TUGAS
MATA KULIAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Dosen Pengasuh:
Dr. Ir. Hanugerah Purwadi, MT
Disusun oleh:
Metrizal, ST / 21360003
UNIVERSITAS JANABADRA
FAKULTAS TEKNIK
MAGISTER TEKNIK SIPIL
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil‟alamiin.
Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Desain Embung Situak Latok, Kabupaten
Pasaman, Provinsi Sumatera Barat” ini adalah merupakan tugas kuliah untuk memenuhi
kewajiban mahasiswa yang mengikuti Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air di
Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempura, untuk itu
mohon arahan dan bimbingan dari Bapak Dosen Pengasuh Mata Kuliah Pengelolaan
Sumber Daya Air untuk dapat memberi masukan dan saran agar tulisan ini lebih baik dan
dapat dijadikan pedoman untuk penulisan selanjutnya.
Akhir kata Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Hanugerah
Purwadi, MT selaku Dosen Pengasuh Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air atas
kesempatan yang telah diberikan kepada Penulis untuk menyajikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis,
Metrizal, ST.
i
DAFTAR ISI
ii
4.4.2. Pemilihan Lokasi Embung ............................................................ 20
4.4.3. Volume Tampungan ...................................................................... 20
4.4.4. Bangunan Utama ........................................................................... 22
4.4.5. Bangunan Pelengkap ..................................................................... 26
4.5. Rencana Anggaran Biaya ........................................................................ 27
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Dua Puluh Lima Data Hujan Maksimum DPS Situak ................................ 15
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hujan Rancangan DPS Situak ............................................... 15
Tabel 4.3. Distribusi Hujan Rancangan Jam-jaman DPS Situak ................................. 17
Tabel 4.4. Hubungan Antara Durasi dan Kala Ulang Hujan ....................................... 17
Tabel 4.5. Rekapitulasi Debit Rancangan DPS Situak ................................................ 19
Tabel 4.6. Rencana Anggaran Biaya ........................................................................... 27
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka penyediaan dan
konservasi sumber daya air adalah dengan pembuatan embung yang sekaligus menjadi
sumber air yang potensial di daerah yang banyak mempunyai sumber-sumber air kecil
dan dapat dikumpulkan pada suatu tempat.
1
Tujuan dari desain Embung Situak Latok ini adalah untuk menyediakan Pedoman
Teknis untuk melaksanakan pembangunan embung di daerah Situak Latok agar dapat
terlaksana dengan baik dan efektif.
1.4. PENDEKATAN
Kebutuhan air bersih untuk air minum ditentukan oleh jumlah penduduk yang
akan dilayani, kebutuhan air irigasi sawah ditentukan oleh umur tanaman dan luas areal
sawah yang dilayani. Sementara kebutuhan untuk konservasi tidak ditentukan angka
pastinya, tetapi dengan prinsip menahan air di tampungan atau permukaan tanah selama
mungkin agar air tersebut dapat meresap ke dalam tanah dan menambah kandungan air
tanah dangkal maupun air tanah dalam.
1.5. HIPOTESIS
Dari karya tulis ini dapat disajikan beberapa hipotesis sebagai berikut:
1. Mengingat lokasi permukiman penduduk yang cukup jauh dari lokasi rencana
embung maka kemungkinan embung tidak dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.
2. Dari pengamatan yang dilakukan di lokasi tidak terdapat areal pertanian berupa
sawah dan areal yang potensial untuk jadi areal sawah, yang ada di sekitar lokasi
tersebut adalah kebun kelapa sawit dengan areal berkontur, jadi embung tidak akan
digunakan sebagai sumber air pertanian sawah.
3. Fungsi dari embung hanya untuk konservasi air.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasar peristilahan di atas maka embung dapat digolongkan sebagai salah satu
upaya atau teknik pemanenan air (water harvesting). Embung berfungsi sebagai tempat
penampungan air drainase saat kelebihan air di musim hujan dan sebagai sumber air
irigasi pada musim kemarau. Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering
dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk
menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara
3
operasional embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas
ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan
penghujan. Sehingga nuansa pembangunan embung lebih kental untuk keperluan
konservasi air.
Berdasar sumber airnya embung dapat berasal dari mata air, limpasan air hujan
(termasuk lewat saluran buangan dan sungai), tambahan dari sumber lain (saluran
suplesi, limbah permukiman), maupun kombinasi dari ketiga sumber tersebut.
