Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas karuniannya penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini tepat
pada waktunya. Penulis membuat Proposal Tugas Akhir ini dengan mengambil
Gianyar".
Proposal Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam
2. Bapak Ir. Cok Agung Yujana, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
3. A.A. Sg. Dewi Rahadiani, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik
4. Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, M.T. Selaku pembimbing yang sudah
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
i
Penulis menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari
Proposal Tugas Akhir ini sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang memerlukan.
Penulis,
NIM : 13.61.121.021
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR........................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR NOTASI................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
iii
2.8.1 Gelombang Signifikan .......................................................................... 19
iv
2.15.1 Woven Geotextile ................................................................................ 46
Daftar Pustaka 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat .......... 17
Gambar 2.16 Tinggi relatif run-up untuk berbagai jenis lapis lindung ............ 39
Gambar 2.17 Pondasi (a) dan pelindung kaki (b) dari tumpukan batu ............ 41
Gambar 2.18 Angka stabilitas Ns untuk fondasi dan pelindung kaki .............. 42
vi
Gambar 2.22 Perkiraan kenaikan muka air laut akibat pemanasan global ...... 47
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pedoman pemilihan jenis gelombang dan kala ulang gelombang ... 21
viii
DAFTAR NOTASI
ix
N = Jumlah data tinggi gelombang signfikan
P = Porositas rerata dari lapis pelindung (%)
RT = Koreksi akibat adanya perbedaan antara temperatur udara dan air
RL = Koreksi terhadap pencatatan angin yang dilakukan di darat
r = jarak tinggi gelombang di daerah terlindung terhadap ujung rintangan
Sr = Rapat massa relatif
t = Tebal lapis pelindung
T = Periode (detik)
U = Koreksi tegangan Angin (m/detik)
Ua = Kecepatan angin (m)
Uw = Kecepatan angin di laut
UL = Kecepatan angin di darat
U3 = Kecepatan angin yang diukur pada ketinggian 3 m (m/detik)
U10 = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m (m/detik)
W = Berat butir batu pelindung (ton)
z = Ketinggian pengukuran
 = Parameter skala
i = Sudut simpangan lintasan ke-I untuk suatu arah utama (°)
B̂ = Parameter lokasi
= sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik ujung
x
BAB I
PENDAHULUAN
Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah (Bambang Triatmojo,1999). Garis pantai adalah
garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan
dapat berubah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.
Perubahan garis pantai disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia.
Faktor alam diantaranya gelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai,
kondisi tumbuhan pantai serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan faktor
upacara Melasti oleh umat Hindu dari berbagai desa di Gianyar pada khususnya
dan Bali pada umumnya. selain Melasti, Pantai Masceti juga sering menjadi
Masceti yang merupakan Pura Dang Kahyangan dan Pura Swagina. Mengingat
pentingnya fungsi dan peran Pura Masceti, maka eksistensinya perlu dijaga.
Daerah pesisir pantai Masceti Gianyar, sering terjadi perubahan yang disebabkan
1
Pantai di Kabupaten Gianyar Sepanjang 18 kilometer, sudah banyak
hitam tersebut. Pantai di wilayah selatan Gianyar itu tercatat sepanjang 18 km,
dan saat ini seluruhnya telah tererosi. Berdasarkan data PU menyebutkan, erosi
sesungguhnya telah terjadi sejak beberapa tahun silam, namun pada 2009
buatan dikarenakan, penggunaan material batu alam yang cenderung tidak ramah
perencanaan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
2
1.2 Tujuan Perencanaan
Gianyar.
1. Bagi Mahasiswa
(submerged breakwater).
2. Bagi Fakultas
3. Bagi Pemeritah
laut.
2. Data angin digunakan untuk memprediksi tinggi dan arah gelombang rencana
untuk perancangan bangunan pantai. Data angin yang dipakai adalah dari tahun
2007-2016.
3
3. Data pasang surut digunakan untuk mengetahui muka air tertinggi , muka air
rata-rata, dan muka air terendah. Data pasang surut yang digunakan
1. Data pengukuran dan hidro oceanografi hanya didasarkan pada data sekunder.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pantai
Pantai disebut sebagai daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air
pasang tertinggi dan air surut terendah. Sedangkan daerah darat di tepi laut yang
masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan rembesan air
laut disebut pesisir (coast). Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas
garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di
bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk
1. Surf zone
Adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang pecah
2. Breaker zone
3. Swash zone
Adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan
4. Offshore
5. Foreshore
5
Adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat surut terendah
sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tertinggi.
