Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

“Fluid Friction Apparatus (Sistem Model MF 101)”

Disusun Oleh :

1. Catur Wibowo NPM 2010502076


2. Rizky Dedy Suharto NPM 2010502077

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan
Praktikum Fenomena Dasar Mesin. Laporan yang kami sajikan berdasarkan materi
yang kami peroleh dalam perkuliahan dan informasi yang kami dapatkan dari
bebagai sumber. Dengan penuh kesabaran, laporan praktikum ini dapat kami
selesaikan. Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat serta memberikan wawasan
yang lebih luas mengenai fenomena dasar mesin bagi pembaca, dan khususnya bagi
penulis.
Akhir kata, kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat
bagi pembaca. Dari kami mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan untuk
kesempurnaan laporan ini.

Magelang, 27 Mei 2023

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Menyetakan bahwa laporan yang telah saya buat ini adalah sah dan asli dari hasil
praktikum yang telah saya lakukan dengan sebaik-baiknya, dan telah diperiksa :

Hari : Rabu

Tanggal : 31 Mei 2023

Praktikan

Catur Wibowo NPM 2010502076


Rizky Dedy Suharto NPM 2010502077

Asisten Dosen Dosen Pengampu

Dzikron Muchlisin Dr. Dra. Endang Mawarsih, M.Sc


NPM. 1910502102 NIP.195903071992032001

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 0
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 0
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 4
2.1. Teori ......................................................................................................... 4
2.2. Pengukuran Aliran .................................................................................... 4
2.3. Alat Ukur Laju Aliran ............................................................................ 13
2.4. Prinsip Kerja Alat Ukur Laju Aliran ...................................................... 17
2.5. Petunjuk Pelaksanaan Percobaan ........................................................... 20
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 25
3.1. Geometris Orifice dan Friction Apparatus ............................................. 25
3.2. Grafik......................................................................................................35
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 40
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 40
4.2. Saran ....................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Piknometer ......................................................................................... 8


Gambar 2. 2 Hidrometer ......................................................................................... 9
Gambar 2. 3 Aliran Laminar ................................................................................. 10
Gambar 2. 4 Aliran Turbulen ................................................................................ 10
Gambar 2. 5 Moody Diagram ............................................................................... 10
Gambar 2. 6 Venturi Meter ................................................................................... 14
Gambar 2. 7 Flow Nozzle ..................................................................................... 15
Gambar 2. 8 Pitot Tubes........................................................................................ 16
Gambar 2. 9 Flate Orifice...................................................................................... 17
Gambar 2. 10 Langkah Kerja Pitot Tubes ............................................................. 18
Gambar 2. 11 Langkah Percobaan 1 ..................................................................... 21
Gambar 2. 12 Langkah Percobaan 2 ..................................................................... 22
Gambar 2. 13 Langkah Percobaan 3 ..................................................................... 23
Gambar 2. 14 Langkah Percobaan 4 ..................................................................... 24

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Ukuran dari Pipa-Pipa Yang Ada........................................................... 1


Tabel 2. 1 Variasi Kerapatan dan Viskositas Absolut Air .................................... 11
Tabel 3. 1 Hasil Pengukuran pada Belokan (elbow) ............................................. 25
Tabel 3. 2 Hasil Pengukuran Gesekan Pipa .......................................................... 29
Tabel 3. 3 Hasil Pengukuran Pada Orifice ............................................................ 31
Tabel 3. 4 Hasil Pengukuran tekanan aliran pada diameter pipa (1”) ................... 33
Tabel 3. 5 Hasil Pengukuran tekanan aliran pada diameter pipa (¾ “) ................ 35

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan teknologi akan


semakin meningkat. Teknologi kini tidak hanya konsumsi individu yang
modern akan tetapi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang akan selalu
dibutuhkan dan terus mengalami perkembangan dengan kebutuhan yang
diinginkan manusia.
Fluida adalah salah satu zat yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-
hari. Kapanpun dan dimanapun fluida akan selalu mempengaruhi berbagai
kegiatan manusia. Berbagai fenomena fluida dapat dipelajari secara fisika
maupun mekanika.
Pipa merupakan sarana transportasi fluida, pipa memiliki berbagai ukuran
dan bentuk penampang. Penggunaan pipa banyak ditemukan dalam berbagai
kegiatan, seperti system instalasi plambing Gedung, system penyediaan air
rumah tangga, pengaliran air pada industry, pengaliran gas, penyaluran air
buang, dll. Dalam proses pemindahan fluida tersebut akan terjadi permasalahan
yang dapat diteliti. Salah satunya yaitu kehilangan energi yang terjadi pada
aliran fluida. Kehilangan energi dalam aliran tersebut disebabkan karena
adanya gesekan atara fluida dengan dinding pipa. Kekasaran pipa, Panjang dan
diameter pipa, jenis fluida, kecepatan aliran serta bentuk aliran akan
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan. Hal tersebut menjadi salah satu
permasalahan yang menyebabkan turunnya energi yang tersampaikan.
Pada perkembangan ilmu pengetahuan mengenai fluida banyak penemuan
yang telah dilakukan oleh para ahli untuk menghitung penurunan tekanan
dalam pipa, nilai Reynold (Re) suatu fluida dan koefisien gesek (f) dari
berbagai jenis pipa. Fenomena dalam aliran fluida yang berkaitan tentang
kehilangan energi dapat dijelaskan dalam konsep Bernoulli. Persamaan
Bernoulli untuk fluida menggambarkan persamaan energi serta
menggambarkan kerugian-kerugian energi yang terjadi di dalam aliran
tersebut. Penentuan kehilangan energi sangat penting sangat penting dan
menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaaan suatu system
pengaliran fluida yang menggunakan pipa. Kehilangan energi dalam system
perpipaan dapat dianalisis dengan menggunakan alat Geometrical Orifice dan
Fluid Friction Apparatus.
Geometrical Orifice dan Fluid Friction Apparatus merupakan alat yang
digunakan untuk menguji fenomena aliran yang terjadi dalam saluran tertutup
termasuk salah satunya adalah kehilangan energi. Alat ini terdiri atas beberapa
jalur perpipaan yang dirancang memakai fitting dan pengukurannya
menggunakan manometer baik manual dan digital. Melalui alat ini, dapat
didefinisikan hal-hal yang terjadi di dalam aliran fluida secara keseluruhan.
Selain dibuat pabrikan, alat ini juga dapat dirancang bangun dengan model fisik
skala laboratorium.
Pada percobaan aliran fluida dalam pipa ini menggunakan alat, yaitu
“FLUID FRICTION APPARATUS” model MF101, yang skemanya dapat
dilihat pada gambar dibawah. Alat ini terdiri dari 4 buah pipa yaitu no. 1 – 4,
pompa dengan motor listrik (5), tangki penampung air 6a dan 6b, sejumlah
katup dan fitting, alat pengatur aliran 7,8,9a dan 9b, lubang-lubang pengatur
tekanan (22 – 41), dan alat pengukur tekanan (42 – 43). Ukuran dari pipa-pipa
yang ada, yaitu:
Tabel 1. 1 Ukuran dari Pipa-Pipa Yang Ada

Ukuran Nominal Diameter Luar Diameter Dalam

1 ¼” PVC 42,1 mm 37 mm
1” PVC 32 mm 27,2 mm
1” Besi 31 mm 27 mm
1” Stainless 32 mm 27,7 mm
¾” PVC 26,7 mm 22,8 mm
½” PVC 21,5 mm 16,9 mm

Katup-katup 10 – 19, fiting tertentu (20 – 21) dan tangki dapat


dihubungkan satu sama lain dengan kombinasi-kombinasi katup yang lain,

1
sedemikian sehingga juluran aliran air dapat berlangsung seperti yang
dikehendaki. Masing-masing sirkuit dapat dibuat sebagai sirkuit terbuka atau
tertutup.
Pengukuran tekanan atau perbedaan tekanan dilakukan dengan dua pasang
manometer diferensial (42-43) yang terpasang pada satu kerangka. Lubang-
lubang pengukuran ditempatkan pada ujung masing-masing pipa yaitu lubang-
lubang (22 – 30), (23 – 31), (24 – 32) dan (25 – 33), panjang 5 ft, sedang kalau
diperlukan tersedia pula pengukuran ditengah pipa yaitu berlubang (22 – 26),
(23 – 27), (24 – 28), dan (25 – 29), panjang pipa 3 ft.
Untuk katup 15, 16, T20 dan elbow 21 tersedia pula lubang-lubang
pengukuran untuk penurunan tekanan pada fitting-fitting ini. Demikian juga
untuk oriface meter dan venturi meter, tersedia lubang-lubang pengukurannya.
Katup 44 dan 45 dipakai untuk mengatur sirkuit sesuai dengan yang
dikehendaki, sirkuit terbuka dan tertutup, tangki 47 dibuat dari bahan
transparan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah dalam praktikum fenomena dasar mesin


ini, yaitu:
1. Apakah tinggi tekan mempengaruhi debit aliran?
2. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar hf?
3. Apakah tinggi tekan mempengaruhi kontraksi pipa?
4. Apakah tinggi tekan mempengaruhi pembesaran pipa?
5. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar gesekan?
6. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar debit suatu aliran?

