Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUKURAN

JUDUL MODUL
SUDUT

Disusun oleh:
Nama : Hulam Darojati
NIM : 3331200115
Kelompok : 23

LABORATORIUM TEKNIK PENGUKURAN


JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Pengukuran (Sudut)


di Laboratorium Teknik Pengukuran

(02 Maret 2023)

Oleh :
Hulam Darojati (3331200115)

Disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan mata kuliah


Praktikum Teknik Pengukuran.

Cilegon, (09 Maret 2023)


Mengetahui dan Menyetujui
Asisten Laboratorium Teknik Pengukuran dan
Pembimbing Praktikum

Naufal Hilmi Wijaya


3331200115

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran allah swt karena atas rahmat dan
karunia dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum penukuran
modul penukuran sudut denan tepat waktu. Harapan saya, laporan ini dapat
membantu menambah penetahuan dan wawasan untuk kita semua, kritik dan jua
saran dari pembaca sanat saya harapkan aar kedepannya dapat menjadi lebih baik lai.
Terimakasih saya sampaikan kepada seenap pihak yan telah membantu kelancaran
proses baik saat keiatan laboratorium maupun pembuatan laporan praktikum ini,
khususnya kepada
1. Bapak Dhimas Satria, ST., M. Eng selalu Kepala Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Ibu Erny Listijorny, ST., M. Eng selaku Kepala Laboratorium Pengukuran.
3. Naufal Hilmi Wijaya selaku asisten laboratorium Pengukuran teknik yang
membimbin kelompok 23 pada saat praktikum modul pengukuran sudut.
4. Rekan rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam melakukan praktikum.
Dengan ini saya selaku penulis berharap dari laporan praktikum ini, para pembaca
dapat menerima ilmu yan ada pada laporan ini sehingga dapat menambah wawasan
kepada kita semua.

Cilegon, 09 Maret 2023

Hulam Darojati
3331200115

iii
ABSTRAK

Dalam praktikum pengukuran terdapat beberapa jenis pengukuran, salah satunya yaitu
pengukuran sudut. Sudut terbentuk dari dua buah garis yang bertemu pada satu titik pangkal,
sudut bisa juga terbentuk akibat dua buah garis yang saling berpotongan. Adapun tujuan dari
praktikum ini yaitu praktikan memahami konsep dasar Bevel Protractor, Mencari nilai dari
masing-masing sudut, menganalisa hasil dari analisis kesalahan, dan mendidik mahasiswa
cara menggunakan Bevel Protractor untuk mengukur sudut. Untuk prosedur praktikumnya
yang pertama kali dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan, lalu meletakan pelat besi
pada suatu kwadran, selanjutnya dilakukan pengukuran menggunakan Bevel Protractor, dan
yang terakhir membaca skala hasil ukur dan di catat pada lembar kerja. Setelah dilakukannya
pengukuran, maka didapatkanlah hasil yakni sudut ke-1 sebesar 256,25°. Pada sudut ke-2
sebesar 245.25°. Pada sudut ke-3 sebesar 251,5°. Pada sudut ke-4 sebesar 151,92°. Pada
sudut ke-5 sebesar 144,58°. Pada sudut ke-6 235°. Pada sudut ke-7 sebesar 156,42°. Pada
sudut ke-8 sebesar 133,2°. Pada sudut ke-9 sebesar 246,75°. Pada sudut ke-10 sebesar 96,5°.
Pada sudut ke-11 sebesar 255,95°.

Kata Kunci : Bevel Protractor, Kwadran, Sudut.

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
ABSTRAK........................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................2
1.3 Sistematika Penulisan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengukuran...................................................................................3
2.2 Pengertian Sudut............................................................................................4
2.3 Macam-Macam Alat Ukur Sudut...................................................................4
2.3.1 Busur Baja............................................................................................5
2.3.2 Bilah Sudut (Bevel Protractor)............................................................6
2.3.3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)..................................................6
2.4 Bevel Protractor (Bilah Sudut)......................................................................8
2.5 Bagian-Bagian Bevel Protractor....................................................................9
2.6 Prinsip Kerja Bevel Protractor.....................................................................10
2.7 Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung................................................11
2.8 Penerapan Pengukuran Sudut Di Dunia Industri.........................................11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diaram Alir Percobaan.................................................................................13

v
3.2 Alat dan Bahan Praktikum...........................................................................14
3.2.1 Alat-Alat Yang Digunakan................................................................14
3.2.2 Bahan Yang Digunakan.....................................................................15
3.3 prosedur percobaan......................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum............................................................................................16
4.2 Perhitungan Sudut Pelat...............................................................................17
4.3 Analisis Kesalahan.......................................................................................22
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................................23
5.2 Saran.............................................................................................................23
5.2.1 Asisten................................................................................................23
5.2.2 Laboratorium......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A. Blanko Percobaan
LAMPIRAN B. Perhitungan
LAMPIRAN C. Solidworks + Etiket dan Bukti SS Sosialisasi

