Disusun Oleh :
Deby Rohmatul Laili
1941320041
3MRK4
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia – Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini.
Ucapan terimakasih penyusun haturkan kepada :
1. Dosen pengajar Mata Kuliah Irigasi Ibu Winda Harsanti, S.T., M.T. sehingga
penyusun dapat lebih memperdalam dan memahami perencanaan jaringan dan
saluran irigasi
2. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
Laporan ini masih perlu banyak penyempurnaan, sehingga koreksi, kritik, dan saran yang
berguna sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan laporan berikutnya.
Semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya, mendatangkan berkat, dan
manfaat bagi semua pihak, memberikan inspirasi, dan kegembiraan bagi kita semua.
Terima kasih.
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai bukti telah menyelesaikan tugas besar mata kuliah Irigasi
Program Studi D-IV Manajemen Rekayasa Konstruksi Jurusan Teknik Sipil, Politeknik
Negeri Malang, Tahun Ajaran 2021/2022. Yang bersangkutan :
Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah Irigasi
ii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Irigasi adalah suatu usaha mengalirkan air secara buatan dari sumber air kepada lahan-
lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara
teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman masih bisa tumbuh secara normal.
Keseluruhan proses perencanaan irigasi harus mempertimbangkan faktor ekonomis dan
mempertimbangkan juga bagaimana pemberian air yang efektif . Hal inilah yang
melatarbelakangi pembuatan Laporan Tugas Besar dengan judul “ Perencanaan Saluran
Irigasi ”.
1
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penulisan laporan ini antara lain :
1. Merencankan jaringan irigasi dan membuat skema irigasi berdasarkan peta layout
jaringan irigasi.
2. Menentukan pola tata tanam berdasarkan jenis tanaman yang telah ditentukan dan
menghitung debit kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam.
3. Merencanakan dimensi saluran irigasi berdasarkan debit yang telah diperoleh dari
hasil perhitungan.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui cara merencanakan jaringan dan skema
irigasi.
2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui cara menentukan pola tanam dan debit
kebutuhan irigasi.
3. Penulis dan pembaca dapat mengetahui cara merencanakan dimensi saluran irigasi.
2
BAB II
DASAR TEORI
4
2.1.4 Peta Ikhtisar
Peta ikhtisar adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu jaringan
irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut dapat dilihat pada peta tata
letak. Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan :
• Bangunan-bangunan utama
• Jaringan dan trase saluran irigasi
• Jaringan dan trase saluran pembuang
• Petak-petak primer, sekunder dan tersier
• Lokasi bangunan
• Batas-batas daerah irigasi
• Jaringan dan trase jalan
• Daerah-daerah yang tidak diairi (misal desa-desa)
• Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi dsb).
Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-
garis kontur dengan skala 1:25.000.
5
• Saluran pembawa/saluran irigasi yaitu saluran yang membawa air dari
sumbernya seperti sungai, waduk, mata air sampai dimanfaatkan oleh
tanaman.
• Saluran pembuang/saluran drainase yaitu fungsinya membuang air yang telah
terpakai ataupun kelebihan air yang terjadi pada petak sawah.
akibat rembesa
6
b. Bangunan Utama
Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang
direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam
jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta mengukur banyaknya air
yang masuk. Berikut kategori bangunan utama, antara lain :
• Bendung atau bendung gerak Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage),
dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi airi (command area).
Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi pintu yang dapat dibuka
untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila air
kecil.
7
c. Petak Irigasi
Jenis – jenis petak irigasi yaitu :
1. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Luas layan
untuk petak primer > 3000 ha.
2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas – batas
petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas, seperti
misalnya saluran pembuang. Luas layan petak sekunder adalah 100 – 3000 ha.
3. Petak Tersier
Petak tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap tersier. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Petak tersier yang terlalu besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi
tidak efisien. Luas layan untuk petak tersier adalah 50-100 ha maksimal 150
ha.
4. Petak Kuater
Petak kuarter adalah petak sawah yang berada 2 petak sawah paling hilir.
Bangunan box kuarter digunakan untuk mengairi lahan petak ini. Luas layan
untuk petak kuater adalah 8-15 ha.
8
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan
sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
e. Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir
saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa super kritis atau subkritis.
• Bangunan pembawa dengan aliran super kritis.
Bangunan pembawa dengan aliran super kritis diperlukan di tempat- tempat di
mana lereng medannya lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran.
1) Bangunan terjun, dengan bangunan terjun menurunnya muka air (dan
tinggi energi) dipusatkan disatu tempat. Bangunan terjun bisa memiliki
terjun tegak atau terjun miring.
2) Got miring, daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas
medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi
energi yang besar.
• Bangunan pembawa dengan aliran subkritis
Adapun pada setiap saluran harus dibuat bangunan pembawa yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi dilapangan seperti:
1) Gorong-gorong, dapat dipasang di tempat-tempat dimana saluran lewat di
bawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang lewat di
bawah saluran.
2) Talang, dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluranlainnya,
saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah- lembah.
