TEKNIK PENGUKURAN
JUDUL MODUL
SUDUT
Disusun oleh:
Nama : Hulam Darojati
NIM : 3331200115
Kelompok : 23
1
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Hulam Darojati (3331200115)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran allah swt karena atas rahmat dan
karunia dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum penukuran
modul penukuran sudut denan tepat waktu. Harapan saya, laporan ini dapat
membantu menambah penetahuan dan wawasan untuk kita semua, kritik dan jua
saran dari pembaca sanat saya harapkan aar kedepannya dapat menjadi lebih baik lai.
Terimakasih saya sampaikan kepada seenap pihak yan telah membantu kelancaran
proses baik saat keiatan laboratorium maupun pembuatan laporan praktikum ini,
khususnya kepada
1. Bapak Dhimas Satria, ST., M. Eng selalu Kepala Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Ibu Erny Listijorny, ST., M. Eng selaku Kepala Laboratorium Pengukuran.
3. Naufal Hilmi Wijaya selaku asisten laboratorium Pengukuran teknik yang
membimbin kelompok 23 pada saat praktikum modul pengukuran sudut.
4. Rekan rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam melakukan praktikum.
Dengan ini saya selaku penulis berharap dari laporan praktikum ini, para pembaca
dapat menerima ilmu yan ada pada laporan ini sehingga dapat menambah wawasan
kepada kita semua.
Hulam Darojati
3331200115
iii
ABSTRAK
Dalam praktikum pengukuran terdapat beberapa jenis pengukuran, salah satunya yaitu
pengukuran sudut. Sudut terbentuk dari dua buah garis yang bertemu pada satu titik pangkal,
sudut bisa juga terbentuk akibat dua buah garis yang saling berpotongan. Adapun tujuan dari
praktikum ini yaitu praktikan memahami konsep dasar Bevel Protractor, Mencari nilai dari
masing-masing sudut, menganalisa hasil dari analisis kesalahan, dan mendidik mahasiswa
cara menggunakan Bevel Protractor untuk mengukur sudut. Untuk prosedur praktikumnya
yang pertama kali dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan, lalu meletakan pelat besi
pada suatu kwadran, selanjutnya dilakukan pengukuran menggunakan Bevel Protractor, dan
yang terakhir membaca skala hasil ukur dan di catat pada lembar kerja. Setelah dilakukannya
pengukuran, maka didapatkanlah hasil yakni sudut ke-1 sebesar 256,25°. Pada sudut ke-2
sebesar 245.25°. Pada sudut ke-3 sebesar 251,5°. Pada sudut ke-4 sebesar 151,92°. Pada
sudut ke-5 sebesar 144,58°. Pada sudut ke-6 235°. Pada sudut ke-7 sebesar 156,42°. Pada
sudut ke-8 sebesar 133,2°. Pada sudut ke-9 sebesar 246,75°. Pada sudut ke-10 sebesar 96,5°.
Pada sudut ke-11 sebesar 255,95°.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
ABSTRAK........................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................2
1.3 Sistematika Penulisan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengukuran...................................................................................3
2.2 Pengertian Sudut............................................................................................4
2.3 Macam-Macam Alat Ukur Sudut...................................................................4
2.3.1 Busur Baja............................................................................................5
2.3.2 Bilah Sudut (Bevel Protractor)............................................................6
2.3.3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)..................................................6
2.4 Bevel Protractor (Bilah Sudut)......................................................................8
2.5 Bagian-Bagian Bevel Protractor....................................................................9
2.6 Prinsip Kerja Bevel Protractor.....................................................................10
2.7 Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung................................................11
2.8 Penerapan Pengukuran Sudut Di Dunia Industri.........................................11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diaram Alir Percobaan.................................................................................13
v
3.2 Alat dan Bahan Praktikum...........................................................................14
3.2.1 Alat-Alat Yang Digunakan................................................................14
3.2.2 Bahan Yang Digunakan.....................................................................15
3.3 prosedur percobaan......................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum............................................................................................16
4.2 Perhitungan Sudut Pelat...............................................................................17
4.3 Analisis Kesalahan.......................................................................................22
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................................23
5.2 Saran.............................................................................................................23
5.2.1 Asisten................................................................................................23
5.2.2 Laboratorium......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A. Blanko Percobaan
LAMPIRAN B. Perhitungan
LAMPIRAN C. Solidworks + Etiket dan Bukti SS Sosialisasi
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Busur Baja.............................................................................................5
Gambar 2. 2 Bilah Sudut (Bevel Protractor)..............................................................6
Gambar 2. 3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)....................................................8
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Bagian-bagian pada Bevel Protractor........................................................9
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum Pengukuran Sudut.................................................17
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut ini adalah tujuan dilaksanakannya praktikum modul sudut :
1. Memahami konsep dasar dan mendidik mahasiswa Bevel Protractor.
2. Mencari nilai dari masing-masing sudut, salah mutlak, salah relatif dan
presentase kesalahan.
