Disusun Oleh :
i
Lembar Pengesahan ( 2 )
ii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan
Laporan ini ditulis untuk melengkapi kegiatan mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) mahasiswa teknik elektro yang dilaksanakan pada 18 Juli 2016
sampai dengan 24 Agustus 2016 di PT. Rekayasa Industri. Dalam pembuatan laporan
Praktek Kerja Lapangan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan dan
kerja sama dari semua pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan
1. Bapak Massus Subekti, S.Pd, MT, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik
2. Ibu Nur Hanifa Yuninda ST., M.T., selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja
4. Orang tua, teman – teman Mahasiswa PKL dan Mahasiswa Teknik Elektro UNJ.
5. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis selama melakukan kerja praktek dan dalam penyusunan laporan ini.
iii
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna memperbaiki dan meyempurnakan penulisan karya lain yang akan
datang. Penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.2 Pencahayaan Alami ............................................................................. 13
3.3 Jenis Lampu yang Digunakan Pada Gedung ROB-1.............................. 14
3.3.1 Lampu LED Tube................................................................................ 14
3.4 Kualitas Pencahayaan di Tempat Kerja .................................................. 15
3.4.1 Brightness Distribution ........................................................................ 16
3.4.2 Glare atau Silau ................................................................................... 16
3.4.3 Shadow atau Bayang-Bayang ............................................................. 17
3.4.4 Background atau Latar Belakang ...................................................... 17
3.5 Renderasi Warna (Colour Rendering) ...................................................... 17
3.6 Dampak Buruk Pencahayaan yang Kurang Baik ................................... 19
3.6.1. Computer Vision Syndrome (CVS) ..................................................... 20
3.6.2. Gejala Computer Vision Syndrome (CVS) ......................................... 20
3.6.3. Langkah Pencegahan Computer Vision Syndrome (CVS) ............... 22
3.7 Pengukuran Intensitas Cahaya Penerangan ............................................ 24
3.7.1. Standar Minimum Pencahayaan ....................................................... 25
3.7.2. Alat Ukur yang Digunakan ................................................................ 29
3.7.3. Pengukuran Iluminasi ........................................................................ 31
3.7.4. Berdasarkan Perhitungan Rumus ..................................................... 35
3.7.5. Pengukuran Intensitas Cahaya di Dalam Ruang Kerja .................. 38
3.7.6. Data Hasil Pengukuran ...................................................................... 40
3.8. Perawatan Lampu Penerangan ................................................................. 45
3.8.1. Perawatan Harian ............................................................................... 46
3.8.2. Perawatan Bulanan ............................................................................. 48
3.8.3. Perawatan Tahunan ............................................................................ 50
BAB IV ....................................................................................................................... 52
PENUTUP .................................................................................................................. 52
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 52
4.2 Saran .............................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 55
LAMPIRAN – LAMPIRAN ..................................................................................... 56
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.7. Hasil perhitungan lux menggunakan rumus pada lantai dasar gedung
ROB-1 PT. Rekayasa Industri ………………………………………………. 36
Tabel 3.8. Hasil perhitungan lux menggunakan rumus pada lantai 1 gedung
ROB-1 PT. Rekayasa Industri ……………………………………………….. 37
Tabel 3.8. Hasil perhitungan lux menggunakan rumus pada lantai 2 gedung
ROB-1 PT. Rekayasa Industri ……………………………………………… 38
Tabel 3.9. Hasil pengukuran lux menggunakan lux meter pada lantai dasar
gedung ROB-1 PT. Rekayasa Industri ………………………………………. 42
Tabel 3.10. Hasil pengukuran lux menggunakan lux meter pada lantai 1 gedung
ROB-1 PT. Rekayasa Industri ………………………………………………. 43
Tabel 3.11. Hasil pengukuran lux menggunakan lux meter pada lantai 2 gedung
ROB-1 PT. Rekayasa Industri ……………………………………………......44
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
akan kesungguhan inovasi untuk memberikan yang terbaik bagi klien serta
memposisikan Rekind sebagai perusahaan EPC Nasional terdepan dalam lingkup
regional.
