GRUP H
LAPORAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA I
“DRYING”
GRUP H
1. Khalil Akram Redha (19031010139)
2. Talitha Sahdasafa (19031010157)
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “Drying”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi
Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur serta
petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 16 April 2021 di
Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS, selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Bapak Rachmad Ramadan Y., ST., MT selaku Dosen Pembimbing Praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan
masukanmasukan dalam praktikum.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan.
Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan saran, Seluruh asisten
dosen yang turut membantu dalam pelaksa kesempurnaan laporan ini. Akhir kata,
penyusun berharap agar laporan praktikum yang telah disusun ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Teknik Kimia.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................... 2
III.1 Bahan.............................................................................................................. 15
iii
III.2 Alat ................................................................................................................. 15
BAB IV ...................................................................................................................... 18
BAB V........................................................................................................................ 25
LAMPIRAN ............................................................................................................... 27
iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Pengamatan Massa Bahan Terhadap Waktu Pengovenan ...................... 18
Tabel IV. 2 Kandungan Air yang Hilang Bahan Singkong ....................................... 19
Tabel IV. 3 Laju Pengeringan pada Bahan Singkong ................................................ 20
v
DAFTAR GAMBAR
vi
INTISARI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
1. Untuk mencari laju pengeringan bahan
2. Untuk menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju pengeringan
3. Untuk menentukan kadar air pada bahan uji dengan proses pengeringan
I.3. Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui cara menghitung kadar air dalam bahan
2. Agar praktikan dapat mengetahui proses perpindahan massa dan perpindahan
panas pada praktikum pengeringan (Drying)
3. Agar praktikan dapat mengaplikasikan proses pengeringan (drying) dalam
dunia industri
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2. Pengeringan uap super panas
Pengganti udara dengan uap super panas untuk mengambil uap
penguapan karena memberi sumber panas suhu tinggi yang juga menimbulkan
tingkat panas yang jauh lebih tinggi dari uap panas.
3. Pengeringan beku
Dalam proses ini, bahan dibekukan dan dikeringkan dengan sublimasi vakum
yang sangat tinggi 10-40 N/m pada temperatur 240-260 K. Selama sublimasi
2
es, lapisan permukaan kering dibiarkan, meskipun tidak bebas bergerak karena
di bekukan dan struktur sarang lebah terbentuk.
4. Pengeringan cepat
Pengeringan konvensional terdiri dari mencampurkan dan
memanaskan padatan untuk mencapai pengeringan yang merata, dan secara
bersamaan mengangkut uap dari permukaan padatan untuk mempertahankan
laju perpindahan massa yang tinggi.
5. Pengering daur ulang
Mayoritas operasi pengering tergantung pada pemanasan langsung
menggunakan aliran tinggi udara panas dan /atau produk pembakaran yang
dilewatkan satu kali melalui atau melewati bahan basah dan dbuang ke
atmosfer
(Coulson, 1968)
II.2.2 Jenis-Jenis Pengeringan
1. Pengeringan Pelarut
Dua proses yang digunakan, pengeringan pelarut dengan pemanasan berlebih
dimana bahan yang mengandung uap air tidak dikeringkan dengan kontak dari
uap yang dipanaskan dengan cairan itu sendiri dan dehidrasi pelarut dimana zat
basah air terpapar ke atmosfer oleh uap pelarut organik jenuh.
2. Pengeringan uap super panas
Pengganti udara dengan uap super panas untuk mengambil uap penguapan
karena memberi sumber panas suhu tinggi yang juga menimbulkan tingkat
panas yang jauh lebih tinggi dari uap panas.
3. Pengeringan beku
Dalam proses ini, bahan dibekukan dan dikeringkan dengan sublimasi vakum
yang sangat tinggi 10-40 N/m2 pada temperatur 240-260 K. Selama sublimasi
es, lapisan permukaan kering dibiarkan, meskipun tidak bebas bergerak karena
di bekukan dan struktur sarang lebah terbentuk.
3
4. Pengeringan cepat
Pengeringan konvensional terdiri dari mencampurkan dan memanaskan
padatan untuk mencapai pengeringan yang merata, dan secara bersamaan
mengangkut uap dari permukaan padatan untuk mempertahankan laju
perpindahan massa yang tinggi.
5. Pengering daur ulang
Mayoritas operasi pengering tergantung pada pemanasan langsung
menggunakan aliran tinggi udara panas.