3) Sipon, dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi
di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga
dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, jalankereta api, atau
bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang
direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi
oleh tinggi tekan.
9
Pengatur
Pengukur
g. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan – bangunan irigasi
yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi untuk
memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan
pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis – jenis
bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyeberangan,
tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
10
diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di petak sekunder. Petak
sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundernya.
Saluran irigasi primer/sekunder dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas
sama. Misalnya, RS2 adalah ruas saluran sekunder Sambak (S) antara
bangunan sadap BS1 dan BS 2. Bangunan pengelak atau bagi adalah
bangunan terakhir di suatu ruas. Bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas
hulu tetapi huruf R (ruas) diubah menjadi B (Bangunan). Misalnya BS2
adalah bangunan pengelak di ujung ruas RS 2.
c. Pemberian Warna
Warna-warna standar akan digunakan untuk menunjukkan berbagai tampakkan
irigasi pada peta. Warna-warna yang dipakai adalah:
• Warna biru digunakan untuk jaringan saluran pembawa dan untuk
membedakan satu sama lainnya ditentukan dengan ketebalan garisnya
menurut tingkatannya saluran tersebut seperti dibawah ini:
11
2.1.8 Syarat Tambahan Untuk Perencanaan Layout Saluran Irigasi
• Sebisa mungkin mengikuti batas sawah
• Hindari persilangan sdengan saluran pembuang
• Sebiasa mungkin mengikuti kemiringan medan
• Hindari galian/timbunan yg besar
• Tidak boleh melintasi petak tersier yang lain
• Batasi jumlah bangunan
12
2.2 Pola Tanam dan Debit Kebutuhan Air Irigasi
2.2.1 Pola Tanam
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Dasar penentuan pola
tata tanam :
1) Ketersediaan tenaga petani
2) Ketersediaan jenis tanaman
3) Jenis tanah
4) Ketersediaan air irigasi
5) Musim
6) Jumlah petani
7) Komoditi ekonomi yang dibutuhkan
8) Luas dan banyaknya petak sawah
9) Pertimbangan pemutusan siklus hama
Tujuan pola tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefektif
mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan tujuan dari
penerapan pola tata tanam adalah sebagai berikut:
• Menghindari ketidakseragaman tanaman.
• Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha
pengelolaan air irigasi.
• Peningkatan efisiensi irigasi.
• Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu.
• Meningkatkan hasil produksi pertanian.
Berdasarkan pada tujuan pola tata tanam diatas ada beberapa faktor yang
diperhatikan untuk merencanakan pola tata tanam, yaitu:
a) Awal tanam
b) Jenis tanaman
13
• Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama
pertumbuhannya. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4
kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
• Tanaman tebu
Selain tanaman padi, tanaman lain yang perlu diperhatikan dalam hal
pengairan adalah tanaman tebu. Tanaman tebu diberi air secukupnya pada
musim kemarau tetapi tebu tidak perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan
kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah 1,5 kali kebutuhan air untuk
tanaman palawija.
• Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain: jagung, kedelai,
tembakau, kapas, cabe, kacang dan lain-lain. Tumbuhan tersebut biasanya
ditanam dalam musim kemarau dan tidak membutuhkan banyak air.
c) Jenis pola tanam
Menurut Wirosoedarmo (1985), penentuan jenis pola tata tanam
disesuaikan dengan debit air yang tersedia pada setiap musim tanam. Jenis
pola tanam suatu daerah irigasi dapat digolongkan menjadi:
a. Padi – Padi.
b. Padi – Padi – Palawija.
c. Padi – Palawija – Palawija.
14
b. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang
hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer.
Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah,
atap, dan badan air. Beberapa hal yang mempengaruhi evapotranspirasi yaitu:
• Radiasi matahari
• Kecepatan angin (km/hari)
• Kelembapan relatif (%)
• Suhu udara (ºC)
• Jenis tanaman
• Kadar air dalam tanaman
Metode perhitungan/pengukuran dalam evapotranspirasi ada 2 yaitu
pengukuran di lapang dan pendugaan.