6. Inshore
7. Backshore
Adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk
pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tertinggi.
8. Coast
misalnya pengaruh pasang surut, angin laut, dan ekosistem pantai (hutanbakau,
sand dunes ).
9. Coastal area
Adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai kedalaman 100 atau 150
m (Sibayama, 1992).
sehingga kapal dapat merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.
6
kolam pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara
reguler.
macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe
tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi
perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau
seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
Pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada
jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang
dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah
gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah
7
2.3 Jenis Pemecah Gelombang
Crest
Sea MSL
ARMOR
Berm
RY
A
M ARMOR
Berm PRI
RY
A
D
N
Toe CO
SE CORE
FILTER LAYERS
terjadi.
8
Crest
Cap
MSL
ARMOR
RY
A R
RIM MO RY
P AR A
D
N
CO
SE CORE
Toe
FILTER LAYERS
Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi
masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar
peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air)
9
dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
sediment tersebut.
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri.
dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material -
material seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau
batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain
sebagainya.
paling umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton
pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari
beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang
sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai
10
pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk
Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.
Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan
yaitu:
1. Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-
biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari
lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton atau
11
bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran
yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan
lain-lain.
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional
serat baja. Untuk unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling
kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan
sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini.
Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.
12
pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi
tegak dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan
gelombang. Gelombang akan dipecah oleh sudut kubus sehingga energi yang
13
gelombang laut benar-benar berkurang energinya.
gelombang rencana.
drenase perkotaan.
dilakukan reklamasi, paling tidak meliputi perairan sejauh 500 sd 1000 m keluar
dari kawasan yang akan direklamasi. hal ini memberikan keleluasaan pada
perlu dicatat pula waktu dan pasang surut pada saat itu.data hasil pengukuran
surut pada jam yang sama, sehingga semua hasil pengukuran mempunyai datum
14
yang sama, pengukuran bathimetri dan topografi harus menggunakan datum yang
bathimetri digunakan dan digambar pada peta dengan sekala 1:2000 sd 1:5000,
atau sesuai dengan kebutuhan. pada peta harus tampak jelas garis pantai dengan
elevasi +0,00 m.
adalah kecepatan angin (Ua) dalam satuan meter/detik, lama angin bertiup (t)
dalam satuan jam, jarak seret sumber angin (Fetch = F) dalam satuan Km dan arah
datangnya angin.
(pasca-kiraan) data angin. Data angin yang diperoleh akan diolah menjadi tabel
presentasi kejadian angin tiap tahundan dapat dibuat dalam bentuk windrose. Dari
setiap arah angin, persentase keadaan angin tenang (calm) yang akan digunakan
kecepatan dan arah angin umumnya dilakukan di darat biasanya pada lokasi
angin yang digunakan adalah yang ada diatas permukaan laut sehingga data angin
yang diperoleh perlu dikoreksi dan dikonversi untuk mendapatkan faktor tegangan
15
1. Koreksi Ketinggian
1/ 7
U(10) = ........... U(Z)
10
........... (2.1)
z
Dimana:
2. Kecepatan Angin
16
Dimana:
RT = Koreksi akibat adanya perbedaan antara temperatur udara dan air dapat
dilihat pada Gambar 2.5 Jika data temperatur tidak ada, SPM merekomendasikan
RT = 1,1
Dimana :
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat
(Sumber : Yuwono, 1992)
17
3. Koreksi Tegangan Angin (UA)
UA, yaitu faktor tegangan angin (wind stress factor) yang dapat dihitung dari
2.8 Gelombang
Perubahan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain gerakan kapal, gempa
bumi, letusan gunung berapi di laut dan hembusan angin.Gelombang di laut dapat
Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin
di permukaan laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-
benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami
terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang
kurang dari 5 menit. Gelombang pendek sering dikenal dengan ombak dan dapat
jam. Gelombang panjang sering dikenal dengan pasang surut yang terjadi akibat
18
gaya tarik menarik antara bumi dengan benda-benda ruang angkasa terutama
angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga permukaan air
yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang kecil di atas
semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk
sea adalah gelombang yang diperkuat oleh angin, gelombang mempunyai bentuk
seperti gunung dengan puncak tajam, dengan panjang gelombang berkisar antara
(tiga puluh) sampai dengan 500 (lima ratus) kali tinggi gelombang
(Yuwono,1992).