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2. 1 Busur Baja.............................................................................................5
Gambar 2. 2 Bilah Sudut (Bevel Protractor)..............................................................6
Gambar 2. 3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)....................................................8

Gambar 3. 1 Diagram Alir Praktikum Modul Sudut................................................13


Gambar 3. 2 1 set Bevel Protractor..........................................................................14
Gambar 3. 3 Jangka Sorong......................................................................................14
Gambar 3. 4 Penggaris.............................................................................................14
Gambar 3. 5 Pelat Besi.............................................................................................15

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Bagian-bagian pada Bevel Protractor........................................................9
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum Pengukuran Sudut.................................................17

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran adalah aktivitas membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur. Pengukuran merupakan sesuatu hal yang penting, segala
sesuatu yang berbentuk pasti ada ukurannya, baik itu panjang, tinggi, berat,
volume, ataupun dimensi dari suatu objek. Penentuan besaran dimensi atau
kapasitas, biasanya terhadapat suatu standar satuan ukur tertentu. Pengukuran
tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu
pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku,
sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil
yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut satuan tidak baku. Di dalam
dunia industry, pengukuran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai
riset, operator, sampai dengan pengujian dengan jaminan mutu terhadap produk
yang dihasilkan. Dalam praktikum ini dilakukanlah salah satu kegiatan
pengukuran yaitu adalah pengukuran sudut, yang mana pada tujuan dari
praktikum ini adalah para praktikan mengerti bagaimana cara menggunakan alat
dari pengukuran sudut ini yaitu Bevel Protractor. Definisi dari sudut itu sendiri
yakni suatu daerah yang terbentuk dari dua buah garis yang saling berpotongan
ataupun berpusat pada satu titik. Terdapat beberapa jenis sudut seperti sudut
lancip, sudut tumpul dan sudut refleks. Dari pengukuran sudut ini dapat dilihat
berapa besar kemiringan dari suatu objek. Dalam permesinan, pengukuran sudut
diterapkan dalam kerangka kendaraan yang mana dari sudut itu dapat ditentukan
bagaimana design kerangka yang tepat untuk jenis kendaraannya. Oleh sebab itu ,
pengukuran sudut tidak bisa diabaikan karena memiliki pengaruh yang penting
dari bebarbagai ospek.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut ini adalah tujuan dilaksanakannya praktikum modul sudut :
1. Memahami konsep dasar dan mendidik mahasiswa Bevel Protractor.
2. Mencari nilai dari masing-masing sudut, salah mutlak, salah relatif dan
presentase kesalahan.
3. Menganalisa hasil pengukuran sudut.

1.3 Sistematika Penulisan


Berikut ini adalah sistematika penulisan pada Laporan Praktikum Modul
sudut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab 1 ini memuat latar belakang, tujuan praktikum, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 ini memuat materi materi penunjang praktikum pengukuran sudut.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab 3 ini memuat diaram alir percobaan, alat dan bahan, dan prosedur
percobaan.
BAB IV PEMBAHASAN
pada bab 4 ini memuat data dan hasil praktikum dan perhitungan sudut plat dan
analisis kesalahan.
BAB V PENUTUP
Pada bab 5 ini memuat kesimpulan dan saran.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengukuran


Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi
besar kecilnya obyek atau gejala. Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni menggunakan alat-alat yang standar atau menggunakan alat-alat yang tidak
standar. Pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk mengenakan bilangan-
bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas atribut pada
obyek tersebut. Kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu banyak bergantung
pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan. Hasil dari pengukuran dapat
berupa informasi atau data yang dinyatakan dalam bentuk angka ataupun uraian
yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu
informasi haruslah akurat. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan
bahwa pengukuran adalah suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh
informasi data kuantitatif baik data yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun
uraian yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya terhadap atribut yang diukur
dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas dan benar.
Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat
diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block ), sudut alur berbentuk ekor burung,
sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran sudut perlu
dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk pengukuran
linier juga berlaku untuk pengukuran sudut. Seperti halnya pada ukuran panjang
maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat. Satu lingkaran penuh=
60°. Satu derajat = 60menit (1° = 60’), dan satu menit = 60 detik (1’ =6’’).
Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan
untuk sistemmetrik, satuan sudut adalah radian.