Berdasar lokasinya embung dapat dibedakan antara embung yang berada dalam
lingkup daerah pedesaan dan embung yang berada dalam lingkup daerah permukiman
atau perkotaan. Yang membedakan antara keduanya adalah embung di daerah
permukiman lebih banyak bermasalah akibat limbah industri, limbah rumah tangga, dan
sampah. Embung di daerah pedesaan lebih tenang dan sunyi, alamiah, dan tradisional,
sedang di daerah permukiman lebih ramai, artifisial, dan modern.
4
spillway pada saat banjir. Fungsi retensi dari embung menahan volume air di bawah
elevasi mercu spillway sebagai persediaan air. Fungsi retensi akan lebih maksimal bila
air disamping tertahan juga banyak meresap ke dalam tanah lewat dasar embung. Dalam
hal ini, embung dianggap mempunyai fungsi retensi bila dasar embung merupakan tanah
yang porous (tembus air) hingga banyak air yang meresap ke dalam tanah. Embung
dengan fungsi retensi ini tidak dapat menyimpan air, karena air akan meresap habis ke
dalam tanah.
Disamping itu embung juga dapat berfungsi sebagai penyediaan air (air bersih,
air irigasi, pembangkit tenaga listrik, penggelontoran), dan budidaya air (perikanan,
pangan, dan ikan hias). Hampir semua embung mempunyai fungsi tersebut sebagai
fungsi yang melekat pada embung dan sudah dimanfaatkan walau belum maksimal.
5
Yang dimaksud dengan lahan yang sudah disertifikatkan adalah luasan embung
termasuk daerah sempadan embung yang melindungi badan air embung dari penciutan
luasan dan pengambilalihan penguasaan badan air embung yang tidak semestinya.
Instansi yang berhak untuk mengeluarkan sertifikasi embung adalah Badan Pertanahan
Nasional. Sertifikasi disini tidak dalam arti kepemilikan melainkan penguasaan.
6
Embung sudah ada semenjak sebelum jaman penjajahan Belanda, dan saat ini
keberadaannya dengan berbagai “peran” makin dirasakan sangat membantu terutama
untuk industri manufaktur dan kebutuhan rumah tangga. Di daerah pedesaan, embung
sangat berperan dalam menunjang penyediaan air untuk berbagai keperluan seperti
irigasi, perikanan, dan air minum. Embung juga sangat berperan sebagai retarding basin,
recharging air tanah, dan juga wisata.
7
5. Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum antara orang lain atau badan
hukum dalam persoalan air dan atau sumber-sumber air.
6. Melaksanakan koordinasi tata pengaturan air.
8
BAB 3
METODOLOGI
Bagan alir desain Embung Situak Latok secara ringkas disajikan seperti gambar
di bawah ini:
Mulai
Persiapan
- Perhitungan desain
- Pembuatan gambar desain
Perhitungan RAB
Pelaporan
Selesai
Dari bagan alir pada sub bab 3.1 diatas berikut ini diuraikan secara ringkas
tahapan kegiatan yang dilakukan:
9
1. Persiapan
Sebelum memulai pekerjaan lapangan harus disiapkan terlebih dahulu peralatan dan
bahan serta surat menyurat yang diperlukan di lapangan.
2. Survey dan penyelidikan lapangan
a. Topografi
Survey topografi digunakan untuk menggambarkan areal rencana embung sesuai
dengan kondisi eksisting
b. Hidrologi
Data hidrologi (dan hidrolika) termasuk data utama yang dikumpulkan untuk
mengetahui karakteristik DAS, sungai, dan aliran sungai di lokasi rencana
embung
c. Mekanika tanah
Untuk mengetahui daya dukung tanah dasar di tengah dan pinggir sungai pada
lokasi rencana as embung
3. Penggambaran pengukuran dan analisis data
a. Penggambaran hasil pengukuran topografi
b. Analisis hidrologi dan hidrolika berupa parameter aliran termasuk debit banjir
c. Analisis kualitas air sungai
d. Uji laboratorium hasil sampel mekanika tanah
4. Perhitungan dan desain embung
Penentuan dimensi serta gambar desain embung secara lengkap
5. Perhitungan RAB
RAB dihitung berdasarkan rencana embung yang akan dibangun disesuaikan dengan
harga material setempat dan tahun rencana embung akan dibangun
6. Pelaporan
Pelaporan lengkap dan lampiran sesuai dengan kebutuhan pembangunan embung
10
BAB 4
PEMBAHASAN
Dari hasil pengukuran topogafi dapat diketahui kondisi tinggi rendah permukaan
tanah di lokasi rencana embung. Hal ini diperlukan untuk menentukan rencana lokasi as
embung, rencana lokasi bangunan utama serta parameter-parameternya, serta lokasi
bangunan pelengkap embung di sisi hulu maupun hilir dari bangunan utama yang berupa
bendung.