2
1.1.3.3 NILAI PERUSAHAAN
a. Integritas
Keikhlasan, kelurusan hati, kejujuran, satunya kata dan perbuatan,
dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi, yang
diterapkan secara konsisten; serta penerapan nilai-nilai kepatutan dan
kepatuhan secara sungguh-sungguh, bertanggungjawab dan
akuntabel dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga.
b. Fokus Pada Pelanggan
Memiliki komitmen kuat untuk memberikan pelayanan yang
melampaui harapan setiap pelanggan dengan memberikan jasa dan
produk yang berkualitas, handal dengan tepat waktu melalui
hubungan yang harmonis agar tercapai kepuasan bersama.
c. Profesional
Senantiasa memiliki dan mengembangkan pengetahuan dan keahlian
sesuai dengan fungsi serta bertanggungjawab atas pencapaian kinerja
yang optimal dengan menjunjung tinggi standar profesi dan etika.
d. Kerja Sama
Kesadaran dan kesediaan untuk bersinergi antar individu, unit kerja,
klien dan mitra kerja dengan mengerahkan segenap kemampuan
yang dimiliki secara ikhlas dan cerdas dalam mencapai tujuan
perusahaan.
e. Inovasi
Memiliki semangat tinggi untuk terus berkreasi mencari dan
memanfaatkan peluang melalui penerapan informasi, pengetahuan
dan teknologi dalam rangka memberikan keunggulan mutu,
meningkatkan daya saing, dan nilai tambah perusahaan.
f. Peduli Terhadap Sesama
Membangun dan mengembangkan SDM sebagai aset utama
Perusahaan dengan memperlakukannya secara transparan, wajar,
obyektif dan proporsional, sehingga dapat secara sadar berkontribusi
3
aktif, dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta
peningkatan nilai Perusahaan dengan memperhatikan kepentingan
Stakeholder.
4
4. Perawatan lampu penerangan
Penulis memilih lingkup pekerjaan “Perawatan lampu penerangan” sebagai
bagian terpenting berlangsungnya sistem pencahayaan pada tiap-tiap ruangan agar
kenyamanan kerja dapat terjaga.
Hari Sabtu merupakan hari libur, kecuali bagi karyawan yang sedang
maintenance.
5
BAB II
6
2.2 Pelaksanaan PKL
Seluruh kegiatan PKL yang telah kami laksanakan di PT. Rekayasa Industri
dapat dilihat pada tabel 2.1 :
7
7 Gedung Perawatan harian (mengganti lampu
RTO 1 yang mati)
8
14 Gedung Perawatan bulanan (pengecekan
RTO 2 wiring, fitting, dan cover lampu)
pada lantai dasar, lantai 1 di Gedung
RTO 2 PT. Rekayasa Industri.
15 Gedung Pengambilan data pengamatan pada
ROB 1 ruang IFS, ruang Document Control
Lantai PUSRI 2B, dan ruang PUSRI 2B
dasar
16 Gedung Pengambilan data pengamatan pada
ROB 1 ruang ruang ICT, ruang BAP PAU
Lantai Project, ruang CTD, dan ruang
dasar & 1 CSST.
17 Gedung Pengambilan data pengamatan pada
ROB 1 ruang Meeting, ruang Internal Audit,
lantai 1 dan ruang SPL Balongan.
18 Gedung Merayakan Ulang Tahun PT
ROB 1 Rekayasa Industri
19 Gedung Pengambilan data pengamatan pada
ROB 1 ruang HCM, ruang Finance, ruang
Lantai 2 Meeting, ruang VP Finance, dan
ruang VP HCE.
20 Gedung Perpisahan di lakukan pada ruang
ROB 1 IFS.
9
BAB III
ANALISA PEKERJAAN
10
yang akan diamati dan kemampuan dari objek tersebut untuk memantulkan
cahaya yang jatuh padanya, serta brightness dari sekitar objek. Untuk melihat
suatu benda atau objek yang berwarna gelap dan kontras antara objek dan
sekitarnya jelek, diperlukan intensitas penerangan yang tinggi (beberapa ribu
lux), sedangkan untuk objek/benda yang berwarna cerah kontras antara objek dan
sekitarnya cukup baik, maka diperlukan beberapa ratus lux saja.
11
3.2.1.1 Sistem Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)
Pada sistem pencahayaan langsung, 90 – 100% cahaya diarahkan secara
langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem pencahayaan langsung dinilai
paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi memiliki kelemahan
karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang menggangu, baik
karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk dapat
memberikan efek yang optimal, disarankan agar langit-langit, dinding, serta
benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna yang cerah agar tampak
menyegarkan.
12
Gambar 3.1. Jenis Penerangan Buatan.
13
terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang
merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.
Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu
warnanya, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-
n junction. Sebuah dioda normal, biasanya terbuat dari silikon atau germanium,
memancarkan cahaya tampak inframerah dekat, tetapi bahan yang digunakan
14
untuk sebuah LED memiliki selisih pita energi antara cahaya inframerah dekat,
tampak, dan ultraungu dekat.
LED dengan cahaya putih sekarang mayoritas dibuat dengan cara melapisi
substrat galium nitrida (GaN) dengan fosfor kuning. Karena warna kuning
merangsang penerima warna merah dan hijau di mata manusia, kombinasi antara
warna kuning dari fosfor dan warna biru dari substrat akan memberikan kesan
warna putih bagi mata manusia.