(Laksono, 2012)
4
pemanas udara. Suhu dan kelembapan udara dapat berbeda di berbagai bagian untuk
memberikan kondisi optimal untuk pengeringan di setiap titik. Bahan dengan butiran
kasar, bersisik, atau berserat dapat melewati sirkulasi tanpa perlakuan dan tanpa
kehilangan material melalui screen. Namun bahan pasta atau cake filter dari partikel
halus harus dibentuk terlebih dahulu sebelum dapat ditangani pada screen conveyor.
Pengering ini dengan khusus dapat diterapkan ketika kondisi pengeringan harus
diubah secara signifikan karena kadar air padatan berkurang. (Mc Cabe, 2005).
4. Rotatory dryers
Padatan granular dan beberapa slurry dapat dikeringkan di dalam silinder
yang dapat berputar diatur pada sudut kecil dengan dengan horizontal. Bahan yang
akan dikeringkan diumpankan di ujung atas dan bahan yang dikeringkan dikeluarkan
dari ujung bawah.
B. Pengeringan untuk bahan yang berbentuk bubur
1. Drum dryers
Pengering drum terdiri dari gulungan logam yang dipanaskan bagian
luarnya, lapisan bubur diuapkan sampai kering. Padatan kering akan terkikis dari
gulungan yang berputar. Pengering drum cocok untuk mengeringkan pasta padat atau
bubur dalam jumlah suspensi halus dan untuk larutan (Geankoplis, 1993).
2. Spray Dryer
Metode spay dryer adalah mengeringkan cairan dengan cara
mengkontakkan butiran-butiran cairan dengan suatu arah yang berlawanan atau searah
dengan udara panas. Kecepatan umpan, suhu pengeringan dan kecepatan udara
pengeringandapat diukur sehingga dapat dioperasikan secara continu untuk mencapai
kapasitas tertentu. Kelmbaban udara dapat diturunkan dengan melewatkan udara
dalam kolom adsorben yang akan menguapkan uap air di dalamnya sebelum masuk
dalam ruang pemanas (Dwika, 2012).
5
(Abasi, 2016)
II.2.5. Wet Bulb Temperature dan Dry Bulb Temperature
6
Gambar II.3 Pengukuran Suhu Wet Bulb
Pada Gambar II.3 di mana termometer ditutup dengan sumbu atau kain. Sumbu
dijaga tetap basah oleh air dan dibenamkan dalam aliran uap air-udara yang mengalir
bersuhu T (suhu bola kering) dan kelembaban. Pada kondisi stabil, air menguap ke
aliran gas. Sumbu dan air didinginkan hingga Tw dan tetap pada suhu konstan ini.
Panas laten penguapan persis diimbangi oleh panas konvektif yang mengalir dari aliran
gas di T ke sumbu pada suhu yang lebih rendah Tw
(Geankoplis, 1993).
Dimana:
Xt = moisture content
W = berat bahan basah (kg), dan
Ws = berat bahan kering (kg)
7
perpindahan massa di sebuah film air pada permukaan penguapan. Laju pengeringan
dapat didekati dengan persamaan berikut.
𝐿𝑠 𝑑𝑋
𝑅=− ………………………………………………………………… (2)
𝐴 𝑑𝑡
Dimana:
R = laju pengeringan (kg H2O yang diuapkan/jam.m2 )
Ls = berat bahan kering (kg),
A= luas permukaan bahan (m2 ), dan
t = waktu (jam)
(Tim Dosen OTK,2021)
II.2.8 Humidity
Humidifikasi melibatkan transfer air dari fase cair ke dalam campuran gas
udara dan uap air. Dehumidifikasi melibatkan transfer balik, di mana uap air ditransfer
dari bentuk uap ke bentuk cair. Humidifikasi dan dehumidifikasi juga dapat mengacu
pada campuran uap bahan seperti benzena, tetapi sebagian besar aplikasi praktis terjadi
dengan air. Untuk lebih memahami kelembaban, pertama-tama perlu dibahas tekanan
uap air
8
kering. Kelembaban yang ditentukan hanya bergantung pada tekanan parsial PA dari
uap air di udara dan tekanan total P (diasumsikan di seluruh bab ini 101,325 kPa, 1,0
atm abs, atau 760 mm Hg).
