Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

“ Fluid Friction Apparatus (Sistem Model MF 101)”

Disusun Oleh :

Hidayat Pratama (2010502033)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TIDAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan menyelesaikan tugas praktikum ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada Dosen , yang telah membimbing saya agar
dapat menyelesaikan laporan ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada para
Asisten Dosen yang telah membimbing praktikum. Laporan ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu, yang disajikan berdasarkan praktik yang telah
dilakukan. Dengan penuh kesabaran laporan ini dapat terselesaikan.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Dalam laporan praktikum ini mungkin masih ada kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan laporan praktikum ini.

Magelang, 18 April 2023


Penyusun,

Hidayat Pratama

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,


Menyetakan bahwa laporan yang telah saya buat ini adalah sah dan asli dari
hasil praktikum yang telah saya lakukan dengan sebaik-baiknya, dan telah
diperiksa :
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Mei 2023

Praktikan,

Hidayat Pratama
NPM.2010502033

Asisten Dosen Dosen Pengampu

Exnacius Putra Ferianto Ir.Kun Suharno M.T


NPM.1910502105 NIP.195904081994031001

iii
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN .............................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 5
2.1 Teori ................................................................................................................... 5
2.2 Pengukuran Aliran ........................................................................................... 5
2.3 Alat Ukur Laju Aliran .................................................................................... 14
2.4 Prinsip Kerja Alat Ukur Laju Aliran ........................................................... 19
2.5 Pelaksanaan Percobaan .................................................................................. 21
BAB III HASIL PERCOBAAN ......................................................................... 27
3.1 Geometris Orifice dan Friction Apparatus................................................... 27
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 39
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 39
4.2 Saran ...................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41
LAMPIRAN ......................................................................................................... 42

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Piknometer................................................................................... 8

Gambar 2.2 Alat Hidrometer................................................................................... 9

Gambar 2.3 Distribusi Kecepatan Laminar dan Turbulent pada Pipa Bulat ........ 11

Gambar 2.4 Moody Diagram ................................................................................ 12

Gambar 2.5 Skema Venturi Meter ........................................................................ 15

Gambar 2.6 Skema Flow Nozzle ........................................................................... 17

Gambar 2.7 Skema Pitot Tubes............................................................................. 17

Gambar 2.8 Skema Flat Orifice ............................................................................ 18

Gambar 2.9 Prinsip Kerja Pitot Tubes .................................................................. 20

Gambar 2.10 Rangkaian Eksperimen Pertama...................................................... 22

Gambar 2.11 Rangkaian Eksperimen Percobaan kedua ....................................... 23

Gambar 2.12 Rangkaian Eksperimen Percobaan Ketiga ...................................... 24

Gambar 2.13 Rangkaian Eksperimen Percobaan Keempat................................... 25

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ukuran Dari Pipa-Pipa Yang Ada........................................................... 3

Tabel 2.1 Variasi Kerapatan dan Viskositas Absolut Air ..................................... 13

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Pada Belokan (elbow).............................................. 27

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Gesekan Pipa ........................................................... 30

Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Pada Orifice ............................................................. 32

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Tekanan aliran Pada Diameter Pipa (1”) ................. 33

Tabel 3.5 Hasil pengukuran tekanan aliran pada pipa diameter (3/4”) ................. 36

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan teknologi semakin


meningkat. Teknologi saat ini tidak hanya konsumsi individu yang modern
akan tetapi adalah bagian dari kehidupan sehari– hari yang selalu dibutuhkan
dan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan manusia.
Fluida adalah suatu zat yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari –
hari kita, dimanapun dan kapanpun kita berada, fluida selalu mempengaruhi
berbagai kegiatan kita dalam kehidupan sehari – hari kita baik itu dalam
bentuk liquid ataupun gas. Berbagai fenomena dalam fluida dapat kita pelajari
sebagai bagian dari ilmu fisika, atau secara khusus kita dapat mendalaminya
dalam ilmu mekanika fluida.
Pipa merupakan sarana transportasi fluida yang murah, pipa memiliki
berbagai ukuran dan bentuk penampang. Penggunaan pipa banyak ditemukan
dalam berbagai kegiatan, seperti instalasi sistem plambing gedung, sistem
penyediaan air minum, pengaliran air pada industri, penyaluran air buangan
dan berbagai penggunaan lainnya. Dalam pengalirannya, air pada saluran
tertutup tentulah memiliki berbagai permasalahan. Salah satunya adalah
kehilangan energi yang sangat merugikan dalam aliran fluida di dalam sistem
perpipaan, karena dapat menurunkan tingkat efisiensi aliran fluida.
Kehilangan energi yang terbesar dari aliran air dalam pipa adalah akibat dari
gesekan yang terjadi antara air dan dinding dalam pipa. Kekasaran pipa,
panjang dan diameter pipa, jenis fluida, kecepatan dan bentuk aliran adalah
hal yang sangat terkait dengan penurunan tekanan tersebut. Keadaan-keadaan
tersebut sering ditemukan terutama dalam sistem pendistribusian air,
sehingga hal tersebut dapat menjadi penyebab kurangnya tekanan air
sehingga air tidak dapat dialirkan ke tujuan yang diinginkan.
Pada perkembangan ilmu pengetahuan mengenai fluida banyak
dilakukan penemuan-penemuan yang dikembangkan melalui penelitian yang

1
dilakukan oleh para ahli dan engineering dengan tujuan untuk mengetahui
penurunan tekanan, nilai bilangan Reynold (Re) suatu fluida dan koefisien
gesek (f) dari berbagai jenis pipa. Di dunia industri banyak sekali
menggunakan pipa dalam pendistribusian fluida cair dalam melakukan proses
produksi. Pada pipa-pipa yang tersedia secara komersial kekasarannya tidak
seragam dan tidak diketahui dengan pasti, dalam pratiknya pipa halus jarang
dijumpai, banyak digunakan pipa kasar (mempunyai kekasaran dinding)
seperti besi tuang, pipa beton, pipa yang telah lama digunakan, terkorosi dan
berkerak.
Fenomena kehilangan energi secara teoritis dijelaskan dalam Konsep
Bernoulli. Persamaan Bernoulli untuk fluida menggambarkan persamaan
energi, dengan mengikutsertakan kerugian-kerugian energi yang terjadi di
dalam persamaan tersebut. Penentuan kehilangan energi sangat penting dan
menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu sistem
pengaliran fluida yang menggunakan pipa. Kehilangan energi dalam sistem
perpipaan dapat dianalisis dengan menggunakan alat Fluid Friction
Apparatus.
Fluid Friction Apparatus merupakan alat yang digunakan untuk
menguji fenomena aliran yang terjadi dalam saluran tertutup termasuk salah
satunya adalah kehilangan energi. Alat ini terdiri atas beberapa jalur
perpipaan yang dirancang memakai fitting dan pengukurannya menggunakan
manometer baik manual, air raksa, maupun digital. Melalui alat ini, dapat
diidentifikasi hal-hal yang terjadi di dalam aliran fluida secara keseluruhan.
Selain dibuat pabrikan, alat ini juga dapat dirancang bangun dengan model
fisik skala laboratorium.
Pada percobaan aliran fluida dalam pipa ini menggunakan alat, yaitu
“FLUID FRICTION APPARATUS” model MF101, yang skemanya dapat
dilihat pada gambar dibawah. Alat ini terdiri dari 4 buah pipa yaitu no. 1 – 4,
pompa dengan motor listrik (5), tangki penampung air 6a dan 6b, sejumlah
katup dan fitting, alat pengatur aliran 7,8,9a dan 9b, lubang-lubang pengatur
tekanan (22 – 41), dan alat pengukur tekanan (42 – 43). Ukuran dari pipa-
pipa yang ada, yaitu:

2
Tabel 1.1 Ukuran Dari Pipa-Pipa Yang Ada
Ukuran Nominal Diameter Luar Diameter Dalam Panjang terukur
1 ¼” PVC 42,1 mm 37 mm 2100 mm

1” PVC 32 mm 27,2 mm 2100 mm

1” Besi 31 mm 27 mm 2100 mm

1” Stainless 32 mm 27,7 mm 2100 mm

¾” PVC 26,7 mm 22,8 mm 2100 mm

½” PVC 21,5 mm 16,9 mm 2100 mm

Katup-katup 10 – 19, fiting tertentu (20 – 21) dan tangki dapat


dihubungkan satu sama lain dengan kombinasi-kombinasi katup yang lain,
sedemikian sehingga juluran aliran air dapat berlangsung seperti yang
dikehendaki. Masing-masing sirkuit dapat dibuat sebagai sirkuit terbuka atau
tertutup.
Pengukuran tekanan atau perbedaan tekanan dilakukan dengan dua
pasang manometer diferensial (42-43) yang terpasang pada satu kerangka.
Lubang-lubang pengukuran ditempatkan pada ujung masing-masing pipa
yaitu lubang-lubang (22 – 30), (23 – 31), (24 – 32) dan (25 – 33), panjang 5
ft, sedang kalau diperlukan tersedia pula pengukuran ditengah pipa yaitu
berlubang (22 – 26), (23 – 27), (24 – 28), dan (25 – 29), panjang pipa 3 ft.
Untuk katup 15, 16, T20 dan elbow 21 tersedia pula lubang-lubang
pengukuran untuk penurunan tekanan pada fitting-fitting ini. Demikian juga
untuk oriface meter dan venturi meter, tersedia lubang-lubang
pengukurannya. Katup 44 dan 45 dipakai untuk mengatur sirkuit sesuai
dengan yang dikehendaki, sirkuit terbuka dan tertutup, tangki 47 dibuat dari
bahan transparan.

3
1.2 Rumusan masalah

a. Apakah tinggi tekan mempengaruhi debit aliran?


b. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar hf?
c. Apakah tinggi tekan mempengaruhi kontraksi pipa?
d. Apakah tinggi tekan mempengaruhi pembesaran pipa?
e. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar gesekan?
f. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar debit suatu aliran?

1.3 Tujuan

Praktikum ini dilakukan untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida tak


termampat (income pressible fluid) di dalam pipa. Melalui percobaan ini akan
diketahui sifat-sifat aliran fluida, terutama hubungan perubahan tekanan
dengan debit aliran fluida melalui pipa. Perubahan tekanan aliran fluida yang
terjadi berhubungan erat dengan perubahan tekanan masuk pipa, kecepatan
aliran dan hambatan aliran (seberapa besar kerugian tekanan yang terjadi dan
faktor gesekan di sepanjang pipa).

1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi besar gesekan
pada pipa
b. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat aliran fluida
c. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh jenis material pipa pada aliran
fluida

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori
Sifat-sifat fisis fluida meliputi : tekanan, temperatur, kerapatan
(density) dan viskositas. Tekanan fluida dapat dinyatakan dalam satuan
panjang kolom air atau dalam gaya per satuan luas. Temperatur umumnya
dinyatakan dalam skala Farenheit, atau Celcius. Kerapatan atau density sering
dinyatakan dalam lb/ft³ atau kg/m³. Viskositas merupakan sifat fluida yang
menyebabkan tahanan aliran fluida sehingga timbul gaya geser didalam fluida
itu sendiri. Viskositas absolut (𝜇) merupakan perbandingan tegangan geser
laju pergeseran yang terjadi.

2.2 Pengukuran Aliran


Perubahan temperatur fluida mempunyai pengaruh besar terhadap
viskositas fluida, sedang perubahan tekanan mempunyai pengaruh relatif
kecil terhadap viskositas fluida. Gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi
tahanan geser antara sebuah plat diam dengan plat bergerak, dimana kedua
plat tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis fluida, merupakan fungsi terhadap
koefisien viskositas absolut, luas bidang geser, kecepatan relatif antara kedua
plat dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan fluida. Ada beberapa sifat
fluida yang perlu diketahui, antara lain :
2.2.1 Viskositas
Kekentalan atau viskositas merupakan sifat dari suatu zat cair (fluida)
yang disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan
gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat
aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan
suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair.
Viskositas memiliki alat ukur yang disebut viskometer yang berfungsi
untuk mengukur koefisien gliserin, oli atau minyak. Viskositas banyak
terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti sirup, minyak goreng dan oli.
Viskositas berguna untuk kehidupan seperti sirup yang dikentalkan agar tetap
awet.

5
Pada percobaan ini bola kecil dijatuhkan kedalam cairan yang akan
dihitung angka kekentalanya. Bila bola tersebut mula-mula akan mengalami
percepatan dikarenakan gaya beratnya, tetapi karena sifat kekentalan cairan,
maka besar percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada
saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hubungan
antara kecepatan terminal dengan angka kekentalan dapat diperoleh dari
Hukum Stokes.
Viskositas adalah properti fisik penting mengatur produksi, transportasi
dan letusan magmas. Viskositas alami dapat menjangkau lebih dari 15 kali
lipat terutama dalam menanggapi variasi temperatur, mencairkan komposisi
dan proporsi padatan tersuspensi fase cairan (Giordano, Daniele, dkk,
2008).Viskositas ada dalam literatur sejumlah besar persamaan empiris atau
semi empiris untuk menggambarkan suhu dari viskositas cairan. Pada zat
cairan, ukuran partikel menentukan tingkat kekentalan (viskositas) dari cairan
itu sendiri. Perbedaan viskositas pada zat cair menunjukkan fungsi zat cair
tersebut (Maulida, R. H, dkk, 2010 ; Poirier, J. P, 1987).
Faktor - faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut
(Bird, 1987):
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Ukuran dan berat molekul
4. Kekuatan antar molekul
1. Viskositas Cairan Berdasarkan Hukum Newton
Hukum viskositas newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan
bentuk sudut fluida tergantung, maka tegangan geser berbanding lurus dengan
viskositas. Bila suatu permukaan yang satu diam dan yang lainnya bergerak,
dengan kecepatan v, maka untuk menggerakkan permukaan itu diperlukan
gaya untuk mengatasi tarikan atau viskositas yang ada diantara dua
permukaan tersebut (Roth dan Blaschke, 1988).
Fluida viskositas newton adalah sifat termodinamika yang sebenarnya
alirannya tergantung pada suhu dan tekanan. Pada suatu keadaan, nilai

6
kekentalan itu berbeda – beda untuk berbagai fluida ( P = 1 atm, T = 200C )
(Orianto, 1984).
2. Viskositas Berdasarkan Persamaan Poiseuille
Cairan viskositas jika mengalir didalam pipa, bagian tengah lebih cepat
dan bagian – bagian lebih tapi lebih lambat serta bagian yang melekat
didinding pipa tidak bergerak. Sifat ini digunakan oleh poiseuille untuk
menentukan koefisien viskositas cairan (Roth dan Blaschke, 1988).
Metode Oswald merupakan suatu variasi dari metode poiseuille. Prinsip
metode ini adalah bola diatas sebelah kanan dan dibawah sebelah kiri
dimaksudkan agar tekanan dipermukaan sebelah kanan tetap. Disamping itu,
cairan yang lewat pipa kapiler dapat diketahui sehingga alat ini baik sekali
digunakan untuk membandingkan koefisien viskositas berbagai cairan.
Waktu yang dipergunakan untuk cairan sebesar volume bagian yang dibatasi
garis berbanding terbalik dengan tekanan dan tanda garis yang dibawah.
Tekanan ditentukan oleh berat cairan itu sendiri dan posisi alat. Agar posisi
alat ini kecil pengaruhnya pada tekanan digaris bawah, harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga tegak lurus. Percobaan dengan alat oswald ini
menghasilkan persamaan, yaitu (Wiryoatmaja, 1988):
V = π R4 P t / 8 L η
Viskometer dapat diukur dengan beberapa cara, dalam viskometer
oswald, waktu yang diperlukan oleh larutan untuk melewati pipa kapiler
dicatat dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini cocok untuk
penentuan (η), karena perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni,
sebanding dengan waktu pengaliran t dan to setelah dikoreksi untuk
perbedaan rapatan p dan po (Atkins, 1996).
Suhu memberikan pengaruh yang besar sedangkan tekanan
memberikan pengaruh yang sedang terhadap viskositas. Kekentalan gas dan
kebanyakan zat cair naik perlahan-lahan dengan meningkatnya tekanan.
Viskositas sangat dipengaruhi temperatur, makin tinggi temperatur maka
makin kecil koefisien viskositas (Giles, 1986).