LED putih juga dapat dibuat dengan cara melapisi fosfor biru, merah dan
hijau di substrat ultraviolet dekat yang lebih kurang sama dengan cara kerja
lampu fluoresen. Metode terbaru untuk menciptakan cahaya putih dari LED
adalah dengan tidak menggunakan fosfor sama sekali melainkan menggunakan
substrat seng selenidayang dapat memancarkan cahaya biru dari area aktif dan
cahaya kuning dari substrat itu sendiri.
15
3.4.1 Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu
rasio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tetapi variasi yang
berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata
menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk
memeriksa dengan cermat objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang
terang. Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan
sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. Untuk membantu memelihara pada daerah
pusat, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari
latar belakang.
16
Tingkat kesilauan dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya
yaitu:
1) Pemilihan jenis lampu yang tepat, misalnya neon. Lampu neon
kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
2) Menempatkan sumber-sumber cahaya atau penerangan
sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang
mengkilap.
3) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di
muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
4) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
5) Mengusahakan agar tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan
suatu benda.
17
yang sama dengan matahari. Dengan berkembangnya LED, perlu dipastikan bahwa
pencahayaan LED dapat menampilkan benda seperti pencahayaan natural.
Pencahayaan yang menampilkan warna sesuai dengan yang ditampilkan
cahaya natural dapat dikatakan memiliki kemampuan sesuaian warna yang baik.
Pencahayaan yang terdapat di pasaran, sebagai contoh lampu pijar, neon dan
LED, memiliki deskripsi masing-masing seperti “white”, “warm white” atau “cool
white” yang menampilkan warna yang berbeda dari suatu benda. Gambar di bawah
menunjukkan benda yang diterangi oleh tiga pencahayaan berbeda.
Warna yang ditampilkan berbeda dikarenakan oleh sifat sesuaian warna dari
lampu tersebut. Kemampuan warna yang ditampilkan disebut Indeks Sesuaian
Warna atau lebih dikenal dengan Color Rendering Index (CRI).
Warna “R” dari Indeks Sesuaian Warna/CRI
CRI mengindikasikan bagaimana 15 warna tes ditampilkan dengan
pencahayaan tertentu. Saat membandingkan suatu pencahayaan dengan standar
referensi sumber cahaya, Index CRI dengan nilai 100 adalah yang terbaik.
18
Ra adalah “rata-rata indeks sesuaian warna” dan merupakan rata-rata dari R1
sampai dengan R8. Warna-warna tersebut mewakilkan warna yang biasa muncul di
tempat umum atau benda yang kita pakai.
R9-R15 adalah “indeks spesial sesuaian warna”. “Warna-warna spesial”
adalah warna merah, kuning, hijau dan biru dengan rona kroma yang relatif tinggi.
R9 dipakai untuk mengevaluasi reproduksi warna merah dan dibutuhkan dalam
bidang kesehatan. Sedangkan R15 dipakai untuk warna kulit.
Nilai yang paling tinggi untuk CRI adalah 100 dan nilai negatif untuk
beberapa sumber cahaya seperti lampu sodium tekanan rendah mengindikasikan
sifat sesuaian warna yang jelek. Rating nilai tersebut mendeskripsikan bagaimana
sebuah sumber cahaya dapat menampilkan warna untuk mata manusia dan seberapa
jelas variasi warna di bayangan benda tersebut tertampilkan.
Semakin tinggi rating CRI, semakin bagus kemampuan sesuaian warnanya.
Kualitas warna dari sebuah cahaya dinilai menggunakan CRI. Dengan kata lain, CRI
dapat dideskripsikan sebagai kemampuan sebuah lampu untuk menampilkan warna
“asli” dari suatu benda sesuai dengan yang ditampilkan oleh cahaya matahari.
CRI dengan nilai 100 sama dengan cahaya natural/matahari. Lampu yang
bagus memiliki rating sekitar 95, hampir sama dengan cahaya natural.
19
berlebihan akan meningkatkan resiko gangguan kerja. Lamanya penggunaan
komputer dianjurkan tidak lebih dari 4 jam sehari apabila melebihi waktu tersebut,
mata cenderung mengalami kelelahan. Kelelahan mata meningkat apabila kualitas
dan kuantitas pecahayaan di ruang kerja tersebut kurang baik (Maryamah, 2011).
Salah satu contoh yang sering terjadi di masyarakat khususnya di tempat kerja
terkait pencahayaan adalah pencahayaan pada layar monitor atau pekerjaan yang
selalu berhadapan langsung dengan komputer setiap hari. Salah satu penyakit yang
diakibatkan oleh pencahayaan yang buruk pada pengguna komputer adalah
gangguan penglihatan atau computer vision syndrome (CVS) atau dikenal dengan
sindrom penglihatan komputer.
