Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023

Disusun oleh :

Yehezkial Umbu Sulung (220219094/TS)

Adam Umza Zangga Nata (220219095/TS)

Gunter Yohanes Untung Gaddi (220219124/TS)

Satria Wahyu Bagaskara (220219112/TS)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Buku Laporan Pengukuran dan Pemetaan Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang disusun oleh :

Yehezkial Umbu Sulung (220219094/TS)

Adam Umza Zangga Nata (220219095/TS)

Gunter Yohanes Untung Gaddi (220219124/TS)

Satria Wahyu Bagaskara (220219112/TS)

Telah diperiksa oleh Asisten Praktikum Pengukuran dan Pemetaan dan disetujui
oleh Dosen Pembimbing Praktikum Pengukuran dan Pemetaan Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selesai diperiksa di Yogyakarta

Tanggal :

Dengan nilai :

Dosen Pembimbing Praktikum Asisten Praktikum


Pengukuran dan Pemetaan Pengukuran dan Pemetaan

(Didit Gunawan,S.Kom.,M,Sc) ( Bryan Rowson Balok S.)


LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Semester II Tahun Akademik 2022/2023

Kelompok : 33

Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Yehezkial Umbu Sulung
Adam Umza Zangga Nata
Gunter Yohanes Untung Gaddi
Satria Wahyu Bagaskara
Asisten : Bryan Rowson Balok S.

No Tanggal Keterangan Paraf


1
2
3
4
5
6
7
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan limpahan kasih karunia-Nya, kami dapat melaksanakan
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan tanpa kendala satu apapun, dan pada
akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pengukuran dan Pemetaan
dengan lancar.
Adapun Praktikum Pengukuran dan Pemetaan dilaksanakan pada tanggal
9 Maret 2023 untuk Tahap I. Tanggal 4 Mei 2023 untuk Tahap II.Serta tanggal
26 Mei 2023 untuk Tahap III.Laporan ini berisi tentang seluruh langkah kerja
maupun hal-hal yang berkaitan tentang Praktikum Pengukuran dan Pemetaan
tahap I, II dan III.
Kami menyadari bahwa kami tidak dapat melaksanakan Praktikum
Pengukuran dan Pemetaan serta penyusunan laporan ini, tanpa bantuan dari
pihak- pihak lain. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih karunia-Nya kami
dapat melaksanakan Praktikum dan menyusun Laporan Praktikum
Pengukuran dan Pemetaan dengan baik adanya.
2. Didit Gunawan,S.Kom.,M.Sc selaku dosen pembimbing Praktikum
Pengukuran dan Pemetaan.
3. Didit Gunawan,S.Kom.,M.Sc selaku kepala laboratorium pengukuran
dan pemetaan.
4. Bu Christin Sri Hastuti, S.T selaku pegawai Laboratorium
Pengukuran dan Pemetaan.
5. Bryan Rowson Balok S. selaku asisten dosen kelompok 24 yang
senantiasa mengarahkan kami selama Praktikum Pengukuran dan
Pemetaan dan penyusunan laporan ini.
6. Orang tua dan teman-teman yang telah mendukung kami baik secara
moril maupun finansial.
7. Serta semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Laporan
Pengukuran dan Pemetaan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih jauh


dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, semoga Laporan Praktikum Pengukuran dan Pemetaan ini
dapat bermanfaat bagi kami dan semua pihak yang membaca laporan ini.

Yogyakarta, 15 Juni 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................
LEMBAR ASISTENSI.............................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.1.1 Latar Belakang Praktikum Tahap I.................................
1.1.2 Latar Belakang Praktikum Tahap II................................
1.1.3 Latar Belakang Praktikum Tahap III...............................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.2.1 Rumusan Masalah Tahap I..............................................
1.2.2 Rumusan Masalah Tahap II.............................................
1.2.3 Rumusan Masalah Tahap III...........................................
1.3 Tujuan Praktikum..........................................................................
1.3.1 Tujuan Praktikum Tahap I...............................................
1.3.2 Tujuan Praktikum Tahap II.............................................
1.3.3 Tujuan Praktikum Tahap III............................................
1.4 Landasan Teori..............................................................................
1.4.1 Landasan Teori Praktikum Tahap I.................................
1.4.2 Landasan Teori Praktikum Tahap II................................
1.4.3 Landasan Teori Praktikum Tahap III..............................
1.5 Alat dan Bahan..............................................................................
1.5.1 Waterpass........................................................................
1.5.2 Theodolit.........................................................................
1.5.3 Bahan Lain......................................................................
BAB II PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN PEMETAAN TAHAP I.
2.1 Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan...............................
2.2 Tabel dan Data Pengamatan..........................................................
2.2.1 Perhitungan Profil Memanjang.......................................
2.2.2 Perhitungan Profil Melintang..........................................
2.3 Pembahasan...................................................................................
2.3.1 Perhitungan Profil Memanjang.......................................
2.3.2 Perhitungan Profil Melintang..........................................
BAB III PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN PEMETAAN TAHAP II
3.1 Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan...............................
3.2 Data dan Cara Mengolah Data......................................................
3.2.1 Data Lapangan.................................................................
3.2.2 Data Sudut Dalam...........................................................
3.2.3 Data Azimuth Terkoreksi.................................................
3.2.4 Jarak Antar Titik..............................................................
3.2.5 Perhitungan Beda Tinggi Antar Titik..............................
3.2.6 Perhitungan Beda Tinggi Beda Tinggi Antar Titik.........
3.2.7 Koordinat Global Poligon...............................................
3.2.8 Perhitungan Luas.............................................................
BAB IV PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN PEMETAAN TAHAP III
4.1 Pembuatan Uitzet..........................................................................
4.2 Koreksi Elevasi Uizet....................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................
5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.1.1 Kesimpulan Praktikum Tahap I.......................................
5.1.2 Kesimpulan Praktikum Tahap II.....................................
5.1.3 Kesimpulan Praktikum Tahap III....................................
5.2 Saran..............................................................................................
5.2.1 Saran Praktikum Tahap I.................................................
5.2.2 Saran Praktikum Tahap II................................................
5.2.3 Saran Praktikum Tahap III..............................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................
BAB 1
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Latar Belakang Praktikum Tahap I
Pengukuran dan Pemetaan adalah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk topografi suatu wilayah di permukaan bumi beserta segala macam
objek maupun relief di atasnya yang dipelajari dalam program studi Teknik
Sipil untuk memudahkan pekerjaan konstruksi yang akan diaplikasikan
dalam dunia kerja. Pengukuran dan Pemetaan dapat diaplikasikan sebagai
dasar dalam perencanaan waduk, design trace jalan raya, perataan tanah dan
sebagainya.
Salah satu cara untuk melakukan Pengukuran dan Pemetaan adalah
waterpassing. Waterpassing adalah serangkaian pekerjaan pengukuran
beda tinggi di lapangan antara dua titik tetap atau lebih. Waterpassing
dapat dibagi menjadi dua, waterpassing profil memanjang dan
waterpassing profil melintang. Pada Pengukuran dan Pemetaan, beda
tinggi yang diukur pada umumnya memiliki jarak yang cukup jauh dan
dapat tidak selesai dalam sekali pekerjaan. Maka dari itu diperlukan
beberapa slag dalam setiap seksi dalam satu trayek.
Satu trayek : Jarak antara dua titik tetap yang diukur beda tingginya,
satu trayek dibagi dalam seksi-seksi.
Satu slag : Jarak antara rambu muka dan belakang dalam sekali
mendirikan alat. Panjang satu slag tergantung kemampuan alat
dan keadaan medan. Jumlah slag harus genap untuk
menghindari salah pengukuran akibat perbedaan titik nol pada
masing-masing rambu (contohnya karena rambu aus).
Satu seksi : Jarak pengukuran pergi pulang dalam satu hari menurut
kemampuan kita. Seksi ini diambil jika satu trayek tidak dapat
diselesaikan dalam satu hari pergi-pulang. Satu seksi dibagi
dalam slag-slag.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Fungsi dari waterpassing profil memanjang dan melintang adalah


untuk menggambarkan jalur-jalur yang panjang seperti jalan raya, jembatan,
jalur rel kereta api, aliran sungai, saluran drainase dan sebagainya.

1.1.2 Latar Belakang Praktikum Tahap II


Pengukuran dan Pemetaan atau Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang
mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada daerah relatif datar atau
sempit dari sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta dimana tidak
perlu dilibatkan adanya faktor kelengkungan bumi. Dalam pengertian luas,
Pengukuran dan Pemetaan disebut geodesi. Ilmu geodesi mempunyai dua
maksud:
a. Maksud ilmiah, yaitu menentukan bentuk dan dimensi bumi
b. Maksud praktis, yaitu membuat bayangan dari permukaan bumi
dalam bidang datar (peta)
Pada Praktikum Pengukuran dan Pemetaan tahap II ini menggunakan
alat ukur theodolit. Dalam dunia teknik sipil Praktik Pengukuran dan
Pemetaan dapat digunakan untuk pembuatan peta kontur tanah, pengerjaan
cut and fill dan pengukuran uitzet bangunan.
Praktikum ini bertujuan untuk membuat peta situasi dari suatu daerah
dengan skala dan interval kontur tertentu. Peta situasi adalah peta yang
memuat obyek lapangan secara lengkap dengan garis-garis ketinggian
kontur. Peta situasi mempunyai peranan yang penting bagi teknik sipil. Peta
situasi digunakan dalam perencanaan proyek teknik sipil, seperti pembuatan
gedung- gedung, jalan raya, saluran air, dan jalan kereta api. Kontur adalah
garis yang memuat kedudukan titik-titik yang sama tingginya terhadap
bidang referensi.
Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang tidak
beraturan dan yang melengkung ke bidang peta yang datar sehingga
memudahkan kita dalam pekerjaan bangunan dalam praktik teknik sipil.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

1.1.1 Latar Belakang Praktikum Tahap III

Dikarenakan banyak mahasiswa teknik sipil yang setelah lulus tidak


mengetahui apa itu uitzet dan bowplank. Maka dari itu, praktikum tahap III
ini dilaksanakan untuk memberikan gambaran pada mahasiswa tentang
uitzet dan bowplank.
Uitzet adalah pengukuran untuk menentukan titik-titik kolom dan
ketinggian lantai bangunan. Bowplank (papan duga pekerjaan pasangan
batu) adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan-pasangan papan.
Pasangan-pasangan papan digunakan untuk menempatkan titik-titik hasil
pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan bangunan dan membentuk
bidang datar.
Uitzet bertujuan untuk menggambarkan denah menjadi suatu
bangunan pada lokasi yang sudah ditentukan. Pekerjaan tersebut terdiri dari
pengukuran di lokasi sesuai dengan denah yang sudah ditentukan. Hasil dari
pengukuran ini berupa garis-garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding
tembok bangunan yang diperoleh dengan menghubungkan titik-titik dari
hasil pengukuran.
Pekerjaan pengukuran uitzet sangat penting dikarenakan pengukuran
ini sangat mempengaruhi bentuk dan dimensi bangunan. Pekerjaan ini harus
dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkah pengerjaan harus
dilakukan pengontrolan kembali agar tidak terjadi kesalahan pada proses
pembuatan suatu bangunan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Rumusan Masalah Praktikum Tahap I
Dari keseluruhan melakukan Praktikum Pengukuran dan Pemetaan
pada tahap I ini, didapati berbagai permasalahan, yaitu:
a. Bagaimana cara menentukan beda tinggi antara dua titik yang sudah
ditentukan?

