MODUL II
SIRKUIT FLUIDA
Dosen: Dr. Ir. Sukirno, M.Eng
Kelompok 8
Andre Fahriz Perdana Harahap (1406605843)
Abdullah (1406605912)
Chandra Wirawan Sugiarto (1406533503)
Nabila Hana Dhia (1406573394)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya praktikan dapat menyelesaikan laporan praktikum Unit Operasi Bioproses
I, untuk Modul II: Sirkuit Fluida, tepat pada waktunya. Praktikan mengucapkan
terimakasih kepada segala pihak yang telah berpartisipasi atas penyelesaian laporan ini,
khususnya kepada dosen pengampu Modul II Praktikum Unit Operasi Bioproses I, Bapak
Dr. Ir. Sukirno, M.Eng., beserta asisten laboratorium dan rekan praktikum yang telah
bersama-sama ikut membantu penyelesaian laporan ini.
Laporan praktikum Sirkuit Fluida ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktikum Unit Operasi Bioproses I pada Modul II sebagai salah satu mata kuliah
wajib di Program Studi Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, pada tahun ajaran 2016/2017 . Adapun konten dari laporan
praktikum ini terdiri atas beberapa bagian seperti pendahuluan, tinjauan pustaka,
metodologi praktikum, hasil praktikum, pengolahan data, pembahasan, kesimpulan dan
saran, serta daftar pustaka.
Praktikan menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan praktikum ini, oleh karena itu atas segala kekurangan praktikan memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Praktikan juga memohon kritik dan saran dari dosen pengampu
dan asisten laboratorium Modul II agar kiranya dapat memperbaiki penulisan praktikan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang menggunakannya.
Praktikan
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 4
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 4
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 6
I. 2. Tujuan Percobaan .......................................................................................... 6
I. 3. Batasan Masalah ............................................................................................ 7
I. 4. Sistematika Penulisan .................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 8
II.1. Pengertian dan Sifat Fluida ............................................................................ 8
II.2. Jenis Aliran Fluida ......................................................................................... 9
II.3. Gradien Kecepatan ....................................................................................... 10
II.4. Bilangan Reynold ........................................................................................ 12
II.5. Energi Fluida................................................................................................ 12
II.6. Heat Loss karena Friksi ............................................................................... 13
II.7. Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold .......................................... 13
II.8. Profil Kecepatan Aliran ............................................................................... 14
II.9. Heat Loss padaFitting .................................................................................. 15
II.10. Pengukuran Aliran................................................................................ 16
II.11. Pipa, Valve, dan Pompa ........................................................................ 24
BAB III HASIL PERCOBAAN .............................................................................................. 27
III.1. Alat dan Bahan ..................................................................................... 27
III.2. Percobaan ............................................................................................. 28
III. 2. 2. Karakteristik Orifice Flowmeter ........................................................... 30
III. 2. 3. Karakteristik Venturi Flowmeter .......................................................... 35
III. 2. 4. Jenis Aliran ........................................................................................... 40
III. 2. 5. Friction Loss ......................................................................................... 43
III. 2. 6. Pipe Fitting ............................................................................................ 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 52
IV.1. Kalibrasi Sight Gauge .......................................................................... 52
3
IV.2. Karakteristik Orifice Flowmeter .......................................................... 53
IV.3. Karakteristik Venturi Flowmeter ......................................................... 55
IV.4. Jenis Aliran........................................................................................... 57
IV.5. Frictional Loss ...................................................................................... 60
IV.6. Pipe Fitting ........................................................................................... 61
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 65
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GRAFIK
5
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Suatu fluida tidak hanya akan ditemui dalam dunia teknik kimia saja tetapi juga akan
ditemui dalam dunia teknologi bioproses. Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang
mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa perpindahan massa.
Fluida memiliki banyak karakteristik yang dapat dipelajari sehingga dapat mengkontrol
aliran fluida dalam sebuah sistem fluida. Salah satu karakter fluida adalah tipe aliran
fluida. Berdasarkan tipe alirannya, fluida dapat memiliki sifat aliran laminar, transisi, atau
turbulen. Dalam dunia bioproses seringkali ditemukan contoh aliran fluida dalam bentuk
laminar, misalnya untuk mikrofluida atau fluida yang mengalir antar mikro-organisme.
Selain itu, dalam dunia bioproses suatu fluida juga dapat mengalir secara turbulen yang
biasanya ditemukan dalam suatu pabrik perusahaan di bidang teknologi bioproses,
biofilter, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang karakteristik fluida
dalam suatu sistem menjadi sangat penting.
Sirkuit fluida merupakan salah satu dari banyak aplikasi yang menerapkannya. Prinsip
aliran fluida ini berguna di bidang industri baik industri makanan, minuman,
perminyakam, dan jenis industri lain yang menggunakan perpipaan sebagai media
pengaliran fluida. Dengan mengetahui bagaimana karakteristik fluida yang mengalir, kita
dapat menyesuaikan pengaturan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Selain itu,
dengan mengetahui karakteristik aliran fluida zat cair beserta tekanannya maka kita dapat
mengatur kondisi agar proses dapat berjalan optimal serta tidak menyebabkan kerusakan
pada alat yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
Konsep dan fenomena aliran fluida dalam suatu sirkuit fluida menjadi sangat penting
untuk dipahami oleh seorang mahasiswa di bidang teknik mengingat luasnya aplikasi
sirkuit fluida dalam berbagai bidang industri proses yang ada. Oleh sebab itu, praktikan
melakukan praktikum Sikuit Fluida yang merupakan salah satu modul wajib dalam mata
kuliah Praktikum Unit Operasi Bioproses I di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
I. 2. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan praktikum modul Sirkuit Fluida ini antara lain:
Mengetahui mekanisme dan karakteristik perpindahan fluida.