3.6.1. Computer Vision Syndrome (CVS)
CVS merupakan sindroma gangguan mata akibat penggunaan komputer
dalam jangka waktu yang lama. CVS didefinisikan sebagai suatu kondisi
sementara akibat memfokuskan mata pada layar komputer untuk berlarut-larut,
tanpa gangguan dari periode waktu. CVS terjadi 64% sampai 90% dari pekerja
kantor. Gangguan CVS sangat mungkin tidak menyebabkan kerusakan mata
permanen. Tetapi, dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna komputer
Izquerdo, (2010) dalam Azkadina (2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Kusumawaty tahun 2012 pada
karyawan BNI Kota Makassar menyatakan bahwa makin lama penggunaan
komputer dengan pencahayaan yang buruk maka makin berat gejala CVS yang
terjadi. Saputro (2013) dalam penelitian terhadap karyawan BPS (Badan Pusat
Statistik) Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa ada hubungan antara
intensitas pencahayaan ruang, intensitas pencahayaan lokal, jarak pandang dan
durasi penggunaan komputer terhadap kejadian CVS dengan masing-masing ρ
value < 0,005.
20
1) Mata tegang
Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti yang
berbeda-beda bagi banyak orang. Istilah yang dipakai oleh spesialis
mata untuk mata tegang adalah asthenopia, istilah asthenopia sendiri
adalah istilah yang kabur. Di dalam lingkungan pemakaian
komputer, mata tegang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
dan penglihatan yang berbeda-beda.
2) Sakit kepala
Sakit kepala adalah keluhan “tidak nyaman” lainnya dan keluhan
sakit kepala sering menjadi sebab utama mengapa orang menjalani
pemeriksaan mata. Para pengguna komputer lebih besar
kemungkinannya mengalami sakit kepala jenis otot tegang.
3) Penglihatan kabur
Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara
dua titik yang berbeda pada jarak tertentu. Bila pandangan diarahkan
ke suatu titik yang jaraknya < 6 meter, mekanisme pemfokusan mata
untuk menambah kekuatan fokus mata dan mendapatkan bayangan
yang jelas di retina harus diaktifkan. Kemampuan mata untuk
merubah daya fokusnya disebut akomodasi, yang berubah tergantung
usia. Suatu bayangan yang tidak tepat terfokus di retina akan
kelihatan kabur.
4) Mata kering dan mengalami iritasi
Permukaan depan mata diliputi oleh suatu jaringan yang
mengandung kelenjar yang menghasilkan air, mukus dan minyak.
Air, mukus dan minyak disebut air mata yang membatasi permukaan
mata dan mempertahankan kelembaban yang diperlukan agar mata
dapat berfungsi dengan normal.
5) Sakit pada leher dan punggung
21
Pada situasi kantor, penglihatan pekerja agak terhalang dan harus
menyesuaikan posisi tubuh untuk mengurangi beban pada sistem
penglihatan.
6) Kepekaan terhadap cahaya
Mata dirancang untuk terangsang oleh cahaya dan mengontrol
jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Faktor lingkungan kerja
yang paling mengganggu adalah kesilauan. Ketidaknyamanan mata
karena kesilauan terutama disebabkan perbedaan terang cahaya pada
lapangan pandang. Sebaiknya sumber cahaya yang sangat terang
dihilangkan dari lapangan pandang dan diusahakan mendapat
pencahayaan yang relatif merata. Seseorang akan menghadapi risiko
yang lebih besar mengalami silau yang mengganggu bila sumber
cahaya lebih terang dan lebih dekat ke titik perhatian.
7) Penglihatan Ganda
Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata
mengkonvergensikan kedua mata ke arah hidung. Konvergensi
memungkinkan kedua mata untuk mempertahankan peletakan kedua
bayangan pada tempat yang setara di kedua retina. Bila kemampuan
untuk tetap mengunci posisi kedua mata hilang, mata akan tak searah
dan tertuju ke titik yang berbeda. Ketika kedua mata
mentransmisikan bayangan tersebut maka akan terjadi penglihatan
ganda.
22
15 sampai 20º di bawah tingkat mata (sekitar 4 atau 5 inch) yang
diukur dari tengah layar dan 20 sampai 28 inch dari mata.
2) Bahan Referensi.
Bahan-bahan bacaan lain harus ditempatkan di atas keyboard dan di
bawah monitor. Jika tidak memungkinkan, maka pemegang
dokumen dapat meletakkannya di samping monitor. Tujuannya
adalah untuk posisi dokumen sehingga tidak perlu memindahkan
kepala untuk melihat dari dokumen ke layar.
3) Pencahayaan.