7
Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat khusus.
Sebagai contoh kekentalan kinematik melibatkan kekentalan dinamik dan
rapat massa.
Sejauh yang kita ketahui, fluida adalah gugusan yang tersusun atas
molekulmolekul dengan jarak pisah yang besar untuk gas dan kecil untuk zat
cair. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling
bergerak bebas terhadap satu sama lain.
2.2.2 Density
Massa jenis atau Density disebut juga dengan istilah rapat massa adalah
perbandingan antara massa suatu zat dengan vulumenya. Massa jenis
merupakan ciri khas setiap zat. Oleh karena itu zat yang berbeda jenisnya
pasti memiliki massa jenis yang berbeda pula. Massa jenis zat tidak
dipengaruhi oleh bentuk dan volume.
1. Kerapatan Sebenarnya (True Density)
Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan itu sendiri, tidak
termasuk rongga dan pori-pori. Alat yang digunakan untuk mengukur
kerapatan sebenarnya yaitu :
a. Densitometer Helium
Densitometer Helium digunakan untuk menentukan kerapatan serbuk
yang berpori.
b. Piknometer
Piknometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kerapatan sebenarnya dari sebuah padatan dan benda cair.

Gambar 2.1 Alat Piknometer

8
Di mana kerapatan sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan di
bawah ini:

Contoh:

Berapakah kerapatan 5 ml serum jika mempunyai massa 5,23 gram?

c. Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk mengukur kerapatan sebenarnya dari
zat cair.

Gambar 1.2 Alat Hidrometer

2. Kerapatan Granul (Granule Density)


Kerapatan granul didefinisikan sebagai volume granul yang merupakan
volume partikel + ruang dalam partikel Penentuan kerapatan granul dengan
menggunakan metode pemindahan cairan (air raksa). Dalam kerapatan granul
dikenal istilah porositas dalam partikel yang dirumuskan sebagai :

9
3. Kerapatan Bulk (bulk Density)
Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi
dengan volume bulk. Kerapatan bulk ini tergantung dari Tergantung pada
distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan kohesi antar partikel. Dalam
kerapatan bulk dikenal dua macam porositas yaitu:
a. Porositas celah / ruang antara
Yaitu volume relatif celah-celah ruang antara dibandingkan dengan
volume bulk serbuk, tidak termasuk pori-pori di dalam partikel.
Porositas celah dinyatakan dalam rumus di bawah ini:

b. Porositas total
Porositas total dinyatakan sebagai keselurahan pori dari celah-celah
antara partikel dan pori-pori di dalam partikel. Porositas total
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Dimana:
Vb = volume bulk
Vp = volume bahan padat itu sendiri

10
2.2.3 Pertimbangan Spesifikasi Aliran Fluida Tak Mampu Mampat Melalui
Saluran Terbuka, Pipa-Pipa Dan Fittings
Setiap alian fluida melalui pipa, atau saluran terbuka melalui sekeliling
suatu obyek akan senantiasa menimbulkan hambatan disebabkan gesekan
antara fluida dan permukaan dalam pipa. Gesekan ini menimbulkan kerugian
energi mekanis yang menyebabkan penurunan tekanan sepanjang aliran
fluida. Dibawah ini merupakan persamaan untuk menghitung koefisien gesek
pada suatu pipa dan rugi geseknya.
Kerugian energi pada daerah aliran laminar dan turbulen merupakan
fungsi bilangan Reynold. Perhitungan Faktor Gesekan (f) Faktor gesekan
yang terjadi pada pipa dapat kita hitung dengan persamaan Darcy dan
Weisbach, persamaannya yaitu :
2. g. D. ΔH
f = … … … … … … … (6)
l. v²
Dari persamaan tersebut nilai f bisa didapat jika kita mempunyai nilai
dari : perbedaan ketinggian (∆𝐻), panjang antar manometer (l), kecepatan
aliran (V), kecepatan gravitasi (g), dan diameter dalam pipa (D in).

Kerugian gesekan

Perhitungan rugi gesek pada pipa dapat dicari dengan persamaan:

f. L v²
hf = 4 ……………
… … (7) d 2g

Distribusi aliran digunakan untuk melihat profil aliran kecepatan


dalam pipa, seperti pada gambar dibawah:

Gambar 2.2 Distribusi Kecepatan Laminar dan Turbulent pada Pipa Bulat

11
Gambar 2.3 Moody Diagram

Apabila bilangan reynold bertambah besar melebihi Ren, maka aliran


mulai berubah dan pada akhirnya membentuk aliran turbulen. Profil
kecepatan fluida pada aliran turbulen cenderung rata (lihat gambar.4).
Dari grafik faktor gesekan dapat dilihat bahwa kecepatan aliran yang
tinggi (bilangan reynold tinggi) tidak memberi pengaruh berarti terhadap
faktor gesekan. Sementara faktor gesekan untuk aliran laminar telah
didefinisikan pada persamaan (5).
Gambar 6 memperlihatkan profil keceoatran laminar sublayer dan lapis
batas turbulen pada pipa dengan permukaan dalam mempunyai kekasaran ɛ.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kecepatan aliran yang besar, bilangan
reynoldnya tidak mempunyai pengaruh yang berati faktor gesekan, tetapi
dipengaruhi oleh kekasaran relatif ɛ/D.
2.2.4. Deskripsi Sistem Model Mf 101 Fluid Sirkuit
Peralatan ini pada dasarnya terdiri dari 4 buah pipa (gambar 1b) yaitu 1
sampai 4, satu set pompa dan motor (5), dan 2 buah tangki air 6a dan 6b,
katupkatup dan fitting-fitting, alat ukur debit air 7, 8, 9a dan 9b, titik sensor
tekanan (22 – 41) dan alat pengukur tekanan (42 – 43). Rangkaian pipa-pipa
dan fitting-fitting dibuat dari bahan baja.
Keempat pipa tersebut adalah :
1 – 22 – 30 = diameter nominal ½”
2 – 23 – 31 = diameter nominal ¾”
3 – 24 – 32 = diameter nominal 1”
4 – 25 – 33 = diameter nominal 1¼”

12
Variasi kerapatan dan viskositas absolut air pada temperatur tertentu
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.1 Variasi Kerapatan dan Viskositas Absolut Air
Temperatur (oF) 32 70 100 150