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

b. Apa saja kesalahan yang munkin terjadi selama proses waterpassing?


c. Mengapa waterpass harus dilindungi dari sinar panas matahari dan hujan?
1.2.2 Rumusan Masalah Praktikum Tahap II
Dari kegiatan Praktikum Pengukuran dan Pemetaan tahap II terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain:
a. Apa yang dimaksud dengan azimuth? Bagaimana cara menentukan
azimuth?
b. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi alat ukur theodolit saat
pengukuran?
c. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dapat terjadi saat pengukuran?
d. Apa yang mempengaruhi ketelitian saat pengukuran?

1.2.3 Rumusan Masalah Praktikum Tahap III


Dari keseluruhan Praktikum Pengukuran dan Pemetaan tahap III
terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan uitzet dan bowplank?
b. Apakah fungsi dari uitzet dan bowplank?
c. Apa saja syarat pembuatan bowplank?
d. Syarat apa saja yang harus dipenuhi dalam pembuatan uitzet?

1.3 Tujuan Praktikum


1.3.1 Tujuan Praktikum Tahap I
Maksud dan tujuan praktikum tahap I adalah:
a. Untuk mendapatkan jarak dan beda tinggi antara dua titik atau lebih di
lapangan.
b. Untuk menerapkan cara penggunaan waterpass, menghitung beda tinggi,
serta untuk menggambarkan struktur tanah pada proses waterpassing
profil memanjang dan waterpassing profil melintang yang diperoleh dari
mata kuliah Pengukuran dan Pemetaan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

c. Untuk mengukur daerah yang relatif datar atau sempit dari sebagian
permukaan bumi guna pembuatan peta, dimana data yang kita dapatkan
untuk membuat peta tersebut dapat kita manfaatkan guna merencanakan,
membangun dan memelihara jalan raya, jembatan, jalur rel kereta api,
dan sebagainya.
1.3.2 Tujuan Praktikum Tahap II
Maksud dan tujuan praktikum tahap II ini adalah:
a. Membuat peta situasi dari suatu daerah dengan skala dan interval kontur
tertentu.
b. Mengenal alat-alat yang digunakan secara langsung.
c. Mencari bentuk permukaan tanah dengan sesuai dengan ketinggian dan
bentuk permukaan tanah yang sebenarnya.
1.3.3 Tujuan Praktikum Tahap III
Tujuan dari praktikum tahap III adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui arti dari bowplank dan dapat membuat
uitzet yang baik dan benar.
b. Mahasiswa dapat memahami serta mampu menerapkan proses
penggunaan alat ukur theodolit.
c. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan aplikasi dalil phytagoras dalam
bidang teknik sipil.

1.4 Landasan Teori


1.4.1 Landasan Teori Praktikum Tahap I

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan


ketinggian atau beda tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat
penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan,
perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.

Hasil-hasil dari pengukuran waterpass diantaranya digunakan untuk

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan


gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan
galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-
lain.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis
sumbu zteropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi
horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan
gelembung di dalamnya.
Pengukuran tanah waterpassing dilakukan untuk mendapatkan beda
tinggi antara dua titik atau lebih yang umumnya memiliki jarak yang cukup
jauh. Pada tahap I terdapat dua jenis pengukuran, yaitu waterpassing profil
memanjang dan melintang. Waterpassing profil memanjang adalah
pengukuran dengan menggunakan waterpass pada potongan atau irisan
memanjang yang akan diukur beda tinggi dan jarak terhadap tanah yang
ditinjau. Waterpassing profil melintang adalah pengukuran dengan
menggunakan waterpass pada potongan atau irisan melintang yang akan
diukur beda tinggi dan jarak terhadap tanah yang ditinjau.
Pada pekerjaan waterpassing, setiap penembakan yang dilakukan
terhadap suatu titik menggunakan waterpass akan diperoleh benang atas,
benang tengah dan benang bawah. Setelah dilakukan pencatatan ketiga
benang tersebut, dilakukan penghitungan sebagai berikut:
a. Cara mencari atau mengecek benang tengah.
Dengan mencari benang atas, kemudian hasil dari benang atas ditambah
benang bawah lalu dibagi dua.
( ba+bb )
bt=
2
b. Cara menentukan jarak.
Dengan cara mencari benang atas dan benang bawah. Setelah
didapatkan, benang atas dikurangi dengan benang bawah. Kemudian dikali
dengan A.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

D= A ( ba−bb )

A = 100, adalah nilai konstanta alat yang sudah ditentukan dari pabrik alat
ukur tersebut

ba = benang atas

bb = benang bawah

c. Cara menentukan beda tinggi waterpassing memanjang.

Beda tinggi bisa disebut “∆H“. Untuk mencari beda tinggi pada
pengukuran tanah, pertama-tama cari benang tengah dirambu A dan
benang tengah di rambu X.

∆ H =bt A−bt X

bt A adalah benang tengah pada titik pertama dalam satu slag.

bt X adalah benang tengah titik X atau titik yang akan dihitung beda
tingginya.

d. Cara menentukan beda tinggi waterpassing melintang.

∆ H =TI −bt X

TI adalah tinggi instrumen atau tinggi alat dari muka tanah hingga lensa
(teropong).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran profil memanjang


di lapangan:

1. DA + DB = DA’ + DB’

2. d5 + DA = DA’

3. btA – btB = btA’ – btB’ (toleransi ±5mm)

D DB
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Sedangkan untuk profil melintang syarat yang harus dipenuhi:

1. ∆ H =TI −btX

2. Ketinggian beton sama ( ∆ H 1=∆ H 2 )

3. Tegak lurus betonan, jaraknya harus sama (D betonan atas = D


betonan bawah)

1.4.2 Landasan Teori Praktikum Tahap II

Theodolit adalah instrument atau alat yang dirancang untuk


pengukuran sudut secara cermat dan teliti. Pengukuran ini dapat beberapa
sudut – sudut dalam sebuah bidang vertikal maupun horizontal, dimana
sudut – sudut tersebut berperan penting dalam penentuan jarak dan beda
tinggi diantara titik– titik yang diukur di lapangan. Pengukuran dengan alat
theodolit terbagi atas dua bagian yaitu jarak dan sudut, sedangkan
pengukuran jarak juga dibedakan atas dua bagian yaitu jarak mendatar dan
jarak miring.

Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan


jarak dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk
kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.

Praktikum Tahap II menggunakan beberapa rumus untuk


menyelesaikan setiap hitungan-hitungan. Beberapa diantaranya adalah :

a. Mencari bacaan benang tengah:

1
Bt= ( Ba+Bb )
2

Keterangan: Bt = benang tengah

Ba = benang atas

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Bb = benang bawah

b. Mencari jarak antara dua titik:

2
D= A ( Ba−Bb ) cos ( 90−h )

Keterangan: D = jarak

A (Konstanta) = 100

Ba = benang atas

Bb = benang bawah

H = heling

c. Mencari beda tinggi antara dua titik:

∆ H =Dtan ( 90−h ) +TI −Bt

Keterangan: ∆ H = beda tinggi

D = jarak

h = heling

TI = tinggi instrument

Bt = benang tengah

d. Mencari koordinat X:

Koordinat X belum terkoreksi:

D sin α

Koreksi koordinat X (∆ X) :

D(−αf ( x ) )
∆ X=
∑D

Koordinat X terkoreksi:

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

X n=X n−1 + D sin α + ∆ X

Keterangan: D = jarak

α = azimuth

n = patok / stasiun

e. Mencari koordinat Y:

Koordinat Y belum terkoreksi:

D cos α

Koreksi koordinat Y (∆ Y):

D (−α f ( y ) )
∆Y =
∑D

Koordinat Y terkoreksi:

Y n=Y n−1+ D cos α + ∆ Y

Keterangan: D = jarak

α = azimuth

n = patok / stasiun

f. Mencari koordinat Z:

Koordinat Z belum terkoreksi:

Z n=Z n−1 +∆ H

Koreksi koordinat Z:

Dn−1(α f ( z ))
∆ Z=
∑D

Koordinat Z terkoreksi:

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Z=Z n + ∆ Z

Keterangan: D = jarak

α = azimuth

n = patok / stasiun

1.4.3 Landasan Teori Praktikun Tahap III

Cara membuat sudut siku bangunan merupakan ilmu yang sering


digunakan dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi gedung bertingkat
tinggi. Dalam pembangunan rumah tinggal juga digunakan dalam proses
pekerjaan bow plank sehingga didapatkan sebuah konstruksi yang siku.
Kenapa harus siku? meskipun terkesan sederhana namun kesikuan ini akan
mempengaruhi keindahan, kekuatan dan bahkan biaya bangunan. pelaksana
bangunan yang khusus menangani pembuatan dan pengecekan kesikuan ini
dinamakan sebagai surveyor atau uitzet.

Caranya alat theodolit didirikan terlebih dahulu dengan syarat kaki-


kaki berada pada posisi aman, gelembung pada tabung nivo datar dan nivo
tegak berada didalam lingkaran. selanjutnya surveyor siap membidik melalui
teropong theodolit menuju titik awal pembuatan sudut siku dengan bantuan
staf surveyor menunjukkan titik dengan alat bantu pensil lancip, setelah arah
teropong theodolit mengarah dengan tepat pada titik tujuan lalu surveyor
melakukan penguncian sudut 0 kemudian memutar 90 derajat, selanjutnya
membuat titik baru dari hasil bidikan theodolit. Langkah ini digunakan jika
menggunakan alat ukur theodolit konvensional, karena dalam sistem digital
seperti Total Section mempunyai cara tersendiri.

1.5 Alat dan Bahan

1.5.1 Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang


dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu


teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal.

Waterpass dapat digunakan setelah mendirikan statif lalu memasang


waterpass pada statif, setelah itu mengatur nivo dengan menggunakan
pengatur nivo sampai gelembung nivo terletak di tengah, setelah itu
waterpass siap dipakai.

1.5.2 Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik).

Theodolit dapat digunakan setelah mendirikan statif lalu memasang


theodolit pada statif, setelah itu mengatur nivo dengan menggunakan
pengatur nivo sampai gelembung nivo terletak di tengah dan mengarahkan
azimuth theodolit ke arah 0⁰ utara sebenarnya dan heling theodolit 90⁰ ke
arah tanah datar setelah itu theodolit siap dipakai.

