Dosen Pengampuh:
ALJUFRI, S.T.,M.T. IPM
Disusun Oleh :Kelompok 1
1.Dede Irawan (210120008)
2.Ahmad Suheri (210120055)
3.Farhan Shafa Manurung (210120052)
4.Rajab (210120042)
5.Alyuriadi (220120084)
6.Asril Hamdani (220120090)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I :PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB IV :ANALISA..............................................................................................16
4.1.1 Akurasi...................................................................................................16
iii
4.1.2 Presisi.....................................................................................................16
4.1.3 Rentang..................................................................................................17
4.1.4 Ketelitian................................................................................................17
4.1.5 Resolusi..................................................................................................18
BAB V :PENUTUP..............................................................................................26
5.1 Kesimpulan...................................................................................................26
5.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
iv
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
instrumen pengukuran, dengan fokus pada bagaimana karakteristik-karakteristik
ini mempengaruhi akurasi instrumen.
Penelitian ini akan melibatkan pengumpulan data dari berbagai instrumen
pengukuran, analisis data menggunakan metode statistik dan dinamik, dan
interpretasi hasil untuk menentukan bagaimana karakteristik-karakteristik ini
mempengaruhi akurasi instrumen. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan baru dan meningkatkan desain dan penggunaan instrumen
pengukuran di masa depan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada literatur ilmiah dalam bidang ini dan membantu
praktisi dan peneliti lainnya dalam memahami dan meningkatkan akurasi
instrumen pengukuran mereka.
1.3 Tujuan
Adapaun tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis bagaimana karakteristik statis instrumen pengukuran, seperti
akurasi, presisi, rentang, ketelitian, dan resolusi, mempengaruhi akurasi
pengukuran.
2
2. Mempelajari bagaimana karakteristik dinamik instrumen pengukuran,
seperti waktu naik, waktu penyelesaian, dan konstanta waktu,
mempengaruhi akurasi pengukuran.
3. Menentukan hubungan antara karakteristik statis dan dinamik dalam
mempengaruhi akurasi instrumen pengukuran.
4. Menggunakan hasil penelitian ini untuk memberikan rekomendasi tentang
bagaimana meningkatkan desain dan penggunaan instrumen pengukuran
di masa depan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengukuran Langsung (Direct Measurement): Ini adalah proses pengukuran di
mana besaran yang diukur dapat dibaca langsung pada alat ukur. Contohnya,
mengukur panjang buku dengan mistar, di mana hasil pengukuran panjang
buku terbaca langsung pada skala mistar.
Semua jenis pengukuran ini memiliki peran penting dalam ilmu fisika untuk
memastikan akurasi dan keandalan hasil pengukuran, terutama ketika berurusan
dengan besaran fisik yang kompleks.
5
dua, yaitu karakteristik statis dan dinamis. Namun, kali ini kita akan membahas
tentang beberapa karakteristik statis pada alat ukur. Karakteristik statis adalah
fitur dari alat ukur (instrumentasi) yang digunakan untuk mengukur kondisi yang
tidak berubah seiring waktu atau hanya berubah secara perlahan. Karakteristik
statistik instrumen pengukuran adalah karakteristik suatu sistem instrumentasi
yang perlu diperhatikan untuk penggunaan pada suatu kondisi pengukuran yang
tidak bergantung pada waktu. Beberapa statistik karakteristik dari instrumen
antara lain:
1. Akurasi (Accuracy)
Akurasi merujuk pada sejauh mana nilai yang dihasilkan oleh suatu
pengukuran mendekati nilai sebenarnya atau standar. Ini adalah ukuran
kebenaran data atau pengukuran, menunjukkan seberapa dekat data tersebut
dengan kondisi aktual. Akurasi juga berfokus pada tingkat ketidakpastian
dalam pengukuran yang dilakukan oleh alat ukur, dapat dilihat seperti pada
gambar berikut:
Presisi, di sisi lain, adalah ukuran seberapa konsisten hasil pengukuran jika
proses tersebut diulang dengan cara yang sama. Dengan kata lain, jika Anda
melakukan serangkaian pengukuran dalam kondisi yang sama dan
mendapatkan hasil yang sangat mirip, maka pengukuran tersebut dianggap
memiliki presisi yang tinggi, dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
6
Gambar 2. 2 Akurasi Rendah Presisi Tinggi
3. Rentang (Range)
Rentang adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jarak antara
nilai minimum dan maksimum yang dapat diukur oleh suatu alat atau sistem
pengukuran. Sebagai contoh, jika suatu termometer dapat mengukur suhu dari
0 hingga 100 derajat Celsius, maka kita bisa mengatakan bahwa rentang
pengukuran termometer tersebut adalah 0 hingga 100 derajat Celsius.