19
Moskowits yang diturunkan berdasarkan kondisi FDS (Fully Develoved Sea).
Ts = 0,33 . UA ........................................................................................(2.6)
Dengan:
Berdasarkan data faktor tegangan angin (UA), panjang fetch (Feff), dan
20
2.8.3 Perkiraan Gelombang dengan Periode Ulang
dengan periode ulang tertentu dibutuhkan data gelombang dalam jangka waktu
pengukuran cukup panjang (beberapa tahun). Data tersebut bisa berupa data
data angin.
Tabel 2.1 pedoman pemilihan jenis gelombang dan kala ulang gelombang.
Distribusi α1 α1 k e ε
21
Berdasarkan data representatif untuk beberapa tahun pengamatan dapat
diperkirakan gelombang yang diharapkan disamai atau dilampaui satu kali dalam
m 0,44
P (Hs ≤ Hsm) = 1 ........... ....(2.7)
N T 0,12
̂ sm = Aˆ . ym Bˆ
𝐻 ........... ....(2.9)
n H sm y m H sm y m
 = ..............(2.10)
n y m 2 y m 2
B̂ H sm Aˆ ym ........... ..(2.11)
1
yr = -ln ln 1 ........... ..(2.13)
L.Tr
−1,3 +𝑘√−𝑙𝑛𝑣
α = 𝛼1𝑒 𝛼2 𝑁 ........... . (2.14)
1
σnr = [1 + 𝛼(𝑦𝑟 − 𝑐 + 𝑒 ln 𝑣)2 ]1/2 ........... . (2.15)
√𝑁
̅𝑠𝑚 )2
∑(𝐻𝑠𝑚 −𝐻
σHs = √ ........... . (2.16)
𝑁−1
22
P (Hs ≤ Hsm) : probabilitas dari tinggi gelombang representatif ke m yang tidak
dilampaui
∑ 𝐻𝑠
𝐻𝑠 = ..……..(2.19)
𝑁
∑(𝐻𝑠−𝐻𝑠)2
𝜎𝐻 = √ .……... (2.20)
𝑁−1
𝜎
Ht = Hs + 𝐻𝐻 (Yt – Yn) ……… (2.21)
𝑛
b. Metode weibull
0,27
𝑚−0,2−
P (HS <Hsm ) = 1 – √𝑘
0,23 . ………..(2.22)
𝑁𝑇 +0,2+
√𝑘
1⁄
𝑦𝑟 = {𝑙𝑛(𝐿𝑇𝑟 )} 𝑘. .……….(2.23)
NT
L= ….…….(2.24)
K
Dengan :
23
P (HS <Hsm ) = probabilitas dari tinggi gelombang representatif ke m yang tidak
dilampaui.
k = parameter bentuk.
tinggi gelombang dan pola (bentuk) garis puncak gelombang di pantai. Tinggi
gelombang dan arah datangnya gelombang di pantai akan menentukan arus dan
(diffraction). Dalam hal ini yang paling dominan dalam perencanaan bangunan
24
1. Klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman
Sehingga untuk menentukan panjang dan cepat rambat gelombang di laut dalam
memakai persamaan :
g .T
Co = Lo/T = ........... (2.26)
2
Dimana :
cukup besar terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang
25
bo cos 0
Kr = ………..(2.27)
b cos
Dimana pada hukum Snell berlaku apabila ditinjau gelombang di laut dalam
C
Sinα = Sin α0 ……………………………………………………………………………….(2.28)
Co
Dimana :
Kr : Koefisien refraksi.
αo : Sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar dimana
gelombang melintas.
α : Sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur
dasar berikutnya.
C : Kecepatan rambat gelombang
Co : Kecepatan rambat gelombang di laut dalam
dasar laut. Wave shoaling mempunyai fungsi yang sama dengan refraksi
𝑛0𝐿𝑜
Ks = √ ............................................................................................(2.29)
𝑛𝐿
Dengan :
Ks : koefisien shoaling
L : panjang gelombang
Lo : panjang gelombang di laut dalam
26
2.8.7 Gelombang Laut Dangkal
berikut:
H1 = Ks . Kr . Ho.....................................................................................(2.30)
Dengan :
H1 : Tinggi gelombang di kedalaman tertentu.