Posisi layar komputer untuk menghindari silau, terutama dari
pencahayaan overhead atau jendela. Gunakan tirai atau gorden di
jendela dan mengganti bola lampu di lampu meja dengan lampu watt
lebih rendah.
5) Posisi duduk
Posisi duduk di kursi harus nyaman dan sesuai dengan tubuh.
Ketinggian kursi harus disesuaikan sehingga kaki beristirahat datar
di lantai. Jika kursi memiliki lengan, mereka harus disesuaikan untuk
memberikan dukungan lengan saat mengetik. Pergelangan tangan
tidak harus beristirahat pada keyboard saat mengetik.
23
Cobalah untuk mengistirahatkan mata ketika menggunakan
komputer untuk waktu yang lama. Istirahatkan mata selama 15 menit
setelah dua jam penggunaan komputer terus menerus. Juga, untuk
setiap 20 menit melihat komputer, melihat ke kejauhan selama 20
detik untuk memungkinkan mata berkesempatan untuk
memfokuskan kembali.
7) Berkedip.
Untuk meminimalkan kesempatan untuk mengembangkan mata
kering ketika menggunakan komputer, berusaha untuk berkedip
sering. Berkedip membuat permukaan depan mata lembab.
8) Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata secara teratur dan melihat kebiasaan yang tepat
dapat membantu mencegah atau mengurangi perkembangan gejala
yang terkait dengan CVS.
2) Penerangan lokal adalah pengukuran di tempat kerja atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar). Pengukuran
titik untuk pengukuran lokal yaitu objek kerja, berupa meja kerja maupun
24
peralatan kerja. Apabila merupakan meja kerja, pengukuran dapat
dilakukan di atas meja yang ada.
Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu dapat dibedakan berdasarkan luas
ruangan sebagai berikut :
a) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter.
b) Luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 : titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter.
c) Luas ruangan lebih dari 100 meter2 : titik potong horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
.
3.7.1. Standar Minimum Pencahayaan
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan
dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Pencahayaan minimal
yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:
25
Pekerjaan kantor/administrasi,
Pekerjaan rutin 300 ruang kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun.
Pemilihan/warna, pemproses,
Pekerjaan halus 1000 tekstil, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus.
26
Pemasangan
Agak teliti 170 -350
(tak teliti)
Membaca,
Teliti 350 – 700
menggambar
Sangat teliti Pemasangan 700 – 100
Tingkat
Keadaan Pekerja
Pencahayaan (lux)
27
pencahayaan yang digunakan harus diatur sedemikian rupa dan senyaman
mungkin. Untuk mencegah adanya berbagai keluhan pada mata, tujuan utama
perancangan pencahayaan untuk tempat layar tampilan diletakkan adalah
(Santorso, 2009):
28
3.7.2. Alat Ukur yang Digunakan
Lux meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Lux meter
di dalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Lux
meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor
tersebut diletakkan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Cahaya
akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus
listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun
semakin besar.
Sensor yang digunakan pada Lux meter adalah photodiode. Sensor pada
Lux meter termasuk ke dalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau
optic adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu.
Kemudian hasil dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar
panel.
Berbagai jenis cahaya yang masuk pada lux meter baik cahaya alami
ataupun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai
warna yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda, dan panjang
gelombang yang berbeda pula. Hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah
kombinasi dari efek panjang gelombang yang ditangkap oleh sensor photodiode.
Pembacaan hasil pada lux meter dibaca pada layar panel LCD (Liquid
Crystal Digital) yang format pembacaannya pun memakai format digital. Format
digital sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8 yang terputus-putus.
LCD pun mempunyai karakteristik yaitu menggunakan molekul asimetrik dalam
cairan organic transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan listrik
eksternal.
Hampir semua lux meter terdiri dari rangka sebuah sensor dengan sel foto,
dan layar panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari
sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin
banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar.
29
Cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada panjang
gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan kombinasi
efek dari semua panjang gelombang. Standar warna dapat dijadikan referensi
sebagai suhu warna dan dinyatakan dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna
untuk kalibrasi dari hampir semua jenis cahaya adalah 2865 derajat Kelvin, yang
lebih kuning dari pada warna putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala
pada suhu warna yang berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung
variasi sumber cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama.