1.5.3 Bahan Lain

a. Unting-unting

Unting-unting digunakan untuk menentukan titik pusat pendirian


waterpass tepat di atas patok.

b. Rambu

Rambu berfungsi untuk menunjukkan ketinggian dan mengatur


jarak pembacaan. Rambu dibidik sejajar sumbu vertical waterpass
dan ditempatkan pada titik yang dapat mewakili kontur tanah.
Semakin daerah yang berkontur, semakin rapat titik-titik
perletakannya.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

c. Statif (Tripod)

Statif digunakan untuk meletakkan waterpass pada saat


pengamatan atau biasa sering disebut sebagai kaki waterpass. Statif
ada yang terbuat dari kayu dan ada juga yang terbuat dari bahan
logam. Selama pembacaan rambu, statif harus dipastikan tidak
dapat bergeser dari perletakan yang semula.

d. Patok

Patok berguna untuk menunjukkan titik yang ditinjau selama


praktikum di lapangan.

e. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur TI (tinggi instrument) antara


tanah hingga ½ lensa teropong waterpass, kecuali saat pegecekan
alat.

f. Alat tulis (Pensil, Penghapus, Clipboard, Kalkulator)

Digunakan untuk mencatat dan menghitung hasil dari data yang


telah dibaca oleh pengamat dan dicatat oleh si penulis.

g. Payung

Selama praktikum, payung berfungsi untuk melindungi waterpass


dari panas matahari dan hujan karena nivo yang terdapat pada
waterpass sangat peka terhadap panas matahari.

h. Blangko data

Untuk mencatat data yang diperoleh saat praktikum.

i. Kompas

Untuk menentukan arah dan titik.

j. Jas hujan

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Jas hujan digunakan sebagai perlengkapan yang memungkinkan


pelaksanaan praktikum pada saat hujan atau gerimis.

k. Benang Kasur

Menghubungkan paku-paku pada papan bowplank.

l. Papan bowplank

Menempatkan titik-titik hasil pengukuran (paku).

m. Paku triplek

Sebagai penanda titik-titik pada patok dan papan bowplank

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


BAB 2
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB II

PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN PEMETAAN

TAHAP I

2.1 Langkah-Langkah Cara Praktek di Lapangan

Langkah pertama adalah menyiapkan alat-alat untuk praktikum, seperti statif


(tripod), waterpass, unting-unting, rambu, meteran, palu, patok, formulir data,
alat tulis, payung dan jas hujan.

Langkah kedua dengan mendirikan patok dan menyiapkan waterpass di


lapangan, dengan cara
1. Memasang patok dengan jarak 2 sampai 3 langkah antara patok yang satu
dengan patok yang lain. Jumlah patok yang dipasang ada 21 buah dengan
panjang ± 30 cm.
2. Setelah memasang patok kemudian mendirikan statif pada stasiun I.
Diusahakan statif tegak dengan cara meluruskan unting-unting tepat di
atas patok dan diusahakan statif tidak bergeser dari tempatnya. Setelah
itu, waterpass diletakkan di atas statif.
3. Setelah mendirikan alat, gelembung yang berada pada nivo kotak harus
diatur dengan cara:

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Sumbu I harus vertikal. Mula-mula gelembung berada di kedudukan I.


Dengan sekrup penyetel A dan B, gelembung dibawa ke kedudukan II
yang terletak pada garis perpanjangan sekrup penyetel C. A dan B
dioperasikan bersama-sama dengan gerak berlawanan, dengan sekrup C
gelembung dibawa ke kedudukan III (di tengah-tengah). Untuk kontrol
alat diputar ke segala kedudukan bila posisi gelembung tetap di tengah-
tengah, sumbu I sudah vertikal.

4. Setelah gelembung berada di tengah (vertikal dengan sumbu I) maka alat


sudah siap untuk digunakan. Tetapi sebelum itu, tinggi instrumen (jarak
antara muka tanah dengan setengah lensa fokus) diukur terlebih dahulu
dengan menggunakan meteran.
5. Setelah semua alat siap, maka pengukuran dapat dilakukan dengan cara:
a. Waterpass profil memanjang
1. Waterpass pergi, cara kerja:
Letakkan alat ukur (waterpass) kira-kira di tengah-tengah
antara patok d4 dan d5 kemudian diseimbangkan. Letakkan rambu
di sebelah patok A kemudian dibaca benangnya. Hasil pembacaan
harus selalu dicek. Lalu pindahkan rambu ke titik d1, d2, d3 dan d4.
Kemudian dibaca dengan waterpass. Kemudian waterpass diputar
ke arah titik B. Baca titik d5, d6, d7, d8 dan B. Dibaca benang
dengan waterpass. Demikian seterusnya sampai patok terakhir.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

A d1 d2 d3 d4 I d5 d6 d7 d8 B

Gambar 2.2 Waterpassing Pergi dan Pulang

2. Waterpass pulang, cara kerja:

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Alat dipindahkan ke d5. Pengukuran dimulai dari titik A


sampai ke titik B, tetapi titik d1, d2, d3, d4, d6, d7 dan d8 tidak
diukur.

Catatan:

Pengukuran titik A, B, d5, AI, dan BI dibaca sebanyak tiga kali


sedangkan titik yang lain hanya diukur satu kali. Pengukuran pergi
dan pulang harus dilakukan dalan satu hari. Setiap alat dipindahkan,
ukur tinggi instrumennya terlebih dahulu. Untuk menentukan
apakah data yang didapat benar maka harus dimasukkan ke dalam
rumus berikut.

'
D A + D B=D A + DB '

a. Waterpassing profil melintang

Untuk pengukuran waterpassing profil melintang maka


waterpass diletakkan pada titik detail slag memanjang, misalkan di
titik d5. Pengukuran pada profil melintang tidak perlu urut dari
patok I, II dan III tetapi dapat dipilih pada titik yang lokasi
medannya memungkinkan. Waterpassing profil melintang
dilakukan dengan cara:

Letakkan instrumen pada titik yang dipilih (yang ada pada slag
memanjang) ukur tinggi instrumen dari muka tanah. Gambar sket
atau gambar titik-titik yang akan diukur beda tingginya. Rambu
diletakkan di sebelah titik I dan dibaca benangnya. Rambu
dipindahkan ke titik yang lain dan kemudian dibaca benangnya.
Begitu seterusnya hingga titik terakhir.

2.2 Tabel dan Data Pengamatan

2.2.1 Perhitungan Profil Memanjang

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

a. Perhitungan Beda Tinggi

STA PERGI PULANG RATA-RATA

I -82 -80 -81


b.
II -56 -57 -56,5

III 26 26 26

TOTAL -113 -110 -111,5


∑H Pergi -
∑H -113 - (-110) = -3
Pulang

Perhitungan Jarak

STA PERGI PULANG RATA-RATA

I 6800 6800 6800

II 6800 6800 6800

III 6800 6800 6800

TOTAL 20400 20400 20400


∑D Pergi - ∑D
20400-20400 = 0
Pulang

c. Perhitungan Beda Tinggi terhadap STA A

HI = 100,000 mm (menunjukkan ketinggian patok A dari


muka air laut)

Slag I
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN

A 0 100.000 + 0 = 100.000

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

d1 -6 100.000 + (-6) = 99.994


d2 -12 100.000 + (-12) = 99.988
d3 -18 100.000 + (-18) = 99.982
d4 -23 100.000 + (-23) = 99.977
WP 0 100.000 + 0 = 1000.000
d5 -72 100.000 + (-72) = 99.928
d6 -59 100.000 + (-59) = 99.941
d7 -59 100.000 + (-59) = 99.943
d8 -75 100.000 + (-75) = 99.925
B -82 100.000 + (-82) = 99.918

Slag II

BEDA
STA KETINGGIAN
TINGGI

B 0 99.918 + 0 = 99.918
d1 5 99.918 + 5 = 99.923
d2 9 99.918 + 9 = 99.927
d3 -4 99.918 + (-4) = 99.914
d4 12 99.918 + 12 = 99.930
WP 0 99.918 + 0 = 99.918
d5 -4 99.918 + (-4) = 99.914
d6 -19 99.918 + (-19) = 99.899
d7 -46 99.918 + (-46) = 99.872
d8 -44 99.918 + (-44) = 99.874
C -57 99.918 + (-57) = 99.861

Slag III

STA BEDA TINGGI KETINGGIAN

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

C 0 99.861 + 0 = 99.861
d1 20 99.861+ 20 = 99.881
d2 -171 99.861 + (-171) = 99.690
d3 -167 99.861 + (-167) = 99.694
d4 52 99.861 + 52 = 99.913
WP 0 99.861 + 0 = 99.861
d5 60 99.861 + 60 = 99.921
d6 80 99.861 + 80 = 99.941
d7 61 99.861 + 61 = 99.922
d8 44 99.861 + 44 = 99.905
99.861
D 26
26 = 99.887

d. Perhitungan Jarak Patok dan Detail terhadap STA A

Slag I

Jarak terhadap
STA Jarak terhadap STA A
waterpass

A 3.400 0
d1 2.800 3.400 - 2.800 = 600
d2 2.400 3.400 - 2.400 = 1.000
d3 2.000 3.400 - 2.000 = 1.400
d4 1.400 3.400 - 1.400 = 2.000
WP 0 3.400 - 0 = 3.400
d5 1.000 3.400 + 1.000 = 4.400
d6 1.600 3.400 + 1.600 = 5.000
d7 2.400 3.400 + 2.400 = 5.800
d8 3.000 3.400 + 3.000 = 6.400
B 3.400 3.400 + 3.400 = 6.800
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Slag II

Jarak terhadap
STA Jarak terhadap STA A
waterpass

B 3.400 6.800 + 3.400 – 3.400 = 6.800


d1 3.000 6.800 + 3.400 – 3.000 = 7.200
d2 2.400 6.800 + 3.400 – 2.400 = 7.800

d3 1.800 6.800 + 3.400 – 1.800 = 8.400

d4 1.000 6.800 + 3.400 – 1.000 = 9.200


WP 0 6.800 + 3.400 - 0 = 10.200
6.800 + 3.400 + 1.200 =
d5 1.200
11.400
6.800 + 3.400 + 1.800 =
d6 1.800
12.000
6.800 + 3.400 + 2.400 =
d7 2.400
12.600
6.800 + 3.400 + 2.800 =
d8 2.800
13.000
6.800 + 3.400 + 3.400 =
C 3.400
13.600

Slag III

Jarak terhadap
STA Jarak terhadap STA A
waterpass

13.600 + 3.400 – 3.400 =


C 3.400
13.600
13.600 + 3.400 – 3.000 =
d1 3.000
14.000
13.600 + 3.400 – 2.200 =
d2 2.200
14.800