6
Mempelajari sifat-sifat aliran fluida dalam beberapa jenis ukuran pipa.
Memperoleh pengertian tentang perubahan tekanan yang terjadi pada aliran fluida.
Mempelajari karakteristik tekanan alat pengukur laju alir.
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi friction loss pada aliran fluida.
I. 3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan pada percobaan modul Fluidisasi ini antara lain:
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Operasi Bioproses lantai 1
Departemen Teknik Kimia FTUI pada hari Jumat, 11 November 2016.
Percobaan ini menggunakan Sirkuit Fluida yang sudah dipersiapkan di
Laboratorium Unit Bioproses lantai 1 Departemen Teknik Kimia FTUI.
Sumber fluida yang digunakan pada percobaan Sirkuit Fluida ini adalah air keran
yang ada di Laboratorium Unit Bioproses lantai 1 Departemen Teknik Kimia
FTUI.
I. 4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan praktikum Sirkuit
Fluida ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang, tujuan percobaan, batasan
masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab tinjauan pustaka ini berisi konsep dasar mengenai fluida, sifat-sifat
fluida, aliran fluida, alat pengukur laju alir fluida, dan lain sebagainya.
Bab III Hasil Percobaan
Pada bab hasil percobaan ini berisikan mengenai alat dan bahan, tujuan dan
prosedur untuk setiap percobaan, data hasil pengamatan untuk setiap
percobaan, dan pengolahan data untuk setiap percobaan.
Bab IV Pembahasan
Pada bab pembahasan ini berisikan pembahasan dan analisis untuk setiap hasil
percobaan yang diperoleh sebelumnya.
Bab V Penutup
Pada bab penutup ini berisi kesimpulan hasil percobaan yang dilakukan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b) Specific Weight ( )
Specific weight atau berat jenis atau berat massa ( ) merepresentasikan berat per unit
volume.
(2)
8
d) Compressibility
Densitas merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan karakteristik
compressibility atau kemampatan fluida. Berdasarkan sifat ini, aliran fluida dibagi
menjadi dua, yaitu aliran fluida yang densitasnya berupa gas sangat dipengaruhi oleh
tekanan dan temperatur(compressible fluid), dan aliran fluida yang densitasnya berupa
liquid atau cairan sedikit sekali dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur
(incompressible fluid).
e) Dinamic Viscosity (µ)
Viskositas dinamis merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi
atau perubahan bentuk dan dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, gaya kohesi dan
laju perpindahan momentum molekularnya. Semakin bertambahnya temperatur pada
zat cair akan menyebabkan turunnya viskositas dari zat tersebut. Viskositas dihitung
melalui persamaan:
(4)
(N/m2 atau Pa) dan adalah gradient kecepatan dengan satuan (m/s)/m.
10
u
F
A
Gambar 2. Fenomena aliran fluida diantara 2 plat paralel
(Sumber: Modul Praktikum UOB Teknologi Bioproses FTUI 2015)
(7)
Dimana τ adalah tegangan geser (shear stress). Hubungan antara τ dan menunjukkan
11
b) Fluida dimana tegangan geser ( ) tidak hanya tergantung pada gradient kecepatan
tetapi tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.
c) Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat pada elastic dan fluida
viscous.
dimana,
Re = bilangan Reynold
d = diameter pipa (m)
v = flowrate (m/s)
= densitas fluida (kg/m3)
= viskositas absolut (kg/m.s)
Jika nilai dari bilangan Reynold di bawah 2.000 maka aliran dalam keadaan
laminar. Bilangan Reynold antara 2.000 sampai dengan 4.000 menunjukkan aliran dalam
keadaan transisi, dan bilangan Reynold di atas 4.000 menunjukkan aliran dalam keadaan
turbulen.
12
Pada fluida yang mengalir akan terdapat kehilangan energi yang disebabkan oleh
gesekan. Hubungan antara energi-energi di atas dapat membentuk persamaan energi
mekanik.
di mana:
f = friction factor (blasius-darcy friction factor)
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
V = flowrate (m3/s)
gc = konstanta konversi
13
(12)
(13)
ε/D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan dalam
dinding pipa dibagi diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan Re dan ε/D dapat
diperoleh dari chart standard yang disebut Friction Factor Chart.
14
disebabkan karena perubahan momentum dan gesekan-gesekan yang terjadi antar lapisan.
Untuk aliran laminar, lapisan-lapisan fluida terdapat dari dinding pipa sampai sumbu pipa
(center line) sehingga profil kecepatan partikel-partikel fluida berbentuk parabola, seperti
terlihat pada gambar berikut:
Semakin besar bilangan Reynold, momentum yang berpindah antar lapisan fluida
semakin besar kenaikan bilangan Reynold sampai melewati batas kritisnya akan
menyebabkan aliran menjadi turbulen dan terjadi dua regional aliran, yaitu daerah laminar
dekat dinding pipa dan daerah turbulen mulai dari batas daerah aliran laminar sampai
sumbu pipa. Akibatnya profil aliran tidak parabola lagi, sebagaimana yang diilustrasikan
pada gambar di bawah.
Daerah laminar akan semakin tipis seiring dengan kenaikan bilangan Reynold dan
semakin tidak memiliki pengaruh dibandingkan dengan kekasaran dinding pipa, sehingga
efek kekasaran dinding pipa semakin dirasakan oleh aliran. Hal inilah yang menyebabkan
faktor friksi pada aliran laminar hanya bergantung pada bilangan Reynold dan bergeser
semakin bergantung pada kekesaran dinding pipa untuk aliran turbulen.