Ks : Koefisien shoaling (pendangkalan).
Kr : Koefisien Refraksi.
Ho : Tinggi gelombang laut dalam.
H H O .K s .K r ………(2.31)
Dimana :
Kr : Koefisien refraksi
27
Puncak
gelombang
Arah
gelombang
Kedalaman
Konstan
A
K'
r Titik yang
ditinjau
?
L
ß
Rintangan
1/7 = 0,142. Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut
macam, yaitu :
a. Spilling
28
Spilling biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil
jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi secara berangsur-
meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak yang cukup jauh.
b. Plunging
pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak
turbulensi, sebagian kecil dipantulkan pantai ke laut, dan tidak banyak gelombang
c. Surging
Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti
yang terjadi pada pantai berkarang.Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan
surging ini mirip dengan plunging, tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar
29
Gambar 2.9 Proses gelombang pecah
(Sumber : Triatmodjo, 1999)
tersebut tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan dasar laut m.
antara Hb/Ho dan Ho/gT2 pada gambar 2.8 dan untuk menghitung kedalaman
gelombang dapat menggunakan grafik hubungan antara db/Hb dan Hb/gT2 pada
𝐻𝑏 1
= 3,33 (𝐻′𝑜⁄𝐿𝑜)1 ............................................................................................(2.33)
𝐻′𝑜 3
db 1
H b b a. H b / g.T 2
............................................................................(2.34)
Dimana:
Hb = Gelombang pecah (m)
g = Gravitasi (m/d2)
T = Periode (detik)
a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m
30
𝑎 = 43,75 (1 − 𝑒 −19𝑚 ) .......... (2.35)
1,56
b = (1+𝑒 −19,5 𝑚) ........... (2.36)
gelombang yang ditimbulkan oleh gelombang tidak pecah dan pecah adalah
31
berbeda. Gelombang pecah juga digunakan untuk menentukan besarnya angkutan
2.9 Fetch
gelombang angin, fetch biasanya dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi
∑ 𝑥𝑖 .𝐶𝑜𝑠 𝛼
𝐹𝑒𝑓𝑓 = ∑ 𝐶𝑜𝑠 𝛼
……... (2.37)
32
Dimana:
𝐹𝑒𝑓𝑓 = Fetch efektif yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
fetch.
𝑥𝑖 = Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung
akhir fetch.
α = Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan
60 sampai sudut sebesar 420 pada kedua sisi dari arah angin.
Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter sangat penting dalam
parameter, yaitu : pasang surut, tsunami, wave setup dan pemanasan global.
Dalam perencanaan ini parameter tsunami tidak dipakai karena kejadian tsunami
terjadinya tsunami bisa terjadi pada saat cuaca cerah. Sehingga penggabungan
tsunami, wave setup, wind setup, dan pasang surut adalah kecil kemungkinan
terjadi.
Sementara itu pasang surut mempunyai periode 12 atau 24 jam, yang berarti
dalam satu hari bias terjadi satu atau dua kali air pasang. Kemungkinan terjadi air
pasang dan gelombang besar adalah sangat besar.Dengan demikian pasang surut
merupakan factor terpenting didalam menentukan elevasi muka air laut rencana
33
Muka Air Laut Rencana
Pemanasan Global
SS
SLR
Wave Setup
Run Up
HWL
Pasang surut menurut Triatmodjo (1999), adalah fluktuasi muka air laut
karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan
terhadap massa air laut di bumi. Meskipun masa bulan jauh lebih kecil dari massa
matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh
gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari.
Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar
air yaitu: muka air tinggi/High Water Level (HWL), muka air rendah/Low water
Level (LWL), muka air laut rata-rata/Mean Sea Level (MSL), muka air tinggi
rerata/Mean High Water Level (MHWL), muka air rendah rerata/Mean Low Water
Level (MLWL), muka air tertinggi/Highest High Water Level (HHWL), muka air
tergantung dari jenis konstruksinya seperti: untuk konstruksi yang rigid atau kaku
34
konstruksi yang flexibel menggunakan muka air tinggi/High Water Level (HWL),
untuk elevasi muka air rendah/Low water Level (LWL) digunakan untuk
Elevasi muka air laut merupakan parameter yang sangat penting di dalam
perencanaan bangunan pantai. Muka air laut berfluktuasi dengan periode yang
lebih besar dari periode gelombang angin. Fluktuasi muka air laut dapat
disebabkan oleh wave set-up (kenaikan muka air karena gelombang), wind set-up
(kenaikan muka air karena angin), tsunami, storm surge (gelombang badai),
muka air di daerah pantai terhadap muka air diam. Pada waktu gelombang pecah
akan terjadi penurunan elevasi muka air rerata terhadap elevasi muka air diam di
permukaan air rerata miring ke atas ke arah pantai, turunnya muka air disebut
wave set-down, sedangkan naiknya muka air disebut wave set-up, seperti
35
Gambar 2.14 Wave set-up dan set-down
(Sumber : Triatmodjo, 1999)
0,536 𝐻𝑏 2/3
Sb = .........................................................................................(2.38)
𝑔1/2 𝑇
Dengan:
T : periode gelombang.