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

13.600 + 3.400 – 1.800 =


d3 1.800
15.200
13.600 + 3.400 – 1.400 =
d4 1.400
15.600
WP 0 13.600 + 3.400 – 0 = 17.000
13.600 + 3.400 + 1.000 =
d5 1.000
18.000
13.600 + 3.400 + 1.800 =
d6 1.800
18.800
13.600 + 3.400 + 2.400 =
d7 2.400
19.400
13.600 + 3.400 + 3.000 =
d8 3.000
20.000
13.600 + 3.400 + 3.400 =
D 3.400
20.400

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

e. Perhitungan Profil Melintang

a. Perhitungan Beda tinggi terhadap STA d5

∆H = TI – bt

Ketinggian = Ketinggian pada STAWP+ ∆H

STA = d5 / SLAG III (C – D)

(Ketinggian STA terhadap muka air laut =


99.921 mm)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

TITIK ∆H KETINGGIAN
b.
1 -322 99921 + (-322) = 99599
2 -516 99921 + (-516) = 99405
3 -595 99921 + (-595) = 99326
4 -663 99921 + (-663) = 99258
5 -653 99921 + (-653) = 99268
6 -1222 99921 + (-1222) = 98699
7 -992 99921 + (-992) = 98929
8 -653 99921 + (-653) = 99268
9 -629 99921 + (-629) = 99292
10 -255 99921 + (-255) = 99666
11 -154 99921 + (-154) = 99767
WP 0 99921 + 0 = 99921
12 -300 99921 + (-300) = 99621
13 -620 99921 + (-620) = 99301
14 -1175 99921 + (-1175) = 98746
15 -1175 99921 + (-1175) = 98746
16 -620 99921 + (-620) = 99301
17 695 99921 + 695 = 100616
18 659 99921 + 658 = 100579
19 746 99921 + 746 = 100667
20 699 99921 + 699 =100620
21 451 99921 + 451 = 100372
22 414 99921 + 414 = 100335
Perhitungan Jarak terhadap STA d5

STA = d5 / SLAG III (C – D)

(Ketinggian STA terhadap muka air laut =


100.371 mm)
TITIK Jarak dari Jarak dari STA d5

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Waterpassing
1 15.200 15.200 – 15.200 = 0
2 14.400 15.200 – 14.400 = 800
3 14.200 15.200 – 14.200 = 1.000
4 14.200 15.200 – 14.200 = 1.000
5 14.200 15.200 – 14.200 = 1.000
6 12.200 15.200 – 12.200 = 3.000
7 12.200 15.200 -12.200 = 3.000
8 12.200 15.200 -12.200 = 3.000
9 12.000 15.200 – 12.000 = 3.200
10 11.000 15.200 – 11.000 = 4.200
11 9.800 15.200 – 9.800 = 5.400
12 8.800 15.200 – 8.800 = 6.400
13 8.600 15.200 – 8.600 = 6.600
14 6.400 15.200 – 6.400 = 8.800
15 6.000 15.200 – 6.000 = 9.200
16 1.000 15.200 – 1.000 = 14.200
17 1.000 15.200 – 1.000 = 14.200
18 1.000 15.200 – 1.000 = 14.200
19 600 15.200 – 600 = 14.600
WP(20) 0 15.200 – 0 = 15.200
21 1.000 15.200 + 1.000 = 16.200
22 1.000 15.200 + 1.000 = 16.200
23 7.000 15.200 + 7.000 = 22.200
24 7.400 15.200 + 7.400 = 22.600

2.3 Pembahasan

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Dari data yang didapat dari Praktikum Pengukuran dan Pemetaan, dapat
menghitung jarak dan beda tinggi tanah tersebut.

2.3.1 Perhitungan Profil Memanjang

a. Perhitungan Beda Tinggi


STA PERGI PULANG RATA-RATA
I -82 -80 -81
II -56 -57 -56,5

Cara menghitung :

Beda tinggi pergi digunakan rumus ∆ btA–B

Beda tinggi pulang digunakan rumus ∆ btA’-B’


Pada Slag I (Stasiun A – B)
Pergi = 1.412–1.494
= -82

Pulang = 1.365–1.445

= -80

Slag II (Stasiun B – C)

Pergi = 1.469–1.526

= -56

Pulang = 1.514–1.570

= -57

b. Penghitungan Jarak

STA PERGI PULANG RATA-


RATA
I 6.800 6.800 6.800

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

II 6.800 6.800 6.800

Cara menghitung :

Menghitung jarak pergi digunakan rumus DA + DB


Menghitung jarak pulang digunakan rumus DA’ +
DB’
Pada Slag I (Stasiun A– B)
Pergi = 3.400+3.400
= 6.800

Pulang = 3.400 + 3.400

= 6.800

Slag II (Stasiun B – C)

Pergi = 3.400 + 3.400

= 6.800

Pulang = 3.400 + 3.400

= 6.800

c. Perhitungan Ketinggian Patok dan Detail

HI = 100.000 mm (menunjukkan ketinggian patok A dari


muka air laut)

Slag I
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN
A 0 100.000
d1 -6 100.000 + (-6) = 99.994
WP 0 100.000 +0 = 100.000
d5 -72 100.000 + (-72) = 99.928
B -82 100.000 + (-82) = 99.918

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Cara menghitung :

Beda tinggi digunakan rumus : Bt A – Bt


stasiun Ketinggian digunakan rumus HI + Beda
tinggi

Stasiun A

Beda tinggi = 1.390 – 1.390

=0

Ketinggian = 100.000 + 0

= 100.000

Detail 1 ( d1 )

Beda tinggi = 1.390 – 1.418

= -6

Ketinggian = 100.000 + (-6)

= 99.994

Ketinggian digunakan rumus HI + Beda tinggi Waterpass

Beda tinggi = 1.390 – 1.390

=0

Ketinggian = 100.000 + 0

= 100.000
Detail 5 ( d5 )

Beda tinggi = 1.390 – 1.484

= -72

Ketinggian = 100.000 + (-72)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

= 99.928
Stasiun B

Beda Tinggi = 1.390 – 1.494

= -82

Ketinggian = 100.000 + (-84)

= 99.918

Hasil dari ketinggian B dimasukkan ke perhitungan


selanjutnya atau slag berikutnya.

Slag II
STA BEDA TINGGI KETINGGIAN
B 0 99.918
d1 5 99.918+ 5 = 99.923
WP 0 99.918 + 0 = 99.918
d5 -4 99.918 + (-4) = 99.914
C -57 99.918 + (-57) = 99.861

HI = 99.918 mm

Cara menghitung :

Beda tinggi digunakan rumus : Bt B – Bt stasiun Ketinggian


digunakan rumus HI + Beda tinggi

Stasiun B

Beda tinggi = 1.469– 1.469

=0

Ketinggian = 99.918 + 0

= 99.918

Detail 1 ( d1 )

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Beda tinggi = 1.469 – 1.464

=5

Ketinggian = 99.918 + 5

= 99.923

Ketinggian digunakan rumus HI + Beda tinggi Waterpass

Beda tinggi = 1.469– 1.469

=0

Ketinggian = 99.918 + 0

= 99.918

Detail 5 ( d5 )

Beda tinggi = 1.469 – 1.473

= -4

Ketinggian = 99.918 + (-4)

= 99.914

Stasiun C

Beda Tinggi = 1.469 – 1.526

= -57

Ketinggian = 99.918 + (-57)

= 99.861

Penghitungan Jarak Patok dan Detail terhadap STA

Jarak terhadap waterpass : D = A ( ba – bb ) ; A = 100

Slag I

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Jarak terhadap
STA Jarak terhadap STA A
Waterpass
A 3.400 0
d1 2.800 3.400 – 2.800 = 600
WP 0 3.400 – 0 = 3.400
d5 1.000 3.400 + 1.000 = 4.400
B 3.400 3.400 + 3.400 = 6.800

Cara menghitung:

Jarak terhadap waterpass digunakan rumus :

D = A ( ba – bb ) ; A = 100

Jarak terhadap STA A = Jarak A terhadap WP – Jarak stasiun terhadap


WP
Stasiun A

Jarak terhadap waterpass = 100 (1429 – 1.395) = 3.400

Jarak terhadap STA A =0


Detail 1 ( d1 )

Jarak terhadap waterpass = 100 (1.432 – 1.404) = 2.800

Jarak terhadap STA A = 3.400 – 2.800 = 600


Waterpass

Jarak terhadap waterpass = 100 ( 0 ) = 0

Jarak terhadap STA A = 3.400 – 0 = 3.400

Jarak terhadap STA A = Jarak A terhadap WP + Jarak stasiun terhadap


WP

Detail 5 ( d5 )

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Jarak terhadap waterpass = 100 (1.489 – 1.479) = 1.000

Jarak terhadap STA A = 3.400 + 1.000 = 4.400

Stasiun B

Jarak terhadap waterpass = 100 (1.511 – 1.477) = 3.400

Jarak terhadap STA A = 3.400 + 3.400 = 6.800

Slag II

Jarak
terhadap Jarak terhadap STA A
STA
Waterpass
B 3.400 6.800 + 0 = 6.800
d1 3.000 6.800+3.400–3.000= 7.200
WP 0 6.800 + 3.400 + 0 = 10.200
d5 1.200 6.800+3.400+1.400=11.600
C 3.400 6.800+3.400+3.400 =13.600

Cara menghitung :

Jarak terhadap waterpass digunakan rumus :

D = A ( Ba – Bb ) ; A = 100

Jarak terhadap STA A = Jarak B terhadap Stasiun A + Jarak B terhadap

Waterpass – Jarak Stasiun

Stasiun B

Jarak terhadap waterpass = 100 (1.486 – 1.452)

= 3.400

Jarak terhadap STA A = 6.800 + 3.400 – 3.400

= 6.800

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Detail 1 ( d1 )

Jarak terhadap waterpass = 100 (1.479 – 1.449)

= 3.000

Jarak terhadap STA A = 6.800 + 3.400 - 3.000

= 7.200
Waterpass

Jarak terhadap waterpass = 100 ( 0 )

=0

Jarak terhadap STA A = 6.800 + 3.400 - 0

= 10.200

Jarak terhadap STA A = Jarak B terhadap Stasiun A + Jarak


B terhadap

Waterpass + Jarak Stasiun

Detail 5 ( d5 )

Jarak terhadap waterpass = 100 (1.479 – 1.467)

= 1.200

Jarak terhadap STA A = 6.800 + 3.400 + 1.200

= 11.600

Stasiun C

Jarak terhadap waterpass = 100 (1.543 – 1.509)

= 3.400

Jarak terhadap STA A = 6.800 + 3.400 + 3.400

= 13.600

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

2.3.2 Perhitungan Profil Melintang

a. Perhitungan Beda Tinggi

STA I / d5
TITIK ∆H KETINGGIAN
1 -322 99.921 + (-322) = 99.599
2 -516 99.921+ (-516) = 99.405
3 -595 99.921+ (-595) = 99.326
4 -663 99.921+ (-663) = 99.258
WP 0 99.921 + 0 = 99.921

Tinggi Instrumen ( TI = 1.400mm ) Ketinggian Detail = 99.921 mm

Cara menghitung :

∆H digunakan rumus : TI - Bt

Ketinggian digunakan rumus : ketinggian pada STA WP + ∆H

Titik 1

∆H = 1.400 – 1.722

= -322

Ketinggian = 99.921 + (-322)

= 99.599

Titik 2

∆H = 1.400 – 1916

= -516

Ketinggian = 99.921+ (-516)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

= 99.405

Titik 3

∆H = 1.400 – 1.995

= -595

Ketinggian = 99.921 + (-595)

= 99.326

Titik 4

∆H = 1.400 – 2.63

= -663

Ketinggian = 99.921 + (-663)

= 99.258

Waterpass

∆H = 1.400 – 1.400

=0

Ketinggian = 99.921 + 0

= 99.921

a. Perhitungan Jarak

Jarak dari waterpass = (ba-bb) * 100

Jarak dari titik 1 = Jarak titik 1 dari waterpass ditambah atau


dikurangi jarak titik yang ditinjau.