15
(16)
di mana :
Le = panjang ekivalen dari fitting
Sehingga
𝐿𝑒 (17)
(18)
16
Bernoulli menyatakan hubungan tekanan fluida yang mengalir pada suatu pipa adalah
sebagai berikut :
(19)
dimana:
P = tekanan fluida
ρ = masa jenis fluida
v = kecepatan fulida
g = gravitasi bumi
h = tinggi fluida (elevasi)
Pada prinsipnya apabila fluida bergerak melewati pipa yang seragam dengan
kecepatan rendah, maka gerakan partikel masing-masing umumnya sejajar disepanjang
garis dinding pipa. Jika laju aliran meningkat, titik puncak dicapai apabila gerakan
partikel menjadi lebih acak dan kompleks. Cara-cara yang digunakan untuk mengkur
aliran dengan metode diferensial tekanan ialah menggunakan pipa venturi, pipa pitot,
orifice plat (lubang sempit), turbine flow meter, rotameter, cara thermal, menggunakan
bahan radio aktif, elektromagnetik, ultra sonic
Alat yang digunakan untuk mengukur alirandisebut flowmeter. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat ukur aliran adalah fasa fluida yang mengalir (gas,
liquid, steam, etc.), kondisi aliran (clean, dirty, viscous, abrasive, open channel),
kesesuaian fasa fluid dan teknologi flowmeter, ukuran pipa atau saluran dan kecepatan
aliran, sifat-sifat fluida, kondisi lingkungan, posisi flowmeter termasuk penurunan
tekanan maksimum yang diijinkan
Pada teori ini, jenis alat ukur yang akan dibahas adalah orifice flowmeter dan
venturi flowmeter karena kedua alat ini yang digunakan selama percobaan. Orifice
flowmeter dan venturi flowmeter adalah pengukur aliran fluida yang menggunakan
prinsip mekanika fluida dan memiliki prinsip kerja yang sama. Prinsip kerja dari orifice
flowmeter dan venturi flowmeter yaitu bila aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur
ini mengalir maka akan terjadi perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini. Jika laju
aliran yang diberikan pada alat ini makin besar maka beda tekanan akan menjadi lebih
besar pula.
17
II.10.1. Orrifice Flowmeter
Orifice flowmeter mengukur laju aliran menggunakan prinsip dasar timbulnya
perbedaan tekanan pada fluida yang mengalir karena adanya suatu penyempitan
Terdapat 3 jenis dari orifice yaitu concentric orifice, eccentric orifice, segmental
orifice. Jenis concentric orifice lebih popular karena konstruksinya lebih sederhana
dan mudah dibuat. Jenis isi dapat dipergunakan untuk semua jenis fluida yang tidak
mengandung partikel partikel padat.
Tipe yang kedua yaitu Eccentric orifice memiliki potongan lubang pembatas
secara eccentric sehingga mencapai bagian dasar pipa. Jenis ini khusus untuk fluida
yang mengandung partikel partikel padat.
Jenis yang ketiga, segmental orifice digunakan untuk mengukur laju lairan
yang mengandung padatan, sama seperti jenis eccentric orifice hanya saja kalau jenis
eccentric berbentuk lingkaran yang berada di bawah atau dekat dasar pipa, sedangkan
jenis segmental berlubang setengah lingkaran.
18
Gambar 9. Flat jenis segmental orifice
(Sumber : www.europages.co.uk)
Peralatan ini terdiri dari plat yang dilubangi dan dikerjakan dengan mesin
secara teliti, dan dipasang di antara dua flens sehingga lubang tersebut konsentrik
dengan pipa tempat memasangnya. Lubang plat itu dapat dibuat miring ke sisi hilir.
Penyadap tekanan, satu di hulu dan satu di hilir orifice tersebut dipasang dan
dihubungkan dengan manometer atau peralatan pengukuran tekanan lainnya. Posisi
lubang sadap dapat dipasang sembarang, dan koefisien meteran tersebut bergantung
pada letak lubang sadap itu.
Prinsip meteran orifice identik dengan prinsip venture. Penurunan penampang
arus aliran melalui orifice menyebabkan tinggi-tekan kecepatan meningkat tetapi
tinggi tekan tekanan menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik sadap diukur
dengan manometer.
19
Standar-standar rancang yang terperinci sudah tersedia secara luas di dalam
literature, yang harus diikuti dengan ketat agar kerja meteran tersebut dapat
diramalkan dengan teliti tanpda kalibrasi. Tetapi sebagai pendekaran, persamaan di
bawah ini cukupmemadai untuk digunakan.
Co 2 g c pa pb
uo
1 4
(20)
di mana:
uo : kecepatan melalui orifice (m/s)
: rasio diameter orifice terhadap diameter pipa
pa , pb : tekanan pada bagian a dan b
Co : koefisien orifice
Pada persamaan diatas, Co adalah koefisien orifice tanpa termasuk kecepatan
datang. Koefisien ini memberikan koreksi atas kontraksi jet fluida antara orifice dan
vena-kontrakta, juga terhadap gesekan dan terhadap a dan b. Co selalu ditentukan
dari percobaan. Nilainya cukup bervariasi sesuai dengan perubahan dan angka
Reynold pada orifice, NRe,o . Angka Reynolds tersebut didefinisikan sebagai
Do .uo . 4m
N Re, o (21)
.Do .
di mana:
Do : diameter orifice
NRe,o : angka Reynold pada orifice
Pada perancangan, Co hampir konstan dan tidak bergantung pada selama
NRe,o >20000. Pada kondisi ini, Co dapat dianggap 0,61 untuk lokasi sadap di lens
1 4
maupun di vena kontrakta. Terlebih lagi, jika <0,25 maka dapat dianggap
bernilai 1, sehingga persamaan 26 menjadi
2 g c p a pb
u o 0,61 (22)
m uo S o 0,61.S o 2 g c ( pa pb )
(23)
20
Da 2 / 4Do
2 2
Da S o
So 2
2
D a 2
Da Da 4
` (24)
di mana :
A : Area kerongkongan venturi (m2)
21
β : Db/Da
Da : diameter pipa (m)
Db : diameter kerongkongan venturi (m)
Q : Flowrate volume (m3/s)
C : koefisien karakteristik venturi
: pressure drop
Sedangkan orificemeter adalah suatu pelat yang berlubang di tengahnya yang
dipasang di dalam pipa tegak lurus arah aliran. Persamaan karakteristik orificemeter
mempunyai bentuk yang sama dengan venturi flowmeter.