9
II.2.10 Tahapan Drying Period dan Laju Pengeringan
Dalam pengeringan, perlu untuk menghilangkan kelembaban bebas dari
permukaan dan juga kelembaban interior material. Jika perubahan kadar air untuk
suatu bahan ditentukan sebagai fungsi waktu, diperoleh kurva halus dari mana laju
pengeringan berapapun kadar air yang diberikan dapat dievaluasi. Bentuk kurva laju
pengeringan bervariasi dengan struktur dan jenis material, dan dua kurva tipikal
ditunjukkan pada Gambar II.7 Di kurva 1, ada dua zona yang ditentukan dengan baik:
AB, di mana laju pengeringan konstan dan BC, di mana ada penurunan yang stabil
dalam laju pengeringan karena kadar air berkurang. Kadar air pada akhir periode laju
konstan diwakili oleh titik B, dan ini dikenal sebagai kadar air kritis. Kurva 2
menunjukkan tiga tahap, DE, EF dan FC. Tahap DE mewakili periode tingkat konstan,
dan EF dan FC adalah tingkat jatuh periode. Dalam hal ini, Bagian EF adalah garis
lurus, dan hanya bagian FC melengkung. Bagian EF dikenal sebagai periode tingkat
jatuh pertama dan tahap akhir, ditampilkan sebagai FC, sebagai periode jatuh kedua.
Keterangan :
R = laju pengeringan (Kg H2O teruapkan/jam.m2)
L = Berat bahan kering (Kg)
10
A = Luas permukaan (m2)
T = Waktu pengeringan (jam)
X = Tebal bahan (m)
(Tim Dosen, 2021)
11
II.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Drying
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan yaitu faktor
yang berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan
sifat bahan yang dikeringkan.
Berikut faktor-faktor yang berhubungan dengan udara pengering diantaranya yaitu
1. Suhu
Suhu mempengaruhi proses transfer panas dan laju alir udara pengering yang
mempengaruhi proses transfer momentum. Pada temperatur yang semakin tinggi dan
dengan bertambahnya laju alir udara pengering,penurunan kadar air semakin
meningkat.
2. Aliran udara
Bertambahnya kecepatan udara pengering akan meningkatkan difusi panas
udara ke dalam butiran-butiran umpan sehingga meningkatkan jumlah air yang dapat
diuapkan.
3. Kelembapan Udara
Kelembapan udara yang rendah akan meningkatkan panas udara mengering
(Dwika,2012).
12
II.4 Sifat Bahan
II.4.1 Kentang
A. Sifat fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih, kuning
3. Bentuk : lonjong
4. Bau : tidak berbau
B. Sifat kimia
1. Kadar air : 80%
2. Kadar karbohidrat : 27%
3. Kadar pati : 18%
4. Kadar gula : 0.71%
(Tufiqullah, 2020)
C. Fungsi : Sebagai bahan yang dikurangi kadar airnya dengan cara pengeringan
13
II.5 Hipotesa
Pada percobaan drying, luas permukaan dari bahan akan mempengaruhi lama
waktu proses pengeringan, dimana semakin luas permukaan bahan, maka waktu
pengeringan yang dibutuhkan semakin singkat. Selain itu, semakin lama waktu
pengeringan, maka kadar air yang terkandung dalam bahan akan semakin sedikit.