g : percepatan gravitasi.
1999):
Sw= ∆S - Sb ..........................................................................................(2.39)
36
Longuet-Higgins dan Stewart melakukan analisa data hasil percobaan yang
dilakukan oleh Savilla (1961, dalam SPM, 1984) dan hasilnya adalah ∆S = 0,15
∆𝑆 = 0,15 db ...................................................................................(2.40)
𝐻
𝑆𝑤 = 0,19 [1 − 2,82 √𝑔𝑇𝑏2 ] 𝐻𝑏 ........................................................(2.41)
Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan laut
bias membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai jika
badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas. Penentuan elevasi
muka air rencan selama terjadinya badai adalah sangat kompleks yang melibatkan
interaksi antara angina dan air, perbedaan tekanan atmosfer selalu berkaitan
dengan perubahan arah dan kecepatan angin dan angin tersebut yang
menyebabkan fluktuasi muka air laut. Kenaikan elevasi muka air karena badai
𝐹𝑖
∆h = ...................................................................................................(2.42)
2
𝑉2
∆h = F c 2𝑔𝑑 ............................................................................................(2.43)
Dengan:
c : konstanta = 3,5x10-6
37
V : kecepatan angin (m/d)
2.13 Run-Up
permukaan halus yang kedap air adalah sebagai berikut (Nur Yuwono,1992).
Tg
Ir = … ...... (2.44)
Hd
Lo
Run-up :
𝑅𝑢
= Ir (untuk ∶ Ir < 2.5) ........... (2.45)
𝐻
Dimana :
Ir = Bilangan Irribaren.
= Sudut kemiringan sisi bangunan.
Hb = Tinggi gelombang di lokasi bangunan.
Lo = Panjang gelombang di laut dalam.
38
Gambar 2.15 Run-up gelombang
(Sumber : Triatmodjo,1999)
Gambar 2.16 Tinggi relatif run-up untuk berbagai jenis lapis lindung
(Sumber : Triatmodjo,1999)
Rumus diatas digunakan apabila dinding halus dan kedap air (permeable),
untuk dinding kasar dan dapat dilalui air (impermeable) angka diatas dikalikan
39
2.14 Dimensi Pemecah Gelombang Terendam (Submerged Breakwater)
𝑔0,5 𝐻𝑜2 𝑇
SS = ........... (2.46)
64𝜋𝑑𝑏1,5
dimana :
Dimana :
d = Tedalam air
hubungan antara panjang breakwater (LB), lebar celah (GB), dan jarak
LB/XB = 1 sampai 3
LB/GB > 4
bangunan pantai. Sebagai fondasi, bangunan pantai dari block beton, kaison atau
buis beton ditempatkan di atas tumpukan batu seperti terlihat dalam Gambar
40
2.17.a. Sedang tumpukan batu sebagai pelindung kaki ditempatkan di depan
berat batu fondasi dan pelindung kaki sama dengan yang digunakan untuk
perencanaan bangunannya. Berat butir batu untuk fondasi dan pelindung kaki
𝛾𝑟 𝐻 3
W= ........... (2.49)
𝑁𝑠3 (𝑆𝑟 −1)3
Dimana :
Gambar 2.17 pondasi (a) dan pelindung kaki (b) dari tumpukan batu
Sumber (Triatmodjo,1999)
41
Gelombang dan arus menyerang bangunan pantai dapat menyebabkan
terjadinya erosi pada tanah fondasi di depan kaki bangunan. Untuk itu perlu
diberikan perlindungan pada bagian tersebut yang berupa tumpukan batu, seperti
terlihat dalam Gambar 2.19. Jumlah batu pelindung kaki tersebut dapat dihitung
42
Gambar 2.19 pelindung kaki bangunan
Sumber (Triatmodjo,1999)
Ujung (kepala)
Lengan Bangunan
bangunan Kemiringan
KD KD
Lapis Lindung n Penempatan
Gelomb. Gelomb.