(sumber : www.efunda.com)
Untuk melihat bagian bagian dari alat venturi meter terdapat pada gambar
dibawah ini
Keterangan Gambar :
A : bagian masuk E : lubang ke ruang piezometer
B : bagian leher F : lubang sadap tekanan hulu
C : bagian keluar H : pelapis
22
D, G : ruang piezometer I : lubang sadap tekanan hilir
Dalam meteran venturi, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya berkurang
di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu lalu
dimanfaatkan, sebagaimana diuraikan di bawah nanti, untuk mengukur laju aliran
melalui instrumen itu. Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan sebagian besar
tekanan awalnya kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan
tekanan itu besar, sudut kerucut hilir C dibuat kecil, sehingga pemisahan lapisan-batas
dapat dicegah dan gesekan pun minimum. Oleh karena pada bagian yang
penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat lebih
pendek daripada kerucut hilir. Gesekannyapun di sini kecil. Dengan demikian ruang
dan bahanpun dapat dihemat. Walaupun meteran venture dapat digunakan juga untuk
mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan untuk mengukur zat cair, terutama
air, pengolahan di bawah ini terbatas pada fluida incompressible.
Persamaan dasar untuk meteran venturi diperoleh dengan menuliskan kembali
persamaan Bernoulli untuk fluida incompressible antara kedua station tekanan pada F
dan I.
Kerja Injeksi + Energi Potensial + Energi Kinetik + Kerja + Energi friksi = 0
Gesekan dapat diabaikan, dan meteran itu diandaikan terpasang horisontal dan
tidak ada pompa sehingga :
2 g c p a pb
b .Vb 2 a .Va 2
(27)
di mana:
23
Da , Db: diameter saluran pada stasion a (hulu) dan station b (hilir), karena a= b
maka
2
D
Va b Vb 2 .Vb
Da (29) di
mana :
Da: diameter pipa
Db : diameter leher meteran (m)
: rasio diameter (Db/Da)
Dengan mensubstitusi persamaan (28) ke persamaan (27) diperoleh :
1 2 g c p a pb
Vb
b a 4
(30)
Jumlah kerja yang dihasilkan oleh pompa bergantung pada kapasitas dan head.
Kapasitas adalah laju alir massa atau volume fluida yang dialirkan, sedangkan head
adalah perbedaan total tekanan masuk dan keluar alat, yang biasanya dinyatakan dalam
tinggi kolom fluida dalam kondisi adiabatic.
26
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Keterangan:
Aliran biru = aliran fluida dalam pipa melewati manometer
Valve merah = valve yang dibuka
Valve kuning = valve yang bukaannya divariasikan
Valve oranye = valve yang dibuka sedikit sekali
27
III.2. Percobaan
28
III. 2. 1. 4. Pengolahan Data
Pada pengolahan data dicari akumulasi penurunan volume pada tangki dan akumulasi
volume terukur pada gelas ukur
29
Grafik 1.Grafik kalibrasi sight gauge
Berdasarkan grafik di atas, diketahui persamaan garis dan faktor koreksi dari
percobaan kalibrasi adalah
y = 1,0181x - 0,0867
30
6. Mengukur aliran yang melalui orifice (terbaca pada manometer), jumlah air yang
keluar dari tangki (aliran air yang keluar dari pipa v11) dalam waktu 15 detik, dan
mencatat perbedaannya.
7. Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate dengan mengubah bukaan valve
8, seraya memastikan isi tangki tetap memadai untuk setiap bukaan.
III. 2. 2. 3. Data Pengamatan
Tabel 4. Data Pengamatan Orifice Flowmeter
31
III. 2. 2. 4. Pengolahan Data
Tabel 5. Pengolahan Data Orifice Flowmeter
Δv
ΔV ΔV Ah orifice T (Ah
kalibrasi Q ΔP Co Re
data kalibrasi (m) (detik) orifice)^0,5
(m^3)
0,9 0,830 8,2 x 10-4 0,03 15 5,5 x 10-5 294 0,019 286595,804 0,173
1,4 1,339 1,3 x 10-3 0,07 15 8,9 x 10-5 686 0,030 462455,679 0,265
1,7 1,644 1,6 x 10-3 0,09 15 1,09 x 10-4 882 0,037 567971,604 0,300
2,3 2,255 2,2 x 10-3 0,11 15 1,5 x 10-4 1078 0,051 779003,455 0,332
2,7 2,662 2,6 x 10-3 0,12 15 1,7 x 10-4 1176 0,060 919691,355 0,346
3,3 3,273 3,2 x 10-3 0,12 15 2,1 x 10-4 1176 0,074 1130723,205 0,346
3,6 3,578 3,5 x 10-3 0,13 15 2,3 x 10-4 1274 0,081 1236239,130 0,361
4,1 4,088 4,08 x 10-3 0,14 15 2,7 x 10-4 1372 0,092 1412099,006 0,374
4,3 4,291 4,2 x 10-3 0,14 15 2,8 x 10-4 1372 0,097 1482442,956 0,374
4,9 4,902 4,9 x 10-3 0,15 15 3,2 x 10-4 1470 0,111 1693474,806 0,387
4. Menghitung nilai
Y = m x
32
0,00035
0,0003
0,00025
Q
0,0002
Q
0,00015 Linear (Q)
0,0001
y = 0,0012x - 0,0002
0,00005
R² = 0,7976
0
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
√Ah Orifice
6. Mencari nilai Co
33
𝐴 = 1,98 ∙ 10−4 𝑚2
0,120
y = 338,63x + 7E-17
0,100 R² = 1
0,080
Co
0,060
Co
0,020
0,000
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025 0,0003 0,00035
Q
7. Mencari nilai Re
= 1000 kg/m3
= 0,001
g = 9,8 m/s2
Panjang pipa 1,52 m
34
Grafik 4. Grafik Co terhadap Re
8. Kemudian dapat dicari nilai Co rata-rata dengan menggunakan slope dari grafik
hubungan Q dan √Δh yaitu y = 0,0012x - 0,0002. Maka nilai koefisien karakteristik
rata-rata dari orifice adalah (satuan 𝐴 dalam cm2, satuan 𝑔 dalam m/s2)
= 0,47
35
4. Memasang dua selang manometer pada venturi dan orifice (tap pressure 38-39) untuk
mengukur perbedaan tekanan.