14
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Kentang
III.2 Alat
1. Oven
2. Neraca Analitik
3. Stopwatch
4. Pisau/Cutter
5. Kaca Arloji
15
III.3.1 Rangkaian Alat
Keterangan :
1. Oven
2. Indikator suhu
3. Pengatur suhu
4. Loyang
16
III.4 Prosedur Percobaan
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Perhitungan
Tabel IV. 1 Pengamatan Massa Bahan Terhadap Waktu Pengovenan
Suhu Waktu
Tw Td Massa Bahan (gram)
Pengovenan pengeringan
(℃) (℃)
(℃) (Menit) Balok Kubus Bola
0 60,5 50,21 40,7
5 59,42 49,31 39,58
10 58,72 48,53 38,43
15 57,91 47,82 37,72
20 56,95 46,92 36,72
25 56,52 46,51 36,51
30 55,69 45,77 35,77
35 55,09 45,06 35,06
40 54,53 44,53 34,53
45 53,88 43,88 33,88
50 53,3 43,3 33,3
55 52,56 42,56 32,56
100 26,67 71,11 60 52,04 42,04 32,04
65 51,25 41,25 31,25
70 50,71 40,71 30,71
75 50,25 40,25 30,25
80 49,61 39,61 29,61
85 49,14 39,14 29,14
90 48,49 38,49 28,49
95 47,81 37,81 27,81
100 47,24 37,24 27,24
105 47,02 37,02 27,02
110 46,87 36,87 26,87
115 46,76 36,76 26,76
120 46,71 36,71 26,71
18
Tabel IV. 2 Kandungan Air yang Hilang Bahan Singkong
19
Tabel IV. 3 Laju Pengeringan pada Bahan Singkong
20
IV.2 Grafik dan Pembahasan
Pada percobaan drying dilakukan pengeringan bahan singkong
menggunakan oven berbentuk balok, kubus, dan bola dengan menggunakan suhu
pengovenan sebesar 100 C. Nilai welb bulb temperature standar adalah sebesar 71,11
dan nilai dry bulb temperature standar adalah sebesar 26,7 C. Percobaan ini dilakukan
dengan interval waktu 5 menit hingga massa bahan tersebut konstan dengan luas
permukaan kubus, balok dan bola berturut-turut yaitu sebesar 0,0054m2
; 0,007 m2; 0,006m2
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu, t (menit)
21
dalam ruang pengering yang semakin tinggi. semakin tinggi suhu udara pemanas
maka semakin cepat bahan mengalami pengeringan. Hal ini akan mendorong makin
cepatnya proses pemindahan atau penguapan air sehingga waktu pengeringan akan
menjadi lebih singkat.
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
-0.005
Kadar Air Total (x)
Gambar IV. 2 Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang Hilang
pada Bahan Singkong Bentuk Balok
Dari percobaan, diperoleh data berupa laju pengeringan dan kadar air total pada
singkong. Gambar IV.2 adalah hubungan laju pengeringan dengan bahan kadar air
Gambar IV. 3 Hubungan Massa Bahan dengan WaktuGambar IV. 4 Hubungan
yang hilang pada bahan singkong bentuk balok dengan interval waktu 5 menit. Dari
Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang Hilang pada Bahan Singkong
grafik dapat dilihat bahwa hubungan laju pengeringan dengan kadar air yang hilang
Bentuk Balok
adalah berbanding lurus. Grafik diatas menunjukkan bahwa terdapat periode
pengeringan, yaitu penyesuaian temperature bahan yang dikeringkan pada saat laju
Gambar IV.
pengeringan 5 Hubungan
antara Massa pengeringan
0,0256-0,0215; Bahan dengan WaktuGambar
dengan kecepatanIV. 6 Hubungan
konstan (Constant
RateLaju Pengeringan
Periode) dengan
pada saat lajuBahan Kadar Air
pengeringan yang0,0188-0,0159;
antara Hilang pada Bahan
dan Singkong
pengeringan
dengan kecepatan menurun (Falling Bentuk
RateBalok
Periode) pada saat laju pengeringan
0,0000001 hingga kadar air bahan habis dan bahan akan kering sepenuhnya.
Berdasarkan hasil
Gambar IV. tersebut menunjukkan
7 Hubungan Massa Bahanbahwa
dengansemakin kecil kadar
WaktuGambar IV. 8airHubungan
yang hilang
maka akan
Laju semakin dengan
Pengeringan kecil juga lajuKadar
Bahan pengeringannya. Hasil
Air yang Hilang yang
pada didapatkan
Bahan Singkongpada
percobaan ini telah sesuai dengan teori yangBalok
Bentuk dinyatakan Widjarnako (2012) semakin
tinggi suhu udara pemanas maka semakin cepat bahan mengalami pengeringan, hal
ini akan mendorong makin cepatnya proses pemindahan atau penguapan air sehingga
waktu pengeringan akan menjadi lebih singkat.