7
dan nampaknya tidak diperhatikan. Penyimpangan ini hanya dapat diketahui
melalui pemeriksaan secara berkala kalibrasi alat ukur.
Gambar 2. 4 Ketelitian
5. Resolusi (Resolution)
Resolusi adalah ukuran terkecil dalam dimensi yang dapat dideteksi atau
dibedakan oleh alat ukur. Dalam konteks komputer, resolusi mewakili jumlah
piksel (titik warna individual) pada layar monitor, yang dinyatakan dalam
jumlah piksel pada sumbu horizontal dan vertikal. Kualitas gambar pada
tampilan tergantung pada resolusi dan ukuran monitor.
Gambar 2. 5 Resolusi
8
waktu hingga mencapai nilai stabil. Berikut adalah beberapa karakteristik dinamik
yang umum:
Karakteristik dinamik menunjukkan performa instrumen ukur ketika
mengukur variabel yang berubah cepat. Kebanyakan sensor tidak dapat mengikuti
perubahan cepat, tetapi memerlukan waktu beberapa saat sebelum mencapai
tanggapan penuh. Waktu yang digunakan tergantung pada resistansi, kapasitansi,
massa atau inersia, dan waktu mati.
a. Rise Time
Rise time adalah waktu yang dibutuhkan untuk sinyal atau sistem merespons
perubahan dari nilai rendah ke nilai tinggi yang telah ditentukan. Biasanya,
nilai rendah dan tinggi ini adalah 10% hingga 90% dari nilai akhir atau nilai
steady-state. Rise time adalah parameter penting dalam sistem kontrol,
komunikasi, dan pengolahan sinyal karena mengukur seberapa cepat sistem
dapat beradaptasi dengan perubahan input.
b. Konstanta Waktu
Konstanta waktu adalah parameter yang digunakan untuk menggambarkan
respons sistem linear time-invariant (LTI) orde pertama terhadap input
langkah. Ini mengukur seberapa cepat sistem mencapai sebagian besar
perubahan yang diberikan pada inputnya. Konstanta waktu umumnya
digunakan dalam analisis sistem dinamis.
c. Kesalahan
Kesalahan pengamatan atau kesalahan pengukuran adalah perbedaan antara
nilai yang diukur dengan nilai sebenarnya. Kesalahan ini bisa berasal dari
berbagai faktor seperti ketidakakuratan instrumen pengukuran, ketidakpastian
pengukuran, atau kesalahan manusia dalam mengambil data.
d. Dynamic Error:
Kesalahan pengukuran dinamis terdiri dari dua komponen. Komponen
pertama disebabkan oleh karakteristik dinamis dari transduser atau sistem
pengukuran yang mungkin menghasilkan penundaan dalam respons.
Komponen kedua adalah kesalahan yang disebabkan oleh adanya noise atau
9
gangguan pada output sistem pengukuran. Kesalahan dinamis ini dapat
memengaruhi akurasi dan presisi pengukuran.
e. Kecepatan Respon
Kecepatan respon merujuk pada seberapa cepat suatu sistem atau alat dapat
merespons terhadap perubahan pada besaran yang diukur. Kecepatan respon
yang tinggi adalah kualitas yang diinginkan dalam banyak aplikasi karena
menunjukkan bahwa sistem dapat beradaptasi dengan cepat terhadap
perubahan dalam lingkungannya.
f. Fidelity
Dalam konteks pemodelan dan simulasi ilmiah, fidelity mengacu pada sejauh
mana model atau simulasi dapat mereproduksi dengan akurat keadaan dan
perilaku objek atau situasi dalam dunia nyata. Fidelity yang tinggi berarti
bahwa model atau simulasi tersebut mendekati dengan baik dunia nyata,
sehingga hasilnya dapat diandalkan.