5. Mencatat perbedaan ketinggian yang nampak pada manometer venturi maupun orifice
setelah 30 detik pengaturan aliran, hingga diperoleh data perubahan dengan inkremen
yang sama (minimal 10 data).
III. 2. 3. 3. Data Pengamatan
36
III. 2. 3. 4. Pengolahan Data
Tabel 7. Pengolahan data karakteristik venturi flowmeter
ΔH ΔH ΔH Bukaan
Volume Sight Gage (m3) ΔH
Orfice Orfice^0,5 Q Co Venturi Valve ΔP Cv
V V ΔV Venturi^0,5
(mH2O) (mH2O) (mH2O) (o)
Awal Akhir data
2,48 x
0,0448 0,0445 0,0003 0,14 0,374 0,084 0,19 0,436 180 1862 0,084
10-4
2,64 x
0,0445 0,0442 0,0003 0,15 0,387 0,090 0,2 0,447 360 1960 0,090
10-4
2,8 x 10-
0,0423 0,0397 0,0026 0,16 0,400 0,095 0,21 0,458 540 2058 0,095
4
2,9 x
0,0368 0,0332 0,0036 0,17 0,412 0,100 0,22 0,469 720 2156 0,100
10-4
3,3 x 10-
0,0303 0,0272 0,0031 0,2 0,447 0,114 0,23 0,480 900 2254 0,114
4
3,6 x 10-
0,025 0,0219 0,0031 0,22 0,469 0,123 0,24 0,490 1080 2352 0,123
4
3,6 x 10-
0,0197 0,0167 0,003 0,22 0,469 0,123 0,24 0,490 1260 2352 0,123
4
3,7 x 10-
0,0154 0,0122 0,0032 0,23 0,480 0,127 0,25 0,5 1440 2450 0,127
4
3,8 x 10-
0,011 0,0079 0,0031 0,24 0,490 0,131 0,26 0,510 1620 2548 0,131
4
0.0064 0,0035 0,0029 0,25 0,500 4 x 10-4 0,135 0,27 0,520 1800 2646 0,135
37
Y = m x
Sehingga didapatkan grafik berikut,
0,00045
y = 0,002x - 0,0006
0,0004 R² = 0,9718
Grafik Q
0,00035 terhadap √∆h
venturi
Q
0,0003
Co = 0,470
38
6. Menghitung coefficient discharge venturi (Cv) untuk semua aliran dengan
persamaan,
𝑄=𝐴 𝑣
Dengan diketahui,
A/So = 1,978 x 10-4 m2
= 0,61
dan menggunakan rumus p = venturi untuk mencari data perbedaan
tekanannya dalam satuan Pa. Kemudian untuk mencari Cv untuk masing-masing
data, digunakan rumus
39
Grafik 7. Grafik Co terhadap Cv
40
3. Membuka valve 1 (v1), valve 2 (v2), valve 3 (v3), valve 6 (v6), dan valve 8 (v8) serta
menutup valve lainnya.
4. Memvariasikan bukaan valve 3 (minimal 10 variasi).
5. Mengamati pola aliran yang terjadi (mendokumentasikannya) dan mencatat nilai
ΔHv pada setiap variasinya.
