Anda di halaman 1dari 81

TUGAS BESAR

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

DISUSUN OLEH :

FEBRIAN DEWI KUMALASARI

NIM: 2106130059

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG

2022
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah


Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air
Jenjang S1 – Teknik Sipil

DISUSUN OLEH :
FEBRIAN DEWI KUMALASARI

NIM: 2106130059

Kelas B

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya,sehingga penyusun berhasil menyelesaikan laporan ini dengan judul
“Perencanaan Jaringan Irigasi” yang alhamdullillah selesai tepat pada waktunya.

Laporan disusun berdasarkan tugas mata kuliah Irigasi di jurusan Teknik sipil untuk
syarat mengikuti ujian akhir semester dan sebagai tugas akhir semester. Laporan ini tidak
akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak . Maka tiada kata terukir indah
selain ucapan terimakasih kepada Bapak Aulia Rahman O. S.T,M.T yang telah membimbing
penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penyusun
harapkan demi perbaikan dalam pembuatan tugas-tugas selanjutnya.

Hormat Kami

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 1

1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3

2.1 Definisi Irigasi ................................................................................................................. 3

2.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi ............................................................................................ 5

2.2.1 Petak Tersier ....................................................................................................... 8

2.2.2 Petak Sekunder ................................................................................................... 9

2.2.3 Petak Primer........................................................................................................ 9

2.3 Analisa Parameter Sistem Irigasi Permukaan........................................................... 10

2.4 Bangunan Utama ........................................................................................................... 14

2.5 Bangunan Pembawa...................................................................................................... 16

2.6 Standar Tata Nama ....................................................................................................... 19

2.7 Kebutuhan Air Irigasi................................................................................................... 23

BAB III ANALISA DATA ..................................................................................................... 26

3.1 Penyiapan Data Curah Hujan Efektif ......................................................................... 26

3.2 Pengolahan Data Evapotranspirasi ............................................................................. 30

3.3 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ............................................................................ 41

3.4 Perhitungan Rotasi........................................................................................................ 47

3.5 Perencanaan Dimensi Saluran Irigasi ......................................................................... 50

iii
3.6 Pengolahan Data Hujan untuk Saluran Drainase ...................................................... 55

3.7 Debit Saluran Drainase ................................................................................................. 57

3.8 Perhitungan Dimensi Saluran Drainase ...................................................................... 59

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN .................................................................................. 62

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 62

4.2 Saran............................................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 63

LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan suatu daerah memerlukan perencanaan irigasi yang matang, terutama


dalam bidang pertanian. Buruknya saluran irigasi suatu daerah akan berdampak pada
kesejahteraan masyarakat akan kebutuhan pangan,
Oleh karena itu perlunya perencanaan jaringan irigasi yang matang pada suatu
wilayah atau kawasan dengan sebaik-baiknya, sehingga sistem jaringan irigasi yang
ideal dapat terwujudkan.
Irigasi sangatlah diperlukan dan sangat penting untuk kita ketahui. Dalam
perhitungan luas dan volum juga tidak kalah pentingnya karena dengan mengukur luas
daerah irigasi yang akan dialiri tersebut maka dapat memanfaatkan saluran irigasi
secara efesien dan tidak ada yang tidak terpakai.
Fungsi dari irigasi sangat berbeda dengan fungsi dari drainase. Jika irigasi
menyalurkan air kemedia tanam maka drainase membuang air berlebih dari suatu media
atau lahan pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1) Berapa luas daerah irigasi yang dialiri?
2) Berapa luas tiap petak kuarter?
3) Berapa kebutuhan air di sawah ?
4) Berapa debit saluran drainase yang direncanakan pada petak tersier?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui metode perhitungan dalam merencanakan jaringan irigasi
2) Mampu menghitung dan merencanakan sistem saluran irigasi berdasarkan daerah
studi
3) Mampu menggambar potongan melintang dan memanjang saluran irigasi.
1.4 Manfaat
Hasil Perencanaan jaringan irigasi ini diharapkan dapat dipakai sebagai informasi
ilmiah kepada mahasiswa terhadap permasalahan ini, dalam menambah pengetahuan
sesuai dengan jurusan teknik sipil. Selain itu perencanaan jaringan irigasi ini dapat
digunakan sebagai rujukan atau pembanding dalam perencanaan irigasi yang lain.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Irigasi


Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan
usaha untuk mendapatkan air guna keperluan pertanian.Usaha tersebut terutama
menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-
sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk
memenuhi tujuan pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat meliputi :
perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil
air dari sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi
kelebihan air dengan membuangnya melalui saluran drainasi. (Soetjipto. 1992.
Dasar-Dasar Irigasi. Penerbit Erlangga Jakarta).
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi
jaringan utama dan jaringan tersier.Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer
dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran
yang berada dalam petak tersier.Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari
suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
(https://id.m.wikipedia.org/irigasi)
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia
kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.Dengan demikian tujuan
irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat
persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman,
sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien
selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna
mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman. (dafikadi.blogspot.co.id)
Suatu jaringan irigasi sebetulnya mempunyai empat macam fungsi pokok yang
harus dipenuhi, yaitu : (rezaslash.blogspot.com)
 Mengambil air dari sumbernya, biasanya berasal dari mata air, danau atau akuifer.
 Membawa air dari bangunan pengambilan kepetak – petak (tersier).
 Membagikan air di dalam petak – petak ke petak – petak sawah.

3
 Mengalirkan kelebihan air kesaluaran pemutus, yang biasanya dipakai saluran
alam atau sungai.
Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan
pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering kekurangan
air.Selain untuk mengairi sawah atau lahan pertanian, irigasi juga memiliki tujuan
lain, yaitu : (ganiblopost.blogspot.co.id)
 Memupuk atau merabuk tanah, air sungai juga memiliki zat – zat yang baik untuk
tanaman.
 Membilas air kotor, biasanya ini didapat di perkotaan. Saluran – saluran di daerah
perkotaan banyak sekali terdapat kotoran yang akan mengendap apabila
dibiarkan, sehingga perlu dilakukan pembilasan.
 Kultamase, hanya dapat dilakukan bila air yang mengalir banyak mengandung
mineral, material kasar. Karena material ini akan mengendap bila kecepatan air
tidak mencukupi untuk memindahkan material tersebut.
 Memberantas hama, gangguan hama pada tanaman seperti sudep, tikus, wereng
dan ulat dapat diberantas dengan cara menggenangi permukaan tanah tersebut
dengan air sampai batas tertentu.
 Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah suhu tanah terlalu tinggi dan
tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan
dengan cara mengalirkan air yang bertujuan merendahkan suhu tanah.
 Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat adanya unsur-
unsur racun dalam tanah. Salah satu usaha misalnya penggenangan air di sawah
untuk melarutkan unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air genangan
dialirkan ketempat pembuangan.
 Mempertinggi permukaan air tanah, misalnya dengan perembesan melalui
dinding-dinding saluran, permukaan air tanah dapat dipertinggi dan
memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun
permukaan tanah tidak dibasahi.
 Membersihkan buangan air kota (penggelontoran), misalnya dengan prinsip
pengenceran karena tanpa pengenceran tersebut air kotor dari kota akan
berpengaruh sangat jelek bagi pertumbuhan tanaman.
 Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras.
 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi.

4
 Meningkatkan intensitas tanam.
 Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan
jaringan irigasi perdesaan.
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi,
sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan, dan
keperluan lain yang bermanfaat.

2.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi


Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,jaringan
irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu jaringan irigasi sederhana,
jaringan irigasi semi teknis dan jaringan irigasi teknis. (Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi KP-01)
Karakteristik masing-masing jenis jaringan diperlihatkan pada Tabel di bawah
ini.

Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu


kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam
mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.Ketersediaan air biasanya melimpah
dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk
mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan
karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun
jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi pemborosan air
karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di
sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap bersifat sementara,

5
sehingga tidak mampu bertahan lama. Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi
jaringan irigasi sederhana. (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01)

Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun
semi permanen.Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan
pengambil dan pengukur.Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan
permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan
mengukur.Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem
pengorganisasian biasanya lebih rumit.Gambar dibawah ini memberikan ilustrasi
jaringan irigasi semi teknis sebagai bentuk pengembangan dari jaringan irigasi
sederhana. (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01)

6
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.Bangunan
sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur.Disamping itu terdapat
pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang.Pengaturan dan pengukuran
dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan
sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang
terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak

7
sawah sebagai satuan terkecil.Gambar dibawah ini memberikan ilustrasi jaringan
irigasi teknis sebagai pengembangan dari jaringan irigasi semi teknis. (Kriteria
Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01)

2.2.1 Petak Tersier


Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas
kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.Pembagian air, eksploitasi dan

8
perneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang
mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan
pemeintah.Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya
jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya.Ukuran petak tersier berpengaruh
terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh
dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis
tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier sebaiknya
berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan memudahkan dalam
pengaturan tata letak dan perabagian air yang efisien. (syahriel30.blogspot.com)
Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau
saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara
langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan
saluran muka tersier yang mebatasi petak-petak tersier lainnya.
(syahriel30.blogspot.com)

2.2.2 Petak Sekunder


Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder.Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.Batas-batas petak sekunder
pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase.Luas
petak sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah
yang bersangkutan. (syahriel30.blogspot.com)
Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah
di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lereng medan yang lebih rendah. (syahriel30.blogspot.com)

2.2.3 Petak Primer


Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil
langsung air dari saluran primer.Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang
saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap
air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi

9
daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran
primer. (syahriel30.blogspot.com)

2.3 Analisa Parameter Sistem Irigasi Permukaan


Sebelum suatu jaringan sistem irigasi permukaan dirancang, maka parameter-
parameter yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang sistem irigasi
permukaan ditentukan. Adapun parameter tersebut adalah data tentang kondisi daerah
yang akan dibangun sistem irigasinya dan lingkungan sekitarnya. Data-data tersebut
harus diselidiki secara akurat sesuai dengan kondisi lapangan.
(syahriel30.blogspot.com)
Adapun data yang dibutuhkan dalam merencakan sistem irgasi adalah sebagai
berikut, yaitu data hidrologi, topografi dan geologi teknik. (syahriel30.blogspot.com)

2.3.1 Data Hidrologi


Parameter-parameter data hidrologi yang sangat penting untuk perencanaan
jaringan irigasi adalah curah hujan, laju evapotranspirasi, debit puncak dan debit
harian, angkutan sedimen. (dokumen.tips.com)
 Curah hujan
Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan :
(dokumen.tips.com)
 Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif
atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif
tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
 Curah hujan berlebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung kebutuhan
pembuangan atau drainase dan debit (banjir).