22
Grafik Laju Pengeringan (R) vs Kadar Air Total (x)
0.016
0.014
Laju Pengeringan (R)
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
-0.002
Kadar Air Total (x)
Gambar IV.9 Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang
Hilang pada Bahan Singkong Bentuk Kubus
Dari percobaan, diperoleh data berupa laju pengeringan dan kadar air total pada
singkong. Gambar IV.2 adalah hubungan laju pengeringan dengan bahan kadar air
Gambar IV. 10 Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang
yang hilang pada bahan singkong bentuk balok dengan interval waktu 5 menit. Dari
Hilang pada Bahan Singkong Bentuk BalokGambar IV.11 Hubungan Laju
grafik dapat dilihat bahwa hubungan laju pengeringan dengan kadar air yang hilang
Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang Hilang pada Bahan Singkong
adalah berbanding lurus. Grafik diatas menunjukkan bahwa terdapat periode
Bentuk Kubus
pengeringan, yaitu penyesuaian temperature bahan yang dikeringkan pada saat laju
pengeringan antara 0,0139-0,0133; pengeringan dengan kecepatan konstan (Constant
Rate Gambar
Periode)IV. 12 Hubungan
pada Laju Pengeringan
saat laju pengeringan antaradengan Bahan Kadar
0,01114-0,0094; danAir yang
pengeringan
Hilang pada
dengan kecepatan menurun Bahan Rate
(Falling Singkong Bentuk
Periode) Balok
pada saat laju pengeringan
0,00000009 hingga kadar air bahan habis dan bahan akan kering sepenuhnya.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil kadar air yang hilang
Gambar IV. 13 Hubungan Massa Bahan dengan WaktuGambar IV. 14
maka akan semakin kecil juga laju pengeringannya. Hasil yang didapatkan pada
Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang Hilang pada
percobaan ini telah sesuai dengan teori yang dinyatakan Widjarnako (2012) semakin
Bahan Singkong Bentuk BalokGambar IV.15 Hubungan Laju Pengeringan
tinggi suhu udara pemanas maka semakin cepat bahan mengalami pengeringan, hal
dengan Bahan Kadar Air yang Hilang pada Bahan Singkong Bentuk Kubus
ini akan mendorong makin cepatnya proses pemindahan atau penguapan air sehingga
waktu pengeringan akan menjadi lebih singkat.
Gambar IV. 16 Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang
Hilang pada Bahan Singkong Bentuk BalokGambar IV.17 Hubungan Laju
Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang Hilang pada Bahan Singkong
Bentuk Kubus
23
Grafik Laju Pengeringan (R) vs Kadar Air Total (x)
0.045
0.04
Laju Pengeringan (R)
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Kadar Air Total (x)
Gambar IV.18 Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang
Hilang pada Bahan Singkong Bentuk Bola
Dari percobaan, diperoleh data berupa laju pengeringan dan kadar air total pada
singkong. Gambar
Gambar IV.4
IV.19 adalah hubungan
Hubungan laju pengeringan
Laju Pengeringan dengan
dengan Bahan bahan
Kadar Air kadar
yang air
yang hilang
Hilangpada
padabahan
Bahansingkong
Singkongbentuk
Bentukbalok dengan interval
KubusGambar IV.20waktu 5 menit.
Hubungan LajuDari
grafik dapat dilihat
Pengeringan bahwa
dengan hubungan
Bahan lajuyang
Kadar Air pengeringan dengan
Hilang pada kadar
Bahan air yangBentuk
Singkong hilang
adalah berbanding lurus. Grafik diatasBola
menunjukkan bahwa terdapat periode
pengeringan, yaitu penyesuaian temperature bahan yang dikeringkan pada saat laju
pengeringan antara 0,0391-0,002671; pengeringan dengan kecepatan konstan
Gambar IV.21 Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang
(Constant Rate Periode) pada saat laju pengeringan antara 0,0225-0,0185; dan
Hilang pada Bahan Singkong Bentuk Kubus
pengeringan dengan kecepatan menurun (Falling Rate Periode) pada saat laju
pengeringan 0,00135 hingga kadar air bahan habis dan bahan akan kering sepenuhnya.
Berdasarkan
Gambarhasil
IV. tersebut menunjukkan
22 Hubungan bahwa semakin
Laju Pengeringan dengankecil
Bahankadar airAir
Kadar yang hilang
yang
maka akan
Hilangsemakin kecilSingkong
pada Bahan juga lajuBentuk
pengeringannya. Hasil
BalokGambar yang
IV.23 didapatkan
Hubungan Lajupada
percobaan ini telah
Pengeringan sesuai
dengan dengan
Bahan teori
Kadar Airyang
yangdinyatakan Widjarnako
Hilang pada (2012) semakin
Bahan Singkong Bentuk
tinggi suhu udaraIV.24
KubusGambar pemanas maka semakin
Hubungan cepat bahan
Laju Pengeringan mengalami
dengan Bahan pengeringan, hal
Kadar Air yang
ini akan mendorong makin cepatnya
Hilang prosesSingkong
pada Bahan pemindahan atauBola
Bentuk penguapan air sehingga
waktu pengeringan akan menjadi lebih singkat.
