Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“JENIS-JENIS SISTEM IRIGASI”


REKAYASA IRIGASI II
(STS6646)

Dosen Pembimbing:
ENDAH WIDIASTUTI, M.T.
NIP. 19940601 202203 2 014

Disusun Oleh:
Fitri Indriani
NIM. 2010811220110

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Kewirausahaan yang berjudul “Jenis-jenis Sistem Irigasi”
Ucapan terima kasih penyusun ucapkan kepada Ibu Endah Widiastuti, M.T.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Irigasi II yang telah membantu baik
secaramoral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang
telahmemberikan dukungan serta bantuan sehingga penyusunan makalah ini dapat
selesai tepat waktu.
Saya menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca agar dapat
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Saya mohon maaf apabila terdapat
penulisan laporan ini dan kami juga mengharap kritik dan saran dari para pembaca
untuk pertimbangan laporan kami. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan,
bermanfaat dan diterapkan oleh para pembaca.

Banjarbaru, 8 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
2.1 Jaringan Irigasi ...................................................................................................... 6
2.2 Saluran Irigasi ...................................................................................................... 11
2.3 Jenis-jenis Sistem Irigasi ..................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 18
3.2 Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Contoh Jaringan Irigasi Teknis ................................................................................. 7


Gambar 2 Contoh Jaringan Irigasi Semi Teknis ........................................................................ 9
Gambar 3 Contoh Jaringan Irigasi Sederhana ........................................................................ 10
Gambar 4 Irigasi Permukaan..................................................................................................... 13
Gambar 5 Irigasi Bawah Permukaan ........................................................................................ 13
Gambar 6 Irigasi dengan Pancaran ........................................................................................... 14
Gambar 7 Irigasi Pompa ............................................................................................................. 15
Gambar 8 Irigasi Lokal............................................................................................................... 15
Gambar 9 Irigasi Ember atau Timba ........................................................................................ 16
Gambar 10 Irigasi Tetes.............................................................................................................. 17

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi Jaringan Irigasi ............................................................................................. 6

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan
irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan
tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak
sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek).
Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang
mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air.
Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada
sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi
adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan
lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga
tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain
dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai
kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Jaringan Irigasi?
2. Apa yang dimaksud dengan Saluran Irigasi?
3. Apa sajakah Jenis-jenis dari Sistem Irigasi?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian Jaringan Irigasi.
2. Mengetahui pengertian Saluran Irigasi.
3. Mengetahui Jenis-jenis dari Sistem Irigasi
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan
jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu
kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah
Irigasi.

2.1.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi


Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi
dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu
a. Jaringan irigasi sederhana
b. Jaringan irigasi semi teknis
c. Jaringan irigasi teknis.

Tabel 1 Klasifikasi Jaringan Irigasi

6
Sumber: Standar perencanaan Irigasi (KP01)

1. Jaringan Irigasi Teknis


Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap
serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan
antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari
bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi
kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer,
petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.

Gambar 1 Contoh Jaringan Irigasi Teknis

Sumber: Kriteria Perencanaan irigasi KP01


7
a. Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap (off take) tersier. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran
tersier. Ini juga menentukan ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan
mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien, sebaiknya bentuk petak
tersier bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak
dan memungkinkan pembagian air secara efisien. Di daerah-daerah yang ditanami
padi luas petak tersier idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu
dapat ditolelir sampai seluas 150 ha disesuaikan dengan kondisi topografi.
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang
lebih 8 - 15 ha. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran
sekunder atau saluran primer. Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang
jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas perubahan bentuk medan
(terrain fault).

b. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak
sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran
drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi
topografi daerah yang bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak
pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai
saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan
sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng medan yang lebih rendah.

c. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil
langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang
saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap
air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi
8
daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran
primer.

2. Jaringan Irigasi Semi Teknis


Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun
semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan
pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen,
namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena
belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya
lebih rumit.

Gambar 2 Contoh Jaringan Irigasi Semi Teknis

Sumber: Kriteria Perencanaan irigasi KP01


9
3. Jaringan Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu
kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam
mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan
mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan
dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut
pemakai air dari latar belakang sosial yang sama.
Adapun kelemahan dari jaringan irigasi sederhana, yaitu:
1. Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang.
2. Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur.
3. Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.

Gambar 3 Contoh Jaringan Irigasi Sederhana

Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi KP01


10
2.2 Saluran Irigasi
Berdasarkan saluran yang terdapat pada jaringan irigasi yaitu:
1. Jaringan irigasi utama
a. Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak-petak
tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang
terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang
dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada
bangunan sadap terakhir.
c. Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang
memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.
d. Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier
yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam
wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung
jawabnya.

2. Jaringan saluran irigasi tersier.


a. Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke
dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks
bagi kuarter yang terakhir.
b. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
c. Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang itu
memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani setempat
pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses
petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang
paling ujung.
d. Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar petani sehingga
partisipasi petani lebih meningkat, dan pembangunannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili
wilayah P3A atau GP3A setempat.

11
3. Garis Sempadan Saluran
Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu ditetapkan garis
sempadan saluran dan bangunan irigasi yang jauhnya ditentukan dalam peraturan
perundangan sempadan saluran.

Berdasarkan saluran pembuangnya, terbagi menjadi beberapa jaringan, yaitu :


1. Jaringan saluran pembuang tersier
a. Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier, menampung air
langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam saluran pembuang
tersier.
b. Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier yang termasuk
dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari pembuang
kuarter maupun dari sawah- sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan
pembuang sekunder.