Untuk analisis curah hujan efektif, curah hujan di musim kemarau dan
penghujan akan sangat penting artinya. Untuk curah hujan lebih, curah hujan di
musim penghujan yaitu bulan-bulan turun hujan. Untuk kedua tujuan tersebut data
curah hujan harian akan dianalisis untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang dapat
diterima. Data curah hujan harian yang meliputi periode sedikitnya 10 tahun akan
diperlukan. (dokumen.tips.com)

10
 Evaportanspirasi
Analisis mengenai evapotraspirasi diperlukan untuk menentukan
besarnya laju evapotranspirasi tanaman yang akan dipakai untuk menghitung
kebutuhan air irigasi, dan kalau perlu untuk studi neraca air di daerah aliran
sungai. Studi ini mungkin dilakukan bila tidak tersedia data aliran dalam
jumlah yang cukup. (dokumen.tips.com)
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang berkenaan
dengan: (dokumen.tips.com)
 Suhu, yaitu suhu harian maksimum, minimum dan rata-rata.
 Kelembaban relatif.
 Sinar matahari yaitu lamanya matahari bersinar dalam sehari.
 Kondisi angin, meliputi kecepatan dan arah angin.
 Laju evaporasi yaitu evaporasi harian.
Data-data tersebut di atas adalah standar bagi stasiun-stasiun
agrometerologi.Jangka waktu pencatatan untuk keperluan analisis yang cukup
tepat dan andal adalah sekitar sepuluh tahun. (dokumen.tips.com)

 Banjir Rencana
Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah
dengan periode ulang rata-rata yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan jaringan irigasi dan stabilitas bangunan-bangunan.
(dokumen.tips.com)

Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit puncak, dan


biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk
keperluan analisis yang cukup tepat dan andal, catatan data yang dipakai harus
paling tidak mencakup waktu 20 tahun. (dokumen.tips.com)

Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan
tinggi muka air atau debit puncak dari catatan data yang tersedia. Data debit
puncak yang hanya mencakup jangka waktu yang pendek akan mempersulit
dan bahkan berbahaya bagi si pengamat. (dokumen.tips.com)

11
Harga–harga debit rencana sering ditentukan dengan menggunakan
metode hidrologi empiris, atau analisis dengan menghubungkan harga banjir
dengan harga curah hujan. (dokumen.tips.com)

 Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk
kemung-kinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk
irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit
sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan
untuk periode tengah – bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar
data debit harian sungai. Agar analisisnya cukup tepat dan andal, catatan data
yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 20 tahun.Jika
persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris
bisa dipakai. (dokumen.tips.com)
Dalam menghitung debit andalan, harus dipertimbangkan air yang
diperlukan dari sungai di hilir pengambilan. Dalam praktek ternyata debit
andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan seiring dengan penurunan
fungsi daerah tangkapan air. (dokumen.tips.com)
Penurunan debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang
yang mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini
perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 80% - 90% untuk
debit andalan. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan
DAS. (dokumen.tips.com)

2.3.2 Data Topograf


Data topografi lahan merupakan data penting yang sangat menentukan
keber-fungsian jaringan irigasi permukaan.Pengukuran dan pemetaan topografi
merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan dalam perencanaan sistem irigasi
permukaan. (dokumen.tips.com)
Pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran di lapangan secara penuh,
sehingga dihasilkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis konturnya.
Untuk sistem irigasi dengan luas lahan sekitar 10.000 ha atau lebih biasanya
didasarkan pada peta foto udara dengan dilengkapi detail topografinya.
(dokumen.tips.com)

12
Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci sebagai berikut,
yaitu: (dokumen.tips.com)
 Potret bentuk tanah (landform) harus memiliki relief mikro dengan bentuk
fisik yang jelas, hal ini akan langsung menentukan tata letak dan lokasi
saluran irigasi, saluran pembuang dan jalan.
 Ketelitian ketinggian permukaan lahan.
 Di daerah datar, kemiringan saluran sebaiknya kurang dari 10 cm/km.
Ketepatan dalam hal ketinggian adalah penting sekali karena hal ini akan
menunjukkan apakah suatu layanan sistem irigasi dan drainase (pembuangan)
akan berfungsi.
 Di daerah yang memiliki lahan curam, layanan sistem irigasi dan sistem
drainase sangat tergantung pada kemiringan lahan dan ketinggian, sesuai
dengan interval garis kontur dengan ketentuan, tanah datar < 2 % dengan
interval 0,5 m, tanah berombak dan landai 2-5 % dengan interval 1,0 m,
berbukit-bukit 5 - 20 % dengan interval 2,0 m, dan bergunung-gunung >20 %
dengan interval 5,0 m.

Pengukuran Sungai dan Lokasi Bendung


Untuk perencanaan bangunan utama di sungai diperlukan informasi
topografi mendetail mengenai sungai dan lokasi bendung.Bersama-sama dengan
pengukuran untuk peta topografi umum, harus diukur pula beberapa titik di
sungai. Hasil-hasilnya akan digunakan dalam perencanaan pendahuluan jaringan
irigasi.

Pengukuran Trase Saluran (dokumen.tips.com)


Pengukuran trase saluran biasanya mencakup jaringan irigasi maupun
drainase. Pengukuran trase saluran (pengukuran strip) akan sebanyak mungkin
mengikuti trase saluran yang diusulkan pada tata letak pendahuluan. Pengukuran
ini akan meliputi jarak 75 m dari as saluran. (dokumen.tips.com)

13
2.4 Bangunan Utama
Bangunan utama sistem irigasi dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan
air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.Bangunan
utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur
banyaknya air yang masuk. (www.academia.edu, sistem irigasi)
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua
pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan kantong lumpur, tanggul banjir dan
bangunan pelengkap. (www.academia.edu, sistem irigasi)

2.4.1 Bendung
Bendung pada sistem irigasi permukaan dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu bendung (weir) dan bendung gerak (barrage).Bendung dipakai untuk
meninggikan permukaan air di sungai sampai pada ketinggian tertentu yang
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian
itu akan menentukan luas daerah yang diairi. (www.academia.edu, sistem irigasi)
Bendung gerak adalah bangunan bending yang dilengkapi dengan pintu yang
dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup
apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung gerak adalah bangunan yang paling
umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.
(www.academia.edu, sistem irigasi)

14
Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh bendung yang terbuat
dari karet dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet
serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk
mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet. Bendung berfungsi
meninggikan muka air dengan cara mengembangkan tubuh bendung dan
menurunkan muka air dengan cara mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari
tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air dari
pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol udara atau air
(manometer). (www.academia.edu, sistem irigasi).

2.4.2 Pengambilan Bebas


Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air
di sungai.Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih
tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin
cukup. (seputarpengertianirigasi.blogspot.com).

2.4.3 Pengambilan dari Waduk


Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu
terjadi kelebihan air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi

15
kekurangan air.Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai.
(seputarpengertianirigasi.blogspot.com)
Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti
untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir,
perikanan dan lain-lain.Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk
keperluan irigasi saja. (seputarpengertianirigasi.blogspot.com)

2.4.4 Stasiun Pompa


lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada
mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya
eksploitasinya mahal. (seputarpengertianirigasi.blogspot.com)

2.5 Bangunan Pembawa


Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
sumbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran
sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa
adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer
biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan
saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut. (seputarpengertianirigasi.blogspot.com)
Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.
(dokumen.tips.com)

a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder

16
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir.
d. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas
akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir.

2.5.1 Bangunan Bagi dan Sadap


Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran
yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini
masingmasing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier
mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier
penerima.Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung
menjadi satu rangkaian bangunan. (seputarpengertianirigasi.blogspot.com)
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3
(tiga) bagian utama, yaitu : (dokumen.tips.com)
a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan
tinggi pelayanan yang direncanakan.
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-
gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk
saluran dapat diatur.
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.

2.5.2 Bangunan Pengatur dan Pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang
saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan
pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas
yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan
yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat
memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan.Kadangkala, bangunan

17
pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur. Beberapa contoh
bangunan pengukur debit diberikan pada Tabel di bawah ini. (dokumen.tips.com)

2.5.3 Bangunan Drainase


Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak
sawah maupun saluran.Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan
pelimpah.Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang
kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran
pernbuang primer.Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk mengeringkan
sawah, mernbuang kelebihan air hujan, mernbuang kelebihan air irigasi.
(dokumen.tips.com)
Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah
atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah.Saluran pernbuang tersier
menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter.Saluran pernbuang primer
menampung dari saluran pernbuang tersier dan membawanya untuk dialirkan
kernbali ke sungai. (dokumen.tips.com)
Kelebihan air di dalam petakan tersier bisa disebabkan oleh hujan lebat,
melimpahnya air irigasi atau buangan yang berlebihan dari jaringan primer atau
sekunder ke daerah itu, dan rembesan atau limpahan kelebihan air irigasi di dalam
petak tersier. (dokumen.tips.com)
Kapasitas jaringan pembuang yang dapat dibenarkan secara ekonomi di dalam
petak tersier bergantung kepada perbandingan berkurangnya hasil panenan yang
diharap-kan, akibat terdapatnya air yang berlebih serta biaya pelaksanaan dan
pemeliharaan saluran drainase tersebut dengan bangunannya. Jika kapasitas jaringan
pembuang di suatu daerah kurang memadai untuk mengalirkan semua kelebihan air,
maka air akan terkumpul di petakan sawah yang lebih rendah. Muka air di dalam

18
cekungan atau daerah depresi akan meningkat untuk sementara waktu, dan akan
merusak tanaman, saluran serta bangunan. (dokumen.tips.com)
Biasanya tanaman padi tumbuh dalam keadaan tergenang, dapat saja bertahan
dengan sedikit kelebihan air.Untuk varietas unggul, tinggi air 10 cm dianggap cukup
dengan ketinggian muka air antara 5 - 15 cm dapat diijinkan. (dokumen.tips.com)
Besar kecilnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh air yang berlebih
bergantung kepada dalamnya lapisan air yang berlebihan, berapa lama genangan
yang berlebih itu berlangsung, tahap pertumbuhan tanaman, varietas padi.
(dokumen.tips.com)
Tinggi jagaan, karena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang
rata- rata 5 tahun, maka elevasi muka air rencana maksimum diambil sama dengan
elevasi lahan. Galian tanah tambahan sebenarnya tidak diperlukan lagi. Akan tetapi
untuk keamanan biasanya ditambahkan sekitar 0,1 m sampai 0,5 m.
(dokumen.tips.com)

2.5.4 Bangunan Pelengkap


Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap
bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.Bangunan pelengkap
berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan
pemeliharaan.Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum.
(dokumen.tips.com)
Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan
penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
(dokumen.tips.com)

2.6 Standar Tata Nama


Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,
bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis.Nama yang diberikan harus
pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-nama harus dipilih dan
dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru kita tidak perlu mengubah
semua nama yang sudah ada. (kk.mercubuana.ac.id)

19
Daerah Irigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, atau
desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan bangunan
utama atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan irigasi. Contohnya adalah
Daerah Irigasi Jatiluhur atau Daerah irigasi Cikoncang. Jika ada dua pengambilan
atau lebih, maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa-
desa terkenal di daerah-daerah layanan setempat. (kk.mercubuana.ac.id)
Untuk pemberian nama-nama bangunan utama berlaku peraturan yang sama
seperti untuk daerah irigasi, misalnya bendung elak Cikoncang melayani D.I
Cikoncang. (kk.mercubuana.ac.id)
Sebagai contoh, lihat Gambar dibawah ini.Bendung Barang merupakan salah
satu dari bangunan-bangunan utama di sungai Dolok. Bangunan-bangunan tersebut
melayani daerah Makawa dan Lamogo, keduanya diberi nama sesuai dengan nama-
nama desa utama di daerah itu. (kk.mercubuana.ac.id)

Jaringan Irigasi Primer


Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayani, contoh, saluran primer Makawa. Saluran sekunder sering diberi nama
sesuai dengan nama desa yang terletak di petak sekunder. Petak sekunder akan
diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundernya. Sebagai contoh saluran
sekunder Sambak mengambil nama desa Sambak yang terletak di petak sekunder
Sambak. (dokumen.tips.com)

20
Saluran irigasi primer/sekunder dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas
sama. Misalnya, RS2 adalah ruas saluran sekunder Sambak (S) antara bangunan
sadap BS1 dan BS 2.Bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di suatu
ruas. Bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu tetapi huruf R (ruas) diubah
menjadi B (Bangunan). Misalnya BS2 adalah bangunan pengelak di ujung ruas RS
2. (dokumen.tips.com)
Bangunan-bangunan yang ada di antara bangunan-bangunan bagi sadap
seperti gorong-gorong, jembatan, talang bangunan terjun, diberi nama sesuai dengan
nama ruas di mana bangunan tersebut terletak juga mulai dengan huruf B
(Bangunan), lalu diikuti dengan huruf kecil sedemikian sehingga bangunan yang
terletak di ujung hilir mulai dengan "a" dan bangunan-bangunan yang berada lebih
jauh di hilir memakai hurut b, c, dan seterusnya. (dokumen.tips.com)
Sebagai contoh BS2b adalah bangunan kedua pada ruas RS2 di saluran
Sambak terletak antara bangunan-bangunan bagi BS 1 dan BS 2. (dokumen.tips.com)

Jaringan Irigasi Tersier


Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama.
Misalnya petak tersier S1 ki mendapat air dari pintu kiri bangunan bagi BS 1 yang
terletak di saluran, contoh pada saluran Sambak. (dokumen.tips.com)
 Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak
di antara kedua boks, misalnya (T1 - T2), (T3 - K1).

