Anda di halaman 1dari 37

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA

DIDIK (LKPD) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING


MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DAN
STOIKIOMETRI KELAS X SMAN 1 INDARALAYA

PROPOSAL PENELITIAN

oleh
Suci Hadi Rahmawati
NIM: 06101181621011
Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
Universitas Sriwijaya

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

3.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

3.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

3.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

3.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5

3.1 Belajar dan Pembelajaran ......................................................................... 5

3.2 Model Pembelajaran ................................................................................. 5

3.3.6 Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning) .................... 6

3.3 Bahan Ajar .............................................................................................. 10

3.3.1 Jenis-Jenis Bahan Ajar .................................................................... 10

3.4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ..................................................... 11

3.5 Model Pengembangan ............................................................................ 11

3.6 Model ADDIE ........................................................................................ 12

3.7 Model Evaluasi Formatif Tessmer ......................................................... 14

3.8 Hukum- Hukum Dasar dan Stoikiometri................................................ 16

2.8.1 Hukum-Hukum Dasar Kimia .......................................................... 16

2.8.2 Konsep Mol ..................................................................................... 17

2.8.3 Stoikiometri Reaksi ......................................................................... 18

2.8.4 Stoikiometri Senyawa ..................................................................... 19

3 METODE PENELITIAN ................................................................................... 21

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 21

i
Universitas Sriwijaya

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 21

3.3 Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 21

3.4 Model Pengembangan ............................................................................ 21

3.4.1 Posedur Penelitian Pengembangan ................................................. 22

3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27

3.3.1 Wawancara dan Angket .................................................................. 27

3.3.2 Uji Pakar ( Validasi )....................................................................... 27

3.3.3 Angket Kepraktisan ......................................................................... 27

3.6 Teknik Analisa Data ............................................................................... 28

3.3.1 Analisis Data Kevalidan .................................................................. 28

3.3.2 Analisis Data Kepraktisan ............................................................... 28

3.3.3 Analisis Tes Hasil Belajar ............................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Inkuiri.......................................................................................... 7


Gambar 2 Tahap ADDIE Model ........................................................................... 13
Gambar 3 Gambar 3 Alur Desain Evaluasi Formatif (formative evaluation) ....... 14
Gambar 4 Diagram Konsep Mol ........................................................................... 18
Gambar 5 Diagram Alir Prosedur Penelitain LKPD Menggunakan Pengembangan
ADDIE dan Evaluasi Tessmer. ............................................................................. 26

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rumus Empiris dan Rumus Molekul ....................................................... 19


Tabel 2 Katagori tingkat kepraktisan .................................................................... 28
Tabel 3 One-Group Pretest-Posttest Design ......................................................... 29
Tabel 4 Kriteria n-gain .......................................................................................... 30

iv
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lembar kerja peserta didik (LKPD) umumnya merupakan bagian dari
sarana pendukung perangkat pembelajaran yang nantinya akan digunakan selama
proses pembelajaran kimia berlangsung. Menurut Depdiknas (2008) lembar kerja
peserta didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas mandiri yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan dapat berupa petunjuk atau
langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan penggunaan
LKPD adalah memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, bagi
peserta didik akan belajar mandiri dengan memahami isi materi dan mengerjakan
tugas tertulis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Indralaya yang
mengajar kimia kelas X mengatakan bahwa, seluruh materi kimia kelas X telah
menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) atau sering disebut LKS.
Dimana kegiatan belajar siswa yang sering menggunakan LKPD berupa kegiatan
praktikum dan mengerjakan soal-soal. Setelah melakukan wawancara, peneliti
melakukan analisis kebutuhan berupa analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang merupakan pedoman dalam proses belajar mengajar dimana salah satu
elemen RPP yaitu bahan ajar yang berupa Lembara Kerja Siswa yang saat ini
digunakan dalam proses belajar mengajar. Dalam analisis kebutuhan tersebut,
peneliti menjumpai bahwa pada setiap pertemuan belajar mengajar selalu
menggunakan lembar kerja. Lembar kerja yang sering digunakan berupa buku
dengan judul “Belajar Praktis Kimia mata pelajaran peminatan matematika dan
ilmu pengetahuan alam”. Dari hal ini beliau menggunakan dan menganggap
bahwa buku tersebut merupakan Lembar Kerja Siswa. Dengan setiap pertemuan
beliau mengambil baik materi, tugas, diskusi kelompok dan juga praktikum
didalam buku tersebut. Melihat hal tersebut peneliti membandingkan buku
tersebut dengan pernyataan Depdiknas (2008) bahwa lembar kerja peserta didik
(LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas mandiri yang harus dikerjakan