1.3. Tujuan

Adapun beberapa tujuan dalam praktikum fenomena dasar mesin ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip aliran dalam pipa
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis aliran
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mengakibatkan
perbedaan head pada pipa

2
1.4. Manfaat
Adapun beberapa manfaat dalam praktikum fenomena dasar mesin ini,
yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi besar gesekan
pada pipa
2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat aliran fluida
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh jenis material pipa pada aliran
fluida

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Teori
Sifat-sifat fisis fluida meliputi : tekanan, temperatur, kerapatan (density) dan
viskositas. Tekanan fluida dapat dinyatakan dalam satuan panjang kolom air
atau dalam gaya per satuan luas. Temperatur umumnya dinyatakan dalam skala
Farenheit, atau Celcius. Kerapatan atau density sering dinyatakan dalam lb/ft³
atau kg/m³. Viskositas merupakan sifat fluida yang menyebabkan tahanan
aliran fluida sehingga timbul gaya geser didalam fluida itu sendiri. Viskositas
absolut (𝜇) merupakan perbandingan tegangan geser laju pergeseran yang
terjadi.

2.2. Pengukuran Aliran


Aliran dalam pipa merupakan aliran zat cair atau fluida pada saluran tertutup
yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Dikarenakan fluida memiliki ikatan
molekul yang relative kecil, mengakibatkan fluida dapat menyesuaikan diri
dengan wadah dan memenuhinya dalam volume yang sama. Fluida memiliki
kemampuan untuk dapat mengalir. Hal ini karena fluida tidak memiliki dan
mempertahankan bentuk tetapnya.
Pada praktiknya aliran fluida pada pipa akan mengalami penurunan tekanan
(pressure drop). Hal ini dikarenakan aliran fluida mengalami gesekan
disepanjang dinding pipa. Selain itu beberapa faktor lain yang mempengaruhi
seperti, diameter pipa, jenis fluida, kecepatan dan bentuk aliran. Adanya
belokan pada pipa, katup, pembesaran maupun pengecilan pipa juga menjadi
faktor kerugian-kerugian yang dialami fluida.
Fluida gas dan cair memiliki sifat khusus yang dapat diketahui, seperti rapat
massa (density), kekentalan (viscosity), kemampatan (compressibility),
tegangan permukaan (surface tension), dan kapilaritas (capillarity). Beberapa
sifat fluida pada kenyataannya merupakan kombinasi dari sifat fluida lainnya.
Hal ini mempengaruhi keadaan fluida ketika mengalir dalam sebuah pipa.
Sebagai contoh kekentalan kinematic melibatkan kekentalan dinamik dan rapat

4
massa. Sejauh yang kita ketahui, fluida tersusun oleh molekul-molekul dengan
jarak pisah yang kecil untuk fluida cair dan besar untuk fluida gas. Molekul
tersebut tidak saling berikatan, namun dapat bergerak bebas. Ada beberapa
sifat fluida yang perlu diketahui, antara lain :
2.1.1 Viskositas
Kekentalan atau viskositas merupakan sifat dari suatu zat cair (fluida) yang
disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya
kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran
zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu
bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair.
Viskositas memiliki alat ukur yang disebut viskometer yang berfungsi untuk
mengukur koefisien gliserin, oli atau minyak. Viskositas banyak terdapat
dalam kehidupan sehari-hari seperti sirup, minyak goreng dan oli. Viskositas
berguna untuk kehidupan seperti sirup yang dikentalkan agar tetap awet.
Pada percobaan ini bola kecil dijatuhkan kedalam cairan yang akan dihitung
angka kekentalanya. Bila bola tersebut mula-mula akan mengalami percepatan
dikarenakan gaya beratnya, tetapi karena sifat kekentalan cairan, maka besar
percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat tersebut
kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hubungan antara
kecepatan terminal dengan angka kekentalan dapat diperoleh dari Hukum
Stokes.
Viskositas adalah properti fisik penting mengatur produksi, transportasi dan
letusan magmas. Viskositas alami dapat menjangkau lebih dari 15 kali lipat
terutama dalam menanggapi variasi temperatur, mencairkan komposisi dan
proporsi padatan tersuspensi fase cairan (Giordano, Daniele, dkk,
2008).Viskositas ada dalam literatur sejumlah besar persamaan empiris atau
semi empiris untuk menggambarkan suhu dari viskositas cairan. Pada zat
cairan, ukuran partikel menentukan tingkat kekentalan (viskositas) dari cairan
itu sendiri. Perbedaan viskositas pada zat cair menunjukkan fungsi zat cair
tersebut (Maulida, R. H, dkk, 2010 ; Poirier, J. P, 1987).
Faktor - faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird,
1987):

5
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Ukuran dan berat molekul
4. Kekuatan antar molekul
Adapun viskositas ini digolongkan berdasarkan hukum newton dan
persamaan poiseuille.
1. Viskositas Cairan Berdasarkan Hukum Newton
Hukum viskositas newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk
sudut fluida tergantung, maka tegangan geser berbanding lurus dengan
viskositas. Bila suatu permukaan yang satu diam dan yang lainnya bergerak,
dengan kecepatan v, maka untuk menggerakkan permukaan itu diperlukan
gaya untuk mengatasi tarikan atau viskositas yang ada diantara dua permukaan
tersebut (Roth dan Blaschke, 1988).
Fluida viskositas newton adalah sifat termodinamika yang sebenarnya
alirannya tergantung pada suhu dan tekanan. Pada suatu keadaan, nilai
kekentalan itu berbeda – beda untuk berbagai fluida ( P = 1 atm, T = 200C)
(Orianto, 1984).
2. Viskositas Berdasarkan Persamaan Poiseuille
Cairan viskositas jika mengalir didalam pipa, bagian tengah lebih cepat dan
bagian – bagian lebih tapi lebih lambat serta bagian yang melekat didinding
pipa tidak bergerak. Sifat ini digunakan oleh poiseuille untuk menentukan
koefisien viskositas cairan (Roth dan Blaschke, 1988).
Metode Oswald merupakan suatu variasi dari metode poiseuille. Prinsip
metode ini adalah bola diatas sebelah kanan dan dibawah sebelah kiri
dimaksudkan agar tekanan dipermukaan sebelah kanan tetap. Disamping itu,
cairan yang lewat pipa kapiler dapat diketahui sehingga alat ini baik sekali
digunakan untuk membandingkan koefisien viskositas berbagai cairan. Waktu
yang dipergunakan untuk cairan sebesar volume bagian yang dibatasi garis
berbanding terbalik dengan tekanan dan tanda garis yang dibawah. Tekanan
ditentukan oleh berat cairan itu sendiri dan posisi alat. Agar posisi alat ini kecil
pengaruhnya pada tekanan digaris bawah, harus ditempatkan sedemikian rupa,

6
sehingga tegak lurus. Percobaan dengan alat oswald ini menghasilkan
persamaan, yaitu (Wiryoatmaja, 1988):
V = π R4 P t / 8 L η (1)