3
2.2 Pengertian Sudut
Sudut diartikan sebagai daerah yang terbentuk oleh dua buah garis yang
berpotongan di sekitar titik potongnya. Secara umum, sudut adalah suatu bentuk
yang dihasilkan dari dua buah garis saling bertemu dengan titik pangkal yang
sama. Terdapat beberapa satuan sudut yaitu :
1. Derajat
Derajat merupakan satuan sudut yang biasa digunakan untuk membentuk suatu
bentuk bidang datar. Satuan derajat dibagi sampai 360 derajat atau bisa dikatakan
bahwa satu putaran penuh memiliki 360 derajat. Maka dari itu, busur yang
menunjukkan satu derajat merupakan tanda bahwa satu juring pada lingkaran
terbagi menjadi 360 buah juring yang besarnya sama.
2. Radian
Radian adalah satuan sudut dalam suatu bidang. Lambang dari radian berupa
“rad”.1 radian atau 1 rad merupakan besar sudut pusat yang memiliki panjang
busur yang sama dengan panjang jari-jari lingkaran. 1 radian atau 1 rad sama
dengan 57, 2960 yang jika dibulatkan menjadi 57,30.
3. System Sexagesimal
Sistem sexagesimal adalah sistem bilangan yang berbasis 60. Sistem bilangan ini
sudah ada sejak 2000 SM dan berasal dari bangsa Sumeria. Hingga saat ini,
sistem bilangan sexagesimal masih digunakan untuk mengukur berbagai macam
hal, seperti sudut, waktu, dan koordinat letak geografi. Dalam sistem ini, satuan
sudut yang digunakan ada dua, yaitu menit (‘) dan detik (”).
4. System centesimal
Dalam sistem centesimal, satuan yang digunakan disebut dengan grad. Dimana 1
sudut siku-siku sama dengan 100 grad.

2.3 Macam-Macam Alat Ukur Sudut


Ada beberapa macam alat untuk men gukur sudut. Berikut ini merupakan alat
pengukur sudut :

4
2.3.1 Busur Baja
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat
langsung dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan
dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci.
Pada pelat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran sudutnya.
Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang berskala ini kita sebut
dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan batang
penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk
mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala
setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak
balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok
digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat
dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga
untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari
mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudutsudut yang
kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat
dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar
dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya.

Gambar 2. 1 Busur Baja


(Sumber: staffnew.uny.ac.id)

5
2.3.2 Bilah Sudut (Bevel Protractor)
Bevel Protactor adalah perkembangan dari protactor dengan sebuahatau
dua buah logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan untuk
mengukuratau dua buah logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan
untuk mengukur sudut, berbeda dengan busur derajat yang
mengukursudut antara 2 garis yang sudut, Bevel protactor ini dapat
berhubungan dan dibatasi oleh sudut maksimum 180. Bevel protactor ini
dapat mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya. Bevel
protactor ini mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya.
Bevel protactor ini juga dapat mengukur obyek dengan sudut maksimum
360, karena alat ukur ini juga dapat mengukur obyek dengan sudut
maksimum 360, karena alat ukur ini dilengkapi dengan lengan penggerak
360 dilengkapi dengan lengan penggerak 360

Gambar 2. 2 Bilah Sudut (Bevel Protractor)


(Sumber: etsworld.id)

2.3.3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)


Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya
menggunakan sistem optis dan mekanis. Sistem optis digunakan untuk
memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem mekanis digunakan
pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda ukur bisa dilihat
pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat
pada skala mikrometer atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor
bentuk ini bisa digunakan untuk mengukur bentuk, mengukur panjang dan

6
mengukur sudut. Karena komponen-komponen utamanya banyak
menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur dengan proyektor
bentuk harus mempunyai dimensi ukuran yang relatif kecil. Hal ini perlu
guna menghindari rusaknya permukaan lensa tempat meletakkan benda
ukur. Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.5. Dari
gambar tersebut dapat dijelaskan disini beberapa komponen penting dari
proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa kondensor, filter penyerap
panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin datar dan layar.
Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur diletakkan
di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu
dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke benda
ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar maka sinar
dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka bayangan dari
benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan
dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya.
Hal ini terjadi karena proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa
pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala mikrometer ataupun
skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan sistem skala sudut dari
busur bila yang mempunyai skala utama dan skala nonius. Untuk
pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa diperoleh dengan
proyektor bentuk adalah 6 menit (6’).
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dn dengan
memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang digunakan layar
berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang ada pada
layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut adalah
dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat
dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar tersebut.