3. Menganalisa hasil pengukuran sudut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Pengertian Sudut
Sudut diartikan sebagai daerah yang terbentuk oleh dua buah garis yang
berpotongan di sekitar titik potongnya. Secara umum, sudut adalah suatu bentuk
yang dihasilkan dari dua buah garis saling bertemu dengan titik pangkal yang
sama. Terdapat beberapa satuan sudut yaitu :
1. Derajat
Derajat merupakan satuan sudut yang biasa digunakan untuk membentuk suatu
bentuk bidang datar. Satuan derajat dibagi sampai 360 derajat atau bisa dikatakan
bahwa satu putaran penuh memiliki 360 derajat. Maka dari itu, busur yang
menunjukkan satu derajat merupakan tanda bahwa satu juring pada lingkaran
terbagi menjadi 360 buah juring yang besarnya sama.
2. Radian
Radian adalah satuan sudut dalam suatu bidang. Lambang dari radian berupa
“rad”.1 radian atau 1 rad merupakan besar sudut pusat yang memiliki panjang
busur yang sama dengan panjang jari-jari lingkaran. 1 radian atau 1 rad sama
dengan 57, 2960 yang jika dibulatkan menjadi 57,30.
3. System Sexagesimal
Sistem sexagesimal adalah sistem bilangan yang berbasis 60. Sistem bilangan ini
sudah ada sejak 2000 SM dan berasal dari bangsa Sumeria. Hingga saat ini,
sistem bilangan sexagesimal masih digunakan untuk mengukur berbagai macam
hal, seperti sudut, waktu, dan koordinat letak geografi. Dalam sistem ini, satuan
sudut yang digunakan ada dua, yaitu menit (‘) dan detik (”).
4. System centesimal
Dalam sistem centesimal, satuan yang digunakan disebut dengan grad. Dimana 1
sudut siku-siku sama dengan 100 grad.
4
2.3.1 Busur Baja
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat
langsung dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan
dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci.
Pada pelat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran sudutnya.
Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang berskala ini kita sebut
dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan batang
penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk
mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala
setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak
balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok
digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat
dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga
untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari
mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudutsudut yang
kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat
dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar
dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya.
5
2.3.2 Bilah Sudut (Bevel Protractor)
Bevel Protactor adalah perkembangan dari protactor dengan sebuahatau
dua buah logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan untuk
mengukuratau dua buah logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan
untuk mengukur sudut, berbeda dengan busur derajat yang
mengukursudut antara 2 garis yang sudut, Bevel protactor ini dapat
berhubungan dan dibatasi oleh sudut maksimum 180. Bevel protactor ini
dapat mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya. Bevel
protactor ini mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya.
Bevel protactor ini juga dapat mengukur obyek dengan sudut maksimum
360, karena alat ukur ini juga dapat mengukur obyek dengan sudut
maksimum 360, karena alat ukur ini dilengkapi dengan lengan penggerak
360 dilengkapi dengan lengan penggerak 360
6
mengukur sudut. Karena komponen-komponen utamanya banyak
menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur dengan proyektor
bentuk harus mempunyai dimensi ukuran yang relatif kecil. Hal ini perlu
guna menghindari rusaknya permukaan lensa tempat meletakkan benda
ukur. Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.5. Dari
gambar tersebut dapat dijelaskan disini beberapa komponen penting dari
proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa kondensor, filter penyerap
panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin datar dan layar.
Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur diletakkan
di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu
dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke benda
ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar maka sinar
dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka bayangan dari
benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan
dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya.
Hal ini terjadi karena proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa
pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala mikrometer ataupun
skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan sistem skala sudut dari
busur bila yang mempunyai skala utama dan skala nonius. Untuk
pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa diperoleh dengan
proyektor bentuk adalah 6 menit (6’).
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dn dengan
memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang digunakan layar
berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang ada pada
layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut adalah
dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat
dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar tersebut.
7
Gambar 2. 3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)
(Sumber: www.aliexpress.com)
8
2.5 Bagian-Bagian Bevel Protractor
Bagian-bagian pada Bevel Protractor antara lain :
Tabel 2.1 Bagian-bagian pada Bevel Protractor
No Nama Bagian Gambar Fungsi
1. Skala Utama Skala utama merupakan
salah satu bagian bevel
protractor yang berupa
piringan busur derajat yang
bisa diputar dengan
pembagian sudut dalam
derajat serta diberi
nomor 0 – 90 – 0 – 90
(skala dari kiri ke kanan).
9
4 Kaca pembesar Kaca pembesar terletak
pada piringan yang mana
berfungsi untuk
memudahkan pembacaan
skala utama dan skala
nonius.
10
Yang perlu diperhatikan adalah pada pembacaan skala nonius harus satu arah
dengan arah pembacaan pada skala utama. Jadi, perlu diperhatikan dengan baik
ke mana arah bergesernya garis nol pada skala nonius terhadap garis pada skala
utama.
11
2.8 Penerapan Pengukuran Sudut Di Dunia Industri
Di dalam dunia industry, pengukuran dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dari mulai riset, operator, sampai dengan pengujian dengan jaminan
mutu terhadap produk yang dihasilkan. pengukuran sudut sangat dibutuhkan
untuk mengukur kemiringan suatu objek dimana pada beban tertentu dibutuhkan
kemiringan yang tepat. Contohnya pada pembuatan kerangka sepedah motor
ataupun mobil dimana harus dilakukan pengukuran sudut agar kerangka tersebut
tetap kokoh saat menerima getaran.
12
BABIII
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Data penamatan
Literatur
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
13
(Sumberː Data Pribadi)
Gambar 3. 4 Penggaris
(Sumber: Laboratorium Pengukuran Teknik)
14
3.2.2 Bahan Yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran modul sudut.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
seperti mengukur sudut pada rangka mesin kendaraan. Untuk hasil pengukuran
sudut pelat dan perhitungan terdapat pada table 4.1 .
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum Pengukuran Sudut
No Sudut sutama T snonius kwadran
1 Sb 1 38 ° 15 2
2 Sb 2 49 ° 45 2
3 Sb 3 43 ° 30 2
4 Sb 4 53 ° 5 1
5 SB 5 66 ° 25 1
6 Sb 6 59 ° 60 2
7 Sb 7 48 ° 35 1
8 Sb 8 71 ° 5 1
9 Sb 9 58 ° 15 2
10 Sb 10 83 ° 30 2
11 Sb 11 79 ° 30 2
17
1. SB 1
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
15
¿ 38+( )
60
¿ 38+0,25
¿ 38,25
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−38,25 )+115
¿ 141,75+115
¿ 256,25 °
2. SB 2
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
45
¿ 49+( )
60
¿ 49+ 0,75
¿ 49,75
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−49,75 ) +115
¿ 130,75+115
¿ 256,25 °
3. SB 3
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
30
¿ 43+( )
60
¿ 43+ 0,5
¿ 43,5
Akhir=( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−43,5 ) +115
¿ 136,5+115
18
¿ 251,5 °
4. SB 4
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
5
¿ 53+( )
60
¿ 53+0,08
¿ 53,08
Akhir=( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−53,08 ) +115
¿ 36,92+115
¿ 151,92°
5. SB 5
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
25
¿ 60+( )
60
¿ 60+0,42
¿ 60,42
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−60,42 )+ 115
¿ 29,58+115
¿ 144,68 °
6. SB 6
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
60
¿ 59+( )
60
¿ 59+1
¿ 60
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−60 )+ 115
19
¿ 120+115
¿ 235 °
7. SB 7
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
35
¿ 48+( )
60
¿ 48+ 0,58
¿ 48,58
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−48,58 ) +115
¿ 41,42+115
¿ 156,42°
