
Dosen Pembimbing
Syukur alhamdulillah dengan rahmat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas perencanaan Irigasi dan Bangunan Air
tepat pada waktunya, dengan segala keterbatasanya yang dimiliki oleh penulis sehingga tugas ini
belum sempurna sebagaimana diharapkan.
Shalawat dan salam kami sampaikan kepangkuan nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan kealam ilmu penuh dengan pengetahuan seperti
sekarang ini. Sehingga penyelesaian tugas dapat terwujud.
Penyelesaian Tugas dapat terwujud atas bantuan, bimbingan, dorongan, serta partisipasi
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Heru Pramanda, ST., MT selaku pembimbing Irigasi dan Bangunan Air Fakultas Teknik
Universitas Iskandar Muda.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menjadikan bahan pertimbangan dalam
penyusunan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bisa memberikan ilmu kepada penulis
khususnya dan kepada mahasiswa teknik sipil pada umumnya.
SAMSUL BAHRI
NPM: 2022310062
DAFTAR ISI
i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25
1 Saluran Primer ........................................................................................ 28
2 Saluran Skunder ...................................................................................... 30
3 Saluran Tersier ........................................................................................ 36
4 Menghitung Saluran Kantong Lumpur .................................................. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 49
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 49
5.2 Saran ................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 50
LAMPIRAN ..................................................................................................... 51
1 Gambar Skema Irigasi ............................................................................ 51
2 Penampang Saluran Perimer .................................................................. 51
3 penampang Saluran Sekunder ................................................................ 53
4 Penampang Saluran Tersier ................................................................... 59
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sudah sejak lama manusia berupaya mengelola air yang tersedia dibumi
untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, peternakan dan perikanan darat, usaha
tersebut bermaksud untuk meningkatkan luas lahan dan hasil produksi. Untuk
merealisasi maksud tersebut, maka dilakukan pengamatan, pengumpulan data dan
percobaan-percobaan, dan akhirnya diperoleh sebuah cara memanfaatkan air yang
secara efektif. Teknik pengaturan air tersebut disebut dengan IRIGASI.
Maksud dan tujuan Rancangan Irigasi dan bangunan air adalah untuk
mendapatkan air secara teratur pada areal persawahan yang akan diairi dan
diharapkan akan dapat berfungsi dengan baik dan secara teknis sehingga bisa
dipertanggung jawabkan.
Tujuan irigasi dan bangunan air tergantung dari kebutuhan untuk apa irigasi
itu akan diperlukan atau dipergunakan berdasarkan jenis bangunan tersebut.
1
1. Irigasi adalah usaha penyadiaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa dan irigasi tambak.
2. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air satu jaringan
irigasi.
3. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan perlengkapannya
yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk mengatur iar irigasi
mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan
dan pembangunannya.
4. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu system irigasi
mulai daribangunan utama, saluran induk(primer), saluran skunder dan
bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.
5. Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana air
dalam saluran tersier, saluran pembagi yang terdiri dari saluran pembawa
yang disebut saluran tersier, saluran pembagi tersebut saluran kwarter dan
saluran pembuang berikut serta kelengkapannya.
6. Petak irigasi adalah petak lahan yang memperolaeh saluran irigasi.
7. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan
dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.
8. Penyediaan air irigasi adalah penetuan banyaknya air persatuan waktu dan
satuan pemberian air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian.
9. Pembagian air irigasi adalah pemberian alokasi air dari jaringan utama ke
petak tersier dan kwarter.
10. Penggunaan air irigasi adalah pemenfaatan air dilahan pertanian.
11. Pembuangan/drainase adalah pengalihan/ kelebihan air irigasi yang sudah
tidak dipergunakan lagi pada daerah irigasi tertentu.
12. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami/ buatan yang terdapat pada
di atas ataupun di bawah permukaan tanah.
13. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air, irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolahan irigasi, dan sumber daya manusia.
14. Pengaturan iar irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian,
dan penggunaan air irigasi.
2
15. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
bangunan utama, saluran induk/ primer, saluran, bangunan sadap, dan
bangunan pelengkapnya.
16. Jaringan irigasi skunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran skunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi
sadap, bangunan sadap, dan pelengkapnya.
17. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
Hidrogeologis, tempat semua kejadian Hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
18. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air
tanah, mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi
air tanah termasuk saluran di dalamnya.
19. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang
dimulai setelah
20. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang di bangun dan di kelola oleh
masyarakat desa atau pemerintah desa.
21. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
pertanian, baik yang telah bergabung dalam organisasi perkumpulan petani
pemakai air maupun petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air.
22. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi
yang di bentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk
lembaga local pengelola irigasi.
23. Hak ulayat air adalah hak adat masyarakat untuk memanfaatkan air dan
sumber air untuk irigasi.
24. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau
mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
25. Hak guna pakai air untuk memperoleh dan memakai air dari sumber air untuk
kepentingan pengusahaan pertanian.
26. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan
mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan pengusahaan pertanian.
3
27. Komisi irigasi kabupaten/ kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah kabupaten/ kota, wakil perkumpulan petani pemakai
air tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan pada kabupaten/ kota.
28. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada propinsi, dan wakil
provinsi, dan wakil komisi irigasi kabupaten/ kota yang terkait.
29. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru/
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.
30. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan
irigasi diwiliyah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
31. Peningkatan jaringan irigasinya adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan
kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal
pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan
perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
32. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan meliputi operasi, pemeliharaan,
dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
33. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka, menutup pintu bangunan
irigasi, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/
bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
34. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik, guna melancarkan
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
35. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
36. Pengelolaan asset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk
perencanaan pemeliharaan dan pendanaan system irigasi guna mencapai
tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi
dan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan asset irigasi
seefesien mungkin.
4
37. Forum koordinasi daerah irigasi adalah sarana konsultasi dan komunikasi
antara perkumpulan petani pemakai air, petugas pemerintah provinsi dan
kabupaten, dan jaringan irigasi lainnya dalam rangka pengelolaan irigasi
yang jaringannya berfungsi multi guna pada suatu daerah irigasi.
38. Perkumpulan petani pemakai air/keujruen blang adalah lembaga
kepengurusan air irigasi di provinsi Aceh.