1) Pengukuran di lapangan
a. Atmometer (evaporasi)
b. Phytometer (evapotranspirasi sebenarnya)
c. Lysimeter (evapotranspirasi sebenarnya)
d. Pan/panci evaporasi (evapotranspirasi potensial sebenarnya standar
rumput)
e. Evapotranspirometer (evapotranspieasi potensial)
2) Pendugaan
a. Budget air
b. Budget energi
c. Perhitungan teoritis/pendekatan empiris, meliputi:
(a) Penman
(b) Thornthwaite
(c) Blaney – Criddle
(d) Hargreaves
(e) Lowry – Johnson
(f) Turc
(g) Stephens – Steward
(h) Blaney – Morin
(i) Papadakis
(j) Van Bavel
(k) Turc – langbein – Wundt
(l) Tensen – Haise
(m) Grassi
(n) Makkink
(o) Hamon
(p) Christiansen
15
Dalam menghitung evapotranspirasi yang biasa atau yang sering digunakan
yaitu :
• Metode Blanley-Criddle
Data yang dibutuhkan :
- Jenis tanaman
- Perbandingan jam-jam hari terang bulanan dalam setahun
- Suhu udara rata-rata bulanan
Rumus → Eto = K . P (0,457t + 8,13) …. (2.2)
Dengan:
Eto = evapotranspirasi potensial bulanan (mm/hari)
K = koefisien penyesuaian = Kt + Kc …. (2.3)
Kt = 0,0311t + 0,240 …. (2.4)
Kc = koefisien tanaman bulanan (tabel kc berdasarkan jenis
tanaman)
P = perbandingan jam-jam hari terang bulanan dalam setahun
(Tabel P berdasarkan letak lintang dan bulan yang dihitung)
t = suhu udara rata-rata bulanan (ºC)
16
• Metode Penman
Data yang dibutuhkan :
- Suhu udara rata – rata bulanan
- Kelembaban udara relatif bulanan
- Penyinaran matahari harian rata – rata bulanan
- Kecepatan angin rata – rata bulanan
- Letak lintang lokasi studi
- Elevasi lokasi studi
Rumus → 𝐸𝑇0 = (𝐵(𝐻𝑖 − 𝐻0)) + ((1 − 𝐵)𝐸𝑎) …. (2.5)
Dengan :
ET0 = Evapotranspirasi harian (mm/hari)
B = Angka pebandingan perhitungan evaporasi
dengan metode energi budget = 𝐷
𝐷+𝐺
D = Kemiringan kurva tekanan uap jenuh pada suhu
rata – rata (mb/0C) → tabel D berdasarkan suhu
rata – rata
G = Konstanta psychometric (mb/0C)
P = 1013 – 0,115 Y
Y = Elevasi lokasi studi (m)
Hi = Faktor radiasi yang datang (mm/hari)
(1 − 𝑟)𝑅𝑎(𝑎1 + 𝑎2. 𝑧)
r = Koefisien refleksi
Ra = Radiasi gelombang pendek teoritis / angka angot
(mm/hari) → tabel Ra berdasarkan posisi lintang
dan bulan
a1s/d9 = Konstanta Penman untuk Indonesia → Tabel a
Z = Penyinaran matahari harian rata – rata bulanan =
n/N (%)
H0 = Faktor radiasi yang keluar (mm/hari)
1⁄
2
= 𝜎𝑇𝑎4 × ( 𝑎3 − (𝑎4 . 𝑒 )) × (𝑎 + (𝑎6 . 𝑧))
17
Rumus → ET = kc x Eto … (2.6)
Dengan :
ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari)
ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari)
Kc = Koefisien tanaman.
Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman
yang ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda
menurut varietasnya. Sebagai contoh padi dengan varietas unggul
masa tumbuhnya lebih pendek dari padi varietas biasa. Pada Tabel
dibawah disajikan harga- harga koefisien tanaman padi dengan
varietas unggul dan varitas biasa menurut Nedeco/Prosida dan FAO
18
d. Perkolasi
Perkolasi adalah kehilangan air didalam tanah dimana air meresap kedalam
tanah sampai melalui batas lapisan tanah jenuh air. Data perkolasi berdasarkan
jenis tanah :
Sandy loam : 3-6 mm/hari
Loam : 2-3 mm/hari
Clay loam : 1-2 mm/hari
19
Dengan:
ETc : Kebutuhan Air Konsumtif
P : Perkolasi
Pd : Kebutuhan air di tingkat pesawahan (mm/hari)
WLR : Penggantian lapisan genangan (WLR)
h. Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif untuk kebutuhan air irigasi adalah curah hujan yang jatuh
yang dapat digunakan akar-akar tanaman selama tumbuh, atau dengan kata lain
curah hujan yang dapat digunakan tanaman selama tumbuh untuk memenuhi
kebutuhan evapotranpirasi.
Curah hujan efektif tidak sama dengan R80, tetapi besarnya tergantung dari
intenstas hujan. Kebutuhan konsumtif tanaman (crop consumtive use) dan
kapasitas daya tampung (storage capacity) dari pada tanah saat hujan.
Re (padi) = 70% x R80 … (2.11)
Re (palawija) = 50% x R80 … (2.12)
Dimana:
Re =hujan efektif (mm)
R80 =hujan dengan kemungkinan 80% dipenuhi/dilampaui(mm)
R80% = (n/5)+1 … (2.13)
n =jumlah tahun/periode
i. Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi adalah sejumlah nilai yang disediakan pada air irigasi untuk
mengantisipasi kehilangan-kehilangan air irigasi dari pengambilan sampai petak
sawah.