30
Photosensor Silicon photodiodes
One 9 volt battery, NEDA 604, JIS 006P
Power source
or IEC 6F22
Battery life (typical) 200 hours (alkaline battery)
100(L)x60(W)x27(H)mm
Photosensor Dimensions
(3.94”(L)x2.36(W)x1.06(H))
135(L)x72(W)x33(H)mm
Dimensions
(5.31”(L)x2.83(W)x1.3(H))
Weight 250g
Lakukanlah pengukuran dengan skala yang tepat dan usahakan agar tidak
menghalangi sel-sel foto misalnya dengan bayangan tangan atau tubuh pada saat
pengukuran dilakukan. Rekomendasi tingkat iluminasi untuk berbagai jenis
instalasi diberikan oleh kode-kode IES (Illumination Engineer Society) atau
Masyarakat Teknik Iluminasi. Badan Standarisasi Nasional juga mengeluarkan
tingkat intensitas penerangan (iluminasi) untuk suatu ruangan yaitu:
31
Table 3.6. Intensitas Penerangan (Illuminasi) Suatu Ruangan Berdasarkan SNI
32
Jenis dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam ruangan akan
menentukan tingkat iluminasi yang dibutuhkan karena jenis kegiatan yang
berbeda akan memerlukan tingkat iluminasi yang berbeda pula. Perakitan
komponen-komponen elektronik di suatu industrik akan memerlukan tingkat
iluminasi yang lebih tinggi dari perakitan komponen-komponen mesin yang
dilakukan di dalam sebuah garasi karena komponen-komponen elektronika
berukuran lebih kecil dan dibutuhkan detail-detail halus dalam perakitannya.
E (𝑙𝑥) 𝑥 𝐴 (𝑚2 )
𝐸𝑡 =
Ф (𝑙𝑚) 𝑥 𝑈𝐹 𝑥 𝐿𝐿𝐹
33
Ф 𝑥 𝑈𝐹 𝑥 𝐿𝐿𝐹 𝑥 𝐸𝑡
𝐸=
𝐴 (𝑚2 )
Di mana,
UF = faktor utilisasi
34
yang memeberikan faktor-faktor pada kondisi-kondisi standar. UF
diekspresikan sebagai angka yang selalu lebih kecil daripada 1, di mana nilai
tipikian untuk gedung perkantoran moderen pada umumnya berkisar 0,9.
Rugi-rugi cahaya total akan terdiri atas empat hal utama yaitu:
LLF (Light Loss Factor) adalah rugi-rugi total dari keempat rugi-rugi di
atas yang umumnya memiliki nilai tipikal berkisar antara 0,8 sampai dengan
0,9. Pada saat menggunakan LLF dalam perhitungan dengan metode lumen,
kita akan selalu menggunakan lumen lampu awal yang diberikan oleh pabrik
karena LLF sendiri telah mempertimbangkan depresiasi lumen keluaran.
35
a. Lantai Dasar
Pada lantai dasar terdapat 12 ruang kerja, namun hanya diambil 5 ruang
untuk melakukan pengukuran dan perhitungan. Ruangan yang dilakukan
pengukuran dan perhitungan yaitu Ruang IFS ( Integrated Facility Services),
Ruang ICT (Information & Communication Technology), Ruang Meeting,
Ruang Document Control Pusri, dan Ruang Pusri 2B. Ruangan tersebut
masing – masing menggunakan lampu LED Tube 18 watt.
Tabel 3.7. Hasil perhitungan lux menggunakan rumus pada lantai dasar
gedung ROB-1 PT. Rekayasa Industri
Luas Lux
Jumlah Lumen Lux
Bidang Sesuai
Lampu Hitung
(m2) SNI
IFS 46 1600 140 350 402,17
ICT 40 1600 144 350 340
Meeting 8 1600 30 300 326,40
Doc.
Ruang
Control 12 1600 40 300 367.2
Pusri
PUSRI
20 1600 90 350 272
2B
b. Lantai 1
Pada lantai 1 terdapat 10 ruang kerja, namun hanya diambil 5 ruang untuk
melakukan pengukuran dan perhitungan. Ruangan yang dilakukan
pengukuran dan perhitungan yaitu Ruang CSST ( Corporate Secretary
Strategy & Technology), Ruang Meeting, Ruang Internal Audit, Ruang CTD
(Corporate Technology Development) dan Ruang SPL Balongan. Ruangan
tersebut masing – masing menggunakan lampu LED Tube 18 watt.
36
Tabel 3.8. Hasil perhitungan lux menggunakan rumus pada lantai 1 gedung
ROB-1 PT. Rekayasa Industri
Luas Lux
Jumlah Lumen Lux
Ruangan Sesuai
Lampu Hitung
(m2) SNI
CSST 30 1600 67.5 350 544
Meeting 40 1600 77 300 635.84
Internal
20 1600 66.3 350 369.23
Ruang Audit
CTD 20 1600 108 350 226.67
SPL
30 1600 52 350 706.15
Balongan
c. Lantai 2
Pada lantai 2 terdapat 6 ruang kerja, namun hanya diambil 5 ruang untuk
melakukan pengukuran dan perhitungan. Ruangan yang dilakukan
pengukuran dan perhitungan yaitu Ruang HCM (Human Capital
Management), Ruang VP HCE (Vice President Human Capital
Empowerment), Ruang Finance, Ruang Meeting 2-1, dan Ruang VP Finance
(Vice President Finance). Ruangan tersebut masing – masing menggunakan
lampu LED Tube 18 watt.