g. Lag
Lag adalah penundaan yang terjadi antara input ke dalam sistem dan output
dari sistem tersebut. Lag bisa memengaruhi dinamika sistem, menciptakan
ketidakstabilan, dan mengurangi kemampuan sistem untuk merespons
perubahan dengan cepat.
h. Retardation Lag
Retardation lag adalah jenis lag pengukuran di mana respons sistem dimulai
segera setelah perubahan dalam besaran yang diukur terjadi. Dengan kata lain,
tidak ada atau hampir tidak ada penundaan antara perubahan dalam besaran
yang diukur dan respons sistem pengukuran.
i. Time Delay Lag
Dalam kasus time delay lag, respons sistem pengukuran dimulai dengan
penundaan setelah penerapan input. Ini berarti ada waktu mati atau penundaan
antara perubahan dalam besaran yang diukur dan respons sistem pengukuran.
10
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akurasi
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi dalam
pengukuran:
a. Pilihan Metode Pengujian: Pilihan metode pengujian dapat mempengaruhi
akurasi pengukuran. Metode yang tepat dapat menghasilkan hasil yang
lebih akurat. Misalnya, dalam pengukuran kadar air dalam makanan,
metode pengeringan atau thermogravimetri yang merujuk pada SNI 01-
2354.2-2006 dapat digunakan.
b. Kompetensi Personel: Kemampuan dan pengetahuan personel yang
melakukan pengukuran juga dapat mempengaruhi akurasi. Personel yang
terlatih dan berpengalaman cenderung dapat melakukan pengukuran
dengan lebih akurat.
c. Kalibrasi atau Verifikasi Alat Pengujian: Melakukan kalibrasi atau
verifikasi alat pengujian sebelum digunakan sangat penting untuk
memastikan bahwa alat bekerja dengan baik dan dapat memberikan hasil
yang akurat.
d. Penggunaan Bahan Kimia yang Tepat: Dalam konteks pengukuran yang
melibatkan bahan kimia, penggunaan bahan kimia yang tepat sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang akurat.
e. Suhu dan Kelembaban Ruangan/Laboratorium: Suhu dan kelembaban di
ruangan atau laboratorium dapat mempengaruhi akurasi pengukuran,
terutama untuk metode pengukuran tertentu seperti thermogravimetri.
f. Suhu dan Tekanan Udara di Dalam Oven: Jika metode pengukuran
melibatkan penggunaan oven, suhu dan tekanan udara di dalam oven dapat
mempengaruhi akurasi pengukuran.
g. Ukuran dan Struktur Partikel Sampel: Ukuran dan struktur partikel sampel
yang diukur dapat mempengaruhi akurasi pengukuran.
h. Ukuran Wadah/Botol Timbangan: Ukuran wadah atau botol timbangan
yang digunakan dalam pengukuran juga dapat mempengaruhi akurasi
pengukuran.
11
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini didasari dari sebuah penelitian terdahulu, baik dari jenis
penelitian maupun teori yang digunakan, dan teknik metode penelitian yang
digunakan penjelasannya dibawah ini sebagai berikut:
12
Statik Dan Dinamik pengertian dan
karakteristik
pengukuran.
Karakteristik Penelitian ini membahas DOKUMEN.TIPS
Pengukuran Karakteristik
Pengukuran Statis dan
Karakteristik Dinamis.
13
BAB III
METODOLOGI
14
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
15
BAB IV
ANALISA
4.1.1 Akurasi
Akurasi merupakan karakteristik statistik yang paling penting dalam
instrumen pengukuran. Akurasi menggambarkan seberapa dekat hasil
pengukuran dengan nilai sebenarnya. Semakin tinggi akurasinya, semakin
kecil kesalahan pengukuran yang terjadi. Contoh ilustrasi seperti berikut :
Sebuah alat ukur memiliki akurasi 0,1% dari nilai bacaan. Jika alat
tersebut digunakan untuk mengukur suhu ruangan yang sebenarnya adalah
25°C, berapa jarak kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi?