Nilai Efisiensi :
• Petak tersier (et) : 85-77,5%
• Saluran sekunder (es) : 92,5-87,5%
• Saluran primer (ep) : 92,5 -87,5%
• Efisiensi total (et x es x ep) : 0,6-0,73%
• Q : NFR / Eff … (2.14)
20
Tabel 2.2.5 Unsur Geometris Penampang Saluran
21
Tabel 2.2.6 Koefisien Kekasaran Manning
22
c. Penampang Hidrolis Saluran
Penampang hidrolis terbaik (menghemat bahan saluran , tetapi tidak
menghemat lahan) beberapa contoh formulah penampang hidrolis :
- Persegi : b = 2h , A = 2h2 , P = 4h …. (2.15)
- Trapesium : h = b/(2/3*√3) →h = 0,866b …. (2.16)
P = 2*√3h …. (2.17)
A= *√3 h2 …. (2.18)
e. Kecepatan Izin
Kecepatan izin minimum yang diizinkan adalah 0,61 s/d 0,91 m/dt.
Sedangkan kecepatan maksimum yang diizinkan jika menggunakan pasangan batu
2 m/dt, sedangkan menggunakan pasanngan beton 3 m/dt. Tujuan dari batasan
tersebut dikarenakan kecepatan minimum berkaitan dengan endapan dan
tumbuhnya tanaman di sekitar saluran sungai. Sedangkan kecepatan maksimum
berkaitan dengan gerusan.
f. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan (freeboard), yaitu jarak vertikal tanggul saluran dengan tinggi
muka air saat debit maksimum.Tinggi jagaan sebuah saluran,ditetapkan
berdasarkan debit saat banjir. Tinggi jagaan (Freeboard) berfungsi agar muka air
dapat naik diatas muka air maksimum dan mencegah kerusakan tanggul disaluran.
Berikut kriteria tinggi jagaan:
1. Q < 0,5 : 0,20 m
2. Q = 0,5 – 1,5 : 0,20 m
3. Q = 1,5 – 5,0 : 0,25 m
4. Q = 5,0 – 10,0 : 0,30 m
5. Q = 10,0 – 15,0 : 0,40 m
6. Q > 15,0 : 0,50 m
23
g. Tebal Minimum Pasangan
1. Batu : 30 cm
2. Beton tumbuk : Q < 6 m3/dt: 8 cm ; Q > 6 m3/dt: 10 cm
3. Beton bertulang : 7 cm
4. Semen tanah : 10 cm – 15 cm
24
BAB III
ANALISIS
b. Koefisien Tanaman
Penentuan koefisien tanaman dilihat pada tabel.
3.2.2 Perhitungan Evapotranspirasi
Contoh perhitungan (untuk bulan Mei periode I) :
1. Nilai suhu didapatkan dari data klimatologi
2. Menghitung Kt / koefisien suhu
Kt Mei = 0,0311 t + 0,24
= (0,0311 x 24,18) + 0,24
= 0,99
3. Untuk perhitungan nilai koefisien tanaman bulanan (Kc) berdasarkan tabel
koefisien Tanaman Blanney Cridle
Kc → Padi = 1
4. Menghitung nilai koefisien penyesuaian (K)
K Padi = Kt + Kc
= 0,99 + 1
= 1,99
25
5. Nilai P : Perbandingan jam – jam hari terang bulanan dalam setahun. Letak
lintang adalah -12° LS . Kemudian melakukan interpolasi nilai 12° sesuai
periodenya
26
• Mencari hujan efektif Metode PU
Perhitungan kebutuhan air tanaman yang digunakan dalam perencanaan
sistem irigasi dipengaruhi oleh curah hujan yang jatuh pada areal irigasi. Curah
hujan yang jatuh pada areal irigasi diperoleh berdasarkan perhitungan curah hujan
efektif. Prsoses perhitungan curah hujan efektif adalah sebagai berikut:
1. Curah hujan harian yang telah dirangking dengan metode R80 pada tiap
bulan, kemudian diambil datanya tiap bulan dan dijumlah menurut
pembagian pola tanam ( 10 harian / 15 harian )
2. Curah hujan harian yang telah dijumlah menurut pembagian pola tata tanam
kemudian dicari curah hujan efektifnya dengan rumus :
CHeff padi = (R80 x 0.7)/n
CHeff Palawija = (R80 x 0.5)/n
dimana :
CHeff = curah hujan efektif (mm/hari)
n = pembagian pola tata tanam
27
- Perhitungan :
1. Menggambar sesuai dengan jenis tanaman dan waktu mulai tanam
2. Menentukan koefisien tanaman padi sesuai dengan grafik periode umur
rtanaman.
Rerata koefisien tanaman dengan rumus :
Rerata = jumlah koefisien / n
= (1,270 + 1,200) / 2
= 1,235
3. Memasukkan harga evapotranspirasi potensial dari hasil perhitunganUntuk
bulan Mei = 9,934 mm/hr
4. Menghitung penggunaan air konsumtif untuk tanaman padi dengan rumus
Etc = Eto x k
= 9,934 x 1,270
= 12,270 mm/hr
5. Rasio luas kebutuhan air konsumtif = 0,75
6. Kebt air konsumtif dengan rasio luas = Etc x rasio luas
= 12,270 x 0,75
= 9,200 mm/hr
7. Penggantian air karena Evapotranspirasi dan Perkolasi
M = 1,1 x ETo + 2
= 1,1 x 9,934 + 2
= 12,930 mm/hr
8. K’ =MxT/S
= 12,930 x 30 / 250
= 1,551
9. Pd = ( M x e^k ) / ((e^k) – 1) → nilai e adalah ketetapan 2,718
= 16,41
10. Perkolasi dapat diketahui berdasarkan jenis tanah, yaitu Clay Loam dengan
perkolasi sebesar 1 -2 mm/hr. Dipilih 2 mm/hr.