7
Gambar 2. 3 Proyektor Bentuk (Profile Projector)
(Sumber: www.aliexpress.com)

2.4 Bevel Protractor (Bilah Sudut)


Bevel Protractor adalah perkembangan dari protactor dengan sebuahatau dua
buah logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan untuk mengukuratau dua buah
logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan untuk mengukur sudut, berbeda
dengan busur derajat yang mengukursudut antara 2 garis yang sudut, Bevel
protactor ini dapat berhubungan dan dibatasi oleh sudut maksimum 180. Bevel
protactor ini dapat mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya.
Bevel protactor ini mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya.
Bevel protactor ini juga dapat mengukur obyek dengan sudut maksimum 360,
karena alat ukur ini juga dapat mengukur obyek dengan sudut maksimum 360,
karena alat ukur ini dilengkapi dengan lengan penggerak 360 dilengkapi dengan
lengan penggerak 360.

8
2.5 Bagian-Bagian Bevel Protractor
Bagian-bagian pada Bevel Protractor antara lain :
Tabel 2.1 Bagian-bagian pada Bevel Protractor
No Nama Bagian Gambar Fungsi
1. Skala Utama Skala utama merupakan
salah satu bagian bevel
protractor yang berupa
piringan busur derajat yang
bisa diputar dengan
pembagian sudut dalam
derajat serta diberi
nomor 0 – 90 – 0 – 90
(skala dari kiri ke kanan).

2 Skala Nonius Skala nonius menempel


pada piringan busur derajat
yang memiliki tingkat
ketelitian mencapai 5
menit.

3 Pelat dasar Pelat dasar berfungsi


sebagai penahan pada
permukaan benda ukur saat
dilakukan pengukuran
sudut.

9
4 Kaca pembesar Kaca pembesar terletak
pada piringan yang mana
berfungsi untuk
memudahkan pembacaan
skala utama dan skala
nonius.

5 Bilah Bilah merupakan bagian


pada bevel protractor yang
berfungsi sebagai landasan.

6 Pengunci Pengunci skala berfungsi


Skala untuk mengunci skala atau
piringan agar tidak
bergerak
maupun bergeser ketika
dilakukan pengukuran
sudut
7 Pengunci Bilah Pengunci bilah berfungsi
mengunci bilah agar tidak
bergerak maupun bergeser
ketika dilakukannya
pengukuran sudut.

2.6 Prinsip Kerja Bevel Protractor


Prinsip  pembacaan alat ukur bevel protractor  tidak  berbeda jauh  dengan
prinsip pembacaan pada jangka sorong, hanya saja pada bevel protractor skala
utamanya dalam satuan derajat sedangkan skala nonius dalam satuan menit.

10
Yang perlu diperhatikan adalah pada pembacaan skala nonius harus satu arah
dengan arah pembacaan pada skala utama. Jadi, perlu diperhatikan dengan baik
ke mana arah bergesernya garis nol pada skala nonius terhadap garis pada skala
utama. 

2.7 Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung


Pengukuran terbagi menjadi dua yaitu, pengukuran langsung dan pengukuran
tidak langsung, berikut merupakan penjelasannya
1. Pengukuran langsung
Pengukuran langsung adalah proses pengukuran dengan memakai alat ukur
langsung. Hasil pengukuran langsung terbaca. Proses pengukuran dapat cepat
diselesaikan. Alat ukur langsung umumnya memiliki kecermatan yang rendah
dan
pemakaiannya dibatasi. Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk
mengukur sudut secara langsung adalah busur baja (protractor), busur bilah
(universal bevel protractor) dan proyektor bentuk (profile projector).
2. Pengukuran tidak langsung
Pengukuran tidak langsung adalah suatu pengukuran yg dilakukan dengan
cara mengukur suatu alat terlebih dahulu kemudian dilakukan perhitungan
dengan alat
lain secara matematis untuk memperoleh hasil pengukurannya. Dalam
pengukuran sudut sering juga dijumpai bahwa kita tidak bisa membaca
langsung hasil dari pengukuran tersebut karena alat ukur yang digunakan tidak
memungkinkan untuk maksud di atas. Dengan demikian alat ukur yang
digunakan dapat disebut dengan alat ukur sudut tak langsung. Beberapa alat
ukur sudut tersebut antara lain adalah : pelingkup sudut, blok sudut, batang
sinus, senter sinus, rol dan bola baja.