1
Universitas Sriwijaya

oleh peserta didik. Sehingga dari hal ini, buku yang dianggap sebagai LKS
tersebut tidak memenuhi pernyataan Depdiknas (2008).
Dalam wawancaranya, beliau menambahkan bahwa pada materi hukum-
hukum dasar kimia dan stoikiometri yang pada dasarnya merupakan materi yang
banyak melakukan perhitungan, beliau mengatakan bahwa metode yang
digunakan selama proses belajar mengajar ialah metode ceramah, diskusi dan
tanya jawab. Sehingga beliau berharap agar peneliti membuat bahan ajar berupa
LKPD dengan kegiatan didalamnya mengunakan metode demonstrasi, sehingga
peserta didik tidak hanya dapat melakukan perhitungan tetapi juga dapat
memperoleh pengetahuan melalui proses mendengar dan mengamati. Menurut
Sanjaya (2010), metode demontrasi adalah metode penyajian pembelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Dari hal ini
maka siswa dapat melihat, mendengar dan mengamati proses, situasi atau benda
tertentu. Sehingga dengan cara mengamati secara langsung siswa memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Demontrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan
inkuiri (Suyanti 2010). Oleh karena itu peneliti menggunkan metode demonstrasi
untuk mendukung strategi pembelajaran inkuiri.
Menurut Sanjaya (2010), strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Belajar lebih dari sekedar proses menghapal dan menemukan ilmu
pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk
siswa melalui keterampilan berpikir. Strategi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kimia salah satunya adalah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran
yang disarankan dalam kurikulum 2013 dimana dapat membuat siswa aktif dalam
proses pembelajaran. Menurut Nurdyansyah & Fahyuni (2016) inkuiri terbimbing
menekankan siswa secara aktif dalam proses mentalnya melalui kegiatan
pengamatan, pengukuran dan pengumpulan data untuk menarik suatu kesimpulan.

2
Universitas Sriwijaya

Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing siswa secara aktif dalam proses


pembelajaran yaitu melalui perencanaan, pelaksanaan, sampai proses evaluasi.
Dengan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri akan memacu keingintahuan
siswa dalam menemukan hal-hal yang ingin diketahui siswa.
Hasil angket pra-penelitian yang diisi oleh peserta didik kelas X IPA SMA
Negeri 1 Indralaya sebanyak 33 orang menyatakan bahwa 72% peserta didik
menganggap bahwa pelajar kimia sulit. Dan hasil angket juga menunjukkan
bahwa 91% peserta didik tertarik belajar kimia, jika masalah yang diberikan pada
pelajaran kimia berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 91% siswa membutuhkan
bahan ajar selain yang diberikan oleh guru dan 75% peserta didik setuju dengan
adanya pengembangan bahan ajar berupa LKPD. Oleh karena itu diperlukannya
pengembangan LKPD untuk memenuhi kebutuhan siswa pada materi Hukum-
Hukum Dasar Kimia dan Stoikiometri karena materi tersebut penting untuk
dipelajari dan tercantum dalam silabus kurikulum 2013 revisi pada Kompetensi
Dasar 3.10.
Dari uraian diatas, beberapa hal tersebut memberi acuan kepada peneliti
untuk mengembangkan LKPD melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan didukung metode demonstrasi. Sehingga siswa kelas X SMA Negeri 1
Indralaya dapat dengan langsung mengamati proses, situasi atau benda dan
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan, terutama
pada materi hukum-hukum dasar kimia dan stoikeometri. Maka dari itu, peneliti
melakukan pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri
terbimbing pada materi hukum-hukum dasar kimia dan stoikiometri untuk
siswa kelas X SMAN 1 Indralaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
inkuiri terbimbing yang valid?
2. Bagaimana mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
inkuiri terbimbing yang praktis?

3
Universitas Sriwijaya

3. Bagaimana efektivitas lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri


terbimbing yang telah dikembangkan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menghasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) bebasis inkuiri
terbimbing yang valid.
2. Menghasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) bebasis inkuiri
terbimbing yang praktis.
3. Mengetahui efektivitas lembar kerja peserta didik (LKPD) bebasis inkuiri
terbimbing.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman baru yang bermakna dalam
pembelajaran kimia menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD)
bebasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan serta dapat
membangkitkan semangat dan motivasi dalam mempelajari ilmu kimia.
2. Bagi guru, dapat meningkatkan profesionalismea dan gaya belajar yang
lebih mudah di pahami dalam proses pembelajaran kimia.
3. Bagi sekolah, tersedianya lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
inkuiri terbimbing yang valid, praktis dan efektif yang diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran kimia.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih
lanjut.

4
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran


Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kulaitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kacakapan, pengentahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan (Hakim, 2008).
Sedangkan menurut Sardiman (2012) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai belajar, maka belajar
adalah perubahan tingkah laku atau kepribadian manusia yang terjadi karena
adanya serangkaian kegiatan sehingga mengalami peningkatan dapat berupa
kecakapan, pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan maupun daya pikir.
Dalam Undang –Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20 menjelasakan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
guru untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar terjadi tindakan
belajar sehingga memperoleh pengalaman belajar (Arifin, 2013).
Berdasarkan penjabaran tersebut mengenai pengertian pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan
peserta didik yang terjadi dalam suatu lingkungan belajar dapat melalui sumber
belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Model Pembelajaran


Istilah model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan strategi
pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses, model pembelajaran yang perlu diterapkan dalam Kurikulum 2013 adalah
model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning) dan model pembelajaran

5
Universitas Sriwijaya

discovery (Discovery Learning) untuk menguatkan pendekatan ilmiah (scientific)


dan tematik, model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dan
model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning) untuk
mendorong peserta didik menghasilkan karya dan sisiwa dapat berpikir kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok.

2.2.1 Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning)


2.2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri melibatkan dan memberi kesempatan peserta
didik untuk mengembangkan keingintahuannya dan melakukan eksplorasi
menyelidiki suatu fenomena (Sani, 2014). Menurut Nurdyansyah & Fahyuni
(2016) model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang
diawali dengan kegiatan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, menarik kesimpulan sementara, dan
menguji kesimpulan sementara tersebut sampai pada kesimpulan yang diyakini
kebenarannya. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangakan
keingintahuannya melalui merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan bukti, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
Menurut Albert Learning dalam Nurdyansyah & Fahyuni (2016) , model
pembelajaran inkuiri dinyatakan sebagai berikut.
“Inkuiri based learning is a process where student are involved in their
learning, formulate question, investigate widely and then build new
understanding, meaning and knowledge. That knowledge is new to the
student and may be used to answer a question, to develop a solution or to
support a position or point of view. The knowledge is usually presented to
other and may result in some sort of action”.

Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menemukan


pengetahuan atau pemahaman untuk menyelidiki, mulai dari melakukan
pengamatan, mengajukan pertanyaan, merencanakan penyelidikan,
mengumpulkan data atau informasi dan melakukan penyelidikan, menganalisi
data, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan
(Nurdyansyah & Fahyuni, 2016).

6
Universitas Sriwijaya

Merumsukan
Masalah

Menarik
Merumuskan
Kesimpulan
Hipotesis
Sementara

Siswa

Menguji Mengumpulkan
Hipotesis Bukti

Gambar 1 Proses Inkuiri (Gulo, 2004)


Menurut Gulo (2004), semua tahap dalam proses inkuiri tersebut diatas
merupakan kegiatan belajar siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan
tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah.

2.2.1.2 Inkuiri Terbimbing


Hasil penelitian Neka, Marhaeni, & Suastra (2015) menyatakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing memberi peluang kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam menemukan dan memanfaatkan sumber belajar. Siswa
akan memperoleh pengalaman lebih bermakna dan apa yang dipelajari akan lebih
kuat melekat dalam pikiran mereka. Hal ini berdampak positif terhadap perolehan
hasil belajar siswa (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016).
Menurut Fathurrohman (2015), pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu
suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaanya guru menyediakan
bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing, guru tidak melepas negitu saja kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih
banyak. Bimbingan tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan mengarah agar peserta
didik mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk memecahkan permasalahanyang disodorkan oleh guru.

7
Universitas Sriwijaya

2.2.1.3 Langkah Pelaksanan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Menurut Sanjaya (2010), secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah
berikut ini:
1. Orientasi
Langkah Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam taham orientasi:
• Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yag diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
• Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapau tujuan.
• Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yanh harus diperhatikan
dalam merumuskan masalah, di antaranya:
• Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
• Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti.
• Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu
cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis
pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahn
yang dikaji.

8
Universitas Sriwijaya

4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

2.2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Inkuiri


Menurut Sanjaya (2010), model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan
dan kelemahan di ataranya:
I. Kelebihan
1) Model Pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
3) Model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengelaman.
4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-
rata.
II. Kelemahan
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena berbenturan dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.

9
Universitas Sriwijaya

3) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang


panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dalam waktu yang telah
ditentukan
4) Dalam kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pembelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulip
diimplementasikan oleh setiap guru.

2.3 Bahan Ajar


Menurut Hamdani (2011), bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau
materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta
lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Penggunaan bahan ajar berfungsi sebagai berikut menurut Hamdani
(2011), yaitu:
a) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
prose pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompentensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa .
b) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus mettupan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
c) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

2.3.1 Jenis-Jenis Bahan Ajar


Bahan ajar mempunyai beragam jenis, ada bahan ajar cetak dan bahan ajar
noncetak. Menurut Ika (2012) bahan ajar noncetak meliputi :
1) Bahan ajar dengar (audio) seperti radio, kaset, piringan hitam, dan
compact disc audio.
2) Bahan ajar pandang dengan (audio visual) seperti video compact disc dan
film.
3) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (ComputerAssisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan

10
Universitas Sriwijaya

4) Bahan ajar berbasis web (web based learning materials).


Adapun bahan ajar cetak yang sering dijumpai menurut Ika (2012), ialah:
1) Handout
2) Buku
3) Modul
4) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

2.4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Menurut Hamdani (2011), secara umum LKS atau LKPD merupakan


perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan
Rencana pembelajaran (RP). Lember kegiatan peserta didik berupa lembaran
kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa). LKPD sangat baik dipakai untuk meningkatkan
keterlibatan siswa dalam belajar, baik digunakan dalam strategi heuristik maupun
strategi ekspositorik. LKPD dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan
pada tahap pemahaman konsep (menyampaikan kosep baru) atau pada tahap
pemahaman konsep (tahap lanjutan dari pemahaman konsep) karena LKPD
dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajarai topik. Menurut
Depdiknas (2008) lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas mandiri yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
dapat berupa petunjuk atau langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu tugas.
Keuntungan penggunaan LKPD adalah memudahkan pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar mandiri dengan
memahami isi materi dan mengerjakan tugas tertulis.

2.5 Model Pengembangan


Model Pengembangan merupakan alat konseptual yang menggambarkan
langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
yang efektif, efisien, dan menarik dengan adanya pola berpikir (Pribadi, 2010).

11
Universitas Sriwijaya

A. Model Dick & Carey


Model desian sistem pembelajaran yang diutarakan oleh Dick dan
Carey (2005) sudah digunakan untuk menciptakan program pembelajaran
yang efisien, efektif, dan menarik. Seperti buku yang ditulis mereka dengan
judul “The Systematic Design of Instruction” Dick& Carey dkk (2005) juga
mengembangkan model desain sistem pembelajaran ini berdasarkan pemikiran
dan karya besar Robert M. Gagne, “The Conditions of Learning” (Pribadi,
2010).
B. Model ASSURE
Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael
Molenda mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang
diberi nama ASSURE dengan aktivitas belajar yang menggunakan media dan
teknologi. Model ASSURE lebih terfokus pada rencana pembelajaran yang
digunakan dalam situasi pembelajaran secara aktual di dalam kelas (Pribadi,
2010).
C. Model 4D
Model 4D merupakan singkatan dari Define, Design, Development and
Dissemination yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Model 4D tidak
tidak mencantumkan implementasi dan evaluasi karena menurut pertimbangan
rasional mereka, proses development selalu menyertakan kegiatan pembuatan
produk (implementasi), evaluasi dan revisi (Mulyatiningsih, 2014).
D. Model ADDIE
Model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design,
Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluation yang
dikembangkan oleh Dick and Carry (1996) (Mulyatiningsih, 2014).

2.6 Model ADDIE


Model ADDIE memiliki 5 tahap utama, yaitu (A)nalysis, (D)esain,
(D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation (Tegeh, dkk., 2014: 42)

12
Universitas Sriwijaya

Gambar 2 Tahap ADDIE Model (Tegeh, dkk., 2014: 43).


1. Tahap I Aanalisis (Analiyze)
Tahap analisis meliputi kegiatan sebagai berikut : a) melakukan
analisis kompetensi dituntut kepada peserta didik; (b) melakukan analisis
kareakteristik peseta didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan,
keterampilan sikap yang telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang
terkait; c) melakukan analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetansi.

2. Tahap II Perancangan ( Design)


Tahap perancangan dilakukan dengan kerangka acuan sebagai berikut.
a) untuk siapa pembelajaran dirancang? (peserta didik); b) kemampuan apa
yang ada inginkan untuk dipelajari? (kompetensi); c) bagaimana meteri
pelajaran atau keterampilan dapat dipelajari dengan baik? (strategi
pembelajaran); d) bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan
pembelajaran yang sudah dicapai? (asesment dan evaluasi).

3. Tahap III Pengembangan (Development)


Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan yang pada intinya dalah
kegitan menerjemahkan spesifikasi desain dalam bentuk fisik, sehingga
kegiatan ini menghasilakan prototype produk pengembangan. Kegiatan tahap
pengembangan antara lain: pencarian dan pengumpulan segala sumber atau
referensi yang dibutuhkan untuk pengembangan materi, membuat bagan dan
tabel-tabel pendukung, pembuatan gambar-gambar ilustrasi, pengetikan,
pengaturan layout, penyusunan instrument evaluasi dan lain-lain.

13
Universitas Sriwijaya

4. Tahap IV Implementasi (Implementation)


Kegiatan tahap keempat adalah implementasi. Hasil pengembangan
diterapkan dalam pemebelajaran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
kualitas pembelajaran yang meliputi kefektifan, kemenarikan dan efesiensi
pembelajaran.

5. Tahap V Evaluasi (Evaluation)


Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi yang meliputi evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evalusi formatif dilakukan untuk
mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk
penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas
pembelajaran secara luas.

2.7 Model Evaluasi Formatif Tessmer


Menurut Tessmer (1993), penelitian pengembangan terdapat 2 tahap yaitu
tahap formative evaluation dan tahap preliminary yang meliputi self evaluation,
prototyping ( expert review, one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun
alur desain evaluasi formatif seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut :

Gambar 3 Gambar 3 Alur Desain Evaluasi Formatif (formative evaluation).


( Tessmer (1998:13)).

14
Universitas Sriwijaya

1. Tahap Preliminary
Tahap ini adalah tahap menentukan subjek dan tempat penelitian, dengan
cara meminta izin kepada pihak sekolah dan menghubungi kepala sekolah dan
guru sekolah yang untuk melaksanakan penelitian
2. Tahap Formative Evaluation
1) Self Evaluation
Ada proses dalam self evaluation, yakni analisis dan desain.
a. Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis pendahuluan terhadap bahan yang akan
dikembangkan.
b. Desain
Pada tahap ini dilakukan mendesain bahan yang akan dikembangkan,
meliputi mendesain kisi - kisi, tujuan, serta metode yang akan dikembangkan.
Kemudian hasil desain akan divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat.
Hasil pendesainan disebut sebagai prototipe pertama.
2) Expert review
Pada tahap expert review, dilakukan pengecekan terhadap produk yang
telah didesain untuk dilakukan uji validitas oleh pakar (expert). Validasi produk
prototipe kedua ini dilakukan oleh para ahli materi, ahli pedagogik, dan ahli
desain.
3) One to one evaluation
Pada tahap ini, produk yang telah divalidasi diujicobakan kepada 3 orang
siswa yang bukan sampel (target) penelitian. selanjutnya, peneliti dapat merevisi
produknya setelah diujicobakan. Populasi target (siswa) yang dipilih untuk
menggunakan produk hendaknya memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
(Tessmer 1998:72-77). Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi
desain prototipe yang telah dibuat berdasarkan saran dan komentar siswa terhadap
produk yang diujicobakan.

15
Universitas Sriwijaya

4) Small group evaluation


Hasil revisi produk setelah tahap one to one dapat diujicobakan dalam
kelompok kecil (6 siswa) yang mewakili populasi target. Siswa yang dipilih dalam
kegiatan ini hendaknya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan
di atas rata-rata, sedang dan di bawah rata-rata (Tessmer, 1998:102). Sama seperti
tahap one to one, hasil dari pelaksanaan tahap ini digunakan untuk merevisi
produk berdasarkan saran dan komentar siswa.
5) Field Test evaluation
Produk baru yang telah direvisi diujicobakan dalam lingkup yang lebih
luas yang benar-benar mewakili target dengan berbagai karakteristik, kemampuan
dan keterampilan siswa. Tahap ini dilaksanakan pembelajaran pada situasi yang
sebenarnya dan melibatkan semua elemen belajar (Tessmer, 1998:137). Produk
yang telah diujicobakan pada uji lapangan (field test) ini haruslah produk yang
telah memenuhi kriteria valid dan praktis.

2.8 Hukum- Hukum Dasar dan Stoikiometri

2.8.1 Hukum-Hukum Dasar Kimia


• Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser)
Massa zat-zat sebelum reaksi sama dengan massa zat-zat sesudah reaksi.
• Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Perbandingan massa unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa selalu
tetap.
• Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)
Jika dua unsur membentuk dua senyawa atau lebih dan massa salah satu
unsurnya sama, maka perbandingan massa unsur lainnya merupakan
bilangan bulat dan sederhana.
• Hukum Perbandingan Volume ( Hukum Gay-Lussac)
Pada suhu (T) dan tekanan (P) yang sama, perbandingan volume gas-gas
yang bereaksi atau yang dihasilkan dalam suatu reaksi kimia merupakan
perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
• Hipotesis Avogadro

16
Universitas Sriwijaya

Gas-gas yang mempunyai volume sama akan mengandung jumlah partikel


(atom atau molekul) yang sama jika diukur pada tekanan dan suhu sama
(Tim Alfa Cendikia, 2015).

2.8.2 Konsep Mol


Mol merupakan satuan yang menunjukkan ukuran jumlah partikel yang
ada dalam suatu zat apapun. Nilai mol dinotasikan dengan L yang disebut sebagai
tetapan Avogadro.
L = 6,02 x 1023 partikel/atom/molekul
Jumlah partikel benda dapat dicari menggunakan konsep mol, dapat dirumuskan:
x = n.L
x = jumlah partikel zat
n = jumlah mol
L = tetapan Avogadro
Massa molar (mm) adalah massa penyusun suatu atom/senyawa benda.

Massa molar dapat ditentukan dengan menjumlahkan Ar penyusun atom atau Mr


pada senyawa benda.
m = n.mm
m = massa nyata zat
n = jumlah mol
mm = massa molar (Ar atau Mr)
Contoh:
CO2 memiliki Mr 44 gram/mol, karena Ar C = 12, dan Ar O = 16.
Dengan menggunakan massa molar dan konsep mol, kita dapat mencari massa
nyata suatu atom/senyawa, dapat dirumuskan:
Volume molar (Vm) adalah volume yang dimiliki oleh gas berdasarkan
keadaan ruang yang ditempati gas tersebut.

Pada hukum gay-lussac dan hipotesis avogadro, telah disebutkan bahwa volume
gas tidak dilihat dari jenis gas, melainkan keadaan ruang gas.

Nilai volume molar dalam dua keadaan:

1) STP (Standard Temperature & Pressure)

17
Universitas Sriwijaya

STP (keadaan standar) memiliki keadaan dengan suhu 0°C, tekanan 1 atm.
Vm = 22,4 L/mol
2) RTP (Room Temperature & Pressure)
RTP (keadaan kamar) memiliki keadaan ruang dengan suhu 25° C, tekanan 1
atm. Vm = 24 L/mol
Volume nyata gas dalam dua keadaan tersebut dapat dirumuskan:
V = n.Vm
V = volume nyata gas
n = jumlah mol
Vm = volume molar
Kemolaran larutan adalah angka yang menunjukkan banyaknya mol dalam
1 liter larutan.
Contoh:
Suatu larutan HCl kemolarannya 1,0 M, berarti terdapat 1 mol HCl dalam 1
liternya.
Jumlah mol dalam larutan dapat dihitung dengan:
n = V.M
n = jumlah mol (mol)
V = volume (L)
M = kemolaran (M)

Gambar 4 Diagram Konsep Mol


2.8.3 Stoikiometri Reaksi
Stoikiometri reaksi dapat digunakan untuk menentukan:

18
Universitas Sriwijaya

1. Mol setiap zat yang ada pada reaksi


2. Massa setiap zat yang ada pada reaksi
3. Volume setiap zat yang ada pada reaksi
4. Massa zat murni yang direaksikan
5. Pereaksi pembatas
6. Massa dan kadar senyawa dalam cam-puran yang direaksikan
Prinsip stoikiometri reaksi umum untuk menemukan mol, massa dan volume zat
yang direaksikan dan dihasilkan:
1. Perbandingan koefisien adalah per-bandingan jumlah mol zat dalam
reaksi.
2. Segala satuan ukuran zat harus di-konversikan ke dalam mol.
• Suatu sampel atau cuplikan unsur dapat diketahui mol dan massa zat murninya
bila direaksikan.
• Suatu pereaksi berlebih dalam reaksi akan bersisa karena jumlah zatnya tidak
sesuai dengan perbandingan koefisien.
• Pereaksi pembatas adalah pereaksi yang habis lebih dahulu bereaksi.
• Cara menentukan pereaksi pembatas adalah dengan membagi masing-masing
mol zat pereaksi dengan koefisiennya. Nilai yang lebih kecil merupakan
pereaksi pembatas.
• Suatu campuran dua senyawa atau lebih dapat diketahui massa dan kadarnya
bila direaksikan.

2.8.4 Stoikiometri Senyawa


Stoikiometri senyawa dapat digunakan untuk menentukan:

1. Rumus empiris dan rumus molekul


2. Massa dan kadar unsur dalam senyawa
3. Rumus kimia senyawa hidrat
• Rumus kimia
Tabel 1 Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus Empiris Rumus Molekul

19
Universitas Sriwijaya

Menyatakan perbandingan terkecil Menyatakan jumlah atom-atom unsur


atom-atom unsur yang menyusun suatu yang menyusun suatu molekul
senyawa. senyawa.
Penentuan rumus empiris: Penentuan rumus molekul:
• Tentukan massa atau komposisi • Tentukan rumus empiris senyawa
unsur-unsur dalam senyawa • Tenttukan Mr senyawa
(biasanya ditentukan melalui • Bagi Mr senyawa dengan Mr
percobaan) rumus empirisnya,diperoleh nilai n.
• Bagi dengan Ar masing-masing • Kalikan n dengan rumus empiris
sehingga diperoleh perbandingan senyawa.
terkecil.
(Tim Alfa Cendikia, 2015)

• Kadar unsur dalam suatu senyawa dapat dihitung:


𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 × 𝐴𝑟 𝑋
%𝑋 = × 100%
𝑀𝑟 𝑋
• Senyawa hidrat adalah senyawa berbentuk padat yang mengikat beberapa
molekul air sebagai bagian dari struktur kristalnya.

20
3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
(Development Research) yang bertujuan utnuk menghasilkan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi hukum-
hukum dasar kimia dan stoikiometri yang memenuhi kriteria valid, praktis
dan efektif dengan pengujian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas X IPA SMA Negeri 1 Indralaya.
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2019- April 2020.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X IPA di SMA Negeri 1
Indralaya dan penelitian ini melibatkan berbagai pihak sebagai subjek uji
coba yaitu ahli materi, ahli desain, ahli pedagogik. Objek dalam penelitian ini
adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada materi hukum-hukum dasar
kimia dan stoikiometri di SMA Negeri 1 Indralaya.

3.4 Model Pengembangan


Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model ADDIE yang dikombinasikan dengan tessmer. Dalam model ADDIE
hanya menggunakan ADD, karena pada tahap implementasi pada ADDIE
hasil pengembangan telah diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui
pengaruhnya yang meliputi keefektifan, kemenarikan dan efesiensi.
Sedangkan fase evaluasi pada ADDIE terdapat dua tahap evaluasi baik
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Pada tahap evaluasi formatif ADDIE
fungsinya berupa perbaikan produk sedangkan evaluasi sumatif ADDIE
fungsinya untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu produk. Sehingga,
evaluasi pada penelitian ini menggunakan evaluasi tessmer melalui tahap dari

21
Universitas Sriwijaya

Expert Review & One-to-One, Small Group dan Field Test yang terdapat
pada evaluasi formatif tessmer.

3.4.1 Posedur Penelitian Pengembangan


Prosedur penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Analysis (Analisis)

Pada tahap ini dilakukan needs assessment (analisis kebutuhan),


mengidentifikasi masalah. Ada tiga poin yang dilakukan yaitu:
1. Wawancara
Tahap dilakukan langsung di SMA Negeri 1 Indralaya. Kegiatan yang
dilakukan yakni, mewawancarai langsung guru kimia kelas X SMA Negeri 1
Indralaya.
2. Analisis karakteritik peserta didik
Peneliti melakukan analisis karakteristik peserta didik menggunakan angket.
Angket tersebut dibagikan kepada peserta didik untuk mengetahui karakteristik
peserta didik kelas X IPA di SMA Negeri 1 Inderalaya. Dari analisis tersebut
dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan bahan ajar baru atau tetap
menggunakan bahan ajar yang sudah ada.
3. Identifikasi Bahan Ajar.
Setelah mendapat informasi dari kegiatan pada poin satu, peneliti melakukan
identifikasi kelemahan dan kelebihan bahan ajar yang biasa digunakan guru
kimia untuk mengajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu proses
mengembangkan bahan ajar yang lebih menarik yang tentunya memenuhi
kriteria valid, praktis dan efektif.
4. Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Pada poin ketiga ini, peneliti melakukan analisis KI dan KD dari materi ajar
yang digunakan pada bahan ajar yaitu hukum-hukum dasar kimia dan
stoikiometri . Hal ini bertujuan agar bahan ajar yang akan dikembangkan sesuai
dengan kurikulum. Kompetensi Dasar untuk materi stoikiometri ini adalah KD
3.10 menerapkan hukum-hukum dasar kimia, konsep massa molekul relatif,
persamaan kimia, konsep mol, dan kadar zat untuk menyelesaikan perhitungan

22
Universitas Sriwijaya

kimia dan 4.10 Menganalisis data hasil percobaan menggunakan hukum-


hukum dasar kimia kuantitatif.

b. Design (Desain)
Pada tahap desain, peneliti memilih materi ajar dan menetapkan masalah-
masalah yang akan disusun dalam bahan ajar berbentuk LKPD berbasis inkuiri
terbimbing. Selain itu peneliti juga membuat soal evaluasi dengan menyusun soal
evaluasi akhir berupa 10 soal pilihan ganda. Selanjutnya dilakukan pemilihan
format, dalam pengembangan LKPD ini mengikuti langkah-langkah model Inkuiri
terbimbing. Kerangka LKPD berbasis inkuiri terbimbing terdiri dari : (1)
Identitas berisi judul dengan karakteristik spesifik, ringkas, jelas dan menarik dan
nama kelompok (2) Kata Pengantar (3) Daftar isi (4) Kompetensi Dasar,
indikator, tujuan pembelajaran (5) Langkah-langkah kegiatan inkuiri terbimbing
(6) Petunjuk Belajar (7) orientasi yang berisi topik, tujuan, penjelasan pentingnya
topik dalam kehidupan sehari-hari (8) Merumuskan masalah (9) Merumuskan
Hipotesis (10 ) Mengumpulkan data (11) Menguji Hipotesis (12) Merumuskan
Kesimpulan (13) Soal Evaluasi (14) Daftar Pustaka.

c. Development (Pengembangan)
Pengembangan produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dari desain
rancangan sehingga menghasilkan prototype produk pegembangan. Pada tahap
ini LKPD berbasis inkuiri terbimbing materi hukum-hukum dasar kimia dan
stoikiometri diujicobakan dengan evaluasi formatif Tessmer yaitu self evaluation,
expert review, one to one, small group dan field test. Adapun uraian dari tahap-
tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Self Evaluation
Produk awal yang dihasilkan dari pengembangan disebut prototype.
Prototype tersebut akan dievaluasi sendiri dan diperbaiki atas saran dan komentar
yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan teman sejawat, sehingga
dihasilkan prototype1.

23
Universitas Sriwijaya

2. Expert Review
Diawali dengan expert review, prototype1 yang telah di evaluasi sendiri ini
divalidasi ahli atau pakar yaitu ahli materi, ahli desain dan ahli pedagogik.

2. One-to-One Evaluation
Kemudian bersamaan dengan expert review, Prototype 1 diujicobakan
secara perseorangan (One-to-One). Pada tahap ini, Lembar Peserta Didik (LKPD)
dengan pendekatan Inkuiri terbimbing yang merupakan Prototype I diujikan pada
tiga orang peserta didik dengan karakteristik (kemampuan) yang berbeda beda
yaitu satu orang peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan tinggi, satu
orang peserta didik dengan tingkat kemampuan sedang, dan satu orang peserta
didik dengan tingkat kemampuan rendah. Peserta didik diminta untuk menilai
LKPD yang sudah dirancang dan memberikan komentar serta saran dalam
pengembangan LKPD ini melalui lembar angket penilaian untuk menilai
keterbacaan awal dan kepraktisan Prototype I. Hasil revisi dari expert review dan
one-to-one, semua saran dan masukan serta hasil pekerjaan peserta didik dijadikan
bahan untuk merevisi atau memperbaiki LKPD yang kemudian dijadikan sebagai
prototype II.

3. Small Group Evaluation


Prototype II kemudian diujicobakan kepada kelompok kecil (small group)
yang terdiri dari enam orang peserta didik yang memiliki jenis kelamin yang
berbeda yaitu tiga orang peserta didik berjenis kelamin laki-laki dan tiga orang
peserta didik berjenis kelamin perempuan. Pada tahap small group peserta didik
diminta untuk menilai LKPD yang sudah dirancang dan memberikan komentar
dan saran dalam pengembangan LKPD ini. Berdasarkan saran dan komentar
peserta didik, kemudian produk direvisi dan produk yang dihasilkan berupa
prototype III dan menghasilkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang valid
dan praktis.

24
Universitas Sriwijaya

4. Uji lapangan (Field Test)


Prototype III kemudian diujicobakan ke lapangan (field test) yaitu subjek
penelitian peserta didik kelas X IPA SMA Negeri 1 Indralaya. Peneliti menguji
keefektifan LKPD materi hukum-hukum dasar kimia dan stoikiometri Inkuiri
terbimbing dengan membandingkan hasil belajar menggunakan pretest sebelum
menggunakan LKPD dengan posttest setelah menggunakan LKPD.

25
Universitas Sriwijaya

Analysis 1. Analisis kurikulum


2. Analisis kebutuhan
3. Analisis karakteristik peserta didik
4. Analisis bahan ajar dan materi

Model
ADDIE 1. Menyiapkan bahan rancangan produk
Design
2. Membuat desain rancangan produk

Mengembangkan produk LKPD dari desain


Development
rancangan sehingga menghasilkan prototype
produk pegembangan.

Prototype I Self Evaluation

Expert Review One to One

Valid Tidak Tidak Praktis


Revisi
valid Praktis T
E
Prototype II S
S
M
Small Group E
R

Praktis Tidak Revisi


Praktis

Prototype III

Produk LKPD berbasis


Field Test inkuiri terbimbing yang
valid, praktis dan efektif.

Gambar 5Diagram Alir Prosedur Penelitain LKPD Menggunakan


Pengembangan ADDIE dan Evaluasi Tessmer.

26
Universitas Sriwijaya

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Wawancara dan Angket


Wawancara telah dilaksanakan pada saat pra-penelitian. Peneliti
memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden yakni guru kimia yang
mengajar di kelas X SMA Negeri 1 Indralaya. Wawancara telah dilaksankan
untuk menganalisis masalah serta analisis kebutuhan sebagai data awal penelitian.
Dan angket analisis karakteristik peseta didik telah dilakukan ada saat pra
penelitian. Angket tersebut dibagikan kepada peserta didik untuk mengetahui
karakteristik peserta didik kelas X IPA di SMA Negeri 1 Inderalaya.

Uji Pakar ( Validasi )


Tahap ini digunakan untuk mengukur validitas produk yang dilakukan
Expert Review. Tahap ini melibatkan 6 orang ahli yang terdiri dari 2 ahli
pedagogik, 2 ahli materi dan 2 ahli desain. Tahap ini meliputi uji materi yang
terdapat dalam LKPD berbasis inkuiri terbimbing yang akan dilakukan oleh 2
orang ahli materi. Kemudian dilakukan uji kelayakan desain oleh 2 oarang ahli
desain. Selain itu dilakukan juga uji pedagogik oleh 2 orang ahli pedagogik.

Angket Kepraktisan
Angket atau kuisioner yang diberikan bertujuan untuk mengetahui tingkat
kepraktisan suatu bahan ajar yang dikembangkan. Dapat pula dikatakan sebagai
cara atau desain penelitian untuk mengevaluasi suatu prototype dan memalui
pihak ketiga atau perantara untuk memenuhi sasarannya baik satu orang atau
beberapa perwakilan dari kelompok. Pada tahap pengembangan produk, angket
diberikan kepada pakar pada tahap expert review. Dan angket kepraktisan
diberikan kepada responden pada tahap One to One dan Small Group untuk
memandu perbaikan prototype melalui saran dan komentar yang diberikan
responden.

27
Universitas Sriwijaya

3.6 Teknik Analisa Data

Analisis Data Kevalidan


Pada tahap expert review dilakukan uji validasi oleh para ahli yang bertujuan
untuk mengetahui kevalidan LKPD kimia yang telah dibuat. Hasil validasi dari
validator pada tahap expert review dihitung dengan menggunakan rumus berikut
(Aiken, 1985):
V = S / [(n/(c-1)]
S = r – lo
Lo = angka penilaian validitas yang terendah (misalnya 1)
c = angka penilaian validitas tertinggi (misalnya 5)
R = angka yang diberikan oleh penilai
Dimana S mewakili nilai mutlak dari perbedaan masing-masing peringkat
oleh penliai, dengan n jumlah penilai dan c jumlah kategori penilaian. Keofisien V
berkisar daro 0 hingga 1. Semakin besar V semakin tinggi validitas isi suatu aitem
(Ningdyah, Greenwood, & Kidd, 2018).

Analisis Data Kepraktisan


Untuk mengetahui kepraktisan LKPD yang dibuat maka salah satu caranya
dengan memberikan angket kepada para peserta didik kelas X IPA 2. Analisa data
untuk tahap one-to-one dan small group. Hasil angket yang berupa saran dan
komentar digunakan sebagai panduan untuk melakukan perbaikan atau revisi
prototype. Adapun instrumen yang digunakan sebagai panduan peneliti ini
digunakan pula untuk mengkuantitasi data. Data dari instrumen kemudian
dianalisis untuk mengetahui nilai kepraktisan LKPD secara kuantitatif
menggunakan rumus. Hasil dari validasi diinterpretasikan berdasarkan kategori
tingkat kevalidan yang ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 2 Katagori tingkat kepraktisan

Skor Katagori
0,68 ≤ x ≤ 1 Tinggi
0,34 ≤ x ≤0,67 Sedang

28
Universitas Sriwijaya

0,00 ≤ x ≤0,33 Rendah


(Aiken, 1985)

Analisis Tes Hasil Belajar


Pada tahap field test diperolehlah data hasil belajar peserta didik. Dengan
memeriksa lembar jawaban tes evaluasi akhir peserta didik. Skor yang diperoleh
masing-masing lembar jawaban peserta didik dikonversikan menjadi niai dengan
rentang 0-100, seperti pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3 One-Group Pretest-Posttest Design

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2
(Sugiyono, 2017)
Keterangan :
O1 = nilai pretest sebelum diberikan perlakuan.
O2 = nilai posttest sesudah diberikan perlakuan.
X = Perlakuan dengan menerapkan proses pembelajaran menggunakan LKPD.

Menurut Hake (2001), rumus untuk mengetahui peningkatan kemampuan


hasil belajar peserta didik digunakan gain yang dinormalisasikan N-gain .
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐺𝑎𝑖𝑛
n-g = 𝐺𝑎𝑖𝑛
𝑚𝑎𝑥

𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
n-g = 100−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Keterangan:
n-g = Gain
pre = rata-rata tes awal
post = rata-rata tes akhir
Hasil dari rerata yang didapat setelah dicari dengan rumus gain kemudian
diinterpretasikan ke dalam tabel kriteria n-gain seperti pada tabel 3.3 berikut :

29
Universitas Sriwijaya

Tabel 4 Kriteria n-gain

n-g Keterangan
n-gain> 0,7 Tinggi
0,3≤ n-gain ≤ 0,7 Sedang
0 < n-gain< 0,3 Rendah
(Hake, 2001)

30
Universitas Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. R. (1985). Three Coefficients For Analyzing The Reliability and


Validity of Ratings. Educational and Psychological Measurement (45),
133.

Arifin, Z. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif Alternatif Desain


Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Gulo, W. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

Hake, R. (2001, January 19). Lessons From the Physic- Education Reform Effort.
Conservation Ecology, p. 7.

Hakim, T. (2008). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Ika, L. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta:


Akademi Permata.

Mulyatiningsih, E. (2014). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.


Yogyakarta: ALFABETA.

Neka, I. K., Marhaeni, A., & Suastra, I. W. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif dan Penugasan Konsep Ipa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan
Abang. Jurnal Pendidkan Dasar Indonesia, (5).

Ningdyah, A. E., Greenwood, K. M., & Kidd, G. (2018). A Training-Model


Scale’s Validity and Reliability Coefficients: Expert Evaluation in
Indonesian Professional Psychology Programs. Makara Hubs-Asia, 22(1),
56-66.

31
Universitas Sriwijaya

Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai


Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Sadirman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali


Pers.

Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta:


Prenada Media Group.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi


(Mixed Metohods). Bandung: Alfabet.

Suyanti, R. D. (2010). Strategi pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tegeh, I. M., Jampel, I. N., & Pudjawan, K. (2014). Model Penelitian


Pengembangan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Tessmer, M. (1993). Planning and Conducting Formative Evaluations. London:


Kogan Page.

Tim Alfa Cendikia. (2015). Saat-Saat Jelang Ujian Nasional Kimia Untuk
SMA/MA 2015/2016. Bandung: Sewu.

32

Anda mungkin juga menyukai