11. Penggantian lapisan genangan (WLR) yaitu 3,333 mm/hari
12. Rasio WLR Mei = 0
13. WLR dengan rasio luas didapat dengan rumus :
WLR x rasio luas = WLR x rasio luas
=0x0
= 0 mm/hari
14. Kebutuhan air di sawah didapat dengan rumus :
= WLR + P + Pd + Etc
= 15,30 mm/hr
15. CHeff Mei I = 2,12 mm/hr
28
16. Kebutuhan air bersih di sawah (NFR) didapat dengan rumus :
Kebt air sawah- Cheff = 15,30 – 2,12
= 13,18 mm/hr
= 1,53 lt/dt/ha
17. Kebutuhan air bersih di sawah maksimum (NFRmax) didapat = 1,83 lt/dt/ha
18. Efisiensi Irigasi yang diambil adalah 80 % untuk petak tersier
19. Kebutuhan air irigasi di intake dapat dihitung dengan rumus :
= NFR / Efisiensi Irigasi
= 1,53 / 0,8
= 1,91 lt/dt/ha
20. Kebutuhan air irigasi di intake maksimum didapat 2,28 lt/dt/ha
29
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Bulan Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
No Besaran Sat
Periode 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
1 Pola Tata Tanam
Padi Unggul - Padi Rendeng - Jagung-Jagung c c c c c c c
Jagung Pd Bero Pd Jagung
( POLA TANAM B ) c c
c c c c c
c c
Jagung
c c
2 Koefisien Tanaman k 1,2 1,27 1,33 1,3 1,3 0 0 0 0,91 0,91 1,13 1,13 1,25 0,38 0,70 0,90 0,85 0,70 0,50
0,50 1,2 1,27 1,33 1,3 1,3 0 0 0,91 0,91 1,13 1,13 1,25 1,25 0,38 0,70 0,90 0,85 0,70
0,70 0,50 1,2 1,27 1,33 1,3 1,3 0 0,91 0,91 1,13 1,13 1,25 1,25 1,24 0,38 0,70 0,90 0,85
0,38 0,70 0,90 0,85 0,70 0,50
0,38 0,70 0,90 0,85 0,70 0,50
0,38 0,70 0,90 0,85 0,70 0,50
3 Rata-rata Koefisien Tanaman 0,600 0,500 1,200 1,235 1,267 1,300 1,310 0,867 0,650 0,000 0 0 0,910 0,778 0,894 0,895 1,033 0,888 0,728 0,636 0,738 0,817 0,683
4 Evaporasi Potensial (Metode Blaney Criddle) ETo mm/hr 4,481 4,858 9,913 9,934 9,934 9,325 9,325 9,934 4,947 4,225 4,225 9,913 9,913 9,870 9,231 10,242 10,242 9,968 9,968 9,161 8,515 8,591 8,591 8,221
a. Suhu t (deg C) 21,18 23,18 23,18 24,18 24,18 23,18 23,18 24,18 24,18 21,18 21,18 23,18 23,18 22,18 22,18 24,18 24,18 23,18 23,18 21,18 21,18 22,18 22,18 21,18
b. Koefisien Suhu Kt 0,90 0,96 0,96 0,99 0,99 0,96 0,96 0,99 0,99 0,90 0,90 0,96 0,96 0,93 0,93 0,99 0,99 0,96 0,96 0,90 0,90 0,93 0,93 0,90
c. Koefisien Tanaman Bulanan Kc 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0,875 0,875 0,875 0,875 0,875 0,875 0,75 0,75 0,75 0,75
d. Koefisien Penyesuaian K 0,90 0,96 1,96 1,99 1,99 1,96 1,96 1,99 0,99 0,90 0,90 1,96 1,96 1,93 1,80 1,87 1,87 1,84 1,84 1,77 1,65 1,68 1,68 1,65
e. Perbandingan jam hari terang P 0,28 0,27 0,27 0,26 0,26 0,25 0,25 0,26 0,26 0,26 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29 0,29 0,28 0,28 0,28
5 Kebutuhan Air Konsumtif ETc mm/hr 2,69 2,43 11,90 12,27 12,58 12,12 12,22 8,61 3,22 0 0 0 0 8,98 7,18 9,16 9,17 10,30 8,86 6,67 5,42 6,34 7,02 5,62
6 Rasio Kebutuhan Air Konsumtif 0,75 0,25 0,25 0,75 1,00 1,00 1,00 1,00 0,75 0,25 0,00 0,25 0,75 1,00 0,63 0,88 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,63 1,00 1,00