11
2.8 Penerapan Pengukuran Sudut Di Dunia Industri
Di dalam dunia industry, pengukuran dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dari mulai riset, operator, sampai dengan pengujian dengan jaminan
mutu terhadap produk yang dihasilkan. pengukuran sudut sangat dibutuhkan
untuk mengukur kemiringan suatu objek dimana pada beban tertentu dibutuhkan
kemiringan yang tepat. Contohnya pada pembuatan kerangka sepedah motor
ataupun mobil dimana harus dilakukan pengukuran sudut agar kerangka tersebut
tetap kokoh saat menerima getaran.

12
BABIII
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Berikut ini merupakan diagram alir dari praktikum pengukuran modul sudut.

Mulai

Disiapkan alat dan bahan

Diletakkan benda uji diatas meja atau bidan datar

Diukur dimensi benda uji

beel protractor diletakan pada sudut dari benda uji

Dilihat pada skala utama dan skala nonius dan


hitun

Dicatat skala yan tertera pada beel protractor

Data penamatan
Literatur
Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir Praktikum Modul Sudut.

13
(Sumberː Data Pribadi)

3.2 Alat dan Bahan Praktikum

3.2.1 Alat-Alat Yang Digunakan


Adapun alat alat yang digunakan pada praktikum pengukuran modul sudut.

Gambar 3. 2 1 set Bevel Protractor


(Sumber: Laboratorium Pengukuran Teknik)

Gambar 3. 3 Jangka Sorong


(Sumber: Laboratorium Pengukuran Teknik)

Gambar 3. 4 Penggaris
(Sumber: Laboratorium Pengukuran Teknik)

14
3.2.2 Bahan Yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran modul sudut.

Gambar 3. 5 Pelat Besi


(Sumber: Laboratorium Pengukuran Teknik)

3.3 Prosedur Percobaan


Berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum
pengukuran sudut.
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Meletakkan benda uji diatas meja atau bidang datar.
3. Mengukur dimensi benda uji.
4. Meletakan Bevel Protractor pada sudut dari benda uji .
5. Melihat pada skala utama dan skala nonius dan hitung.
6. Mencatat skala yang tertera pada Bevel Protractor.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Berdasarkan dari praktikum pengukuran sudut ini, dapat diketahui
bahwasannya mengukur sudut merupakan suatu bagian dari kegiatan pengukuran
yang mana pengukuran itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang ditujukan
untuk mengidentifikasi besar kecilnya objek atau gejala. Sedangkan definisi dari
sudut itu sendiri yaitu suatu daerah yang terbentuk oleh dua buah garis yang
saling berpotongan atau bertemu pada satu titik yang sama. Pada Praktikum
sudut ini termasuk kedalam jenis pengukuran langsung yang mana hasilnya dapat
langsung dibaca. Terdapat beberapa alat yang bisa digunakan untuk mengukur
sudut seperti busur baja, Bevel Protractor, batang sinus dan proyektor bentuk.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran sudut ini ialah Bevel
Protractor. Bevel Protractor yaitu suatu alat yang digunakan untuk memeriksa
sudut dari hasil pengerjaan permesinan, lalu membuat garis-garis gambar pada
benda kerja yang akan dibentuk dengan sudut-sudut tertentu dan dapat juga
digunakan untuk memeriksa kerataan dari dua permukaan yang mempunyai
sudut tertentu. Bevel Protractor ini memiliki beberapa bagian yaitu skala utama
dan skala nonius dimana pada bagian ini yang menunjukan hasil yang berupa
angka dalam satuan derajat dan menit. Selanjutnya bagian yang kedua adalah
pelat dasar, bagian ini menyatu dengan busur derajat yang mana fungsinya
sebagai landasan pada permukaan benda ukur. Lalu bagian ketiga adalah bilah
dan pengunci bilah, ini merupakan suatu bagian yang saling berhubungan
dimana bilah sendiri dapat digeser dan dikunci dengan pengunci bilah. Dan yang
terakhir adalah kaca pembesar yang berfungsi untuk memudahkan pengguna
untuk membaca skala. Prinsip kerja dari Bevel Protracor yaitu skala utamanya
dalam satuan derajat sedangkan skala nonius dalam satuan menit. Untuk
penggunaan pengukuran sudut dalam industri yakni untuk mengukur benda kerja