21
 Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2 dan
sebagainya.

Petak Kuarter

Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor
urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya
menurut arah jarum jam. (dokumen.tips.com)
Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor urut
tertinggi: K1, K2 dan seterusnya. (dokumen.tips.com)

Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani
tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1,a2 dan seterusnya. (dokumen.tips.com)
Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya dka, dka2
dan seterusnya. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah
jarum jam. (dokumen.tips.com)
Jaringan Pembuang
Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan
jaringan drainase yang merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi yang ber-
sangkutan. Pada umumnya pembuang primer berupa sungai alamiah, yang
kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran pembuang primer baru yang

22
akan dibuat, maka saluran itu harus diberi nama tersendiri. Jika saluran pembuang
dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-masing ruas akan diberi nama, mulai dari
ujung hilir. (dokumen.tips.com)
Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang
lebih kecil. Beberapa di antaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai,
jika tidak sungai atau anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan sebuah huruf
bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (d =
drainase). (dokumen.tips.com)
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi
menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, dan masing-masing diberi nomor. Masing-
masing petak tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri. Gambar 14 adalah
contoh sistem tata nama untuk saluran pembuang. (dokumen.tips.com)

2.7 Kebutuhan Air Irigasi


Hubungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Kebutuhan Air Tanaman
www.academia.edu, sistem irigasi)
 Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
 Air tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi.
 Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau
waduk dan dialirkan melalui system jaringan irigasi, guna menjaga
keseimbangan jumlah air di sawah.

23
 Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan
seperti :

Air Air Bagi

Air

Air Bagi Air


Pengola Merembes

 Agar terjadi keseimbangan air di suatu lahan pertanian maka :

Kebutuha Air Bagi Air Untuk Air Yang


Jumlah Air Kebutuhan Mengolah Merembes
n Air
Hujan (R) Tanaman Tanah (Pd) (P &I )
Irigasi (IR)
(ET)

 Dirumuskan sebagai : IR = (ET + Pd + P&I) – R


 Jika tidak ada hujan (R = 0), maka jumlah air irigasi IR = (ET + Pd + P&I)
 Jika hujan deras (R lebih besar dari ET + PD + P&I ), pada saat ini air
irigasi tidak dibutuhkan, bahkan diperlukan pembuangan air (drainase) agar
lahan tidak tergenang air secara berlebihan.
 Kelebihan maupun kekurangan air pada lahan pertanian berakibat buruk
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kebutuhan Air Tanaman


 Kebutuhan air tanaman adalah : sejumlah air yang dibutuhkan untuk
mengganti air yang hilang akibat penguapan.
 Penguapan bisa terjadi melalui permukaan air (evaporasi) maupun daun-
daun tanaman (transpirasi).

24
 Bila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama terjadilah
EVAPOTRANSPIRASI.
 Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air
yang hilang akibat proses EVAPOTRANSPIRASI.

Evapotranspir
asi (ET) transpirasi
evaporasi
Terjadi pada saat
yang sama

 Besar evaporasi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, meliputi temperatur


udara, kecepatan angin, kelembaban udara dan kecerahan penyinaran
matahari.
 Besar transpirasi dipengaruhi oleh : keadaan iklim, jenis tanaman, varietas
tanaman dan umur tanaman, biasa disebut faktor tanaman.
 Rumus Kebutuhan Air Tanaman adalah : ET = k . ETo
 k = koefisien tanaman, besarnya tergantung dari jenis, varitas dan umur
tanaman.
 Eto = Evapotranspirasi potensial, besarnya dapat dihitung melalui berbagai
rumus.
 Bagan hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan air
tanaman adalah :
Faktor Iklim Faktor Tanaman

- Temperatur udara. - Jenis tanaman.


- Kecepatan angin. - Varitas tanaman.
- Kelembaban udara. - Umur tanaman
- Kecerahan

Dihitung Dirancang

dengan dengan pola

Kebutuhan Air
Tanaman
Didapat Eto k didapat
ET = k .ETo
25
BAB III
ANALISA DATA

3.1 Penyiapan Data Curah Hujan Efektif

CH efektif: air yang jatuh sebagai hujan di petak sawah pada masa pertumbuhan
tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.

DATA CURAH HUJAN BULANAN SELAMA 5 TAHUN


NAMA STASIUN 1 : BANGILAN
TAHUN
BULAN 2006 2007 2008 2009 2010
JANUARI 148 146 232 136 362
FEBRUARI 240 209 24 335 331
MARET 224 213 246 278 339
APRIL 145 261 136 166 287
MEI 225 69 59 81 254
JUNI 20 74 9 34 83
JULI 19 25 26 35 116
AGUSTUS 0 15 9 0 61
SEPTEMBER 50 5 31 3 152
OKTOBER 255 37 179 0 171
NOVEMBER 352 86 221 88 115
DESEMBER 274 151 160 208 282

Pengolahan data Curah Hujan menggunakan Metode PU


Perhitungan Curah Hujan Andalan dengan peluang 80%
 Kumpulkan data hujan harian (min 10 th)
 Hitung hujan bulanan untuk tiap bulan tiap tahunnya (mm/bln)
 Urutkan data hujan bulanan dalam 1 tahun dari kecil ke besar, lakukan untuk 10
tahun
 Hitung urutan R80% = n/5 + 1 (jika jumlah data n=10). Misal untuk n=10  R80%
= 10/5+1 = 3  Data urutan ketiga dari yang paling kecil
 Tentukan tahun dasar perencanaan untuk tiap bulannya
 Tulis data CH harian tiap bulannya bulan pada tahun dasar perencanaan dan hitung
rata-rata tiap bulan untuk mendapatkan satuan mm/hari.

26
Data curah hujan harian berdasarkan tahun perencanaan tiap bulan sebagai berikut yang telah ditentukan (R80) :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jan-07 25 2 0 11 0 10 9 0 0 9 9 8 10 0 0 0 6 0 0 0 0 0 4 0 5 2 4 22 4 5 3
Feb-07 0 0 0 0 7 0 4 0 0 20 14 11 0 0 0 0 21 21 0 31 36 0 0 0 0 16 28 0 0 0 0
Mar-06 17 6 0 5 0 0 32 0 6 0 3 0 0 0 0 0 2 0 21 19 51 4 2 0 0 0 0 0 5 2 49
Apr-06 4 3 0 9 0 0 7 3 2 47 2 2 0 0 0 15 0 13 0 6 2 0 9 18 1 0 0 2 0 0 0
Mei-07 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 24 0 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26
Jun-06 0 13 2 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jul-07 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Agust- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
09
Sep-07 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Okt-07 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 17 16 2
Nov-09 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 38 0 0 0 0 13 0 10 8 0 0 0 0 0 7 5 0 0
Des-08 0 0 0 0 0 0 0 66 11 2 7 0 0 20 20 4 16 5 0 6 36 0 0 21 0 7 0 0 0 0 0
Perhitungan data curah hujan dari data yang telah di dapat :
1. Mengumpulkan data curah hujah tiap bulan per tahun.
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL
2006 148 2006 240 2006 224 2006 145
2007 146 2007 209 2007 213 2007 261
2008 232 2008 24 2008 246 2008 136
2009 136 2009 335 2009 278 2009 166
2010 362 2010 331 2010 339 2010 287

MEI JUNI JULI AGUSTUS


2006 225 2006 20 2006 19 2006 0
2007 69 2007 74 2007 25 2007 15
2008 59 2008 9 2008 26 2008 9
2009 81 2009 34 2009 35 2009 0
2010 254 2010 83 2010 116 2010 61

SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER


2006 50 2006 255 2006 352 2006 274
2007 5 2007 37 2007 86 2007 151
2008 31 2008 179 2008 221 2008 160
2009 3 2009 0 2009 88 2009 208
2010 152 2010 171 2010 115 2010 282

2. Dari data yang diolah pada tahap 1, kemudian diurutkan dari kecil ke besar
3. Hitung urutan R80% = n/5 + 1 (jika jumlah data n=10).
untuk n=5  R80% = 5/5+1 = 2  Data urutan kedua dari yang paling kecil
JANUARI N FEBRUARI N
2009 136 1 2008 24 1
2007 146 2 2007 209 2
2006 148 3 2006 240 3
2008 232 4 2010 331 4
2010 362 5 2009 335 5

MEI N JUNI N
2008 59 1 2008 9 1
2007 69 2 2006 20 2
2009 81 3 2009 34 3
2006 225 4 2007 74 4
2010 254 5 2010 83 5

SEPTEMBER N OKTOBER N
2009 3 1 2009 0 1
2007 5 2 2007 37 2
2008 31 3 2010 171 3
2006 50 4 2008 179 4
2010 152 5 2006 255 5
MARET N APRIL N
2007 213 1 2008 136 1
2006 224 2 2006 145 2
2008 246 3 2009 166 3
2009 278 4 2007 261 4
2010 339 5 2010 287 5

JULI N AGUSTUS N
2006 19 1 2006 0 1
2007 25 2 2009 0 2
2008 26 3 2008 9 3
2009 35 4 2007 15 4
2010 116 5 2010 61 5

NOVEMBER N DESEMBER N
2007 86 1 2007 151 1
2009 88 2 2008 160 2
2010 115 3 2009 208 3
2008 221 4 2006 274 4
2006 352 5 2010 282 5

4. Menentukan dasar tahun perencanaan tiap bulan


5. Mengolah data harian yang telah tersedia berdasarkan tahun perencanaan (R80).
6. Berdasarkan tabel data harian di atas digunakan untuk menghitung rata – rata harian per
periode. 1 periode = 15 hari untuk curah hujan efektif (Re)
15 30
6,20 3,67
3,73 11,77
4,60 10,33
5,27 4,40
0,20 4,40
1,33 0,00
0,00 1,67
0,00 0,00
0,00 0,33
0,00 2,47
3,00 2,87
8,40 6,33

29
3.2 Pengolahan Data Evapotranspirasi
Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi
 Radiasi matahari
 Kecepatan angin (km/hari)
 Kelembaban relatif (%)
 Suhu udara (oC)
 Jenis tanaman
 Kadar air dalam tanah

Menghitung Evapotranspirasi Potensial tiap bulan dengan Metode Penman.