Jawaban:
4.1.2 Presisi
Presisi menggambarkan seberapa dekat hasil pengukuran dengan hasil
pengukuran yang lain pada pengukuran yang berulang. Semakin tinggi
presisinya, semakin kecil variasi hasil pengukuran yang terjadi. Contoh
ilustrasi seperti berikut:
Sebuah alat ukur memiliki presisi 0,01 mm. Jika alat tersebut digunakan
untuk mengukur diameter sebuah bola yang sebenarnya adalah 10 mm, berapa
variasi hasil pengukuran yang mungkin terjadi pada pengukuran yang
berulang?
16
Jawaban:
4.1.3 Rentang
Rentang yang menggambarkan daerah dari nilai input yang berbeda
sampai tidak ada perubahan nilai output (daerah yang tak bias diukur).
Semakin lebar rentang, semakin besar kemampuan instrumen pengukuran
dalam mengukur berbagai nilai input. Contoh ilustrasi sebagai berikut:
Sebuah alat ukur memiliki jarak pengukuran 0-100 N. Jika alat tersebut
digunakan untuk mengukur gaya yang sebenarnya adalah 120 N, apakah alat
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gaya tersebut?
Jawaban:
4.1.4 Ketelitian
Ketelitian menggambarkan seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya pada pengukuran yang berulang. Semakin tinggi ketelitian,
semakin kecil kesalahan pengukuran yang terjadi. Contoh ilustrasi ketelitian
sebagai berikut:
17
Jawaban:
4.1.5 Resolusi
Resolusi yang menggambarkan kemampuan instrumen pengukuran
dalam membedakan antara dua nilai input yang terdekat. Semakin tinggi
resolusi, semakin kecil perbedaan nilai input yang dapat dideteksi oleh
instrumen pengukuran. Contoh ilustrasi sebagai berikut:
Sebuah alat ukur memiliki resolusi 0,1 mm. Jika alat tersebut digunakan
untuk mengukur diameter sebuah bola yang sebenarnya adalah 10,25 mm,
berapa perbedaan nilai input yang dapat dideteksi oleh alat tersebut?
Jawaban:
a. Rise Time
Untuk menghitung rise time, perlu diukur waktu yang dibutuhkan oleh respon
untuk naik dari 10-90% (Overdamped) atau 0-100% (Underdamped) dari nilai
akhir. Contoh soal sebagai berikut :
Sebuah osiloskop memiliki rise time sebesar 2 ns. Berapa bandwidth
maksimum yang dapat diukur oleh osiloskop tersebut?
Jawaban:
18
Bandwidth maksimum = 0,35 / waktu naik
Bandwidth maksimum = 0,35 / 2 ns = 175 MHz
Jadi, bandwidth maksimum yang dapat diukur oleh osiloskop tersebut
adalah 175 MHz.
Maka, Perlu diingat bahwa karakteristik instrumen pengukuran dinamis
saling terkait dan perlu dipahami secara menyeluruh untuk menentukan
akurasi dan resolusi yang dibutuhkan dalam suatu aplikasi pengukuran
b. Konstanta waktu
Untuk menghitung konstanta waktu, perlu diukur waktu yang dibutuhkan
output untuk mencapai nilai 63.2% dari nilai maksimum. Contoh soal, sebagai
berikut:
Sebuah rangkaian RC memiliki resistansi 100 ohm dan kapasitansi 10
mikrofarad. Berapa konstanta waktu pada rangkaian tersebut?
Jawaban:
T=RxC
T = 100 x 10^-6
T = 0,00001 detik atau 10 mikrodetik
Jadi, konstanta waktu pada rangkaian RC tersebut adalah 10 mikrodetik.
Maka, konstanta waktu pada instrumen pengukuran saling berkaitan
dengan karakteristik dinamik instrumen pengukuran lainnya dan perlu
dipahami secara menyeluruh untuk menentukan akurasi dan resolusi
yang dibutuhkan dalam suatu aplikasi pengukuran
c. Kesalahan
Dinamis Untuk menghitung kesalahan dinamis, perlu diukur perbedaan antara
kuantitas nilai sebenarnya yang berubah menurut waktu, dan nilai yang
ditunjukkan alat ukur jika diasumsikan tidak ada kesalahan statistik. Contoh
soal, sebagai berikut:
Seorang teknisi melakukan pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan
termometer digital. Pengukuran pertama menghasilkan nilai 25,5°C,
19
sedangkan pengukuran kedua menghasilkan nilai 25,7°C. Berapa kesalahan
pengukuran teknisi tersebut?