Dari peta topografi juga dapat diperoleh peta potongan memanjang dan melintang
sungai sehingga memudahkan untuk menentukan lokasi bangunan utama, kemiringan
dasar sungai, serta luas dan volume rencana tampungan yang akan diperoleh setelah
ditetapkan ketinggian mercu embung dari dasar sungai.
11
Gambar 4.2. Peta Situasi Lokasi Rencana Embung
12
4.2. ANALISIS KUALITAS AIR
13
Sumber: Laporan Akhir DED Embung Situak Latok, 2011
14
4.3. ANALISIS HIDROLOGI
4.3.1. Analisis Frekuensi Hujan DPS Situak
Dari data hujan harian dari tahun 2001 s/d 2010 diperoleh data dua puluh lima
data hujan maksimum DPS seperti Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Dua Puluh Lima Data Hujan Maksimum DPS Situak
No. Data Hujan Harian (mm) No. Data Hujan Harian (mm)
1 161 14 112
2 148 15 112
3 147 16 108
4 143 17 106
5 143 18 105
6 141 19 105
7 138 20 104
8 137 21 103
9 137 22 102
10 130 23 102
11 129 24 98
12 120 25 98
13 120
Sumber: Laporan Akhir DED Embung Situak Latok, 2011
Untuk debit rancangan pada perencanan Bangunan Pengendali Sedimen (BPS) ini
dihitung untuk kala ulang 10 tahunan, 20 tahunan, 50 tahunan, dan 100 tahunan.
15
4.3.2. Pola Agihan Hujan
dimana:
tc : waktu konsentrasi (menit),
L : panjang sungai (km),
S : kemiringan sungai.
Diketahui panjang sungai (L) 8 km dan kemiringan sungai (S) 0,01225
Intensitas hujan dihitung dengan rumus Mononobe (SK SNI DPU,1989) seperti
persamaan berikut ini.
2
R 24 3
I t 24
24 t
dimana:
Hasil perhitungan distribusi hujan jam-jaman dengan metode ABM dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Hubungan antara durasi dengan kala ulang hujan disajikan pada Tabel 4.4, dan
grafik hubungan antara durasi dan intensitas hujan dengan kala ulang tertentu disajikan
pada Gambar 4.5.
16
Tabel 4.3. Distribusi Hujan Rancangan Jam-jaman DPS Situak
17
Sumber: Laporan Akhir DED Embung Situak Latok, 2011
Gambar 4.5.
Grafik Hubungan Antara Durasi dan Intensitas Hujan untuk Kala Ulang Tertentu
Debit rancangan ditentukan oleh tingginya curah hujan, luas DAS, serta kondisi tata
guna lahan. Sesuai dengan kondisi lapangan diperoleh data sebagai berikut:
Luas DAS = 36,50 Ha
Panjang sungai utama = 32 Km
18
Tabel 4.5. Rekapitulasi Debit Rancangan DPS Situak
19
7. Aliran Sedimen yang Minimal: akan mengurangi laju proses pengendapan pada
embung.
8. Kualitas Air yang Memenuhi Syarat: air harus dapat digunakan untuk berbagai
keperluan.
Tampungan adalah lembah sungai di sebelah hulu embung yang berfungsi untuk
menampung semua material (air dan sedimen), yang tertahan di sebelah hulu embung .
Tampungan atau storage dibedakan menjadi (a) tampungan mati, (b) tampungan efektif,
dan tampungan banjir. Keseluruhan disebut reservoir.
20
INFLOW
Spillway
Elevasi muka air banjir
Tampungan Efektif
Tampungan mati (dead storage) adalah bagian dari embung yang ditujukan untuk
menampung sedimen dalam jumlah/volume yang diperhitungkan mencukupi selama usia
pemanfaatan embung. Secara fisik terletak antara dasar embung sampai dengan dasar
bangunan pengambilan. Tampungan mati suatu embung diperkirakan berdasarkan umur
embung yang direncanakan.
Tampungan efektif (effective storage) adalah bagian dari embung yang ditujukan
untuk menampung sejumlah air yang diperhitungkan masih dapat menjamin
berfungsinya pemanfaatan air.
Embung yang direncanakan akan dibangun mempunyai tinggi 11,5 m (dari dasar
sungai sampai puncak mercu). Dengan ketinggian tersebut diperkirakan tampungan air di
embung sekitar 25.000 m3.