Kerapatan (lb/ft2) 64,62 62,30 61,99 51,21

Viskositas Absolut (lb/ft,s) 0,00121 0,00067 0,00046 0,00029

Katup-katup 10 s/d 19, fitting 20 dan 21, serta tangki air dapat diatur
sedemikian rupa agar air mengalir lewat pipa tertentu (yang diinginkan). Ada
kurang lebih 3 kemungkinan rangkaian aliran (seri, paralel, seri-paralel) yang
dapat di buat dengan alat tersebut.
1. Rangkaian Tertutup
Air dari tanki air (6b) dialirkan lewat rangkaian pipa dengan bantuan
sebuah pompa, lalu air tersebut dimasukkan kembali ke dalam tangki 6b.
Dalam hal ini volume air di dalam tangki 6b hampir konstan. Untuk
melakukan ini, katup 45 dan 53 harus tertutup.
2. Rangkaian Terbuka
Air dari tangki 6b dialirkan lewat rangkaian pipa dengan bantuan
sebuah pompa, kemudian air tersebut tidak dimasukkan kembali ke tangki 6b,
melainkan dialirkan ke tangki 6a, Jadi dalam hal ini volume air didalam
tangki 6b berangsurangsur berkurang. Untuk melakukan ini katup 44, 48, 50
dan 53 tertutup (katup bypass 48 boleh terbuka untuk mengurangi aliran lewat
orifice dan venturi). Alat pengukur aliran debit dapat berupa :
1. Orifice ujung tajam (sharp edge orifice), (7)
2. Venturi, (8)
3. Sight gage, (9a) dan (9b)
Untuk mengukur tekanan, pipa-pipa maupun fittng dilengkapi dengan
tap tekanan dan dua buah manomater diferensial yang dipasang dalam satu
wadah 42 dan 43. Tap-tap tekanan terdapat pada keempat pipa, 22-30, 23-31,
24-32 dan 2533. Ada juga tap tekanan yang terdapat pada pertengahan
masing-masing pipa , 26-29. Katup 15, 16, T20 dan elbow 21 juga dilengkapi

13
dengan tap-tap tekanan sebagai sensor penurunan tekanan pada fiting-fitting
tersebut.
Penurunan tekananan pada orifice 7 diamati dengan menggunakan tap
40 dan 41, dan dengan cara yang sama penurunan tekanan venturi 8 diamati
denganmenggunakan tap 38 dan 39 yang dihubungkan dengan selang karet
ke manometer diferensial. Katup 44 dan 45 digunakan untuk mengatur
rangkaian aliran, apakah aliran tertutup atau aliran terbuka, sesuai keinginan.

2.3 Alat Ukur Laju Aliran


Perubahan temperatur fluida mempunyai pengaruh besar terhadap
viskositas fluida, sedang perubahan tekanan mempunyai pengaruh relatif
kecil terhadap viskositas fluida. Gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi
tahanan geser antara sebuah plat diam dengan plat bergerak, dimana kedua
plat tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis fluida, merupakan fungsi terhadap
koefisien viskositas absolut, luas bidang geser, kecepatan relatif antara kedua
plat dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan fluida. Ada beberapa sifat
fluida yang perlu diketahui, antara lain :
Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya
Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya
alat ukur lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan
oleh konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat
ukur aliran fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu:
1. Venturi meter
2. Nozzle
3. Pitot tubes
4. Flat orifice

14
2.3.1 Venturi Meter
Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk
menunjukan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah
manometer pipa U. Venturi Meter memiliki kerugian karena harganya mahal,
memerlukan ruangan yang besar dan rasio diameter throatnya dengan
diameter pipa tidak dapat diubah.

Gambar 2.5 Skema Venturi Meter

Untuk sebuah venturi meter tertentu dan sistem manometer tertentu,


kecepatan aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan
aliran berubah maka diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan
pembacaan yang akurat atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan
aliran maksimum yang baru.
Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu:
1. Bagian Inlet : Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama
seperti diameter pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal
ditempatkan pada bagian ini.
2. Inlet Cone: Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi
untuk menaikkan tekanan fluida.
3. Throat (leher): Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian
ini berbentuk bulat datar.
4. Bagian outlet: Bagian yang menunjukkan tinggi tekan
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan
dari aliran yang keluar dari inlet cone. Pada Venturi meter ini fluida masuk
melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian outlet cone. Pada bagian inlet
ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet cone fluida

15
akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet cone
yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian
fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan
akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati
bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone ini berbentuk
kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone ini
tekanan kembali normal. Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar
tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan meter tentulah sama
persis dengan fluida yang memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam
jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat
permanen dalam tekanan. Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan
dengan sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga
kehilangan tekanan yang permanen dalam sebuah meteran yang dirancangan
dengan tepat.
Kelebihan dan Kekurangan Venturimeter :
Kelebihan:
1. Mempunyai penurunan tekanan yang lebih kecil pada kapasitas
yang sama.
2. Dapat pengukur debit besar.
3. Jauh dari kemungkinan tersumbat kotoran.
4. Mengukur cairan yang mengandung endapan padatan (solid).
Kekurangan:
1. Lebih mahal harganya.
2. Sulit dalam pemasangan karena panjang.
3. Tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6 inchi.
2.3.2 Flow Nozzle
Flow Nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara
dua flensa. Flow Nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang kecil.
Karena flow nozzle mempunyai lubang lebih besar dan kehilangan tekanan
lebih kecil daripada plat orifice sehinga flow nozzle dipakai untuk fluida
kecepatan tinggi pada temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel.

16
Gambar 2.4 Skema Flow Nozzle

Flow nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan alat untuk
menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah
berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan
semakin berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar
secara bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat
orifice. Flow nozzle terdiri dari dua bagian utama yang melengkung pada
silinder.

2.3.3 Pitot Tubes


Nama pitot tubes datang dari konsensip Henry de Pitot pada tahun 1732.
Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda
tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat pada
Gambar dibawah, pitot tubes membutuhkan dua lubang pengukuran tekanan
untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot tubes ini biasanya fluida
yang digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes terbuat dari stainless
steel dan kuningan.

Gambar 2.7 Skema Pitot Tubes

17
Kegunaan Pitot Tube:
1. Mengukur tekanan fluida pada wind tunnel.
2. Menghitung profil kecepatan aliran pada pipa.
3. Mengukur kecepatan pada pesawat (airspeed).
4. Altimeter pesawat.
5. Mengukur tekanan fluida pada wind tunnel (terowongan
angin).
Kelebihan dan Kekurangan Pitot Tube
Kelebihan:
1. Susunan sederhana.
2. Aplikasi Pitot Tube
3. Relatif mudah dan murah.
4. Tidak perlu adanya kalibrasi.
5. Pressure drop aliran kecil.
Kekurangan:
1. Keakuratan rendah untuk beberapa aplikasi.
2. Pipa harus lurus dengan kecepatan aliran untuk mendapatkan hasil
yang baik.

2.3.4 Flat Orifice


Orifice adalah plat berlubang yang disisipkan pada laluan aliran fluida
yang diukur, juga merupakan alat primer yang berfungsi untuk mendapatkan
beda tekanan antara aliran pada up stream dan down stream dari orifice itu
sendiri.

Gambar 2.5 Skema Flat Orifice

18
Orifice merupakan salah satu alat ukur yang digunakan di lapangan
geothermal dan umumnya orifice diletakkan sebelum separator.