7 Kebt. Air Konsumtif dg Rasio Luas mm/hr 2,02 0,607 2,97 9,20 12,58 12,12 12,22 8,61 2,41 0 0 0 0 8,98 4,49 8,01 9,17 10,30 8,86 6,67 4,74 3,96 7,02 5,62
8 Penggantian Air Karena ETo & P M mm/hr 6,93 7,34 12,90 12,93 12,93 12,26 12,26 12,93 7,44 6,65 6,65 12,90 12,90 12,86 12,15 13,27 13,27 12,97 12,97 12,08 11,37 11,45 11,45 11,04
9 k 0,832 0,881 1,549 1,551 1,551 1,47096 1,47096 1,551 0,893 0,665 0,665 1,290 1,290 1,286 1,215 1,327 1,327 1,297 1,297 1,208 1,137 1,145 1,145 1,104
10 Pd 12,27 12,54 16,39 16,41 16,41 15,91 15,91 16,41 12,60 13,69 13,69 17,80 17,80 17,7705 17,2795 18,06 18,06 17,85 17,85 17,23 16,74 16,80 16,80 16,52
11 Rasio Luas Penyiapan Lahan 0,25 0,75 0,75 0,25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,75 0,75 0,25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
12 Kebt.Air Penyiapan Lahan dg Rasio Luas mm/hr 3,07 9,40 12,29 4,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,42 10,27 13,35 4,45 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
13 Perkolasi P mm/hr 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 Penggantian Lapisan Genangan WLR mm/hr 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33
15 Rasio Luas Pengganti Lap. Genangan 0,25 0,50 0,50 0,50 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,13
16 Pengganti Lap.Genangan dg Rasio Luas mm/hr 0,83 1,67 1,67 1,67 0,83 0,83 0,83 0,83 0,83 0,42
17 Kebutuhan Air di Sawah mm/hr 7,09 12,01 17,27 15,30 15,42 15,79 15,88 12,27 5,24 5,42 12,27 15,35 6,45 11,81 7,32 10,84 12,00 12,72 10,86 8,67 6,74 5,96 9,02 7,62
18 Curah Hujan Efektif Re mm/hr 6,23 4,83 4,83 2,12 2,12 0,09 0,09 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,92 3,92 8,80 8,80 5,67 5,67 4,27 4,27 4,45
19 Kebutuhan Bersih Air di Sawah NFR mm/hr 0,86 7,18 12,44 13,18 13,29 15,69 15,79 12,27 5,24 5,42 12,27 15,35 6,45 11,81 7,32 6,92 8,08 3,92 2,06 3,00 1,07 1,69 4,75 3,17
20 I/dt/ha 0,10 0,83 1,44 1,53 1,54 1,82 1,83 1,42 0,61 0,63 1,42 1,78 0,75 1,37 0,85 0,80 0,94 0,45 0,24 0,35 0,12 0,20 0,55 0,37
Kebutuhan Bersih Air di Sawah Maks. I/dt/ha 1,83
21 Efisiensi Irigasi e % 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
22 Kebt. Air di Saluran Pengambilan I/dt/ha 0,12 1,04 1,80 1,91 1,92 2,27 2,28 1,78 0,76 0,78 1,77 2,22 0,93 1,71 1,06 1,00 1,17 0,57 0,30 0,43 0,15 0,24 0,69 0,46
Kebt. Air di Saluran Pengambilan Maks. I/dt/ha 2,28
30
3.3 Perhitungan Debit Andalan dan Neraca Air
3.3.1 Debit Andalan
Debit andalan sungai merupakan ketersediaan air yang dapat diandalkan di sungai
sepanjang tahun. Nilai peluang debit andalan untuk irigasi sebesar 80%. Langkah
perhitungan untuk debit andalan menggunakan metode Basic Year dengan peluang
keandalan 80%.
a. Urutkan data dalam 1 bulan dari kecil ke besar (dilakukan untuk 12 bulan)
b. Hitung urutan R80% = n/5 + 1 (jika jumlah data n = 10).