Gelomb. Gelomb.
Tidak Tidak Cot θ
Pecah Pecah
Pecah Pecah
Batu pecah
Bulat Halus 2 Acak 1,2 2,4 1,1 1,9 1,5-3,0
2
Bulat Halus >3 Acak 1,6 3,2 1,4 2,3 *
1 1 2
Bersudut Kasar 1 Acak * 2,9 * 2,3 *
1,9 3,2 1,5
Bersudut Kasar 2 Acak 2,0 4,0 1,6 2,8 2,0
1,3 2,3 3,0
2
Bersudut Kasar >3 Acak 2,2 4,5 2,1 4,2 *
3 2
Bersudut Kasar 2 Khusus * 5,8 7,0 5,3 6,4 *
Paralelepipedum 2 Khusus 7,0-20,0 8,5-24,0 - -
Tetrapod 5,0 6,0 1,5
dan 2 Acak 7,0 8,0 4,5 5,5 2,0
Quadripod 3,5 4,0 3,0
8,3 9,0 1,5
Tribar 2 Acak 9,0 10,0 7,8 8,5 2,0
6,0 6,5 3,0
Dolos 2 Acak 15,8 31,8 8,0 16,0 2,0
7,0 14,0 3,0
2
Kubus dimodifikasi 2 Acak 6,5 7,5 - 5,0 *
2
Hexapod 2 Acak 8,0 9,5 5,0 7,0 *
2
Tribar 1 Seragam 12,0 15,0 7,5 9,5 *
Batu pecah (KRR) - Acak 2,2 2,5 - -
(graded angular)
Sumber: Triatmodjo,1999
43
Tabel 2.4. Koefisien lapis
1
W 3
B = n. k .............(2.50)
r
1
W 3
t = n. k ........... (2.51)
r
Dimana :
t = Tebal lapis pelindung
n = Jumlah lapis batu dalam lapis pelindung (n=2)
k Koefisien lapis
W = Berat butir pelindung
44
2.14.7 Penentuan Jumlah batu pelindung
Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas (10 m2) dihitung dengan rumus
berikut:
2
P r 3
N = A. n. k 1 ........... (2.52)
100 W
Dimana :
P P = porositas rerata dari lapis pelindung (%) yang dapat dilihat pada Tabel 2.4
2.15 Geotekstil
Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun
sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat bonded
(enggunakan bahan kimia). Baik woven maupun non woven dihasilkan dari
polyamide.
Sebenarnya geotekstil pada awalnya dibuat dari berbagai bahan seperti serat-asli
(kertas, filter, papan kayu, bambu) , misalnya penggunaan jute untuk percepatan
konsolidasi sebagi pengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical drain) yang
filter. Perkuatan tanah lunak juga menggunakan papan-papan kayu atau anyaman
bambu yang ditempatkan di atas di atas tanah lunak (jaman Romawi kuno dan
45
sehingga umur konstruksi tidak dapat lama kecuali bahan dari bambu atau kayu
yang apabila berada dalam air secara terus menerus akan bersifat permanen.
sintetis tenunan dengan tambahan pelindung anti ultra violet yang mempunyai
kekuatan tarik yang cukup tinggi, yang dibuat untuk mengatasi masalah untuk
perbaikan tanah khususnya yang terkait di bidang teknik sipil secara efisien dan
efektif, antara lain untuk mengatasi atau menanggulangi masalah pembuatan jalan
adalah jenis Geotextile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain.
Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau
46
Gambar 2.21 Non Woven Geotextile
Sumber (google.com)
kenaikkan suhu bumi sehingga mengakibatkan kenaikkan muka air laut. Di dalam
perencanaan bangunan pantai, kenaikkan muka air karena pemanasan global harus
tahun 1990 sampai 2100 Gambar 2.8, gambar tersebut berdasarkan anggapan
bahwa suhu bumi meningkat seperti yang terjadi saat ini (Bambang Triatmojo,
Gambar 2.22 Perkiraan keanikan muka air laut akibat pemanasan global
Sumber (Triatmodjo,1999)
47
2.17 RAB (Rencana Anggaran Biaya)
nilai estimasi biaya yang harus disediakan untuk pelaksanaan sebuah kegiatan
1. Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost, 1993,
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya
dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang
nilai uang dari suatu kegiatan (proyek) yang telah memperhitungkan gambar-
gambar bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku
analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis
pekerjaan.