2.4 Prinsip Kerja Alat Ukur Laju Aliran


2.4.1 Venturi Meter
Prinsip Kerja Venturimeter tanpa manometer ini berdasar pada Asas
Bernoulli yang berbunyi: Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida
yang paling besar adalah pada bagian kelajuan alirnya paling kecil, dan
tekanan paling kecil adalah pada bagian kelajuan alirnya paling besar.
Venturi meter Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa jenis
ρ. Kecepatan fluida mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan pada
pipa sebelah kiri lebih besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat tersebut
diukur oleh manometer yang diisi dengan fluida dengan massa jenis ρ’ dan
manometer menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian permukaan fluida di
kedua sisi adalah H. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan
Persamaan Bernouli, diperoleh :Menghitung kelajuan cairan dalam pipa
memakai venturimeter tanpa manometer Persamaan Bernoulli adalah dan
kontinuitas A1.v1 = A2.v2, maka Cairan mengalir pada mendatar maka h1 =
h2 sehingga,
P1 – P2 = ½ .ρ.(v22– v12)……….....................(1)
Maka pada tabung fluida diam, maka tekanan hidrostatisnya :
P1 = ρ.g.hA dan P2 = ρ.g.hB, maka
P1 – P2 = ρ.g(hA –hB ) = ρ.g.h ……............…(2)
Keterangan:
1. v : kelajuan gas, satuan (m/s)
2. v1 : kecepatan fluida pada pipa yang besar satuannya (m/s)
3. h : beda tinggi air raksa, satuan (m)
4. A1 : luas penampang pipa yang besar satuannya (m2)
5. A2 : luas penampang pipa yang kecil (pipa manometer) satuannya(m2)
6. ρ : massa jenis gas, satuannya (Kg/m3)
7. ρ’ : massa jenis cairan pada manometer satuannya (Kg/m3)

19
2.4.2 Pitot Tubes
Berikut dibawah ini merupakan gambaran dari prinsip kerja dari pitot
tubes beserta penjelasan cara kerjanya:

Gambar 2.6 Prinsip Kerja Pitot Tubes

Prinsip Kerja: Energi kinetik dikonversikan menjadi static pressure


head. Cara kerja pitot tube adalah:
1. Pipa yang mengukur tekanan statis terletak secara radial pada batang
yang dihubungkan ke manometer (pstat).
2. Tekanan pada ujung pipa di mana fluida masuk merupakan tekanan
stagnasi (p0).
3. Kedua pengukuran tekanan tersebut dimasukkan dalam persamaan
Bernoulli untuk mengetahui kecepatan alirannya. Sulit untuk
mendapat hasil pengukuran tekanan stagnasi secara nyata karena
adanya friksi pada pipa. Hasil pengukuran selalu lebih kecil dari
kenyataan akibat faktor C (friksi empirik).

2.4.3 Orifice Meter


Prinsip kerja dari orifice meter adalah:
1. Fluida yang diukur alirannya dialirkan melalui plat orifice.
2. Perbedaan atau selisih tekanan fluida yang melalui orifice antara up
stream dan down stream dicatat.
3. Suhu dan tekanan fluida pada up stream dicatat untuk mengetahui
densitasnya.

20
2.4.4 Prinsip Kerja Orifice
Orifice adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur laju
aliran volum atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup (pipa)
berdasarkan prinsip beda tekanan. Alat ini berupa plat tipis dengan gagang
yang diapit diantara flens pipa. Fungsi dari gagang orifice adalah untuk
memudahkan dalam proses pemasangan dan penggantian. Orifice termasuk
alat ukur laju aliran dengan metode rintangan aliran (Obstruction Device).
Karena geometrinya sederhana, biayanya rendah dan mudah dipasang atau
diganti.
Orifice Plate (Sebuah plat lubang) adalah pelat tipis dengan lubang di
tengah. Hal ini biasanya ditempatkan dalam pipa aliran fluida di mana. Ketika
cairan mencapai pelat orifice, dengan lubang di tengah, cairan dipaksa untuk
berkumpul untuk pergi melalui lubang kecil, titik konvergensi maksimum
sebenarnya terjadi tak lama hilir orifice fisik, pada titik kava disebut contracta
(lihat gambar sebelah kanan). Seperti tidak demikian, kecepatan dan
perubahan tekanan. Di luar contracta vena, cairan mengembang dan
kecepatan dan tekanan perubahan sekali lagi. Dengan mengukur perbedaan
tekanan fluida antara bagian pipa normal dan di vena contracta, tingkat aliran
volumetrik dan massa dapat diperoleh dari persamaan Bernoulli

2.4.5 Prinsip Kerja Venturi


Efek venturi terjadi pada sebuah aliran fluida yang mengalami kenaikan
velocity seiring dengan penurunan luas penampang aliran, hal tersebut
diiringi juga dengan terjadinya penurunan tekanan statis (static pressure)
fluida tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hukum aliran fluida dinamik,
kecepatan aliran fluida harus naik apabila terdapat restriksi pada pipa untuk
memenuhi Hukum Kontinuitas, sedangkan besar tekanan harus turun untuk
memenuhi Hukum Konservasi Mekanika Energi.

2.5 Pelaksanaan Percobaan


2.5.1. Geometrical Orifice
Berikut petunjuk pelaksanaan dalam praktikum ini:

21
1. Isi tangka air hingga penuh, volume batas minimal air adalah ¾ volume
tangka.
2. Pastikan kondisi pompa pada kondisi mati (off) saat melakukan pengisian
tangka
3. Pasang terlebih dahulu orifice yang tersedia mulai dari orifice concentric,
kemudian orifice eccentric, dan yang terakhir pasang orifice segmental.
4. Atur keluaran air menggunakan stop kran pada rangkaian perpipaan agar
didapatkan hasil untuk data pressure pada pressure gauge rangkaian.
5. Ambil data pada masing-masing orifice sebanyak 3-5 kali percobaan.
6. Ambil data pada setiap belokan untuk menghitung kerugian mayor dan
kerugian minor. Pengambilan data dilakukan 3-5 kali percobaan.
7. Masukkan data percobaan ke dalam tabel percobaan.
8. Hitung dan analisis data yang telah didapatkan dengan persamaan yang
ada dengan kajian teoritis.

2.5.2. Fluid Friction Apparatus model MF 101


Apabila unit alat praktikum fluid friction apparatus model MF 101
akan dipakai untuk pertama kali atau lama tidak dipakai, didalam pipa akan
terdapat udara yang harus dikeluarkan terlebih dahulu . Demikian pula
dengan udara yang terdapat didalam manometer serta pipa penghubungnya,
sehingga tidak mengganggu pada saat pengukuran.Adapun langkah-langkah
praktikum sebagai berikut:
1. Isi air tangka hingga ¾ volume tangka atau lebih dari ¾ volume tangki
2. Pastikan pompa dalam posisi off/mati saat pengisian tangka
3. Atur stop kran pada setiap percobaan:
a. Eksperimen pertama

Gambar 2.10 Rangkaian Eksperimen Pertama

22
Rangkaian eksperimen pertama dengan aliran air mengalir pada pipa
besi dengan diameter ¾” seperti pada Gambar 2.10 berikut.
Keterangan:
P = Pressure gauge
V = Valve (stop kran)
Eksperimen pertama dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC 1”
menuju pipa besi ¾” kemudian kembali ke pipa PVC 1”. Aliran fluida mulai
mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan dialirkan melalui valve
V1. V2, V3, V4, dan V5 dengan kondisi terbuka, sedangkan valve V6, V7,
dan V8 dengan kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut mengalir
melewati P1 yang berada pada pipa PVC 1”, P5 dan P9 yang berada pada pipa
besi ¾” serta P13 yang berada pada pipa PVC 1” dimana posisi valve V9
terbuka dan V10, V11, V12, V13, V14, V15, V16, dan V17 tertutup yang
mengakibatkan aliran fluida mengalir ke atas melewati P18 dan P19 pada
elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir melewati valve V19 yang terbuka
dan kembali menju tangka air. Untuk mengatur variasi bukaan pada valve
dapat dilakukan dengan mengambil data pada valve V9 kemudian dapat
dilihat data pada P1, P5, P9 dan P13, data dapat diambil 3-5 kali percobaan.

b. Percobaan kedua

Gambar 2.11 Rangkaian Eksperimen Percobaan kedua

Rangkaian eksperimen pada percobaan kedua seperti pada Gambar 2.11


adalah sebagai berikut.
Keterangan:
P = Pressure Gauge
V = Valve (stop kran)

