DIBUAT OLEH:
KELOMPOK 2
Ian Maulana Usrha 42120002
Muh. Isman 42120007
Ricky Rahmat 42120011
Rezky Putra Ananda Hamzah 42120016
Muhammad Thalib 42120021
3A D4 TEKNIK LISTRIK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul “Inspeksi dan Pemeliharaan Jaringan Tegangan Menengah”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
maka dalam praktek maupun pembuatan laporan ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak terkait, khususnya kepada dosen pembimbing (instruktur) dan rekan
kelompok.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan, baik dari isi, penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan maaf sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dalam pembuatan laporan
kedepannya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya dan semoga
semuanya yang terlibat dalam penyusunan laporan ini mendapatkan balasan dari
Allah Subhanallahu Wata’ala.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB VI ............................................................................................................................. 24
6.1 Inspeksi tiang .................................................................................................... 24
6.2 Inspeksi Isolator ................................................................................................ 24
6.3 Penghantar/konduktor ....................................................................................... 24
6.4 Cross Arm ......................................................................................................... 25
6.5 Strain Clamp dan Baut ...................................................................................... 25
6.6 Pengujian Tahanan Isolator ............................................................................... 25
6.7 Pengujian Tegangan .......................................................................................... 25
BAB VII ............................................................................................................................ 26
7.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 26
7.2 Saran ................................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 28
LAMPIRAN...................................................................................................................... 29
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Percobaan
Setelah praktek dilaksanakan diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melatih keterampilan mahasiswa dalam pemeriksaan dan pengujian
jaringan tegangan menengah (JTM).
2. Memelihara hantaran saluran udara tegangan menengah (SUTM)
3. Memelihara isolator saluran udara tegangan menengah (SUTM)
2
BAB II
TEORI DASAR
3
wire) dapat dipakai pada tiang sudut dan tiang ujung tetapi tidak dipasang
pada tiang awal. Pada tempat‐tempat tertentu jika sulit memasang guy wire
pada tiang akhir atau tiang sudut, dapat dipakai tiang dengan kekuatan
tarik besar.
Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar
pada tiang, hanya dipakai 2 jenis isolator yaitu isolator peregang (hang
isolator/suspension isolator) dan isolator penumpu (line-post/pin-post/pin-
insulator). Isolator peregang dipasang pada tiang awal / akhir / sudut.
Isolator penumpu dipasang pada tiang penumpu dan sudut.
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk
vertikal, horizontal atau delta. Konstruksi sistem pembumian dengan
tahanan (R = 12 Ohm, 40 Ohm dan 500 Ohm) atau dengan multi grounded
common netral (solid grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral
bersama TM, TR. Isolator dipasang pada palang (cross arm/bracket/
travers) tahan karat (Galvanized Steel Profile).
Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ini dapat
berupa:
1. A3C (All Alumunium Alloy Conductor)
2. A3C–S (Half insulated A3C, HIC) ; atau full insulated (FIC).
3. Full insulated A3C twisted (A3C‐TC)
Luas penampang penghantar 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2 , 150 mm2, 240
mm2
C. Dasar Pertimbangan
1. Alasan teknis, persyaratan teknis
2. Alasan ekonomis, murah
3. Alasan estetika, segi keindahan
4. Alasan pelayanan, kontunuitas pelayanan, jenis/macam pelanggan.
4
2.2 Karakteristik Jaringan Distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah
Karakteristik jaringan distribusi saluran udara-TM adalah sebagai berikut:
a. Pada gardu induk: pengaman circuit breaker dengan automatic recloser
(pemutus balik).
b. Penghantar: A3C, A2C, ACSR; Single core cable, dan Twisted cable
Ukuran 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2, 187,5 mm2, 240 mm2.
c. Secara umum penggunaan pada daerah dengan kepadatan beban rendah,
misalnya daerah pedesaan atau kota kecil.
d. Sifat pelayanan
• Jangkauan luas
• Tingkat keandalan penyaluran relatif rendah
• Murah dan mudah dibangun.
• Tingkat perawatan tinggi.
• Pemeliharaan lebih sulit
• Sistem 3 fasa dan atau 1 fasa.
e. Struktur Jaringan : Umumnya beberapa tempat membentuk radial terbuka
(open ring) sesama fider utama.
f. Pengaman jaringan:
• Circuit breaker pada gardu induk dengan relai overcurrent phasa-
phasa dan groundfault non directional.
• Automatic recloser pada titik-titik tertentu.
• Sectionalizer pada jaringan cabang
• Cut-out fuse pada jaringan dengan cabangan ranting.
• Pole switch pada tiap 4 km.
• Arrester tipe 5 KA untuk tiang tengah dan tipe 10 KA untuk tiang
ujung serta pada gardu distribusi dan pertemuan dengan kabel tanah.
g. Gardu Distribusi : Beton, Portal, dan Cantol (3 fasa, 2 fasa, 1 fasa)
5
h. Tiang Penyangga:
• Tinggi 11 m, 12 m, 13 m, 15m.
• Kekuatan tiang : 200 daN, 350 daN, 500 daN, 800 daN, 1200 daN.
• Jenis tiang: beton atau besi.
i. Sistem Pentanahan:
• Pentanahan pada tiang dengan nilai tahanan tanah maksimum 10
ohm.
• Pentanahan sistem bersama dengan penghantar netral jaringan
tegangan rendah.
• Pentanahan sistem pada transformator gardu induk dengan tahanan
40 ohm, 500 ohm dan atau solid grounded/pentanahan langsung pada
sistem jeringan netral bersama.
j. Kapasitas-kapasitas transformator
• Pada gardu beton, kapasitas besar.
• Pada gardu portal/cantol, kapasitas 25 KVA, 50 KVA, 160 KVA, 250
KVA, 315 KVA, 400 KVA, sistem 3 fasa atau 25 KVA, 50 KVA satu
fasa pada sistem jaringan netral bersama.
• Cut-out fused dan arrester untuk proteksi transformator distribusi.
• Gardu distribusi beton, portal, cantol.
6
- Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)
Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan
material XLPE (croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan
6 kV dan harus memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995.
- Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)
XLPE dan berselubung PVC berpenggantung penghantar baja dengan
tegangan Pengenal 12/20 (24) kV. Penghantar jenis ini khusus
digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh. SPLN 43-52:1995-
Kabel
Konstruksi menggunakan penghantar telanjang AAC dan AAAC.
Untuk kawat petir (shield/earth wire) dipakai penghantar dengan luas
penampang 16 mm2. Kawat ACSR digunakan untuk kondisi geografis
tertentu (antara lain memerlukan bentangan melebihi jarak standar untuk
memperkecil andongan dan memperkuat gaya mekanis).
B. Isolasi
Isolasi berfungsi untuk mengisolasi dan memimasahkan bagian
yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan/ ground, baik
saat normal continous operation dan saat terjadi surja (termasuk petir)
didalam saluran transmisi. Maka dari itu isolator pada jaringan transmisi
SUTT/SUTET harus memiliki keandalan untuk mengisolasi dan
memisahkan bagian bertegangan dan tidak bertegangan tersebut. Pada
jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang
penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah:
- Isolator Tumpu
Pin-Insulator Pin-Post Insulator Line-Post Insulator
7
Gambar 2. 1 Isolator Tumpu
- Isolator Tarik
Piringan Long Rod Keterangan
Material dasar
isolator Long Rod
dapat berupa
keramik atau gelas
atau polimer
8
D. Tiang
Sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan jarak aman
sesuai dengan ketetentuan. Terbuat dari bahan yang kuat menahan beban
tarik maupun tekan yang berasal dari kawat ataupun tekanan angin.
Menurut bahannya tiang listrik terdiri dari :
- Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan
distribusi, kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada
beberapa wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu
memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang penopang penghantar
penghantar SUTM.
- Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga
diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih
mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diizinkan
karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton.
Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan
transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat
diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.
- Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di
seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi
tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi
rangkaian besi profil.
Spesifikasi tiang kayu yang dapat digunakan pada jaringan distribusi
harus memenuhi SPLN 115:1995 tentang Tiang kayu untuk jaringan
distribusi. Spesifikasi Tiang besi yang dapat dipergunakan pada Saluran
Udara Tegangan Menengah, sesuai SPLN 54 : 1983 tentang Standar Tiang
Besi Baja dapat dilihat pada tabel 2.1.
9
Tabel 2. 1 Spesifikasi Tiang Besi Baja untuk SUTM
10
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan
terhadap bendabenda disekelilingnya baik secara mekanis atau
elektromagnetis yang tidak memberikan pengaruh membahayakan. Secara
rinci Jarak aman jaringan terhadap bangunan lain dapat dilihat pada tabel
2.3 . Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah
1 m baik vertical atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak
minimal antara JTM dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm.
Tabel 2. 3 Jarak Aman SUTM
dari atap
kereta
8. Underbuilt TM-TM ≥1 meter
9. Underbuilt TM-TR ≥ 1 meter
11
Sistem Jaringan Distribusi Primer disebut Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) disebut juga tegangan menengah, yaitu jaringan yang menghubungkan
gardu induk dengan gardu distribusi yang biasanya menggunakan tegangan
distribusi 6 kV, 7 kV, 12 kV, 20 kV. Jaringan Distribusi Primer atau JTM
merupakan fasa-tiga sedangkan jaringan distribusi sekunder atau Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) merupakan fasa-tunggal dan fasa-tiga dengan empat
kawat. Di Indonesia umumnya tegangan yang digunakan pada sistem
distribusi jaringan tegangan rendah adalah 380/220 volt.
12
Tumbuhan yang merambat dan dahan / ranting pohon besar dapat
pulamenjadi penyebab gangguan
- Jumper putus .
Karena korosi, terjadi pemburukan tahanan kontak jumper konduktor
putus jatuh ketanah
- Isolator retak atau pecah. Apabila terjadi isolator pecah mudah ditemukan
namun apabila isolator retak sulit ditemukan, keduanya dapat menjadi
penyebab gangguan.
13
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat yang digunakan
Tabel 3. 1 Daftar alat yang digunakan pada inspeksi JTM
14
10. Drum jack Buah 1
12. Clamp Buah 1
13 Strain clamp Buah 1
3.2 Bahan
Tabel 3. 3 Daftar bahan pada pemeliharaan JTM
15
BAB IV
LANGKAH KERJA
16
6. Menguji jaringan
a. Menguji tahanan isolasi jaringan diuji sesuai standar/acuan .
b. Menguji urutan fase sesuai standar/acuan.
c. Menguji jaringan dengan tegangan dan waktu tertentu sesuai
standar/acuan.
4.2 Gambar Rangkaian
17
g. Pemasangan rambu area kerja.
h. Menancapkan batang aluminium/tembaga grounding.
i. Pemasangan grounding set R-S-T secara berurut.
18
g. Mengikat ujung konduktor pada ujung akhir tiang dengan menggunakan
Clamp atau Strain Clamp.
h. Menarik kembali ujung Konduktor Twisted menuju tiang awal sehingga
kondisi konduktor mendekati andongan saging.
i. Mengukur dari Pole Braket ke tiang jarak andongan sesuai yang
dipersyaratkan dan memasang pasang papan bidik pada tiang di tengah /
tiang ke 2.
j. Mengukur dari tengah Isolator String ke tiang jarak andongan seperti
yang dianjurkan (seperti tiang awal).
k. Memasang Stringing Pole pada Konduktor Twisted, tarik Konduktor
twisted bersama-sama dan amati andongan pada benang bidik.
l. Menyesuaikan andongan Konduktor Twisted seperti yang dianjurkan
pembimbing.
m. Mengontrol kembali posisi andongan Konduktor Twisted.
n. Bila kedudukan Konduktor Twisted sama, maka pekerjaan saging telah
selesai.
o. Melakukan Clamping pada masing-masing tiang. Mengikatan konduktor
dengan isolator seperti pada gambar 4.2. (Melilitkan pengikat pada leher
isolator, melilitkan pengikat kawat sebelah kanan 1 kali dan 1 kali sebelah
kiri, mengikat pada leher isolator, melilitkan pengikat kawat sebelah
kanan 2 kali, menyilangkan pengikat ke sebelah kiri, melilitkan pengikat
pada kawat sebelah kiri 2 kali, menyilangkan pengikat ke sebelah kanan,
dan mengunci ikatan sebelah kanan dan kiri. )
19
p. Makukan pemeriksaan hasil pekerjaan yang telah dilakukan, bila terjadi
kelainan segera lakukan perbaikan.
20
BAB V
DATA PERCOBAAN
(Ω)
21
5.2 Pengukuran Tiang
Tabel 5. 2 Pengukuran Tiang
22
Jenis Tegangan Arus
No Keterangan
Hubungan (V) (A)
23
BAB VI
ANALISIS DATA
24
6.4 Cross Arm
Memeriksa kondisi Cross Arm/travers salah satu bagian penting dalam
jaringan tegangan menengah karena Cross Arm ini gunanya menompang
kabel dari insolator dan kabel TM. Apabila Cross Arm tesebut sudah lapuk
atau tidak layak maka PLN akan menggantikan dengan Cross Arm yang baru
agar bisa menahan beban tegangan yang dihantar oleh kabel TM. Hasil
inspeksi yang diperoleh yaitu terdapat Cross Arm yang miring sehingga
diperlukan perbaikan berupa pelurusan kembali sesuai standar yang berlaku.
6.5 Strain Clamp dan Baut
Memeriksa dengan cara menelusuri sepanjang tegangan menengah yang
ada di setiap jaringan. Hasil inspeksi yang diperoleh yaitu terdapat beberapa
stain clam yang retak/rusak, sehingga diperlukan penggantian material dan
juga terdapat beberapa baut yang sudah berkarat dan perlu diganti.
6.6 Pengujian Tahanan Isolator
Pengukuran tahanan isolasi menggunakan Insulation Tester dan dilakukan
pengecekan secara fisik pada isolator. Pengukuran dilakukan pada sisi
primer dan netral. Standard tahanan transformator adalah 1000Ω untuk setiap
25
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktek inspeksi & pemeliharaan JTM dapat
disimpulkan:
1. Berdasarkan hasil pengukuran tahanan isolator masih dalam kondisi layak
operasi.
2. Penghantar/Konduktor pada jaringan mengalami kendor sehingga perlu
dilakukan perbaikan.
3. Cross Arm miring sehingga diperlukann perbaikan berupa pelurusan
kembali sesuai standard yang berlaku
4. Stain clamp mengalami kerusakan/retak dan baut berkarat sehingga perlu
diganti.
5. Sistem pentanahan adalah system hubungan penghantar yang
menghubungkan system,badan peralatan dan instalasi dengan tanah
sehingga dapat mengamankan manusi dari sengatan listrik, dan
mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya gangguan
listrik.
6. Pengukuran tahanan isolasi digunakan untuk memeriksa status isolasi dan
perlengkapan listrik. Semakin besar tahanan isolasi maka semakin tinggi
kemampuan untuk pengaman isolasi pada suatu trafo. Dari percobaan
yang telah dilakukan, tahanan isolator melebihi standard sehingga isolator
dalam keadaan baik.
7. Tegangan tidak dapat diukur karena tidak tersedianya alat ukur. Namun
secara fisik,kawat mengalami kendur. Sehingga diperlukan pengencangan
kawat penghantar.
26
7.2 Saran
1. Selalu memeriksa perlengkapan K3
2. Memastikan rangkaian percobaan sudah benar.
3. Memerhatikan peletekan alat seperti tang (tidak menyimpan di atas
tiang).
4. Senantiasa berhati-hati dalam bekerja
5. Penyediaan alat ukur
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29
Gambar 3 Pemasangan Grounding Set
30
Gambar 5 Penggantian Isolator dan Penarikan Penghantar
31