III. 2. 4. 3. Data Pengamatan
Pengamatan data dilakukan dengan memvariasikan bukaan valve 3 dan
didapatkan data ΔH Venturi (mH2O) dan kondisi aliran pada visual box
ΔH Venturi
No Bukaan
(mH2O)
1 180° 0,09
2 360° 0,1
3 540° 0,11
4 720° 0,16
5 900° 0,19
6 1080° 0,2
7 1260° 0,21
8 1440° 0,23
9 1620° 0,23
10 1800° 0,23
y = 1454,8x - 0,279
41
2. Menentukan jenis aliran masing-masing data berdasarkan dokumentasi Laminar atau
Turbulen berdasarkan pergerakan fluida dalam visual box
𝑅𝑒=𝐷𝜌𝑄/𝐴𝜇 (49)
4. Menentukan range flowrate terjadinya bentuk aliran Laminer Re <2000 dan tubulen
Re>4000
42
0,19 0,436 2,7 x 10-4 21812,458 Turbulen Turbulen
43
Tabel 10. Data Pengamatan Percobaan Frictional Loss
Δh orifice (m
No. Bukaan Valve (derajat) Δh pipa (m H2O)
H2O)
y = 0,0012x – 0,0002
Δ𝑃= 𝜌.𝑔.Δℎ𝑝𝑖𝑝𝑎
5. Menentukan nilai bilangan Reynold dengan menggunakan persamaan: (dengan
Ddalam pipa)
44
6. Menentukan nilai faktor friksi eksperimen dengan rumus:
7. Menentukan nilai faktor friksi teoritis dengan persamaan Swamee-Jain (bentuk lain
persamaan Darcy-Weisbach) (dengan ε = kekasaran ekuivalen pipa = 0,012):
Keterangan :
Din = 0,625 inch = 0,015875 m
Apipa = luas penampang pipa (0,000197832 m)
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
μ = viskositas air (0,001 Pa. s)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
L = panjang aliran air melalui sirkuit fluida (1,52 m)
8. Memplot faktor friksi eksperimen dan teoritis terhadap bilangan Reynold.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan berikut adalah
tabel pengolahannya:
45
Tabel 11. Pengolahan Data Percobaan Frictional Loss
Variasi Δhpipa
Δhorifice v ΔP
Laju (m √Δhorifice Q (m3/s) Re feksperimen fteoritis
(m H2O) (m/s) (Pa)
Alir H2O)
1. 0,03 0,03 0,173 7,8 x 10-6 0,040 294 629,608 0,976 0,646
3. 4,04 0,06 0,245 9,3 x 10-5 0,475 39592 7538,093 0,917 0,527
4. 7,9 0,08 0,283 1,3 x 10-4 0,705 77420 11187,021 0,814 0,526
5. 10,06 0,09 0,3 1,6 x 10-4 0,809 98588 12839,159 0,787 0,526
6. 14,7 0,11 0,332 1,9 x 10-4 1,001 144060 15888,057 0,751 0,526
7. 19,7 0,13 0,361 2,3 x 10-4 1,176 193060 18670,236 0,729 0,526
8. 24,9 0,15 0,387 2,6 x 10-4 1,338 244020 21245,439 0,711 0,526
9. 35,9 0,19 0,436 3,2 x 10-4 1,633 351820 25924,500 0,689 0,526
10. 38,6 0,2 0,447 3,3 x 10-4 1,702 378280 27014,901 0,682 0,526
1,000
0,950
0,900
0,850
0,800 y = -1E-05x + 0,9725
0,750 R² = 0,9281
f
0,700
0,650 y = -2E-06x + 0,5707
0,600 R² = 0,2753
0,550
0,500
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Re
f eksperimen f teoritis Linear (f teoritis)
Grafik 8. Grafik Hubungan Bilangan Reynold dengan Faktor Friksi Eksperimen dan Teoritis
46
Berdasarkan Grafik di atas, hubungan bilangan Reynold dan faktor friksi dapat
digambarkan dalam persamaan:
1. y = -10-5 x + 0,9725 dengan R2 = 0,9281 untuk faktor friksi eksperimen
0,14 0,18
1260°
0,17 0,2
1440°
0,19 0,21
1620°
47
0,27 0,25
2160°
Data diambil untuk sepuluh kali percobaan dengan variasi bukaan valve
sebesar 180°
3. Menentukan bilangan Reynold aliran pada elbow dari data diameter pipa (D),
kecepatan aliran (v), densitas fluida (ρ), dan viskositas fluida (μ) menggunakan
persamaan
4. Menentukan nilai pressure drop (ΔP) dari data densitas fluida (ρ), percepatan
gravitasi (g), dan perubahan ketinggian manometer (ΔH) dengan persamaan
48
y = -0,03 ln(x) + 0,85 Dimana y menunjukkan nilai f dan x menunjukkan nilai Re
ΔH
ΔH √ΔH
Orifice 3
ΔP v2 Le
Elbow Orifice Q (m /s) v (m/s) Re f
(m (Pa) (m2/s2) (m)
(m H2O) (√m)
H2O)
0,01 0,09 0,3 1,6 × 10-5 0,300 7821,639 98 0,576 0,090 0,098
0,05 0,13 0,36 2,3 × 10-5 0,437 11373,941 490 0,569 0,191 0,235
0,07 0,14 0,374 2,4 × 10-4 0,468 12172,371 686 0,568 0,219 0,288
0,09 0,15 0,387 2,6 × 10-4 0,497 12942,759 882 0,567 0,247 0,328
0,14 0,18 0,424 3 × 10-4 0,580 15111,254 1372 0,564 0,337 0,376
0,17 0,2 0,447 3,3 × 10-4 0,632 16457,525 1666 0,562 0,400 0,386
0,19 0,21 0,458 3,4 × 10-4 0,657 17105,390 1862 0,562 0,432 0,400
0,21 0,22 0,469 3,6 × 10-4 0,681 17738,005 2058 0,561 0,464 0,412
0,23 0,23 0,479 3,7 × 10-4 0,705 18356,398 2254 0,560 0,497 0,421
0,27 0,25 0,5 4 × 10-4 0,751 19554,097 2646 0,559 0,564 0,437
49
1,000
0,900
0,800
0,700
R² = 0,9972
0,500
kecepatan alir kuadrat
0,400 Linear (kecepatan alir kuadrat)
0,300
0,200
0,100
0,000
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
ΔH Elbow (m H2O)
7. Menentukan nilai panjang ekivalen (Le) berdasarkan data diameter pipa (D), faktor
friksi (f), kecepatan aliran (v), pressure drop (ΔP), dan densitas fluida (ρ)
menggunakan persamaan
8. Memplot hubungan antara nilai panjang ekivalen (Le) dengan bilangan Reynold
50
Grafik 10. Grafik Le terhadap Re
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, hasil dari pengolahan data didapatkan grafik kalibrasi sight gauge
dimana data akumulasi penurunan volume pada tangki diplot sebagai sumbu x, dan
akumulasi volume terukur pada gelas ukur sebagai sumbu y. Dari kurva tersebut, dengan
menggunakan regresi linier kita dapat menentukan persamaan garisnya, yaitu:
y = 1,0181x - 0,0867
Berdasarkan grafik tersebut dapat terlihat bahwa akumulasi penurunan volume fluida
pada tangki berbanding lurus dengan akumulasi volume terukur pada gelas ukur, dimana
penurunan volume terukur sebanding dengan skala sight gauge. Grafik kurva diatas
dapat digunakan sebagai kurva kalibrasi dalam percobaan ini. Volume fluida yang
sebenarnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dari kurva kalibrasi tersebut,
dengan memasukkan nilai x-nya. Dalam percobaan, terdapat perbedaan antara volume
yang terukur dan volume yang sebenarnya yang dapat terlihat ketika volume sight gauge
tidak berada pada skala 0 saat tangki dikosongkan. Hal ini disebabkan karena adanya
tekanan hidrostatis.