Viskometer dapat diukur dengan beberapa cara, dalam viskometer oswald,


waktu yang diperlukan oleh larutan untuk melewati pipa kapiler dicatat dan
dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini cocok untuk penentuan (η),
karena perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding dengan
waktu pengaliran t dan to setelah dikoreksi untuk perbedaan rapatan p dan po
(Atkins, 1996).
Suhu memberikan pengaruh yang besar sedangkan tekanan memberikan
pengaruh yang sedang terhadap viskositas. Kekentalan gas dan kebanyakan zat
cair naik perlahan-lahan dengan meningkatnya tekanan. Viskositas sangat
dipengaruhi temperatur, makin tinggi temperatur maka makin kecil koefisien
viskositas (Giles, 1986).
Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat khusus. Sebagai
contoh kekentalan kinematik melibatkan kekentalan dinamik dan rapat massa.
Sejauh yang kita ketahui, fluida adalah gugusan yang tersusun atas
molekulmolekul dengan jarak pisah yang besar untuk gas dan kecil untuk zat
cair. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling
bergerak bebas terhadap satu sama lain.
2.2.2 Density
Massa jenis atau Density disebut juga dengan istilah rapat massa adalah
perbandingan antara massa suatu zat dengan vulumenya. Massa jenis
merupakan ciri khas setiap zat. Oleh karena itu zat yang berbeda jenisnya pasti
memiliki massa jenis yang berbeda pula. Massa jenis zat tidak dipengaruhi oleh
bentuk dan volume.
1. Kerapatan Sebenarnya (True Density)
Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan itu sendiri, tidak
termasuk rongga dan pori-pori. Alat yang digunakan untuk mengukur
kerapatan sebenarnya yaitu :
a. Densiometer Helium

7
Densitometer Helium digunakan untuk menentukan kerapatan serbuk
yang berpori.
b. Piknometer
Piknometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kerapatan sebenarnya dari sebuah padatan dan benda cair.

Gambar 2. 1 Piknometer

Di mana kerapatan sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan di


bawah ini:
𝑚
𝜌= (2)
𝑣

𝜌 = Densitas/massa jenis (g/cm3) atau (g/ml)


𝑚 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 (𝑔)
𝑣 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 (𝑐𝑚3) atau (ml)
Contoh:
Berapakah kerapatan 5 ml serum jika mempunyai massa 5,23 gram?

c. Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk mengukur kerapatan sebenarnya dari
zat cair.

8
Gambar 2. 2 Hidrometer
2. Kerapatan Granul (Granule Density)
Kerapatan granul didefinisikan sebagai volume granul yang merupakan
volume partikel + ruang dalam partikel Penentuan kerapatan granul dengan
menggunakan metode pemindahan cairan (air raksa). Dalam kerapatan
granul dikenal istilah porositas dalam partikel yang dirumuskan sebagai :
𝑣𝑔 −𝑣𝑃 𝑣𝑝 𝜌𝑔
𝜖(𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙) = =1−𝑣 =1− (3)
𝑣𝑔 𝑔 𝜌

Dimana:
𝑣𝑃 = Volume sebenarnya dari partikel − partikel padat

𝑣𝑔 = Volume dari partikel bersama dengan pori-pori dalam partikel

𝜌𝑔 = Kerapatan granul

𝜌 = Kerapatan Sebenarnya

3. Kerapatan Bulk (Bulk Density)


Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi
dengan volume bulk. Kerapatan bulk ini tergantung dari Tergantung pada
distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan kohesi antar partikel. Dalam
kerapatan bulk dikenal dua macam porositas yaitu:
a. Porositas celah / ruang antara
Yaitu volume relatif celah-celah ruang antara dibandingkan dengan
volume bulk serbuk, tidak termasuk pori-pori di dalam partikel. Porositas
celah dinyatakan dalam rumus di bawah ini:
𝑣𝑔 𝜌
𝜖(𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎) = 𝑣𝑏 − 𝑣𝑔 = 1 − 𝑣 = 1 − 𝜌𝑏 (4)
𝑏 𝑔

b. Porositas total
Porositas total dinyatakan sebagai keselurahan pori dari celah-
celah antara partikel dan pori-pori di dalam partikel. Porositas total
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
𝑣𝑏 −𝑣𝑃 𝑣𝑝 𝜌𝑏
𝜖(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) = = 1−𝑣 =1− (5)
𝑣𝑏 𝑏 𝜌

9
Dimana:
𝑣𝑏 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑢𝑙𝑘
𝑣𝑃 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
2.2.3 Pertimbangan Spesifikasi Aliran Fluida Tak Mampu Mampat Melalui
Saluran Terbuka, Pipa-Pipa Dan Fittings
Setiap alian fluida melalui pipa, atau saluran terbuka melalui sekeliling
suatu obyek akan senantiasa menimbulkan hambatan disebabkan gesekan
antara fluida dan permukaan dalam pipa. Gesekan ini menimbulkan kerugian
energi mekanis yang menyebabkan penurunan tekanan sepanjang aliran fluida.
Dibawah ini merupakan persamaan untuk menghitung koefisien gesek pada
suatu pipa dan rugi geseknya.
Kerugian energi pada daerah aliran laminar dan turbulen merupakan
fungsi bilangan Reynold. Perhitungan Faktor Gesekan (f) Faktor gesekan yang
terjadi pada pipa dapat kita hitung dengan persamaan Darcy dan Weisbach,
persamaannya yaitu :
2⋅𝑔⋅𝐷⋅𝛥𝐻
𝑓= (6)
1⋅𝑉 2

Dari persamaan tersebut nilai f bisa didapat jika kita mempunyai nilai
dari : perbedaan ketinggian (∆𝐻), panjang antar manometer (l), kecepatan
aliran (V), kecepatan gravitasi (g), dan diameter dalam pipa (D in). Kerugian
gesekan (Perhitungan rugi gesek) pada pipa dapat dicari dengan persamaan:
𝑓⋅𝐿⋅𝑣 2
ℎ𝑓 = 4 (7)
𝑑⋅2𝑔

Distribusi aliran digunakan untuk melihat profil aliran kecepatan dalam pipa,
seperti pada gambar dibawah:

Gambar 2. 4 Aliran Laminar Gambar 2. 3 Aliran Turbulen

10
Apabila bilangan reynold bertambah besar melebihi Ren, maka aliran
mulai berubah dan pada akhirnya membentuk aliran turbulen. Profil kecepatan
fluida pada aliran turbulen cenderung rata (lihat gambar.4).
Dari grafik faktor gesekan dapat dilihat bahwa kecepatan aliran yang
tinggi (bilangan reynold tinggi) tidak memberi pengaruh berarti terhadap faktor
gesekan. Sementara faktor gesekan untuk aliran laminar telah didefinisikan
pada persamaan (5).
Gambar 6 memperlihatkan profil keceoatran laminar sublayer dan lapis
batas turbulen pada pipa dengan permukaan dalam mempunyai kekasaran ɛ.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kecepatan aliran yang besar, bilangan
reynoldnya tidak mempunyai pengaruh yang berati faktor gesekan, tetapi
dipengaruhi oleh kekasaran relatif ɛ/D.
2.2.4 Deskripsi Sistem Model Mf 101 Fluid Sirkuit
Peralatan ini pada dasarnya terdiri dari 4 buah pipa (gambar 1b) yaitu 1
sampai 4, satu set pompa dan motor (5), dan 2 buah tangki air 6a dan 6b,
katupkatup dan fitting-fitting, alat ukur debit air 7, 8, 9a dan 9b, titik sensor
tekanan (22 – 41) dan alat pengukur tekanan (42 – 43). Rangkaian pipa-pipa
dan fitting-fitting dibuat dari bahan baja.
Keempat pipa tersebut adalah :
1 – 22 – 30 = diameter nominal ½”
2 – 23 – 31 = diameter nominal ¾”
3 – 24 – 32 = diameter nominal 1”
4 – 25 – 33 = diameter nominal 1¼”
Variasi kerapatan dan viskositas absolut air pada temperatur tertentu dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Variasi Kerapatan dan Viskositas Absolut Air
Temperatur (oF) 32 70 100 150
Kerapatan (lb/ft2) 64,62 62,30 61,99 51,21
Viskositas Absolut (lb/ft,s) 0,00121 0,00067 0,00046 0,00029