Karena kondisi daerah tangkapan sungai masih relatif baik, maka perkiraan
angkutan sedimen di lokasi ini sedikit sekali. Dengan demikian umur rencana embung
dapat diperkirakan sampai 50 tahun lebih.
21
4.4.4. Bangunan Utama
Rencana bangunan utama embung berupa bendung dengan pelimpah ganda. Pintu
intake direncanakan berada beberapa meter di bawah elevasi mercu bendung. Untuk
memudahkan operasional bendung maka direncanakan jembatan melewati atas mercu
bendung. Jembatan operasi embung mempunyai lebar 1,2 meter.
Bendung berupa konstruksi pasangan batu dilapisi dengan lapis aus beton
bertulang setebal 20 cm. Hal ini bertujuan untuk mengamankan bangunan utama dari
hantaman batu-batu yang terbawa aliran air sungai.
22
Gambar 4.7. Peta Situasi Lokasi Rencana Embung
23
Gambar 4.8. Tampak Atas Rencana Bangunan Utama
24
Gambar 4.9. Potongan Melintang Bangunan Utama
25
Gambar 4.11. Rencana Bangunan Pelimpah (Mercu Bendung)
26
4.5. RENCANA ANGGARAN BIAYA
II Pekerjaan Tanah
1 Menggali Tanah Biasa 0 - 1 m m3 860,00 45.281,00 38.941.660,00
2 Menggali Tanah Berbatu m3 1.550,00 65.500,00 101.525.000,00
3 Urug Kembali Bekas Galian m3 600,00 12.584,00 7.550.400,00
IV Pekerjaan Beton
2 Pembesian Kg 2.700,00 26.125,00 70.537.500,00
3
3 Membuat Beton K-250 m 27,00 961.596,00 25.963.092,00
V Pekerjaan Plesteran
1 Pelesteran Beton m2 105,00 21.491,00 2.256.555,00
2 Sponengan m' 1.340,00 8.669,00 11.616.460,00
3 Memasang Acian m2 1.445,00 12.534,00 18.111.630,00
VI Pekerjaan Lain-lain
1 Pemompaan Ls 1,00 50.000.000,00 50.000.000,00
2 Pembuangan sisa-sisa bahan di lapangan Ls 1,00 2.000.000,00 2.000.000,00
3 Pekerjaan Kisdam Ls 1,00 50.000.000,00 50.000.000,00
4 Pekerjaan Langsiran Ls 1,00 150.000.000,00 150.000.000,00
5 Pintu Outlet Unit 1,00 40.000.000,00 40.000.000,00
6 Rumah Jaga Bendung Unit 1,00 44.000.000,00 44.000.000,00
7 Alat Penakar Curah Hujan Unit 1,00 5.000.000,00 5.000.000,00
8 Pagar Pengaman Jembatan Operasional Ls 1,00 15.000.000,00 15.000.000,00
Jumlah 4.373.845.929,00
PPN 10% 437.384.592,90
Jumlah Total 4.811.230.521,90
Dibulatkan 4.811.230.000,00
Terbilang: Empat milyar delapan ratus sebelas juta dua ratus tiga puluh ribu rupiah
27
BAB 5
KESIMPULAN
1. Dari hasil uji kualitas air diketahui bahwa kondisi aliran sungai mengandung Sulfur
dalam bentuk Sulfida (H2S) yang melebihi ambang batas untuk air minum. Dengan
demikian air dari Sungai Situak tidak dapat digunakan sebagai sumber air minum
kecuali dengan pengolahan terlebih dahulu.
2. Secara topografis rencana lokasi embung memungkinkan sebagai tempat
penampungan air, terdapat kendala dalam pembuatan saluran transmisi karena
kondisi medan yang sulit. Dari hasil desain dengan tinggi bendung 11,5 m akan
diperoleh volume tampung sekitar 25.000 m3 dan perkiraan Biaya yang diperlukan
untuk pembangunan embung sekitar Rp. 4.811.230.000,00.
3. Dengan mempertimbangkan beberapa kendala tersebut diatas dan besarnya biaya
pembangunan untuk pembuatan embung sedangkan masyarakat masih bisa
memperoleh air dari sumber terdekat, maka pembangunan embung tersebut menjadi
tidak feasible. Atau jika tetap akan dibangun Embung Situak Latok ini akan
difungsikan menjadi embung konservasi dan dapat juga dikembangkan sebagai
tempat wisata dan untuk budidaya ikan air tawar.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat dan PT. Pilar Nawa
Seta, Laporan Akhir DED Embung Situak Latok, Tahun 2011
29