KELOMPOK 8 :
Rego Prima Hartoyo (195060401111002)
Mochamad Misbachussudur (195060401111025)
Muhammad Safri Nur H. (195060401111028)
Muhammad Taufiqurrohman (195060401111030)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Besar untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Konservasi Waduk ini.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Besar ini tentu saja banyak pihak yang turut
membantu, untuk itu penyusun ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ery Suhartanto, ST., MT. selaku dosen pembimbing dalam penyempurnaan
Laporan Tugas Besar ini.
2. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya Laporan Tugas Besar ini.
Penyusun menyadari bahwa Laporan Tugas Besar ini masih jauh dari sempurna sehingga
kritik dan saran sangat diharapkan dengan tujuan memberikan masukan untuk ke depannya.
Akhir kata semoga penyusunan Laporan Tugas Besar ini dapat memberikan manfaat
bagikita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.6 Peta Topografi DAS Lesti .............................................................................. 15
2.7 Peta Jenis Tanah DAS Lesti ........................................................................... 16
2.8 Peta Penggunaan Lahan DAS Lesti ............................................................. 1 7
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Langkah - Langkah Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan .......... 5
Gambar 2.2 Air Hujan Dari Atap Bangunan Ke Sumur Resapan Melalui Pipa Talang ..... 6
Gambar 2.3 Air Hujan Dari Atap Bangunan Ke Sumur Resapan Melalui Saluran Air...... 6
Gambar 2.4 Air Sumur Resapan Air Hujan Dnegan Dinding Pasangan Batako/Bata
Merah Tanpa Diplester dan Diantara Pasangan Diberi Celah Lubang.......... 7
Gambar 2.5 Ilustrasi Bangunan Embung Terdiri Dari Tubuh Embung, Pelimpah
dan Bangunan Pengeluaran atau Alat Sadap ................................................ 9
Gambar 2.6 Gambar Notasi pada Bendung Utama, Kolam Olak dan Sub Bendung ......... 14
Gambar 2.7 Peta Topografi DAS Lesti ............................................................................ 15
Gambar 2.8 Peta Jenis Tanah DAS Lesti ......................................................................... 16
Gambar 2.9 Peta Penggunaan Lahan DAS Lesti .............................................................. 17
iv
DAFTAR TABEL
v
Tabel 4.29 Hasil Perhitungan Smirnov Kolmogorof Aritmatic Mean ............................... 37
Tabel 4.30 Rekapitulasi Uji Smirnov Kolmogorof Aritmatic Mean ................................. 38
Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Smirnov Kolmogorof Thiessen .......................................... 38
Tabel 4.32 Rekapitulasi Uji Smirnov Kolmogorof Thiessen ............................................ 39
Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Smirnov Kolmogorof Aritmatic Mean ............................... 39
Tabel 4.34 Interpolasi Cs Uji Smirnov – Kolmogorof Aritmatic Mean ............................ 41
Tabel 4.35 Rekapitulasi Uji Smirnov – Kolmogorof Aritmatic Mean............................... 41
Tabel 4.36 Hasil Perhitungan Smirnov Kolmogorof Thiessen .......................................... 42
Tabel 4.37 Interpolasi Cs Uji Smirnov – Kolmogorof Thiessen ....................................... 43
Tabel 4.38 Rekapitulasi Uji Smirnov – Kolmogorof Thiessen ......................................... 43
Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Uji Distribusi .................................................................... 44
Tabel 4.40 Curah Hujan Rancangan Metode Aritmatic Mean .......................................... 45
Tabel 4.41 Intensitas Hujan per Kala Ulang .................................................................... 45
Tabel 4.42 Koefisien Pengaliran...................................................................................... 46
Tabel 4.43 Luas Stasiun Hujan ........................................................................................ 47
Tabel 4.44 Luas Permukaan Embung/Long Storage Berdasarkan Tinggi Hujan ............... 48
Tabel 4.45 Ukuran Embung untuk Berbagai Volume Tampungan Embung ..................... 48
Tabel 4.46 Koordinat Titik Lengkung Harold .................................................................. 51
Tabel 4.47 Tinggi Jagaan pada Pelimpah......................................................................... 53
Tabel 4.48 Penentuan Lebar Mercu ................................................................................. 53
Tabel 4.49 Tabel Koefisien Daerah Aliran Sungai ........................................................... 53
Tabel 4.50 Tinggi Jagaan Berdasarkan Qs ....................................................................... 53
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kerusakan lebih lanjut lagi. Permasalahan tersebut merupakan akibat dari kurangnya
pemanfaatan sumberdaya alam khususnya hutan sebagai lahan resapan dalam proses
tranpirasi dan akibat dari pemanfaatan lahan secara berlebihan tanpa memperhatikan
pentingnya keseimbangan alam di wilayah DAS Lesti yang mengakibatkan banjir dan
bencana sedimentasi terutama ketika terjadi curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu
alternatif tataguna lahan untuk mereduksi banjir dan sedimentasi sangat dibutuhkan di
wilayah tersebut, sehingga wilayah resapan dan pemanfaatan lahan yang digunakan dapat
seimbang di wilayah DAS Lesti. Dalam hal ini akan dibahas perencanaan sumur resapan,
embung, dan bangunan pengendali sedimen di DAS Lesti dengan tujuan dapat mereduksi
debit banjir dan mengatasi permasalahan sedimen yang ada.
2.1 Hidrologi
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi
dan Kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut
dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi
dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi Kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu.