39. Pemberdayaan keujruen blang upaya penguatan dan peningkatan
kemampuan perkumpulan petani pemaki air yang meliputi aspek
kelembagaan, teknik, dan pembiayaan dengan dasar keberpihakan kepada
petani melalui pembentukan, pelatihan, pendampingan dan menumbuh
kembangkan partisipasi.
40. Garis sepadan irigasi adalah batas pengamanan bagi saluran atau banguna
irigasi dengan jarak tertentu sepanjang saluran dan sekeliling bangunan.
41. Daerah sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang saluran dan sekeliling
banguna irigasi diluar jaringan irigasi yang dibatasi oleh garis sepadan untuk
mengamankan jaringan irigasi.
42. Pengamanan sempadan daerah irigasi adalah upaya pengetahuan dan
penertiban terhadap pemenfaatan daerah irigasi.
43. Pengawasan daerah sempadan adalah upaya memantau tindakan-tindakan
yang terjadi didaerah sempadan.
44. Penyelidik adalah pejabat polisi NKRI, pejabat atau pegawai negeri sipil
yang diberi tugas dan wewenang oleh UU melakukan penyidikan.
45. Pengamat irigasi adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab untuk
mengelola area irigasi seluas 5.000-7.500 Ha.
46. Juru irigasi adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab untuk mengelola
area irigasi seluas 750-1.500 Ha.
47. Penjaga pintu bendung adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab
terhadap operasional terhadap pintu bendung, 1 (satu) orang perbendung
dapat ditambah bila bendung besar.
48. Penjaga pintu air adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab operasional
bangunan sadap dan bangunan bagi, dimana setiap per 3-5 pintu sepanjang
2-3 Km.
5
1.3. Pembangian Jenis Irigasi
System ini hanya mengandalkan kondisi alam, tanpa ada usaha pengaturan
yang baik, cara kerja system ini sebagai berikut:
1. pengambilan air langsung dari air hujan atau dari sungai, tanpa bendungan
2. daerah yang diairi sederhana dengan luasan yang terbatas
3. dimensi saluran tidak teratur
4. saluran pembawa dan pembuang tidak jelas
5. tidak ada pengontrolan terhadap volume pemakaian air
6
A.d 2. Irigasi semi teknik
Pada system ini perolehan air dilakukan dengan cara teknik yaitu:
1. bangunannya masih belum permanen
2. demikian juga antara saluran pembawa dan buang tidak tegas perbedaannya,
dan letaknya juga tidak teratur (sembarangan)
3. supply air sering terhenti serta pembagiannya tidak beraturan
4. pengambilan air dari saluran primer dan skunder masih sering menyalahi
aturan, control pembagian tidak ada.
Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai
dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa
melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang membutuhkan/memerlukan secara
teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran
pembuang menuju sungai kembali.
7
8. Dan lain-lain
8
Air yang mengalir melalui pori-pori tanah akan melakukan pembersihan
tanah tersebut dari unsure-unsur yang mencemari tanah, bila tanah tersebut terlalu
banyak mengandung garam-garam, unsure tersebut dapat menjadi racun bagi
tanaman, hal tersebut sangat merugikan pertanian, unsure tersebut yaitu seperti
unsure Br,Fe,C1,Mg,SO4.
Ad.7 Perikanan
Dari jenisnya padi merupakan tanaman rawa yang tahan terhadap genangan
air, hingga dari kondisi tersebut antara penanaman padi dan budidaya ikan dapat
dilakukan secara bersamaan.
Ad.8 Manfaat lain dapat dilakukan adalah menyuplai kebutuhan air untuk:
8.1 industri (kertas, pupuk, gula, dll)
8.2 rumah tangga
8.3 kolam perikanan darat
8.4 hidro power
8.5 dan lain-lain
9
4. Bila sedimen yang terkandung dalam aliran air terlalu berat, maka akan
terjadi penumpukan pada saluran air, hingga akan terjadi penyumbatan
5. Air yang berwarna putih dari batuan kapur akan merugikan tanaman dan
air yang berwarna kuning atau coklat yang berasal dari erosi tanah lempung
atau humus tidak membahayakan tanaman
6. Air irigasi harus mengandung nutrient
Yaitu harus mengandung unsure-unsur N (Nitroginium), P (phosphorus), K
( kalium ), Ca ( calcium ) dan Fe ( Ferrum ) dalam perbandingan yang tepat.
Air yang terlalu jernih miskin unsur kimia, bila mengandung zat asam yang
agresif dapt mempengaruhi proses oksidasi zat kimia yang ada didalam
tanah dan dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan, air yang mengandung larutan
tersebut dapat merubah tanah dari semula subur menjadi tidak subur. Bila
dipakai untuk membila harus dipakai air yang netral yaitu Phnya=7, untuk
merabuk harus mengandung lumpur yang baik untuk tanaman dan bila
dipakai untuk colmatage( meninggikan tanah) harus mengandung lumpur
yang cepat mengendap.
7. Air dari sumbernya mudah dialirkan ke tempat tujuan, hingga
pembangunan sistemnya tidak mahal.
8. Sumber airnya mencukupi terutama untuk musim kemarau.
10
BAB II
KEPUSTAKAAN
2.1 Kebutuhan Air Irigasi
a. Padi
Air irigasi yang diberikan pada tanaman padi sawah uuntuk memenuhi
kebutuhan air bagi pengolahan tanah, persemaian dan pertumbuhan tanaman.