 Diketahui data-data sebagai berikut :
 Letak Geografis : 7 LS
 Lokasi : Jauh dari air laut
 Elevasi : 450 dpl
 Kondisi Lahan : Ditumbuhi tanaman biji – bijian

 Data – data Klimatologi pada tiap bulan pada tahun 2002 :

 Kelembaban udara relatif rata – rata tiap  Penyinaran matahari rata – rata tiap
bulan : bulan :

h z
Kelembapa Penyinaran matahari
Bulan Bulan
n relatif harian rata-rata
bulanan
Januari 0,8271 Januari 0,5368
Februari 0,7529 Februari 0,4768
Maret 0,8458 Maret 0,4616
April 0,7906 April 0,4535
Mei 0,7903 Mei 0,6632
Juni 0,7665 Juni 0,599
Juli 0,7081 Juli 0,6377
Agustus 0,6968 Agustus 0,6826
September 0,6768 September 0,6594
Oktober 0,6929 Oktober 0,6803
November 0,7458 November 0,4697
Desember 0,7361 Desember 0,4494

30
 Kecepatan angin rata – rata tiap bulan :  Data temperatur rata – rata bulanan :

U
Kecepata Temperat
Bulan Bulan
n angin ur Rata-
rata- Rata
rata Januari 23,6
bulanan Februari 21
Januari 3,51
Maret 23,9
Februari 3,97
April 24
Maret 3,96
Mei 23,3
April 3,41
Juni 22,3
Mei 3,58
Juli 23,2
Juni 3,6
Agustus 23,1
Juli 3,51
September 22,5
Agustus 4,19
Oktober 25,9
September 5,03
November 23,7
Oktober 4,15
Desember 25,7
November 2,95
Desember 1,75

31
Tabel Perhitungan Evapotranspirasi harian (ET0) Tiap Bulan :
Y P G D B r Ra a1 a2 z Hi σTa4
Temperat Elevasi lokasi 1013-0,115 Konstanta Tabel D Metode Koefisie Tabel Ra Konstant Konstant Penyinaran Faktor Radiasi Radiasi
Bulan
ur Rata- studi (m) Y psychometric berdasark energi n berdasark a a matahari harian rata- yang datang gelomban
Rata (mb/°C)= 0,00066 an budget refleksi an Penman Penman rata bulanan (mm/hari) g
suhu rata- D/(D+G) (Tabel) posisi (Tabel) (Tabel) (1-r).Ra.(a1+a2.z) (Tabel)
rata lintang
23,6 Januari 450 961,25 0,634425 1,769 0,736032953 0,2 15,41 0,24 0,41 0,5368 5,671964864 15,59
21 Februari 450 961,25 0,634425 1,528 0,706614102 0,2 15,49 0,24 0,41 0,4768 5,396567296 15,05
23,9 Maret 450 961,25 0,634425 1,782 0,737453056 0,2 15,13 0,24 0,41 0,4616 5,195714624 15,65
24 April 450 961,25 0,634425 1,799 0,739287219 0,2 14,07 0,24 0,41 0,4535 4,79432436 15,67
23,3 Mei 450 961,25 0,634425 1,726 0,73122425 0,2 12,85 0,24 0,41 0,6632 5,26245536 15,52
22,3 Juni 450 961,25 0,634425 1,638 0,720815869 0,2 12,14 0,24 0,41 0,599 4,71605008 15,32
23,2 Juli 450 961,25 0,634425 1,717 0,73019552 0,2 12,38 0,24 0,41 0,6377 4,966430128 15,5
23,1 Agustus 450 961,25 0,634425 1,708 0,729158884 0,2 13,36 0,24 0,41 0,6826 5,556327808 15,48
22,5 September 450 961,25 0,634425 1,656 0,723009922 0,2 14,55 0,24 0,41 0,6594 5,94052056 15,36
25,9 Oktober 450 961,25 0,634425 1,976 0,756964862 0,2 15,21 0,24 0,41 0,6803 6,314255064 16,08
23,7 November 450 961,25 0,634425 1,769 0,736032953 0,2 15,37 0,24 0,41 0,4697 5,318966792 15,61
25,7 Desember 450 961,25 0,634425 1,956 0,755088451 0,2 15,35 0,24 0,41 0,4494 5,20983912 16,04
a3 a4 h ea ed a5 a6 H0 a7 a8 a9 U E ET0
a
Konstant Konstant Kelembapa Tabel Tekanan Konstant Konstant Faktor radiasi yang Konstant Konstant Konstant Kecepatan Faktor Evapotranspir
a a n relatif suhu uap jenuh a a keluar (mm/hari) a a a angin rata- aerodinamik asi harian
Penma Penma rata- (mb) Penma Penma σTa4.(a3- Penma Penma Penma rata (a7).(ea-ed).(a8- (mm/hari)
n n rata h.ea n n (a4.ed^0,5).(a5+(a6.z)) n n n bulanan a9.U)
(Tabel) (Tabel) bulanan (Tabel) (Tabel) (Tabel) (Tabel) (Tabel)
0,56 0,08 0,8271 29,15 24,109965 0,28 0,55 1,499311943 0,2 1 0,0063 3,51 0,985716941 3,331
0,56 0,08 0,7529 24,89 18,739681 0,28 0,55 1,743823167 0,2 1 0,0063 3,97 1,199298674 2,933
0,56 0,08 0,8458 29,63 25,061054 0,28 0,55 1,332757051 0,2 1 0,0063 3,96 0,890991987 3,083
0,56 0,08 0,7906 29,85 23,59941 0,28 0,55 1,421669445 0,2 1 0,0063 3,41 1,223261715 2,812
0,56 0,08 0,7903 28,63 22,626289 0,28 0,55 1,795830039 0,2 1 0,0063 3,58 1,17366066 2,850
0,56 0,08 0,7665 26,96 20,66484 0,28 0,55 1,833100301 0,2 1 0,0063 3,6 1,230477154 2,422
0,56 0,08 0,7081 28,46 20,152526 0,28 0,55 1,963759332 0,2 1 0,0063 3,51 1,624754165 2,631
0,56 0,08 0,6968 28,28 19,705504 0,28 0,55 2,078652449 0,2 1 0,0063 4,19 1,669631006 2,988
0,56 0,08 0,6768 27,29 18,469872 0,28 0,55 2,134073618 0,2 1 0,0063 5,03 1,708125393 3,225
0,56 0,08 0,6929 33,44 23,170576 0,28 0,55 1,839909409 0,2 1 0,0063 4,15 2,000185982 3,873
0,56 0,08 0,7458 29,33 21,874314 0,28 0,55 1,561690672 0,2 1 0,0063 2,95 1,463424415 3,152
0,56 0,08 0,7361 33,05 24,328105 0,28 0,55 1,398689962 0,2 1 0,0063 1,75 1,725147222 3,300

32
CONTOH PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI
 Menghitung Nilai P.
Rumus :
P = 1013 – 0,115 Y
Y = Elevasi lokasi Studi
Contoh perhitungan
Y = 450 Dpl
P = 1013 – 0,115 (450)
= 961,25

 Menghitung Nilai G = Konstanta Psychometric (mb/°C)


Rumus :
G = 0,00066 P
Contoh perhitungan
P = 961,25
G = 0,00066 P
G = 0,00066 (961,25)
= 0,634425 (mb/°C)

 Mencari Nilai D = Kemiringan kurva terhadap tekanan uap jenuh pada suhu rata –
rata (mb/°C)

Mencari Nilai D menggunakan tabel D berdasarkan suhu rata – rata.

33
Contoh :

Pada bulan januari suhu rata – rata yaitu 23,6 °C


Pada kolom T(°C) dilihat suhu utamanya yakni 23 °C setelah itu lihat suhu terakhir
yaitu 0,6 lalu lihat pada tabel .6 . pertemuan antara baris 23 °C dan kolom .6 diperoleh
nilai 1,769. Jadi nilai D pada bulan januari diperoleh 1,769 mb/°C.

 Menghitung Nilai B = Angka perbandingan perhitungan evaporasi dengan metode


energi budget.

Rumus :
B = D/(D+G)
Contoh perhitungan :
D = 1,769 mb/°C
G = 0,634425 mb/°C
B = 1,769 / (1,769 + 0,634425)
= 0,736032953

 Mencari Nilai r = koefisien refleksi


Nilai r dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut :
r
Air terbuka 0.06
Tanaman hijau 0.2

Rumput-rumputan 0.08-0.09
Batu 0.12-0.15

Dari tabel diatas dapat ditentukan nilai r berdasarkan data kondisi lapangan yakni
berupa tanaman biji-bijian/tanaman hijau , diperoleh nilai r yaitu 0,2.

 Mencari nilai Ra= Radiasi gelombang pendek teoritis / angka angot (mm/hari).
Nilai Ra dicari menggunakan tabel Ra berdasarkan posisi lintang dan bulan.

34
Tabel Ra sebagai berikut :

Contoh :
Berdasarkan kondisi lapangan letak geografis berada pada 7° LS, pada bulan januari.
Maka dengan melihat tabel dapat ditentukan nilai Ra yaitu dengan cara interpolasi,
karena nilai 7° LS tidak ada pada tabel. Maka perlu menggunakan interpolasi antara
5° LS dan 10° LS yang masing – masing memiliki nilai 15,15 dan 15,8.

Interpolasi 7° LS =

10
7
5

15,80 x 15,15

35
 Mencari Nilai a1 s/d 9 = Konstanta Penman untuk Indonesia.
Mencari Nilai a dengan menggunakan tabel a.

Tabel a sebagai berikut :

 Menghitung Nilai Z = Penyinaran matahari harian rata – rata bulanan


Rumus :
Z= (n/N) %
n = jumlah total penyinaran
N = Jumlah Hari

Contoh perhitungan :
Diambil contoh perhitungan untuk bulan januari
n = 1664
N = 31
Z = (1664/31)
= 53,68 %
= 0,5368

 Menghitung Nilai Hi = Faktor radiasi yang datang (mm/hari)


Rumus :
Hi= (1-r)Ra(a1+a2.z)
Contoh perhitungan :
Diambil contoh perhitungan untuk bulan januari
r = 0,2
Ra = 15,41
a1 = 0,24
a2 = 0,41
z = 0,5368

36
Hi = (1-r)*Ra*(a1+a2.z)
= (1-0,2)*15,41*(0,24+0,41.0,5368)
= 5,671964864

 Mencari nilai σTa4 = Radiasi gelombang panjang teoritis (mm/hari)


σTa4 dicari dengan tabel σTa4 berdasarkan suhu.

Tabel σTa4 sebagai berikut :

Contoh membaca tabel :


Pada bulan januari suhu rata – rata yaitu 23,6 °C
Pada kolom Ta(°C) dilihat suhu utamanya yakni 23 °C setelah itu lihat suhu terakhir
yaitu 0,6 lalu lihat pada tabel .6 . pertemuan antara baris 23 °C dan kolom .6 diperoleh
nilai 15,59. Jadi nilai σTa4 pada bulan januari diperoleh 15,59 .