Hidrologi merupakan bidang yang sangat rumit dan komplek. Hal ini disebabkan oleh
ketidak pastian dalam hidrologi, keterbatasan teori dan rekaman data, hingga keterbatasan
ekonomi. Hujan adalah kejadian yang tidak dapat diprediksi. Artinya, kita tidak dapat
memprediksi secara pasti seberapa besar hujan yang akan terjadi pada suatu periode waktu.
(Suripin, 2004 hal. 19-20)
3
4
frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi biasanya terjadi dengan durasi
yang cukup pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Untuk menentukan debit
maksimum banjir dari suatu daerah diperlukan perhitungan intensitas hujan.
b. Koefisien Limpasan
Nilai koefisien limpasan terdiri dari 3 aspek utama yaitu penggunaan lahan, kemiringan
lereng dan litologi. 3 aspek tersebut dihitung dalam metode hassing dimana masing-
masing aspek memiliki bobot sebagai berikut. Koefisien limpasan air ini digunakan
apabila ingin menghitung potensi debit maksimum banjir yang mungkin terjadi selain
dari intensitas curah hujan. Besarnya koefisien limpasan ini berbanding lurus dengan
estimasi debit maksimum, semakin besar nilai koefisiennya maka debit maksimum
banjir yang mungkin terjadi juga semakin tinggi.
Keterngan :
H : kedalaman sumur (m)
r : radius sumur (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/jam)
Q : debit andil banjir (Q = C.I.A) (m3/jam)
5
ω : harga ketetapan tergatnung dari material sumur, dimana untuk sumur kosong
berdinding kedap air atau sumur tanpa dinding dengan batu pengisi ω = 2, sedangkan
untuk sumur kosong berdinding porus ω= 5
Gambar 2.1 Diagram Langkah - Langkah Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
Sumber : SNI 8456 : 2017 tentang Sumur Resapan dan Parit Resapan
6
Gambar 2.2 Air Hujan Dari Atap Bangunan Ke Sumur Resapan Melalui Pipa Talang
Sumber : SNI 8456 : 2017 tentang Sumur Resapan dan Parit Resapan
Gambar 2.3 Air Hujan Dari Atap Bangunan Ke Sumur Resapan Melalui Saluran Air
Sumber : SNI 8456 : 2017 tentang Sumur Resapan dan Parit Resapan
7
Gambar 2.4 Air Sumur Resapan Air Hujan Dnegan Dinding Pasangan Batako/Bata Merah
Tanpa Diplester dan Diantara Pasangan Diberi Celah Lubang
Sumber : SNI 8456 : 2017 tentang Sumur Resapan dan Parit Resapan
2.4 Embung
Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir
embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan
airnya (catchment area). Sedimen yang terkandung dalam air sungai tangkapan embung
tersebut terbawa hanyut oleh aliran air dan masuk ke dalam embung. Erosi merupakan
8
peristiwa hilangnya lapisan tanah atau bagian-bagian tanah di permukaan. Erosi dapat
menimbulkan kerusakan baik pada tanah tempat terjadinya proses erosi maupun tempat
tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan sehingga terbentuk sedimen yang
menyebabkan pendangkalan sungai, waduk atau embung dan saluran irigasi.
Dengan dibangunnya embung, diharapkan hasil pertanian daerah tersebut dapat
meningkat. Adapun tujuan pembangunan Embung adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan dan mengelola potensi sumber daya air yang ada untuk mengatasi
keterbatasan penyediaan air bagi penduduk di sekitarnya.
2. Mengendalikan sumber air yang ada agar tidak menimbulkan kerusakan atau
kemerosotan lingkungan di sekitarnya (river improvement).
3. Pemanfaatan sumber daya air guna memenuhi berbagai keperluan akan air, termasuk air
untuk pemeliharaan sungai atau konservasi. Pelestarian sumber air agar kualitas airnya
terjaga dengan baik melalui penanggulan erosi, sedimentasi, pencemaran, dan
sebagainya
Bangunan atau konstruksi embung dan bangunan pelengkapnya terdiri dari beberapa
bagian yaitu :
a. Tubuh embung berfungsi menutup lembah atau cekungan (depresi , alur) sehingga air
dapat tertahan di udiknya.
b. Kolam embung atau tampungan berfungsi menampung air hujan.
c. Alat sadap atau bangunan pengeluaran berfungsi mengeluarkan air kolam bila diperlukan.
d. Pelimpah berfungsi mengalirkan banjir dari kolam tampungan ke lembah di hilir untuk
mengamankan terjadinya limpasan
e. Jaringan distribusi berupa rangkaian pipa, berfungsi membawa air dari kolam ke tandon
di daerah hilir embung secara gravitasi dan bertekanan.
Gambar 2.5 Ilustrasi Bangunan Embung Terdiri Dari Tubuh Embung, Pelimpah dan
Bangunan Pengeluaran atau Alat Sadap
Sumber : Modul Pengantar Perencanaan Embung, (2017).
yang dapat dilimpasi sedimen, sayap dan bangunan pelengkap yang mercunya dilimpasi
aliran air. Bangunan penahan sedimen yang direncanakan harus dapat berfungsi:
a. Mengendalikan laju angkutan sedimen.
b. Mengendalikan stabilitas morfologi sungai.
c. Memperkecil kemiringan dasar sungai di hulu.
d. Mengarahkan aliran di hilir.
e. Menampung sedimen baik secara tetap maupun sementara.
f. Bila dimanfaatkan untuk kepentingan lain, tidak akan mengubah dan menggganggu
fungsi utamanya.