Jarak dari
TITIK Jarak dari STA = d5
Waterpassing

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

1 6800 0
2 6000 6800 – 6000 = 800

3 5200 6800 – 5200 = 1600


4 5200 6800 – 5200 = 1600
I 0 6800 + 0 = 6800

Titik 1

Jarak dari waterpass = (1756 – 1688) x 100

= 6800

Jarak dari titik 1 = 6800 – 6800

=0

Titik 2

Jarak dari waterpass = (1946 – 1886) x 100

= 6000

Jarak dari titik 1 = 6800 - 6000

= 800

Titik 3

Jarak dari waterpass = (2021 – 1969)x 100

= 5200

Jarak dari titik 1 = 6800 – 5200

= 1600

Titik 4

Jarak dari waterpass = (2089 – 2037) x 100

= 5200

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Jarak dari titik 1 = 6800 – 5200

= 1600

Waterpass

Jarak dari waterpass =0+0

=0

Jarak dari titik 1 = 6800 – 0

= 6800

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB 3

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB III

PRATIKUM PENGUKURAN DAN PEMETAAN


TAHAP II

3.1 Langkah–Langkah Cara Praktek di Lapangan


1. Menyiapkan alat berupa theodolit, rambu, unting-unting, statif, kompas,
meteran, patok, palu dan formulir.
2. Menentukan titik yang akan diukur kemudian ditandai dengan patok.
Titik-titik tersebut terdiri dari stasiun I sampai stasiun IV. Penentuan
titik-titik tersebut harus sesuai dengan syarat-syarat sebagai berikut:
 Dari patok I dapat melihat patok II dan patok IV.
 Dari patok II dapat melihat patok I dan patok III.
 Dari patok III dapat melihat patok II dan patok IV.
 Dari patok IV dapat melihat patok III dan patok I.
3. Statif didirikan tepat diatas patok.
4. Letakkan theodolit diatas statif lalu kunci dengan sekrup instrumen. Agar
patok tegak lurus dengan theodolit dapat dilihat dari teropong tanpa
menggunakan unting-unting.
5. Letakkan kompas diatas theodolit lalu arahkan ke utara.
6. Menentukan azimuth pada theodolit:
 Pasang kompas pada tempat yang disediakan.
 Pastikan mikrometer menunjukkan angka 00°00”
 Lepaskan pengunci horizontal atas dan bawah.
 Cari azimuth 00°00’00”
 Pengunci horizontal atas dikunci.
 Cari arah utara yang sesuai dengan kompas (patok I).
 Arahkan pada patok sebelumnya (patok > I).
 Pengunci horizontal bawah dikuncikan, lalu pengunci atas dilepas.
 Selama alat dipindah, jangan lepas pengunci horizontal bawah, dan
jangan sekali-kali memutar penggerak horizontal bawah.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

7. Kemudian helling diposisikan pada angka 90°. Pada theodolit terbaca 0°.
Pembacaan helling dilakukan dengan cara melihat 2 sumbu pada
teropong (sumbu atas dan sumbu bawah). Pertama kali arahkan agar 0°
disumbu atas bertemu dengan 0° sumbu yang dibawah, hal tersebut
90°pada theodolit yang lain. Kunci menggunakan pengunci bawah agar
tidak bergeser. Jika pada pembacaan helling salah satu sumbu telah
berada 0° maka untuk dapat membaca sumbu harus disetel pada sumbu
lainnya. Angka yang bergeser dari sumbu 0° ke kanan ataupun ke kiri,
ditambahkan pada sumbu yang telah berada pada 0°. Misal sumbu bawah
berada pada 0°(90°), dan sumbu atas bergeser sehingga berada pada skala
5°, maka pembacaan helling menjadi 90°−5°=85°. Perlu diingat,
pergeseran pada sumbu atas bernilai negatif, sedangkan pergeseran
bernilai positif pada sumbu bawah.
8. Setelah semuanya siap, penembakan dapat dilakukan pada titik-titik yang
akan ditinjau.
9. Selama pembidikan dan penembakan kunci atas dibuka, tetapi kunci
bawah tidak bolehdibuka selama belum berpindah patok.
10. Pembidikan dilakukan dari patok I ke patok II dan patok IV. Pembidikan
sebaiknya dilakukan 3 kali agar mendapatkan hasil yang akurat.
Pembacaan dilakukan seperti menggunakan waterpass yaitu dengan
membaca rambu pada benang atas (ba), benang tengah (bt), benang
bawah (bb). Pada pembidikan akan diperoleh data azimuth dan jarak.
11. Setiap melakukan pembidikan pada rambu harus selalu memperhatikan
helling.
12. Pada masing- masing patok, dilakukan pembacaan batas sebanyak 15 kali
dan pembacaan detail sebanyak 25 kali dengan membidik rambu.
13. Penentuan titik detail dilakukan menyebar dan tanpa melewati titik batas,
dan sebaiknya mengambil titik-titik yang dapat mewakili keadaan
lapangan yang sebenarnya.
14. Hal yang sama dilakukan sampai patok yang ke IV. Tetapi arah utara
pada patok selanjutnya adalah arah patok sebelumnya.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

15. Selain titik batas dan titik detail, bangunan yang berada pada area batas
juga harus diukur, seperti menara, gedung, sumur, pot dan api unggun.

3.2. Data dan Cara Mengolah Data

3.2.1. Data Lapangan

STA Arah TI Benang α h D ∆H


Atas Tenga Bawah ˚ ‘ “
h
I II 1590 1362 1257 1152 238 03 3 90 2100 333
5 0
IV 1934 1802 1670 312 24 9 90 2640 -212
0 0
II I 1540 1966 1861 1756 0 0 0 90 2100 -321
0
III 2107 1995 1883 232 24 5 90 2240 -455
5 0
III II 1580 1253 1141 1029 0 0 0 90 2240 439
0
3.2.2. IV 1815 1673 1531 291 20 2 90 2840 -93
4 0
IV III 1560 1626 1484 1342 0 0 0 90 2840 76
0
I 1474 1342 1210 270 04 4 90 2640 218
3 0
Data Sudut Dalam

Sudut Dalam Belum Terkoreksi

STA Sudut Dalam (β)

I 312˚ 24’ 90” - 238˚ 03’ 35” 74˚ 21’ 55”

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

II 360˚ 00’ 00” - 232˚ 24’ 55” 127˚ 35’ 05”

III 360˚ 00’ 00” - 291˚ 20’ 24” 68˚ 39’ 36”

IV 360˚ 00’ 00” - 270˚ 04’ 43” 89˚ 55’ 17”

∑βn = 360˚ 31’ 53”

∑β =
Sudut Dalam ∑β = ( n – 2 ) ∑β = ( 4 – 2 )
Sebenarnya x 180o x 180o 360˚00’00”

∑ β−∑ β n 360° 0 ' 0 -360°31'53


Koreksi -0˚7’58,25”
N 4

Sudut Dalam Terkoreksi


STA Sudut Dalam ()
I 74˚ 21’ 55” + (-0˚7’58,25”) 74˚ 13’56,75”
II 127˚ 35’ 05” + (-0˚7’58,25”) 127˚ 27’6,75”
III 68˚ 39’ 36”+ (-0˚7’58,25”) 68˚ 31’37,75”
IV 89˚ 55’ 17” + (-0˚7’58,25”) 89˚ 47’18,75”
∑ = 360˚ 0’0”

3.2.3. Data Azimuth Terkoreksi


Azimuth Terkoreksi
Ara
STA Azimuth (α)
h
I II 238˚ 03’ 35” 238˚ 03’ 35”
II III 238˚ 03’ 35” + (180˚-127˚27’6,75”) 290˚36’28,25”
III IV 290˚36’28,25” + (180˚- 68˚31’37,75”) 42˚04’20,5”
IV I 42˚04’20,5”+ (180˚- 89˚47’18,75”) 132˚17’31,75”

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

132˚17’31,75” – (180˚ +
I II 238˚ 03’ 35”
74˚13’56,75”)

3.2.1 Jarak Antar Titik


Jarak Antar Titik
STA Arah Pergi Pulang Rerata
I II 21000 21000 21000
II III 22400 22400 22400
III IV 28400 28400 28400
IV I 26400 26400 26400
∑D 98200 98200 98200

Selisih D pergi dan D pulang 98200 - 98200 0

Toleransi 04√D rerata+0,05 0.04√98200+ 0,05 12,5348

3.2.5. Perhitungan Koordinat


Koordinat X Belum Terkoreksi
STA D sin α
I 0 0
II 21000 x sin 238˚ 03’ 35” -17820,5600
III 22400 x sin 290˚36’28,25” -20966,6540
IV 28400 x sin 42˚04’20,5” 19029,9488
I 26400 x sin 132˚17’31,75” 19528,6941
∑ f(x) = ∑ D sin α -228,5711

Koreksi Koordinat X ( ΔX )
D(−∑ f ( x ) )
STA ∆ X=
∑D
I 0 0

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

21000(−(−228,5711 ))
II 48,8798
98200
22400(−(−228,5711 ))
III 52,1384
98200
28400(−(−228,5711 ))
IV 66,1041
98200
26400(−(−228,5711 ))
I 61,4488
98200

Koordinat X Terkoreksi
STA Xn = Xn-1 + D sin α + ∆X
I 0 0
II 0 + (-17820,5600) + 48,8798 -17771,6802
III -17771,6802 + (-20966,6540) + 52,1384 -38686,1958
IV -38686,1958 + 19029,9488 + 66,1040 -19590,1429
I -19590,1429 + 19528,6941 + 61,4488 0