 Menentukan nilai ea = tekanan uap jenuh pada suhu rata – rata ybs (mb).
Nilai ea dapat ditentukan dengan melihat tabel ea berdasarkan suhu rata-rata bulanan.

37
Berikut merupakan tabel ea. :

Contoh membaca tabel :


Pada bulan januari suhu rata – rata yaitu 23,6 °C
Pada kolom T(°C) dilihat suhu utamanya yakni 23 °C setelah itu lihat suhu
terakhir yaitu 0,6 lalu lihat pada tabel .6 . pertemuan antara baris 23 °C dan
kolom .6 diperoleh nilai 29,15. Jadi nilai ea pada bulan januari diperoleh 29,15.

 Mencari nilai ed = Tekanan uap jenuh yang terjadi sesungguhnya (mb)


Rumus :
ed = h.ea
h = kelembaban relatif (%)
Contoh perhitungan :
Diambil contoh perhitungan untuk bulan januari
H = 82,71 %
ea = 29,15
ed = h.ea
= (82,71/100)* 29,15
= 24,109965

38
 Mencari nilai H0 = Fator Radiasi yang keluar (mm/hari)
Rumus :
H0= σTa4.(a3-(a4.ed^0,5).(a5+(a6.z))
Contoh perhitungan :
Diambil contoh perhitungan untuk bulan januari
σTa4 =15,59
a3=0,56
a4=0,08
a5=0,28
a6=0,55
z =0,5368
ed = 24,109965

H0= σTa4.(a3-(a4.(ed^0,5)).(a5+(a6.z))
H0 = 15,59.(0,56-(0,08. (24,109965^0,5)).(0,55*0,5368))
H0 = 1,499311943

 Mencari nilai Ea = Faktor Aerodinamik


Rumus :
Ea=(a7)(ea-ed)(a8-a9.U)
U=Kecepatan angin rata-rata bulanan (km/hari)
Contoh perhitungan :
Diambil contoh perhitungan untuk bulan januari
a7 =0,2
a8 =1,0
a9 =0,0063
ea = 29,15
ed = 24,109965
U = 3,51

Ea=(a7)(ea-ed)(a8-a9.U)
Ea=(0,2)(29,15-24,109965)(1,0-0,0063*3,51)
= 0,985716941

39
 Mencari nilai ET0 = Evapotranspirasi Harian (mm/hari)
Rumus :
ET0= (B(Hi-H0))+((1-B)Ea)
Contoh perhitungan :
Diambil contoh perhitungan untuk bulan januari
B = 0,736032953
Hi = 5,671964864
H0 = 1,499311943
Ea = 0,985716941

ET0= (B(Hi-H0))+((1-B)Ea)
= ( 0,736032953 * (5,671964864-1,499311943))+((1-0,736032953)*
0,985716941)
= 3,331

40
3.3 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Berikut Tabel Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi :

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR


IRIGASI

Bulan Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct
No. Besaran Satuan Rumus
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

1 Pola Tanam PADI JAGUNG KED ELA Pd


Pd

2 Koefisien Tanam k Pada grafik koefisien tanaman 1,125 1,270 1,400 1,350 1,180 1,020 0,874 0,765 0,376 0,650 0,874 0,900 0,800 0,600 0,514 0,450 0,236 0,368 0,500 0,700 0,772 0,600
Pada grafik koefisien tanaman 1,125 1,270 1,400 1,350 1,180 1,020 0,874 0,765 0,376 0,650 0,874 0,900 0,800 0,600 0,514 0,450 0,236 0,368 0,500 0,700 0,772 0,600
Pada grafik koefisien tanaman 1,125 1,270 1,400 1,350 1,180 1,020 0,874 0,765 0,376 0,650 0,874 0,900 0,800 0,600 0,514 0,450 0,236 0,368 0,500 0,700 0,772 0,600

3 Rata-Rata Koefisien tanam 1,125 1,198 1,265 1,340 1,310 1,183 1,025 0,886 0,672 0,597 0,633 0,808 0,858 0,767 0,638 0,521 0,400 0,351 0,368 0,523 0,657 0,691 0,686 0,600
4 Evaporasi Potensial ET0 mm/hari (pada perhitungan sheet evapotranspirasi) 3,152 3,152 3,300 3,300 3,331 3,331 2,933 2,933 3,083 3,083 2,812 2,812 2,848 2,848 2,422 2,422 2,483 2,483 2,977 2,977 3,225 3,225 3,873 3,873
Evaporasi Air Terbuka E0 mm/hari 1,1 x ET0 3,467 3,467 3,630 3,630 3,665 3,665 3,226 3,226 3,391 3,391 3,094 3,094 3,133 3,133 2,664 2,664 2,731 2,731 3,275 3,275 3,548 3,548 4,260 4,260
5 Keb.Air Konsumtif ETC mm/hari Rata-rata koef.tanaman X Et0 3,546 3,774 4,175 4,422 4,364 3,942 3,005 2,600 2,071 1,840 1,781 2,272 2,444 2,183 1,545 1,262 0,993 0,872 1,096 1,556 2,120 2,228 2,657 2,324
6 Ratio luas kebt. air konsumtif Dari bidang pola tanam 0,250 0,750 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,750 0,250
7 Kebt.air konsumtif dg ratio luas mm/hari Keb.Air Konsumtif X Ratio luas keb.air.kons 0,886 2,831 4,175 4,422 4,364 3,942 3,005 2,600 2,071 1,840 1,781 2,272 2,444 2,183 1,545 1,262 0,993 0,872 1,096 1,556 2,120 2,228 1,993 0,581
8 Penggantian air karena Et0 dan P M mm/hari P + E0 5,467 5,467 5,630 5,630 5,665 5,665 5,226 5,226 5,391 5,391 5,094 5,094 5,133 5,133 4,664 4,664 4,731 4,731 5,275 5,275 5,548 5,548 6,260 6,260
9 k (M X T) : S 0,656 0,656 0,676 0,676 0,680 0,680 0,627 0,627 0,647 0,647 0,611 0,611 0,616 0,616 0,560 0,560 0,568 0,568 0,633 0,633 0,666 0,666 0,751 0,751
M  ek
10 Pd mm/hari ek 1 11,364 11,364 11,463 11,463 11,484 11,484 11,218 11,218 11,317 11,317 11,138 11,138 11,162 11,162 10,882 10,882 10,922 10,922 11,247 11,247 11,413 11,413 11,852 11,852
11 Ratio luas penyiapan lahan Pada bidang pola tanam (Pd) 0,750 0,250 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,250 0,750
12 Keb.air peny p.lahan dg ratio luas mm/hari Pd X Ratio luas penyiapan lahan 8,523 2,841 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 2,963 8,889
13 Perkolasi P mm/hari Daya perkolasi Clay Loam 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000
14 Penggantian genangan WLR mm/hari Ditetapkan (kebutuhan air) 3,333 3,333 3,333 3,333 3,333
15 Ratio luas pengganti lap.genagan Dari bidang WLR 0,25 0,5 0,5 0,5 0,25
16 Penggant. lap.genangan dg ratio luas mm/hari WLR X Ratio luas pengganti lap.genangan 0,833 1,667 1,667 1,667 0,833
17 kebt.air di sawah mm/hari ETc+P+Pd+WLR (dalam ratio luas) 11,409 7,672 7,008 8,089 8,031 7,609 5,839 4,600 4,071 3,840 3,781 4,272 4,444 4,183 3,545 3,262 2,993 2,872 3,096 3,556 4,120 4,228 6,956 11,470
18 Curah hujan efektif Re mm/hari 0,7 X Curah hujan 2,100 2,007 5,880 4,433 4,340 2,567 2,613 8,238 3,220 7,233 3,687 3,080 0,140 3,080 0,933 0,000 0,000 1,167 0,000 0,000 0,000 0,233 0,000 1,727
19 kebt. Air bersih di sawah NFR mm/hari Kebt.air disawah - curah hujan efektif 9,309 5,665 1,128 3,656 3,691 5,042 3,225 0,000 0,000 0,000 0,094 1,192 4,304 1,103 2,612 3,262 2,993 1,706 3,096 3,556 4,120 3,994 6,956 9,743
20 I/dt/ha mengubah satuan 1,07744 0,65566 0,13057 0,423093 0,4272 0,58356 0,37329 0 0 0 0,0109 0,138 0,4981 0,12771 0,30227 0,3776 0,3464 0,197417 0,3583 0,4116 0,4769 0,46229 0,805 1,127677
Kebt. Bersih air di sawah I/dt/ha (maksimal) 1,127676861
21 Efisiensi Irigasi e % dipetak tersier 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
22 Kebt.air disaluran pengambilan Q I/dt/ha NFR (lt/dt/ha) di bagi 80% 1,3468 0,81958 0,16321 0,528866 0,5339 0,72946 0,46661 0 0 0 0,0137 0,1725 0,62262 0,15964 0,37784 0,472 0,433 0,246771 0,4479 0,5145 0,5961 0,57787 1,0063 1,409596
kebt.air disaluran pengambilan maksimum I/dt/ha (maksimal) 1,409596076

41
Contoh Perhitungan Tabel Kebutuhan Air Irigasi
1. Pola Tata Tanam
Merupakan kondisi peruntukkan lahan pada periode tertentu. Pada Tabel Perhitungan
Kebutuhan Air Irigasi pada kolom No. 1, tanaman yang akan ditanam adalah tanaman
padi, jagung, dan kedelai. Pada 15 hari pertama di bulan November dilakukan
pengolahan lahan lalu ditanam padi untuk 4 bulan setelah pengolahan lahan,
kemudian dilanjut jagung 4 bulan setelah ditanam padi, kemudian kedelai 3 serta
melakukan pengolahan lahan kembali. Tanpa ada masa bero, karena tanaman
bervariasi dan tanaman palawija tidak memerlukan tanah yang bagus, jika yang
ditanam padi semua maka harus ada masa bero.

Bulan Nov Dec Jan Feb Mar


No.
Periode I II I II I II I II I II

1 Pola Tanam
PADI
Pd

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct


I II I II I II I II I II I II I II

JAGUNG KEDELAI Pd

2. Nilai Koefisien Tanaman


Contoh grafik :

?
?

42
Nilai koefisien tanaman jika dilihat dari grafik yang telah dibuat dan disajikan dalam
sebuah tabel koefisien adalah sebagai berikut :

Koefisien Tanaman Padi Koefisien Tanaman Jagung


Hari Ke- Koefisien Hari Ke- Koefisien
15 1,125 15 0,376
30 1,270 30 0,65
45 1,400 45 0,874
60 1,350 60 0,90
75 1,180 75 0,80
90 1,020 90 0,60
105 0,874 105 0,514
120 0,765 120 0,45

Koefisien Tanaman Kedelai


Hari Ke- Koefisien
15 0,236
30 0,368
45 0,50
60 0,70
75 0,772
90 0,60
105 0,514
120 0,45

Berdasarkan pada umur dan jenis tanaman pada Grafik Koefisien Tanaman Padi dan
Grafik Koefisien Tanaman, buncis, jagung, kacang-kacangan, kedelai. Terdapat 3
baris untuk koefisien tanaman isikan pada baris pertama dahulu di isi hingga akhir
tanaman. Lakukan isian pada baris kedua dengan mengikuti kemiringan Pd
(pengolahan lahan). Pada grafik koefisien tanaman memiliki koefisien yang berbeda-
beda dilihat dari grafik koefisien tanaman palawija (buncis, jagung, kacang-kacangan,
dan kedelai) dan grafik koefisien tanaman padi dengan melihat jenis tanaman dan
umur tanaman tersebut. Dalam pengisian koefisien harus memperhatikan periode pada

43
pola tanam. Contohnya pada bulan Desember periode I untuk tanaman padi dengan
umur 15 hari pada grafik kemudian ditarik garis sampai menyentuh kurva sehingga
akan didapat koefisien untuk 15 hari adalah 1,15. Sedangkan pada hari ke 30
koefisiennya adalah 1,30 dan hari ke 45 sebesar 1,40. Setelah semua koefisien
didapatkan sampai umur 105 hari kemudian koefisien setiap periode dihitung rata-rata
sehingga dapat diketahui rata-rata koefisien pada umur 45 hari adalah 1,167.