Gambar IV.25 Hubungan Laju Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang
Hilang pada Bahan Singkong Bentuk KubusGambar IV.26 Hubungan Laju
Pengeringan dengan Bahan Kadar Air yang Hilang pada Bahan Singkong Bentuk
Bola
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Percobaan pengeringan ini dilakukan secara batch. Dimana dalam percobaan
ini diberikan variabel interval waktu pengeringan sebesar 5 menit dan pada
setiap interval waktu, bahan singkong dikeluarkan dari oven untuk ditimbang
sehingga dapat diketahui berat bahan singkong konstan.
2. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan laju pengeringan
bahan singkong bentuk balok, kubus, dan bola pada constant rate periode
(interval waktu 95 menit) berturut-turut yaitu 0,0159 gr/cm2.menit; 0,0210
gr/cm2.menit; dan 0,0185 gr/cm2.menit
3. Pengaruh luas permukaan, kadar air, temperatur, dan jenis bahan terhadap laju
pengeringan yaitu semakin besar luas permukaan bahan singkong maka
semakin banyak kadar air yang berkurang pada bahan. Hal ini dikarenakan
oleh perpindahan panas akan terjadi lebih mudah pada permukaan bahan
singkong yang luas. Selanjutnya setiap jenis bahan memiliki kadar air yang
berbeda sehingga laju pengeringannya juga berbeda. Dimana pengaruhnya
terhadap temperatur yaitu semakin tinggi suhu pengeringan maka proses
pengeringan akan semakin cepat.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan praktikan memperhatikan waktu saat dilakukan
pengeringan bahan agar diperoleh data yang sesuai
2. Sebaiknya praktikan tidak terlalu lama meletakkan bahan di udara terbuka agar
kadar air yang ada dalam bahan tidak berkurang sebelum dilakukan
pengeringan pada bahan
3. Sebaiknya praktikan ketika melakukan penimbangan bahan setelah
pengeringan dilakukan dengan tepat sehingga tidak ada udara yang dapat
mempengaruhi berat bahan
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
I. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Massa Awal dan Luas Permukaan Sampel
Bahan Bentuk Luas Permukaan Massa Massa
(m^2) Awal (gr) Akhir (gr)
27
Tabel 2. Massa Sampel Selama Pengeringan
Suhu oven Tw Td Waktu Massa Bahan (gr)
(℃) (℃) (℃) (Menit)
Balok Kubus Bola
100 26,67 71,11 0 50,4 30,3 40,7
5 49,3 29,28 39,58
10 48,6 28,53 38,43
15 47,9 27,82 37,72
20 46,92 26,92 36,72
25 46,51 26,51 36,51
30 45,77 25,77 35,77
35 45,06 25,06 35,06
40 44,53 24,53 34,53
45 43,88 23,88 33,88
50 43,3 23,3 33,3
55 42,56 22,56 32,56
60 42,04 22,04 32,04
65 41,25 21,25 31,25
70 40,71 20,71 30,71
75 40,25 20,25 30,25
80 39,61 19,61 29,61
85 39,14 19,14 29,14
90 38,49 18,49 28,49
95 37,81 17,81 27,81
100 37,24 17,24 27,24
105 37,02 17,02 27,02
110 36,87 16,87 26,87
115 36,76 16,76 26,76
120 36,71 16,71 26,71
28
II. Analisis Data dan Perhitungan
a. Membuat plot waktu (menit) vs massa bahan (gram)
29
Tabel 3. Kadar Air Total
Waktu Pengeringan Kadar Air
(Menit) (%)
Balok Kubus Bola
0 0,372923 0,813285 0,523774