16
seperti mengukur sudut pada rangka mesin kendaraan. Untuk hasil pengukuran
sudut pelat dan perhitungan terdapat pada table 4.1 .
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum Pengukuran Sudut
No Sudut sutama T snonius kwadran
1 Sb 1 38 ° 15 2
2 Sb 2 49 ° 45 2
3 Sb 3 43 ° 30 2
4 Sb 4 53 ° 5 1
5 SB 5 66 ° 25 1
6 Sb 6 59 ° 60 2
7 Sb 7 48 ° 35 1
8 Sb 8 71 ° 5 1
9 Sb 9 58 ° 15 2
10 Sb 10 83 ° 30 2
11 Sb 11 79 ° 30 2

4.2 Perhitungan Sudut Pelat


Setelah melakukan pengukuran sudut dan di dapatkan data sudutnya,
selanjutnya melakukan perhitungan sudut untuk mencari hasil dan hasil akhir
dengan rumus sebagai berikut
S nonius .................................(4.1)
Hasil=S u tama+( )
60
dan
Hasil Akhir=( Kwadran−Hasil ) + NPM ....................(4.2)
untuk perhitungan sudut seperti perumusan diatas tertera sebagai berikut:

17
1. SB 1
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
15
¿ 38+( )
60
¿ 38+0,25
¿ 38,25
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−38,25 )+115
¿ 141,75+115
¿ 256,25 °
2. SB 2
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
45
¿ 49+( )
60
¿ 49+ 0,75
¿ 49,75
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−49,75 ) +115
¿ 130,75+115
¿ 256,25 °
3. SB 3
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
30
¿ 43+( )
60
¿ 43+ 0,5
¿ 43,5
Akhir=( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−43,5 ) +115
¿ 136,5+115

18
¿ 251,5 °
4. SB 4
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
5
¿ 53+( )
60
¿ 53+0,08
¿ 53,08
Akhir=( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−53,08 ) +115
¿ 36,92+115
¿ 151,92°
5. SB 5
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
25
¿ 60+( )
60
¿ 60+0,42
¿ 60,42
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−60,42 )+ 115
¿ 29,58+115
¿ 144,68 °
6. SB 6
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
60
¿ 59+( )
60
¿ 59+1
¿ 60
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−60 )+ 115

19
¿ 120+115
¿ 235 °
7. SB 7
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
35
¿ 48+( )
60
¿ 48+ 0,58
¿ 48,58
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−48,58 ) +115
¿ 41,42+115
¿ 156,42°
8. SB 8
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
5
¿ 71+( )
60
¿ 71+0,8
¿ 71,8
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 90−71,8 ) +115
¿ 18,2+115
¿ 133,2°
9. SB 9
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
15
¿ 58+( )
60
¿ 58+0,25
¿ 58,25
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM

20
¿ ( 180−58,25 )+115
¿ 121,75+115
¿ 236,75 °
10. SB 10
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
30
¿ 83+( )
60
¿ 83+0,7
¿ 83,5
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−83,5 )+ 115
¿ 96,5+115
¿ 211,5 °
11. SB 11
S nonius
Hasil=S u tama+( )
60
30
¿ 79+( )
60
¿ 79+0,5
¿ 79,5
Hasil Akhir =( Kwadran−Hasil ) + NPM
¿ ( 180−79,5 )+115
¿ 255,95+115
¿ 256,25 °