3. Rata-Rata Koefisien Tanaman


Nilai rerata dari butir 2. Rerata pada ketiga baris yang ada diatasnya. Contohnya pada
bulan Desember periode pertama =

4. Evaporasi Potensial (ET0)


Didapatkan melalui beberapa metode seperti Blaney Criddle dan Penman. Tetapi
dalam hal ini hanya menggunakan metode Penmann.

5. Kebutuhan Air Konsumtif (ETc)


Hasil perkalian Rerata Koefisien Tanaman dengan Evaporasi Potensial (ET0).
Contohnya pada bulan Desember periode pertama = 1,265 x 3,300 = 4,175 mm/hari.

6. Ratio Luas Kebutuhan Air Konsumtif


Dari bidang pola tanam. Satu bidang penuh bernilai 1; separuh bidang bernilai 0,5;
dan sepertiga bidang bernilai 0,75. Contohnya pada bulan Desember periode I
memiliki luas bidang pola tanam yang penuh jadi bernilai 1,000.

7. Kebutuhan Air Konsumtif dengan Ratio Luas


Didapatkan dari hasil perkalian Kebutuhan Air Konsumtif dan Ratio Luas Kebutuhan
Air Konsumtif. Contohnya pada bulan Desember periode I = 4,175 x 1,000 = 4,175
mm/hari.

8. Pergantian Air karena ET0 dan P (M)


Didapatkan dari hasil penjumlahan nilai perkolasi dan evaporasi air terbuka (E0).
Contohnya pada bulan Desember periode I perlu menghitung nilai E0 terlebih dahulu
= 1,1 x ET0 = 1,1 x 3,300 = 3,63029 mm/hari. Lalu dilanjutkan menghitung nilai M
(pada no 8) = 2,000 + 3,63029 = 5,630 mm/hari.

44
9. K
Didapat dari Penggantian air yang hilang karena evaporasi dan perkolasi (M)
dikalikan Waktu penyiapan lahan (T = 1 bulan = 30 hari) lalu dibagi dengan nilai air
untuk penjenuhan, karena tidak ada ,ada bero digunakan = 250 mm (S). Contohnya

pada bulan Desember periode I = .

10. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dan pembibitan (Pd)


Didapat dari rumus . Nilai e di hitung berdasarkan rumus e =

2,718281828. Contohnya pada bulan Desember periode I =


= 11,463 mm/hari.

11. Ratio Luas Penyiapan Lahan


Luas Pd pada nomor 1 pola tanam.
- November periode I = 0,750
- November periode II = 0,250
- Desember periode I – September periode II = 0,000
- Oktober periode I = 0,250
- Oktober periode II = 0,750

12. Kebutuhan Air Penyiapan Lahan dengan Ratio Luas


Didapat dari perkalian nilai Pd dan Ratio Luas Penyiapan Lahan. Contohnya pada
bulan Desember periode I = 11,463 x 0,000 = 0,000 mm/hari dan pada bulan Januari
periode I = 11,364 x 0,750 = 8,523 mm/hari.

13. Perkolasi
Masuknya air ke dalam tanah jenuh air (saturated zone). Tergantung jenis tanah.
Kehilangan air di dalam tanah di mana air meresap ke dalam tanah sampai melalui
batas lapisan tanah jenuh air. Pada kelompok 1 ditentukan jenis tanah Loam dengan
daya perkolasi 2 mm/hari.

14. Penggantian Genangan (WLR)


Waktu, setelah pemupukan atau 2 kali selama masa tanam padi 1 bulan setelah tanam,
selama 15 hari, dan 2 bulan setelah tanam, selama 15 hari. Dengan mengisi kolom
pada tanaman padi yang mengalami WLR yaitu pada bulan Desember periode

45
pertama dan kedua, bulan Januari periode pertama dan kedua, dan bulan Februari
periode pertama sebesar 3,333 mm/hari.

15. Ratio Luas Pengganti Lapisan Genangan


Jumlah luasan WLR dalam satu periode (dari bidang WLR).
- Desember periode I = 0,25
- Desember periode II = 0,50
- Januari periode I = 0,50
- Januari periode II = 0,50
- Februari periode I = 0,25
-
16. Penggantian Lapisan Genangan dengan Ratio Luas
Terjadi pada daerah yang mengalami WLR saja. Dengan mengalikan WLR dan Ratio
Luas Pengganti Lapisan Genangan. Contohnya tejadi pada bulan Desember periode I
= 3,333 x 0,25 = 0,833 mm/hari.

17. Kebutuhan Air di Sawah


Didapat dari penjumlahan Kebutuhan Air Konsumtif, Perkolasi, Pd, dan WLR
(dalam ratio luas). Contohnya pada bulan Desember Periode I = 4,175 + 0 + 2 + 0,833
= 7,008 dan pada bulan Januari periode I = 0,886 + 8,523 + 2 + 0 = 11,409 mm/hari.

18. Curah Hujan Efektif (Re)


Perhitungan dengan metode PU.

19. Kebutuhan Air Bersih di Sawah (NFR)


Hasil pengurangan dari Kebutuhan Air di Sawah dan Curah Hujan Efektif. Contohnya
pada bulan Desember periode I = 7,008 – 5,880 = 1,128 mm/hari.

20. Kebutuhan Bersih Air di Sawah


- Pada baris pertama menjadikan perhitungan Kebutuhan Air Bersih di Sawah yang
awalnya satuannya mm/hari diubah menjadi l/dt/ha. Contohnya pada bulan
Desember periode I = l/dt/ha.
- Pada baris kedua diambil hasil maksimal dari baris pertama yaitu 1,127676861
l/dt/ha.

21. Efisiensi Irigasi (e)


Diketahui untuk petak tersier memiliki nilai e = 0,8 = 80 %.

46
22. Kebutuhan Air di Saluran Pengambilan (Q)
- Pada baris pertama, hasil pembagian nilai NFR (dalam l/dt/ha) dan nilai efisiensi
irigasi (e). Contohnya pada bulan Desember periode I = = 0,163206
l/dt/ha.
- Pada baris kedua diambil hasil maksimal dari baris pertama yaitu 1,409596076
l/dt/ha.

3.4 Perhitungan Rotasi


Gambar Pembagian Rotasi

a
c

Q tersediaan 50%
Dibagi jadi 3 periode dalam 7 hari (168 jam)
NFR = 1,12767861 L/detik
Luas Total area irigasi = 95,062 ha
Luas 1 petak = 11,8826 ha

Karena diketahui Q tersediaan adalah 50% dengan pembagian rotasi 1 petak dibagi
menjadi 3 kelompok rotasi, maka menggunakan rumus dengan Qtersedia 30% - 65%.

47
Periode 1 A dan B diairi ; C ditutup
Lama pemberian air = (Aa+Ab)/A x 168/2
= (11,8826 x 4 + 11,8826 x 2)/95,062 x 168/2
= 62,9992 Jam 2,624967 hari
kapasitas saluran
Qa = Aa/(Aa + Ab) x (NFRxAX65%)
Qa = 47,5304/(47,5304+23,7652) x (1,12767861x95,062X65%)
Qa = 46,45307 l/detik/ha

Qb = Ab/(Aa + Ab) x (NFRxAX65%)


Qb = 23,7652/(47,5304+23,7652) x (1,12767861x95,062X65%)
Qb = 23,22653 l/detik/ha

Periode 2 B dan C diairi ; A ditutup


Lama pemberian air = (Ab+Ac)/A x 168/2
= (11,8826 x 2 + 11,8826 x 2)/95,062 x 168/2
= 41,99947 Jam 1,749978 hari
kapasitas saluran
Qb = Ab/(Ab + Ac) x (NFRxAX65%)
Qb = 23,7652/(23,7652+23,7652) x (1,12767861x95,062X65%)
Qb = 34,8398 l/detik/ha

Qc = Ac/(Ac + Ab) x (NFRxAX65%)


Qc = 23,7652/(23,7652+23,7652) x (1,12767861x95,062X65%)
Qc = 34,8398 l/detik/ha

Periode 3 C dan A diairi ; B ditutup


Lama pemberian air = (Ac+Aa)/A x 168/2
= (11,8826 x 2 + 11,8826 x 4)/95,062 x 168/2
= 62,9992 Jam
kapasitas saluran
Qc = Ac/(Ac + Aa) x (NFRxAX65%)
Qc = 23,7652/(47,5304+23,7652) x (1,12767861x95,062X65%)
Qc = 23,22653 l/detik/ha

Qa = Aa/(Aa + Ac) x (NFRxAX65%)


Qa = 47,5304/(47,5304+23,7652) x (1,12767861x95,062X65%)
Qa = 46,45307 l/detik/ha

48
Jadwal Pemberian Air

SKEMA JADWAL
PEMBERIAN AIR
No Hari Rotasi air
1 senin Petak A
2 selasa Petak B
3 rabu Petak B
4 kamis
Petak CC
Petak
5 jumat
6 sabtu
7 minggu Petak A

49
3.5 Perencanaan Dimensi Saluran Irigasi
Perhitungan Elevasi
jarak jarak elevasi
NO ELEVAS
mendatar mendatar
I
pendek antar kontur garis
kontur kontur
1 0,084071 0,559841 62 62,850
2 0,313453 0,578098 62 62,458
3 0,052024 0,592011 62 62,088
4 0,164728 0,937424 61 61,824
5 0,365773 0,924124 61 61,604
6 0,185457 0,420805 62 62,559
7 0,018896 0,501222 62 62,038
8 0,194741 0,931529 61 61,791
9 0,418838 0,940661 61 61,555
10 0,306127 0,935977 61 61,327
11 0,224038 0,325791 62 62,312
12 0,206677 0,927362 61 61,777
13 0,437022 0,932917 61 61,532
14 0,272465 0,928529 61 61,293
15 0,057717 0,93329 61 61,062
16 0,055 0,1651 54 54,667
17 0,0326 0,1376 54 54,763
18 0,2711 0,88569 63 63,694
19 0,0264 0,5368 62 62,951

Mencari elevasi dengan menggunakan rumus :


Contoh Perhitungan Nomor 1
Jarak Pendek = 0,084071 (Hb)
Jarak Panjang = 0,559841 (Ha)
Jarak Panjang – Jarak Pendek = 0,559841 – 0.084071 = 0,47577 (Hs)
Interval Kontur =1 (ik)
Kontur terdekat = 62 (kt)
Elevasi ( )

Elevasi ( )