23
Eksperimen kedua dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC 1”
menuju pipa PVC ¾” kemudian kembali ke pipa PVC 1”. Aliran fluida mulai
mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan dialirkan melalui valve
V2, V3, V4, V5, dan V6 dengan kondisi terbuka, sedangkan valve V7, dan
V8 dengan kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut mengalir
melewati P2 yang berada pada pipa PVC 1”, P6 dan P10 yang berada pada
pipa PVC ¾” serta P14 yang berada pada pipa PVC 1” dimana posisi valve
V10 dan V13 terbuka sedangkan V9, V11, V12, V14, V15, V16, dan V17
tertutup yang mengakibatkan aliran fluida mengalir ke atas melewati P18 dan
P19 pada elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir melewati valve V19 yang
terbuka dan kembali menju tangka air. Untuk mengatur variasi bukaan pada
valve dapat dilakukan dengan mengambil data pada valve V10 kemudian
dapat dilihat data pada P2, P6, P10 dan P14, data dapat diambil 3-5 kali
percobaan.

c. Percobaan ketiga

Gambar 2.12 Rangkaian Eksperimen Percobaan Ketiga

Rangkaian eksperimen pada percobaan ketiga seperti pada Gambar 2.12


adalah sebagai berikut.
Keterangan:
P = Pressure Gauge
V = Valve (stop kran)
Eksperimen ketiga dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC
3/4” menuju pipa Stainless Steel 1/2” kemudian kembali ke pipa PVC 3/4”.
Aliran fluida mulai mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan
dialirkan melalui valve V3, V4, dan V7 dengan kondisi terbuka, sedangkan

24
valve V2 dan V8 dengan kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut
mengalir melewati P3 yang berada pada pipa PVC 3/4”, P7 dan P11 yang
berada pada pipa Stainless Steel 1/2” serta P15 yang berada pada pipa PVC
3/4” dimana posisi valve V11, V13, dan V14 terbuka sedangkan V9, V10,
V12, V15, V16, dan V17 tertutup yang mengakibatkan aliran fluida mengalir
ke atas melewati P18 dan P19 pada elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir
melewati valve V19 yang terbuka dan kembali menju tangka air. Untuk
mengatur variasi bukaan pada valve dapat dilakukan dengan mengambil data
pada valve V11 kemudian dapat dilihat data pada P3, P7, P11 dan P15, data
dapat diambil 3-5 kali percobaan.

d. Percobaan keempat

Gambar 2.13 Rangkaian Eksperimen Percobaan Keempat

Rangkaian eksperimen pada percobaan keempat seperti pada


Gambar 2.13 adalah sebagai berikut.
Keterangan:
P = Pressure Gauge
V = Valve (stop kran)
Eksperimen keempat dimulai dengan pengukuran pada pipa PVC 3/4”
menuju pipa PVC 1/2” kemudian kembali ke pipa PVC 3/4”. Aliran fluida
mulai mengalir dari tangka air yang dihisap oleh pompa dan dialirkan melalui
valve V4, dan V8 dengan kondisi terbuka, sedangkan valve V3 dengan
kondisi tertutup. Kemudian aliran fluida tersebut mengalir melewati P4 yang
berada pada pipa PVC 3/4”, P8 dan P12 yang berada pada pipa PVC 1/2”
serta P16 yang berada pada pipa PVC 3/4” dimana posisi valve V12, V13,

25
V14 dan V15 terbuka sedangkan V9, V10, V11, V16, dan V17 tertutup yang
mengakibatkan aliran fluida mengalir ke atas melewati P18 dan P19 pada
elbow. Selanjutnya aliran fluida mengalir melewati valve V19 yang terbuka
dan kembali menju tangka air. Untuk mengatur variasi bukaan pada valve
dapat dilakukan dengan mengambil data pada valve V12 kemudian dapat
dilihat data pada P4, P8, P12 dan P16, data dapat diambil 3-5 kali percobaan.
4. Ambil data pada setiap eksperimen, masing-masing 3-5 kali agar
mendapatkan rerata nilai yang sesuai.
5. Masukkan data ke dalam tabel agar mempermudah proses pendataan
6. Hitung dengan menggunakan rumus yang tertera pada kajian teoritis.

26
BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1 Geometris Orifice dan Friction Apparatus

Setelah dilakukan pengambilan data dari praktikum yang telah


dilakukan. Data kemudian diinput ke tabel untuk dilakukan perhitungan rata-
rata hasil pengukuran yang kemudian nantiya akan dilakukan perhitungan
debit alirannya. Setelah diketahui debit alirannya maka dibuatlah grafik
selisih tinggi tekan dengan debit aliran.
Pada pengamatan yang kami lakukan ini, untuk setiap kategori pipa atau
katup dilakukan beberapa kali pengukuran. Pengukuran pertama yaitu
pengukuran orifice dan venture awal dengan perolehan data sebagai berikut:

A. Hasil Pengukuran Geometris Orifice


Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Pada Belokan (elbow)
Elbow 90º (suction) …. Kg/cm2(Psi)
No
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 12,5 14,6 13,0 12,0 12,8 11,0 14,0 13,5
2 7,1 9,0 8,0 8,2 10,0 6,0 8,5 7,5
3 17,0 18,1 15,8 15,0 15,0 14,8 16,0 16,5
4 10,0 11,0 10,0 9,5 10,0 8,5 10,0 9,8
5 19,0 20,2 19,5 17,0 15,0 17,5 19,5 19,8
𝑋̅ 13,12 14,58 13,26 12,34 12,56 11,56 13,6 13,42

Pada pengukuran Belokan/elbow


Elbow pada pipa fluida atau cair adalah salah satu komponen penting
dalam sistem perpipaan. Elbow berfungsi untuk mengalihkan arah aliran
fluida atau cair dalam pipa dan dapat menyebabkan kehilangan energi atau
head loss pada sistem.
Rumus lengkap untuk menghitung head loss akibat elbow pada pipa
fluida atau cair adalah sebagai berikut:
h_l = K * V^2 / 2g

27
Dimana:
• h_l = head loss akibat elbow (m)
• K = koefisien kehilangan head akibat elbow (tanpa satuan)
• V = kecepatan aliran fluida (m/s)
• g = percepatan gravitasi (9.81 m/s^2)
Koefisien kehilangan head akibat elbow (K) dapat dihitung
menggunakan rumus empiris atau rumus yang diberikan oleh standar seperti
ASME atau DIN. Berikut adalah rumus empiris untuk menghitung K:
K = 0.9 + 0.5 * (D_r / R)^(1/3) * (45 - 0.5 * theta) / 45
Dimana:
• D_r = diameter relatif pipa = D / R
• D = diameter pipa (m)
• R = jari-jari pusat belokan (m)
• theta = sudut belokan (derajat)
Rumus ini berlaku untuk sudut belokan 90 derajat atau kurang dan pipa
dengan aliran turbulen. Sehingga pada data diatas jumalah tekanan bisa
digunakan untuk mencari debit dan kecepatan aliran fluida dengan rumus sbb:
Hitung kecepatan aliran fluida (V) dengan rumus: V = Q / (A * 60),
dimana A adalah luas penampang pipa. Karena yang diketahui diameter
dalam, maka A dapat dihitung dengan rumus luas lingkaran, yaitu:
Q = Cd x A x √(2gh)
Dimana:
1. Q adalah debit aliran fluida dalam satuan meter kubik per detik
(m^3/s).
2. Cd adalah koefisien discharge orifice, yang merupakan rasio antara
debit aliran aktual yang terukur dan debit aliran teoritis yang
diharapkan, dan tidak memiliki satuan.
3. A adalah luas penampang orifice dalam satuan meter persegi (m^2).
4. g adalah percepatan gravitasi dalam satuan meter per detik kuadrat
(m/s^2).