8. SB 8
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
5
¿ 71+( )
60
¿ 71+0,8
¿ 71,8
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−71,8 ) +115
¿ 18,2+115
¿ 133,2°
9. SB 9
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
15
¿ 58+( )
60
¿ 58+0,25
¿ 58,25
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
20
¿ ( 180−58,25 )+115
¿ 121,75+115
¿ 236,75 °
10. SB 10
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
30
¿ 83+( )
60
¿ 83+0,7
¿ 83,5
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−83,5 )+ 115
¿ 96,5+115
¿ 211,5 °
11. SB 11
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
30
¿ 79+( )
60
¿ 79+0,5
¿ 79,5
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−79,5 )+115
¿ 255,95+115
¿ 256,25 °
21
4.3 Analisis Kesalahan
Setelah melakukan praktikum pengukuran sudut, dapat diketahui darimana
bisa terjadi kesalahan dalam praktikum ini. Kesalahan pertama yaitu pada saat
praktikan mengukur sudut menggunakan alat Bevel Protractor, kesalahan dapat
terjadi jika bagian beel protractor tidak sejajar dengan plat besi, yang mana
dibutuhkan ketelitian dari praktikan sendiri untuk memastikan bagian Bevel
Protractor sudah sejajar dengan plat besinya. Kesalahan kedua yaitu ketika
sudah mensejajarkan alat ukur dan pelat besi, lalu ingin membaca hasil ukurnya,
praktikan tidak mengkunci pengunci bilah dan pengunci skala nya, yang
mengakibatkan ketika alat ukur diangkat untuk membaca hasilnya, bisa jadi skala
aslinya berubah dan merubah perhitungannya. Kesalahan ketiga yaitu pada saat
pembacaan kwadran, yang mana jika salah dalam membaca kwadran maka
perhitungannya akan berbeda jauh dengan perhitungan aslinya. Dan kesalahan
yang terakhir yaitu praktikan tidak teliti dalam membaca skala, baik itu skala
utama maupun skala nonius. Maka diperlukan ketelitian dan keseriusan yang
lebih saat membaca skala pengukuran.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah praktikum pengukuran sudut ini
diantaranya sebagai berikut:
1. Setelah melakukan praktikum pengukuran sudut ini, dapat diketahui bahwa
Bevel Protractor ini berfungsi sebagai alat untuk mengukur sudut dimana
pada skala utama satuannya yaitu derajat yang besarnya sampai 360°
sedangkan skala noniusnya dalam satuan menit yang besar nya sampai 60
menit.
2. Setelah dilakukan pengukuran sudut pada pelat, didapatkan data hasil ukur
yaitu pada sudut ke-1 sebesar 256,25°. Pada sudut ke-2 sebesar 245.25°. Pada sudut
ke-3 sebesar 251,5°. Pada sudut ke-4 sebesar 151,92°. Pada sudut ke-5 sebesar
144,58°. Pada sudut ke-6 235°. Pada sudut ke-7 sebesar 156,42°. Pada sudut ke-8
sebesar 133,2°. Pada sudut ke-9 sebesar 246,75°. Pada sudut ke-10 sebesar 96,5°.
Pada sudut ke-11 sebesar 255,95°
3. Dari praktikum pengukuran sudut dengan menggunakan Bevel Protractor ini,
dapat diketahui faktor kesalahan yang mungkin dapat terjadi dalam praktikum
yaitu pelat besi dan alat ukur tidak sejajar, lalu praktikan tidak teliti dalam
membaca skala utama dan skala nonius, selanjutnya kesalahan dalam
pembacaan kwadran, dan yang terakhir adalah praktikan tidak mengunci skala
dan bilah saat ingin membaca hasil ukur.
5.2 Saran
Adapun saran dari saya untuk kedepannya adalah sebagai berikutː
5.2.1 Asisten
Saran saya untuk asisten bisa menambah materi pada modul sudut
dikarenakan materi yang tersedia pada modul sudut saat ini masih kurang,
23
untuk kedepannya bisa ditambah lagi materinya ataupun ruang
lingkupnya agar nanti saat praktik di lapangan atau pekerjaan praktikan
sudah memiliki bekal ilmu yang cukup memadai.
5.2.2 Laboratorium
Saran saya untuk laboratorium ini yaitu mempunyai ruangan tersendiri
setiap modulnya agar pada saat praktikum berlangsung praktikan fokus
terhadap praktik yang sedang berlangsung.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
26
Lampiran A. Blanko Percobaan
27
Lambiran B. Perhitungan
28
29
Lampiran C. Solidworks + Etiket dan Bukti SS Sosialisasi
30
31
32