Keterangan:
B1 = lebar dasar peluap (m)
B2 = lebar muka air di atas peluap (m)
C = koefisien peluapan (0,60 – 0,66)
g = percepatan gravitasi (m/s2 ; diambil 9,8 m/s2)
h3 = tinggi muka air di atas peluap (m)
Q = debit desain (m3/s)
12
Keterangan:
Cs : koefisien tanah endapan, besarnya antara 0,3 - 0,6 sesuai dengan sudut geser dalam;
γs : berat isi sedimen dalam air (1,2 – 1,5 ton/m3);
γw : berat isi air (1,0 ton/m3);
Δ : rasio dari γs dan γw (γs/ γw);
ε : rasio dari hs dan h (hs/h);
μ : koefisien uplift (0,3 – 1,0);
ω : rasio dari h2 dan h (h2/h);
h2 : tinggi muka air di atas peluap sub bendung (m);
m : kemiringan tubuh bendung bagian hulu;
n : kemiringan tubuh bendung bagian hilir.
x = β hj
ℎ1
hj = [√1 + 8𝐹 2 − 1]
2
𝑞
h1 = ℎ1
3
v1 = √2𝑔 (ℎ1 + ℎ3 )
𝑣1
F1 =
√𝑔 ℎ1
h1’ = hj – h2
Keterangan :
b1 : lebar sayap sub bendung (m);
β : koefisien, besarnya antara 4.5 - 5.0;
F1 : angka Froude aliran pada titik terjunan;
g : percepatan gravitasi (m2/s);
h1 : tinggi bendung utama dari lantai kolam olak (m);
h1’ : tinggi ambang sub bendung (m);
h2 : tinggi muka air di atas peluap sub bendung (m);
h3 : tinggi muka air di atas peluap bendung utama (m);
14
Gambar 2.6 Gambar Notasi pada Bendung Utama, Kolam Olak dan Sub Bendung
Sumber : docplayer.info
1 1
h2 = (3 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 )h
4
Keterangan:
h : tinggi total bendung utama (m);
h2 : tinggi mercu sub bendung dari dasar kolam olak (m).
Berdasarkan peta topografi wilayah sub DAS Lesti mempunyai kondisi topografi
berbentuk datar sampai dengan bergunung. Elevasi tertinggi terletak pada Sub-sub DAS
Lesti Hulu tepatnya pada puncak Gunung Semeru, sedangkan outlet Sub DAS Lesti terletak
pada bendungan Sengguruh.
3. Regosol Coklat
Tanah regosol adalah jenis tanah yang berbutir kasar sebagai hasil dari pengendapan.
Jenis tanah regosol ini cocok untuk ditanami tanaman seperti padi, tebu, palawija,
tembakau dan sayuran.
4. Latosol Coklat Kemerahan
Tanah ini bersifat netral sampai asam berwarna coklat, coklat kemerahan sampai
merah. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan digunakan untuk lahan pertanian
padi, tembakau, dan perkebunan.
5. Asosiasi Andosol Coklat
Jenis tanah ini bersifat netral sampai asam dengan warna putih, coklat kekuning-
kuningan, coklat atau kelabu serta hitam. Produktivitas tanah ini sedang sampai tinggi
dan cocok untuk pertanian dan perkebunan.
6. Regosol Kelabu
Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar,
berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan
menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Pertanian dengan tanaman yang tidak
membutuhkan banyak air.
Penggunaan lahan pada sub DAS Lesti terdiri dari sawah, tegal, pemukiman, kebun
campuran, perkebunan kopi, hutan, semak dan belukar. Penggunaan lahan khususnya bidang
pertanian, hampir semua wilayah diusahakan untuk budidaya, baik tanaman semusim, kebun
campuran atau yang lainnya. Mayoritas pemilikan lahan adalah hak milik, sedangkan tanah
negara pada umumnya berupa areal berhutan dan semak/belukar. Pada kawasan hutan
sebagian kondisinya berupa tanah terbuka yang tersebar di beberapa wilayah sub DAS Lesti.
BAB III
METODE PENELITIAN
19
20
Mulai
Identifikasi Masalah
Selesai
BAB IV
Perencanaan sumur resapan, embung kecil, dan bangunan penahan sedimen, dilakukan
analisa hidrologi terlebih dahulu untuk menentukan debit kala ulang yang diinginkan.