2. Jaringan saluran pembuang utama


a. Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan
membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang
alamiah dan ke luar daerah irigasi.
b. Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder
ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran pembuang alamiah
yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut

2.3 Jenis-jenis Sistem Irigasi


a. Sistem Irigasi Permukaan
Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia.
Tekniknya adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya sungai,
menggunakan bangunan berupa bendungan atau pengambilan bebas. Air kemudian
disalurkan ke lahan pertanian menggunakan pipa atau selang memanfaatkan daya
gravitasi, sehingga tanah yang lebih tinggi akan terlebih dahulu mendapat asupan air.
Penyaluran air yang demikian terjadi secara teratur dalam ‘jadwal’ dan volume yang
telah ditentukan.
12
Gambar 4 Irigasi Permukaan

b. Sistem Irigasi Bawah Permukaan


Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada
lapisan tanah untuk meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar menggunakan
pipa bawah tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah
berpindah menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan
demikian, irigasi jenis ini menyasar bagian akar dengan memberinya asupan nutrisi
sehingga dapat disalurkan ke bagian lain tumbuhan dan dapat memaksimalkan fungsi
akar menopang tumbuhan.

Gambar 5 Irigasi Bawah Permukaan

13
c. Sistem Irigasi dengan Pancaran
Di banding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena
memang baru dikembangkan belakangan. Caranya adalah dengan menyalurkan air dari
sumbernya ke daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi sasaran, ujung
pipa disumbat menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah sehingga muncul
pancaran air layaknya hujan yang pertama kali membasahi bagian atas tumbuhan
kemudian bagian bawah dan barulah bagian di dalam tanah.

Gambar 6 Irigasi dengan Pancaran

d. Sistem Irigasi pompa


Irigasi pompa air artinya adalah proses penyaluran air ke lahan pertanian dengan
memanfaatkan alat pompa air. Metode irigasi ini sangat berguna ketika sumber air
cukup jauh dengan Medan yang berliku-liku. Termasuk ketika kita berada di musim
kemarau dengan ketersediaan air terbatas. Metode irigasi pompa air memerlukan alat
pompa yang menyedot air dari sumbernya dan menyalurkannya ke lahan pertanian.
Metode irigasi pompa air juga sangat berguna ketika lokasi sumber air berada di bawah
lokasi lahan pertanian. Karena menggunakan alat mekanik yang menyedot air, maka
proses irigasi jadi lebih mudah.

14
Gambar 7 Irigasi Pompa

e. Sistem Irigasi Lokal


Pada dasarnya cara kerja dari irigasi lokal adalah sama seperti irigasi permukaan,
yakni menggunakan pipa dari sumber air ke lahan pertanian tertentu. Prinsipnya juga
menitikberatkan pada gravitasi, artinya bila daerah tersebut lebih tinggi maka lahan
itulah yang akan mendapatkan air terlebih dahulu. Bila irigasi permukaan mencakup
hampir sebagian besar area pertanian yang luas, maka irigasi lokal akan mengaliri area
pertanian dengan cakupan yang lebih kecil. Semisalnya satu area pertanian atau satu
petak sawah.

Gambar 8 Irigasi Lokal

15
f. Sistem Irigasi Ember atau Timba
Jenis irigasi ini dilakukan dengan menggunakan ember atau timba. Metode ini
dilakukan secara manual, artinya menggunakan tenaga manusia. Para petani menimba
air tersebut dari sumbernya dengan ember, kemudian menyiram lahannya. Jenis irigasi
ini memang kurang efektif karena menguras banyak tenaga petani. Walaupun begitu,
irigasi timba masih populer digunakan, terutama pada daerah pertanian yang tidak
memiliki sistem irigasi modern.

Gambar 9 Irigasi Ember atau Timba

g. Sistem Irigasi Tetes


Jenis irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian menggunakan
selang atau pipa yang berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan pengaturan
yang demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk tetesan dan langsung pada bagian
akar tanaman. Teknik yang demikian dimaksudkan agar air langsung menuju ke akar
sehingga tidak perlu membasahi lahan dan mencegah terbuangnya air karena penguapan
yang berlebih. Kelebihan irigasi jenis ini di antaranya adalah efisiensi dan penghematan
air, menghindari akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok untuk tanaman di

16
masa-masa awal pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan fungsi hara bagi
tanaman. Selain itu, jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan tanah
sehingga dapat menyuburkan tanaman dan menunjang keberhasilan proses
penanamannya.

Gambar 10 Irigasi Tetes

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada makalah Jenis-Jenis Sistem Irigasi ini didapatkan bahwa Irigasi adalah usaha
penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Irigasi dibuat untuk
mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian, mendistribusikan air kepada tanaman
serta mengatur dan mengukur aliran air. Pada sistem irigasi terbagi menjadi beberapa
jenis yang sesuai dengan fungsinya yaitu irigasi permukaan, irigasi bawah permukaan,
irigasi dengan pancaran, irigasi pompa air, irigasi lokal, irigasi dengan ember/timba
dan irigasi tetes.

3.2 Saran
Saran untuk makalah ini yaitu ditambahkan lebih banyak referensi agar makalah ini
menjadi lebih lengkap dan bisa mendapatkan informasi lebih luas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi Kp 01

https://www.academia.edu/12432253/Sistem_Irigasi_dan_Klasifikasi_Jaringan_Irigasi

http://eprints.itenas.ac.id/885/6/05.pdf

https://www.klopmart.com/article/detail/jenis-jenis-irigasi

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/jenis-jenis-irigasi

19

Anda mungkin juga menyukai