48
a. Sebagai bahan dasar usulan pengajuan proposal agar didapatkannya sejumlah
alihan dana bagi sebuah pelaksanaan proyek dari pemerintah pusat ke daerah
b. Sebagai standar harga patokan sebuah proyek yang dibuat oleh stakes holder
c. Sebagai bahan pembanding harga bagi stakes holder dalam menilai tingkat
d. Sebagai rincian item harga penawaran yang dibuat kontraktor dalam menawar
pekerjaan proyek.
hasil perkalian antara volume suatu item pekerjaan dengan harga satuannya.
49
b. Harga satuan, merupakan total biaya per satuan volumen untuk suatu jenis
pekerjaan dari hasil perkalian kuantitas dengan harga (bahan, tenaga kerja,
dan peralatan).
d. Jumlah harga, merupakan hasil perkalian antara volume per ítem pekerjaan
e. Setelah itu dilakukan total seluruh biaya pekerjaan. Total jumlah biaya
dikenakan pajak.
50
BAB III
METODE PERENCANAAN
Kabupaten Gianyar.
Lokasi Perencanaan
51
3.2 Data Perencanaan
Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu didukung dengan adanya data yang
akurat, dimana data tersebut nantinya akan digunakan untuk meneliti keadaan
1. Primer
Kondisi lingkungan dapat menentukan jenis perencanaan yang akan dibuat dan
juga dapat menentukan jenis bahan yang tersedia di daerah sekitar perencanaan
2. Sekunder
Pekerjaan Umum bagian proyek pantai dan Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG).
Daya Air Departemen Pekerjaan Umum dan data ini untuk mengetahui kedalaman
b. Data angin
Data angin diperoleh dari BMG Ngurah Rai.Data angin yang diperoleh
digunakan untuk prediksi tinggi dan arah gelombang rencana untuk perancangan
bangunan pantai.
52
c. Data fetch
Data fetch merupakan data hasil memplot suatu garis antar suatu pulau pada
peta dengan satu titik tetap sebagai lokasi perencanaan untuk memperoleh jarak
titik tetap ke pulau lain guna memperoleh jarak fetch sebagai bangkitan
gelombang.
Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. Data ini digunakan untuk mengetahui
muka air tinggi (High Water Level,HWL), muka air rerata (Mean Sea Level,MSL),
(UA) dengan persamaan 2.4. Berdasarkan data angin yang diperoleh selama 10
tahun, yaitu dari tahun 2007 sampai 2016 dibuat wind rose untuk mendapatkan
arah angin dan kecepatan angin paling dominan, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
b. Membuat range dan kelompokan kecepatan per arah mata angin dari range
53
3.3.2 Analisa Gelombang
rencana.
b. Pemilihan jenis gelombang dan kala ulang gelombang berdasarkan tabel 2.1.
Setelah diperoleh tinggi gelombang rencana dan kala ulang rencana selanjutnya
dihitung panjang dan cepat rambat gelombang di laut dalam dengan persamaan
gambar 2.10.
54
3. Perhitungan kedalaman gelombang pecah menggunakan persamaan 2.34, 2.35
a. Tarik beberapa garis dari lokasi kehalangan dan tentukan panjang garisnya
b. Mencari fetch efektif dengan menggunakan persamaan 2.37 dan gambar 2.12.
55
bangunan pemecah gelombang terendam (submerged breakwater) dari bahan batu
buatan (dolos). Hasil gambar sesuai dengan perhitungan yang dilampirkan pada
di buat, dari gambar rencana dihitung volume pekerjaan dan menganalisa harga
satuan upah dan bahan. Setelah mendapatkan analisa harga kemudian dikali
dengan volume pekerjaan maka akan di dapat rencana anggaran biaya dari
56
Mulai
n
Identifikasi Masalah
n
Pengumpulan Data
Data Angin Peta Pulau Bali Data Topografi dan Bathymetri Data Pasang Surut
n
Ya
Gambar Rencana
n
57
Daftar Pustaka
http://balebengong.net/kabar-anyar/2015/01/26/abrasi-ancam-keindahan-pantai-
pantai-di-bali.html, diakses tanggal 14 maret 2017.
58