Dalam analisa curah hujan disini menggunakan 2 metode, yaitu metode rata-rata
hitung (Aritmatic Mean) dan metode Polygon Thiessen. Untuk data hujan yang kami
pakai dalam analisa hidrolgi adalah sebagai berikut:
22
23
Tabel 4.3 Tinggi Hujan Maksimum Daerah Tahunan dengan Metode Rata-rata
Hitung(Aritmatic Mean)
Jumlah Tinggi Hujan
No
(mm) (mm)
1 350 87,5
2 415 103,75
3 353 88,25
4 331 82,75
5 455 113,75
6 382 95,5
7 460 115
8 416 104
9 425 106,25
10 513 128,25
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
Keterangan:
Stasiun A = Stasiun Poncokusumo
45,2496
Koefisien =
196,5
= 0,2303
Tabel 4.5 Curah Hujan Harian Maksimum Daerah Tahunan Metode Thiessen
PA.KA PB.KB PC.KC PD.KD Pmax
Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2002 17,0 15,9 29,5 20,0 82,4
2003 20,7 18,5 45,1 19,6 103,9
2004 16,4 16,3 38,5 17,1 88,3
2005 16,6 16,9 36,9 13,5 83,9
2006 20,7 27,2 43,1 19,8 110,8
2007 16,8 23,8 37,7 15,8 94,2
2008 16,8 32,8 35,7 21,7 107,0
2009 12,9 26,4 33,6 23,3 96,3
2010 24,0 17,5 46,3 19,3 107,1
2011 28,8 22,8 53,3 23,0 128,0
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 4.6 Tinggi Hujan Maksimum Daerah Tahunan dengan Metode Thiessen
Tinggi Hujan
No Tahun
(mm)
1 2002 82,4
2 2003 103,9
3 2004 88,3
4 2005 83,9
5 2006 110,8
6 2007 94,2
7 2008 107,0
8 2009 96,3
9 2010 107,1
10 2011 128,0
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
n = 10
Xrerata = 102,500
Dari tabel hubungan Yn dan Sn
Gumbel di dapatkan:Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Sehingga hujan rancangan dengan kala ulang 2,5,10,25,50,100,200,1000
Tr YT K Sd . K R rancangan
Contoh Perhitungan :
Hujan rancangan untuk kala ulang (Tr) 10 tahun
Tr = 10, dari tabel Gumbel diperoleh Yt = 2,2504
𝑌𝑡−𝑌𝑛
K = 𝑆𝑛
2,2504−0,4952
=
0,9497
= 1,848
X = Xrerata + K.Sd
= 102,50 + 26,360
= 128,860
27
n = 10
Xrerata = 100,181
Dari tabel hubungan Yn dan Sn
Gumbel di dapatkan:Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Sehingga hujan rancangan dengan kala ulang 2,5,10,25,50,100,200,1000
Tr YT K Sd . K R rancangan
Contoh perhitungan:
Hujan rancangan untuk kala ulang (Tr) 10 tahun
Tr = 10, dari tabel Gumbel diperoleh Yt = 2,2504
𝑌𝑡−𝑌𝑛
K = 𝑆𝑛
2,2504−0,4952
= 0,9497
= 1,848
X = Xrerata + K.Sd
= 100,181 + 25,898
= 126,079
Tr Pr (%) K K . SD X rancangan
2 50 -0,0087 -0,001 101,491
5 20 0,839 0,051 114,167
10 10 1,287 0,078 121,494
25 4 1,769 0,107 129,894
50 2 2,082 0,126 135,666
100 1 2,365 0,143 141,104
200 0,5 2,625 0,158 146,294
1000 0,1 3,165 0,191 157,684
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
Contoh perhitungan:
Hujan rancangan kala ulang 10 tahun
100%
Tr =10, maka Pr = 10 = 10 %
Untuk nilai Cs = 0,0524 dan nilai Pr = 10%, dari tabel distribusi Log Pearson III didapat
nilai K = 1,287
Log X = Xrerata + K. Sd
= 2,007 + 0,078
= 2,0846
Hujan Rancangan
Xrancangan = 102,0846
= 121,494 mm
Contoh perhitungan:
Hujan rancangan kala ulang 10 tahun
100%
Tr =10, maka Pr = 10 = 10 %
Untuk nilai Cs = 0,2863 dan nilai Pr = 10%, dari tabel distribusi Log Pearson III didapat
nilai K = 1,308
Log X = Xrerata + K. Sd
= 1,997 + 0,078
= 2,0753
Hujan Rancangan
Xrancangan = 102,0753
= 118,919 mm
31
Dalam uji kesesuaian distribusi disini menggunakan 2 uji, yaitu uji Chi Square dan Uji
Smirnov – Kolmogorof.
1 2002 87,50
2 2003 103,75
3 2004 88,25
4 2005 82,75
5 2006 113,75
6 2007 95,50
7 2008 115,00
8 2009 104,00
9 2010 106,25
10 2011 128,25
Jumlah 1025,0
Rerata 102,5
Standar Deviasi 14,3
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
n = 10
Xrerata = 102,5 mm
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
32
Tinggi Hujan
No. Tahun
(mm)
1 2002 82,42
2 2003 103,95
3 2004 88,25
4 2005 83,90
5 2006 110,80
6 2007 94,15
7 2008 107,00
8 2009 96,29
9 2010 107,09
10 2011 127,96
Jumlah 1001,8
Rerata 100,2
Standar Deviasi 14,0
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
n = 10
Xrerata = 100,2 mm
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Penentuan nilai derajat bebas (v)
V =k–1–m
=5–1–2
=2
34
Maka,
Untuk α = 5%, Karena X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima
Untuk α = 1%, Karena X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima
n = 10
Xrerata = 2,007 mm
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Penentuan nilai derajat bebas (v)
V =k–1–m
=5–1–3
=1
Tabel 4.24 Penentuan Batas Kelas
Luasan Sebelah
Probabilitas G G x Sd Log X Y
Kiri (%)
20 80 -0,445 -0,027 1,980 95,52
40 60 -0,143 -0,009 1,998 99,62
60 40 0,286 0,017 2,024 105,72
80 20 0,839 0,051 2,058 114,17
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Chi Square – Log Pearson III Aritmatic Mean
JUMLAH DATA
EXPECTED OBSERVED (𝐎𝐣 − 𝐄𝐣)𝟐