Misal untuk n = 10 → R80% = 10/5+1 = 3
c. Data urutan ketiga adalah besarnya debit andalan untuk setiap bulan
31
Qand Qkeb
Bulan Periode Kesimpulan
m3/dt m3/dt
Mar II 0,921 0,019 Memenuhi
Apr I 0,836 0,157 Memenuhi
II 0,836 0,271 Memenuhi
Mei I 0,725 0,288 Memenuhi
II 0,725 0,290 Memenuhi
Jun I 0,616 0,342 Memenuhi
II 0,616 0,344 Memenuhi
Jul I 0,327 0,268 Memenuhi
II 0,327 0,114 Memenuhi
Aug I 0,215 0,074 Memenuhi
II 0,215 0,167 Memenuhi
Sep I 0,211 0,209 Memenuhi
II 0,211 0,088 Memenuhi
Okt I 0,857 0,161 Memenuhi
II 0,857 0,099 Memenuhi
Nov I 0,818 0,094 Memenuhi
II 0,818 0,110 Memenuhi
Des I 0,825 0,053 Memenuhi
II 0,825 0,045 Memenuhi
Jan I 0,907 0,065 Memenuhi
II 0,907 0,023 Memenuhi
Feb I 0,937 0,037 Memenuhi
II 0,937 0,104 Memenuhi
Mar I 0,921 0,069 Memenuhi
Qkeb.maks 0,344
32
3.4 Perhitungan Dimensi Saluran
Kemiringan Koefisien
Saluran Elevasi Tanah Asli Dimensi Hitung Elevasi Tanah Rencana
Daerah Bahan Tanah Asli Kekasaran
Jenis Qrenc (m3/dt) Ls (m)
Bagian Saluran
Titik Awal Titik Akhir Titik Awal Titik Akhir S n b (m) h (m) m T (m) D (m) A (m2) P (m) R (m) Titik Awal Titik Akhir
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20]
Kwarter K2 A7-A6 Tanah Asli 0,0072 132,212 25,00 24,92 0,0006 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 25,00 24,92
Kwarter K2 A5 Tanah Asli 0,0041 172,782 25,00 25,00 0,0000 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 25,00 25,00
Tersier T4 K2 Tanah Asli 0,0114 571,950 31,25 25,00 0,0109 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 31,25 25,00
TERSIER 2
Tersier T3 T4 Tanah Asli 0,0163 235,226 31,47 31,25 0,0009 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 31,47 31,25
Tersier T2 T3 Tanah Asli 0,0209 425,685 33,32 31,47 0,0043 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 33,32 31,47
Tersier T1 T2 Tanah Asli 0,0256 392,656 33,42 33,32 0,0003 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 33,42 33,32
Kwarter K1 A5-A4 Tanah Asli 0,0092 243,128 31,25 31,25 0,0000 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 31,25 31,25
Tersier T3 K1 Tanah Asli 0,0092 239,675 32,71 31,25 0,0061 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 32,71 31,25
TERSIER 1
Tersier T2 T3 Tanah Asli 0,0132 832,778 34,93 32,71 0,0027 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 34,93 32,71
Tersier T1 T2 Tanah Asli 0,0174 171,356 36,43 34,93 0,0088 0,020 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 36,43 34,93
Sekunder RK3 K1 ki Beton 0,0303 787,220 37,91 33,42 0,0057 0,013 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 37,91 33,42
PRIMER Sekunder RK2 K1 ka Beton 0,0216 535,319 37,91 36,43 0,0028 0,013 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 37,91 36,43
Primer RK1 Beton 0,0519 749,123 42,56 37,91 0,0062 0,013 0,3 0,6 0 0,3 0,6 0,18 1,5 0,12 42,56 37,91
33
Kemiringan Selisih Tinggi Lebar
Kedalaman Kedalaman Vhitung Qhitung
Tanah Debit Vijin (m/dt) Fr Kontrol Jagaan Tanggul Jumlah Bangunan Elevasi Akhir Elevasi Awal
Galian (m) Terjunan (m) (m/dt) (m3/dt)
Rencana (m3/dt) (m) (m)
Boks Boks Bangunan Bangunan Bangunan
Srenc Maksimum Minimum Q V [31] Fr Muka Air Dasar Pasangan Tanggul Muka Air Dasar Pasangan Tanggul
kwarter tersier Sadap Bagi Sadap Bagi
[21] [22] [23] [24] [25] [26] [27] [28] [29] [30] Max Min [32] [33] [34] [35] [36] [37] [38] [39] [40] [41] [42] [43] [44] [45]
0,0006 0,30 0,0543 0,0470 2 0,20 0,124 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 25,72 24,92 25,92 25,80 25,00 26,00
1 0,0058 0,93 0,1666 0,1625 2 0,20 0,381 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 25,80 25,00 26,00 26,80 26,00 27,00
0,0109 1,27 0,2289 0,2175 2 0,20 0,524 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 1 26,80 26,00 27,00 33,05 32,25 33,25
0,0009 0,37 0,0674 0,0511 2 0,20 0,154 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 33,05 32,35 33,25 33,27 32,57 33,47
0,0043 0,80 0,1441 0,1233 2 0,20 0,330 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 33,27 32,57 33,47 35,12 34,42 35,32
0,0003 0,20 0,0357 0,0101 2 0,20 0,082 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 35,12 34,42 35,32 35,22 34,52 35,42
1 0,0041 0,78 0,1404 0,1312 2 0,20 0,322 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 32,05 31,25 32,25 33,05 32,25 33,25
0,0061 0,95 0,1707 0,1615 2 0,20 0,391 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 1 33,05 32,25 33,25 34,51 33,71 34,71
0,0027 0,63 0,1130 0,0998 2 0,20 0,259 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 34,51 33,81 34,71 36,73 36,03 36,93
0,0088 1,14 0,2053 0,1879 2 0,20 0,470 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 36,73 36,03 36,93 38,23 37,53 38,43
0,0057 1,41 0,2543 0,2240 3 0,90 0,582 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 1 35,22 34,42 35,42 39,71 38,91 39,91
0,0028 0,98 0,1768 0,1552 3 0,90 0,405 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 1 38,23 37,43 38,43 39,71 38,91 39,91
0,0062 1,47 0,2655 0,2136 3 0,90 0,608 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI 0,2 3 1 39,71 39,01 39,91 44,36 43,66 44,56
34
Contoh Perhitungan (untuk saluran Sekunder (RK2)) :