Koordinat Y Belum Terkoreksi


STA D cos α
I 0 0
II 21000 x cos 238˚ 03’ 35” -11109,7353
III 22400 x cos 290˚36’28,25” 7884,1248
IV 28400 x cos 42˚04’20,5” 21081,2919
I 26400 x cos 132˚17’31,75” -17764,8558
∑ f(y) = ∑ D cos α 90,8256

Koreksi Koordinat Y ( ΔY )
D (−∑ f ( y ) )
STA ∆Y =
∑D
I 0 0
21000(−90,8256)
II -19,4231
98200

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

22400(−90,8256)
III -20,7179
98200
28400(−90,8256)
IV -26,2672
98200
26400(−90,8256)
I -24,4174
98200

Koordinat Y Terkoreksi
STA Yn = Yn-1 + D cos α + ∆Y
I 0 0
II 0 + (-11109,7353) + (-19,4231) -11129,1584
III -11129,1584 + 7884,1248 + (-20,7179) -3265,7515
IV -3265,7515 + 21081,2919 + (-26,2672) 17789,2732
I 17789,2732 + (-17764,8558) + (-24,4174) 0

3.2.6 Perhitungan Beda Tinggi Antar Titik


Beda Tinggi Antar Titik
STA Arah Pergi Pulang Rerata
I II 333 -321 322
II III -455 439 -447
III IV -93 76 -84,9
IV I 218 -212 215
∑ ∆H 3 -18 5,1

Koreksi Z Belum Terkoreksi


STA Zn = Zn-1 + ∆H
I 100.0000 100.0000
II 100.000 + 322 100.322
III 100.322 + (-447) 99.875
IV 99.875 + (-84,9) 99.790,1
I 99.790,1 + 215 100.005,1

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Selisih Ketinggian Terhadap Titik I ∑f(z) =


-5,1
Tinggi awal − ∑Zn

Jarak Antar Titik


STA Arah D rerata Dn
I II 21000 21000
II III 21000 + 22400 43400
III IV 43400 + 28400 71800
IV I 71800 + 26400 98200

Koreksi Koordinat Z
Dn−1(∑ f ( z ) )
STA ∆ Z=
∑D
I 0 0
21000(−5 , 1)
II -1,0906
98200
43400(−5 ,1)
III -2,2539
98200
71800(−5 , 1)
IV -3,7289
98200
98200(−5 , 1)
I -5,1
98200

Koordinat Z Terkoreksi
STA Z = Zn + ∆Z
I 100.000 + 0 100.000
II 100.322 + (-1,0906) 100.320,9094
III 99.875 + (-2,2539) 99.872,7461
IV 99.790,1 + (-3,7289) 99.786,3711
I 100.005,1 + (-5,1) 100.000

3.2.7. Koordinat Global Poligon

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Koordinat Global Poligon


STA X Y Z
I 0 0 100000
II -17771,6802 -11129,1591 100320,9094
III -38686,1958 -3265,7534 99872,7461
IV -19590,1429 177789,2743 99786,3711
100000

3.2.8. Perhitungan Luas

(Xn × Yn+1) – (Yn ×


STA Titik Xn Yn
Xn+1)
I 1B1 -5.94389 12.11738 -32.20082858
1B2 -2.90703 11.3438 -20.12336122
1B3 -1.01152 10.86948 -10.79608892
1B4 0.032775 10.32095 -37.16745564
1B5 3.626395 7.944636 -10.94217603
1B6 4.478665 6.794403 -19.49931478
1B7 6.849333 6.037024 -16.6420521
1B8 7.612494 4.279943 -11.7082338
1B9 6.245523 1.973368 -7.22580043
1B10 4.945413 0.405621 -7.76739617
1B11 3.328673 -1.29761 -10.49833698
1B12 1.942008 -3.91096 -11.35546023
1B13 -0.44972 -4.9416 -7.968808532
1B14 -2.17486 -6.17825 -6.971046554
1B15 -3.88212 -7.82286 -13.44461361
1B16 -6.09404 -8.81688 -454.4687789
G G1 -63.8117 -17.7471 249.8197176
G2 -57.3742 -19.8717 -59.42536013

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

G3 -57.2486 -18.7924 327.3771189


G4 -47.3873 -21.2738 -262.6115219
G5 -45.8677 -15.0499 527.849408
G6 -26.0899 -20.0686 -923.0221861
K K1 -52.3869 -4.91791 -93.34279169
K2 -49.6795 -2.88195 -121.7521572
K3 -59.9689 -1.0281 575.4008055
II 2B1 -7.06452 -9.7161 -6.041874432
2B2 -8.5737 -10.9365 -9.479784901
2B3 -10.4539 -12.2292 10.71389126
2B4 -10.8307 -13.6948 9.745128252
2B5 -12.0052 -16.0797 14.87660602
2B6 -12.3954 -17.8415 -6.944490125
2B7 -13.445 -18.7921 14.59306813
2B8 -15.5578 -22.8304 -28.62777623
2B9 -17.7647 -24.2289 8.088211146
2B10 -19.8118 -27.4762 6.361434371
2B11 -22.5645 -31.6149 16.73771672
2B12 -24.5822 -35.1836 0.799296661
2B13 -26.2509 -37.6045 19.90960595
2B14 -28.8028 -42.0185 3.687559704
2B15 -31.0637 -45.4448 -12.85020925
2B16 -34.0564 -49.4093 -2551.042082
III 3B1 -63.9609 -17.8886 -95.32831659
3B2 -63.6825 -16.3204 -113.5202585
3B3 -63.2691 -14.4318 -47.12406126
3B4 -61.1859 -13.2118 -26.50143281
3B5 -58.3656 -12.1697 -31.13244306
3B6 -56.179 -11.1804 -18.06081198
3B7 -54.298 -10.4845 -27.35116426

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

3B8 -51.069 -9.35732 -230.1559122


3B9 -49.6071 -4.58269 -151.255159
3B10 -60.0725 -2.50042 -105.7234243
3B11 -61.9579 -0.81897 -76.84614981
3B12 -61.9965 0.420817 -91.61593527
3B13 -61.51 1.895275 -246.6157425
3B14 -60.8732 5.885018 -279.9146031
3B15 -59.6437 10.36448 -300.1155734
3B16 -60.7244 15.58408 -99.97990141
IV 4B1 -58.9773 16.78215 -167.9879601
4B2 -56.5721 18.94609 -43.54327658
4B3 -54.5676 19.0445 -41.31910179
4B4 -52.564 19.10243 -39.30026998
4B5 -50.3643 19.0507 -35.17903714
4B6 -48.562 19.06744 -23.49115726
4B7 -47.3602 19.07931 -54.04618917
4B8 -44.5562 19.0909 -153.7753829
4B9 -36.9268 19.27318 75.88353716
4B10 -36.5733 17.03375 -70.90675109
4B11 -32.3666 17.01324 -116.1166072
4B12 -25.7545 17.12518 -118.1458108
4B13 -25.832 21.76411 -101.9354304
4B14 -20.5491 21.25921 -102.0876396
4B15 -15.5143 21.01843 -9.100473125
4B16 -10.2409 14.46078 0
2L -5910.252857
L -2955.126429
L 0.295512643

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

3.3 Pembahasan
3.3.1. Menghitung Jarak dan Beda Tinggi
Cara Menghitung:
D (jarak) = A (ba – bb) cos2 (90 − h)
A = 100
Stasiun I−II

D = 100 x (1362 – 1152) x cos2 (90° − 90°)

= 21000

Stasiun I−IV

D = 100 x (1934 – 1670) x cos2 (90° − 90°)

= 26400

ΔH (beda tinggi) = D tan (90 − h) + TI − bt

Stasiun I−II

ΔH = 21000 tan (90° − 90°) + 1590 – 1257

= 333

Stasiun I−IV

ΔH = 26400 tan (90° − 90°) + 1590 – 1802

= -212
3.3.2. Sudut Dalam β
a. Sudut dalam belum terkoreksi

β1 = 312o24’90” - 238o03’35”

= 74°21’55”

β2 = 360° − azimuth II−III

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

= 360o00’00” - 232o24’55”

= 127o35’5”

β3 = 360° − azimuth III−IV

= 360o00’00” - 291o20’24”

= 68o39’36”

β4 = 360° − azimuth IV−I

= 360o00’00” - 270o04’43”

= 89o55’17”

∑βn = β1 + β2 + β3 + β4

= 74°21’55”+127o35’5”+68o39’36”+89o55’17”

= 360˚31’53”

b. Sudut dalam sebenarnya

Perhitungan mencari sudut dalam sebenarnya dapat dicari dengan


menggunakan rumus:

β = ( n – 2 ) x 180ᵒ

n = jumlah patok yang ditinjau

= 4 patok

Σβ = ( n – 2 ) x 180ᵒ

= ( 4 – 2 ) x 180°

= 360°

Besarnya Koreksi:

∑ β−∑ βn
=360 °−360 ° 31' 53 } over {4} =-0° {7} ^ {'} 58,25 ¿
N

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Sudut dalam (β) terkoreksi = β + koreksi

Stasiun I = 74˚ 21’ 55” + (-0˚7’58,25”)

= 74˚ 13’56,75”

Stasiun II = 127˚ 35’ 05” + (-0˚7’58,25”)

= 127˚ 27’6,75”

Hasil perhitungan yang benar, ditandai dengan hasil

∑β = 360o00’00”

3.3.3. Data Azimuth Terkoreksi

Contoh perhitungan:

Stasiun I-II

Azimuth terkoreksi (αI-II) = 238˚ 03’ 35”

Stasiun II-III

Azimuth terkoreksi (αII-III)

= 238˚ 03’ 35” + (180˚-127˚27’6,75”)

= 290˚36’28,25”

Hasil perhitungan data azimuth terkoreksi yang benar, ditandai dengan


hasil STA I diawal dan STA I di akhir sama

3.3.4. Data Jarak Antar Titik

( Jarak pergi+ Jarak pulang )


Rumus Rearata :
2

Contoh:

21000+21000
Stasiun I-II = = 21000
2

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

22400+22400
Stasiun II-III = = 22400
2

∑ D : Total masing masing jarak pergi, pulang dan rerata

3.3.5. Perhitungan Koordinat


a. Koordinat X Belum Terkoreksi

Dapat dicari dengan menggunakan rumus : D sin α

Stasiun I =0

Stasiun II = 21000 sin (238o03’35”)

= -17820,5600

Stasiun III = 22400 sin (290o36’28,25”)

= -20966,6540

Stasiun IV = 28400 sin (42o04’20,5”)

= 19029,9488

Stasiun I = 26400 sin (132o17’31,75”)

= 19528,6941

Σ f(x) = Σ D sin α

= -228,5711
b. Koreksi Koordinat X

Untuk mencari koreksi koordinat X digunakan rumus:

D(−∑ f ( x ) )
ΔX =
∑D

Contoh :
0(−228,5711)
Stasiun I = =0
98200

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

27000(−228,5711)
Stasiun II = = 48,8798
98200

22400(−228,5711)
Stasiun III = = 52,1384
98200
c. Koordinat X Terkoreksi

Rumus : Xn = Xn-1 + D sin α + ∆X

Stasiun I =0

Stasiun II = 0+(-17820,5600)+48,8798

= -17771,6802

Stasiun III = -17771,6802+(-20966,6540)+52,1384

= -38686,1958

Stasiun IV = -38686,1958+19029,9488+66,1040

= -19590,1429

Stasiun I = -19590,1429+19528,6491+61,4488

=0

Hasil perhitungan Kordinat X terkoreksi tepat, ditandai dengan hasil STA I


diawal dan STA I di akhir = 0 (sama)
d. Koordinat Y Belum Terkoreksi

Dapat dicari dengan menggunakan rumus : D cos α

Stasiun I =0

Stasiun II = 21000 cos (238o03’35”)

= -11109,7353

Stasiun III = 22400 cos (290o36’28,25”)

= 7884,1248

Stasiun IV = 28400 cos (42o04’20,5”)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

= 21081,2919

Stasiun I = 26400 cos (132o17’31,75”)

= -17764,8558

∑ f(y) = ∑ D cos α

= 90,8256
e. Koreksi Koordinat Y

Untuk mencari koreksi koordinat X digunakan rumus:


D(−∑ f ( y ))
ΔY =
∑D

Contoh :
0(−90,8256)
Stasiun I = =0
98200

21000(−90,8256)
Stasiun II = = -19,4231
98200

22400(−90,8256)
Stasiun III = = -20,7179
98200

f. Koordinat Y Terkoreksi

Rumus : Yn = Yn-1 + D cos α + ∆Y

Stasiun I =0

Stasiun II = 0+(-11109,7353)+(-19,4231)

= -11129,1584

Stasiun III = -11129,1584+7884,1248+(-20,7179)

= -3265,7515

Stasiun IV = -3265,7515+21081,2919+(-26,2672)

= 17789,2732

Stasiun I = 17789,2732+(-17764,8558)+(-24,4174)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

=0

Hasil perhitungan Kordinat Y terkoreksi tepat, ditandai dengan hasil STA I


diawal dan STA I di akhir = 0 (sama)

3.3.6. Perhitungan Beda Tinggi Antar Tititk


a. Beda tinggi antar titik

Rumus beda tinggi rerata antar titik : (∆H pergi ̶ ∆H pulang) / 2

Stasiun I-II = (333-(-321))/2

= 322

Stasiun II-III = ((-455)-439)/2

= -447

Stasiun III-IV = ((-93)-76)/2

= -84,9

∑ ∆H Total masing masing beda tinggi pergi, pulang dan rerata.


b. Koordinat Z Belum Terkoreksi

Rumus : Zn = Zn-1 + ∆H

Stasiun I = 100000

Stasiun II = 100000 +322

= 100322

Stasiun III = 100322 + (-447)

= 99,875
Selisih Ketinggian Terhadap Titik I ∑f(z)
=Tinggi awal − ∑Zn

= 100000 – 100005.1

= -5.1

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

c. Jarak antar titik

Data D rerata diambil dari jarak antar titik dan Dn diperoleh dengan cara D
sebelumnya dijumlahkan dengan D rerata, Contoh:

Jarak Antar Titik

STA Arah D rerata Dn

I II 21000 0 + 21000 = 21000

II III 22400 21000 + 22400 = 43400

III IV 28400 43400 + 28400 = 71800

d. Koreksi Koordinat Z
Dn−1(∑f ( z ) )
Rumus : ΔZ =
∑D

Stasiun I =0

21000(−5 , 1)
Stasiun II = = -1,0906
98200

43400(−5 ,1)
Stasiun III = = -2,2539
98200

e. Koordinat Z Terkoreksi

Rumus : Z = Zn + ∆Z

Stasiun I = 100000+0

= 100000

Stasiun II = 100322 + (-1.0906)

= 100320,9094

Stasiun III = 99,875 + (-2,2539)

= 99872,7461

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Stasiun IV = 99790,1 + (-3,7289)

= 99786,3711

Stasiun I = 100005.1 + (-5.1)

= 100000

Hasil perhitungan data azimuth terkoreksi yang benar, ditandai dengan


hasil STA I diawal dan STA I di akhir sama.

3.3.7. Koordinat Global Poligon

Koordinat global polygon dapat dicari dengan memasukkan


data dari koordinat X, Y, Z secara berurutan sesuai dengan
stasiun,

Koordinat Global Poligon


STA X Y Z
3.3.8.
I 0 0 100000
II -17771,6802 -11129,1584 100320,9094
III -38686,1958 -3265,7515 99872,7461
IV -19590,1429 17789,2732 99786,3711
100000

Perhitungan Luas

Luas dihitung dari titik-titik terluar daerah pengamatan, Dihitung


koordinatnya dari satu patok acuan, Dalam penelitian ini, kami menggunakan
patok I sebagai acuan, Dari masing-masing titik dihitung dengan
menggunakan rumus lalu dijumlahkan dan akan mendapatkan luas daerah
yang akan kita amati,

Rumus perhitungan: Xn x Y(n+1) – X(n+1) x Yn

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

(Xn × Yn+1) -
STA Titik Xn Yn
(Yn ×

Xn+1)
I B1 -5,94389 12,11738 -32,2008285
B2 -2,90703 11,3438 -20,1233612
B3 -1,01152 10,86948 -10,7960889
B4 0,032775 10,32095 -37,1674556
B5 3,6263695 7,944636 -10,9421760

Batas 1 = [(-5,94389) x (11,3438) – (12,11738) x (-2,90703)

= -32,2008285

Batas 2 = [(-2,90703) x (10,86948) – (113438) x (-1,01152)

= -20,1233612

Batas 3 = [(-1,01152) x (10,32095) – (10,86948) x (0,032775)

= -10,7960889

Batas 4 = [(0,032775) x (7,944636) – (10,32095) x (3,6263695)

= -10,9421760

Lalu hasil penjumlahan dari Xn x Y(n+1) – X(n+1) x Yn adalah


2L, Karenanya untuk mendapatkan luas harus dibagi 2 terlebih dahulu,
dan bila hasil dari luas adalah negatif maka nilai luas diharga mutlak.

2L (m2) = -5910,252857

L (m2) = -2955,126429

L(hektar) = 0.295512643

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah


Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB 4
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
BAB IV

PRAKTIKUM TAHAP 3

4.1. Pembuatan Uitzet


Praktikum pengukuran dan pemetaan tahap 3 bertujuan untuk
membuat uitzet suatu lahan yang akan didirikan bangunan, untuk itu
beberapa persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
• Langkah pertama : menyiapkan alat berupa theodolit, statif, unting-
unting, meteran, patok, payung, jas hujan, benang, paku, palu,
kamera.
• Langkah kedua : memasang patok dan menyiapkan theodolit
dilapangan sampai dapat digunakan dengan baik. Yaitu dengan
arah sebagai berikut:
1. Pasang patok pada sudut A yang telah ditentukan (misalnya
diberi patok a)
C D

B A

2. Pasang paku diatas patok.


3. Dirikan alat ukur theodolit tepat diatas paku yang dipatok.
4. Arahkan Theodolit kearah titik B, azimuth dibuat 0 0 dan
pengunci dibawah dikunci
5. Arahkan Teropong theodolit kepapan bowplank di B pada
sudut 00 yang dibuat tadi, kemudian pasang paku diatas papan
bowplank B.
6. Putar theodolit 180o arahkan ke titik A. Arahkan teropong ke
papan bowplank di A kemudian pasang paku diatas papan
bowplank A.
7. Kemudian pasang benang dari paku yang di papan bowplank A
ke paku yang di papan bowplank B.
C D

a
B A
8. Ukur sejauh 5 meter dari patok pertama yang kita pasang (patok
a) dan pasang pada patok jarak 5 meter tersebut.
9. Kemudian arahkan theodolit ke arah 0˚ arahkan teropong ke
patok B yang tadi, kemudian pasang paku pada patok tersebut.

C D

b a

B A

10. Arahkan theodolit ke sudut 270˚ ke arah papan bowplank A,


kemudian arahkan teropong ke papan bowplank A dan pasang
paku diatas papan.
11. Arahkan theodolit ke sudut 90˚ ke papan bowplank D,
kemudian pasang paku diatas papan tersebut.
12. Pasang benang dari paku yang di papan A ke paku yang di
papan bowplank D.
13. Arahkan teropong ke patok yang tadi, kemudian pasang paku
pada patok yang tadi, kemudian pasang paku pada patok
tersebut.
14. Kemudian ukur 4,5 meter dari patok a ke arah papan D dan
pasang patok pada jarak 4,5 meter tersebut.
C D
d

b a

B A

15. Untuk koreksi gunakan dalil pitagoras


• Dari patok A diukur 30 cm ke arah [patok B (beri tanda pada
benang)]
• Dari patokA ukur 40 cm ke patok D (beri tanda pada benang)
• Kemudian ukur jarak antara kedua tanda yang ada pada benang
• Sesuai dengan rumus pitgoras jarak antara kedua tanda harus
50 cm

b c

a
C2 = a2 + b2

52 = 32 + 42
16. Setelah koreksi selesai, pindahkan theodolit ke titik b dan
arahkan ke titik a (azimuth dibuat 0˚)
17. Putar theodolit ke sudut 90˚, arahkan teropong ke papan B,
pasang paku pada papan bowplank B.
18. Putar theodolit ke sudut 270˚, arahkan teropong ke papan C,
pasang paku pada papan bowplank C.
19. Pasang benang dari paku yang di papan bowplank B ke paku
yang di papan bowplank C.
20. Ukur 4,5 meter dari patok ke arah papan C dan pasang patok
jarak 4,5 meter tersebut.
C D

B A
21. Kemudian lakukan koreksi.
22. Pindahkan thedolit ke patok C, arahkan ke patok B (azimuth
dibuat 0˚)
23. Putar theodolit ke sumbu 90˚, arahkan teropong ke papan
bowplank C. Pasang paku pada papan bowplank C.
24. Putar theodolit ke sumbu 270˚, arahkan teropong ke papan
bowplank D. Pasang paku pada papan bowplank D.
25. Pasang benang dari paku yang di papan bowplank C ke paku
yang di papan bowplank D.
C D

B A

4.2. Koreksi Elevasi Uitzet


Dalam kondisi di lapangan papan bowplank memiliki elevasi yang
berbeda, untuk itu diperlukan pensejajaran elevasi pada papan bowplank.
Pada Praktikum Tahap III ini pensejajaran elevasi papan bowplank dapat di
lakukan dengan mencari terlebih dahulu Benang Tengah dari elevasi papan
bowplank dengan menggunakan alat theodolit. Setelah mendapatkan semua
data, pensejajaran elevasi papan bowplank dapat di lakukan dengan cara
mengambil salah satu titik acuan yang selanjutnya nilai dari Benang
Tengahnya akan di kurangkan dengan titik titik papan bowplank yang
lainnya. Dengan mengurangkan Benang Tengah dengan titik acuan akan di
dapat elevasi yang sama pada setiap papan bowplank.
Papan Bowplank harus sejajar dan menjadi hal yang penting di
karenakan akan berdampak pada kesimetrisan bangunan yang akan di
bangun. Kegunaan bowplank sendiri yaitu sebagai alat bantu pada pekerjaan
awal agar bangunan yang akan di bangun dapat memiliki ukuran yang sesuai
dengan gambar rencana dan memiliki sudut kesikuan yang sama, serta
memiliki kelurusan dan ke dataran yang sama. Jika papan bowplank tidak
sejajar maka pada saat pemasangan keramik dan plafon misalnya akan terjadi
ketidak simetrisan bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan.
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi untuk memposisikan papan agar
serata mungkin.Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan koreksi
ketinggian papan terhadap titik acuan.