21
4.3 Analisis Kesalahan
Setelah melakukan praktikum pengukuran sudut, dapat diketahui darimana
bisa terjadi kesalahan dalam praktikum ini. Kesalahan pertama yaitu pada saat
praktikan mengukur sudut menggunakan alat Bevel Protractor, kesalahan dapat
terjadi jika bagian beel protractor tidak sejajar dengan plat besi, yang mana
dibutuhkan ketelitian dari praktikan sendiri untuk memastikan bagian Bevel
Protractor sudah sejajar dengan plat besinya. Kesalahan kedua yaitu ketika
sudah mensejajarkan alat ukur dan pelat besi, lalu ingin membaca hasil ukurnya,
praktikan tidak mengkunci pengunci bilah dan pengunci skala nya, yang
mengakibatkan ketika alat ukur diangkat untuk membaca hasilnya, bisa jadi skala
aslinya berubah dan merubah perhitungannya. Kesalahan ketiga yaitu pada saat
pembacaan kwadran, yang mana jika salah dalam membaca kwadran maka
perhitungannya akan berbeda jauh dengan perhitungan aslinya. Dan kesalahan
yang terakhir yaitu praktikan tidak teliti dalam membaca skala, baik itu skala
utama maupun skala nonius. Maka diperlukan ketelitian dan keseriusan yang
lebih saat membaca skala pengukuran.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah praktikum pengukuran sudut ini
diantaranya sebagai berikut:
1. Setelah melakukan praktikum pengukuran sudut ini, dapat diketahui bahwa
Bevel Protractor ini berfungsi sebagai alat untuk mengukur sudut dimana
pada skala utama satuannya yaitu derajat yang besarnya sampai 360°
sedangkan skala noniusnya dalam satuan menit yang besar nya sampai 60
menit.
2. Setelah dilakukan pengukuran sudut pada pelat, didapatkan data hasil ukur
yaitu pada sudut ke-1 sebesar 256,25°. Pada sudut ke-2 sebesar 245.25°. Pada sudut
ke-3 sebesar 251,5°. Pada sudut ke-4 sebesar 151,92°. Pada sudut ke-5 sebesar
144,58°. Pada sudut ke-6 235°. Pada sudut ke-7 sebesar 156,42°. Pada sudut ke-8
sebesar 133,2°. Pada sudut ke-9 sebesar 246,75°. Pada sudut ke-10 sebesar 96,5°.
Pada sudut ke-11 sebesar 255,95°
3. Dari praktikum pengukuran sudut dengan menggunakan Bevel Protractor ini,
dapat diketahui faktor kesalahan yang mungkin dapat terjadi dalam praktikum
yaitu pelat besi dan alat ukur tidak sejajar, lalu praktikan tidak teliti dalam
membaca skala utama dan skala nonius, selanjutnya kesalahan dalam
pembacaan kwadran, dan yang terakhir adalah praktikan tidak mengunci skala
dan bilah saat ingin membaca hasil ukur.

5.2 Saran
Adapun saran dari saya untuk kedepannya adalah sebagai berikutː

5.2.1 Asisten
Saran saya untuk asisten bisa menambah materi pada modul sudut
dikarenakan materi yang tersedia pada modul sudut saat ini masih kurang,

23
untuk kedepannya bisa ditambah lagi materinya ataupun ruang
lingkupnya agar nanti saat praktik di lapangan atau pekerjaan praktikan
sudah memiliki bekal ilmu yang cukup memadai.

5.2.2 Laboratorium
Saran saya untuk laboratorium ini yaitu mempunyai ruangan tersendiri
setiap modulnya agar pada saat praktikum berlangsung praktikan fokus
terhadap praktik yang sedang berlangsung.

24
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, W. D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. (Terjemahan


Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun
1978) (rei kusnadi, 2022)
Galyer, J.F. 1998. Metrology. New Delhi: Khana Publisher
Parson, S.A. 1970. Metrology and Metrology Control for Engineer. London: Cassel
Jain, R.K. 1981. Engineering Gauging. London: Mc Donald 8 Evan Ltd.Sharp,
K.W.B. 1970. Practical Engineering Metrology. London: Pitrnan Paperbacks
Watts, E. R. (1943). Optical bevel protractor. Journal of Scientific Instruments,
20(2),33.
Byram, G. M. (1940). A Tree-Crown Profile Projector. Journal of Forestry, 38(8),
629631.
Anggita, Y. V., Muslim, A., & Irianto, S. (2019). Pengembangan Matematika Materi
Pengukuran Sudut Berbasis Model Discovery Learning Pada Kelas Iv Sekolah
Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia, 2(2), 121-125.

25
LAMPIRAN

26
Lampiran A. Blanko Percobaan

27
Lambiran B. Perhitungan

28
29
Lampiran C. Solidworks + Etiket dan Bukti SS Sosialisasi

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai