Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

MATERIAL TEKNIK

UJI IMPAK

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Siti Watsiqoh
NPM : 3333200002
Kelompok : 18
Rekan : 1. Boby Riansyah
2. Aryu Mulia Putri W
3. Denissa Maharani
4. Pandu Bondan T.
Tanggal Praktikum : 03 Desember 2021
Tanggal Pengumpulan Lap. : 18 Desember 2021
Asisten : Muhammad Mizar Muzakhi

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk Laporan Tanda Tangan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT UNTIRTA

Cilegon, Desember 2021

(Muhammad Mizar Muzakhi)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ........................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 1
1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Uji Impak ....................................................................................... 3
2.2 Metode Pengujian Impak ............................................................... 5
2.2.1 Metode Charpy....................................................................... 5
2.2.2 Metode Izod............................................................................ 8
2.3 Jenis Patahan ................................................................................ 8
BAB III METODE PERCOBAAN ............................................................. 10
3.1 Diagram Alir............................................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 11
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan .................................................. 11
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan .......................................... 11
3.3 Prosedur Percobaan ....................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 13
4.1 Hasil Percobaan .................................................................... 13
4.2 Pembahasan .......................................................................... 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 19
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 19
5.2 Saran ..................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN ...................................................... 21
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS .......... 23

iii
LAMPIRAN C. BLANKO PERCOBAAN .......................................................... 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Sketsa Perhitungan Energi Impak ...................................................... 3
Gambar 2.2 Alat Uji Impak Charpy ....................................................................... 6
Gambar 2.3 Pembebanan Metode Charpy ............................................................. 7
Gambar 2.4 Pembebanan Metode Izod .................................................................. 8
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Uji Impak .................................................. 11
Gambar 4.1 Hubungan Temperature Terhadap Harga Impak .............................. 14
Gambar 4.2 Hubungan Temperature Terhadap % Patahan .................................. 15
Gambar 4.3 Sampel 100 °C................................................................................... 16
Gambar 4.4 Sampel 25 °C..................................................................................... 17
Gambar 4.5 Sampel 5 °C....................................................................................... 17
Gambar 4.6 Grafik Temperature Transisi . ........................................................... 18

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan ......................................................................... 22
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus .......................................... 24
Lampiran C. Contoh Blangko Percobaan ............................................................. 30

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


sifat mekanik material muncul ketika menerima gaya atau beban. Dalam
dunia industri, contohnya industri manufaktur salah satu aspek yang diperhatikan
adalah kemampuan suatu material dalam menerima beban kejut. Suatu material
yang awalnya ulet dapat tiba-tiba gagal dengan deformasi plastis yang sangat kecil
atau patah getas. Untuk itu diperlukan pengujian material agar dapat mengetahui
sifat material yang disebut uji impakPengujian impak merupakan salah satu cara
untuk mengetahui kekuatan, kekerasan, serta keuletan suatu material logam.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji sifat mekanik yang dimiliki oleh suatu
logam atau baja. Uji impak ini digunakan untuk menentukan kecenderungan
material untuk rapuh ataupun ulet berdasarkan sifat ketangguhannya.
Pengujiannya berupa pegukuran terhadap beban kejut yang sering ditemui dalam
suatu alat transportasi maupun konstruksi dimana sering terjadi pembebanan kejut
secara tiba-tiba.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui
pengaruh temperatur terhadap harga impak (HI) serta jenis patahan dan sifat
perpatahan berdasarkan persen patahan.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada praktikum ini terbagi menjadi variabel
bebas dan terikat. Variabel bebas pada percobaan ini berupa pengaruh temperatur.
Variabel terikat pada percobaan ini berupa jenis dan sifat patahan yang terbentuk
dan juga harga impak.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika penulisan dalam laporan ini terdiri dari lima bab. Bab
I menjelaskan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan percobaan, batasan
masalah, dan sistematika penulisan laporan. Bab II berisi tinjauan pustaka yang
2

menjelaskan teori-teori singkat yang berkaitan dengan percobaan. Bab III


menjelaskan metode percobaan yang terdiri dari diagram alir percobaan, alat dan
bahan, serta prosedur percobaan. Bab IV berisi hasil dan pembahasan yang
menjelaskan data percobaan yang didapat saat praktikum. Bab V berisi
kesimpulan yang didapat dari percobaan dan saran berisi anjuran agar percobaan
yang dilakukan dapat maksimal. Selain lima bab tersebut, di akhir laporan
terdapat daftar pustaka yang berisi referensi teori dan lampiran yang meliputi
lampiran contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus, serta blanko
percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1` Uji Impak


Pengujian impak merupakan pengujian yang digunakan untuk mengukur
ketahanan bahan terhadap suatu beban yang di berikan secara tiba-tiba (beban
kejut). Pada pengujian impak, berguna untuk melihat efek yang ditimbulkan oleh
adanya takikan, bentuk takikan, temperature, dan faktor faktor lainya. Pengujian
impak mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dimana
beban tidak selamanya terjadi secara perlahan melainkan beban datang secara
tiba-tiba. Dalam pengujian impak suatu bahan atau material akan menerima beban
tumbuk secara tiba tiba dan akan diukur besaran energi yang diperlukan untuk
mematahkan spesimen dengan ayunan [2]. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Sketsa Perhitungan Energi Impak [2]

Nilai besarnya energi impak (joule) Dapat dilihat pada skala mesin
penguji. Sedangkan besarnya energy impak secara teoritis dapat dihitung dengan
persamaan berikut :

E0 = W × h0……...……………………………..….(2.1)
4

E1 = W × h1………...…………………………..….(2.2)
= E0 – E1
= W– (h0 – h1) ……...…….………………...…..(2.3)
h0 = ℓ - ℓcosα
= ℓ (1- cosα) ……...…….………………...…….(2.4)
h1 = ℓ - ℓcos
= ℓ (1 - cos ………….………………...……..(2.5)
Substitusi persamaan dari persmaan 2.3, 2.4, 2.5 :
W ℓ(cos cosα) ……..………………...…..(2.6)
Keterangan :
E0 : Energi Awal (J)
E1 : Energi Akhir (J)
W : Berat Bandul (N)
h0 : ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 : ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ : panjang lengan bandul (m)
α : Sudut awal (º)
: Sudut awal (º)
Uji impak merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui kekuatan, kekerasan, serta keuletan material. Oleh karena itu uji
impak banyak dipakai dalam bidang menguji sifat mekanik yang dimiliki oleh
suatu material tersebut [4]. Pada uji impak, digunakan pembebanan secara cepat
atau dapat disebut rapid loading. Pembebanan cepat disebut dengan beban impak,
hal ini terjadi karena adanya proses penyerapan energi yang besar dari energi
kinetik suatu beban yang menumbuk ke benda uji. Proses penyerapan energi yang
besar terjadi ketika beban menumbuk spesimen. Energi yang diserap dapat
dihitung dengan menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Prinsip
pengujian impak ini adalah menghitung energi diserap oleh spesimen [3]. Energi
impak berasal dari energi potensial pendulum (beban) yang diubah menjadi energi
kinetik (gerak). Energi yang dilepas oleh pendulum besarnya dapat diketahui dari
ketinggian awal dan akhir kedudukan pendulum, jarak titik ayun dengan titik takik
5

dan berat pendulum. Jika jarak titik ayun dengan titik takik dan berat pendulum
tetap, maka energi impak bergantung pada kedudukan awal atau kedudukan mula-
mula dan keududkan akhir pendulum. Keakuratan nilai pengujian bergantung
pada jenis material, jarak titik ayun dengan titik takik (lengan pendulum) dan
berat pendulum [1].
Menurut ASTM E23, spesimen logam uji impak memiliki standar dimensi
panjang, kedalaman dan takik. Ukuran standar yang digunakan untuk bentuk
batang adalah luas penampang 10 x 10 mm dengan panjang 75 mm, sedangkan
takik Vnya memiliki standar sudut 45° dengan kedalaman takik 2 mm. Takik atau
notch yang umumnya dipakai pada pengujian impak berupa takik-V, takik-U atau
takik Lubang kunci (Key-hole). Tetapi, pada metode izod hanya berlaku model
takik V [1]. Prinsip pengukuran secara skematis terjadi karena sebagian energi
akan diserap dinyatakan dalam satuan joule dan di baca langsung pada skala (dial)
petunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat dimesin penguji [5].
2.2 Metode Pengujian Impak
Pada proses pengujian mpak, terdapat 2 metode standar yang dapat
dilakukan yaitu metode charpy dan metode izod. Pada metode charpy banyak
digunakan di Negara Amerika, sedangkan metode izod sebagiab besar banyak
digunakan didataran eropa tepatnya Negara Inggris. Posisi pembebanan metode
impak charpy adalah spesimen mendapatkan pembebanan dari atas. Posisi
pembebanan metode impak izod adalah spesimen mendapatkan pembebanan dari
depan. Dalam uji impak Izod memungkinan spesimen yang di uji tidak hanya
logam saja tetapi dapat berupa bahan plastik atau bahan lainnya. Metode charpy
banyak digunakan pada industri dengan keselamatan yang kritis, karena mudah
untuk dipersiapkan dan dilakukan. Kemudian hasil pengujian dapat diperoleh
dengan cepat dan murah [6].
2.2.1 Metode Charpy
Pengujian impak charpy dikenal juga sebagai tes charpy v-notch
merupakan standar pengujian laju regangan tinggi yang menentukan jumlah
energy yang diserap oleh bahan selama terjadi patahan. Tujuan uji impak charpy
adalah untuk mengetahui kegetasan terhadap benda uji tersebut. Percobaan uji
6

impact charpy dilakukan dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap


benda uji yang akan diuji secara statik, dimana pada benda uji dibuat
terlebih dahulu sesuai dengan ukuran standar.

Gambar 2.2 Alat Uji Impak Charpy [2]

Bila pendulum pada kedudukan h1 dilepaskan, maka akan mengayun


sampai kedudukan fungsi akhir pada ketinggian h2 yang juga hampir sama dengan
tinggi semula h1 dimana pendulum mengayun bebas. Usaha yang dilakukan
pendulum waktu memukul benda uji atau energy yang diserap benda uji sampai
patah diperoleh dari rumus :
Energi yang diserap (Joule) = Ep – Em…………….…..…………….…...…..(2.7)
Energi yang diserap (Joule) = m × g × h1 – m × g × h2 ……..……….…...…..(2.8)
Energi yang diserap (Joule) = m × g (h1- h2) ……..………...……….…...…..(2.9)
Energi yang diserap (Joule) = m × g (λ (1- cosα) – λ (cos – cosα) ……...…..(2.9)
Energi yang diserap (Joule) = m × g × λ (cos – cosα) ……..………............(2.10)
Keterangan :
Ep = Energi Potensial
Em = Energi Mekanik
m = Berat Pendulum (Kg)
g = 9,81 m/s2
7

h1 = jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m)


h2 = jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = jarak lengan pengayun (m)
cosα = sudut posisi awal pendulum
cos = sudut posisi akhir pendulum
Kemudian dari persamaan diatas besarnya harga impak dapat dicari dengan

rumus berikut ini :

K = W/A (Kg m/mm2) ……..………...…………...…..(2.11)


Keterangan :
K = nilai impak ( Kg m/mm2)
W = Usaha yang diperlukan mematahkan uji (Kg m)
A0 = Luas Penampang dibawah takikan (mm2)
Batang impak charpy, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda uji
pada pengujian impak charpy memiliki luas penampang lintang bujursangkar (10
x 10 mm) dan takik V-45°, dengan jari-jari sebesar 0,25 mm dan kedalaman 2
mm. Pada Gambar 2.2 pengujian charpy benda uji diletakan pada tumpuan dalam
posisi mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan
bandul (kecepatan impak sekitar 16 ft/detik). Benda uji akan melengkung dan
patah pada laju regangan yang tinggi yaitu kira-kira 103 detik [4].

Gambar 2.3 Pembebanan Metode Charpy [2]


8

2.2.2 Metode Izod


Uji impak Izod merupakan salah satu metode pengujian impak
menggunakan teknik kantilever. Pada pengujian impak menggunakan metode
izod, panjang dan beban pendulum, walaupun mempunyai pengaruh yang kecil
namun perlu dipertimbangkan, karena teknik kantilever pada metode impak Izod
memungkinkan terjadinya peningkatan kelentingan tumbukan akibat energi yang
dilepaskan terlalu kecil. Impak Izod memungkinkan untuk digunakan baik bahan
logam maupun non-logam. Aspek panjang lengan pendulum, beban pendulum dan
jenis material mengimplikasikan pengaruh tertentu pada hasil pengujian impak.
Metode ini sangat baik untuk material yang bersifat getas [1].

Gambar 2.4 Pembebanan Metode Izod [2]

2.3 Jenis Patahan


Uji impak sering digunakan untuk mempelajari pola patah spesimen uji.
Jenis patahan spesimen uji impak ini memberi informasi apakan spesimen tersebut
mengalami patah getas, patah ulet, atau kombinasi keduanya. Berikut ini
merupakan jenis patahan yang terjadi pada pengujian impak :
a. Patahan Getas
Patahan getas dapat dianalisis yaitu memiliki permukaan rata dan mengkilap,
potongan dapat dipasangkan kembali, keretakan tidak dibarengi deformasi,
nilai pukulan takik rendah. Biasanya terjadi pada benda yang getas, misalnya:
besi tuang [5]. Patah yang ditandai oleh kecepatan penjalaran retak yang
9

tinggi, tanpa terjadi deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro
[4].
b. Patahan Ulet
Patahan ulet dapat dianalisis dengan permukaan tidak rata buram dan berserat,
pasangan potongan tidak bisa dipasang lagi, terdapat deformasi pada
keretakan, nilai pukulan takik tinggi. Biasanya terjadi pada benda yang lunak,
misalnya: baja lunak, tembaga.
c. Patahan Campuran
Patahan ini terjadi pada bahan yang cukup kuat namun ulet, contohnya pada
baja temper. Gabungan patahan getas dan patahan liat dapat dianalisa dengan
melihat permukaan spesimen yang kusam dan sedikit berserat, potongan
masih dapat dipasangkan, ada deformasi pada retakan [5].
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir


Berikut ini merupakan proses yang dilakukan dalam percobaan uji impak,
digambarkan dalam bentuk diagram alir yaitu sebagai berikut :

Persiapan Bahan

Benda uji BSN 375 disiapkan

Kedalaman takik dan luas penampang diukur

Bandul diatur pada posisi skala 300 joule

Benda uji diletakan pada mesin uji impak charpy

Bandul dilepas dan dicatat energi yang diserap

Percobaan dilakukan pada kondisi temperatur


yang berbeda yaitu 100°C, 25°C, dan 5°C

Harga impak (HI) yang didapatkan dihitung

Bentuk patahan yang terjadi diamati dan diukur


11

Persen patahan yang didapatkan ditentukan

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Uji Impak

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan uji impak ini
adalah sebagai berikut :
a. Bejana
b. Jangka sorong
c. Mesin uji impak charpy
d. Oven
e. Thermometer
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Adapun alat alat yang digunakan dalam percobaan uji impak ini
adalah sebagai berikut :
a. Benda uji BSN 375
b. Es
12

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan uji impak ini
adalah sebagai berikut :
1. Benda uji BSN 375 disiapkan sesuai ukuran standar
2. Kedalaman takik dan luas penampang benda uji diukur
3. Bandul diatur pada posisi skala 300 joule
4. Benda uji diletakan pada mesin uji impak charpy
5. Bandul dilepas dan dicatat energi yang diserap untuk mematahkan
benda uji
6. Percobaan dilakukan pada kondisi temperatur yang berbeda yaitu
100°C, 25°C, dan 5°C
7. Harga impak (HI) yang didapatkan dihitung pada setiap benda uji
8. Bentuk patahan yang terjadi diamati dan diukur
9. Persen patahan yang didapatkan ditentukan pada setiap benda uj
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Bahan Luas Suhu Energi Harga Bentuk
Penampang ( °C) (Joule) Impak Patahan
(mm2) (j/mm2) (%)

BSN 375 80 100 19 0,2375 51,55

BSN 375 80 25 17 0,2125 53,6

BSN 375 80 5 15 0,1875 47,1875

4.2 Pembahasan
Pengujian impak merupakan pengujian yang digunakan untuk mengukur
ketahanan bahan terhadap suatu beban yang di berikan secara tiba-tiba (beban
kejut). Uji impak merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
kekuatan,ketangguhan, kekerasan, serta keuletan material. Kekuatan material
merupakan kemampuan suatu material untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan material menjadi patah. Lalu ketangguhan adalah ketahanan suatu
material terhadap beban kejut. Lalu kekerasan adalah ketahanan material terhadap
penekanan atau indentasi atau penetrasi. Selanjutnya keuletan adalah kemampuan
deformasi suatu material terhadap beban tarik sebelum akhirnya patah. Uji impak
banyak dipakai dalam bidang menguji sifat mekanik yang dimiliki oleh suatu
material tersebut [5]. Prinsip dasar dari pengujian impak adalah penyerapan
energy potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu
14

lalu menumbuk beban uji sehingga beban tersebut mengalami deformasi


maksimum hingga terjadi perpatahan . adapun mode standar untuk melakukan uji
impak ada dua yaitu metode charpy dan metode izod. Pada percobaan kali ini
menggunakan metode charpy untuk melakukan pengujian.
Metode charpy adalah tes regangan-tingginya standar yang menentukan
jumlah energi yang diserap oleh materi selama fraktur. prinsip dasar pengujian
charpy ini adalah besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji
dibagi dengan luas penampang patahan. Dalam melakukan pengujian impak
prosedur yang dilakukan berupa menyiapkan benda uji BSN 375 Sesuai dengan
ukuran standar, lalu menghitung kedalaman takik dan luas penampang benda uji,
lalu mengatur posisi bandul pada skala 300 J, lalu meletakan BSN 375 ke mesin
uji impak charpy, selanjutnya melepaskan bandul dan dicatat energy yang diserap
untuk mematahkan benda uji tersebut, lalu melakukan percobaan kembali dengan
kondisi suhu yang berbeda beda, 100°C, 25°C, 5 °C, setelah itu menghitung harga
impak dari setiap benda uji, lalu mengamati bentuk patahan benda uji, yang
terakhir adalah menentukan % patahan dari setiap pengujian benda uji.
0.25
0.24
0.23
0.22
Harga impak

0.21
0.2
0.19
0.18
0.17
0.16
0.15
5 25 100
Temparature

Gambar 4.1 Hubungan Temperature Terhadap Harga Impak

Temperature merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada


ketangguhan suatu material dimana semakin rendah temperatur material maka
semakin rendah pula ketangguhannya mulai dari rapuh yaitu temperatur yang
15

sangat rendah dimana butir-butir material akan sangat rapat sehingga tidak ada
ruang untuk terdeformasi elastis dan penyerapan energi sangat kecil [3]. Dapat
dilihat pada gambar 4.1 diperoleh bahwa hubungan temperature terhadap harga
impak adalah semakin tinggi temperature bahan uji maka semakin tinggi pula
harga impak. Pada percobaan 1 dengan suhu 5 °C diperoleh harga impak sebesar
0.1875, lalu pada suhu 25 °C diperoleh harga impak sebesar 0.2125, selanjutnya
pada suhu 100 °C diperoleh harga impak sebesar 0.2375. hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi temperature maka material akan semakin ulet dan
sebaliknya, jika semakin rendah temperature maka material tersebut akan semakin
getas. Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat dinyatakan bahwa hal ini
sesuai dengan literature yang didapatkan.
56

54

52
Persen patahan

50

48

46

44

42
5 25 100
Temparature

Gambar 4.2 Hubungan Temperature Terhadap % Patahan

Pada gambar 4.2 grafik menunjukan bahwa hubungan temperature


terhadap persen patahan (bentuk patahan). Dara data yang didapatkan saat
praktikum menggunakan benda uji (BSN 372) dilakukan pengujian sebanyak 3
kali yaitu pada temperature 100°C, 25°C, 5 °C. pada temperature 5 °C diperoleh
persen patahan sebesar 47.1875%, lalu pada 25°C diperoleh persen patahan
sebesar 53.6%, selanjutnya pada temperature 100°C diperoleh persen patahan
sebesar 51.5%. menurut literature semakin besar presentase patahan maka
semakin tangguh nilai material tersebut [7]. Ini menunjukan bahwa semakin
16

tinggi persen patahan seharusnya material tersebut semakin ulet,jika material


semakin ulet maka temperature semakin tinggi. Tetapi pada grafik diatas persen
presentase patahan pada suhu 25°C lebih tinggi dibandingkan suhu 100°C. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah temperature benda uji
berubah saat terjadi percobaan,kadar dari benda uji, human error, dan lain-lain.

Gambar 4.3 Sampel 100 °C

Pada gambar sampel 100 °C benda uji tersebut mengalami patah ulet.
Berdasarkan data yang didapat energy yang diserap oleh benda uji sebesar 19
Joule, harga impak yang didapat sebesar 0,2375 J/mm2, serta persen yang
didapatkan sebesar 51,55%. Bentuk patahannya nampak kasar, berserabut, dan
berwarna kelabu. Patahan ini terjadi dalam tempo waktu yang lama, serta terdapat
reduksi luas penampang patahan. Patah ulet biasanya diakibatkan oleh adanya
beban statis yang diberikan pada material. Perpatahan ulet adalah suatu energi
patah yang tinggi. Energi impak pada umumnya menurun seiring menurunnya
suhu dengan kekuatan peluluhan meningkat [7].
17

Gambar 4.4 Sampel 25 °C

Pada sampel Sampel 25 °C mengalami perpatahan campuran. Dapat dilihat


dari hasil patahannya 50% patah getas dan 50% patah ulet. Pada temperature ini
patahan benda uji terlihat berserabut. Namun, dari data yang didapatkan melalui
percobaan adalah diperoleh energy yang diserap sebanyak 17 joule, harga impak
0,2125 J/mm2, serta persen patahan sebesar 53,6%. Bentuk patahan ini lebih
terang dibandingkan sampel uji 100 °C. selain itu energy yang diserap oleh benda
uji ini lebih sedikit dibandingkan sampel uji 100 °C.

Gambar 4.5 Sampel 5 °C


18

Pada sampel 5 °C terjadi perpatahan getas. Patahan ini biasanya diawali


dengan terjadinya retakan secara cepat dan tanpa adanya deformasi plastis terlebih
dahulu. Terlihat dari bentuk patahannya patah getas berbentuk granular, berkilat
dan memantulkan cahaya. Prosesnya terjadi secara tiba tiba dan tidak tampak
gejala-gejala bahwa benda tersebut akan mengalami perpatahan. Pada percobaan
ini, didapatkan data bahwa energy yang diserap sebesar 15 joule, harga impak
yang didapat sebesar 0,1875 J/mm2, dan persen yang didapat sebesar 47,1875%.
Berdasarkan literatur yang ada perpatahan getas adalah suatu energi patah yang
rendah [7].
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketangguhan uji impak yaitu bentuk
takikan, kadar karbon, beban, temperatur, transisi ulet rapuh, efek komposisi
ukuran butir, perlakuan panas dan perpatahan, pengerasan kerja dan pengerjaan
radiasi. Namun pada percobaan ini bentuk takikan, temperatur, transisi ulet rapuh,
beban, dan perpatahan menjadi poin utamanya. Ketangguhan spesimen akan
semakin tinggi dalam menerima beban secara tiba-tiba apabila temperatur
spesimennya tinggi. Sebaliknya, dengan temperature yang lebih rendah
ketangguhan spesimen juga akan semakin rendah. Temperatur akan
mempengaruhi besarnya energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan patahan
ulet, getas, ataupun campuran. Pengujian impak juga dapat digunakan untuk
menentukan ductile to brittle transition temperature yaitu temperatur tertentu
yang lebih rendah dimana logam berubah menjadi getas. Temperatur transisi ini
hanya dapat diperoleh jika pengujian impact dilakukan pada temperatur yang
bervariasi.

Gambar 4.6 Grafik Temperature Transisi [7].


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dari pengujian impak, dapat disimpulkan
bahwa suhu akan mempengaruhi harga impak yang dihasilkan. Dari data yang di
dapat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Temperature yang semakin tinggi akan menghasikan harga impak yang
semakin tinggi, begitu juga apabila semakin rendah temperature maka
harga impak yang dihasilkan akan semakin rendah.
b. Semakin tinggi temperature maka nilai persen patahannya akan semakin
besar, sebaliknya semakin rendah temperaturnya maka persen
patahannya akan semakin kecil
c. Pada suhu 100°C didapatkan nilai harga impak sebesar 0,2375 J/mm2
dan persen patahannya 51,55%, pada suhu 25°C nilai harga impak yang
dihasilkan adalah 0,2125 J/mm2 dengan persen patahan sebesar 53,6%,
sedangkan pada suhu 5°C harga impak yang didapat adalah 0,1875
J/mm2 dengan persen patahan sebesar 47,1875%.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada pegujian impak ini adalah
sebagai berikut.
1. Saat melakukan percobaan, gunakan langkah percobaan sesuai dengan
modul.
2. Saat praktikum, pahami pembacaan diagram atau grafik untuk
mempermudah penyusunan laporan
DAFTAR PUSTAKA

[1] H. Porawati, “Analisis Alat Uji Impak Metode Izod pada Bengkel
Politeknik Jambi”, Jurnal Inovator, vol.1, No. 1, p 1-2, 2018.

[2] "Impact Test : Pengertiaan, Metode dan Acceptance Criteria", PT Detech


Profesional Indonesia | YOUR ENGINEERING SOLUTIONS, 2021.
[Online]. Available: https://www.detech.co.id/impact-test/. [Accessed: 16-
Dec- 2021].

[3] M. yunus, “Pengaruh Perlakuan Quenching-Tempering Terhadap


Kekuatan Impak Pada Baja Karbon Sedang”, Jurnal Teknik Mesin
Universitas Bandar Lampung, vol.2, no.1, p. 21, 2016.

[4] R. Majanasastra,“ Analisis Simulasi Uji Impak Baja Karbon Sedang (Aisi
1045) dan Baja Karbon Tinggi (Aisi D2) Hasil Perlakuan Panas”, Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin, vol. 1, no. 2, p. 61, 2013.

[5] S. A.Jalil, Z. Zulkifli and T. Rahayu, "Analisa kekuatan impak pada


penyambungan pengelasan smaw material ASSAB 705 dengan variasi
arus pengelasan", Jurnal POLIMESIN, vol. 15, no. 2, p. 58, 2017.
Available: 10.30811/jpl.v15i2.376.

[6] Y. Handoyo, “Perancangan Alat Uji Impak Metode Charpy Kapasitas 100
Joule”, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, vol. 1, no. 2, p 46-47, 2013.

[7] Z. Zuhaimi, "Kekuatan impak baja ST 60 di bawah temperatur


ekstrim", Jurnal POLIMESIN, vol. 14, no. 2, p. 33, 2017. Available:
10.30811/jpl.v14i2.341.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
22

Lampiran A. Contoh Perhitungan


1. Luas penampang
A=PxL
A = 8mm x 10mm
A = 80mm2
2. Harga Impak (J/mm2) :
a. Suhu 100°C
HI = E/A = 19/80 = 0,2375 J/mm2
b. Suhu 25°C
HI = E/A = 17/80 = 0,2125 J/mm2
c. Suhu 5°C
HI = E/A = 15/80 = 0,1875 J/mm2
3. Bentuk patahan (% patahan)

% Patahan =

a. Suhu 100°C
A0 = 80 mm2
A’ = 38.76 mm2
% Patahan = = 51,55%

b. Suhu 25°C
A0 = 80 mm2
A’ = 37,12 mm2
% Patahan = = 53,6%

c. Suhu 25°C
A0 = 80 mm2
A’ = 42,25 mm2
% Patahan = = 47,1875%
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
24

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus


B.1 Jawaban Pertanyaan
1. Gambarkan struktur kristal FCC, BCC, dan BCT!
Jawab :
a. FCC
Atom-atom kalsium, aluminium, tembaga, timbal, nickel, emas dan
platina. Membentuk suatu struktur kristal dengan sebuah atom di tiap-
tiap pojok kubus dan satu ditengah disetiap sisi kubus. Jika besi berada
diatas temperatur kritis, maka susunan atomnya berbentuk FCC dan
namakan besi gamma atau austenite.

Gambar B.1 Struktur Kristal FCC


b. BCC
Unit struktur BCC berbentuk bentuk kubus dimana terdapat atom-
atom disetiap pojoknya dan satu berada ditengah. Pada temperatur
dibawah 1333⁰F (723⁰C) struktur kristal besi besi berupa BCC dan
dinamakan besi alpha atau ferrite.
25

Gambar B.2 Struktur Kristal BCC


c. BCT
Kubus pusat tetragonal adalah kubus pusat bidang yang berubah
akibat pendinginan yang cepat. Rusuk-rusuknya tidak sama panjang
a=c≠b. Atom-atom pada setiap sudut kubus, jumlah atom 14.

Gambar B.3 Struktur Kristal BCT


2. Ketika melakukan pengujian ketangguhan material, Anda dihadapkan
pada beberapa metode pengujian sehingga anda harus mengetahui
kelebihan dan kekurangan masing-masing metode. Sebutkan kelebihan
dan kekurangan dari macam-macam metode pengujian impak!
Jawab:
26

Pada pengujian impak terdapat 2 metode standar untuk dilakukan


pengujian, yaitu metode charpy dan metode izo. Adapun kelebihan dan
kekurangan dari masing masing metode ini adalah
Metode charpy
Pengujian benda uji dipasang secara horizontal dengan kedua ujungnya
berada pada tumpuan, seangkan takikan pada specimen diletakan
ditengah-tengan dengan arah pembebanan tepat diatas takikan
Kelebihan :
- Pengerjaan lebih mudah dipahami dan dilakukan
- Menghasilkan tegangan uniform disepanjang penampang
- Harga alat lebih murah
- Waktu pengujian lebih singkat
Kekurangan :
- Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal
- Specimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam
- Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil.
- Hasil pengujian kurang dapat dimanfaatkan dalam perancangan
karena level tegangan yang diberikan tidak rata.
Metode izod
Pada metode ini specimen berada pada posisi vertical pada tumpuan
dengan salah satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah
gaya tumbukan .
Kelebihan :
- Tumbukan tepat pada takikan karena benda uji dicekam
- Dapat menggunakan benda uji yang ukurannya besar
- Benda uji tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu
ujungnya.
Kekurangan :
- Biaya pengujian lebih mahal
- Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga
hasil yang diperoleh kurang baik.
27

- Waktu yang digunakan cukup memakan waktu yang lama.