37
VP HCE 8 1600 11 350 890.18
Meeting
18 1600 48 300 459
2-1
VP
8 1600 13 350 753.23
Finance
38
Gambar 3.5 Denah pengukuran intesitas penerangan setempat.
39
4) Penggunaan lux meter:
a. Hidupkan lux meter yang telah dikalibrasi dengan membuka
penutup sensor.
b. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
c. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
d. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk
intensitas penerangan setempat.
1) Lantai Dasar
Pada lantai dasar terdapat 12 ruang kerja, namun hanya diambil 5 ruang
untuk melakukan pengukuran. Ruangan yang dilakukan pengukuran yaitu
Ruang IFS ( Integrated Facility Services), Ruang ICT (Information &
Communication Technology), Ruang Meeting, Ruang Document Control
Pusri, dan Ruang Pusri 2B. Ruangan tersebut masing – masing menggunakan
lampu LED Tube 18 watt.
2) Lantai 1
Pada lantai 2 terdapat 6 ruang kerja, namun hanya diambil 5 ruang untuk
melakukan pengukuran. Ruangan yang dilakukan pengukuran yaitu Ruang
HCM (Human Capital Management), Ruang VP HCE (Vice President Human
Capital Empowerment), Ruang Finance, Ruang Meeting 2-1, dan Ruang VP
Finance (Vice President Finance). Ruangan tersebut masing – masing
menggunakan lampu LED Tube 18 watt.
3) Lantai 2
40
Pada lantai 2 terdapat 6 ruang kerja, namun hanya diambil 5 ruang untuk
melakukan pengukuran. Ruangan yang dilakukan pengukuran yaitu Ruang
HCM (Human Capital Management), Ruang VP HCE (Vice President Human
Capital Empowerment), Ruang Finance, Ruang Meeting 2-1, dan Ruang VP
Finance (Vice President Finance). Ruangan tersebut masing – masing
menggunakan lampu LED Tube 18 watt.
41
Tabel 3.9. Hasil pengukuran lux menggunakan lux meter pada lantai dasar gedung ROB-1 PT. Rekayasa Industri
Ruangan
IFS ICT Meeting Doc. Control PUSRI PUSRI 2B
Titik Lampu Lampu Lampu Lampu Lampu
Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil
Lampu Daya Titik Daya Titik Daya Titik Daya Titik Daya Titik
Ukur Ukur Ukur Ukur Ukur
Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu
(Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux)
(Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter)
1 102 18 3 132 18 1.6 298 18 2.2 466 18 2.2 215 18 2.2
2 333 18 3 121 18 1.6 257 18 2.2 392 18 2.2 171 18 2.2
3 193 18 3 448 18 1.6 251 18 2.2 197 18 2.2 281 18 2.2
4 225 18 3 196 18 1.6 284 18 2.2 235 18 2.2 246 18 2.2
5 400 18 3 307 18 1.6 324 18 2.2 285 18 2.2 388 18 2.2
Rata-
Rata 250.6 240.8 282.2 315 260.2
(Lux)
42
Tabel 3.10. Hasil pengukuran lux menggunakan lux meter pada lantai 1 gedung ROB-1 PT. Rekayasa Industri
Ruangan
CSST Meeting Internal Audit CTD SPL Balongan
Titik Lampu Lampu Lampu Lampu Lampu
Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil
Lampu Daya Titik Daya Titik Daya Titik Daya Titik Daya Titik
Ukur Ukur Ukur Ukur Ukur
Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu
(Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux)
(Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter)
1 182 18 1.8 830 18 2 389 18 1.8 438 18 1.8 720 18 1.9
2 351 18 1.8 950 18 2 325 18 1.8 436 18 1.8 584 18 1.9
3 698 18 1.8 699 18 2 446 18 1.8 756 18 1.8 769 18 1.9
4 278 18 1.8 487 18 2 375 18 1.8 450 18 1.8 520 18 1.9
5 585 18 1.8 660 18 2 625 18 1.8 932 18 1.8 626 18 1.9
Rata-
Rata 418.8 725.2 432 602.4 643.8
(Lux)
43
Tabel 3.11. Hasil pengukuran lux menggunakan lux meter pada lantai 2 gedung ROB-1 PT. Rekayasa Industri
Ruangan
HCM Finance VP HCE Meeting Room 2-1 VP Finance and ADM
Titik Lampu Lampu Lampu Lampu Lampu
Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil
Lampu Daya Titik Daya Titik Daya Titik Daya Titik Daya Titik
Ukur Ukur Ukur Ukur Ukur
Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu Listrik Lampu
(Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux)
(Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter) (Watt) (Meter)
1 627 18 2 883 18 2 448 18 1.8 290 18 1.8 390 18 1.8
2 350 18 2 350 18 2 440 18 1.8 743 18 1.8 273 18 1.8
3 520 18 2 329 18 2 805 18 1.8 774 18 1.8 773 18 1.8
4 531 18 2 204 18 2 394 18 1.8 305 18 1.8 437 18 1.8
5 820 18 2 615 18 2 486 18 1.8 403 18 1.8 380 18 1.8
Rata-
Rata 569.6 476.2 514.6 503 450.6
(Lux)
44
Pada tabel hasil pengukuran intensitas cahaya di tiap ruangan memiliki
perbedaan dengan hasil perhitungan menggunakan metode lumen. Perbedaan
timbul karena beberapa faktor yaitu diantaranya:
45
gedung PT. Rekayasa Industri yaitu jenis lampu TL LED 18W dan lampu down
light 3-9 watt maka dibuatlah schedule / perawatan yang intensif sebagai berikut.