28
5. h adalah head loss (selisih tekanan) yang diukur di sepanjang pipa
antara titik sebelum orifice (upstream) dan titik setelah orifice
(downstream) dalam satuan meter (m).
Maka :
Hl = 0,3*V^2/2g
Kecepatan aliran fluida :
V = Q/A
Q = Capasitas max/Luas Penampang Pipa
Cmax = 19 liter/menit
= 19.000cm3/menit
Q = 19.000/2,54 = 7.480,3 cm3/ menit
Q = 7,4 l/menit = 0,0001235 meter kubik/sec
A = 3,14 * 2,4 * 2,4 / 4
A = 4,52 cm^2
Maka kecepatan aliran fluida yang didapat adalah
V = Q/A
= 0,0001235 meter kubik per detik / 4,52 * 10^-4 meter persegi
= 0,272 meter per detik
Sehingga aliran kecepatan fluida pada pipa 1 inch adalah 0,272 meter
per detik. Kemudian Head losses pada elbow 90 derajat yaitu:
Hl = 0,3 * 0,272^2 / 2*9,81
= 0,0221 / 19,62
= 0,0011 m
Maka dalam kasus percobaan praktikum head losses pada elbow atau
belokan pipa 90 derajat mengalami kehilangan sebesar 0,0011 m.

29
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Gesekan Pipa

Gesekan pipa ….. Kg/cm2(Psi)


No
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1 15,3 12,5 14,6 13,0 12,0 12,8 11,0 14,0
2 4,9 7,1 9,0 8,0 8,2 10,0 6,0 8,5
3 18,6 17,0 18,1 15,8 15,0 15,0 14,8 16,0
4 12,0 10,0 11,0 10,0 9,5 10,0 8,5 10,0
5 20,1 19,0 20,2 19,5 17,0 15,0 17,5 19,5
𝑋̅ 14,18 13,12 14,58 13,26 12,34 12,56 11,56 13,6
Percobaan Gesekan pada pipa P1 dan P2
h = 14,18-13,12 = 1,06 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm
V = √2𝑔ℎ = √2 × 9,81 × 1,06
= 4,55
f = 0,1
g = 9,81 m/s2
𝐿 𝑉2 210 (4,55)2
hf = 𝐷 . 2.𝑔 . f = 2,54 . . 0,1
2.9,81

hf = 8,72 cm
hf = 0,0872 m
Percobaan gesekan pada pipa p3 dan p4
h = 14,58-13,26 = 1,32 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm
V = √2𝑔ℎ = √2 × 9,81 × 1,32
= 5,08
f = 0,1
g = 9,81 m/s^2
𝐿 𝑉^2 210 (5,08)2
hf = 𝐷 . . f = 2,54 . . 0,1
2.𝑔 2.9,81

hf = 10,87 cm
hf = 0,1087 m

30
Percobaan Gesekan pipa p5 dan p6
h = 12,34-12,56 = -0,22 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm
V = √2𝑔ℎ =√2 × 9,81 × (0,22)
= -2,07
f = 0,1
g = 9,81 m/s^2
𝐿 𝑉^2 210 (−2,07)2
hf = 𝐷 . . f = 2,54 . . 0,1
2.𝑔 2.9,81

hf = 1,8 cm
hf = 0,018 m
Percobaan Gesekan pipa p7 dan p8
h = 11,56-13,60 = -2,04 cm
L = 210 cm
D = 2,54 cm
V = √2𝑔ℎ = √2 × 9,81 × (−2,04)
= -6,32
f = 0,1
g = 9,81 m/s^2
𝐿 𝑉^2 210 (−6,32)2
hf = 𝐷 . . f = 2,54 . . 0,1
2.𝑔 2.9,81

hf = 16,83 cm
hf = 0,1683 m

31
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Pada Orifice

Pengukuran Aliran Melalui Orifice ( Psi,Kpa,Bar)


No Psi Kpa Bar
P10 P11 P10 P11 P10 P11
1 13,5 13,5 95 95 0,95 0,95
2 7,5 7,0 50 50 0,55 0,50
3 17,0 16,5 115 115 1,15 1,15
4 10,5 10,0 70 70 0,70 0,70
5 19,5 19,0 140 135 1,35 1,30
𝑋̅ 13,6 13,2 94 93 0,94 0,92
Hasil laju kecepatan aliran pada orifice dapat dihitung melalui rumus
Q=V*A
Dengan tekanan satuan BAR.
P1 + (0,5) 𝑝𝑉12 = P2 + (0,5)𝑝𝑉22
V2 = (2(𝑃11 − 𝑃10)/𝜌 )2
V2 = (2 ( 0,4 x 105 ) / 1000) 1/2
V2 = P1-P2 ( V1 )
V2 = 8,94 m/s
Q=V*A
Q = 8,94 * 2,54
= 22,7 m^3/s
Debit pada orifice adalah 22,7 m^3/s , itulah debit yang yang
dihasilkan pada orifice pada tekanan P10 dan P11.

32
A.Hasil Pengukuran Friction Apparatus

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Tekanan aliran Pada Diameter Pipa (1”)
Pengukuran tekanan aliran (Kg/cm2) atau (lb/in2=Psi)
Diameter pipa paralon ke besi Diameter pipa paralon ke paralon
NO kontraksi pembesaran kontraksi Pembesaran
1” ¾” ¾” 1” 1” ¾” ¾” 1”
1 3,0 3,5 3,3 2,9 3,1 3,5 3,0 3,2
2 3,8 4,0 4,0 3,2 4,0 4,8 4,0 4,0
3 7,0 7,0 6,8 6,3 2,0 2,5 2,3 2,5
4 2,8 2,5 2,0 1,7 6,5 7,0 6,5 6,9
5 8,1 8,0 8,2 8,0 8,6 9,0 8,7 8,9
𝑋̅ 4,94 5,0 4,86 4,42 4,84 5,36 4,9 5,1

NO Tinggi muka air (Cm)


Venturi meter Orifice
In out in Out
1. 137 130,5 135,5 124
2. 137 130,5 135,5 124
3. 137 130,5 135,5 124
4. 137 130,5 135,5 124
5. 137 130,5 135,5 124
𝑋̅ 137 130,5 135,5 124

A.Pengkuran Kontraksi :

1.Pipa paralon ke besi (1” ke ¾”)

h= 4,94 – 5 = -0,06 cm ≈ 0,06 cm


v = √2𝑔ℎ = √2 × 9,81 × 0,06 = 1,08
1 𝒗^𝟐
hc =( 𝑐𝑐 − 1 )^2 x 𝟐𝒈
1 𝟏,𝟎𝟖^𝟐
hc = ( 0,625 − 1)2 x 𝟐 . 𝟗,𝟖𝟏

33
hc = (0,6)2 x 1,16 / 19,62
hc = 0,021 cm
2.Pipa paralon ke paralom (1”ke ¾”)

h= 4,84 – 5,36 = -0,52 cm ≈ 0,52 cm


v = √2𝑔ℎ = √2 × 9,81 × 0,52 = 3,19
𝟏 𝑣^2
hc =( 𝒄𝒄 − 1 )^2 * 2𝑔
1 3,19^2
hc = ( 0,625 − 1)^2 * 2 . 9,81

hc = (0,6)2 x 10,17 / 19,62


hc = 0,186 cm
Debit alir pada kontraksi pipa 1” ke ¾”

P1 + (0,5) 𝑝𝑉12 = P2 + (0,5)𝑝𝑉22


V2 = (2(𝑃11 − 𝑃10)/𝜌 )2
V2 = (2 ( 0,4 x 105 ) / 1000) 1/2
V2 = P1-P2 ( V1 )
V2 = 8,94 m/s
Q=V*A
Q = 8,94 * 2,54
= 22,7 m^3/s
Sehingga untuk menghitung gaya pada friction apparatus adalah
F = 0.5 * ρ * L * D
F = 0,5 * 1000 * 2,1 * 0,63
F = 661,5 N
Menghitung koef gesek dengan rumus

μ = F / (ρ x Q x v)
= 661.5 / ( 1000 *22,7 * 30 )
= 0,00097
Jadi koefesien gesek pada friction apparatus diameter pipa kontraksi 1” ke
¾” adalah 0,00097