Jawaban:
Jawaban:
20
Seorang layanan pelanggan menerima 100 panggilan dalam sehari. Rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu panggilan adalah 2 menit.
Bagaimana kecepatan respon layanan pelanggan tersebut dalam menangani
panggilan?
Jawaban:
Untuk menghitung lag, perlu diukur waktu yang dibutuhkan oleh sistem
pengukuran untuk merespon perubahan masukan. Contoh soal sebagai berikut:
21
digital tersebut memiliki lag sebesar 0,2 detik, berapa waktu yang dibutuhkan
oleh termometer digital tersebut untuk menunjukkan nilai output yang stabil?
Jawaban:
Untuk menghitung retardation lag, perlu diukur waktu yang dibutuhkan oleh
sistem pengukuran untuk merespon perubahan masukan yang lebih lambat.
Contoh soal sebagai berikut:
Seorang pengemudi mobil menekan pedal gas untuk mempercepat mobil dari
keadaan diam hingga mencapai kecepatan 60 km/jam dalam waktu 10 detik.
Jika mobil tersebut memiliki retardation lag sebesar 0,5 detik, berapa waktu
yang dibutuhkan oleh mobil tersebut untuk mencapai kecepatan 30 km/jam?
Jawaban:
22
Untuk menghitung jeda waktu tunda, perlu diukur waktu yang dibutuhkan
oleh sistem pengukuran untuk merespon perubahan masukan yang lebih cepat.
Contoh soal sebagai berikut:
Seorang petugas melakukan pengukuran jarak dengan menggunakan sensor
ultrasonik. Sensor ultrasonik tersebut memiliki time delay lag sebesar 0,1
detik. Jika jarak antara sensor dan objek yang diukur adalah 50 cm, berapa
waktu yang dibutuhkan oleh sensor untuk mengukur jarak tersebut?
Jawaban:
23
nilai masukan yang sama. Waktu mati yang rendah pada instrumen
pengukuran akan memungkinkan instrumen pengukuran memberikan keluaran
yang akurat dengan cepat. Oleh karena itu, statistik karakteristik pada
instrumen pengukuran perlu diperhatikan untuk memastikan akurasi
pengukuran yang dihasilkan.
24
4.3.3 Hubungan Antara Karakteristik Statis Dan Dinamik Dalam
Mempengaruhi Akurasi Instrumen Pengukuran
Karakteristik statistik dan dinamika pada instrumen pengukuran saling
terkait dan mempengaruhi akurasi pengukuran. Statistik karakteristik seperti
sensitivitas, linearitas, ambang batas, resolusi, histerisis, dan waktu mati
mempengaruhi akurasi pengukuran pada sinyal yang tidak berubah terhadap
waktu. Sedangkan karakteristik dinamik seperti waktu naik, waktu konstan,
kesalahan dinamis, kesalahan dinamis, kecepatan respon, fidelitas, lag, lag
retardasi, dan lag waktu tunda mempengaruhi pengukuran pada sinyal yang
berubah secara dinamis. Oleh karena itu, perlunya memahami karakteristik
statistik dan dinamika pada instrumen pengukuran untuk memastikan akurasi
pengukuran yang dihasilkan. Dalam memilih instrumen pengukuran, perlu
mempertimbangkan karakteristik statistik dan dinamika yang sesuai dengan
aplikasi pengukuran yang diinginkan.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian karakteristik statis dan dinamik pada instrumen
pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik statis, seperti akurasi, presisi, rentang, ketelitian, dan
resolusi, mempengaruhi pengukuran pada sinyal yang tidak berubah
terhadap waktu. Semakin tinggi karakteristik statisnya, semakin akurat
hasil pengukuran yang dihasilkan.