NO BATAS KELAS
FREQUENCY FREQUENCY 𝐄𝐣
(Ef) (Of)
1 0-95,52 2,0 3 0,50
2 95,65-99,62 2,0 1 0,50
3 99,62-105,72 2,0 2 0,00
4 205,72-114,17 2,0 1 0,50
5 114,17 - ~ 2,0 3 0,50
Jumlah 10 10 2,00
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
Untuk = 5%, dari tabel distribusi chi square diperoleh nilai x2 tabel : 3,841
Untuk = 1%, dari tabel distribusi chi square diperoleh nilai x2 tabel : 6,635
Maka,
Untuk α = 5%, Karena X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima
Untuk α = 1%, Karena X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima
36
n = 10
Xrerata = 1,997 mm
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Penentuan nilai derajat bebas (v)
V =k–1–m
=5–1–3
=1
37
Untuk α = 5%, dari tabel distribusi chi square diperoleh nilai x2 tabel : 3,841
Untuk α = 1%, dari tabel distribusi chi square diperoleh nilai x2 tabel : 6,635
Maka,
Untuk α = 5%, Karena X2 hitung < X2 tabel maka H0 tidak diterima
Untuk α = 1%, Karena X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima
Tinggi Pe (x) -
No. Pe (x) K Yt Tr Pr Pt (x)
Hujan Pt (x)
1 87,5 0,091 -1,052 -0,504 1,236 0,809 0,191 0,100
2 103,8 0,182 0,088 0,578 2,330 0,429 0,571 0,389
3 88,3 0,273 -0,999 -0,454 1,261 0,793 0,207 0,066
4 82,8 0,364 -1,385 -0,820 1,115 0,897 0,103 0,260
5 113,8 0,455 0,789 1,244 3,994 0,250 0,750 0,295
6 95,5 0,545 -0,491 0,029 1,609 0,621 0,379 0,167
7 115,0 0,636 0,876 1,328 4,294 0,233 0,767 0,131
8 104,0 0,727 0,105 0,595 2,359 0,424 0,576 0,151
9 106,3 0,818 0,263 0,745 2,646 0,378 0,622 0,196
10 128,3 0,909 1,805 2,210 9,623 0,104 0,896 0,013
Jumlah 1025,00
Rerata 102,50
Sd 14,26 Dmax 0,389
Sn 0,9497
Yn 0,4952
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
38
Contoh perhitungan:
𝑚
Pe (x) = 𝑛+1 𝑥 100
= 0,091
𝑋−𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
K = 𝑠𝑑
= -1,052
Yt = (KxSn) + Yn
= -0,504
Tr = 1,236
1
Pr = (1 − ) 𝑥100
𝑇𝑟
= 0,809
Pt = 1 – Pr = 0,191
No D critis Keterangan
D maks
Tinggi
No. Pe K Yt Tr Pr Pt (x) Pe (x) -
Hujan
(x) Pt (x)
1 82,4 0,091 -1,267 -0,708 1,151 0,869 0,131 0,040
2 103,9 0,182 0,269 0,751 2,658 0,376 0,624 0,442
3 88,3 0,273 -0,851 -0,313 1,342 0,745 0,255 0,018
4 83,9 0,364 -1,162 -0,608 1,189 0,841 0,159 0,204
5 110,8 0,455 0,758 1,215 3,895 0,257 0,743 0,289
6 94,2 0,545 -0,430 0,087 1,666 0,600 0,400 0,146
7 107,0 0,636 0,486 0,957 3,136 0,319 0,681 0,045
8 96,3 0,727 -0,278 0,231 1,826 0,548 0,452 0,275
9 107,1 0,818 0,493 0,963 3,152 0,317 0,683 0,135
10 128,0 0,909 1,983 2,378 11,291 0,089 0,911 0,002
Jumlah 1001,81
Rerata 100,18
39
Sd 14,01
Sn 0,9497 Dmax 0,442
Yn 0,4952
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
Contoh perhitungan:
𝑚
Pe (x) = 𝑛+1 𝑥 100
= 0,091
𝑋−𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
K = 𝑠𝑑
= -1,267
Yt = (KxSn) + Yn
= -0,708
Tr = 1,151
1
Pr = (1 − 𝑇𝑟
) 𝑥100
= 0,869
Pt = 1 – Pr = 0,131
Tinggi Hujan
No. log R Pe G Pr Pt Pe-Pt
(R) (mm)
1 87,5 1,942 0,091 -1,077 0,854 0,146 0,055
2 103,8 2,016 0,182 0,150 0,444 0,556 0,374
3 88,3 1,946 0,273 -1,016 0,840 0,160 0,112
4 82,8 1,918 0,364 -1,479 0,929 0,071 0,292
5 113,8 2,056 0,455 0,813 0,206 0,794 0,340
6 95,5 1,980 0,545 -0,447 0,657 0,343 0,203
7 115,0 2,061 0,636 0,891 0,188 0,812 0,175
8 104,0 2,017 0,727 0,167 0,438 0,562 0,165
9 106,3 2,026 0,818 0,321 0,383 0,617 0,201
40
Contoh perhitungan:
𝑚
Pe = 𝑛+1 𝑥 100
= 0,091
𝐿𝑜𝑔 𝑅−𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐿𝑜𝑔
G = 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢
= -1,077
Pr = 0,854
Pt = 1- Pr
= 0,146
41
Tinggi Hujan
No. log R Pe G Pr Pt Pe-Pt
(R) (mm)
1 82,4 1,916 0,091 -1,355 0,927 0,073 0,018
2 103,9 2,017 0,182 0,331 0,359 0,641 0,459
3 88,3 1,946 0,273 -0,859 0,802 0,198 0,074
4 83,9 1,924 0,364 -1,226 0,897 0,103 0,260
5 110,8 2,045 0,455 0,795 0,206 0,794 0,339
6 94,2 1,974 0,545 -0,388 0,627 0,373 0,172
7 107,0 2,029 0,636 0,541 0,193 0,807 0,171
8 96,3 1,984 0,727 -0,226 0,561 0,439 0,288
9 107,1 2,030 0,818 0,547 0,278 0,722 0,097
10 128,0 2,107 0,909 1,841 -0,010 1,010 0,101
Jumlah 19,970
Rerata 1,997
Simpangan Baku 0,060 Dmax 0,4593
Koefesien Kepencengan 0,2863
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
Contoh perhitungan:
𝑚
Pe = 𝑛+1 𝑥 100
= 0,091
𝐿𝑜𝑔 𝑅−𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐿𝑜𝑔
G = 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢
= -1,355
Pr = 0,927
Pt = 1- Pr
= 0,073
43
Kesimpulan
Setelah dilakukan uji kesesuain ditribusi terhadap perhitungan metode Gumbel dan Log Pearson III,
dipilih data Perhitungan Aritmatika metode Log Pearson III 5%. Dikarenakan Chi Square hitung
dan D kritis diterima dikedua uji distribusi.