5 0,342958 0,752244 0,481842
10 0,32389 0,707361 0,438787
15 0,304822 0,664871 0,412205
20 0,278126 0,611011 0,374766
25 0,266957 0,586475 0,366904
30 0,246799 0,54219 0,339199
35 0,227458 0,499701 0,312617
40 0,213021 0,467983 0,292774
45 0,195315 0,429084 0,268439
50 0,179515 0,394375 0,246724
55 0,159357 0,35009 0,219019
60 0,145192 0,318971 0,199551
65 0,123672 0,271694 0,169974
70 0,108962 0,239378 0,149757
75 0,096431 0,211849 0,132535
80 0,078998 0,173549 0,108574
85 0,066194 0,145422 0,090977
90 0,048488 0,106523 0,066642
95 0,029965 0,065829 0,041183
100 0,014437 0,031718 0,019843
105 0,008445 0,018552 0,011606
110 0,004358 0,009575 0,00599
115 0,001362 0,002992 0,001872
120 0 0 0
C. Menghitung laju pengeringan (R)
R = 𝐿𝑠 × ⅆ𝑋
𝐴 ⅆ𝑡
Dimana,
R = Laju pengeringan
Ls = Massa bahan kering (kg)
30
A = Luas permukaan bahan (m2) dX/dt = Slope
dari plot Kadar air terhadap waktu
0.3
0.25
y = 4E-06x2 - 0.0038x + 0.3592
0.2 R² = 0.9993 ZONA 1
0.15 ZONA 2
0.1 ZONA 3
y = 3E-05x2 - 0.0072x + 0.4412
0.05 R² = 0.9998
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu, t (menit)
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Kadar Air Total Singkong
Berbentuk Balok
31
Tabel 4. dX/dt pada Sampel Singkong Balok
Menggunakan increment = 0,00001
Zona t1 t2 X1 X2 dx/dt
0 0,00001 0,371 0,371 -0,0049
5 5,00001 0,347 0,347 -0,0047
Zona 1 10 10,00001 0,324 0,324 -0,0045
15 15,00001 0,302 0,302 -0,0043
20 20,00001 0,281 0,281 -0,0041
25 25,00001 0,2667 0,2667 -0,0036
30 30,00001 0,2488 0,2488 -0,0036
35 35,00001 0,2311 0,2311 -0,0035
40 40,00001 0,2136 0,2136 -0,0035
45 45,00001 0,1963 0,1963 -0,0034
50 50,00001 0,1792 0,1792 -0,0034
55 55,00001 0,1623 0,1623 -0,0034
Zona 2 60 60,00001 0,1456 0,1456 -0,0033
65 65,00001 0,1291 0,1291 -0,0033
70 70,00001 0,1128 0,1128 -0,0032
75 75,00001 0,0967 0,0967 -0,0032
80 80,00001 0,0808 0,0808 -0,0032
85 85,00001 0,0651 0,0651 -0,0031
90 90,00001 0,0496 0,0496 -0,0031
95 95,00001 0,0343 0,0343 -0,003
100 100,00001 0,0212 0,0212 -0,0012
105 105,00001 0,01595 0,01595 -0,0009
Zona 3 110 110,00001 0,0122 0,0122 -0,0006
115 115,00001 0,00995 0,00995 -0,0003
120 120,00001 0,0092 0,0092 3,1E-10
Laju Pengeringan singkong berbentuk balok pada menit ke-5
𝐿𝑠 𝑑𝑥
𝑅= ×
𝐴 𝑑𝑡
0,03671 𝑘𝑔
= × (−0,0047)
0,007 𝑚2
= 0,02464 𝑔𝑟𝑎𝑚 ⁄ 𝑐𝑚 . 𝑚2
32
2. Grafik untuk perhitungan dX/dt pada Singkong Berbentuk Kubus
0.6
0.5 y = 9E-06x2 - 0.0085x + 0.7891
R² = 0.9993
0.4
0.3
0.2 y = 6E-05x2 - 0.0159x + 0.9693
R² = 0.9998
0.1
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu, t (menit)
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Kadar Air Total Singkong
Berbentuk Kubus
33
Tabel 5. dX/dt pada Sampel Singkong Balok
Menggunakan increment = 0,00001
Zona t1 t2 X1 X2 dx/dt
Zona 1 0 0,00001 0,8105 0,8105 -0,0108
5 5,00001 0,75775 0,75775 -0,0103
10 10,00001 0,7075 0,7075 -0,0098
15 15,00001 0,65975 0,65975 -0,0093
20 20,00001 0,6145 0,6145 -0,0088
Zona 2 25 25,00001 0,58223 0,58222 -0,008