52
IV.2. Karakteristik Orifice Flowmeter
0,00035
0,0003
0,00025
Q
0,0002
Q
0,00015 Linear (Q)
0,0001
y = 0,0012x - 0,0002
0,00005
R² = 0,7976
0
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
√Ah Orifice
0,120
y = 338,63x + 7E-17
0,100 R² = 1
0,080
Co
0,060
Co
0,020
0,000
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025 0,0003 0,00035
Q
53
Pada grafik diatas diperoleh hubungan antara Q dengan Co dengan nilai y =
338,63 x + 7 x 10-17 dengan nilai gradien = 1. Hubungan yang diperoleh adalah
berbanding lurus yang artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar nilai Co.
Hal ini menunjukkan semakin besar laju alir yang mengalir pada pipa akan
memperbesar nilai friksi yang terjadi pada orifice.
Pada pengolahan data, didapatkan nilai Co rata-rata sebesar 0,470. Nilai Co
yang didapatkan ini sesuai dengan teori di mana Co bernilai antara 0 hingga 1. Nilai
Co sebenarnya menggambarkan seberapa besar friksi yang terjadi pada orifice,
semakin kecil nilai Co maka semakin besar friksi yang terjadi. Sebaliknya, Co yang
semakin mendekati nilai 1, menunjukkan bahwa friksi yang terjadi cukup kecil. Co
yang bernilai 0,470 menunjukkan bahwa terdapat friksi yang terjadi pada orifice
cukup kecil.
54
IV.3. Karakteristik Venturi Flowmeter
0,00045
y = 0,002x - 0,0006
0,0004 R² = 0,9718
0,00035
Grafik Q terhadap √∆h
Q
venturi
0,0003
Linear (Grafik Q
terhadap √∆h venturi)
0,00025
0,0002
0,4200,4400,4600,4800,5000,5200,540
√∆h Venturi
55
Grafik 16. Grafik Cv terhadap Q
56
Grafik 17. Grafik Co terhadap Cv
Jika kita bandingkan dengan nilai Co, dapat dilihat bahwa nilai Cv cenderung
lebih besar dibandingkan dengan nilai Co. Nilai Cv adalah sebesar 0.744 dan nilai Co
adalah 0.470. Nilai Cv lebih besar karena besarnya energi pada sisi lain throat venturi
lebih besar dibandingkan dengan pada throat orifice akibat gaya friksi yang lebih
sedikit (aliran yang lebih lancar). Oleh karena itu, tingkat sensitivitasnya lebih rendah
dibandingkan dengan orifice. Maka dari itu, venturimeter hanya cocok digunakan
untuk pengukuran pada volume yang besar karena pada volume yang kecil sulit
diamati Δh-nya
57
0,11 0,332 6,3 x 10-5 5082,324 Turbulen Transisi
Percobaaan ini bertujuan untuk mengetahui pola dan karakteristik aliran laminer,
transisi dan turbulen serta mengetahui nilai laju alir terjadinya pola aliran tersebut, percobaan
ini merupakan percobaan kualitatif yang didasarkan pada pengamatan praktikan secara kasat
mata, apakah aliran menurut praktikan turbulen, laminar, maupun transisi sehingga sangat
memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi standar pengamatan perbedaan aliran turbulen,
transisi, dan laminer.
Saat pengamatan, hasil visual box menunjukkan pada ΔH Venturi (mH2O) 0,09 dan 0,
1 (percobaan pertama dan kedua) aliran berupa laminer karena pergerakan fluida cenderung
datar. Sisanya mulai menunjukkan gerakan fluida yang acak yang merupakan aliran turbulen
pada hasil data yang didapat walaupun pada data ke 3 laju aliran yang terlihat berupa
58
transisi. Pada pengolahan data dari perhitungan nilai Re menggunakan persamaan yang ada,
praktikan memperoleh hasil yang berbeda, yaitu memperoleh hasil Re keseluruhan bernilai
lebih dari 4000 yang berarti seluruh aliran merupakan aliran dengan pola turbulen. Perbedaan
yang terjadi di awal yang menunjukkan aliran laminer dikarenakan pada awal percobaan laju
alir yang diberikan cenderung kecil dan belum stabil. Setelah beberapa saat mengalami
transisi lalu ketika diperbesar laju alirnya aliran bersifat turbulen.
59
IV.5. Frictional Loss
Grafik 18. Grafik Hubungan Bilangan Reynold dengan Faktor Friksi Eksperimen dan Teoritis
60
ΔP. Hal ini dikarenakan ketika Δh semakin kecil, artinya terjadi perubahan kecepatan
aliran air yang semakin lambat. Kemudian, terlihat pula bahwa kecepatan aliran
fluida berpengaruh kepada bilangan reynold serta jenis alirannya. Laju alir yang
semakin cepat, akan membuat bilangan reynold semakin besar dan dapat terlihat
profil alirannya semakin turbulen. Tetapi, peningkatan bilangan Reynold berbanding
terbalik dengan nilai faktor friksi aliran. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin
besar bilangan Reynold, akan memperkecil nilai faktor friksi seperti pada diagram
Moody. Pada diagram Moody, nilai faktor friksi akan dipengaruhi oleh kecepatan
aliran serta tingkat kekasaran relatif dari dinding pipa. Dinding pipa akan memberikan
kontak gesekan dengan aliran fluida. Semakin besar nilai bilangan Reynold, maka
semakin turbulen pula alirannya. Aliran yang turbulen akan mengalami pencampuran
antar lapisan fluida yang lebih besar efeknya dibandingkan gaya gesek fluida dengan
dinding. Dengan demikian, semakin turbulen suatu aliran maka semakin kecil faktor
friksinya.