45
Sumur resapan direncanakan pada wilayah Sub DAS Lesti Malang. Daerah
Pengaliran Sungai (DPS) Lesti merupakan salah satu DPS Brantas yang memiliki
panjang sungai 69,5 km dan luas DPS 382 km2. Sungai Lesti terletak di 8,16400 LS
dengan suhu udara 240C sampai 270C. Dalam perencanaan ini dipilih wilayah di
Kabupaten Malang yang merupakanwilayah Sub Das Lesti yaitu wilayah Kecamatan
Poncokusumo, Pagak, Bululawang, dan Dampit. Pada wilayah tersebut merupakan
daerah pemukiman sehingga kurangnya ketersediaan lahan untuk menyerap air
permukaan.
Tabel 4.43 Luas Stasiun Hujan
Stasiun Luas (ha) Luas (km2)
Hujan
𝑄
H =
2𝜋𝑟𝑘
8,070
= 2 𝜋 (0,75(0,02)
= 85,594 m
48
85,594
Jumlah sumur resapan = 3
Diketahui:
Tinggi hujan rerata tahunan : 1025 mm ~ 1000 mm
49
Berdasakan kedua tabel diatas dan tinggi hujan rerata, didapatkan data untuk
perencanaan embung sebagai berikut:
Kolam Embung
Volume tampungan = 2500 m3
Luas permukaan = 2500 m2
Panjang rata = 40 m
Lebar rata = 25 m
Tinggi embung = 2,5 m
Pelimpah
Lebar pelimpah = 5,0 m
Tinggi pelimpah = 0,5 m
Bak Pengendap
Panjang = 1,0 m
Tinggi = 0,5 m
Perhitungan Lebar Efektif Mercu (Beff)
Diketahui :
Jumlah pilar =1
Kp = 0,01
Ka = 0,2
Beff = B – 2(n . Kp + Ka)He
= 5 – 2(1 . 0,01 + 0,2)He
= 5 – 0,42He
Debit banjir rencana Q10 = 32,281 m3/detik. Karena embung digunakan untuk
mengurangi 50% debit banjir rencana sehingga digunakan Q 10 = 32,281 x 50% =
16,141 m3/detik.
2 2
Q = 𝐶𝑑 𝑥 3 𝑥 √3 𝑥 𝑔 𝑥 𝐵𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝐻𝑒 3/2
Dimana :
Q = Debit (m3/detik) = 16,141 m3/detik
Cd = Koefisien debit = C0 x C1 x C2
g = Percepatan gravitasi (m/det 2)
Beff = Lebar efektif mercu pelimpah (m)
He = Tinggi energi diatas mercu pelimpah
50
= 2,61/detik
𝑽𝟐
Tinggi Kecepatan (k) = 𝟐𝒈
(𝟐,𝟔𝟏)𝟐
= 𝟐𝒙𝟗,𝟖𝟏
= 0,347 m
Hd = He – k
= 1,4 – 0,347
= 1,05 m
Jadi tinggi muka air diatas pelimpah (Hd) = 1,05 m
Perencanaan Pelimpah
Diketahui:
Lebar pelimpah = 5,0 m
Beff = 4,41 m
Q10 = 16,14 m3/detik
Tinggi bendung (P) = 0,5 m (berdasarkan Tabel 4.45)
He = 1,40 m
Hd = 1,05 m
51
X1,85 = 2 hd0,85 Y
𝑋 1,85
Y = 2 ℎ𝑑0,85
𝑋 1,85
Y = 2 𝑥 1,050,85
Y = 0,477 X1.85
𝑑𝑦
= 1,85 x 0,477 x X0,85 =1:1
𝑑𝑥
0,883 X0,85 =1
X = 1,16
Titik Potong
Y = 0,63
Tabel 4.46 Koordinat Titik Lengkung Harold
X Y
0.00 0.00
0.50 0.06
1.00 0.20
1.16 0.63
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022
16.141
= 4,41 𝑥 0,5
= 7,319 m/detik
Untuk mendapakan Y1 dilakukan coba-coba agar Vz1 - Vz2 = 0 dan didapatkan Y1 =
0,90 m
𝑉
Fr =
√𝑔 𝑥 𝑌1
7,319
=
√9,81 𝑥 0,9
= 1,67
Karena Fru < 1,7 maka tidak diperlukan kolam olakan: pada saluran tanah, bagian
hilir harus dilindungi dari bahaya erosi seperti saluran pasangan batu atau beton
yang tidak memerlukan lindungan khusus.