2. Karakteristik dinamik, seperti rise time, konstanta waktu, kesalahan
dinamis, dynamic error, kecepatan respon, fidelity, lag, retardation lag,
dan time delay lag, mempengaruhi pengukuran pada sinyal yang berubah
secara dinamis. Karakteristik dinamik yang baik diperlukan untuk
pengukuran sinyal yang berubah dengan cepat atau secara periodik.
3. Karakteristik statis dan dinamik saling berhubungan dan mempengaruhi
akurasi pengukuran secara keseluruhan. Kualitas instrumen pengukuran
ditentukan oleh kombinasi karakteristik statis dan dinamiknya.
4. Dalam memilih instrumen pengukuran, perlu mempertimbangkan
karakteristik statistik dan dinamika yang sesuai dengan aplikasi
pengukuran yang diinginkan. Pemahaman yang baik tentang karakteristik
ini akan membantu memastikan akurasi pengukuran yang tepat dan
relevan sesuai dengan kebutuhan pengukuran.
5. Kesalahan pada instrumen pengukuran dapat berasal dari berbagai
sumber, termasuk karakteristik statis dan dinamik. Oleh karena itu,
perawatan, kalibrasi, dan pemahaman yang mendalam tentang
karakteristik instrumen pengukuran sangat penting untuk meminimalkan
kesalahan pengukuran.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian mengenai karakteristik statis dan dinamik pada
instrumen pengukuran, berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil:
26
1. Pemilihan Instrumen yang Tepat: Dalam pemilihan instrumen
pengukuran, perhatikan karakteristik statis dan dinamik yang sesuai
dengan jenis pengukuran yang akan dilakukan. Pastikan instrumen yang
dipilih memiliki sensitivitas, akurasi, dan resolusi yang memadai untuk
aplikasi tertentu.
2. Kalibrasi Rutin: Instrumen pengukuran perlu dijaga agar tetap akurat.
Melakukan kalibrasi secara rutin adalah kunci untuk memastikan bahwa
karakteristik statis dan dinamik instrumen tetap sesuai dengan standar
yang diinginkan.
3. Pemahaman Mendalam: Operator pengukuran harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang karakteristik statis dan dinamik
instrumen yang mereka gunakan. Ini termasuk memahami bagaimana
karakteristik tersebut memengaruhi hasil pengukuran dan bagaimana
mengatasi potensi kesalahan.
4. Monitoring Kesalahan: Lakukan pemantauan terhadap hasil pengukuran
yang diperoleh dari instrumen. Jika terdapat kesalahan yang konsisten
atau tidak sesuai dengan yang diharapkan, segera identifikasi sumber
kesalahan, termasuk karakteristik statis dan dinamik, dan lakukan
tindakan perbaikan.
5. Dokumentasi yang Akurat: Pastikan bahwa semua karakteristik
instrumen pengukuran, baik statis maupun dinamik, didokumentasikan
secara lengkap. Dokumentasi ini akan berguna sebagai referensi dan
catatan untuk pemeliharaan dan perbaikan di masa depan.
Dengan mengikuti saran-saran di atas, organisasi atau individu dapat
memastikan bahwa pengukuran yang dilakukan akurat dan andal, serta dapat
mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah yang berkaitan dengan
karakteristik statis dan dinamik instrumen pengukuran.
27
DAFTAR PUSTAKA
Fitrya, N., Ginting, D., Retnawaty, S. F., Febriani, N., Fitri, Y., & Wirman, S. P.
(2017). Pentingnya Akurasi dan Presisi Alat Ukur dalam Rumah Tangga.
Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, 1(2), 60-63.
Rizal, M. (2020). Pengukuran Teknik Dasar dan Aplikasi. Syiah Kuala University
Press.
Runtu, R. R., Soukotta, J., & Poeng, R. (2015). Analisis Kemampuan Dan
Keandalan Mesin Bubut Weiler Primus Melalui Pengujian Karakteristik
Statik Menurut Standar Iso 1708. Jurnal Poros Teknik Mesin Unsrat, 4(1).
28
Suhardjono, S., Irjhon, R., & Winarto, W. (2008). Karakteristik Dinamik Kolom
Baja yang Diisi Pasir, Kerikil atau Serbuk Gergaji Besi. Jurnal Teknik
Mesin, 10(2), 102-108.
29