1,000
0,900
0,800
0,700
0,400
Linear (kecepatan alir
0,300 kuadrat)
0,200
0,100
0,000
-0,05 0,05 0,15 0,25 0,35
ΔH Elbow (m H2O)
61
Nilai kecepatan aliran fluida (v) dikuadratkan nilainya dan dilihat
hubungannya dengan nilai ΔH elbow. Dari grafik terlihat bahwa nilai v2 akan
meningkat apabila nilai ΔH elbow meningkat. Nilai ΔH elbow sendiri berbanding
lurus dengan nilai pressure drop (ΔP) sehingga peningkatan ΔH elbow juga dapat
dilihat sebagai peningkatan pressure drop (ΔP). Perbedaan yang semakin tinggi antara
tekanan inlet dengan tekanan outlet akan menyebabkan driving force yang semakin
tinggi bagi aliran untuk berpindah. Dengan demikian peningkatan pressure drop (ΔP)
akan meningkatkan kecepatan alir fluida, dalam hal ini nilai kuadrat dari kecepatan
alir fluida. Bersesuaian dengan persamaan Darcy-Weisbach yang menunjukkan bahwa
hubungan antara ΔP dengan v2 berbanding lurus.
0,500
y = 3E-05x - 0,0731
0,450 R² = 0,9338
0,400
0,350
0,300
Le (m)
0,250
panjang ekivalen
0,150
0,100
0,050
0,000
5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000
Re
Nilai kecepatan alir fluida kuadrat (v2) dan nilai perubahan ketinggian
manometer (ΔH) pada elbow digunakan untuk mencari panjang ekivalen elbow. Dari
grafik terlihat bahwa semakin tinggi bilangan Reynold maka semakin besar nilai
panjang ekivalen elbow.
62
Panjang ekivalen elbow menunjukkan panjang pipa lurus yang memiliki
friction loss yang ekivalen dengan friction loss yang terjadi pada elbow. Nilai friction
loss merupakan fungsi bilangan Reynold dimana nilai friction loss akan semakin kecil
saat bilangan Reynold meningkat. Saat nilai bilangan Reynold meningkat aliran fluida
akan semakin cepat dan pengaruh gesekan semakin kecil. Faktor friksi yang terjadi
akan berkurang seiring meningkatnya aliran fluida. Berkurangnya faktor friksi yang
bekerja dalam pipa mengakibatkan lebih besar panjang pipa lurus untuk menyamai
gesekan yang sama yang bekerja dalam elbow. Hal ini menyebabkan panjang ekivalen
akan meningkat seiring dengan berkurangnya faktor friksi, dengan demikian panjang
ekivalen akan meningkat dengan meningkatnya bilangan Reynold.
Panjang ekivalen elbow rata-rata yang didapat dari percobaan ini sebesar
0,267 m. Menurut Coker (2011), panjang ekivalen elbow 90° adalah 30 kali diameter
elbow. Berdasarkan literatur tersebut maka panjang ekivalen elbow adalah 0,78 m.
63
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa kesimpulan yang dapat
diambil yaitu:
Perubahan tekanan yang terjadi pada aliran fluida disebabkan oleh diameter pipa,
velocity dan friction factor.
Pada fitting dapat terjadi kehilangan energi yang sebanding dengan panjang ekivalen
fitting. Kehilangan energi itu disebabkan karena friksi antar partikel fluida.
Volume yang ditunjukkan oleh tanki sight gage sangat dekat dengan volume ukur
sebenarnya.
Semakin besar laju alir, maka pressure drop pada orifice dan venturimeter juga
semakin besar, koefisien karakteristik orifice Co semakin kecil sedangkan koefisien
karakteristik venturi semakin besar.
Besar laju alir berbanding lurus dengan besar pressure drop dan nilai Co.
Kinerja venturi sebagai alat ukur flow rate lebih baik dari orifice. Pressure drop pada
venturi lebih kecil daripada pada orifice untuk laju alir yang sama.
Pada fitting terjadi kehilangan energi yang disebabkan karena adanya friksi baik antar
partikel fluida maupun antara partikel fluida dengan permukaan dalam pipa.
Bila suatu fluida mengalir dalam saluran yang diameternya mengecil maka tekanan
fluida akan menurun
Nilai faktor friksi cenderung menurun jika laju alir bertambah. Faktor friksi adalah
fungsi kebalikan dari bilangan Reynold, sehingga Reynold yang tinggi membuat nilai
friksi rendah, begitu pun sebaliknya.
Panjang ekivalen Le sebanding dengan ΔH fitting, berbanding terbalik dengan v2.
Sehingga semakin besar laju alir maka kecepatan v juga semakin besar, maka Le akan
semakin kecil.
64
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Praktikum Unit Operasi Bioproses I. Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Indonesia
C.J. Geankoplis. 1983. Transport Processes and Unit Operation 2nd Edition. Allyn and
Bacon Inc: Massachusets
C. J. Geankoplis. 1993. Transport Processes and Unit Operatin 3rd Edition. Prentince-
Hall International, Inc: Minnesota
McCabe WL, Smith JC, Harriott P. 2005. Unit Operations of Chemical Engineering
Seventh Edition. Mc Graw Hill: Singapore
Richardson JF, Harker JH. 2002. Coulson and Richardson’s Chemical Engineering
Volume 2 Fifth Edition. Butterworth Heinemann: Oxford
65