11
2.2 Penampang Melintang Saluran
P = b + 2h (1 + m ) …….….……(2.6)
2
Dimana :
Q = debit rencana saluran (m³/dt)
A = luas penampang basah hidrolis (m²)
V = kecpatan aliran (m/dt)
K = koefisien kekasaran
R = jari-jari hidrolis (m)
I = kemiringan saluran (m)
P = keliling basah (m)
b = lebar dasar saluran
m = kemiringan dinding saluran (m)
h = kedalaman (m)
12
2.3 Penampang Memanjang Saluran
13
Q = debit rencana saluran (m³/dt)
b = lebar dasar saluran
m = kemiringan dinding saluran (m)
h = kedalam air (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt)
Untuk mencari tinggi muka air yang diperlukan (P) dihitung dengan
rummus standar perencanaan irigasi (1986) yaitu :
P = a + 0.7 + (L.I)……………………(2.10)
Dimana :
P = tinggi muka air pada permukaan (m)
a = elerasi tertinggi dari permukaan
L = panjang saluran
I = kemiringan saluran (m)
14
Tabel 2.1 Harga-harga kekasaran strickler saluran tanah
Debit rencana K
(m³/dtk)
Q > l 45
5 < Q > 10 42,5
l<Q<5 40
Q < l dan saluran tersier 35
Sumber : Anonymous 1986
15
Menurut Anonymous, 1986, Standart Perencanaan Irigasi, kecepatan
maksimmum untuk ahran subkritis, khusus untuk saluran primer dan skunder yang
dianjurkan adalah sebagai diperlihatkan pada tabel 2.3 dibawah ini (khusus untuk
saluran primer dan skunder), sebagai berikut :
Q (m3/detik) N V(m/det)
0 – 1,5 2 0,4 s/d 0,45
1,5 – 3,5 2,5 0,50
3,5 – 4,5 3,0 0,55
4,5 – 6,0 3,5 0,60
6,0 – 7,5 4,0 0,65
7,5 -9,0 4,5 0,70
9,0 – 11 5,0 0,70 s/d 0,75
16
Geluh pasira, lemping 1,25 1,5
berpori
Tanah gambut lunak
Sumber : Anonymous 1986
17
Q = K x µ x a x b √(2 x g x h1)
Dimana :
Q = debit aliran, m³/det
K = koefisien aliran tenggelam
µ = koefisien debit
a = bukaan pintu sorong, m
g = percepatan gravitasi, m/dt² (≈ 9,80 m/dt²)
b = lebar pintu sorong
h1 = kedalaman air didepan pintu diatas ambang
Bangunan ukur debit yang dimaksudkan pada tulisan ini adalah suatu
bangunan air yang dibangun melintang pada saluran irigasi atau sungai yang
sengaja dibuat untuk meninggikan muka air, sehingga air saluran irigasi atau sungai
dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ketempat tertentu yang membutuhkan
atau untuk mendapatkan tinggi terjun yang cukuup untuk keperluan tertentu.
Ditinjau dari pandangan hidrologis, bangunan ukur debit tersebut dapat dianggap
sebagai penampang kendali buatan, yaitu suatu penampang melintang buatan yang
berfungsi sebagai pengendali aliran. Berdasarkan fungsinnya maka penampang
kendali buatan tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
18
1) Penampang kendali buatan yang hanya menentukan tinggi muka air,
misalnya dapat berupa ambang lebar, ambang tajam, mercu tetap dan
alat ukur parshal.
2) Penampang kendali buatan yang dapat mengatur tinggi muka air,
misalnnya dapat beurpa balok sekat , pintu sorong dan pintu radial, alat
ukur Romijn.
a. Ambang tajam
Suatu ambang disebut dengan ambang tajam (sharp crested weir) apabila
aliran yang terjadi tidak menempel pada ambang ,dan merupakan bangunan aliran
atas. Ketelitian debit yang terukur tergantung dari kondisi aliran di bagian hulu dan
hilir ambang serta kondisi bangunannya sendiri. Dipasang sedemikian rupa agr
alirannya tidak tenggelam. Dipasang pada penampang saluran irigasi atau sungai
kecil yang bentuknya uniform, bagian alur yang lurus paling sedikit lima kali lebar
ambang, dasar alur mendekati horizontal agar keecepatan dating kecil. Kketinggian
muka air yang diukur paling sedikit pada jarak 4 sampai 5 kali tinggi muka air
maksimum dari sebelah hulu ambang. Bangunan dipasang secara simetris dan harus
mampu berdiri untuk mngalirkan debit maksiimum tanpa mengalami kerusakan.
Pengendapan material di bagian hulu ambang yang terjadi secara continue dan
kerusakan mercu ambang yang disebabkan oleh abrasi material yang hanyut akan
mempengaruhi ketelitian debit yang terukur.
19
Ambang tajam yang dilengkapi dengan bagian pengendali berbentuk segi
empat, persamaan debitnya adalah :
Q = 2/3 Cd (2g)1/2 b hi 3/2
disaranakan :
Ca = 0,6035 + 0,0813 hi/p
Ambang tajam yang dilengkapi dengan bagian pengendali berbentuk
trapesium, persamaan debitnya adalah :
Q = 2/3 Cd Cv (2g)1/2 b hi 3/2
20
BAB III
BAGIAN – BANGIAN DALAM JARINGAN IRIGASI
21
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini
akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu
saja.
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur,
membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.
Bagian yang penting dari pintu air adalah :
22
oleh karena itu kemungkinan penempatannya liarus ikut dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi bangunan utama. Apabila diperlukan dua bangunan pengambilan
maka juga diperlukan dua buah kantong lumpur dalam keadaan penuh.
Ada beberapa data digunakan untuk perencanaan kantong Lumpur, antara lain
data topografi untuk penempatan kantong Lumpur, Kemiringan yang memadai
guna pekerjaan penggelontoran sediment di kantong Lumpur. Data sediment
meliputi diameter sediment:
Keterangan :
23
3.5 Saluran Primer/ Induk
Saluran irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
jaringan irigasi utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi sadap, bangunan sadap dari bangunan pelengkap. Saluran irigasi primer
sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani, contoh: saluran
primer Makawa.
3.6 Saluran Sekunder
Saluran sekunder merupakan saluran yang berfungsi menampung limpasan
air yang berasal dari saluran-saluran tersier yang berada di daerah-daerah
permukiman yang berpotensi menimbulkan air limpasan. Saluran ini menjadi
mengalirkan air ke saluran yang lebih besar, yaitu saluran primer.
Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang mengambil aimya dari
bangunan sadap melalui petak tersier sampai ke boks bagi terakhir. Pada tanah terjat
saluran mengikuti kemiringan medan, sedangkan pada tanah gelombang atau datar,
saluran mengikuti kaki bukit atau tempat - tempat tinggi. Boks tersier akan
membagi air kesaluran tersier atau kuarter berikutnya. Boks kuarter akan
memberikan aimya kesaluran - saluran kuarter.
Saluran - saluran kuarter adalah saluran - saluran bagi, umumnya dimulai dari
boks bagi sampai kesaluran pembuang. Panjang maksimum yang diizinkan adalah
500 m, kecuali jika ada hal - hal yang istimewa (misalnya apabila biaya untuk
membuat saluran yang lebih pendek terlalu mahal).
24
ujung saluran didekat saluran pembuang. Didaerah - daerah terjal, saluran kuarter
juga diperbolehkan untuk dipakai sebagai pembuang kuarter.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Nadeco
Menurut Nadeco
Variasi Biasa
1.32 1.33
LUAS
DEBIT LAYANAN
NO NAMA LAYAN
(Q)
SALURAN AN
(Ha) l/dt m3/dt
1 T1S2P1 176 232 0.23
2 T2S2P1 33 44 0.04
3 T1S3P1 46 61 0.06
4 T2S3P1 150 198 0.20
5 T1S4P1 130 172 0.17
6 T2S4P1 66 87 0.09
7 T1S5P1 139 183 0.18
8 T2S5P1 42 55 0.06
9 T1S1P1 KR 128 169 0.17
10 T2S1P1 KR 168 222 0.22
11 T1S2P1 KR 177 234 0.23
12 T2S2P1 KR 136 180 0.18
13 T1S3P1 KR 164 216 0.22
14 T2S3P1 KR 188 248 0.25
15 T1S4P1 KR 132 174 0.17
16 T1S5P1 KR 199 263 0.26
17 T2S5P1 KR 145 191 0.19
18 T1S6P1 KR 146 193 0.19
19 T1S7P1 KR 147 194 0.19
20 T1S1P2 200 264 0.26
21 T2S1P2 154 203 0.20
22 T1S2P2 120 158 0.16
23 T2S2P2 100 132 0.13
Jumlah 3086 4074 4.07
Kebutuhan Air ( Q )
No Nama Petak Luas Petak ( ha )
Liter/detik m3/detik
1 T1S2P1 176,00 246,40 0,2464
2 T2S2P1 33,00 46,20 0,0462
3 T1S3P1 46,00 64,40 0,0644
4 T2S3P1 150,00 210,00 0,21
5 T1S4P1 130,00 182,00 0,182
6 T2S4P1 66,00 92,40 0,0924
7 T1S5P1 139,00 194,60 0,1946
8 T2S5P1 42,00 58,80 0,0588
9 T1S1P1 KR 128,00 179,20 0,1792
10 T2S1P1 KR 168,00 235,20 0,2352
11 T1S2P1 KR 177,00 247,80 0,2478
12 T2S2P1 KR 136,00 190,40 0,1904
13 T1S3P1 KR 164,00 229,60 0,2296
14 T2S3P1 KR 188,00 263,20 0,2632
15 T1S1P2 200,00 280,00 0,28
16 T2S1P2 154,00 215,60 0,2156
17 T1S2P2 120,00 168,00 0,168
18 T2S2P2 100,00 140,00 0,14
19 T1S1P3 146,00 204,40 0,2044
20 T2S1P3 147,00 205,80 0,2058
21 T1S2P3 199,00 278,60 0,2786
T2S2P3 145,00 203,00 0,203
22 T3S2P3 132,00 184,80 0,1848
Jumlah 3086,00 4320,40 4,3204
Menghitung Dimensi Saluran
1. Saluran Primer
a. Saluran Primer 1
Penyelesaian : Q 2,440
A= =
V 0,5
∁
= 4,880 2b2 =
b2 =
4,8804
4,8804
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
2,4402
1,562 b1 =
=
3*b
4,686
=
∁ 1,562 +
2
4,686
1,562
= 3,905 = 6,101
R=
A Y= √ 1,562 2 + 1,562 2 hb = h+w
P = 2,209 = 1,562 + 0,6
4,8804 = 2,16
=
6,902 P= 2 x 2,209 x 1,562
= 0,707 = 6,902 A 4,8804
bb = =
hb 2,16
= 2,26
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
1,562 + 2 ( 2,16√2 )
=
∁ 40
0,5
x 0,794
2 = 7,677
= 0,00992 = 0,00010
b. Saluran Primer 2
Penyelesaian : Q 0,804
A= =
V 0,4
∁
= 2,009 2b2 =
b2 =
2,009
2,009
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
1,005
1,002 b1 =
=
3*b
3,007
=
∁ 1,002 +
2
3,007
1,002
= 2,506 = 2,511
R=
A Y= √ 1,002 2 + 1,002 2 hb = h+w
P = 1,417 = 1,002 + 0,5
2,009 = 1,50
=
2,841 P= 2 x 1,417 x 1,002
= 0,707 = 2,841 A 2,009
bb = =
hb 1,50
= 1,34
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3∁ 2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
1,002 + 2 ( 1,50√2 )
=
∁ 35
0,400
x 0,794
2 = 5,251
= 0,00907 = 0,00008
c. Saluran Primer 3
Penyelesaian : Q 1,077
A= =
V 0,4
∁
= 2,692 2b2 =
b2 =
2,692
2,692
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
1,346
1,160 b1 =
=
3*b
3,480
=
∁ 1,160 +
2
3,480
1,160
= 2,900 = 3,364
R=
A Y= √ 1,160 2 + 1,160 2 hb = h+w
P = 1,641 = 1,160 + 0,5
2,692 = 1,66
=
3,806 P= 2 x 1,641 x 1,160
= 0,707 = 3,806 A 2,692
bb = =
hb 1,66
= 1,62
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3∁ 2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
1,160+ 2 ( 1,66 √2 )
=
∁ 40
0,400
x 0,794
2 = 3,988
= 0,00794 = 0,00006
Debit (Q)
No Nama Saluran Luas ( ha ) A V K m n w R P I b b1 b0 bb h hb y Luas A total
L/dtk m3/dtk
1. Primer 1 1743,00 2440,2 2,4402 4,880 0,5 40 01:01 2,5 0,6 0,707 6,902 0,00010 1,562 4,686 7,677173 2,26 1,562 2,16 2,209 6,101
2. Primer 2 574,00 803,6 0,8036 2,009 0,4 35 01:01 2 0,5 0,707 2,841 0,00008 1,002 3,007 5,251245 1,34 1,002 1,50 1,417 2,511
2. Primer 3 769,00 1076,6 1,0766 2,692 0,4 40 01:01 2 0,5 0,707 3,806 0,00006 1,160 3,480 3,988 1,62 1,160 1,66 1,641 3,364
2. Saluran Sekunder
Penyelesaian : Q 0,293
A= =
V 0,4
∁
= 0,732 2b2 =
b2 =
0,732
0,732
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,366
0,605 b1 =
=
3*b
1,814
=
∁ 0,605 +
2
1,814
0,605
= 1,512 = 0,914
R=
A Y= √ 0,605 2 + 0,605 2 hb = h+w
P = 0,855 = 0,605 + 0,4
0,732 = 1,00
=
1,034 P= 2 x 0,855 x 0,605
= 0,707 = 1,034 A 0,732
bb = =
hb 1,00
= 0,73
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,605 + 2 ( 1,00√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,433
= 0,00907 = 0,00008
Penyelesaian : Q 0,274
A= =
V 0,4
∁
= 0,686 2b2 =
b2 =
0,686
0,686
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,343
0,586 b1 =
=
3*b
1,757
=
∁ 0,586 +
2
1,757
0,586
= 1,464 = 0,858
R=
A Y= √ 0,586 2 + 0,586 2 hb = h+w
P = 0,828 = 0,586 + 0,4
0,686 = 0,99
=
0,970 P= 2 x 0,828 x 0,586
= 0,707 = 0,970 A 0,686
bb = =
hb 0,99
= 0,70
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,586 + 2 ( 0,99√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,386
= 0,00907 = 0,00008
c. Saluran Sekunder S4P1
Penyelesaian : Q 0,274
A= =
V 0,4
∁
= 0,686 2b2 =
b2 =
0,686
0,686
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,343
0,586 b1 =
=
3*b
1,757
=
∁ 0,586 +
2
1,757
0,586
= 1,464 = 0,858
R=
A Y= √ 0,586 2 + 0,586 2 hb = h+w
P = 0,828 = 0,586 + 0,4
0,686 = 0,99
=
0,970 P= 2 x 0,828 x 0,586
= 0,707 = 0,970 A 0,686
bb = =
hb 0,99
= 0,70
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,586 + 2 ( 0,99√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,386
= 0,00907 = 0,00008
Penyelesaian : Q 0,253
A= =
V 0,4
∁
= 0,634 2b2 =
b2 =
0,634
0,634
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,317
0,563 b1 =
=
3*b
1,688
=
∁ 0,563 +
2
1,688
0,563
= 1,407 = 0,792
R=
A Y= √ 0,563 2 + 0,563 2 hb = h+w
P = 0,796 = 0,563 + 0,4
0,634 = 0,96
=
0,896 P= 2 x 0,796 x 0,563
= 0,707 = 0,896 A 0,634
bb = =
hb 0,96
= 0,66
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,563 + 2 ( 0,96√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,278
= 0,00907 = 0,00008
e. Saluran Sekunder S1P1KR
Penyelesaian : Q 0,414
A= =
V 0,4
∁
= 1,036 2b2 =
b2 =
1,036
1,036
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,518
0,720 b1 =
=
3*b
2,159
=
∁ 0,720 +
2
2,159
0,720
= 1,799 = 1,295
R=
A Y= √ 0,720 2 + 0,720 2 hb = h+w
P = 1,018 = 0,720 + 0,4
1,036 = 1,12
=
1,465 P= 2 x 1,018 x 0,720
= 0,707 = 1,465 A 1,036
bb = =
hb 1,12
= 0,93
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,720 + 2 ( 1,12√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,888
= 0,00907 = 0,00008
Penyelesaian : Q 0,438
A= =
V 0,4
∁
= 1,096 2b2 =
b2 =
1,096
1,096
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,548
0,740 b1 =
=
3*b
2,220
=
∁ 0,740 +
2
2,220
0,740
= 1,850 = 1,369
R=
A Y= √ 0,740 2 + 0,740 2 hb = h+w
P = 1,047 = 0,740 + 0,4
1,096 = 1,14
=
1,549 P= 2 x 1,047 x 0,740
= 0,707 = 1,549 A 1,096
bb = =
hb 1,14
= 0,96
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,740 + 2 ( 0,96√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,458
= 0,00907 = 0,00008
Penyelesaian : Q 0,493
A= =
V 0,4
∁
= 1,232 2b2 =
b2 =
1,232
1,232
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,616
0,785 b1 =
=
3*b
2,355
=
∁ 0,785 +
2
2,355
0,785
= 1,962 = 1,540
R=
A Y= √ 0,785 2 + 0,785 2 hb = h+w
P = 1,110 = 0,785 + 0,4
1,232 = 1,18
=
1,742 P= 2 x 1,110 x 0,785
= 0,707 = 1,742 A 1,232
bb = =
hb 1,18
= 1,04
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,785 + 2 ( 1,18√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 4,136
= 0,00907 = 0,00008
Penyelesaian : Q 0,496
A= =
V 0,4
∁
= 1,239 2b2 =
b2 =
1,239
1,239
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,620
0,787 b1 =
=
3*b
2,361
=
∁ 0,787 +
2
2,361
0,787
= 1,968 = 1,549
R=
A Y= √ 0,787 2 + 0,787 2 hb = h+w
P = 1,113 = 0,787 + 0,4
1,239 = 1,19
=
1,752 P= 2 x 1,113 x 0,787
= 0,707 = 1,752 A 1,239
bb = =
hb 1,19
= 1,04
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3
∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,787 + 2 ( 1,19√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 4,145
= 0,00907 = 0,00008
i. Saluran Sekunder S2P2
Penyelesaian : Q 0,308
A= =
V 0,4
∁
= 0,770 2b2 =
b2 =
0,770
0,770
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,385
0,620 b1 =
=
3*b
1,861
=
∁ 0,620 +
2
1,861
0,620
= 1,551 = 0,963
R=
A Y= √ 0,620 2 + 0,620 2 hb = h+w
P = 0,877 = 0,620 + 0,4
0,770 = 1,02
=
1,089 P= 2 x 0,877 x 0,620
= 0,707 = 1,089 A 0,770
bb = =
hb 1,02
= 0,75
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,620 + 2 ( 1,02√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,507
= 0,00907 = 0,00008
Penyelesaian : Q 0,410
A= =
V 0,4
∁
= 1,026 2b2 =
b2 =
1,026
1,026
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,513
0,716 b1 =
=
3*b
2,148
=
∁ 0,716 +
2
2,148
0,716
= 1,790 = 1,282
R=
A Y= √ 0,716 2 + 0,716 2 hb = h+w
P = 1,013 = 0,716 + 0,4
1,026 = 1,12
=
1,450 P= 2 x 1,013 x 0,716
= 0,707 = 1,450 A 1,026
bb = =
hb 1,12
= 0,92
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,716 + 2 ( 1,12√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 3,873
= 0,00907 = 0,00008
Penyelesaian : Q 0,666
A= =
V 0,4
∁
= 1,666 2b2 =
b2 =
1,666
1,666
2
∁
Luas Atot =
b +
2
b1 h
∁
b1 = ( b + 3b / 2 ) b = 2b2
=
b=h=
0,833
0,913 b1 =
=
3*b
2,738
=
∁ 0,913 +
2
2,738
0,913
= 2,282 = 2,083
R=
A Y= √ 0,913 2 + 0,913 2 hb = h+w
P = 1,291 = 0,913 + 0,5
1,666 = 1,41
=
2,356 P= 2 x 1,291 x 0,913
= 0,707 = 2,356 A 1,666
bb = =
hb 1,41
= 1,18
∁
I=
∁ K
V
x R 2/3∁
2 b0 =
=
b + 2 ( hb√2 )
0,913 + 2 ( 1,41√2 )
=
∁ 35
0,4
x 0,794
2 = 4,908
= 0,00907 = 0,00008
Debit (Q)
No Nama Saluran Luas ( ha ) A V K m n w R P I b b1 b0 bb h hb y Luas A total
L/dtk m3/dtk
1. S2P1 209,00 292,6 0,293 0,732 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 1,034 0,00008 0,605 1,814 3,386 0,73 0,605 1,00 0,855 0,914
2. S3P1 196,00 274,4 0,274 0,686 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 0,970 0,00008 0,605 1,757 3,386 0,70 0,605 0,99 0,828 0,858
3. S4P1 196,00 274,4 0,274 0,686 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 0,970 0,00008 0,586 1,757 3,386 0,66 0,586 0,99 0,828 0,858
4. S5P1 181,00 253,4 0,253 0,634 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 0,896 0,00008 0,563 1,688 3,278 0,66 0,563 0,96 0,796 0,792
5. S1P1KR 296,00 414,4 0,414 1,036 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 1,465 0,00008 0,720 2,159 3,888 0,93 0,720 1,12 1,018 1,295
6 S2P1KR 313,00 438,2 0,438 1,096 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 1,549 0,00008 0,740 2,220 3,458 0,96 0,740 1,14 1,047 1,369
7 S3P1KR 352,00 492,8 0,493 1,232 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 1,742 0,00008 0,785 2,355 4,136 1,04 0,785 1,18 1,110 1,540
8 S1P2 354,00 495,6 0,496 1,239 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 1,752 0,00008 0,787 2,361 4,145 1,04 0,787 1,19 1,113 1,549
9 S2P2 220,00 308,0 0,308 0,770 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 1,089 0,00008 0,620 1,861 3,507 0,75 0,620 1,02 0,877 0,963
10 S1P3 293,00 410,2 0,410 1,026 0,4 35 01:01 2 0,4 0,707 1,450 0,00008 0,716 2,148 3,873 0,92 0,716 1,12 1,013 1,282
11 S2P3 476,00 666,4 0,666 1,666 0,4 35 01:01 2 0,5 0,707 2,356 0,00008 0,913 2,738 4,908 1,18 0,913 1,41 1,291 2,083
3. Saluran Tersier
a. T1S2P1
3
Diketahui : Q= 0,246 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,246
0,4
0,616
b1 =
=
3*b
2,157 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,616 b= √ 0,518 = 0,719
hb =
=
=
h+w
0,719 + 0,4
1,12
=
∁ 0,719 +
2
0,000
0,719
∁
I=
V
∁ 2 = 0,719 + 2 ( 1,12 √2 )
K x R
2/3
= 3,879
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,433
2
= 0,00495 = 0,0000245
b. T2S2P1
3
Diketahui : Q= 0,046 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,046
0,4
0,116
b1 =
=
3*b
2,208 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,116 b= √ 0,543 = 0,736
hb =
=
=
h+w
0,736 + 0,4
1,14
=
∁ 0,736 +
2
2,208
0,736
∁
I=
V
∁ 2 = 0,736 + 2 ( 1,14 √2 )
K x R
2/3
= 3,956
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,140
2
= 0,00160 = 0,0000026
c. T1S3P1
3
Diketahui : Q= 0,064 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,064
0,4
0,161
b1 =
=
3*b
1,755 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,161 b= √ 0,343 = 0,585
hb =
=
=
h+w
0,585 + 0,4
0,99
=
∁ 0,585 +
2
1,755
0,585
=
∁ 35 x
0,4
0,203
2
= 0,00232 = 0,0000054
d. T2S3P1
3
Diketahui : Q= 0,210 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,210
0,4
0,525
b1 =
=
3*b
1,617 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,525 b= √ 0,291 = 0,539
hb =
=
=
h+w
0,539 + 0,4
0,94
=
∁ 0,539 +
2
1,617
0,539
=
∁ 35 x
0,4
0,472
2
= 0,00540 = 0,0000291
e. T1S4P1
3
Diketahui : Q= 0,182 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,182
0,4
0,455
b1 =
=
3*b
1,545 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,455 b= √ 0,266 = 0,515
hb =
=
=
h+w
0,515 + 0,4
0,94
=
∁ 0,515 +
2
1,545
0,515
∁
I=
V
∁ 2 = 0,515 + 2 ( 0,94 √2 )
K x R
2/3
= 3,155
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,442
2
= 0,00506 = 0,00002557
f. T2S4P1
3
Diketahui : Q= 0,092 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,092
0,4
0,231
b1 =
=
3*b
1,773 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,231 b= √ 0,350 = 0,591
hb =
=
=
h+w
0,591 + 0,4
0,99
=
∁ 0,591 +
2
1,773
0,591
∁
I=
V
∁ 2 = 0,591 + 2 ( 0,99 √2 )
K x R
2/3
= 3,391
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,257
2
= 0,00294 = 0,00000862
g. T1S5P1
3
Diketahui : Q= 0,195 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,195
0,4
0,487
b1 =
=
3*b
1,692 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,487 b= √ 0,319 = 0,564
hb =
=
=
h+w
0,564 + 0,4
0,96
=
∁ 0,564 +
2
1,692
0,564
∁
I=
V
∁ 2 = 0,564 + 2 ( 0,96 √2 )
K x R
2/3
= 3,278
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,435
2
= 0,00498 = 0,00002477
h. T2S5P1
3
Diketahui : Q= 0,059 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,059
0,4
0,147
b1 =
=
3*b
1,605 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,147 b= √ 0,287 = 0,535
hb =
=
=
h+w
0,535 + 0,4
0,94
=
∁ 0,535 +
2
1,605
0,535
I=
∁ K x
V
R
2/3
∁
∁
2 =
=
0,535 + 2 ( 0,94 √2 )
3,175
=
∁ 35 x
0,4
0,203
2
= 0,00232 = 0,0000054
i. T1S1P1 KR
3
Diketahui : Q= 0,179 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,179
0,4
0,448
b1 =
=
3*b
1,515 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,448 b= √ 0,256 = 0,505
hb =
=
=
h+w
0,505 + 0,4
0,91
=
∁ 0,505 +
2
1,515
0,505
∁
I=
V
∁2 = 0,505 + 2 ( 0,91 √2 )
K x R
2/3
= 3,065
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,444
2
= 0,00507 = 0,0000257
j. T2S1P1 KR
3
Diketahui : Q= 0,235 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,235
0,4
0,588
b1 =
=
3*b
1,419 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,588 b= √ 0,224 = 0,473
hb =
=
=
hxw
0,473 x 0,4
0,19
=
∁ 0,473 +
2
1,419
0,473
∁
I=
V
∁2 = 0,473 + 2 ( 0,19 √2 )
K x R
2/3
= 1,013
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,556
2
= 0,00635 = 0,0000403
k. T1S2P1 KR
3
Diketahui : Q= 0,248 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,248
0,4
0,620
b1 =
=
3*b
2,223 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,620 b= √ 0,550 = 0,741
hb =
=
=
hxw
0,741 x 0,4
0,30
=
∁ 0,741 +
2
2,223
0,741
∁
I=
V
∁2 = 0,741 + 2 ( 0,30 √2 )
K x R
2/3
= 1,581
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,426
2
= 0,00487 = 0,0000238
l. T2S2P1 KR
3
Diketahui : Q= 0,190 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,190
0,4
0,476
b1 =
=
3*b
1,473 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,476 b= √ 0,242 = 0,491
hb =
=
=
h+w
0,491 x 0,4
0,20
=
∁ 0,491 +
2
1,473
0,491
∁
I=
V
∁2 = 0,491 + 2 ( 0,20 √2 )
K x R
2/3
= 1,051
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,471
2
= 0,00538 = 0,0000289
m. T1S3P1 KR
3
Diketahui : Q= 0,230 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,230
0,4
0,574
b1 =
=
3*b
1,566 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,574 b= √ 0,273 = 0,522
hb =
=
=
h+w
0,552 x 0,4
0,22
=
∁ 0,522 +
2
1,566
0,522
∁
I=
V
∁2 = 0,552 + 2 ( 0,22 √2 )
K x R
2/3
= 1,172
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,512
2
= 0,00585 = 0,0000342
n. T2S3P1 KR
3
Diketahui : Q= 0,263 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,263
0,4
0,658
b1 =
=
3*b
1,452 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,658 b= √ 0,235 = 0,484
hb =
=
=
h+w
0,484 x 0,4
0,19
=
∁ 0,484 +
2
1,452
0,484
∁
I=
V
∁2 = 0,484 + 2 ( 0,19 √2 )
K x R
2/3
= 1,024
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,590
2
= 0,00674 = 0,0000454
o. T1S1P2
3
Diketahui : Q= 0,280 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,280
0,4
0,700
b1 =
=
3*b
1,911 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,700 b= √ 0,406 = 0,637
hb =
=
=
h+w
0,637 x 0,4
0,25
=
∁ 0,637 +
2
1,911
0,637
∁
I=
V
∁2 = 0,637 + 2 ( 0,25 √2 )
K x R
2/3
= 1,337
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,512
2
= 0,00585 = 0,0000342
p. T2S1P2
3
Diketahui : Q= 0,216 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,216
0,4
0,539
b1 =
=
3*b
2,157 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,539 b= √ 0,518 = 0,719
hb =
=
=
h+w
0,719 + 0,4
1,12
=
∁ 0,719 +
2
2,157
0,719
∁
I=
V
∁2 = 0,719 + 2 ( 1,12 √2 )
K x R
2/3
= 3,879
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,397
2
= 0,00453 = 0,0000205
q. T1S2P2
3
Diketahui : Q= 0,168 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,168
0,4
0,420
b1 =
=
3*b
2,211 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,420 b= √ 0,543 = 0,737
hb =
=
=
h+w
0,737 + 0,4
1,14
=
∁ 0,737 +
2
2,211
0,737
∁
I=
V
∁2 = 0,737 + 2 ( 1,14 √2 )
K x R
2/3
= 3,957
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,330
2
= 0,00377 = 0,0000142
r. T2S2P2
3
Diketahui : Q= 0,140 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,140
0,4
0,350
b1 =
=
3*b
1,755 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,350 b= √ 0,343 = 0,585
hb =
=
=
h+w
0,585 + 0,4
0,99
=
∁ 0,585 +
2
1,755
0,585
∁
I=
V
∁2 = 0,585 + 2 ( 1,40 √2 )
K x R
2/3
= 3,385
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,341
2
= 0,00390 = 0,0000152
s. T1S1P3
3
Diketahui : Q= 0,204 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,204
0,4
0,511
b1 =
=
3*b
1,617 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,511 b= √ 0,291 = 0,539
hb =
=
=
h+w
0,539 + 0,4
0,94
=
∁ 0,539 +
2
1,617
0,539
∁
I=
V
∁2 = 0,539 + 2 ( 0,94 √2 )
K x R
2/3
= 3,197
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,464
2
= 0,00530 = 0,0000281
t. T2S1P3
3
Diketahui : Q= 0,206 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,206
0,4
0,515
b1 =
=
3*b
1,545 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,515 b= √ 0,266 = 0,515
hb =
=
=
h+w
0,515 + 0,4
0,92
=
∁ 0,515 +
2
1,545
0,515
∁
I=
V
∁2 = 0,515 + 2 ( 0,92 √2 )
K x R
2/3
= 3,115
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,480
2
= 0,00549 = 0,0000301
u. T1S2P3
3
Diketahui : Q= 0,279 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,279
0,4
0,697
b1 =
=
3*b
1,869 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,697 b= √ 0,389 = 0,623
hb =
=
=
h+w
0,623 + 0,4
1,02
=
∁ 0,623 +
2
1,869
0,623
∁
I=
V
∁2 = 0,623 + 2 ( 1,02 √2 )
K x R
2/3
= 3,503
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,518
2
= 0,00592 = 0,0000350
v. T3S2P3
3
Diketahui : Q= 0,185 m /dtk
K= 35
w= 0,4 m
V= 0,4 m/dtk
∁
Penyelesaian : A=
Q
V
=
=
0,185
0,4
0,462
b1 =
=
3*b
1,944 ∁
Luas Atot =
b +
2
b1
∁
h
A= 2
b = 0,462 b= √ 0,420 = 0,648
hb =
=
=
h+w
0,648 + 0,4
1,05
=
∁ 0,648 +
2
1,944
0,648
∁
I=
V
∁2 = 0,648 + 2 ( 1,05 √2 )
K x R
2/3
= 3,616
∁
=
∁ 35 x
0,4
0,383
2
= 0,00438 = 0,0000192
MENGHITUNG SALURAN KANTONG LUMPUR
QP1 = 2,440
H= 1,562
V= 0,3
Penyelesaian
Q Q L/B ≥ 8 L= 8B
V= B=
HxB V = 41,656
2,440 2,440
V= =
1,402 x 10,491 0,469
2,440 = 5,207
=
14,708
= 0,166
DAFTAR PUSTAKA
50
Bo == 3,35
Bo 7,68
0,60
0.6 3,06
1,20 0,95
1,56 1,20
3,06 0,60
0.6
WW=0,6
= 0,25
2,17
1,20
H = 0,95
H = 1,57
BB==1,56
0,95
Skala 1 :30
Bo
Bo== 5,26
3,35
0,60
0,5 2,13
1,20 0,95
1,00 2,13
1,20 0,60
0,5
W
W == 0,25
0,5
1,5
1,20
H =H1,00
= 0,95
B B= =1,00
0,95
Penampang Saluran
Penampang Primer
Saluran Primer P1 P2
Skala 1 : 30
Skala 1 :30
49
Bo
Bo == 3,35
3,98
0,5
0,60 1,21
1,20 1,56
0,95 1,21
1,20 0,5
0,60
W
W == 0,25
0,5
1,66
1,20
H =H1,16
= 0,95
BB =1,56
= 0,95
50
1. Saluran Sekunder (S2P1 Skala 1:30)
Bo == 2.647
3.38
0.4
0,5 0.949
1.39 0.749
0.60 0.949
1.39 0,5
0.4
0.949
1
H = 0.749
H = 0.60
BB == 0.60
0.749
Bo
Bo == 3.38
2.647
0.4
0,5 1.39
0.949 0.749
0.60 1.39
0.949 0.4
0,5
1
0.949
H =H 0.60
= 0.749
BB==0.60
0.749
53
3. Saluran Sekunder ( S4P1 Skala 1:30)
Bo
Bo== 3.38
2.647
0.4
0,5 1.40
0.949 0.58
0.749 1.40
0.949 0,5
0.4
0.98
0.949
H =H 0.58
= 0.749
BB == 0.58
0.749
Bo
Bo== 3.28
2.647
0.4
0,5 1.36
0.949 0.56
0.749 1.36
0.949 0,5
0.4
0.96
0.949
H =H 0.56
= 0.749
BB == 0.56
0.749
54
5. Saluran Sekunder ( S1P1KR Skala 1:30)
BoBo= =3.88
2.647
0,5
0.4 0.949
1.58 0.72
0.749 1.58
0.949 0,5
0.4
1.12
0.949
H =H0.72
= 0.749
BB==0.72
0.749
BoBo==3.46
2.647
0.4
0,5 1.36
0.949 0.74
0.749 1.36
0.949 0.4
0,5
1.14
0.949
H = 0.74
H = 0.749
BB==0.74
0.749
55
7. Saluran Sekunder ( S3P1KR Skala 1:30)
BoBo==4.14
2.647
0.4
0,5 1.68
0.949 0.78
0.749 1.68
0.949 0,5
0.4
1.18
0.949
H = 0.78
H = 0.749
BB==0.78
0.749
BoBo==4.14
2.647
0.4
0,5 1.68
0.949 0.78
0.749 1.68
0.949 0.4
0,5
1.18
0.949
H =H0.78
= 0.749
BB==0.78
0.749
56
9. Saluran Sekunder ( S2P2 Skala 1:30)
BoBo==3.50
2.647
0.4
0,5 1.44
0.949 0.62
0.749 1.44
0.949 0,5
0.4
1.02
0.949
H = 0.62
H = 0.749
BB==0.62
0.749
BoBo==3.87
2.647
0.4
0,5 1.58
0.949 0.71
0.749 1.58
0.949 0.4
0,5
1.11
0.949
H =H0.71
= 0.749
BB==0.71
0.749
57
11. Saluran Sekunder ( S2P2 Skala 1:30)
BoBo==4.91
2.647
0.5
0,5 2.00
0.949 0.91
0.749 2.00
0.949 0.5
0,5
1.41
0.949
H = 0.91
H = 0.749
BB==0.913
0.749
58
1. Saluran Tersier ( T1S2P1 sklasa 1 : 30)
Bo == 3.87
Bo 1.614
0,4
0.4 0.638
1.58 0.438
0.71 0.638
1.58 0,4
0.4
w == 0.20
W 0.4
0.638
1.11
HH==0.438
0.71
BB=
= 0.438
0.71
Bo == 3.95
Bo 1.614
0,4
0.4 0.638
1.61 0.438
0.73 0.638
1.61 0,4
0.4
w == 0.20
W 0.4
0.638
1.13
HH==0.438
0.73
BB=
= 0.438
0.73
60
3. Saluran Tersier ( T1S3P1 sklasa 1 : 30)
Bo == 3.38
Bo 1.614
0,4
0.4 0.638
1.40 0.438
0.58 0.638
1.40 0,4
0.4
w == 0.20
W 0.4
0.638
0.98
HH==0.438
0.58
BB=
= 0.438
0.58
Bo == 3.17
Bo 1.614
0,4
0.4 0.638
1.32 0.438
0.53 0.638
1.32 0,4
0.4
w == 0.20
W 0.4
0.638
1.11
HH==0.438
0.53
BB=
= 0.438
0.53
61