34
B.Percobaan pengukuran karakteristik orifice flow meter dan venture flow
meter
1. Venturi
h= 137 – 130,5 = 6,5 cm
K = 0,97 (koefisien orifice)
d1= 2,54 cm
d2 = 1,905 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/𝑠 = 981 𝑐𝑚/𝑠
𝜋
A1 = 4 2,542 = 5,06 𝑐𝑚2
𝜋
A2 = 4 1,9052 = 2,85𝑐𝑚2
𝐴1 −𝐴2
𝑄 = K √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
5,06−2,85
𝑄 = 0,97 √2 . 981 . 6,5
√5,062 −2,852

= 57,90 cm3/s

2. Oriface
h= 135,5 – 124 = 11,5 cm
K = 0,97 (koefisien orifice)
d1= 2,54 cm
d2 = 1,905 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/𝑠 = 981 𝑐𝑚/𝑠
𝜋
A1 = 4 2,542 = 5,06 𝑐𝑚2
𝜋
A2 = 4 1,9052 = 2,85𝑐𝑚2
𝐴1 −𝐴2
𝑄 = K √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
5,06−2,85
𝑄 = 0,97 √2 𝑥 981 𝑥 11,5
√(5,06)2 −(2,85)2

= 77,01 cm3/s

35
Tabel 3.5 Hasil pengukuran tekanan aliran pada pipa diameter (3/4”)
Pengukuran tekanan aliran (Kg/cm2) atau (lb/in2=Psi)
Diameter pipa paralon ke besi Diameter pipa paralon ke paralon
Kontraksi pembesaran kontraksi Pembesaran
NO
¾ 1/2 ½ 3/4 3/4 1/2 ½ 3/4
1 2,9 2,0 2,0 2,5 3,1 3,0 2,1 2,2
2 2,1 1,7 2,0 2,2 2,2 2,5 1,0 1,5
3 4,0 3,4 3,5 4,0 4,0 3,8 3,0 3,0
4 5,5 5,0 5,0 5,2 6,0 6,0 5,2 5,0
5 8,0 7,2 7,3 8,0 8,2 8,0 7,2 7,0
∑ 4,5 3,86 3,96 4,38 4,7 4,66 3,7 3,74

Tinggi muka air (Cm)


NO Venturi meter Orifice
In out in Out
1. 137 130,5 135,5 124
2. 137 130,5 135,5 124
3. 137 130,5 135,5 124
4. 137 130,5 135,5 124
5. 137 130,5 135,5 124
∑ 137 130,5 135,5 124
A.Pengkuran Kontraksi :

1.Pipa paralon ke besi (3/4” ke 1/2”)

h= 4,50 – 3,86 = 0,64 cm

v = √2𝑔ℎ = √2 × 9,81 × 0,64 = 3,54

𝟏 𝒗^𝟐
hc =( 𝒄𝒄 − 𝟏 )^2 * 𝟐𝒈

𝟏 𝟑,𝟓𝟒^𝟐
hc = ( 𝟎,𝟔𝟐𝟓 − 𝟏)^2 * 𝟐 . 𝟗,𝟖𝟏

hc = (0,6)2 x 12,53 / 19,62

hc = 0,229 cm

36
2.Pipa paralon ke paralom (3/4”ke 1/2”)

h= 4,70 – 4,66 = 0,04 cm

v = √2𝑔ℎ = √2 × 9,81 × 0,04 = 0,88 cm

𝟏 𝒗^𝟐
hc =( 𝒄𝒄 − 𝟏 )^2 * 𝟐𝒈

𝟏 𝟎,𝟖𝟖^𝟐
hc = ( 𝟎,𝟔𝟐𝟓 − 𝟏)^2 * 𝟐 . 𝟗,𝟖𝟏

hc = (0,6)2 x 0,774 / 19,62

hc = 0,014 cm

B.Percobaan pengukuran karakteristik orifice flow meter dan venture flow meter
1. Venturi
h= 137 – 130,5 = 6,5 cm
K = 0,97 (koefisien orifice)
d1= 2,54 cm
d2 = 1,905 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/𝑠 = 981 𝑐𝑚/𝑠
𝜋
A1 = 4 2,542 = 5,06 𝑐𝑚2
𝜋
A2 = 4 1,9052 = 2,85𝑐𝑚2
𝐴1 −𝐴2
𝑄 = K √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
5,06−2,85
𝑄 = 0,97 √2 . 981 . 6,5
√5,062 −2,852

= 57,90 cm3/s
2. Oriface
h= 135,5 – 124 = 11,5 cm
K = 0,97 (koefisien orifice)
d1= 2,54 cm
d2 = 1,905 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/𝑠 = 981 𝑐𝑚/𝑠
𝜋
A1 = 4 2,542 = 5,06 𝑐𝑚2

37
𝜋
A2 = 4 1,9052 = 2,85𝑐𝑚2
𝐴1 −𝐴2
𝑄 = K √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
5,06−2,85
𝑄 = 0,97 √2 𝑥 981 𝑥 11,5
√(5,06)2 −(2,85)2

= 77,01 cm3/s

38
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum Fenomena Dasar Mesin ini dapat diambil kesimpulan
yaitu:
1. Orifice adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur laju aliran
fluida dalam pipa dengan memanfaatkan perubahan tekanan pada
orifice.
2. Pada praktikum ini, kita menggunakan orifice dengan diameter tertentu
untuk mengukur laju aliran air dalam pipa dengan cara mengukur
perbedaan tekanan sebelum dan sesudah orifice menggunakan
manometer.
3. Laju aliran fluida dapat dihitung menggunakan persamaan Bernoulli
yang memperhitungkan perubahan tekanan dan kecepatan aliran.
4. Semakin besar diameter orifice, semakin besar pula laju aliran fluida
yang dapat diukur. Namun, semakin besar pula tekanan yang
dibutuhkan untuk menggerakkan fluida melalui orifice.
5. Pengukuran laju aliran fluida dapat dilakukan dengan akurat apabila
perhitungan tekanan dan kecepatan dilakukan secara cermat dan
perangkat yang digunakan dalam kondisi baik.
6. Praktikum fenomena dasar mesin pipa orifice dapat digunakan untuk
memahami prinsip-prinsip dasar pengukuran laju aliran fluida dalam
pipa dan memperkenalkan siswa dengan perangkat-perangkat yang
digunakan dalam pengukuran tersebut.
Dari hasil pengukuran geseran pipa , dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi tekanan suatu pipa semakin besar hf yang dihasilkan . hf yang
dihasilkan paling besar kisaran hf = 0,1683 m
7. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tekanan sebuah pipa semakin
besar (hb) yang dihasilkan.
8. Dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi debit aliran antara lain
keadaan dan ketinggian aliran pada saat proses pengukuran.

39
Kesimpulan itu merujuk dan didapat berdasarkan pengamatan dan
praktikum saya, itulah beberapa kesimpulan yang dapat dari praktikum
fenomena dasar mesin.

4.2 Saran
Demi kemajuan dan perbaikan mata kuliah praktikum fenomena dasar
mesin berikutnya, saya memberikan saran yaitu :
1. Perlu menambahkan fasilitas praktikum yang memadahi, agar
praktikum lebih baik.
2. Memperbaiki laboratorium menjadi tempat yang lebih kondusif
untuk praktikum.

40
DAFTAR PUSTAKA

Alfiana, Fitri. 2018. “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Fluid


Friction Apparatus (Sistem Model MF 101)”. Magelang: Universitas
Tidar.

M. White, Frank dan Hariandja, Manahan 1988. Mekanika Fluida. Jakarta:


Erlangga

Salimin. 2009. Pengaruh Perubahan Aliran Tehadap Koefisien Kerugian


Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Tim Laboratorium. 2015. Buku Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.


Magelang: Universitas Tidar

41
LAMPIRAN

42
43

Anda mungkin juga menyukai