Perhitungan:
Data:
Lebar Sungai (B) = 10,77 m
Lebar Dasar Peluap (B1) =7m
Tinggi Total Bendungan Utama (h) = 6,27 m
Debit Banjir Kala Ulang 10 tahun = 32,281 m3/dt (dari perhitungan hidrologi
sebelumnya)
Berat Isi Beton (y0) = 2,3 ton/m3 = 22,54 kN/m3
Berat Isi Sedimen (ys) = 1,5 ton/m3 = 14,7 kN/m3
Berat Isi Air = 1 ton/m3 = 9,80 kN/m3
Teta = 20
Konsentrasi Sedimen (Cd)
𝜌𝑤.𝑇𝑎𝑛𝜃
Cd = (𝜎−𝜌𝑤).(𝑇𝑎𝑛∅−𝑇𝑎𝑛𝜃)
1 . 0,02
Cd = (1,5−1).(0,364−0,02)
= 0,0116 %
Jadi konsentrasi sedimen pada lokasi perencanaan sabo dam sebesar 0,116 %.
Sehingga perumusan debit banjir dengan sedimen menjadi:
Qs = (1 + Cd) . Qw
Qs = (1 + 0,116) . 32,281
Qs = 36,035 m3/dt
Lebar Pelimpah
𝛼 = 6.0 (berdasarkan tabel 4.49)
B1 = α √𝑄𝑠
= 6√36,035
= 36,018 m
B2 = B1 + h3
2
Qs = 15 𝐶 √2𝑔(3𝐵1 + 2𝐵2)ℎ33/2
Dengan :
Qs = Debit banjir dengan sedimen (m3/s)
H3 = Tinggi air diatas pelimpah (m)
B1 = Lebar dasar pelimpah (m)
B2 = Lebar atas pelimpah (m)
= B1 + h3
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
C = Koefisien pelimpah (0,60-0,66)
Contoh perhitungan:
2
36,035 = 15 0,6√2𝑥9,81(3(36,018) + 2(36,018 + ℎ3))ℎ33/2
2
36,035 = 15 0,6√2𝑥9,81(3(36,018) + 2(36,018 + 0,68))0,683/2
Qs = 36,035
B2 = B1 + h3
Tinggi Pelimpah
Berdasarkan debit rencana, didapatkan tinggi jagaan (h3’) = 0,6
H = h3 + h3’
= 0,68 + 0,6
= 1,28 m
= c/w
= 2,3 / 1
= 2,3
Sehingga persamaan menjadi:
(1 + 0,256 ) m2 + [2 (0,2 + 0,4) + 0,2(4 . 0,256 + 2,3) + 2 . 0,256 . 0,4] m – (1 +
3 . 0,256) + 0,256 . 0,4 (4 . 0,2 + 0,4) + 2,3 (3 . 0,2 . 0,4 + 0,42 + 0,22 ) = 0
1,256 m2 + 2,0696 m – 2,903 = 0
Sehingga didapatkan m = 0,264
Kecepatan Aliran
q0 = Qs / ((B1 + B2) / 0,5)
= 36,035 / ((36,018 + 36,697) / 0,5)
= 0,991 m3/dt/m
v0 = q0 / h3
57
= 0,991 / 0,68
= 1,458 m/dt
Tebal Kolam Olak
t = 0,1 ( 0,6 h1 + 3h3 – 1,0 )
sedangkan h1 = h – t, maka:
t = 0,1 ( 0,6 (h-t) + 3h3 – 1,0 )
t = 0,1 (0,6 . (6,27-t) + 3 . 0,68 – 1,0)
t = 0,381 m
sehingga,
h1 = 6,27 – 0,381
= 5,983 m
= 12,273
h1′
hj = 〔 √1 + 8𝐹𝑟 2 − 1
2
0,087
= 〔 √1 + 8(12,273)2 − 1
2
= 1,472 m
x = hj . β
= 1,472. 4,50
= 6,623 m
58
= 1,644 m
Lebar Sub Mercu (b1) = 1,5 m (direncanakan)
L = b1 + lw + x
= 1,5 + 1,644 + 6,623
= 9,767 m
= 2,091
1
h2 = 4 𝑥 6,27
= 1,569
Diambil h2 = 1,5 m
Tinggi ambang sub bendung
h1” = h2 - t
h1” = 1,5 - 0,381
= 1,119 m
= 0,015
59
𝐻𝑒𝑓𝑓
L1 = 𝐼0−𝐼1
5,893
= 0,02−0,01
= 589,295
𝐻𝑒𝑓𝑓
L2 =
𝐼0−𝐼1
5,893
= 0,02−0,015
= 1178,591
= 32431,516 m3
= 1736,346 m2
A2 = At - A1
1
= 2 𝑥 𝐻𝑒𝑓𝑓𝑥 𝐿2 − 𝐴1
1
= 2 𝑥 5,893𝑥 1178,591 − 1736,346
= 3472,692 m2
Vtot = (A1 + A2).T
= (1736,346 + 3472,692). 18,678
= 97294,548 m3
60
Vc = Vtot – Vse
= 97294,548 - 32431,516
= 64863,032 m3
Jadi, bangunan sedimen yang direncanakan mampu untuk mengurangi 50% debit
banjir dengan rancangan dengan kala ulang 10 tahun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bangunan penangkap sedimen di hulu waduk yang direncanakan pada Sub DAS
Lesti Kabupaten Malang yaitu sumur resapan, embung/waduk kecil, dan bangunan
pengendali sedimen (check dam). Berdasarkan analisis perhitungan diperoleh hasil
sebagai berikut.