50
Perhitungan sloop/kemiringan saluran irigasi
Berikut merupakan tabel perhitungan sloop :

Saluran elevasi awal elevasi akhir beda tinggi jarak sebenarnya (m) sloop
saluran 1-2 62,850 62,458 0,392 305,56 0,00128304
saluran 2-3 62,458 62,088 0,370 305,56 0,00121059
saluran 3-4 62,088 61,824 0,264 305,56 0,00086268
saluran 4-5 61,824 61,604 0,220 305,56 0,00072025
saluran 1-6 62,850 62,559 0,291 388,89 0,00074713
saluran 6-7 62,559 62,038 0,522 305,56 0,00170697
saluran 7-8 62,038 61,791 0,247 305,56 0,00080755
saluran 8-9 61,791 61,555 0,236 305,56 0,00077302
saluran primer 54,763 54,667 0,096 589,22 0,00016329
saluran sekunder 54,667 63,694 -9,027 6663,78 -0,0013546
saluran tersier 63,694 62,951 0,743 1149,78 0,00064629

Mencari kemiringan dengan menggunakan rumus :


Sloop=beda tinggi / jarak
Beda tinggi = elevasi awal – elevasi akhir
Contoh perhitungan :
Beda tinggi sal. 1-2 = 62,850 – 62,458
Sloop=0,392 / 305,56
= 0,001283 m

51
Perhitungan Dimensi Saluran Irigasi

Berikut tabel perhitungan dimensi saluran Irigasi:


Jenis saluran

Pipa saluran tersier = Permukaan batu dengan semen n= 0,025


Pipa saluran kuarter = Tanah asli n= 0,022

perencanaan saluran dengan pasangan tinggi jagaan Q < 0,5 = 0,2 M Vijin min = 0,61 - 0,91 m3/dtk v ijin max = 2 m/dtk

kontrol dimensi kontrol dimensi


No Saluran Q saluran (m3/dtk) s b=h air P A R V Q b=hsaluran
sesuai debit berdasarkan Vijin
1 Sal. Primer 0,1340 0,00016329 3,3 9,900 10,89 1,100 0,619 6,740 Oke OK 3,500
2 Sal.Sekunder 0,1340 0,00135464 0,7 2,100 0,49 0,233 0,634 0,311 Oke OK 0,900
3 Sal.tersier 0,1340 0,00064629 1,2 3,600 1,44 0,400 0,627 0,903 Oke OK 1,400
4 saluran 1-2 0,0502 0,00128304 0,70 2,100 0,49 0,233 0,617 0,302 Oke OK 0,900
5 saluran 2-3 0,0335 0,00121059 0,73 2,190 0,53 0,243 0,616 0,328 Oke OK 0,930
6 saluran 1-6 0,0670 0,00074713 1,100 3,300 1,21 0,367 0,636 0,770 Oke OK 1,300
7 saluran 6-7 0,0502 0,00170697 0,560 1,680 0,31 0,187 0,613 0,192 Oke OK 0,760
8 saluran 7-8 0,0335 0,00080755 0,990 2,970 0,98 0,330 0,617 0,605 Oke OK 1,190

perencanaan saluran tanpa pasangan tinggi jagaan Q < 0,5 = 0,2 M Vijin min 0,2 m3/dtk v ijin max = 1,5 m/dtk

kontrol dimensi
No Saluran Q saluran (m3/dtk) s b=h air P A R V Q kontrol dimensi b=h saluran
berdasarkan Vijin
1 saluran 3-4 0,0134 0,00086268 0,250 0,750 0,06 0,083333 0,2547 0,0159 Oke OK 0,450
2 saluran 8-9 0,0134 0,00077302 0,250 0,750 0,06 0,083333 0,2411 0,0151 Oke OK 0,450

52
Qpetak tersier = NFR x luas petak tersier
= 1,409596076 x 95,062
= 133,9990222 lt/dtk
= 0,134 m3/dtk
Qpetak kuarter = NFR x luas petak kuarter
= 1,409596076 x 11,88275
= 16,74987777 lt/dtk
= 0,01675 m3/dtk
Jenis saluran :
Pipa saluran tersier menggunakan pasangan permukaan batu dengan semen; syarat :
Tinggi jagaan Q < 0,5 = 0,2 M
Vijin min = 0,61 – 0,91 m3/dtk
Vijin max = 2 m/dtk

Perencanaan Q pada saluran primer dianggap hanya mengaliri air pada petak tersier
yang dialiri yaitu seluas 95,062 ha diperoleh debit (Qprimer) sebesar 0,134 m3/detik.
Contoh perhitungan dimensi saluran dengan pasangan :
Perhitungan menggunakan rumus Manning :

v = kecepatan aliran (m/dt)


n = koefisien kekasaran saluran Manning (m1/3/dt)
R = radius hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
Q = debit saluran (m3/dt)

53
- Qsaluran primer = 0,134 m3/dtk
- Ssaluran primer = 0,000163288
- n manning dengan pasangan 0,025
- Direncanakan saluran berbentuk persegi b=h.

Untuk perhitungan dimensi saluran menggunakan cara trial and error dengan
memasukkan nilai b=h dengan syarat yang telah ditentukan untuk jenis saluran
dengan pasangan,sehingga diperoleh dimensi yang sesuai.

- b=h hidrolis ditentukan 3,3 m


- Mencari nilai P (keliling basah) = 3xb
P = 3 x 3,3
P = 9,9 m
- Menghitung Luas Penampang basah (A)
A=b2
A=3,32
A=10,89 m2
- Menghitung radius hidrolis (R)
R=A/P
R=10,89/9,9
R=1,1 m
- Menghitung V (kecepatan aliran)
V= ⁄ ⁄
⁄⁄
V=

V=0,618 m/dt V=0,618 > 0,61 ; OK


- Mengitung Q saluran
Q =V x A
Q = 0,618 x 10,89
Q = 6,7403 Q=6,7403 > 0,1340 ; OK
- Dimensi saluran b=h
B= b hidrolis + tinggi jagaan
B= 3,3 + 0,2
B=H= 3,5 m

54
3.6 Pengolahan Data Hujan untuk Saluran Drainase
1. Perhitungan Kala Ulang atau Time Return (TR)
Karena termasuk dalam drainase mikro (drainase pemukiman perkotaan) maka
menggunakan kala ulang 2-15 tahun.
Kala ulang yang digunakan adalah TR 5 tahun
Untuk menentukan distribusi yang akan digunakan, terlebih dahulu mencari nilai
koefisien kepencengan atau skewness (Cs), nilai koefisien kepuncakan atau kurtosis
(Ck) dan standar deviasi (S) dari data curah hujan daerah yang sudah dihitung
sebelumnya.

Data curah hujan :

NAMA STASIUN 1 : BANGILAN


TAHUN
BULAN 2006 2007 2008 2009 2010
JANUARI 148 146 232 136 362
FEBRUARI 240 209 201 335 331
MARET 224 213 246 278 339
APRIL 145 261 136 166 287
MEI 225 69 59 81 254
JUNI 20 197 9 34 83
JULI 19 25 26 35 116
AGUSTUS 0 15 9 0 61
SEPTEMBE 50 5 31 3 152
R
OKTOBER 255 37 179 0 171
NOVEMBER 352 86 160 88 115
DESEMBER 274 151 221 208 282
total 162,6667 117,8333 125,75 113,6667 212,75
max 352 261 246 335 362

55
Pengolahan Data Curah Hujan Rancangan dengan Log Person Tipe III
Tahun d Uruta Tahun besar ke P TR(Tahu log d log d-log di (log d-log (log d-log
n kecil n) di)^2 di)^3
2010 11,73 1 2013 11,73 17% 6,0 1,069409 0,05896 0,0034757917 0,000204918236
2009 8,70 2 2007 8,70 33% 3,0 0,939519 -0,07093 0,0050316285 -0,000356913400
2008 8,20 3 2010 8,20 50% 2,0 0,913814 -0,09664 0,0093391684 -0,000902531384
2007 11,17 4 2009 11,17 67% 1,5 1,047937 0,03748 0,0014049971 0,000052663914
2006 12,07 5 2014 12,07 83% 1,2 1,081587 0,07113 0,0050600759 0,000359944501
Jumlah 51,87 5,052266 2,22045E-16 0,024311662 -0,000641918134
Rata2 10,37 1,010453

 Menghitung Nilai Standar Deviasi (S)

log d  log drata 


2
0,024311662
S log d    0,077961
n 1 5 1

 Menghitung Nilai Koefisien Kepencengan Atau Skewness (Cs)


n log d  log drata 3 5   0,000642
Cs log d    0,56
n 1n  2S 3
10 1 10  2 0,0779613

Dari perhitungan di atas di dapatkan nilai Cs log d sebesar -0.56

56
2. Distribusi Log person tipe III

Mencari Nilai G dalam tabel berdasarkan nilai CS dan TR


Cs = -0,56
TR=5 tahun

Dari tabel G dengan kala ulang 5 diperoleh nilai :


Cs -0,4 -0,6
G 0,855 0,857
Karena Cs yang di kehendaki -0,56 maka perhitungan nilai G menggunakan cara
interpolasi sehingga diperoleh nilai G = 0,856643749.
Drancangan untuk kala ulang 5 Tahun adalah :
Log d ranc = Log drata + G.S

Log d ranc = log 0,0104 + (0,856643749 x 0,077961)


= 1,077238508
D5 = 11,94644006 mm

3.7 Debit Saluran Drainase

57
o Contoh Perhitungan Debit Kumulatif Saluran
Saluran drainase K3-K2 yaitu penjumlahan antara debit di saluran K3-K2 dengan
debit di K1-K2 .
dk K3-K2 = 0,00362 + 0,00362
dk K3-K2=0,00725 m3/dtk

o Perhitungan debit rancangan saluran drainase


Contoh perhitungan :
Diketahui
R(n)T = 11,94642655
I-ET = 0
P= 0 mm/hari LANDAI
n= 3 hari
DS= 6 mm
 Menghitung nilai D(n)

D(3) =11,94642655 + 3.0 – 6


= 5,946426547 mm

 Menghitung nilai Dm
Dm=Dn dengan satuan lt/dt/ha

 Menghitung nilai Qd
Qd =fxDMxA
F = merupakan faktor pengurang drainase ;sehingga Qd = 1,62 xDm x (A^0,92)
Qd = 24,541 l/dtk
Qd = 0,0245 m3/dtk di petak tersier
Qd dipetak kuarter dengan cara yang sama namun A = 11,88 ha, maka diperoleh
nilai Qd = 0,0036 m3/dtk.