11
Katup-katup 10 s/d 19, fitting 20 dan 21, serta tangki air dapat diatur
sedemikian rupa agar air mengalir lewat pipa tertentu (yang diinginkan). Ada
kurang lebih 3 kemungkinan rangkaian aliran (seri, paralel, seri-paralel) yang
dapat di buat dengan alat tersebut.
1. Rangkaian Tertutup
Air dari tanki air (6b) dialirkan lewat rangkaian pipa dengan bantuan sebuah
pompa, lalu air tersebut dimasukkan kembali ke dalam tangki 6b. Dalam hal
ini volume air di dalam tangki 6b hampir konstan. Untuk melakukan ini, katup
45 dan 53 harus tertutup.
2. Rangkaian Terbuka
Air dari tangki 6b dialirkan lewat rangkaian pipa dengan bantuan sebuah
pompa, kemudian air tersebut tidak dimasukkan kembali ke tangki 6b,
melainkan dialirkan ke tangki 6a, Jadi dalam hal ini volume air didalam tangki
6b berangsurangsur berkurang. Untuk melakukan ini katup 44, 48, 50 dan 53
tertutup (katup bypass 48 boleh terbuka untuk mengurangi aliran lewat orifice
dan venturi). Alat pengukur aliran debit dapat berupa :
1. Orifice ujung tajam (sharp edge orifice), (7)
2. Venturi, (8)
3. Sight gage, (9a) dan (9b)
Untuk mengukur tekanan, pipa-pipa maupun fittng dilengkapi dengan tap
tekanan dan dua buah manomater diferensial yang dipasang dalam satu wadah
42 dan 43. Tap-tap tekanan terdapat pada keempat pipa, 22-30, 23-31, 24-32
dan 2533. Ada juga tap tekanan yang terdapat pada pertengahan masing-masing
pipa , 26-29. Katup 15, 16, T20 dan elbow 21 juga dilengkapi dengan tap-tap
tekanan sebagai sensor penurunan tekanan pada fiting-fitting tersebut.
Penurunan tekananan pada orifice 7 diamati dengan menggunakan tap 40
dan 41, dan dengan cara yang sama penurunan tekanan venturi 8 diamati
denganmenggunakan tap 38 dan 39 yang dihubungkan dengan selang karet ke
manometer diferensial. Katup 44 dan 45 digunakan untuk mengatur rangkaian
aliran, apakah aliran tertutup atau aliran terbuka, sesuai keinginan.

12
2.3. Alat Ukur Laju Aliran
Perubahan temperatur fluida mempunyai pengaruh besar terhadap
viskositas fluida, sedang perubahan tekanan mempunyai pengaruh relatif kecil
terhadap viskositas fluida. Gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan
geser antara sebuah plat diam dengan plat bergerak, dimana kedua plat tersebut
dipisahkan oleh lapisan tipis fluida, merupakan fungsi terhadap koefisien
viskositas absolut, luas bidang geser, kecepatan relatif antara kedua plat dan
berbanding terbalik dengan tebal lapisan fluida. Ada beberapa sifat fluida yang
perlu diketahui, antara lain :
Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya
Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya
alat ukur lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan
oleh konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur
aliran fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu:
1. Venturi meter
2. Nozzle
3. Pitot tubes
4. Flat orifice
2.3.1 Venturi Meter
Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan
besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa
U. Venturi Meter memiliki kerugian karena harganya mahal, memerlukan
ruangan yang besar dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak
dapat diubah.

13
Gambar 2. 6 Venturi Meter

Untuk sebuah venturi meter tertentu dan sistem manometer tertentu,


kecepatan aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran
berubah maka diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan
pembacaan yang akurat atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan aliran
maksimum yang baru.
Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu:
1. Bagian Inlet : Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama
seperti diameter pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal
ditempatkan pada bagian ini.
2. Inlet Cone: Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk
menaikkan tekanan fluida.
3. Throat (leher): Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini
berbentuk bulat datar.
4. Bagian outlet: Bagian yang menunjukkan tinggi tekan
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan
dari aliran yang keluar dari inlet cone. Pada Venturi meter ini fluida masuk
melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian outlet cone. Pada bagian inlet ini
ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet cone fluida
akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet cone
yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian
fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan akhir
dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir
dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana
bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone ini tekanan kembali

14
normal. Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar tanpa gesekan, maka
tekanan fluida yang meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida
yang memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak
akan menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada
outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang
permanen dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat.
Kelebihan dan Kekurangan Venturimeter :
a. Kelebihan:
1. Mempunyai penurunan tekanan yang lebih kecil pada kapasitas yang sama.
2. Dapat pengukur debit besar.
3. Jauh dari kemungkinan tersumbat kotoran.
4. Mengukur cairan yang mengandung endapan padatan (solid).
b. Kekurangan:
1. Lebih mahal harganya.
2. Sulit dalam pemasangan karena panjang.
3. Tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6 inchi.
2.3.2 Flow Nozzle
Flow Nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara dua
flensa. Flow Nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena
flow nozzle mempunyai lubang lebih besar dan kehilangan tekanan lebih kecil
daripada plat orifice sehinga flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi
pada temperatur tinggi.

Gambar 2. 7 Flow Nozzle


Flow nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan alat untuk

15
menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah
berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan
semakin berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar
secara bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat
orifice. Flow nozzle terdiri dari dua bagian utama yang melengkung pada
silinder.
2.3.3 Pitot Tubes
Pitot tube atau tabung pitot adalah pipa terbuka kecil dimana
permukaannya bersentuhan secara langsung dengan aliran. Pada tabung pitit
ini terdiri dari 2 pipa bagian pipa, yaitu:
1. Static tube (untuk mengukur tekanan statis).
2. Impact/ stagnation tube (untuk mengukur tekanan stagnasi atau velocity
head)

Gambar 2. 8 Pitot Tubes


a. Kegunaan Pitot Tube:
1. Mengukur tekanan fluida pada wind tunnel.
2. Menghitung profil kecepatan aliran pada pipa.
3. Mengukur kecepatan pada pesawat (airspeed).
4. Altimeter pesawat.
5. Mengukur tekanan fluida pada wind tunnel (terowongan angin).
b. Kelebihan dan Kekurangan Pitot Tube
Kelebihan:
1. Susunan sederhana.
2. Aplikasi Pitot Tube
3. Relatif mudah dan murah.

16
4. Tidak perlu adanya kalibrasi.
5. Pressure drop aliran kecil.
Kekurangan:
1. Keakuratan rendah untuk beberapa aplikasi.
2. Pipa harus lurus dengan kecepatan aliran untuk mendapatkan hasil yang
baik.
2.3.4 Flat Orifice (Orifice Plate)
Orifice Plate(Sebuah plat lubang) adalah pelat tipis dengan lubang di
tengah. Hal ini biasanya ditempatkan dalam pipa aliran fluida di mana.
Ketika cairan mencapai pelat orifice, dengan lubang di tengah, cairan
dipaksa untuk berkumpul untuk pergi melalui lubang kecil, titik
konvergensi maksimum sebenarnya terjadi tak lama hilir orifice fisik, pada
titik kava disebut contracta. Seperti tidak demikian, kecepatan dan
perubahan tekanan. Di luar contracta vena, cairan mengembang dan
kecepatan dan tekanan perubahan sekali lagi. Dengan mengukur perbedaan
tekanan fluida antara bagian pipa normal dan di vena contracta, tingkat
aliran volumetrik dan massa dapat diperoleh dari persamaan Bernoulli.
Orifice merupakan salah satu alat ukur yang digunakan di lapangan
geothermal dan umumnya orifice diletakkan sebelum separator.

Gambar 2. 9 Flate Orifice


2.4. Prinsip Kerja Alat Ukur Laju Aliran
2.4.1 Venturi Meter
Prinsip Kerja Venturimeter tanpa manometer ini berdasar pada Asas
Bernoulli yang berbunyi: Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida yang

17
paling besar adalah pada bagian kelajuan alirnya paling kecil, dan tekanan
paling kecil adalah pada bagian kelajuan alirnya paling besar.
Venturi meter Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa jenis ρ.
Kecepatan fluida mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan pada pipa
sebelah kiri lebih besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat tersebut diukur
oleh manometer yang diisi dengan fluida dengan massa jenis ρ’ dan manometer
menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian permukaan fluida di kedua sisi
adalah H. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan Persamaan
Bernouli, diperoleh:
Menghitung kelajuan cairan dalam pipa memakai venturimeter tanpa
manometer Persamaan Bernoulli dan kontinuitas A1.v1 = A2.v2, maka cairan
mengalir pada mendatar maka h1 = h2 sehingga,
P1 – P2 = ½ .ρ.(v22– v12) (8)
Maka pada tabung fluida diam, maka tekanan hidrostatisnya :
P1 = ρ.g.hA dan P2 = ρ.g.hB
maka
P1 – P2 = ρ.g(hA –hB ) = ρ.g.h (9)
Keterangan:
v = kelajuan gas, satuan (m/s)
v1 = kecepatan fluida pada pipa yang besar satuannya (m/s)
h = beda tinggi air raksa, satuan (m)
A1 = luas penampang pipa yang besar satuannya (m2)
A2 = luas penampang pipa yang kecil (pipa manometer) satuannya(m2)
ρ = massa jenis gas, satuannya (Kg/m3)
ρ’ = massa jenis cairan pada manometer satuannya (Kg/m3)
2.4.2 Pitot Tubes
Berikut dibawah ini merupakan gambaran dari prinsip kerja dari pitot
tubes beserta penjelasan cara kerjanya:

Gambar 2. 10 Langkah Kerja Pitot Tubes


18
Prinsip kerja pitot tube adalah mengkonversikan energi kinetik menjadi
static pressure head. Berikut cara kerja pitot tube:
1. Pipa yang mengukur tekanan statis terletak secara radial pada batangnya
dihubungkan ke manometer.
2. Tekanan pada ujung pipa dimana fluida masuk merupakan tekanan
stagnasi.
3. Kedua pengukuran tekanan tersebut dimasukkan dalam persamaan
Bernoulli untuk mengetahui kecepatan alirannya. Sulit untuk mendapat
hasil pengukuran tekanan stagnasi secara nyata karena adanya friksi
pada pipa. Hasil pengukuran selalu lebih kecil dari kenyataan akibat
faktor C (friksi empirik).
2.4.4 Orifice Meter
Prinsip kerja dari orifice adalah dengan menempatkan suatu pembatas
yakni orifice plate, yang di tempatkan pada pipa. Orifice plate ini menghalangi
sebagian aliran gas, sehingga tekanan sisi sebelum orifice plate (upstream)
akan lebih besar dari tekanan sisi sesudah orifice plate (downstream).
Perbedaan tekanan inilah yang disebut differential pressure. Orifice plate
merupakan elemen utama dari orifice.
Prinsip kerja dari orifice meter adalah:
1. Fluida yang diukur alirannya dialirkan melalui plat orifice.
2. Perbedaan atau selisih tekanan fluida yang melalui orifice antara up stream
dan down stream dicatat.
3. Suhu dan tekanan fluida pada up stream dicatat untuk mengetahui
densitasnya.
2.3.5 Prinsip Kerja Orifice
Orifice adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran
volum atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup (pipa) berdasarkan
prinsip beda tekanan. Alat ini berupa plat tipis dengan gagang yang diapit
diantara flens pipa. Fungsi dari gagang orifice adalah untuk memudahkan
dalam proses pemasangan dan penggantian. Orifice termasuk alat ukur laju
aliran dengan metode rintangan aliran (Obstruction Device). Karena
geometrinya sederhana, biayanya rendah dan mudah dipasang atau diganti.

19
Orifice Plate(Sebuah plat lubang) adalah pelat tipis dengan lubang di
tengah. Hal ini biasanya ditempatkan dalam pipa aliran fluida di mana. Ketika
cairan mencapai pelat orifice, dengan lubang di tengah, cairan dipaksa untuk
berkumpul untuk pergi melalui lubang kecil, titik konvergensi maksimum
sebenarnya terjadi tak lama hilir orifice fisik, pada titik kava disebut contracta
(lihat gambar sebelah kanan). Seperti tidak demikian, kecepatan dan perubahan
tekanan. Di luar contracta vena, cairan mengembang dan kecepatan dan
tekanan perubahan sekali lagi. Dengan mengukur perbedaan tekanan fluida
antara bagian pipa normal dan di vena contracta, tingkat aliran volumetrik dan
massa dapat diperoleh dari persamaan Bernoulli.
2.3.6 Prinsip Kerja Venturi
Efek venturi terjadi pada sebuah aliran fluida yang mengalami kenaikan
velocity seiring dengan penurunan luas penampang aliran, hal tersebut diiringi
juga dengan terjadinya penurunan tekanan statis (static pressure) fluida
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hukum aliran fluida dinamik, kecepatan
aliran fluida harus naik apabila terdapat restriksi pada pipa untuk memenuhi
Hukum Kontinuitas, sedangkan besar tekanan harus turun untuk memenuhi
Hukum Konservasi Mekanika Energi.
2.5. Petunjuk Pelaksanaan Percobaan
2.5.1 Geometrical Orifice
Berikut petunjuk pelaksanaan dalam praktikum ini:
1. Isi tangka air hingga penuh, volume batas minimal air adalah ¾ volume
tangki.
2. Pastikan kondisi pompa pada kondisi mati (off) saat melakukan pengisian
tangka
3. Pasang terlebih dahulu orifice yang tersedia mulai dari orifice concentric,
kemudian orifice eccentric, dan yang terakhir pasang orifice segmental.
4. Atur keluaran air menggunakan stop kran pada rangkaian perpipaan agar
didapatkan hasil untuk data pressure pada pressure gauge rangkaian.
5. Ambil data pada masing-masing orifice sebanyak 3-5 kali percobaan.
6. Ambil data pada setiap belokan untuk menghitung kerugian mayor dan
kerugian minor. Pengambilan data dilakukan 3-5 kali percobaan.

20
7. Masukkan data percobaan ke dalam tabel percobaan.
2.5.2 Fluid Friction Apparatus Model MF 101
Berikut petunjuk pelaksanaan dalam praktikum ini:
1. Isi air tangka hingga ¾ volume tangka atau lebih dari ¾ volume tangka
2. Pastikan pompa dalam posisi off/mati saat pengisian tangka
3. Atur stop kran pada setiap percobaan:
a. Percobaan pertama
Rangkaian eksperimen pertama dengan aliran air mengalir pada pipa besi
dengan diameter ¾” seperti pada Gambar 2.11 berikut:

Gambar 2. 11 Langkah Percobaan 1


Keterangan:
P = Pressure gauge
V = Valve (stop kran)
Eksperimen pertama dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC 1” menuju
pipa besi ¾” kemudian kembali ke pipa PVC 1”. Aliran fluida mulai
mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan dialirkan melalui
valve V1. V2, V3, V4, dan V5 dengan kondisi terbuka, sedangkan valve V6,
V7, dan V8 dengan kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut
mengalir melewati P1 yang berada pada pipa PVC 1”, P5 dan P9 yang
berada pada pipa besi ¾” serta P13 yang berada pada pipa PVC 1” dimana
posisi valve V9 terbuka dan V10, V11, V12, V13, V14, V15, V16, dan V17
tertutup yang mengakibatkan aliran fluida mengalir ke atas melewati P18
dan P19 pada elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir melewati valve V19
yang terbuka dan kembali menju tangka air. Untuk mengatur variasi bukaan
pada valve dapat dilakukan dengan mengambil data pada valve V9

21
kemudian dapat dilihat data pada P1, P5, P9 dan P13, data dapat diambil 3-
5 kali percobaan.
b. Percobaan Kedua
Rangkaian eksperimen pada percobaan kedua seperti pada Gambar 2.12
adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 12 Langkah Percobaan 2


Keterangan:
P = Pressure Gauge
V = Valve (stop kran)
Eksperimen kedua dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC 1” menuju
pipa PVC ¾” kemudian kembali ke pipa PVC 1”. Aliran fluida mulai
mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan dialirkan melalui
valve V2, V3, V4, V5, dan V6 dengan kondisi terbuka, sedangkan valve V7,
dan V8 dengan kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut mengalir
melewati P2 yang berada pada pipa PVC 1”, P6 dan P10 yang berada pada
pipa PVC ¾” serta P14 yang berada pada pipa PVC 1” dimana posisi valve
V10 dan V13 terbuka sedangkan V9, V11, V12, V14, V15, V16, dan V17
tertutup yang mengakibatkan aliran fluida mengalir ke atas melewati P18
dan P19 pada elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir melewati valve V19
yang terbuka dan kembali menju tangka air. Untuk mengatur variasi bukaan
pada valve dapat dilakukan dengan mengambil data pada valve V10
kemudian dapat dilihat data pada P2, P6, P10 dan P14, data dapat diambil
3-5 kali percobaan.

22
c. Percobaan Ketiga
Rangkaian eksperimen pada percobaan ketiga seperti pada gambar 2.13
adalah sebagai berikut.

Gambar 2. 13 Langkah Percobaan 3


Keterangan:
P = Pressure Gauge
V = Valve (stop kran)
Eksperimen ketiga dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC 3/4” menuju
pipa Stainless Steel 1/2” kemudian kembali ke pipa PVC 3/4”. Aliran fluida
mulai mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan dialirkan
melalui valve V3, V4, dan V7 dengan kondisi terbuka, sedangkan valve V2
dan V8 dengan kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut mengalir
melewati P3 yang berada pada pipa PVC 3/4”, P7 dan P11 yang berada pada
pipa Stainless Steel 1/2” serta P15 yang berada pada pipa PVC 3/4” dimana
posisi valve V11, V13, dan V14 terbuka sedangkan V9, V10, V12, V15,
V16, dan V17 tertutup yang mengakibatkan aliran fluida mengalir ke atas
melewati P18 dan P19 pada elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir
melewati valve V19 yang terbuka dan kembali menju tangka air. Untuk
mengatur variasi bukaan pada valve dapat dilakukan dengan mengambil
data pada valve V11 kemudian dapat dilihat data pada P3, P7, P11 dan P15,
data dapat diambil 3-5 kali percobaan.
d. Percobaaan Keempat
Rangkaian eksperimen pada percobaan keempat seperti pada gambar 2.14
adalah sebagai berikut.

23
Gambar 2. 14 Langkah Percobaan 4
Keterangan:
P = Pressure Gauge
V = Valve (stop kran)
Eksperimen keempat dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC 3/4”
menuju pipa PVC 1/2” kemudian kembali ke pipa PVC 3/4”. Aliran fluida
mulai mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan dialirkan
melalui valve V4, dan V8 dengan kondisi terbuka, sedangkan valve V3
dengan kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut mengalir melewati
P4 yang berada pada pipa PVC 3/4”, P8 dan P12 yang berada pada pipa
PVC 1/2” serta P16 yang berada pada pipa PVC 3/4” dimana posisi valve
V12, V13, V14 dan V15 terbuka sedangkan V9, V10, V11, V16, dan V17
tertutup yang mengakibatkan aliran fluida mengalir ke atas melewati P18
dan P19 pada elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir melewati valve V19
yang terbuka dan kembali menju tangka air. Untuk mengatur variasi bukaan
pada valve dapat dilakukan dengan mengambil data pada valve V12
kemudian dapat dilihat data pada P4, P8, P12 dan P16, data dapat diambil
3-5 kali percobaan.

24
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Geometris Orifice dan Friction Apparatus


Setelah dilakukan pengambilan data dari praktikum yang telah dilakukan.
Data kemudian diinput ke tabel untuk dilakukan perhitungan rata-rata hasil
pengukuran yang kemudian nantiya akan dilakukan perhitungan debit
alirannya. Setelah diketahui debit alirannya maka dibuatlah grafik selisih tinggi
tekan dengan debit aliran.
Pada pengamatan yang kami lakukan ini, untuk setiap kategori pipa atau
katup dilakukan beberapa kali pengukuran. Pengukuran pertama yaitu
pengukuran orifice dan venture awal dengan perolehan data sebagai berikut:
A. Hasil Pengukuran Geometrical Orifice
Berikut ini adalah tabel hasil pengukuran pada belokan atau elbow.
Tabel 3. 1 Hasil Pengukuran pada Belokan (elbow)

Elbow 90° (suction) ….kg/cm2 (Psi)


No
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 7 9 7 8 9 5 9 7

2 9 11 10 10 9,5 9 12 11

3 12 11 14 15 9 13 15 14

4 16 19 17 18 10 15 17 16

5 20 22 20 20 11 19 21 21

12,8 14,4 13,6 14,2 9,7 12,2 14,8 13,8


Pada pengukuran Belokan/elbow


Elbow pada pipa fluida atau cair adalah salah satu komponen penting dalam
sistem perpipaan. Elbow berfungsi untuk mengalihkan arah aliran fluida atau
cair dalam pipa dan dapat menyebabkan kehilangan energi atau head loss pada
sistem. Rumus lengkap untuk menghitung head loss akibat elbow pada pipa
fluida atau cair adalah sebagai berikut:

25
K⋅V2
h1 = (10)
2g

Dimana:
h1 = head loss akibat elbow (m)
K = koefisien kehilangan head akibat elbow (tanpa satuan)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
m
g = percepatan gravitasi (9,81 s2)

A. Menghitung kerugian belokan P2 ke P3


h= 14,4-12,8=1,6
V=√2 × 9,81 × 1,6 = 5,602 m/s
K= 0,2
K ⋅ V2 0,2 ⋅ 5,6022
h1 = = = 0,319 𝑚
2g 2 ∙ 9,81
B. Menghitung kerugian belokan P4 ke P5
h= 14,2-13,6= 0,6
V=√2 × 9,81 × 0,6 = 3,431 m/s
K= 0,2
K ⋅ V2 0,2 ⋅ 3,4312
h1 = = = 0,119 𝑚
2g 2 ∙ 9,81

C. Menghitung kerugian belokan P6 ke P7


h= 12,2-9,7=2,5
V=√2 × 9,81 × 2,5 = 7,003 m/s
K= 0,2
K ⋅ V2 0,2 ⋅ 7,0032
h1 = = = 0,449 𝑚
2g 2 ∙ 9,81

26
D. Menghitung kerugian belokan P8 ke P9
h= 14,8-13,8=1
V=√2 × 9,81 × 1 = 4,429 m/s
K= 0,2
K ⋅ V2 0,2 ⋅ 4,4292
h1 = = = 0,119 𝑚
2g 2 ∙ 9,81

Koefisien kehilangan head akibat elbow (K) dapat dihitung menggunakan


rumus empiris atau rumus yang diberikan oleh standar seperti ASME atau DIN.
Berikut adalah rumus empiris untuk menghitung K:

1
D (3 )
K = 0,9 + 0,5 × ( Rr ) × (45 − 0,5 × θ)/45 (11)
Dimana:
Dr = diameter relatif pipa = D/R
D = diameter pipa (m)
R = jari − jari pusat belokan (m)
θ = sudut belokan (derajat)
Rumus ini berlaku untuk sudut belokan 90 derajat atau kurang dan pipa dengan
aliran turbulen. Sehingga pada data diatas jumalah tekanan bisa digunakan
untuk mencari debit dan kecepatan aliran fluida dengan rumus sebagai berikut:
Hitung kecepatan aliran fluida (V) dengan rumus: V = Q / (A x 60), dimana A
adalah luas penampang pipa. Karena yang diketahui diameter dalam, maka A
dapat dihitung dengan rumus luas lingkaran, yaitu:

𝑄 = 𝐶𝑑 × 𝐴 × √2 ⋅ 𝑔 ⋅ ℎ (12)
Dimana:
➢ Q adalah debit aliran fluida dalam satuan meter kubik per detik (m3/s).
➢ Cd adalah koefisien discharge orifice, yang merupakan rasio antara
debit aliran aktual yang terukur dan debit aliran teoritis yang
diharapkan, dan tidak memiliki satuan.
➢ A adalah luas penampang orifice dalam satuan meter persegi (m2).

27
➢ g adalah percepatan gravitasi dalam satuan meter per detik kuadrat
(m/s2).
➢ h adalah head loss (selisih tekanan) yang diukur di sepanjang pipa
antara titik sebelum orifice (upstream) dan titik setelah orifice
(downstream) dalam satuan meter (m).
Jadi untuk perhitungannya sebagai berikut ini:
V2
H1 = 0,3 × 2g
̅̅̅̅

Kecepatan aliran fluida:


Q
V=A
kapasitas maksimal
Q=
Luas Penampang Pipa
Cmak = 19 liter/menit
= 19.000 cm3/menit
19.000
𝑄= = 7.480,3 𝑐𝑚3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2,54

𝑙
𝑄 = 7,4 = 0,0001235 𝑚3 /𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3,14 × 2, +1 × 2,4
𝐴= = 4,52 𝑐𝑚2
4
Maka kecepatan aliran yang didapat adalah
𝑄
𝑉=
𝐴
0,0001235 𝑚3 /𝑠
𝑉= = 0,272 𝑚/𝑠
4,52 𝑥 10−4 𝑚2

Sehingga aliran kecepatan fluida pada pipa ukuran 1 inch adalah 0,272 m/s.
Kemudian Head Loses pada elbow 90 derajat yaitu:
𝐾 ⋅ 𝑉2
ℎ1 =
2𝑔
0,3 ⋅ 0, 2722
ℎ1 =
2 . 9,81
0,0221
ℎ1 =
19,62

28
ℎ1 = 0,0011 𝑚
Maka pada kasus percobaan praktikum head loses pada elbow atau
belokan pipa 90 derajat mengalami head loses sebesar 0,0011 m.
Tabel 3. 2 Hasil Pengukuran Gesekan Pipa

Gesekan pipa ….kg/cm2 (Psi)


No
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1 9 7 9 7 8 9 5 9

2 11 9 11 10 10 9,5 9 12

3 15 12 11 14 15 9 13 15

4 18 16 19 17 18 10 9 17

5 21 20 22 20 20 11 5 21

∑ 14,8 12,8 14,4 13,6 14,2 9,7 12,2 14,8

Menghitung Aliran dalam Saluran Tertutup atau Keugian Gesek (Hf)


Untuk perhitungan dalam pipa umumnya dipakai persamaan Darcy-
Weisbach Persamaan Darcy-Weisbach atau persamaan 5.
• Percobaan Gesekan pada pipa P1 dan P2
h = 14,8 – 12,8 = 2 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm
V = √2𝑔ℎ = 2 x 9,81 x 2
= 6,26
f = 0,1
g = 9,81 m/s2
𝐿 𝑉^2 210 6,26^2
hf = 𝐷 . . f = 2,54 . . 0,1
2.𝑔 2.9,81

hf = 0,16451 m
• Percobaan Gesekan pada pipa P3 dan P4
h = 14,4 – 13,6 = 0,8 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm

29
V = √2𝑔ℎ = 2 x 9,81 x 0,8
= 3,96
f = 0,1
g = 9,81 m/s2
𝐿 𝑉^2 210 3,96^2
hf = 𝐷 . . f = 2,54 . . 0,1
2.𝑔 2.9,81

hf = 0,653 m
• Percobaan Gesekan pada pipa P5 dan P6
h = 14,2 – 9,7 = 4,5 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm
V = √2𝑔ℎ = 2 x 9,81 x 4,5
= 9,39
f = 0,1
g = 9,81 m/s2
𝐿 𝑉^2 210 9,39^2
hf = 𝐷 . . f = 2,54 . . 0,1
2.𝑔 2.9,81

hf = 0,4493 m
• Percobaan Gesekan pada pipa P7 dan P8
h = 14,8 – 13,8 = 1 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm
V = √2𝑔ℎ = 2 x 9,81 x 1
= 4,42
f = 0,1
g = 9,81 m/s2
𝐿 𝑉^2 210 4,42^2
hf = 𝐷 . . f = 2,54 . . 0,1
2.𝑔 2.9,81

hf = 0,8231 m

30
Tabel 3. 3 Hasil Pengukuran Pada Orifice

Pengukuran Aliran Melalui Orifice (Psi; Kpa ; Bar ; Kpf)


Orifice Segmental, Orifice Excentric dan Orifice Concentric
No
Psi Kpa Bar
P10 P11 P10 P11 P10 P11
1 8 8 55 55 0,55 0,55

2 11,5 11,5 80 80 0,80 0,80


3 14,5 14,5 100 100 1,0 1,0
4 17,5 17,5 120 120 1,2 1,2

5 21,5 21,5 150 150 1,5 1,5


∑ 14,6 14,6 101 101 1,01 1,01

Hasil laju kecepatan aliran pada orifice dapat dihitung melalui rumus:
Q =V×A

• Dengan tekanan satuan Bar.


P1 = (0,5) pV12 = P2 + (0,5)pV22

2
2(P11 − P10)
V2 = ( )
p

1/2
2(0,9 x 105 )
V2 = ( )
1000

V2 = P1 − P2 (V1 )

V2 = 13,41 m/s

Q=V×A

Q = 13,41 × 2,54

= 34,061m3 /s

31
• Dengan tekanan satuan psi

2 × (P11 − P10)
V = √( )
p

1/2
2(0,4 x 105 )
V =( )
1000

V = 0,814 m/s

Q=V×A

Q = 0,814 × 2,54

= 2,067 m3 /s

• Dengan tekanan satuan kpa

P1 = (0,5) pV12 = P2 + (0,5)pV22 × 100

2
2(P11 − P10)
V2 = ( ) × 100
p

1/2
2(0,9 x 105 )
V2 = ( ) × 100
1000

V2 = P1 − P2 (V1 ) × 100

V2 = 1341 m/s

Q=V×A

Q = 1341 × 2,54

= 34061 m3 /s

Debit pada orifice diatas, itulah debit yang yang dihasilkan pada orifice pada
tekanan P10 dan P11.

32
B. Hasil Pengukuran Friction Apparatus
Tabel 3. 4 Hasil Pengukuran tekanan aliran pada diameter pipa (1”)

Pengukuran tekanan aliran (kg/ cm2) atau (lb/ in2= Psi) Tinggi muka air (cm)
Diameter pipa paralon ke Venturi meter orifice
Diameter pipa paralon ke besi
No paralon
Kontraksi Pembesaran Kontraksi Pembesaran in out in out
1” ¾” ¾” 1” 1” ¾” ¾” 1”
1 1,50 1,25 1,25 1,2 1,25 1,40 1,25 1,2 141 134 139,5 128
2 3 3,75 3,1 2,8 1,5 1,8 1,4 1,5 141 134 139,5 128
3 3,4 3,6 3,7 2,7 2,50 2,7 2,4 2,5 141 134 139,5 128
4 6 6,2 6,3 5,9 5 5,5 5,2 5,3 141 134 139,5 128
5 9 9,2 9,1 8,5 9 9,5 9,1 9,2 141 134 139,5 128
∑ 4,58 4,8 4,69 4,22 3,85 4,18 3,87 3,94 141 134 139,5 128

1. Perhitungan aliran pada diameter pipa (1”)

a) Pengukuran kontraksi

1) Pipa paralon ke besi (1” ke ¾”)


h = 4,58 – 4,8 = 0,22 cm
V = √2 × g × h
V = √2 × 9,81 × 0,22 = 2,07

1 2 V2
hc = (cc − 1) × 2g

1 2 2,072
hc = (0,625 − 1) × 2 . 9,81

4,2
hc = (0,6)^2 × 19,62

hc = 0,077 cm

2) Pipa paralon ke paralon (1”ke ¾”)

h = 4,18 – 3,85 = 0,33 cm

V = √2 × g × h

V = √2 × 9,81 × 0,55 = 2,54

33
1 2 V2
hc = (cc − 1) × 2g

1 2 2,542
hc = (0,625 − 1) × 2 . 9,81

6,45
hc = (0,6)^2 × 19,62

hc = 0,118 cm

2. Pengukuran karakteristik orifice flow meter dan venturi flow meter


1) Venturi
h = 141– 134 = 7 cm
K = 0,94 (koefisien orifice)
d1 = 2,54 cm
d2 = 1,905 cm
g = 9,81 m/s = 981 cm/s
π
A1 = ⋅ 2,542 = 5,06 cm2
4
π
A2 = ⋅ 1,9052 = 2,85 cm2
4

A1 − A2
Q=k⋅ ⋅ √2. g. h
√A1 − A2

5,06 − 2,85
Q = 0,97 ⋅ ⋅ √2 . 9,81 . 7
√5,062 − 2,852

Q = 6,008 cm3 /s

2) Orifice
h = 139,5 – 128 = 11,5
K = 0,94 (koefisien orifice)
d1 = 2,54 cm
d2 = 1,905 cm
π
A1 = ⋅ 2,542 = 5,06 cm2
4
π
A2 = ⋅ 1,9052 = 2,85 cm2
4
g = 9,81 m/s = 981 cm/s

34
A1 − A2
Q=k⋅ ⋅ √2. g. h
√A1 − A2
5,06 − 2,85
𝑄 = 0,97 ⋅ ⋅ √2 . 9,81 . 11,5
√5,062 − 2,852
Q = 7,701 cm3

Tabel 3. 5 Hasil Pengukuran tekanan aliran pada diameter pipa (¾ “)

Pengukuran tekanan aliran (kg/ cm2) atau (lb/ in2= Psi) Tinggi muka air (cm)
Diameter pipa paralon ke Diameter pipa paralon ke Venturi meter orifice
No besi paralon
Kontraksi Pembesaran Kontraksi Pembesaran in out in out
¾“ ½” ½” ¾“ ¾“ ½” ½” ¾“
1 1,2 0,5 0,6 1,25 2,40 2,30 1,25 1,0 141 134 139,5 128
2 2 1,25 1,25 2 2,50 2,40 1,50 1,25 141 134 139,5 128
3 2,5 1,25 1,25 2,5 2,80 2,60 1,70 1,25 141 134 139,5 128
4 6,5 6 6 6,5 7 7,5 7 6,5 141 134 139,5 128
5 9 8 8 9,5 9 9,2 8,5 8 141 134 139,5 128
∑ 4,24 3,4 3,42 4,35 4,74 4,8 3,99 3,6 141 134 139,5 128

3. Perhitungan aliran pada diameter pipa (¾“)


a) Pengukuran kontraksi
b) Pipa paralon ke besi (Pengukuran kontraksi

1) Pipa paralon ke pipa besi (¾“ ke ½“)


h = 4,24 – 3,4 = 0,84 cm
V = √2 × g × h
V = √2 × 9,81 × 0,84 = 4,05

1 2 V2
hc = (cc − 1) × 2g

1 2 4,052
hc = (0,625 − 1) × 2 . 9,81

16,40
hc = (0,6)2 × 19,62

hc = 0,3009 cm

35
2) Pengukuran pipa paralon ke pipa paralon (¾“ ke ½“)

h = 4,74 – 4,8 = 0,06 cm

V = √2 × g × h

V = √2 × 9,81 × 0,06 = 1,08


1 2 V2
hc = (cc − 1) × 2g

1 2 1,082
hc = (0,625 − 1) × 2 . 9,81

1,166
hc = (0,6)2 × 19,62

hc = 0,0213 cm

4. Pengukuran karakteristik orifice flow meter dan venturi flow meter


1) Venturi
h = 141 – 134 = 7 cm
K = 0,97 (koefisien orifice)
d1 = 1,905 cm
d2 = 1,27 cm
g = 9,81 m/s = 981 cm/s
π
A1 = ⋅ 1,9052 = 2,85 cm2
4
π
A2 = ⋅ 1,272 = 1,26 cm2
4
A1 − A2
𝑄=𝑘⋅ ⋅ √2. g. h
√A1 − A2
2,85 – 1,26
𝑄 = 0,97 ⋅ ⋅ √2 . 9,81 . 7
√2,852 − 1,262
Q = 7,0704 cm3 /s

2) Orifice
h = 139,5 – 128 = 11,5 cm
K = 0,97 (koefisien orifice)
d1 = 1,905 cm
d2 = 1,27 cm

36
g = 9,81 m/s = 981 cm/s
π
A1 = ⋅ 1,9052 = 2,85 cm2
4
π
A2 = ⋅ 1,272 = 1,26 cm2
4
A1 − A2
Q= k⋅ ⋅ √2. g. h
√A1 − A2
2,85 – 1,26
Q = 0,97 ⋅ ⋅ √2 . 9,81 . 11,5
√2,852 − 1,262
Q = 9,0625 cm3 /s

3.2 Grafik
3.2.1 Grafik Pengukuran Karakteristik Orifimeter dan Venturi Meter
Hubungan antara selisih tinggi tekan dengan debit aliran (Q) pada
orifice dan venturi dapat dilihat pada Grafik 1. berikut.

Venturi 1" Orifice 1" Venturi ¾“ Orifice ¾“

14
11,5 11,5
12
Tinggi Tekanan (CM)

10

8 7 7

2
0
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Debit Aliran(cm^3 /s)

Dari grafik dapat disimpulkan bahwa semakin besar tinggi tekan


maka semakin besar juga debit alirannya, dimana pada kasus ini tinggi tekan
orifice lebih besar sehingga debit alirannya juga lebih besar.

37
3.2.2 Grafik Pengukuran Kontraksi Pipa

Pipa paralon ke besi 1" ke 3/4" Pipa paralon ke paralon 1" ke 3/4"
Pipa paralon ke besi 3/4" ke 1/2" pipa paralon ke paralon 3/4" ke 1/2"
0,9 0,84
0,8
0,7
0,6
0,5
h

0,4 0,33
0,3 0,22
0,2
0,06
0,1 0
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
hc

Berdasarkan Grafik 2, dapat disimpulkan hubungan antara selisih tinggi tekan


dengan kontraksi pipa pada berbagai jenis ukuran pipa adalah semakin besar selisih
tinggi tekan pipa maka semakin besar pula kontraksi pipanya.
3.2.3 Grafik Kerugian Gesekan Pipa

p1-p2 p3-p4 p5-p6 p7-p8

5 4,5
4,5
4
3,5
3
2,5
h

2
2
1,5 1
0,8
1
0,5 0
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
hf

Dari grafik dapat disimpulkan bahwa semakin besar selisih tinggi tekan pipa
maka semakin besar pula kerugian gesekannya, dalam kasus ini jenis pipa ½”
memiliki tinggi tekan yang paling besar sehingga kerugian gesekannya juga yang
paling besar

38
3.2.4. Grafik Kerugian Belokan Pipa

p2-p3 p4-p5 p6-p7 p8-p9

3
2,5
2,5
Tinggi Tekanan (CM)

2
1,6
1,5
1
1
0,6
0,5
0
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5
kerugian belokan

Berdasarkan grafik di atas dapat kita ketahui bahwa kerugian belokan pipa
berbanding lurus dengan nilai selisih tinggi tekan pipa. Semakin semakin naik nilai
selisih tinggi tekan maka semakin besar nilai kerugian belokan pada pipa.

3.2.5 Grafik Orifice Segmental

Venturi 1" Orifice 1" Venturi ¾“ Orifice ¾“

14
11,5 11,5
12
Tinggi Tekanan (CM)

10

8 7 7

2
0
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Debit Aliran(cm^3 /s)

39
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari Praktikum Fenomena Dasar Mesin ini dapat diambil kesimpulan
yaitu :
1. Semakin besar tinggi tekan maka semakin besar juga debit alirannya,
dimana pada fenomena tersebut tinggi tekan orifice lebih besar sehingga
debit alirannya juga lebih besar.
2. Hubungan antara selisih tinggi tekan dengan kontraksi pipa pada berbagai
jenis ukuran pipa adalah semakin besar selisih tinggi tekan pipa maka
semakin besar pula kontraksi pipanya.
3. Semakin besar selisih tinggi tekan pipa maka semakin besar pula kerugian
gesekannya, dalam fenomena ini jenis pipa ½” memiliki tinggi tekan yang
paling besar sehingga kerugian gesekannya juga yang paling besar.
4. Kerugian belokan pipa berbanding lurus dengan nilai selisih tinggi tekan
pipa. Semakin semakin naik nilai selisih tinggi tekan maka semakin besar
nilai kerugian belokan pada pipa.
5. Praktikum Fenomena Dasar Mesin pipa orifice dapat digunakan untuk
memahami prinsip-prinsip dasar pengukuran laju aliran fluida dalam pipa
dan memperkenalkan siswa dengan perangkat-perangkat yangdigunakan
dalam pengukuran tersebut.

Kesimpulan itu merujuk dan didapat berdasarkan pengamatan dan


praktikum kami, itulah beberapa kesimpulan yang kami dapat dari
Praktikum Fenomena Dasar Mesin.

4.2. Saran
Demi kemajuan dan perbaikan mata kuliah Praktikum Fenomena
Dasar Mesin berikutnya, saya memberikan saran yaitu :
1. Untuk kedepannya penggunaan alat ukur diselaraskan dengan
menggunakan alat ukur digital.

40
2. Untuk kedepannya bisa digunakan berbagai jenis cairan yang berbeda agar
tahu perbedaan jika menggunakan jenis cairan yang berbeda.
3. Alangkah lebih baiknya apabila alat yang digunakan praktikum
menggunakan pipa transparan agar bisa terlihat jelas aliran fluidanya
ketika turbulance / laminer.
4. Untuk alat praktikum sendiri masih terjadi kendala pada pipanya yang
masih banyak kebocoran sehingga pengambilan data menjadi kurang
akurat.

41
DAFTAR PUSTAKA

Alfiana, Fitri. 2018. “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Fluid Friction
Apparatus (Sistem Model MF 101)”. Magelang: Universitas Tidar.

M. White, Frank dan Hariandja, Manahan 1988. Mekanika Fluida. Jakarta:


Erlangga

Salimin. 2009. Pengaruh Perubahan Aliran Tehadap Koefisien Kerugian Dinamika


Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Tim Laboratorium. 2015. Buku Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.


Magelang: Universitas Tidar

42
LAMPIRAN

43

Anda mungkin juga menyukai