30 30,00001 0,5422 0,5422 -0,008
35 35,00001 0,50263 0,50262 -0,0079
40 40,00001 0,4635 0,4635 -0,0078
45 45,00001 0,42483 0,42482 -0,0077
50 50,00001 0,3866 0,3866 -0,0076
55 55,00001 0,34883 0,34882 -0,0075
60 60,00001 0,3115 0,3115 -0,0074
65 65,00001 0,27463 0,27462 -0,0073
70 70,00001 0,2382 0,2382 -0,0072
75 75,00001 0,20223 0,20222 -0,0071
80 80,00001 0,1667 0,1667 -0,0071
85 85,00001 0,13163 0,13162 -0,007
90 90,00001 0,097 0,097 -0,0069
95 95,00001 0,06282 0,06282 -0,0068
Zona 3 100 100,00001 -0,0207 -0,0207 -0,0039
105 105,00001 -0,0387 -0,0387 -0,0033
110 110,00001 -0,0537 -0,0537 -0,0027
115 115,00001 -0,0657 -0,0657 -0,0021
120 120,00001 -0,0747 -0,0747 -0,0015
Laju Pengeringan singkong berbentuk kubus pada menit ke-5
𝐿𝑠 𝑑𝑥
𝑅= ×
𝐴 𝑑𝑡
0,01671 𝑘𝑔
= × (−0,00445)
0,0054 𝑚2
= 0,0013 𝑔𝑟𝑎𝑚 ⁄ 𝑐𝑚 . 𝑚2
34
3. Grafik untuk perhitungan dX/dt pada Singkong Berbentuk Bola
0.6
y = 7E-05x2 - 0.0088x + 0.5234
0.5 R² = 0.9972
Kadar air total (x)
0.4
Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Kadar Air Total Singkong
Berbentuk Bola
35
Tabel 6. dX/dt pada Sampel Singkong Berbentuk Bola
Menggunakan increment = 0,00001
Zona t1 t2 X1 X2 dx/dt
Zona 1 0 0,00001 0,5234 0,5234 -0,0088
5 5,00001 0,48115 0,48115 -0,0081
10 10,00001 0,4424 0,4424 -0,0074
15 15,00001 0,40715 0,40715 -0,0067
20 20,00001 0,3754 0,3754 -0,006
Zona 2 25 25,00001 0,36485 0,36485 -0,005
30 30,00001 0,34 0,34 -0,0049
35 35,00001 0,31545 0,31545 -0,0049
40 40,00001 0,2912 0,2912 -0,0048
45 45,00001 0,26725 0,26725 -0,0048
50 50,00001 0,2436 0,2436 -0,0047
55 55,00001 0,22025 0,22025 -0,0046
60 60,00001 0,1972 0,1972 -0,0046
65 65,00001 0,17445 0,17445 -0,0045
70 70,00001 0,152 0,152 -0,0045
75 75,00001 0,12985 0,12985 -0,0044
80 80,00001 0,108 0,108 -0,0043
85 85,00001 0,08645 0,08645 -0,0043
90 90,00001 0,0652 0,0652 -0,0042
95 95,00001 0,04425 0,04425 -0,0042
Zona 3 100 100,00001 0,0164 0,0164 -0,0019
105 105,00001 0,0079 0,0079 -0,0015
110 110,00001 0,0014 0,0014 -0,0011
115 115,00001 -0,0031 -0,0031 -0,0007
120 120,00001 -0,0056 -0,0056 -0,0003
𝐿𝑠 𝑑𝑥
𝑅= ×
𝐴 𝑑𝑡
0,02671 𝑘𝑔
= × (−0,0081)
0,006 𝑚2
= 0,0036 𝑔𝑟𝑎𝑚 ⁄ 𝑐𝑚 . 𝑚2
36
Tabel 7. Laju Pengeringan Singkong terhadap Waktu
Waktu Pengeringan Laju Pengeringan (R)
(Menit) Balok Kubus Bola
0 0,0257 0,03342 0,03917
5 0,02465 0,03187 0,03606
10 0,0236 0,03033 0,03294
15 0,02255 0,02878 0,02983
20 0,0215 0,02723 0,02671
25 0,01888 0,02491 0,02226
30 0,01867 0,02463 0,02199
35 0,01846 0,02435 0,02172
40 0,01825 0,02407 0,02146
45 0,01804 0,0238 0,02119
50 0,01783 0,02352 0,02092
55 0,01762 0,02324 0,02066
60 0,01741 0,02296 0,02039
65 0,0172 0,02268 0,02012
70 0,01699 0,0224 0,01985
75 0,01678 0,02213 0,01959
80 0,01657 0,02185 0,01932
85 0,01636 0,02157 0,01905
90 0,01615 0,02129 0,01879
95 0,01594 0,02101 0,01852
100 0,00629 0,01207 0,00846
105 0,00472 0,01021 0,00668
110 0,00315 0,00835 0,0049
115 0,00157 0,0065 0,00312
120 -2E-09 0,00464 0,00134
37