1. Lakukan pembacan BT pada patok A.


kemudian tembak theodolite ke titik A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L.
Catat setiap benang tengah yang didapat dari titik-titik tersebut.
2. Setelah mendapatkan data BT pada semua titik, asistensikan data kepada
asprak yang ada dilapangan untuk menentukan titik mana yang akan
dijadikan acuan untuk melakukan koreksi ketinggian.
3. Contoh perhitungan koreksi ketinggian patok berdasarkan hasil data
kelompok.
Misal hasil pembacaan BT dititik A (patok acuan) adalah 90,13 cm.
Kemudian dititik B dipembacaan terbaca 90,70 cm, maka perhitungannya :
BT acuan – titik B = 90,13 cm – 90,70 cm = -0,57 cm. Karena pembacaan BT
acuan lebih tinggi (lebih besar) dari hasil pembacaan maka harus diturunkan
sebesar 0,57 cm (hasilnya ditulis menjadi -0,57 cm). Lakukan koreksi
terhadap titik lainnya dengan cara yang sama saat mengkoreksi titik B
sehingga ketinggian seluruh bowplank akan sama rata ketika telah dikoreksi.
Koreksi Ketinggian Papan terhadap Titik
Acuan (cm)
Koreksi Ketinggian Papan terhadap Titik
A B C D E F
Acuan (cm)
Pembacaan Bt 90,13 90,7 89,99 143 70,70 88,7
G H I J K L
0
Pembacaan Bt 70,10 70,95 60,68 70,28 80,89 80,75
Koreksi Ketinggian -0,57 0,14 -52,87 19,43 1,43
Koreksi Ketinggian 20,03 19,18 29,45 18,85 9,24 9,38
Papan terhadap Titik
Papan terhadap Titik
Acuan
Acuan
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB 5

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Praktikum Tahap I
a. Beda tinggi suatu tempat dapat ditentukan dengan menempatkan
waterpass di salah satu titik, lalu mengukur ketinggian waterpass dari
tanah sampai setengah lensa (TI), kemudian melakukan penembakan
rambu dan mendapatkan benang atas (ba), benang bawah (bb), dan
benang tengah (bt). Beda tinggi dapat diketahui dengan rumus: ΔH= TI-
bt.
b. Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat waterpassing adalah
kesalahan membaca rambu, kesalahan mendengar dan menulis angka
yang disebutkan oleh pengamat.
c. Waterpass tidak boleh terkena terik matahari dan air hujan, karena hal
tersebut dapat merusak alat. Ketika waterpass terkena panas matahari
akan terjadi tegangan pada bagian penting, yang akan mengakibatkan
garis arah nivo berubah dan tidak sejajar lagi dengan garis bidik.

5.1.2 Kesimpulan Praktikum Tahap II


a. Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dan hanya diukur
dari arah utara atau selatan sebagai acuan (0o).
Cara menentukan azimuth antara lain:
- Menentukan garis skala yang berimpit dengan utara jarum magnet.
Angka pada garis skala ini menentukan besarnya suatu busur yang
dimulai dari garis nol skala dan diakhiri pada angka tersebut.
- Menentukan busurnya (besarnya dinyatakan oleh angka pembacaan
atau angka garis skala lingkaran yang berimpit dengan ujung jarum
magnet).

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

b. Syarat yang harus dipenuhi alat ukur theodolit saat pengukuran yaitu
posisi theodolit tidak boleh berubah atau bergeser, harus tegak dan
gelembung nivo harus tetap di tengah, tidak boleh bergeser.
c. Kesalahan dalam praktikum yang sering terjadi yaitu :
- Pemasangan alat yang tidak memenuhi syarat pemasangan.
- Theodolit dan rambu yang tidak berdiri tegak.
- Kekeliruan dalam pembacaan alat ukur.
- Ketidaktelitian dalam memasukkan data pengamatan.
d. Hal-hal yang mempengaruhi ketelitian pada saat pengamatan adalah
keterbatasan mata manusia, pengaruh iklim, suhu, angin dan sinar
matahari.
5.1.3 Kesimpulan Praktikum Tahap III
a. Uitzet adalah pengukuran untuk menentukan titik-titik kolom dan
ketinggian lantai bangunan. Bowplank (papan bangunan) berfungsi
untuk membuat titik-titik as bangunan sesuai dengan gambar denah
bangunan yang diperlukan untuk penentuan jalur/arah pondasi dan juga
sebagai dasar ukur tinggi penentu ketinggian bidang datar (lantai).
b. Fungsi dari uitzet adalah untuk menggambarkan denah menjadi suatu
bangunan pada lokasi yang sudah ditentukan. Fungsi dari bowplank
adalah untuk memudahkan titik-titik ukuran bangunan, untuk menarik
atau membuat sumbu dinding bangunan, untuk menentukan garis-garis
fondasi (sebagai pedoman), sebagai pedoman dalam menggali fondasi.
c. Syarat – syarat memasang bowplank :
- Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah
- Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bowplank tidak goyang
akibat pelaksanaan galian.
- Terdapat titik atau dibuat tanda – tanda.
- Sisi atas bowplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan
bowplank lainnya.
- Letak kedudukan bowplank harus seragam (menghadap ke dalam
bangunan semua).
Laboratorium Ilmu Ukur
Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

- Garis benang bowplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi


dan dinding batu bata.
d. Syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan uitzet adalah sudut yang
dibentuk antara benang yang saling tegak lurus harus 90° dan harus
memenuhi dalil phytagoras.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Praktikum Tahap I
a. Para praktikan disarankan mempelajari materi yang terdapat pada buku
panduan sebelum melaksanakan praktikum.
b. Praktikan disarankan tidak mengoprasikan alat sebelum dibimbing oleh
asisten praktikum yang berada dilokasi praktikum.
c. Praktikan diusahakan dapat memegang atau mengoprasikan alat
waterpass.
d. Tidak diperkenankan bersenda gurau saat praktikum.
e. Diwajibkan mempelajari tentang perhitungan dengan kalkulator
program.
5.2.2 Saran Praktikum Tahap II
a. Para praktikan disarankan mempelajari materi yang terdapat pada buku
panduan sebelum melaksanakan praktikum tahap II.
b. Praktikan diharapkan mampu menguasai tentang pengoprasian alat
theodolit.
c. Praktikan diwajibkan menyediakan kertas kerja laporan sebelum
praktikum.
d. Melakukan pembagian tugas secara merata dan terkoordinir.
e. Fokus dalam melakukan pengukuran.
5.2.3 Saran Praktikum Tahap III
a. Praktikan diwajibkan membawa alat-alat yang tidak disediakan oleh
kampus, seperti : tali kenur dan paku.
b. Diharapkan praktikan melakukan perhitungan secara tepat dan akurat
tanpa harus buru-buru.

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

c. Disarankan paku yang dibawa praktikan ukurannya tidak terlalu kecil


supaya mudah untuk dipasang.
d. Asisten praktikum diharapkan ada disaat praktikan melakukan
praktikum supaya tidak ada manipulasi data.

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

ALAT DAN BAHAN

Kompas
Untuk menentukan arah utara
sebenarnya.

Meteran
Untuk mengukur tinggi
instrument/TI.

Rambu
Untuk menunjukkan ketinggian dan
mengukur jarak pembaca.

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Kalkulator
Untuk menghitung hasil dari data
yang telah dibaca si pengamat.

Alat Tulis
Untuk mencatat hasil dari data yang
telah dibaca.

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Jas Hujan
Sebagai perlengkapan yang mungkin
pelaksana praktikum butuhkan pada
saat hujan.

Payung
Untuk melindungi waterpass dan
theodolite dari panas matahari dan
hujan.

Patok
Untuk menunjukkan titik yang
ditinjau selama praktikum di
lapangan.

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Palu
Untuk memasang patok pada tanah.

Statif
Untuk meletakkan waterpass atau
theodolite pada saat pengamatan.

Benang
Untuk menghubungkan paku-paku
pada papan bowplank.

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

Paku
Sebagai penanda titik-titik pada patok
dan papan bowplank.

Kamera
Untuk mengambil gambar
selama berada di lapangan.

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

TAHAP 1

ALAT DAN BAHAN

WATERPASS

Fungsi :

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui ketinggingan, beda tinggi,


termasuk jarak secara horizontal.

Bagian-bagian waterpass :

1. Alat bidik
2. Sekrup penyetel
3. Objektif teropong
4. Plat Dasar
5. Sekrup penggerak horizontal
Laboratorium Ilmu Ukur
Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

6. Penyetel nivo

TAHAP 2

ALAT DAN BAHAN

THEODOLITE

10 2

6
3 11
9
4 5

8
7

Fungsi :

Alat ukur digital yang digunakan untuk mengukur sudut vertical dan
horizontal, bersamaan dengan jarak dan elevasi.

Bagian- bagian theodolit:

1. Handle 6. Sekrup Penggerak halus


2. Kunci Vertikal vertikal
3. Kunci Horizontal 7. Sekrup A,B,C
4. Papan tombol 8. Pelat dasar
5. Sekrup Penggerak halus 9. Layar
Horizontal 10. Lensa objektif

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

11. Optical Plummed

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

DAFTAR PUSTAKA

MSc, Rais, Jacub, Ir. Prof. 1979. Ilmu Ukur Tanah Jilid II Wongsotjitro, Soetomo.
1980. Ilmu Ukur Tanah Heinzfrick, Ir. 1984. Ilmu Ukur Tanah
Program Studi Teknik Sipil (2013). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

LAMPIR
AN

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

ALAT DAN BAHAN

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

TAHAP I

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

TAHAP II

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

TAHAP III

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB I

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB II

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB III

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB IV

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`
Praktikum Pengukuran dan Pemetaan

BAB V

Laboratorium Ilmu Ukur


Tanah
`

Anda mungkin juga menyukai