46
debu. Apabila telah terdapat banyak debu maka dilakukan cleaning atau
pembersihan agar cahaya yang dipantulkan dari armatur dapat maksimal
kembali.
47
f. Melayani dan menghidupkan lampu untuk kerja lembur atas permintaan
karyawan.
Pada tahap melayani dan menghidupkan lampu untuk kerja lembur atas
permintaan karyawan dilakukan pengendalian (Controling) ketika
terdapat permintaan untuk menghidupkan lampu melebihi dari jadwal
yang ditetapkan. Pengendalian tersebut bertujuan untuk menghemat
pemakaian daya listrik yang digunakan dimana titik lampu yang
dinyalakan hanya pada zona yang diinginkan saja.
48
fisik dari fitting apakah masih dalam kondisi yang baik atau terdapat
banyak kotoran debu atau bahkan karat pada kaki-kaki fitting.
Sedangkan pengecekan cover lampu dilakukan untuk mengetahui
kondisi kebersihan cover apakah masih bersih atau sudah terdapat
banyak debu.
49
daya yang lebih rendah agar cahaya yang dihasilkan tidak terlalu
menyilaukan para pekerja.
50
Audit energi bisa dari instansi perusahaan luar atau dari dalam
perusahaan itu sendiri apabila sudah membentuk manajemen energi.
51
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktik kerja lapangan yang dilakukan di PT Rekayasa Industri,
banyak ilmu yang didapat dan tentu sangat bermanfaat untuk menambah wawasan
dan pengetahuan di bidang ketenagalistrikan, khususnya pada perawatan dan
perbaikan sistem penerangan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
3. Dalam ruang kerja, kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia. Ketika
pencahayaan dalam ruang kantor kurang memenuhi, pekerja dapat merasa
tidak nyaman dan dapat mengakibatkan menurunnya poduktivitas para
pekerja. Oleh karena itu, perancangan sistem penerangan buatan yang baik
sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas para pekerja.
52
4. Selain sistem pencahayaan buatan yang baik, faktor pencahayaan alami
juga diperlukan untuk menunjang kenyaman kerja para karyawan. Hal
yang perlu diperhatikan dalam merancang pencahayaan alami yakni tinggi
lubang cahaya, lebar lubang cahaya, dan tinggi penghalang. Oleh karena
itu, diperlukan perancangan gedung yang baik untuk menciptakan
pendistribusian cahaya yang merata.
4.2 Saran
Berdasarkan pengalaman penulis selama melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan, penulis akan memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak industri dan pembaca.
53
kebersihan langit-langit dan dinding juga perlu dirawat agar pantulan
cahaya baik dari pencahayaan alami (cahaya matahari) maupun
pencahayaan buatan (lampu) dapat terpantulkan dengan baik.
5. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode lumen, masih
terdapat beberapa ruangan yang perlu dilakukan penambahan titik
lampu agar didapatkan pencahayaan buatan yang optimal sesuai
standar SNI.
6. Untuk ruangan yang memiliki langit-langit yang cukup tinggi dapat
digunakan armatur jenis gantung. Tujuan penggunaan armatur jenis
gantung yaitu agar jarak titik lampu dengan bidang kerja tidak terlalu
jauh sehingga cahaya yang dipancarkan oleh lampu dapat optimal
menyinari bidang kerja.
7. Pelaksanaan perawatan (maintenance) pencahayaan harus dilakukan
secara konsisten dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan agar
tercipta kenyamanan dalam bekerja.
54
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung.
Watkins A. J., Parton R.K. 1999. Perhitungan Instalasi Listrik. Jakarta: Erlangga.
55
LAMPIRAN – LAMPIRAN
56