1. Jenis Saluran : Merupakan jenis masing – masing saluran dari hulu ke hilir.
2. Nama Bangunan hulu : Merupakan nama hulu dari masing – masing saluran.
3. Nama Bangunan hilir : Merupakan nama hilir dari masing-masing saluran.
4. Menentukan Jenis bahan yang akan digunakan pada saluran tersebut.
5. Menghitung Debit Rencana pada petak yang didapat dari rumus :
Qrenc = NFR x Luas Lahan
= 0,344 x 62,858/ 1000 = 0,0216 m3/dt
6. Menghitung debit komulatif saluran yang diperoleh dari penjumlahan antara debit
pada saluran sebelumnya dan debit pada petak yang dilewati saluran.
7. Memasukkan Panjang Saluran (Ls) yang didapat dari peta jaringan.
8. Memasukkan elevasi hulu dan hilir saluran sesuai nilai interpolasi.
9. Menghitung kemiringan tanah asli saluran (S) yang didapat dari rumus :
S = (Elevasi Hulu - Elevasi Hilir) / Panjang Saluran
= (37,91 – 36,43) / 535,319 = 0,0028 %
10. Memasukkan koefisien kekasaran bahan saluran yang didapat dari tabel 2.2.6
11. Merencanakan lebar dan tinggi saluran (b) dan (h).
12. Merencanakan kemiringan talud (m).
13. Menghitung lebar atas saluran yang didapat dari rumus :
T = b + (2 x h x m)
= 0,3+ (2 x 0,6 x 0,0) = 0,3 m
14. D =T/A
= 0,18 / 0,3 = 0,6 m
15. Menghitung luas penampang saluran yang didapat dari rumus :
A = ( b + (h x m)) x h
= (0,3 + (0,6 x 0) x 0,6 = 0,18 m2
16. Menghitung keliling basah saluran yang didapat dari rumus :
P = b + 2h x ((1+m2)0,5 )
= 0,3 + 2 x 0,6 x (1 + 0,02)0,5 = 1,5 m
17. Menghitung radius hidrolis yang didapat dari rumus :
R =A/P
= 0,18 / 1,5 = 0,12 m
18. Memasukkan elevasi rencana hulu dan hilir saluran (sama dengan elevasi asli)
19. Merencanakan kedalaman galian dan terjunan
20. Menghitung kemiringan tanah rencana saluran (Srenc) yang didapat dari rumus :
S = (Elevasi Hulu rencana - Elevasi Hilir rencana) / Ls
= (37,91 – 36,43) / 535,319 = 0,0028%
21. Menghitung kecepatan aliran pada saluran yang didapat dari rumus :
35
22. Menghitung debit air pada saluran yang didapat dari rumus :
Qhitung = A x V
= 0,18 x 0,98 = 0,1768 m3/dt
23. Selisih Debit hitung – Debit rencana Selisih = 0,1768 – 0,0216 = 0,1552 m3/dt
24. Menentukan kecepatan maksimum dan maksimum yang diijinkan
25. Menghitung bilangan Froude yang didapat dari rumus :
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil Perencanaan Saluran irigasi Desa Kanigoro, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Perencanaan jaringan irigasi yang dibuat meliputi jaringan primer dan jaringan
tersier.
• Luas daerah irigasi yang diairi terdiri dari 2 petak dengan total luas adalah 150,803
ha.
a. Petak 1 = 62,858 ha
b. Petak 2 = 87,945 ha
• Perencanaan saluran meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier,
hingga saluran kuarter.
• Untuk pola tata tanam yang digunakan adalah padi unggul – padi rendeng – jagung
• Kebutuhan air irigasi disaluran didapat maksimum sebesar 2,28 lt/dt/ha
• Kebutuhan debit maksimum untuk tiap petak dan saluran diperoleh sebesar 0,344
m3/dt.
• Tiap saluran petak irigasi, memiliki dimensi saluran yang sama dari Hilir ke Hulu.
Kemiringan dari masing – masing saluran direncanakan menggunakan kemiringan
tanah asli pada daerah tersebut. Apabila melebihi batas kecepatan maksimum
(Vijin), maka akan diberi bangunan terjun atau diperbesar ukuran dimensinya.
• Saluran direncanakan galian apabila dalam perhitungan selisih debit nilainya kurang
dari 0.
4.2 Saran
• Pada saat membuat petak usahakan bentuk petak mengikuti kontur yang ada untuk
memudahkan pekerjaan.
• Lebih teliti dalam melakukan perhitungan dan perencanaan kebutuhan air irigasi,
agar setiap tanaman mendapat kebutuhan air yang ideal dan seluruh area sawah
yang direncanakan dapat digunakan secara produktif.
• Sebaiknya diadakan asistensi rutin di setiap minggu melalui zoom agar saat
terdapat kesalahan bisa diperbaiki secepat mungkin.
37
LAMPIRAN
38
39
40
41