a. Bangunan Sumur Resapan
Bangunan ini berfungsi untuk mengurangi 25% debit banjir rancangan dengan kala
ulang 25 tahun (Q rencana = 8,070 m3/dt).
- Direncanakan sumur resapan dengan diameter 1,5 m dan koefisien
permeabilitas tanah 0,02 dengan tinggi muka air tanah (H) = 85,594 m.
- Jika sumur resapan direncanakan pada kedalaman H = 3 m dan R = 0,75 m
maka dibutuhkan 29 sumur resapan.
b. Bangunan Embung/Waduk Kecil
Bangunan ini berfungsi untuk mengurangi 50% debit banjir rancangan dengan kala
ulang 25 tahun (Q rencana = 16.141 m3/dt).
- Dimensi kolam embung yang direncanakan ukuran 40 m x 25 m dengan tinggi
embung 2,5 m.
- Dimensi bak pengendap yaitu dengan panjang 1 m dan tinggi 0,5 m.
- Dimensi pelimpah yaitu dengan lebar (B) = 5 m dan tinggi = 0,5 m.Untuk lebar
efektif pada mercu (Beff) = 4,4 m, tinggi energi (He) = 1,4 m, dan tinggi muka
air diatas pelimpah (Hd) = 1,05 m.
- Karena Fru < 1,7, maka tidak diperlukan perencanaan kolam olak pada saluran
tanah, bagian hilir harus dilindungi dari bahaya erosi seperti saluran pasangan
batu atau beton yang tidak memerlukan lindungan khusus.
c. Bangunan Penahan Sedimen
Untuk mengurangi 50% volume sedimen yang lewat dari debit banjir rancangan
dengan kala ulang 25 tahun.
- Lebar pelimpah yang direncanakan untuk lebar dasar = 36,018 m dan lebar
atas = 36,679 m.
61
62
5.2 Saran
Upaya pengembangan dan pelestarian Sub DAS Lesti dengan merencanakan
bangunan pengendali sedimen di hulu waduk sudah cukup baik. Namun, dari
perhitungan yang telah kita rencanakan masih banyak parameter yang menggunakan
asumsi. Oleh karena itu perlu adanya data penunjang yang lebih lengkap agar
perencanaan bangunan pengendali sedimen tersebut dapat terencanakan dengan akurat.
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah
wawasan terkait pengelolaan DAS yang ada di Indonesia.
Untuk memaksimalkan fungsi dan keberlangsungan operasi bangunan yang telah
direncanakan perlu diadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Selain
itu, perlu pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi konstruksi agar kerusakan-
kerusakan yang terjadi dapat ditangani dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2017. SNI 8456:2017 Sumur dan Resapan Parit Air
Hujan.Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Buku Pedoman Embung Kecil No. 07/SE/M/2018 tentang Pedoman Pembangunan
Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa.
Badan Standarisasi Nasional. 2015. SNI 2851:2015 Desain Bangunan Penahan Sedimen.
Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Ernawan Setyono, dkk (2012). Analisa Tingkat Bahaya Erosi Pada Sub Das Lesti
Kabupaten Malang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Media Teknik Sipil,
Volume 10, Nomor 2, Agustus 2012: 114 – 127.
U., B. W. (2015, September 14). Evaluasi Lahan Sub DAS Lesti. Retrieved from
fdokumen.com:https://fdokumen.com/document/presentation-pwk-sub-das-
lesti.html?page=12
63
LAMPIRAN
Peta Administrasi Sub DAS Lesti
Konsep Perencanaan Sumur Resapan dan Embung
Konsep Perencanaan Bangunan Penahan Sedimen / Sabo Dam
DAS LESTI
Luas = 19648,25 Ha
St. A
4524,9588 Ha
St. B
3902,5989 Ha
8057,0123 Ha
3163,6800 Ha
St. D
St. C
W
FA
RA
KU
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
IB
N
LT
U
AS
St. A = Stasiun Hujan Poncokusumo TEKNIK Lembar :
Dosen :
DESAIN EMBUNG
SKALA 1 : 400 HMP HIMPUNAN MAHASISWA PENGAIRAN Hal :
No Tugas :
FAKULTAS TEKNIK
No :
W
FA
RA
KU
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
IB
N
LT
U
AS
TEKNIK Lembar :
Dosen :
2.000 m
6.270 m
2.091 m
0.381 m
9.767 m
W
FA
RA
KU
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
IB
N
LT
U
AS
TEKNIK Lembar :
Dosen :
Bak Kontrol Tutup Sumur
Saluran Drainase
2.0000
Pipa Peluap
2.0000
3.0 m
0.2 m
1.5 m
W
FA
RA
KU
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
IB
N
LT
U
AS
TEKNIK Lembar :
Dosen :