58
3.8 Perhitungan Dimensi Saluran Drainase
Berikut ini merupakan tabel perhitungan dimensi saluran drainase :

kontrol dimensi kontrol dimensi


No Saluran Q saluran (m3/dtk) s Srencana b=h air P A R Vasli Vren Vijin (min) Q hsaluran
sesuai debit berdasarkan Vijin
1 sal.dk K2-K3 0,00362 0,001080 0,00400 0,30 0,900 0,09 0,1000 0,3219 0,6194 0,2-1,5 m/dtk 0,0557 Oke OK 0,50
2 sal.dk K1-K2 0,00362 0,000764 0,00270 0,40 1,200 0,16 0,1333 0,3278 0,6164 0,2-1,5 m/dtk 0,0986 Oke OK 0,60
3 sal.dk K3-K2 0,00725 0,000808 0,00300 0,45 1,350 0,20 0,1500 0,3647 0,7029 0,2-1,5 m/dtk 0,1423 Oke OK 0,65
4 Sal.dk K2-B 0,01087 0,000808 0,00220 0,47 1,410 0,22 0,1567 0,3754 0,6196 0,2-1,5 m/dtk 0,1369 Oke OK 0,67
5 Sal.dk F-B 0,00362 0,000693 0,00210 0,49 1,470 0,24 0,1633 0,3576 0,6224 0,2-1,5 m/dtk 0,1494 Oke OK 0,69
6 sal.dk K3-M 0,00725 0,000670 0,00200 0,50 1,500 0,25 0,1667 0,3563 0,6156 0,2-1,5 m/dtk 0,1539 Oke OK 0,70
7 sal.dk M-L 0,01087 0,000804 0,00180 0,60 1,800 0,36 0,2000 0,4407 0,6595 0,2-1,5 m/dtk 0,2374 Oke OK 0,80
8 Sal.dk K2-L 0,00725 0,000667 0,00220 0,61 1,830 0,37 0,2033 0,4059 0,7372 0,2-1,5 m/dtk 0,2743 Oke OK 0,81
9 Sal.dk L-G 0,01811 0,000779 0,00150 0,65 1,950 0,42 0,2167 0,4577 0,6351 0,2-1,5 m/dtk 0,2683 Oke OK 0,85
10 Sal.dk B-G 0,00725 0,000672 0,00190 0,66 1,980 0,44 0,2200 0,4294 0,7221 0,2-1,5 m/dtk 0,3145 Oke OK 0,86
11 Sal.dk G-H 0,02174 0,000758 0,00100 0,70 2,100 0,49 0,2333 0,4743 0,5448 0,2-1,5 m/dtk 0,2669 Oke OK 0,90
12 Sal.dk dt E-H 0,02898 0,001395 0,00200 0,84 2,520 0,71 0,2800 0,7265 0,8700 0,2-1,5 m/dtk 0,6139 Oke OK 1,04

Jenis saluran :
o saluran menggunakan tanah asli; syarat :
Tinggi jagaan Q < 0,5 = 0,2 M
Vijin min = 0,2 – 1,5 m3/dtk
Vijin max = 2 m/dtk

Perencanaan Q pada saluran diperoleh nilai Q=0,0036 m3/dtk

59
Contoh perhitungan dimensi saluran dengan pasangan :
Perhitungan menggunakan rumus Manning :

v = kecepatan aliran (m/dt)


n = koefisien kekasaran saluran Manning (m1/3/dt)
R = radius hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
Q = debit saluran (m3/dt)

- Qsaluran 1-2 = 0,0036 m3/dtk


- Ssaluran asli = 0,001080
- Ssaluran rencana = 0,00400
- n manning dengan pasangan 0,022

Direncanakan saluran berbentuk persegi b=h.


Untuk perhitungan dimensi saluran menggunakan cara trial and error dengan memasukkan
nilai b=h dengan syarat yang telah ditentukan untuk jenis saluran dengan pasangan,sehingga
diperoleh dimensi yang sesuai.

- b=h hidrolis ditentukan 0,3 m


- Mencari nilai P (keliling basah) = 3xb
P = 3 x 0,3
P = 0,9 m
- Menghitung Luas Penampang basah (A)
A=b2
A=0,32
A=0,09 m2

60
- Menghitung radius hidrolis (R)
R=A/P
R=0,09/0,9
R=0,1 m
- Menghitung V (kecepatan aliran)
V= ⁄ ⁄
⁄⁄
V=

V=0,3219 m/dt
- Menghitung V (kecepatan aliran) rencana
V= ⁄ ⁄
⁄⁄
V=

V=0,6194 m/dt V=0,2< 0,6194<1,5 ; OK


- Mengitung Q saluran
Q =V x A
Q = 0,6194 x 0,09
Q = 0,0557 Q=0,0557 > 0,00362 ; OK
- Dimensi saluran b=h
B= b hidrolis + tinggi jagaan
B= 0,3 + 0,2
B=H= 0,5 m

61
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan
daerah irigasi Gadungan, dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 95.062 Ha
2. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 8 petak dengan luas
masing-masing petak antara 11,88 ha
3. Perencanaan saluran meliputi saluran tersier dan saluran kuarter.
Kebutuhan air setiap hektar sebelum disesuaikan dengan efisiensi tiap
saluran direncanakan sebesar 1.41 l/det/ha
4. Qd yang direncanakan pada petak tersier sebesar 24,542 lt/dtk

4.2 Saran
Dalam pengerjaan tugas ini, penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat,
maka perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan lengkap,
sehingga penyimpangan dapat diperkecil.

62
DAFTAR PUSTAKA

Kaslim, D. Kusnadi, Budi Indra Setiawan, Asep Sapei, Prastowo dan Erizal, (2006). Teknik
Irigasi dan Drainase. Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01
Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02
Kriteria Perencanaan Bagian Saluran KP-03
Kriteria Perencanaan Bangunan KP-04
Kriteria Perencanaan Petak Tersier KP-05
Kriteria Perencanaan Parameter Bangunan KP-06
Kriteria Perencanaan Standar Penggambaran KP-07
Soetjipto . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Penerbit Erlangga Jakarta
dafikadi.blogspot.co.id
dokumen.tips.com.
ganiblopost.blogspot.co.id
kk.mercubuana.ac.id
rezaslash.blogspot.com

seputarpengertianirigasi.blogspot.com
syahriel30.blogspot.com
https://id.m.wikipedia.org/irigasi
www.academia.edu, sistem irigasi

63
LAMPIRAN

64
UNIVERSITAS
WISNUWARDHANA MALANG
R
P RIME JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAN
SALU
RX1 REVISI
UNG
BEND BX1
JUDUL GAMBAR SKALA
SKEMA JARINGAN
IRIGASI LEVEL
SA
PRIMER

LU
RA
N
KETERANGAN :

SE
KU
ND
ER
DIGAMBAR

RX
FEBRIAN DEWI K.

2
ki 2
DIPERIKSA TANGGAL PARAF
X3 ,1 99
107
62 l/dt
95,0 Aulia Rahman
ki 1 ha
X3 O.,ST.MT
,22
122
ha BT.2
R
3 SIE
RX T ER
AN KODE GBR NO GBR JUMLAH GBR
BT.1
UR
SAL
1
BX.
IRI
1b 2b
1a 4a
2a 3a 1c 2c
NAMA GAMBAR JUDUL GAMBAR SKALA DIGAMBAR DIPERIKSA PARAF
FEBRIAN DEWI K.
PERENCANAAN SALURAN SISTEM ROTASI NIM/KELAS Aulia Rahman O.,ST.MT
IRIGASI
2106130059
BT1 BK1 F E
BT2
T1-T2 T2-K1 K1-F
dk F-B
T1-T4 dk K2-K3 dk K1-K2
d K3-K2 d K2-B dk B - C
B dt E - H
BT4 BT3 BK2 C
T3-T4 T3-K2 K2-B
dk K3-M dk K2-L
dk B-G
M d M-L L dk L-G G dk G-H H
N
NAMA GAMBAR JUDUL GAMBAR SKALA DIGAMBAR DIPERIKSA PARAF
FEBRIAN DEWI K.
PERENCANAAN SALURAN PETA LAYOUT LEVEL NIM/KELAS Aulia Rahman O.,ST.MT
TERSIER 1:5000
IRIGASI
2106130059
A B C
D
BT1 BT2 B-C BK1
E
A-B C-D
B1 kn B2 kn B3 kn
1 11,88 ha 2 11,88 ha 3 11,88 ha
A-L
dk C-N dk D-O
dk B - M
dt E-F
dk M-N dk N-O dk B-C
L M N
BK2 F
BT4 BT3 O
L-M T3-K2 K2-B
B4 kn B5 kn B6 kn
4 11,88 ha 5 11,88 ha 6 11,88 ha
dk N-I dk B-G dt F-G
dk M-J
H
K J I dt I-H G
dt J-I
dt H-G
NAMA GAMBAR JUDUL GAMBAR SKALA DIGAMBAR DIPERIKSA PARAF
FEBRIAN DEWI K.
PERENCANAAN SALURAN SKEMA JARINGAN LEVEL NIM/KELAS Aulia Rahman O.,ST.MT
IRIGASI TERSIER
2106130059
UNIVERSITAS
WISNUWARDHANA MALANG
EL.ATAS
SALURAN
dan Tanah
EL.Muka Asli 50,00 JURUSAN TEKNIK SIPIL
air 49,80 m m
20

REVISI

350
JUDUL GAMBAR SKALA
330

1: 20
POTONGAN MELINTANG
SALURAN IRIGASI
KETERANGAN :
EL.Dasar
Saluran
46,50 m
350 DIGAMBAR
FEBRIAN DEWI K.
2106130059
POT.SALURAN PRIMER DISETUJUI
Aulia Rahman O,S.T.,M.T

TANGGAL PARAF
SKALA 1 : 20 KODE GBR NO GBR JUMLAH GBR
IRI
EL.Tanah
Asli JURUSAN TEKNIK SIPIL
61,791 EL.Muka
air REVISI
m
61,355
EL.Atas m
Saluran
JUDUL GAMBAR SKALA
61,545

150
POTONGAN
1: 20
m MELINTANG SALURAN
KUARTER
337,5

(TANPA PASANGAN)
EL.Dasar KETERANGAN :
Saluran
61,105
337,5 m
DIGAMBAR
FEBRIAN DEWI K.
POT.SALURAN 8-9 2106130059
SKALA 1 :10
DISETUJUI TANGGAL PARAF
Aulia Rahman O,S.T.,M.T
KODE GBR NO GBR JUMLAH GBR
IRI
62.90
62.80
62.70
JURUSAN TEKNIK SIPIL
62.60
62.50
REVISI
62.40
62.30
62.20
62.10
62.00 JUDUL GAMBAR SKALA
61.90 1: 20
61.80 POTONGAN MELINTANG
SALURAN IRIGASI
61.70
61.60 KETERANGAN :
61.50
61.40
61.30
DIGAMBAR
61.20
FEBRIAN DEWI K.
61.10 2106130059
220
1 2 3 4
Jarak 305.56 305.56 305.56 305.56
Tanah Asli 62.85 62.458 62.09 61.82 DISETUJUI TANGGAL PARAF
Muka Air 62.65 62.28 61.90 61.63
Dasar Saluran 61.95 61.55 61.45 61.18
Aulia Rahman O,S.T.,M.T
Atas Saluran 62.87 62.54 62.10 61.83
KODE GBR NO GBR JUMLAH GBR
Saluran 1-2-3-4
IRI
Atas Saluran
64.00
63.00
62.00
Tanah Asli
61.00 JURUSAN TEKNIK SIPIL
60.00
59.00 REVISI
58.00
57.00
56.00
55.00
JUDUL GAMBAR SKALA
54.00
1: 20
POTONGAN
53.00 MEMANJANG
52.00
Dasar Saluran
51.00 Muka Air
KETERANGAN :
50.00
49.00
48.00
Jarak 6934,49 m
Tanah Asli
DIGAMBAR
50.00 63.688
Muka Air 63.49 49.80 FEBRIAN DEWI K.
Dasar Saluran 2106130059
62.59 48.90
Atas Saluran 63.69 50.00
DISETUJUI TANGGAL PARAF
Saluran Sekunder
Aulia Rahman O,S.T.,M.T
KODE GBR NO GBR JUMLAH GBR
IRI

Anda mungkin juga menyukai