3. Jelaskan 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi!
Jawab :
Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi yaitu kriteria
pertama adalah T1 dimana temperatur transisi ini diperoleh dari
temperatur pada saat material bersifat 100% ductile menuju brittle.
Suhu transisi ini sering disebut fracture ductility temperature
(FDT). Kriteria ke dua adalah T2 yaitu temperatur transisi ada
pada titik dimana fracture appearance berada pada 50% ductile-
50% brittle. Kriteria ke tiga (T3) adalah kriteria yang umum
dipakai. Temperatur transisinya diperoleh dari rumus : Is Transisi
= (Is tertinggi + Is terendah) / 2. Kriteria ke empat adalah T4
yaitu perubahan material dari ductile-brittle menuju brittle setelah
melewati Cv = 15 ft-lb. Kriteria ke lima adalah T5 dimana suhu
transisinya diperoleh dari temperatur pada saat material bersifat
ductile-brittle menuju brittle 100%. Temperatur transisi ini sering
disebut nil ductility temperature (NDT).
4. Jelaskan dan gambarkan macam-macam takik spesimen uji impak
menurut standar ASTM E23!
Jawab :

Gambar B.3 Macam-Macam Takikan


28

a. Bentuk V notch : Memiliki energi impak yang paling kecil, sehingga


paling mudah patah. Distribusi tegangannya hanya terkonsentrasi
pada satu titik saja (ujung takikan)
b. Bentuk Key hole notch : Bentuk takikan seperti lubang kunci
c. Takik huruf “U” atau U notch : Memiliki energi impak terbesar.
Distribusi tegangan tersebar pada setiap sisinya sehingga tidak
mudah patah.
5. Jelaskan faktor yang mempengaruhi ketangguhan suatu material
Jawab :
a. Bentuk Takikan : adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi
tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang mengakibatkan
energi impak yang dimilikinya berbeda-beda pula.
b. Beban : Semakin besar beban yang diberikan, maka energi impak
semakin kecil yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen, dan
demikianpun sebaliknya.
c. Temperatur : Semakin tinggi temperatur spesimen, ketangguhan akan
semakin tinggi
d. Perlakuan panas dan perpatahan : umumnya dilakukan untuk
mengetahui atau mengamati besar-besar butir benda uji dan untuk
menghaluskan butir.
6. Sebagai seorang engineer Anda diminta untuk mendesain material
yang akan beroperasi pada perubahan temperatur yang ekstrim,
bagaimana solusi yang akan Anda berikan ?
Jawab :
Saya akan mendesain material yang memiliki ketangguhan yang tinggi
agar tidak mudah terjadi perpatahan atau material tersebut mudah
getas. Caranya mulai dari memperhatikam jenis material yang dipakai,
komponen penyusun material dan menjelaskan bahwa besaran beban
yang dapat ditanggung oleh bahan tersebut agar tidak mudah patah
B.2 Tugas Khusus
1. Mekanisme (3) perpatahan specimen
29

Jawab :
1. Perpatahan ulet, berserat (fibrous fracture) yang melibatkan
mekanisme pergeseran bidang bidang Kristal didalam bahan
(logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan
berserat yang berbentuk dimple yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.
2. Perpatahan getas, granular atau kristalin dihasilkan oleh
mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan
(logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan patahan
yang datar yang mampu memberikan daya patul cahaya yang tinggi
(mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular) merupakan
kombinasi dua jenis perpatahan diatas.
LAMPIRAN C
BLANKO PERCOBAAN
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 31
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email : labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : 03 DATA PERCOBAAN Kelompok : 18


Desember 2021 UJI IMPAK

Bentuk
Harga Impak
No. Bahan Luas Penampang Suhu (oC) Energi(Joule) Patahan
(J/mm2)
(%)

1 BSN 375 80 100ᵒC 19 0.2375 51.55

2 BSN 375 80 25ᵒC 17 0.2125 53.6

3 BSN 375 80 5ᵒC 15 0.1875 47.1875

No. Nama NPM Asisten


1. Siti Watsiqoh 3333200002
2. Boby Riansyah 3333200024
3. Aryu Mulia Putri W. 3333200034
4. Denissa Maharani 3333200046 (Muhammad Mizar Muzakhi)
5. Pandu Bondan T. 3333200051

Anda mungkin juga menyukai